Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmatNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Askep ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun judul
dari makalah ini adalah : ”ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KELENJAR
PANKREAS (pankreatitis)”.

Adapun tujuan dari pembuatan Askep ini yaitu agar pembaca dapat mengetahui konsep dasar asuhan
keperawatan pada klien gangguan kelenjar pankreas dengan pankreatitis.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan makalah ini. penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Ambon, april 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………2

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………3

A. Latar Belakang……………………………………………………………………….3

B. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………….3

BAB II TINJAUAN TEORITIS…………………………………………………………….4

A.Defenisi………………………………………………………………………………4

B. Etiologi………………………………………………………………………………4

C. Klasifikasi……………………………………………………………………………4

D .manifestasi klinis…………………………………………………………………….5

E. patofisiologi………………………………………………………………………….6

F. Pathway………………………………………………………………………………7

G. Pemeriksaan Diagnostik……………………………………………………………..7

H. Penatalaksanaan Medis……………………………………………………………....8

BAB : III Konsep Keperawatan……………………...…………………………………….11

A. Pengkajian……………………………………………………………………….....11

B. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………………….20

C. NOC dan NIC ……………………………………………………………………..20

BAB IV : PENUTUP……………………………………………………………………….25

A. Kesimpulan………………………………………………………………………..25

B. Saran………………………………………………………………………………25

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………26
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pankreas merupakan suatu organ yang mempunyai fungsi endokrin dan eksokrin, dan kedua fungsi ini
saling berhubungan. Fungsi eksokrin yang utama adalah untuk memfasilitasi proses pencernaan melalui
sekresi enzim-enzim ke dalam duodenum proksimal. Sekretin dan kolesistokinin-pankreozimin (CCC-PZ)
merupakan hormon traktus gastrointestinal yang membantu dalam mencerna zat-zat makanan dengan
mengendalikan sekret pankreas. Sekresi enzim pankreas yang normal berkisar dari 1500-2500 mm/hari.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Membantu mahasiswa dalam memahami secara umum konsep dari pankreatitis

2. Tujuan Khusus

Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan pankreatitis

Mampu menemukan masalah keperawatan pada klien dengan pankreatitis

Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan pankreatitis

Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan pankreatitis

Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan pada klien dengan pankreatitis

Mampu mengidentifikasi factor-faktor pendukung, penghambat serta dapat mencari solusinya

Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada pankreas dengan intensitas
yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang
berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan. (Brunner & Suddart,
2001; 1338)

Pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim pankreas diaktifasi
secara prematur mengakibatkan autodigestif dari pankreas. (Doengoes, 2000;558)

Pankreatitis akut adalah inflamasi pankreas yang biasanya terjadi akibat alkoholisme dan penyakit
saluran empedu seperti kolelitiasis dan kolesistisis. (Sandra M. Nettina, 2001)

B. Etiologi

- Batu saluran empedu

- Infeksi virus atau bakteri

- Alkoholisme berat

- Obat seperti steroid, diuretik tiazoid

- Hiperlipidemia, terutama fredericson tipe V

- Hiperparatiroidisme

- Asidosis metabolik

- Uremia

- Imunologi seperti lupus eritematosus

- Pankreatitis gestasional karena ketidakseimbangan hormonal

- Defisiensi protein

- Toksin

- Lain-lain seperti gangguan sirkulasi, stimulsi vagal


C. Klasifikasi

Pancreatitis dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: pancreatitis akut dan pancreatitis kronik

