1
perawat untuk mengetahui lebih lanjut tentang diare, dampak negative yang
ditibulkan, serta upaya penanganan dan pencegahan komplikasinya.
Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas dan
mortalitas pada anak usia kurang dari dua tahun di seluruh dunia terutama
dinegara-negara berkembang, jumlah nya mendekati satu dalam lima orang,
inimenyebabkan kematian pada anak-anak melebihi AIDS dan malaria. Hampir
satu triliun dan 2,5 milyar kematian karena diare dalam dua tahun pertama
kehidupan. Diare juga menyebabkan 17% kematian anak balita di dunia.Tercatat
1,8 milyar orang meninggal setiap tahun karena penyakit diare (termasuk kolera),
banyak yang mendapat komplikasi seperti malnutrisi, retardasi pertumbuhan, dan
kelainanimun (World Health Organization [WHO], 2009).
Angka prevalensi diare di Indonesiamasih berfluktuasi.Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi diare klinis adalah 9,0%
(rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di D.I.
Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi mempunyai prevalensi diare klinis >9%
(NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten,Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua). Sedangkan menurut dataRiskesdas
pada tahun 2013 angka prevalensi mengalami penurunan sebesar(3,5%) untuk
semua kelompok umur.
Bila dilihat per kelompok umur insiden diare tertinggi tercatat pada anak
umur <1 tahun yaitu 5,5%.Sedangkan pada umur 1-4 tahun angka insiden diare
tercatat sebanyak 5.1% (Riskesdas, 2013). Sejalan dengan hasil survei morbiditas
diare pada tahun 2010 (Kementerian Kesehatan [Menkes], Survei morbiditas diare
tahun 2010) angka morbiditas menurut kelompok umur terbesar adalah 611 bulan
yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar 14,43%, kelompok
umur 24-29 bulan sebesar 12,37%, sedangkan proporsi terkecil pada kelompok
umur 54-59 bulan yaitu 2,06%. Kontrol penyakit diare sendiri telah lama diupayak
an oleh pemerintah Indonesia untuk penekanan angka kejadian diare. Upaya-upaya
yang dilakukan oleh pemerintah seperti adanya programprogram penyediaan air
bersih dan sanitasi total berbasis masyarakat.Adanya promosi pemberian ASI
ekslusif sampai enam bulan, termasuk pendidikan kesehatan spesifik dengan
tujuan bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menurunkan kematian
yang disebabkan oleh penyakit diare (Departemen Kesehatan (Depkes,2013).
2
1.2 RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan Diare ?
2. Bagaimana Epidemiologi dari penyakit Diare ?
3. Bagaimana patofisiologis dari penyakit Diare ?
4. Apa saja klasifikasi dari penyakit Diare ?
5. Bagaimana etiologi dari penyakit Diare ?
6. Bagaimana cara penularan serta apa saja faktor resiko dari penyakit Diare ?
7. Apa saja gejala – gejala yang ditimbulkan dari penyakit Diare ?
8. Bagaimana cara mendiagnosis penyakit Diare ?
9. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit Diare ?
10. Apa saja pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita penyakit Diare?
11. Apa saja pencegahan yang dapat dilakukan pada penyakit Diare ?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan
peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap
makanan yang kemudian menyebabkan diare. Keempat, faktor psikologis dapat
mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya
mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare
(Hidayat, 2006:12)
Inflamasi Noninflamasi
Mekanisme Invasi mukosa atau Enterotoksin atau
cytotoxin mediated berkurangnya kapasitas
inflammatory response absorpsi usus kecil
Lokasi Kolon, usus kecil bagian Usus kecil bagian
distal proksimal
Diagnosis Terdapat leukosit feses, Tidak ada leukosit feses,
kadar laktoferin feses kadar laktoferin feses
tinggi rendah
Penyebab
Bakteri Campylobacter* Shigella Salmonella* Escherichia
species Clostridium coli** Clostridium
difficile Yersinia Vibrio perfringens
parahaemolyticus Staphylococcus aureus
Enteroinvasive E.coli Aeromonas hydrophilia
Plesiomonas shigelloides Bacillus cereus Vibrio
cholerae
Cytomegalovirus* Rotavirus Norwalk
Virus Adenovirus Herpes
simplex virus
Entamoeba histolytica Cryptosporidium*
Parasit Microsporidium*
Isospora Cyclospora
Giardia lamblia
Usus kecil berfungsi sebagai organ untuk mensekresi cairan dan enzim, serta
mengabsorpsi nutriens. Gangguan kedua proses tersebut akibat infeksi akan
menimbulkan diare berair (watery diarrhea) dengan volume yang besar, disertai
kram perut, rasa kembung, banyak gas, dan penurunan berat badan.6 Demam
jarang terjadi serta pada feses tidak dijumpai adanya darah samar maupun sel
radang.6 Usus besar berfungsi sebagai organ penyimpanan. Diare akibat gangguan
6
pada usus besar frekuensinya lebih sering, lebih teratur, dengan volume yang kecil,
dan sering disertai pergerakan usus yang nyeri. Demam dan feses berdarah/mucoid
juga sering terjadi. Eritrosit dan sel radang selalu ditemukan pada pemeriksaan
feses (Medicinus Probiotics vol 22. N0 3, 2009)
7
2.5 Etiologi Diare
Mekanisme diare (Juffrie, 2011) Secara umum diare disebabkan dua hal yaitu
gangguan pada proses absorpsi atau sekresi. Kejadian diare secara umum terjadi
dari satu atau beberapa mekanisme yang saling tumpang tindih. Menurut
mekanisme diare maka dikenal: diare akibat gangguan absorpsi yaitu volume
cairan yang berada di kolon lebih besar daripada kapasitas absorpsi. Disini diare
dapat terjadi akibat kelainan di usus halus, mengakibatkan absorpsi menurun atau
sekresi yang bertambah. Apabila fungsi usus halus normal, diare dapat terjadi
akibat absorpsi di kolon menurun atau sekresi di kolon meningkat. Diare juga dapat
dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi dan imunologi. Komplikasi
kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi, tetapi sebagian
kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan
yang diberikan.
Tabel 2.1 Penyebab Diare Akut dan Kronik pada Bayi, Anak-anak dan Remaja
(Sodikin, 2011).
Jenis Diare Bayi Anak-anak Remaja
Akut • Gastroenteritis • Gastroenteritis
• Gastroenteritis • Keracunan • Keracunan
• Infeksi sistemik makanan makanan akibat
akibat pemakaian • Infeksi sistemik pemakaian
antibiotik akibat antibiotik
pemakaian
antibiotik
8
perawatan rumah sakit karena diare berat pada anak-anak kecil dan merupakan
infeksi nosokomial yang signifikan oleh mikroorganisme patogen. Salmonella,
Shigella dan Campylobacter merupakan bakteri patogen yang paling sering
diisolasi. Mikroorganisme Giardia lamblia dan Cryptosporidium merupakan
parasit yang paling sering menimbulkan diare infeksius akut (Wong dkk., 2009).
Selain Rotavirus, telah ditemukan juga virus baru yaitu Norwalk virus. Virus ini
lebih banyak kasus pada orang dewasa dibandingkan anak-anak (Suharyono,
2008). Kebanyakan mikroorganisme penyebab diare disebarluaskankan lewat jalur
fekal-oral melalui makanan, air yang terkontaminasi atau ditularkan antar manusia
dengan kontak yang erat (Wong dkk., 2009).
10
Nyeri perut hingga kram perut dapat terjadi pada diare yang terjadi akibat
percepatan gerakan usus maupun yang melukai mukosa usus.
Selain tanda dan gejala diare, yang penting untuk diperhatikan bila anda
mengalami diare adalah untuk mengenali tanda – tanda kekurangan cairan yang
merupakan salah satu komplikasi diare yang paling sering terjadi. Pada usia
dewasa, gejala kekurangan cairan yang dapat diamati adalah:
a. Feses berwarna gelap yang mengindikasi adanya darah pada feses
b. Kurang tidur
c. Penurunan berat badan
d. Badan lemah
e. Feses lembek dan cair serta lebih dari 3 kali dalam 24 jam
f. Sakit perut dan kram perut
g. Mual dan muntah
h. Sakit kepala
i. Kehilangan nafsu makan
j. Demam
k. Dehidrasi
l. Darah pada feses
m. Feses yang dihasilkan banyak
Pada anak, karena komposisi cairan pada tubuhnya sangat tinggi, bila terjadi
kekurangan cairan akan tampak cekung di daerah sekitar mata maupun ubun –
ubun. Selain itu bila dilakukan cubitan kulit di daerah perut, kulit tidak akan segera
kembali seperti semula atau menjadi peyot seperti kulit orang lanjut usia. Anak
yang tampak rewel, minum dengan sangat lahap, menangis namun tidak keluar air
mata, atau tidak kencing selama > 3 jam juga merupakan tanda kekurangan cairan.
