Anda di halaman 1dari 16

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI TUNAGRAHITA

Aliyah Nur'aini Hanun


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak
Jalan Ahmad Yani, Pontianak – 78124 Kalimantan Barat Telp. (0561) 739630, Fax: (0561) 739636,
HP. 08195660086, email: aliyah nuraini@yahoo.com
Naskah diterima tanggal 25 Agustus 2013, disetujui pada tanggal 14 November 2013

INTERPERSONAL COMMUNICATION OF CHILDREN WITH MENTAL


RETARDATION

Abstract

Tunagrahita were a terminology to called the children with mentally retarded conditions. This
conditions caused these children having difficulties at least on four areas, related with attention,
memory, language, and academics. The research problem is how interpersonal communication
tunagrahita in Dormitory Extraordinary Education Foundation (YPLB) Cipaganti Bandung.
This research’s aim is to seek the interpersonal communication phenomenon of children with
mentally retarded in YPLB Cipaganti Dormitory. The research method which were used is the
qualitative method with communication Ethnography approach and Symbolic Interactionism
theory to have comprehensive descriptions about life reality of mentally retarded’s children in
YPLB Cipaganti Dormitory. Data obtained by participation observer, unstructured interviews,
and documentary study. The result showed that interpersonal interactions are done with each
child boarding and with the management of the hostel, is a series of unique events and
interpersonal communication with a distinctive circular process that takes place continuously.

Keywords: interpersonal communication, tuna grahita, Ethnography study of Communication.

Abstrak

Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang memiliki kemampuan
intelektual di bawah rata-rata. Kecerdasan di bawah rata-rata normal ini menyebabkan
tunagrahita mempunyai kesulitan sedikitnya pada empat kawasan yang berkaitan dengan atensi,
daya ingat, bahasa, dan akademik. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana
komunikasi antarpribadi tunagrahita di Asrama Yayasan Pendidikan Luar Biasa (YPLB)
Cipaganti Bandung. Penelitian ini dilakukan untuk menangkap fenomena komunikasi
antarpribadi tunagrahita yang terjadi di asrama YPLB Cipaganti. Metode penelitian yang
digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan Etnografi Komunikasi dan teori Interaksi
Simbolik. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan berperan serta, wawancara,
dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antarpribadi yang dilakukan
anak asrama dengan sesamanya maupun dengan pengurus asrama, merupakan rangkaian
peristiwa komunikasi antarpribadi yang unik dan khas dengan proses yang berlangsung secara
sirkuler dan terus menerus.

Kata kunci: komunikasi antarpribadi, tuna grahita, Etnografi Komunikasi.

137
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 16 No.2, Desember 2013: 137-152

PENDAHULUAN kontribusi cukup besar dalam mekanisasi


fungsi kognisi terhadap stimulasi verbal
Komunikasi, dalam konteks apapun, maupun nonverbal, terutama yang memiliki
adalah bentuk dasar adaptasi terhadap unsur kebahasaan (Efendi, 2006).
lingkungan (Mulyana, 2005). Berbicara Namun, tidak demikian dengan anak
mengenai komunikasi, maka tidak akan lepas tunagrahita, apa yang dapat dilakukan oleh
dari kemampuan berbahasa. Bahasa sebagai anak normal sulit diikuti oleh anak
pesan komunikasi baik itu verbal maupun tunagrahita. Seringkali stimulasi verbal
nonverbal membutuhkan kemampuan maupun nonverbal dari lingkungannya sulit
mengabstraksi yang dapat dipenuhi dengan ditransfer dengan baik oleh anak tunagrahita.
kecerdasan intelegensi yang memadai. Bahkan hal-hal yang tampaknya sederhana
Di kalangan masyarakat awam, terkadang tidak mampu dicerna dengan baik.
kecerdasan mungkin dianggap sama dengan Belum lagi ditambah faktor fisiologis anak
kepintaran, kepandaian, ataupun tunagrahita yang cenderung sulit
intelektualitas. Bisa dikatakan bahwa berkomunikasi secara verbal. Hal inilah yang
kecerdasan sebenarnya berkaitan erat dengan menjadi penyebab ketergantungan tunagrahita
kondisi mental seseorang. Kondisi ini berada terhadap orang lain cukup tinggi.
dalam diri seseorang yang jarang Anggapan umum masyarakat bahwa
tervisualisasi secara fisik. Sesuai dengan anak tunagrahita akan memiliki keterbatasan
fungsinya, mental bagi manusia merupakan intelektual seumur hidup sehingga percuma
pelengkap kehidupan yang paling sempurna, untuk dididik atau dibina, akan membawa
sebagai pengendali motorik tubuh dalam dampak negatif bagi anak tunagrahita itu
beraktivitas. Oleh karena itu kelainan atau sendiri, dan anggapan itu harus dihilangkan.
gangguan mental ini pada seseorang (mental Mungkin tes IQ bisa dijadikan indikator dari
subnormal) berarti ia telah kehilangan kemampuan mental seseorang. Tetapi,
sebagian besar kemampuan untuk kemampuan adaptif seseorang tidak
mengabstraksi peristiwa yang ada di selamanya tercermin pada hasil tes IQ.
lingkungannya secara akurat (Effendi, 2006). Latihan, pengalaman, motivasi, dan
Seseorang yang memiliki kelainan mental lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya
subnormal ini lazim disebut sebagai pada kemampuan adaptif seseorang termasuk
keterbelakangan mental, retardasi mental, komunikasi.
atau tunagrahita. Dalam menghadapi kondisi ini,
Tunagrahita merupakan istilah yang orangtua dapat meminta bantuan kepada
digunakan untuk menyebut anak yang psikolog ataupun pada guru pendidikan luar
memiliki kemampuan intelektual di bawah biasa. Proses adaptif anak tunagrahita harus
rata-rata (Somantri, 2007). Kecerdasan di dimulai dengan proses komunikasi yang baik.
bawah rata-rata normal ini menyebabkan Upaya proses komunikasi anak tunagrahita
tunagrahita mempunyai kesulitan sedikitnya memerlukan pelayanan dan pendidikan yang
pada empat kawasan yang berkaitan dengan khusus. Asrama Panti Yayasan Pendidikan
atensi (attention), daya ingat (memory), Luar Biasa (YPLB) Cipaganti menjadi sebuah
bahasa (language) dan akademik (academics) tempat penitipan keluarga yang memiliki
(Hallahan dan Kauffman, dalam Delphie, anak-anak tunagrahita agar anak tersebut
2003). dapat dididik dan dibina kemampuan
Berkaitan dengan komunikasi, sebagai adaptifnya.
modal awal manusia berinteraksi dan Banyak penelitian mengenai anak
beradaptasi, diperlukan kemampuan untuk tunagrahita terutama hanya mengenai
berbahasa. Untuk mengembangkan masalah klinis maupun ortopedagogik yang
kemampuan bahasa dan bicara pada seorang berkenaan dengan psikologi dan pendidikan
anak normal mungkin tidak menemui anak. Hal ini dikarenakan masalah
kesulitan, karena kecerdasan yang dimiliki ketunagrahitaan hanya dianggap sebagai
sebagai aspek psikologis mempunyai masalah retardasi mental atau

138
Komunikasi Antarpribadi Tunagrahita
Aliyah Nur'aini Hanun

keterbelakangan mental, yang lazim berada penyandang tunagrahita.