1. Pankreatitis Akut adalah peradangan pankreas yang terjadi secara tiba-tiba, bisa bersifat ringan atau
berakibat fatal. Secara normal pankreas mengalirkan getah pankreas melalui saluran pankreas (duktus
pankreatikus menuju ke usus dua belas jari (duodenum). Getah pankreas ini mengandung enzim-enzim
pencernaan dalam bentuk yang tidak aktif dan suatu penghambat yang bertugas mencegah pengaktivan
enzim dalam perjalanannya menuju ke duodenum. Sumbatan pada duktus pankreatikus (misalnya oleh
batu empedu) akan menghentikan aliran getah pankreas. Biasanya sumbatan ini bersifat sementara dan
menyebabkan kerusakan kecil yang akan segera diperbaiki. Namun bila sumbatannya berlanjut, enzim
yang teraktivasi akan terkumpul di pankreas, melebihi penghambatnya dan mulai mencerna sel-sel
pankreas, menyebabkan peradangan yang berat. Kerusakan pada pankreas bisa menyebabkan enzim
keluar dan masuk ke aliran darah atau rongga perut, dimana akan terjadi iritasi dan peradangan dari
selaput rongga perut (peritonitis) atau organ lainnya. Bagian dari pankreas yang menghasilkan hormon,
terutama hormon insulin, cenderung tidak dihancurkan atau dipengaruhi. .

2. Pankreatitis kronis adalah peradangan pankreas yang tidak sembuh-sembuh, yang semakin parah
dari waktu ke waktu dan mengakibatkan kerusakan pankreas yang permanen. Penyebab paling umum
adalah menkonsumsi alkohol yang berlebihan selama bertahun-tahun, tetapi kondisi seperti gangguan
herediter (keturunan), gangguan autoimun (Imunitas tubuh). Pankreatitis kronis memiliki kesamaan
gejala dengan Pankreatitis akut, dan gejala tambahan berupa diare, kotoran berminyak dan penurunan
berat badan.

D. Manifestasi Klinis

Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pankreatitis yang menyebabkan pasien datang
ke rumah sakit. Rasa sakit dan nyeri tekan abdomen yang disertai nyeri pada punggung, terjadi akibat
iritasi dan edema pada pankreas yang mengalami inflamasi tersebut sehingga timbul rangsangan pada
ujung-ujung saraf. Peningkatan tekanan pada kapsul pankreas dan obstruksi duktus pankreatikus juga
turut menimbulkan rasa sakit.

Secara khas rasa sakit yang terjadi pada bagian tengah ulu hati (midepigastrium). Awitannya sering
bersifat akut dan terjdi 24-48 jam setelah makan atau setelah mengkonsumsi minuman keras; rasa sakit
ini dapat bersifat menyebar dan sulit ditentukan lokasinya. Umumnya rasa sakit menjadi semakin parah
setelah makan dan tidak dapat diredakan dengan pemberian antasid. Rasa sakit ini dapat disertai
dengan distensi abdomen, adanya massa pada abdomen yang dapat diraba tetapi batasnya tidak jelas
dan dengan penurunan peristatis. Rasa sakit yang disebabkan oleh pankreatitis sering disertai dengn
muntah.

Pasien tampak berada dalam keadaan sakit berat defens muskuler teraba pada abdomen. Perut
yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda yang fatal. Namun demikian abdomen
dapat tetap lunak jika tidak terjadi peritonitis. Ekimosis (memar) didaerah pinggang dan disekitar
umbilikus merupakan tanda yang menunjukkan adanya pankreatitis haemoragik yang berat.

Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut. Muntahan biasanya berasal dari isi
lambung tetapi juga dapat mengandung getah empedu. Gejala panas, ikterus, konfusidan agitasi dapat
terjadi.

Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan hipovolemia serta syok yang
disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar cairan yang kaya protein, karena cairan ini mengalir kedalam
jaringan dan rongga peritoneum. Pasien dapat mengalami takikardia, sianosis dan kulit yang dingin serta
basah disamping gejala hipotensi. Gagal ginjal akut sering dijumpai pada keadaan ini.

Gangguan pernafasan serta hipoksia lazim terjadi, dan pasien dapat memperlihatkan gejala infiltrasi
paru yang difus, dispnoe, tachipnoe dan hasil pemeriksaan gas darah abnormal. Depresi miokard,
hipokalsemia, hiperglikemia dan koagulopati intravaskuler diseminata dapat pula terjadi pada
pankreatitis akut (Brunner & Suddart, 2001:1339)

E. Patofisiologi

Patofisiologi dari pankreatitis akut berhubungan juga dengan kasus batu empedu. Batu empedu yang
memasuki duktus koledokus dan terperangkap dalam saluran ini pada daerah ampula vater, lalu
menyumbat aliran getah pankreas sehingga menyebabkan aliran balik getah empedu dari duktus
kholedokus ke dalam duktus pankreatikus, akibatnya akan mengaktifkan yang kuat dalam pankreas
dimana dalam keadaan normal enzim-enzim ini berada dalam bentuk inaktif sampai getah pankreas
mencapai lumen duodenum. Spasme dan edema pada ampula vater yang terjadi akibat duodenitis
kemungkinan dapat menimbulkan pankreatitis.

