Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

CEDERA KEPALA
RUANG 19 RSU Dr. SAIFUL ANWAR
JL. JAKSA AGUNG SUPRAPTO NO.2, KLOJEN, KOTA MALANG

Disusun Oleh:
Amin Basir
Dina Rofifaini Irbah
Dinda Zizabelli
Mohammad Rifki
Yulia

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO JAWA TIMUR
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Study : Keperawatan Medikal Bedah


Topik : Cedera kepala
Sasaran : Keluarga pasien dan pasien IRNA II Ruang 19 RSSA
Malang
Tempat : Ruang tunggu rawat inap ruang 19, RS Saiful Anwar
Hari/Tanggal : Jum’at, 29 Maret 2019
Waktu : 1 jam

I. LATAR BELAKANG
Cidera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat
adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun
efek sekunder dari trauma yang terjadi (sylvia anderson Price, 1985).
Menurut Brain Injury Assosiation of America cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif,
tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan
kemampuan kognitif dan fungsi fisik. Cedera kepala bisa dikelompokkan
sebagai cedera kepala tertutup atau terbuka (penetrasi, luka tembus). Pada
cedera kepala tertutup, kepala menerima suatu dorongan tumpul karena
membentur suatu benda. Pada cedera kepala terbuka, suatu benda
berkecepatan tinggi menembus tulang tengkorak dan masuk ke dalam
otak.
Trauma kepala atau cedera kepala merupakan kasus yang sangat
sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Cedera kepala yang sering
terjadi pada orang dewasa karena kecelakaan lalu lintas. Terjatuh dari
sepeda motor, tabrakan, kepala terbentur bagian dari mobil karena mobil
yang dinaiki menabarak atau terjungkal dan lain sebagainya. Karena
seringnya terjadi trauma kepala pada orang yang mengendarai sepeda
motor ketika kecelakaan, maka akhirnya diwajibkan siapa saja yang
mengendarai sepeda untuk menggunakan helm sebagai pelindung kepala.
Namun masih banyak yang menggunakan helm hanya sekedar sebagai
syarat untuk mentaati peraturan lalu lintas yaitu dengan memakai helm
yang kurang memenuhi syarat maupun tali helm yang tidak terikat ketika
dipakai sehingga ketika terjadi kecelakaan lalu lintas masih terjadi cedera
kepala yang berat.
Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tahunnya
diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10%
meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Yang sampai di rumah sakit, 80%
dikelompokkan sebagai cedera kepala ringan (CKR), 10% termasuk
cedera kepala sedang (CKS), dan 10% sisanya adalah cedera kepala berat
(CKB). Insiden cedera kepala terutama terjadi pada kelompok usia
produktif antara 15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
48%-53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan
3%-9% lainnya disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga dan
rekreasi

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Pada akhir proses penyuluhan, klien dan keluarga dapat mengetahui
tentang cidera kepala, penyebab, tanda gejala serta penangananya.

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan keluarga dan klien dapat :
1. Menyebutkan pengertian dari cedera kepala
2. Menyebutkan penyebab cedera kepala
3. Menyebutkan macam-macam cidera kepala
4. Menyebutkan tanda serta gejala cidera kepala
5. Mengerti penanganan dan kebutuhan nutrisi pada cedera kepala.

IV. SASARAN
Pasien dan keluarga di Ruang 19 IRNA II RS. Saiful Anwar Malang.
V. MATERI
1. Pengertian dari cedera kepala
2. Penyebab cedera kepala
3. Macam-macam cidera kepala
4. tanda dan gejala cidera kepala
5. Penanganan dan kebutuhan nutrisi pada cedera kepala.

I. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

II. MEDIA
Leaflet dan Benner

III. KRITERIA EVALUASI


1. Evaluasi Struktur
 Peserta hadir ditempat penyuluhan
 Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang tunggu keluarga
pasien Ruang 19 RSSA Malang.
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
 Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
3. Evaluasi Hasil
 Klien dan keluarga mengetahui tentang cidera kepala, jenis cidera
kepala, penyebab, tanda dan gejala, serta penanganan pada cidera
kepala.
IV. KEGIATAN PENYULUHAN

No. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN


PESERTA
1. 2 Pembukaan :
menit  Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam
mengucapkan salam.
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan dari  Memperhatikan
penyuluhan
 Menyebutkan materi yang akan  Memperhatikan
diberikan
2. 15 Pelaksanaan :
menit  Menjelaskan tentang pengertian  Memperhatikan
cidera kepala
 Menjelaskan pengertian dari  Memperhatikan
cedera kepala
 Menjelaskan penyebab cedera  Bertanya dan
kepala menjawab
 Menjelaskan jenis-jenis cidera pertanyaan yang
kepala diajukan
 Menjelaskan tanda dan gejala  Bertanya dan
cidera kepala menjawab
 Menjelaskan Penanganan dan pertanyaan yang
kebutuhan nutrisi pada cedera diajukan
kepala.
 Memberi kesempatan kepada
peserta untuk bertanya.
3. 7 Evaluasi :
menit  Menanyakan kepada peserta  Menjawab
tentang materi yang telah pertanyaan
diberikan.
4. 2 Terminasi :
menit  Mengucapkan terimakasih  Mendengarkan
 Mengucapkan salam penutup  Menjawab salam
MATERI PENYULUHAN

1. PENGERTIAN
Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstisil dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak.
Cedera kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk
atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan
(accelerasi – descelarasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh
perubahan peningkatan pada percepatan factor dan penurunan percepatan,
serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai
akibat perputaran pada tindakan pencegahan.

