PERADILAN
KONSTITUSI
N Y O M A N M A S A R YA N I , S H . , M H .
PERADILAN KONSTITUSI SEBAGAI
TUNTUTAN NEGARA HUKUM
Adanya peradilan
administrasi
PENDEKATAN ALTERNATIF
SUBSTANTIVE VERSIONS
2. Individual Rights 2. Right of Dignity&/or Justice 3. Social Welfare
-property,contract, -substative equality,
privacy, autonomy welfare, preservation of community
ADRIAN BEDNER
NEGARA HUKUM
Keadilan
( Pasal 24 ayat (1))
Kemanfaatan
(Pasal 28 H)
Kepastian Hukum
(Pasal 28 D ayat (1))
KEBERADAAN PERADILAN
KONSITUSI
• Merupakan tuntutan Negara Hukum untuk menjaga dan melindungi
nilai-nilai dasar hukum (keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum)
dan hak-hak asasi manusia, baik hak-hak individual, hak-hak sosial
maupun hak-hak komunal.
PERADILAN KONSTITUSI
LAHAN PRAKTIK HTN
• Menurut Jimly Asshiddidie, terdapat kecenderungan studi HTN yang sangat berorientsi
politik bergeser setidak-tidaknya dapat diimbangi oleh orientasi yang lebih teknis yuridis
• Kecenderungan dapat dirinci sebagai berikut:
1. Bidang kegiatan HTN atau Hukum Konstitusi selalu berkaitan dengan konstitusi
2. HTN pada umumnya membahas persoalan-persoalan akademis yang berkaitan dengan
UUD
3. Kegiatan HTN itu sendiri dalam arti yang lebih spesifik, dapat pula lebih berkembang
secara seimbang di bidang-bidang: (i) pembentukan hukum konstitusi, (ii) penyadaran
hukum konstitusi, (iii) penerapan hukum konstitusi, dan (iv) peradilan hukum konstitusi.
4. Masa Orde Baru, bidang kegiatan hanya diutamakan hanya pada yang kedua, yaitu
penyadaran hukum.
LANJUTAN….
MK
• Sengketa kewenangan konstitusional lembaga negara
• Perselisihan atas hasil pemilu
• pembubaran partai politik
• Dakwaan pemberhentian atau pemakzulan Pres dan/atau Wapres
• Pengaduan dan pertanyaan konstitusional
MA
• Pengujian peraturan perundang-undangan di bawah UU
• Keberatan Pemerintahan Daerah terhadap keputusan pembatalan Peraturan Daerah
• Dakwaan pemberhentian Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah
FUNGSI PERADILAN
KONSTITUSI
• Mengadili sengketa yang timbul di bidang pelaksanaan kaidah
konstitusi kaidah konstitusi, lebih tepatnya menyelesaikan sengketa
norma hukum melalui pengujian konstitusional produk hukum, yakni
melalui 3 cara:
Pengujian Abstrak
Pengujian Kongkret
Pengaduan Konstitusional
KARAKTERISTIK PERADILAN KONSTITUSI
(ASAS PERADILAN KONSTITUSI)
• Asas ini ditegaskan pula Pada Pasal 10 UU No.48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman: bahwa pengadilan dilarang menolak untuk
memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara yang diajukan
dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan
wajib memeriksa dan mengadilinya.
• Asas ini berlaku pada peradilan MK sepanjang masih dalam batas
wewenang MK yang telah diberikan secara limitative oleh UUD
• Putusan MK No. 001/PUU-IV/2005, terkait pengujian Putusan MA
No. 01PK/Pilkada/2005.
KETERANGAN AHLI
(PIHAK PEMOHON)
• Prof. Ryaas Rasyid: Di Amerika, jucicial review dapat diajukan baik
terhadap undang-undang maupun terhadap keputusan-keputusan yang
dianggap oleh pihak yang dirugikan sebagai sesuatu yang
bertentangan dengan UUD. Tetapi ahli menyatakan tidak tahu apakah
asumsi itu berlaku di Indonesia.
• Prof. Soehino, Yurisprudensi tidak masuk tata urutan peraturan
perundang-undangan karena memang tidak merupakan peraturan
perundangan, meskipun secara substansial yurisprudensi memiliki
kekuatan hukum sama dengan undang-undang
• Dr I Gede Panca Astawa, tergantung pada MK memaknai judicial
review, apakah hanya menguji UU terhadap UUD, ataukah memaknai
lebih luas.
KETERANGAN AHLI
(PIHAK TERKAIT-KPU)
• Prof Sudikno Mertokusumo
– UU merupakan produk Lembaga legislative yang bersifat abstrak/umum.
Berlaku umum menurut waktu, umum menurut tempat, dan umum
menurut orang, sedangkan putusan pengadilan bersifat individual
kongkrit
– Dari tata urutan sumber hukum kedudukan undang-undang lebih tinggi
dari putusan pengadilan
– Upaya hukum terhadap putusan pengadilan hanya ada 3 cara yaitu
banding, kasasi dan peninjauan kembali; putusan pengadilan tidak dapat
dilakukan dengan judicial review.
KETERANGAN AHLI
(PIHAK TERKAIT-PANWAS)