Mortalitas akibat pankreatitis akut cukup tinggi (10%) akibat terjadinya syok, anoreksia, hipotensi
dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pankreatitis akut memiliki keparahan yang berkisar
dari kelainan yang relative ringan dan sembuh dengan sendirinya hingga penyakit yang dengan cepat
menjadi fatal serta tidak responsive terhadap berbagai terapi.
F. PATHWAY

Virus/ kuman

Pembuluh darah

Reaksi antibody

Perlawanan antigen dan antibody

Lekosit meningkat MK: resti infeksi

Inflamasi MK: nyeri

Syndroma respon inflamasi sistemik kegagalan sistem pertahanan tubuh

Sepsis kegagalan multiorgan

MK: gangguan nutrisi Pankreatitis

G. Pemeriksaan Diagnostik

1. Scan-CT : menentukan luasnya edema dan nekrosis

2. Ultrasound abdomen: dapat digunakan untuk mengidentifikasi inflamasi pankreas, abses,


pseudositis, karsinoma dan obstruksi traktus bilier.

3. Endoskopi : penggambaran duktus pankreas berguna untuk diagnosa fistula, penyakit obstruksi
bilier dan striktur/anomali duktus pankreas. Catatan : prosedur ini dikontra indikasikan pada fase akut.

4. Aspirasi jarum penunjuk CT : dilakukan untuk menentukan adanya infeksi.


5. Foto abdomen : dapat menunjukkan dilatasi lubang usus besar berbatasan dengan pankreas atau
faktor pencetus intra abdomen yang lain, adanya udara bebas intra peritoneal disebabkan oleh perforasi
atau pembekuan abses, kalsifikasi pankreas.

6. Pemeriksaan seri GI atas : sering menunjukkan bukti pembesaran pankreas/inflamasi.

7. Amilase serum : meningkat karena obstruksi aliran normal enzim pankreas (kadar normal tidak
menyingkirkan penyakit).

8. Amilase urine : meningkat dalam 2-3 hari setelah serangan.

9. Lipase serum : biasanya meningkat bersama amilase, tetapi tetap tinggi lebih lama.

10. Bilirubin serum : terjadi pengikatan umum (mungkin disebabkan oleh penyakit hati alkoholik atau
penekanan duktus koledokus).

11. Fosfatase Alkaline : biasanya meningkat bila pankreatitis disertai oleh penyakit bilier.

12. Albumin dan protein serum dapat meningkat (meningkatkan permeabilitas kapiler dan transudasi
cairan kearea ekstrasel).

13. Kalsium serum : hipokalsemi dapat terlihat dalam 2-3 hari setelah timbul penyakit (biasanya
menunjukkan nekrosis lemak dan dapat disertai nekrosis pankreas).

14. Kalium : hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan dari gaster; hiperkalemia dapat terjadi
sekunder terhadap nekrosis jaringan, asidosis, insufisiensi ginjal.

15. Trigliserida : kadar dapat melebihi 1700 mg/dl dan mungkin agen penyebab pankreatitis akut.

16. LDH/AST (SGOT) : mungkin meningkat lebih dari 15x normal karena gangguan bilier dalam hati.

17. Darah lengkap : SDM 10.000-25.000 terjadi pada 80% pasien. Hb mungkin menurun karena
perdarahan. Ht biasanya meningkat (hemokonsentrasi) sehubungan dengan muntah atau dari efusi
cairan kedalam pankreas atau area retroperitoneal.

18. Glukosa serum : meningkat sementara umum terjadi khususnya selama serangan awal atau akut.
Hiperglikemi lanjut menunjukkan adanya kerusakan sel beta dan nekrosis pankreas dan tanda
aprognosis buruk. Urine analisa; amilase, mioglobin, hematuria dan proteinuria mungkin ada (kerusakan
glomerolus).

19. Feses : peningkatan kandungan lemak (seatoreal) menunjukkan gagal pencernaan lemak dan
protein (Dongoes, 2000).
H. Penatalaksaaan

Tidak ada terapi yang diketahui dapat menghentikan siklus aktivasi enzim pankreas dengan inflamasi
dan nekrosis kelenjar. Tetapi definitif ditujukan pada penyebab gamggua. Prioritas keperawatan dan
medis untuk penatalaksanaan pendukung dari pankreatitis akut termasuk sebagai berikut:

- Penggantian cairan dan elektrolit

• Penggantian cairan menjadi prioritas utama dalam penanganan pankreatitis akut. Larutan yang
diperintahkan dokter untuk resusitasi cairan adalah koloid atau ringer laktat. Namun dapat pula
diberikan plasma segar beku atau albumin. Tanpa memperhatikan larutan mana yang dipergunakan.
Penggantian cairan digunakan untuk memberikan perfusi pankreas, yang hal ini diduga mengurangi
perkembangan keparahan rasa sakit. Ginjal juga tetap dapat melakukan perfusi dan ini dapat mencegah
terjadinya gagal ginjal akut. Pasien dengan pankreatitis hemorragia kut selain mendapat terapi cairan
mungkin juga membutuhkan sel-sel darah merah untuk memulihkan volume. Pasien dengan penyakit
parah yang mengalami hipertensi, gagal memberikan respon terhadap terapi cairan mungkin
membutuhkan obat-obatan untuk mendukung tekanan darah. Obat pilihannya adalah dopamin yang
dapat dimulai pada dosis yang rendah (2-5 ug/kg/menit). Keuntungan obat ini adalah bahwa dosis
rendah dapat menjaga perfusi ginjal sementara mendukung tekanan darah. Pasien hipokalsemia berat
ditempetkan pada situasi kewaspdaan kejang dengan ketersediaan peralatan bantu nafas. Perawat
bertanggung jawab untuk memantau kadar kalsium, terhadap pemberian larutan pengganti dan
pengevaluasian respon pasien terhadap kalsium yang diberikan. Penggantian kalsium harus didifusikan
melalui aliran sentral, karena infiltrasi perifer dapat menyebabkan nekrosis jaringan. Pasien juga harus
dipantau terhadap toksisitas kalsium. Hipomagnesemia juga dapat timbul bersama hipokalsemia dan
magnesium yang juga perlu mendapat penggantian. Koreksi terhadap magnesium biasanya dibutuhkan
sebelum kadar kalsium menjadi normal. Kalium adalah elektrolit lain yang perlu diganti sejak awal
sebelum regimen pengobatan karena muntah yang berhubungan dengan pangkreatitis akut. Kalium
dalam jumlah yang berlebihan juga terdapat dalam getah pankreas. Kalsium harus diberikan dalam
waktu lambat lebih dari satu jam lebih dengan menggunakan pompa infus. Pada beberapa kasus,
hiperglikemia dapat juga berhubungan dengan dehidrasi atau ketidakseimbangan elektrolit lainnya.
Mungkin diperintahkan pemberian insulin lainnya dengan skala geser, insulin ini perlu diberikan dengan
hati-hati, karena kadar glukagon sementara pada pankreatitis akut (Hudak dan Gallo, 1996).