2. ETIOLOGI
1. Kecelakaan
2. Jatuh
3. Trauma akibat persalinan

3. KLASIFIKASI CEDERA KEPALA


Cedera kepela dapat diklasifikan berdasarkan mekanisme, keparahan dan
morfologi cedera.
1. Mekanisme: berdasarkan adanya penetrasi durameter
- Trauma tumpul: kecepatan tinggi (tabrakan)
Biasanya berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas, jatuh atau pukulan

benda tumpul. Pada cedera tumpul terjadi akselerasi dan deselerasi

yang cepat menyebabkan otak bergerak di dalam rongga cranial dan

melakukan kontak pada protuberans tulang tengkorak.

- Trauma tembus (luka tembus peluru dan cedera tembus lainnya)


2. Keparahan cidera
a. Ringan: GCS 14-15
b. Sedang: GCS 9-13
c. Berat: GCS 3-8
3. Morfologi
 Fraktur tengkorak: kranium: linar/stelatum; depresinon depresi;
terbuka/tertutup
Fraktur tengkorak dapat terjadi pada atap dan dasar tengkorak. Fraktur

dapat berupa garis/ linear, mutlipel dan menyebar dari satu titik

(stelata) dan membentuk fragmen-fragmen tulang (kominutif). Fraktur

tengkorak dapat berupa fraktur tertutup yang secara normal tidak

memerlukan perlakuan spesifik dan fraktur tertutup yang memerlukan

perlakuan untuk memperbaiki tulang tengkorak.

 Lesi intrakranial:
- fokal: epidural, subdural, epidural
- Difus: konkusi ringan, konkusi klasik, cedera aksonal difus

3. TANDA GEJALA CIDERA KEPALA


a. Cidera kepala ringan (kelompok resiko rendah)
- Sadar penuh, orientasi baik (GCS: 14-15)
- Tidak ada kehilangan kesadaran
- Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
- Paseien dapat menderita abrasi, laserasi atau hematoma kulit
kepala
- Tidak ada kriteria sedang berat
b. Cidera kepala sedang (kelompok resiko sedang)
- GCS 9-13 (konfusi, letargi, atau stupor)
- Konkusi
- Amnesia pasca trauma
- Muntah
- Tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda battle sign, mata
rabun, otore, rinorea cairan serebrospinal, hemotimpanum)
- Kejang
c. Cidera kepala berat (kelompok resiko berat)
- Cidera GCS 3-8 (koma)
- Penurunan derajat kesehatan secara progresif
- Tanda neurologis fokal
- Cedera kepala penetrasi, atau teraba fraktur depresi kranium

4. PENATALAKSANAAN

Pada penderita dengan cedera kepala ringan, dapat diatasi dengan cara
memberikan es atau handuk dingin pada daerah yang mengalami trauma untuk
membantu mengurangi bengkak. Jika terdapat luka, tutup dengan perban
bersih dan tekan selama 5 menit. Luka robek di kepala sering berdarah
banyak. Jika terjadi cedera kepala berat, maka segera dibawa ke rumah sakit
untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan untuk mencegah timbulnya
komplikasi klinis lainnya.
Berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan
penderita cedera kepala sedang dan berat saat di luar rumah sakit :
1. Amankan jalan nafas dan berikan oksigen. Jika muntah harus dimiringkan
ke kiri dengan posisi log roll ( membatasi gerakan tulang belakang
penderita).
2. Stabilisasi penderita pada papan untuk tulang belakang/ backboard. Batasi
gerakan leher dengan collar kaku dan alat untuk imobilisasi kepala.
3. Segera bawa ke rumah sakit terdekat atau telpon ambulan 118.

5. NUTRISI PADA CEDERA KEPALA

Pada cedera kepala berat terjadi hipermetabolisme sebanyak 2-2,5 kali


normal dan akan mengakibatkan katabolisme protein. Proses ini terjadi antara
lain oleh karena meningkatnya kadar epinefrin dan norepinefrin dalam darah
dan akan bertambah bila ada demam. Setelah 3-4 hari dengan cairan perenteral
pemberian cairan nutrisi peroral melalui pipa nasograstrik bisa dimulai,
sebanyak 2000-3000 kalori/hari.
6. PENCEGAHAN
Untuk mencegah terjadinya cedera kepala, sangat dibutuhkan kesadaran
dari diri sendiri untuk menjaga kesehatan terutama keselamatan kita dalam
melakukan suatu aktivitas. Selain itu perlu diperhatikan keselamatan kita saat
di jalan raya, karena dari epidemiologi di atas, kecelakaan lalu lintas
merupakan penyebab 48%-53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya
karena jatuh dan 3%-9% lainnya disebabkan tindak kekerasan, kegiatan
olahraga dan rekreasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Menurunkan kecepatan saat berkendaraan.
b. Menggunakan sabuk keselamatan dan pelindung bahu saat
mengemudi mobil.
c. Menggunakan helm untuk pengendara motor dan sepeda.
d. Program pendidikan langsung untuk mencegah berkendaraan sambil
mabuk.
e. Mencegah jatuh
f. Menggunakan alat-alat pelindung dan tehnik latihan.
DAFTAR PUSTAKA

Budiono.2010.Asuhan Keperawatan Pasien dengan gangguan system


persarafan.Instalasi Rawat Inap II. RSSA Malang

TIM IRD RSU dr Syaiful Anwar Malang.2008.Basic Trauma Life Support.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi ed.3. Jakarta : EGC.

American College of Surgeon Committe on Trauma. Cedera kepala. Dalam:


Advanced Trauma Life Support for Doctors. Ikatan Ahli Bedah Indonesia,
penerjemah. Edisi 7. Komisi trauma IKABI, 2004; 168-193.

Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selelkta Kedokteran; jilid2. Media Aesculapius: FK


UI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai