Disusun Oleh:
H-3
Adelia (191FK03103)
Tingkat 2C
JUNI 2021
1
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
3.1 Kesimpulan............................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................20
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
sehingga sebuah perkawinan tidak dipandang sebagai kesiapan materi belaka,
tetapi juga kesiapan mental dan kedewasaan untuk mengarunginya. Biasanya
kondisi dimana pasangan yang tidak sanggup menyelesaikan serta menanggulangi
permasalahan yang terjadi dapat menimbulkan berbagai masalah lainnya yang
dapat mengarah pada perceraian keluarga. Sehingga banyaknya perkawinan usia
muda ini juga berbanding lurus dengan tingginya angka perceraian. Banyaknya
kasus perceraian ini merupakan dampak dari mudanya usia pasangan bercerai
ketika memutuskan untuk menikah. Namun dalam alasan perceraian tentu saja
bukan karena alasan menikah muda, melainkan masalah ekonomi dan sebagainya,
tetapi masalah tersebut tentu saja sebagai dampak dari perkawinan yang dilakukan
tanpa kematangan diri dari segala aspek. Hal ini disebabkan oleh pengambilan
keputusan menikah yang terlalu ringkas dan kurang pertimbangan demi efisiensi
waktu sehingga bukan menyelesaikan masalah tetapi menumpuk masalah dengan
masalah lainnya.
Contoh kasus yang sering kita lihat adalah menikah muda karena
keterlanjuran hubungan seks akibatnya terpaksa dikawinkan karena telanjur hamil
dan orangtua tidak memberi pilihan pada anak itu selain menikah dengan sang
pacar padahal sebenarnya tidak ingin menikah, tetapi juga tidak ingin
mengugurkan kandungan. Kasus-kasus seperti ini merupakan fenomena di kota-
kota besar. Hal ini juga akan mengakibatkan penolakan dari keluarga karena malu.
Selain itu, fenomena menikah di usia muda ini akan beruntut pada masalah
sosial lainnya seperti tindak kriminal aborsi, risiko penyakit menular seks (PMS),
serta perilaku a-sosial lainnya dan juga tidak menutup kemungkinan pekerja
seksual juga muncul dari “budaya kebablasan” ini.
2
tua pada masa remaja?
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Peran perawat dalam menghadapi bahaya
pasien yang menjadi orang tua pada masa remaja?
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Penanganan yang dilakukan untuk
menghadapi dampak menjadi orang tua pada usia remaja?
6. Mahasiswa mampu menyebutkan diagnosa yang muncul?
3. Pihak umum, sebagai bahan bacaan, sumber informasi dan referensi terkait
masalah menjadi orang tua pada masa remaja.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa
Latin adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”
(Ali & Asrori, 2006).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2005: 802) pengertian orang tua
adalah ayah ibu kandung; orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dsb).
Sejalan dengan pendapat tersebut, Soelaeman (1994:179) menganggap
bahwa“...istilah orang tua hendaknya tidak pertama-tama diartikan sebagai orang
yang tua, melainkan sebagai orang yang dituakan, karenanya diberi tanggung
jawab untuk merawat dan mendidik anaknya menjadi manusia dewasa”.
Remaja atau adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan.
Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi
juga kematangan sosial dan psikologis (Yani Widyastuti,2009)
Remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik, yaitu masa alat-alat
kelamin manusia mencapai kemantangannya.Secara anatomis berarti alat-alat
kelamin khususnya dan keadan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya
yang sempurna dan alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna
pula.pada akhir dari peran perkembangan fisik ini aknan terjadi seorang pria yang
berotot dan berkumis /berjanggut yang mampu menghasilkan beberapa ratus juta
sel mani (spermatozoa) setiap kali berejakulasi (memancarkan air mani), atau
seorang wanita yang berpayudara dan berpinggul besar yang setiap bulannya
mengeluarkan sebuah sel telur dari indung telurnya (Sarlito W.
Sarwono, 2010)
Masa Remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan
antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi
perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi
rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual (Kartono, 1995).
4
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 802) pengertian Orang Tua
adalah ayah, ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan lain-
lain).
Istilah Orang Tua hendaknya tidak pertama-tama diartikan sebagai orang
yang tua, melainkan sebagai orang yang dituakan, karenanya diberi
tanggungjawab untuk merawat dan mendidik anaknya menjadi manusia dewasa
(Soelaeman, 1994).
2.2 Faktor faktor yang menyebabkan menjadi orang tua pada masa remaja
Selama ini perkawinan di bawah umur terjadi dari dua aspek:
1. Sebab dari Anak.
a. Faktor Pendidikan.
Peran pendidikan anak-anak sangat mempunyai peran yang besar.
Jika seorang anak putus sekolah pada usia wajib sekolah, kemudian
mengisi waktu dengan bekerja. Saat ini anak tersebut sudah merasa
cukup mandiri, sehingga merasa mampu untuk menghidupi diri sendiri.
Hal yang sama juga jika anak yang putus sekolah tersebut
menganggur. Dalam kekosongan waktu tanpa pekerjaan membuat mereka
akhirnya melakukan hal-hal yang tidak produktif. Salah satunya adalah
menjalin hubungan dengan lawan jenis, yang jika diluar kontrol membuat
kehamilan di luar nikah.
b. Faktor telah melakukan hubungan biologis.
Ada beberapa kasus, diajukannya pernikahan karena anak-anak
telah melakukan hubungan biologis layaknya suami istri. Dengan kondisi
seperti ini, orang tua anak perempuan cenderung segera menikahkan
anaknya, karena menurut orang tua anak gadis ini, bahwa karena sudah
tidak perawan lagi, dan hal ini menjadi aib.
Tanpa mengenyampingkan perasaan dan kegalauan orang tua, saya
menganggap ini sebuah solusi yang kemungkinan di kemudian hari akan
menyesatkan anak-anak. Ibarat anak kita sudah melakukan suatu
kesalahan yang besar, bukan memperbaiki kesalahan tersebut, tetapi
orang tua justru membawa anak pada suatu kondisi yang rentan terhadap
masalah. Karena sangat besar di kemudian hari perkawinan anak-anak
tersebut akan dipenuhi konflik.
5
c. Hamil sebelum menikah
Ini saya pisahkan dari faktor penyebab di atas, karena jika kondisi
anak perempuan itu telah dalam keadaan hamil, maka orang tua
cenderung menikahkan anak-anak tersebut. Bahkan ada beberapa kasus,
walau pada dasarnya orang tua anak gadis ini tidak setuju dengan calon
menantunya, tapi karena kondisi kehamilan si gadis, maka dengan
terpaksa orang tua menikahkan anak gadis tersebut.
Bahkan ada kasus, justru anak gadis tersebut pada dasarnya tidak
mencintai calon suaminya, tapi karena terlanjur hamil, maka dengan
sangat terpaksa mengajukan permohonan dispensasi kawin. Ini semua
tentu menjadi hal yang sangat dilematis. Baik bagi anak gadis, orang tua
bahkan hakim yang menyidangkan.
Karena dengan kondisi seperti ini, jelas-jelas perkawinan yang akan
dilaksanakan bukan lagi sebagaimana perkawinan sebagaimana yang
diamanatkan UU bahkan agama. Karena sudah terbayang di hadapan
mata, kelak rona perkawinan anak gadis ini kelak. Perkawinan yang
dilaksanakan berdasarkan rasa cinta saja kemungkinan di kemudian hari
bias goyah,apalagi jika perkawinan tersebut didasarkan keterpaksaan
2. Sebab dari luar Anak
a. Faktor Pemahaman Agama.
Saya menyebutkan ini sebagai pemahaman agama, karena ini
bukanlah sebagai doktrin. Ada sebagian dari masyarakat kita yang
memahami bahwa jika anak menjalin hubungan dengan lawan jenis, telah
terjadi pelanggaran agama. Dan sebagai orang tua wajib melindungi dan
mencegahnya dengan segera menikahkan anak-anak tersebut.
Ada satu kasus, dimana orang tua anak menyatakan bahwa jika anak
menjalin hubungan dengan lawan jenis merupakan satu: “perzinahan”.
Oleh karena itu sebagai orang tua harus mencegah hal tersebut dengan
segera menikahkan. Saat mejelishakim menanyakan anak wanita yang
belum berusia 16 tahun tersebut, anak tersebut pada dasarnya tidak
keberatan jika menunggu dampai usia 16 tahun yang tinggal beberapa
bulan lagi. Tapi orang tua yang tetap bersikukuh bahwa pernikahan harus
segera dilaksanaka. Bahwa perbuatan anak yang saling sms dengan anak
6
laki-laki adalah merupakan “zina”. Dan sebagai orang tua sangat takut
dengan azab membiarkan anak tetap berzina
b. Faktor Ekonomi.
Kita masih banyak menemui kasus-kasus dimana orang tua terlilit
hutang yang sudah tidak mampu dibayarkan. Dan jika si orang tua yang
terlilit hutang tadi mempunyai anak gadis, maka anak gadis tersebut akan
diserahkan sebagai “alat pembayaran” kepada si piutang. Dan setelah
anak tersebut dikawini, maka lunaslah hutang-hutang yang melilit orang
tua si anak.
Kasus ini baru-baru ini mencuat terjadi di Maros (Sulawesi Selatan).
Dimana seorang kakek erusia 60 tahun menikah dengan anak berusia 12
tahun. Orang tua anak tersebut sudah cuup senang, karena selain hutang-
hutangnya bisa terbayarkan juga karena anaknya tersebut telah diberikan
HP. Sebuah kisah yang sangat ironis.
c. Faktor adat dan budaya.
Di beberapa belahan daerah di Indonesia, masih terdapat beberapa
pemahaman tentang perjodohan. Dimana anak gadisnya sejak kecil telah
dijodohkan orang tuanya. Dan akan segera dinikahkan sesaat setelah anak
tersebut mengalami masa menstruasi. Padahal umumnya anak-anak
perempuan mulai menstruasi di usia 12 tahun. Maka dapat dipastikan
anak tersebut akan dinikahkan pada usia 12 tahun, jauh di bawah batas
usia minimum sebuah pernikahan yang diamanatkan UU.
Dari kedua penyebab pernikahan dini, maka pernikahan dini yang
terjadi bukan karena n si anak, yang menjadi korban adalah anak-anak
perempuan. Budaya ini harus kita kikis, demi terwujudnya kesaaan hak
antara anak laki-laki dan anambangan Remaja dk perempuan. Dan wajib
kita syukuri juga, budaya ini terjadi di daerah, bukan di daerah yang
sudah maju.
Perkembangan Remaja dan Tugasnya sesuai dengan tumbuh dan
berkembangnya suatu individu, dari masa anak-anak sampai dewasa,
individu memiliki tugas masing-masing pada setiap tahap
perkembangannya. Yang dimaksud tugas pada setiap tahap
7
perkembangan adalah bahwa setiap tahapan usia, individu tersebut
mempunyai tujuan untuk mencapai suatu kepandaian.
2.3 Dampak yang muncul menjadi orang tua pada masa remaja
1. Rusaknya Organ Reproduksi
Banyak pihak medis mengatakan bahwa organ reproduksi terutama
organ reproduksi anak gadis remaja belum siap untuk melakukan hubungan
intim dan juga belum siap untuk mengandung. Jika hal itu terjadi, medis
mengatakan kemungkinan buruknya adalah bisa terjadi keguguran secara
berulang-ulang karena kondisi rahim yang belum siap. Tidak hanya itu saja,
keguguran yang berulang bisa menyebabkan rusaknya organ reproduksi
wanita sehingga kemungkinan untuk bisa menggandung kembali sangat kecil.
2. Keguguran
Hal nyata yang bisa dialami oleh wanita yang hamil di usia muda adalah
akan mengalami keguguran. Penyebab keguguran hamil muda adalah rahim
wanita yang masih muda belum siap dan belum matang untuk menerima
kehamilan. Akibatnya adalah keguguran akan dialami oleh wanita tersebut.
3. Cacat Fisik
Salah satu hal yang menjadi bahaya hamil di usia muda adalah bayi yang
dilahirkannya akan mengalami cacat fisik. Alasannya adalah sel telur wanita
muda di usia bawah 20 tahun belum terbentuk dengan sempurna sehingga
ketika sel telur dibuahi akan menimbulkan kecacatan terutama cacat fisik bagi
janinnya kelak.
4. Kanker Serviks
Salah satu bahaya akibat hamil muda adalah bisa terkena kanker serviks.
Hal itu dikarenakan berhubungan seksual saat masih muda bisa menyebabkan
leher rahim terkena virus. Virus tersebut bisa berubah menjadi kanker serviks
terutama virus yang tidak segera diobati.
5. Mudah Terkena Infeksi
Organ reproduksi yang masih belum siap untuk melakukan hubungan
seksual bisa menyebabkan organ reproduksi tersebut mudah terkena infeksi.
Terlebih lagi ditunjang dengan faktor rendahnya ekonomi, stress dan
perawatan organ reproduksi yang belum banyak dipahami bisa menyebabkan
8
wanita mudah terkena infeksi apalagi saat wanita tersebut terkena nifas.
Banyak bakteri bisa masuk ke dalam organ reproduksinya dan menimbulkan
infeksi.
6. Kurangnya Perawatan Kehamilan
Tingkat pendidikan yang rendah bisa menyebabkan gadis muda yang
sedang hamil kurang dalam merawat kehamilannya. Tidak hanya itu saja,
masyarakat terpencil juga belum tahu bagaimana caranya merawat kehamilan
dengan benar, hal itu semakin memperparah kondisi ibu muda yang sedang
hamil. Kehamilan pun menjadi rawan terutama di saat awal-awal
kehamilannya.
7. Hipertensi
Wanita muda yang hamil akan memiliki terkena hipertensi dalam
kehamilan lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang hamil di usia cukup.
Kondisi itu dalam dunia medis dikenal dengan pregnancy induced
hypertension. Tekanan darah tinggi adalah pemicu timbulnya pre eklamsia,
sehingga remaja muda yang hamil sangat rentan untuk bisa terkena pre
eklamsia. Pre eklamsia bisa disebut kombinasi dari penyakit darah
tinggi,darah tinggi juga bisa menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan.
Misalnya saja ibu muda mengalami gangguan jantung, kolesterol dan masih
banyak lagi penyakit lainnya.
8. Prematur
Remaja yang mengalami kehamilan di usia muda bisa membuat remaja
tersebut mengalami kelahiran prematur. Usia kehamilan yang matang adalah
antara 38 minggu sampai dengan 40 minggu, sedangkan remaja yang
mengalami kehamilan sangat rentan untuk melahirkan di usia sebelum 37
minggu. Penyebabnya adalah kondisi rahim yang masih belum siap untuk
mengandung membuat bayi tersebut dilahirkan premature.
Bayi yang dilahirkan secara prematur akan memiliki berbagai macam
masalah kesehatan diantaranya adalah masalah di sistem pencernaan, masalah
di pernafasan karena paru-paru yang belum berkembang, syaraf mata yang
belum berkembang secara sempurna sehingga penglihatan tergenggu juga
masalah kesehatan yang lainnya.
9
9. Bayi Memiliki Berat Badan Rendah
Bahaya kehamilan di usia muda adalah ibu bisa melahirkan bayi dengan
berat badan yang rendah. Alasannya adalah bayi tidak bisa mendapatkan
energi dan gizi yang cukup selama di dalam rahim. Kelahiran prematur juga
bisa menyebabkan bayi yang dilahirkan memiliki berat badan yang rendah.
Bayi yang dilahirkan kurang dari usia 37 minggu bisa membuat berat badan
bayi kurang dari 2.500 gram.
10. Terkena PMS
Hamil dengan usia yang masih sangat muda bisa menyebabkan ibu dan
bayinya terkena PMS. Penyakit yang akan mengintai remaja adalah penyakit
kelamin yang disebabkan oleh bakteri klamidia dan juga HIV. PMS ini bisa
menular melalui mulut rahim setelah virus itu sampai ke dalam rahim, bakteri
atau virus tersebut akan menganggu pertumbuhan dan juga kesehatan bayi
yang ada di dalam rahim.
11. Depresi
Remaja yang belum siap mental dan belum siap fisik untuk hamil bisa
mengalami depresi. Depresi itu bisa menyerang remaja sehabis melahirkan
bayinya. Depresi itu ditandai dengan perasaan rendah diri, sedih dan juga
tidak mau mengurus bayinya setelah dilahirkan. Depresi tersebut bisa berubah
menjadi sindrom baby blues. Jika sudah terkena baby blues maka diperlukan
perawatan khusus dari pihak medis terutama untuk mengobati psikologis
remaja tersebut.
12. Tekanan Psikologis
Remaja yang hamil muda dan melahirkan di usia yang sangat muda akan
mendapatkan tekanan psikologis dari masyarakat. Remaja tersebut
mendapatkan tekanan psikologis berupa rasa sendirian dan juga rasa
dikucilkan oleh orang-orang di sekitarnya. Dari pihak keluarga sendiri,
khusus kasus MBA remaja tersebut merasa terkucilkan di lingkungan
keluarga. Merasa malu karena tidak bisa menjaga diri dan masih banyak lagi
lainnya.
13. Anemia
Remaja yang mengalami hamil di usia muda bisa menyebabkan dirinya
terkena anemia atau kekurangan darah. Kurangnya pengetahuan remaja dan
keluarga akan kebutuhan zat besi / gizi saat kehamilan bisa menyebabkan
10
remaja tersebut terkena anemia. Anemia sangat berbahaya bagi ibu hamil
karena bisa menyebabkan pendarahan saat kehamilan.
14. Keracunan Kehamilan
Gangguan kehamilan seperti keracunan mungkin saja bisa terjadi.
Gabungan antara organ reproduksi yang belum matang dan juga resiko
terkena anemia bisa menyebabkan remaja tersebut terkena keracunan
kehamilan.
2.4 Peran Perawat dalam menghadapi bahaya pasien yang menjadi orang tua
pada masa remaja
1. Conselor
Membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau
masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik antar
keluarga.Sehingga pasien mempunyai panadangan yang lebih baik dari
sebelumnya dan dapat menerima peran sebagai orang tua diusia remaja.
2. Client Advocate (Pembela Klien).
a. membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan kesehatan
b. Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk
klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak
klien
3. Care Giver
memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien mengenai hal-hal yang
dibutuhkan pasien dan juga memberikan dorongan semangat untuk menjalani
peran sebagai orang tua diusia remaja.
4. Edukator
Perawat memberikan eduksi tentang dampak menjadi orang tua diusia
remaja,sehingga klien dapat mempunyai wawasan tentang bahanya menjadi
orang tua diusia remaja misalnya tentang belum matangnya sistem reproduksi.
2.5 Penanganan yang dilakukan untuk mengadapi dampak menjadi orang tua
pada usia remaja
1. Memberikan penyuluhan atau bimbingan kepada remaja mengenai berbagai
permasalahan sosial terutama tentang risiko pernikahan di usia muda melalui
11
pendidikan seks dini, konseling kesehatan reproduksi juga memberikan
kesadaran kepada para remaja untuk menghindari seks pranikah yang bisa
mengakibatkan kehamilan.
2. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan pada dan pengembangan potensi
dan skill yang lebih baik.
3. Keluarga harus mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai yang baik sejak dini
kepada remaja, serta memberikan bimbingan, perlindungan, dan pengawasan
agar remaja tidak terjerumus dalam pergaulan bebas yang dapat mengarah
pada menjadi orang tua pada masa remaja.
4. Pemerintah maupun kalangan masyarakat harus terus mengembangkan
pendidikan dan membuka lapangan kerja agar perempuan dan laki-laki
mempunyai alternatif kegiatan lain sehingga menikah muda bukan satu-
satunya pilihan hidup. Misalnya mengembangkan program pemberdayaan
orang muda agar meneruskan sekolah, dan bagi yang terpaksa putus sekolah
diberikan pendidikan keterampikan agar tidak segera memasuki jenjang
pernikahan.
5. mengupayakan sosialisasi kepada keluarga untuk menyekolahkan anak-anak
mereka hingga tamat SMA /SMK.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2005: 802) pengertian orang tua
adalah ayah ibu kandung; orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dsb).
Sejalan dengan pendapat tersebut, Soelaeman (1994:179) menganggap
bahwa“...istilah orang tua hendaknya tidak pertama-tama diartikan sebagai orang
yang tua, melainkan sebagai orang yang dituakan, karenanya diberi tanggung
jawab untuk merawat dan mendidik anaknya menjadi manusia dewasa”.
Remaja atau adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan.
Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi
juga kematangan sosial dan psikologis (Yani Widyastuti,2009). Sedangkan Faktor
faktor yang menyebabkan menjadi orang tua pada masa remaja
a. Sebab dari Anak.
- Faktor Pendidikan
- Faktor telah melakukan hubungan biologis
- Hamil sebelum menikah
b. Sebab dari luar Anak
- Faktor Pemahaman Agama.
- Faktor ekonomi
- Faktor adat dan budaya
13
DAFTAR PUSTAKA
14