Bila anak sampai tidak sadar atau nampak sesak dan sulit bernapas, kekurangan
cairan yang terjadi mungkin sudah berat.
Diare adalah penyakit serius jika terjadi pada bayi dan anak Anda. Diare dapat
menyebabkan dehidrasi serius dan mengakibatkan kondisi yang membahayakan
nyawa pada waktu yang singkat. Anda perlu menghubungi dokter jika Anda
melihat gejala-gejala ini pada anak Anda:
a. Produksi urin menurun
b. Mulut kering
11
c. Kelelahan
d. Sakit kepala
e. Kulit kering
f. Mengantuk
g. Gelisah dan rewel
2.9 Komplikasi
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada lanjut usia dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera, kehilangan
cairan terjadi secara mendadak sehingga cepat terjadi syok hipovolemik.
Kehilangan elektrolit melalui feses dapat mengarah terjadinya hipokalemia dan
asidosis metabolik. Pada kasus-kasus yang terlambat mendapat pertolongan medis,
syok hipovolemik sudah tidak dapat diatasi lagi, dapat timbul nekrosis tubular akut
ginjal dan selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi
bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat, sehingga rehidrasi optimaltidak
tercapai.
13
Komplikasi paling penting walaupun jarang diantaranya yaitu: hipernatremia,
hiponatremia, demam, edema/overhidrasi, asidosis, hipokalemia, ileus paralitikus,
kejang, intoleransi laktosa, malabsorpsi glukosa, muntah, gagal ginjal.
1. Farmakologi
A. Obat pengubah konsistensi tinja
1. Golongan Absorbensia
Mekanisme kerja : digunakan sebagai terapi simptomatik pada diare. Obat
golongan adsorben memiliki kemampuan mengikat dan menginaktivasi
toksin bakteri, mengabrobsi nutrien, toksin racun dan penyebab diare.
Penggunaan obat adsorbem harus dipisahkan dengan obat oral lainnya
selama 2-3 jam.
a. Polycarbophil
Nama obat Polycarbophil
14
Dosis PO (Dewasa): 1 g 1 - 4 kali sehari atau sesuai
kebutuhan (tidak lebih dari 6 g / 24 jam); untuk
parah diare, bisa diulang q 30 menit
PO (Anak-anak 6- 12 tahun) : 500 mg 1 - 3 kali
sehari atau sesuai kebutuhan (tidak melebihi 3 g /24
jam); untuk diare berat, bisa diulang q 30 menit.
PO (Anak-anak 2-6 tahun) : 500 mg 1 - 2 kali
sehari atau sesuai kebutuhan (tidak melebihi 1,5 g
/24 jam); untuk diare berat, bisa diulang q 30 menit.
(davisplus)
b. Attapulgite
Nama obat Attapulgite
15
C. Obat anti sekretorik
1. Bismuth subsalisilat
Nama obat Bismuth subsalisilat
16
D. Golongan Antibiotik
1. Primadex (A to Z Drug Fact, 2003) co-
trimoxazole
a. Komposisi : sulfametoksazole 400mg dan trimethoprim 80mg (ISO
vol.45 hal 190)
b. Mencegah proses biosintesa bakteri pada pembentukan asam
nukleat dan protein bersifat bakteriosidal
c. Indikasi : mengobati diare traveler, bakteri Shigellosis enteritis
d. Kontraindikasi : hipersensitif sulfonamide, anak < 2 bulan,
megaloblastis anemia
e. Dosis : sulfa/trime 800/160mg tiap 12 jam selama 5 hari
f. Interaksi : siklosporin, methotrexate, fenitoin, procainamide,
sulfonylurea, warfarin
g. Efek samping : mual, muntah, nyeri perut, pusing, peptic ulcer,
h. Penyimpanan : simpan pada suhu ruangan bebas cahaya matahari
langsung
i. Perhatian : pregnancy, anak<2 bulan, AIDS
j. Assessment : obat yang telah diminum, alergi obat (sulfonamida),
tindakan yang sudah dilakukan, kebutuhan minum yang sudah
diberikan
k. Education : perbanyak minum air putih, minum dengan segelas air
putih, laporkan ke dokter atau tenaga medis lain bila terjadi demam,
candidiasis, pendarahan, lindungi diri cahaya matahari bila terjadi
reaksi alergi
17
untuk menggantikan air dan elektrolit untuk komposisi tubuh normal.
Sedangkan pada pasien yang tidak mengalami deplesi volume, pemberian
cairan bertujuan untuk pemeliharaan cairan dan elektrolit. Pemberian cairan
parenteral perlu dilakukan untuk memasok air dan elektrolit jika pasien
mengalami muntah dan dehidrasi berat, selain untuk mencegah terjadinya
hipernatremia.
4. banyak makan buah dan umbi-umbian, seperti pisang, apel, pear, kentang,
dll.
5. sebaiknya hindari makan makanan pedas dan asam serta makanan dan
minuman penyebab terjadinya diare tersebut.
Oral rehydration solution (ORS) atau oralit digunakan pada kasus diare
ringan sampai sedang. Rehidrasi dengan menggunakan ORS harus dilakukan
secepatnya yaitu 3-4 jam untuk menggantikan cairan serta elektrolit yang
hilang selama diare untuk mencegah adanya dehidrasi. Cara kerja dari ORS
adalah dengan menggantikan cairan serta elektrolit tubuh yang hilang karena
diare dan muntah, namun ORS tidak untukmengobati gejala diare (Berarrdi, et
al, 2009 ; Nathan, 2010).
ORS mengandung beberapa komponen yaitu Natrium dan kalium yang
berfungsi sebagai pengganti ion essensial, sitrat atau bicarbonate yang
berfungsi untuk memperbaiki keseimbangan asam basa tubuh serta glukosa
digunakan sebagai sebagai carrier pada transport ion natrium dan air untuk
melewati mukosa pada usus halus.Komposisi ORS yang direkomendasikan
oleh WHO yaitu adalah komponen natrium 75 mmol/L dan glukosa 200
mmol/L (Nathan,2010).
Dalam 1 sachet ORS serbuk harus dilarutkan dengan menggunakan
200mL air. Penting sekali untuk membuat larutan ORS sesuai dengan volume
yang direkomendasikan, sebab apabila terlalu pekat konsentrasinya, maka
18
larutan akan mengalami hiperosmolar, dan dapat menyebabkan penarikan air
pada usus halus sehingga dapat memperparah diarenya. Larutan ORS yang
telah dilarutkan tersebut sebaiknya digunakan tidak lebih dari 24 jam dan
disimpan di dalam lemari es. Dosis ORS yang direkomendasikan untuk orang
dewasa adalah 200-400 mL diminum tiap setelah buang air besar, atau 2-4 liter
selama 4-6 jam (Nathan,2010).
Cara membuat Oralit (Kementrian Kesehatan R.I, 2011) :
1. Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air hingga bersih
2. Sediakan 1 gelas air minum (200 mL)
3. Pastikan oralit dalam keadaan bubuk kering
4. Masukkan 1 bungkus oralit ke dalam air minum di gelas
5. Aduk cairan oralit sampai larut
6. Larutan oralit jangan disimpan lebih dari 24 jam
Dietary management
19
2.11 Pencegahan Penyakit Diare
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan
adalah :
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan
sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa
ini.
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu
formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau
makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya
bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini
di sebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif).
Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan.
Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil
ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih).
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya
antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan
perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara
penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada
pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang
disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab botol untuk susu formula,
berisiko tinggi menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi
buruk
20
2. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap
mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian
makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa,
dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan
pendamping ASI, yaitu:
a. P erkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan d apat
teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak
berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari).
Setela h anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak
dengan baik, 4 -6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.
b. Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-bijian
untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging,
kacangkacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam
makanannya.
c. Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi anak
dengan sendok yang bersih.
d. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin
dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
21
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Ambil air dari sumber air yang bersih
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air.
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi
anakanak
d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih
dan cukup.
4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan
sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan
angka kejadian diare sebesar 47%).
5. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko
terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus
membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan jamban secara teratur.
c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
9. Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya
vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah
dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika
seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh
karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan
penyakit tersebut. Tempat sampah harus disediakan, sampah harus
dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila
tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan
23
10. Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan
bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti
leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada saluran
pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan, agar air
limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap
dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
24
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau
lebih) dalam satu hari yang dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit
yang abnormal dalam usus. Diare juga didefinisikan sebagai inflamasi pada
membran mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan diare,
muntahmuntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.
Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun
sedangkan di negara berkembang lebih dari itu. WHO memperkirakan ada sekitar
4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun
Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela,
Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat
umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga
disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli ( EIEC).
Secara patofisiologi, diare akut dapat dibagi menjadi diare inflamasi dan
noninflamasi. Diare akibat gangguan pada usus besar frekuensinya lebih sering,
lebih teratur, dengan volume yang kecil, dan sering disertai pergerakan usus yang
nyeri. Demam dan feses berdarah/mucoid juga sering terjadi.
Terdapat beberapa pembagian diare:
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan
a. Absorpsi
b. Gangguan sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non infeksi
c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.
Secara umum diare disebabkan dua hal yaitu gangguan pada proses absorpsi
atau sekresi. Menurut mekanisme diare maka dikenal: diare akibat gangguan
absorpsi yaitu volume cairan yang berada di kolon lebih besar daripada kapasitas
25
absorpsi. Diare juga dapat dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi dan
imunologi.
Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan diare pada
anak dan balita. Kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi,
tetapi sebagian kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau
pengobatan yang diberikan. Komplikasi paling penting walaupun jarang
diantaranya yaitu: hipernatremia, hiponatremia, demam, edema/overhidrasi,
asidosis, hipokalemia, ileus paralitikus, kejang, intoleransi laktosa, malabsorpsi
glukosa, muntah, gagal ginjal.
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita
atau tidak langsung melalui lalat. . Selain hal-hal tersebut beberapa faktor pada
penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain
gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya
motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik.
Bila penyebab diare akibat menelan makanan yang mengandung racun dari
kuman, akan terdapat gejala lain berupa mual hingga muntah. Pada kasus
keracunan makanan, biasanya gejala diare seperti muntah akan terlihat lebih
dominan dibandingkan diarenya sendiri. Demam juga mungkin menyertai diare
yang diakibatkan oleh infeksi. Selain itu, adanya perlukaan di mukosa usus akan
menyebabkan adanya darah maupun lendir pada tinja sehingga diperlukan
pencegahan diare untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya komplikasi diare.
Nyeri perut hingga kram perut dapat terjadi pada diare yang terjadi akibat
percepatan gerakan usus maupun yang melukai mukosa usus.
Untuk pengobatan farmakologis dapat digunakan golongan obat pengubah
konsistensi tinja (polycarbophil, attapulgite, kaolin-pectin, arang aktif), anti
motilitas (Lorepamide HCl, Diphenoxylate HCl/Atropine Sulfate), obat
antisekretorik (bismuth subsalisilat), dan golongan obat lain (primadex, entrostop,
scopma).
Sedangkan untuk pengobatan secara nonfarmakologi dapat dilakukan dengan
cara pemberian oral rehidration atau memperbanyak intake cairan seperti air
mineral, sup atau jus buah, dengan tujuan untuk mengembalikan komposisi cairan
dan elektrolit tubuh yang sebelumnya mengalami dehidrasi akibat diare.
26
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian ASI dan makanan
pendamping ASI pada bayi, menggunakan air bersih yang cukup, rajin mencuci
tangan, menggunakan jamban yang baik, memberi imunisasi campak pada anak,
serta melakukan pengelolaan sampah yang baik
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga diharapkan para pembaca
dapat melengkapi makalah ini dengan sumber-sumber infromasi yang terpercaya
dan dapat di pertanggungjawabkan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Lukman Zulkifli. 2015. Tatalaksana Diare Akut. CDK-230/ vol. 42 no. 7.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Hendarwanto. Diare akut Karena Infeksi, Dalam: Waspadji S, Rachman AM, Lesmana
LA, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta:
Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI ;1996. 451-
57.
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan Volume 2 Triwulan 2. Jakarta: Redaksi Datinkes
Departemen Kesehatan
28