- Pengistirahatan pankreas

• Suction nasogastric digunakan pada kebanyakan pasien dengan pankreatitis akut untuk menekan
sekresi eksokrin pankreas dengan pencegahan pelepasan sekretin dari duodenum. Mual, muntah dan
nyeri abdomen dapat juga berkurang bila selang nasogastric ke suction lebih dini dalam perawatan.
Selang nasogastrik juga diperlukan pasien dengan illeus, distensi lambung berat atau penurunan tingkat
kesadaran untuk mencegah komplikasi akibat aspirasi pulmoner. Puasa ketat (tak ada masukan peroral)
harus dipertahankan sampai nyeri abdomen reda dan kadar albumin serum kembali normal. Namun
parenteral total dianjurkan untuk pasien pankreatitis mendadak dan parah yang tetap dalam status
puasa jangka panjang dengan suction nasogastrik dengan illeus paralitik, nyeri abdomen terus-menerus
atau komplikasi pankreas. Lipid tidak boleh diberikan karena dapat meningkatkan kadar trigliserida lebih
jauh dan memperburuk proses peradangan. Pada pasien dengan pankreatitis ringan cairan peroral
biasanya dapat dimulai kembali dalam 3-7 hari dengan penggantian menjadi padat sesuai toleransi.
Status puasa yang diperpanjang dapat menyulitkan pasien. Perawatan mulut yang sering dan posisi yang
sesuai serta memberikan pelumasan pada selang nasogastric menjadi penting dengan mempertahankan
integritas kulit dan memaksimalkan kenyamanan pasien. Dianjurkan tirah baring untuk mengurangi laju
metabolisme basal pasien. Hal ini selanjutnya akan mengurangi rangsangan dari sekresi pankreas (Hudak
dan Gallo, 1996).

- Penatalaksanaan nyeri

• Analgesik diberikan untuk kenyamanan pasien maupun untuk mengurangi rangsangan saraf yang
diinduksi stress atau sekresi lambung dan pankreas. Meferidan (dimerol) digunakan menggantikan
morfin karena morfin dapat menginduksi spasme sfingter oddi (Sabiston, 1994).

- Pencegahan komplikasi

• Karena sebab utama kematian adalah sepsis maka antibiotika diberikan. Antasid biasanya diberikan
untuk mengurangi pengeluaran asam lambung dan duodenum dan resiko perdarahan sekunder
terhadap gastritis atau duodenitis (Sabiston, 1994).

- Diet

• Tinggi kalori tinggi protein rendah lemak (Barabara C. long, 1996).

- Pemberian enzim pankreas : pankreatin (viakose), pankrelipase (cotozym), pankrease (Barbara C.


long, 1996).

- Fiberoscopy dengan kanulisasi dan spingterotomi oddi (Barbara C. long,1996).

- Intervensi bedah

• Terapi bedah mungkin diperlukan dalam kasus pankreatitis akut yang menyertai penyakit batu
empedu. Jika kolesistisis atau obstruksi duktus komunistidak memberikan respon terhadap terapi
konservatif selama 48 jam pertama, maka kolesistosyomi, koleastektimi atau dekompresi duktus
komunis.mungkin diperlukan untuk memperbaiki perjalanan klinik yang memburuk secara progresif.
Sering adanya kolesistisis gangrenosa atau kolengitis sulit disingkirkan dalam waktu singkat dan
intervensi yang dini mungkin diperlukan, tetapi pada umumnya terapi konservatif dianjurkan sampai
pankreatitis menyembuh, dimana prosedur pada saluran empedu bisa dilakukan dengan batas
keamanan yang lebih besar (Sabiston, 1994).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PANKKREASITIS

Contoh kasus :

Tn. Rossi berumur 65 tahun masuk sudah di rawat di rumah sakit selama 3 hari.

Pada awal masuk Tn rossi mengatakan kalau dia merasa sakit di perut bagian kiri tengah atau perut atas
dan sakit perut dapat meningkat setelah makan atau berbaring. Keluhan lain yang dirasakan yaitu mual,
demam, dan denyut jantung yang cepaat. Setelah di periksa dokter mengatakan kalau Tn rossi mengidap
gejala penyakit pankreasitis.

Asuhan keperawatan.

A. Pengkajian :
1.1. Pengkajian
1.1.1 . identitas
 Nama : Tn. Rossi
 Umur : 65 Tahun
 Jenis kelamin : Laki laki
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : Sopir
 Alamat : Passo
 Penanggung jawab: Ny. surti
a. Keluhan utama : nyeri di epigastrium, abdomen bawah
b. Riwayat penyakit sekarang : nyeri di epigastrium, abdomen bawah
c. Riwayat penyakit dahulu : hipertensi
d. Riwayat penyakit keluarga : pankreasitis

Anda mungkin juga menyukai