pada ranah bidang kedokteran, keperawatan,
psikologi, maupun pendidikan khusus.
Sebagai jembatan multidisiplin ilmu, LANDASAN KONSEP
sebenarnya komunikasi memegang peranan
yang sangat penting dalam penanganan Kajian Pustaka
tunagrahita, karena perilaku adaptif yang Komunikasi Antarpribadi
utama adalah bagaimana tunagrahita dapat
Komunikasi antarpribadi merupakan
berkomunikasi dengan lingkungannya.
bentuk khusus dari komunikasi manusia yang
Penelitian ini penting dilakukan mengingat
terjadi ketika manusia berinteraksi secara
kesulitan berbahasa yang dimiliki oleh anak
simultan (simultaneous interaction) dengan
tunagrahita tidak berarti bahwa mereka hidup
orang lain dan saling memengaruhi (mutual
dalam “keheningan”.
influence). Interaksi simultan berarti bahwa
Dalam asrama ini terbentuk peristiwa
partisipan komunikasi bereaksi pada
komunikasi, baik itu antarpribadi tunagrahita
informasi yang sama dalam waktu yang sama.
maupun dengan pengurus asrama dan
Saling memengaruhi berarti tiap partisipan
lingkungannya yang membentuk suatu
dipengaruhi oleh interaksi yang terjadi.
masyarakat tutur dengan sistem komunikasi
(Beebe, Beebe dan Redmond, 1994).
dan budaya keseharian yang khas. Sehingga,
Komunikasi antarpribadi juga
rumusan masalah penelitian ini adalah
didefiniskan sebagai komunikasi yang terjadi
bagaimana komunikasi antarpribadi
di antara dua orang yang mempunyai
tunagrahita di Asrama Yayasan Pendidikan
hubungan yang terlihat jelas di antara mereka,
Luar Biasa (YPLB) Cipaganti Bandung
misalnya percakapan seorang ayah dengan
dengan identifikasi masalah sebagai berikut:
anak, sepasang suami istri, guru dengan
(1) Bagaimana jenis peristiwa komunikasi
murid, dan lain sebagainya. Dalam definisi ini
(genre) di asrama? (2) Bagaimana isi pesan
setiap komunikasi baru dipandang dan
(message content) dan bentuk pesan
dijelaskan sebagai bahan-bahan yang
(message form) dalam setiap peristiwa
terintegrasi dalam tindakan komunikasi antar-
komunikasi? (3) Bagaimana tujuan
pribadi (Devito, 1997).
komunikasi dalam setiap peristiwa
Mulyana mengatakan, bahwa
komunikasi? (4) Bagaimana setting dalam
komunikasi antarpribadi (interpersonal com-
peristiwa komunikasi? (5) Siapa partisipan
munication) adalah komunikasi antara orang
yang terlibat dalam peristiwa komunikasi? (6)
orang secara tatap muka, yang
Bagaimana urutan tindak dan kaidah interaksi
memungkinkan setiap pesertanya menangkap
yang terjadi dalam setiap peristiwa
reaksi orang lain secara langsung, baik verbal
komunikasi? (7) Bagaimana norma
maupun nonverbal (Mulyana, 2005).
interpretasi dari setiap peristiwa komunikasi?
Dapat dikatakan bahwa ketika orang
Tujuan penelitian ini adalah ingin
berkomunikasi, maka yang terjadi adalah (1)
menganalisis mengenai komunikasi
siapa yang terlibat dalam proses komunikasi
antarpribadi tunagrahita di Asrama
saling membutuhkan tanggapan demi
Tunagrahita YPLB Bandung, menggunakan
suksesnya komunikasi itu, (2) komunikasi
teori Interaksi Simbolik dan metode
melibatkan interaksi dari banyak unsur.
Etnografi Komunikasi untuk mendapatkan
Sementara itu West dan Turner
gambaran utuh mengenai realitas komunikasi
mendefinisikan komunikasi antarpribadi
antarpribadi tunagrahita di Asrama YPLB
sebagai berikut: “interpersonal
Cipaganti. Kegunaaan penelitian ini adalah
communication as the process of message
memberikan masukan bagi masyarakat
transaction between people to create and
tentang keberadaan anak tunagrahita yang
sustain shared meaning”. Ada tiga komponen
memerlukan empati, dan juga memberikan
penting dalam komunikasi antarpribadi ini
masukan kepada instansi terkait dalam
yaitu proses, pertukaran pesan, dan makna
mengupayakan sarana yang lebih baik bagi

139
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 16 No.2, Desember 2013: 137-152

bersama (West dan Turner, 2006). Bahasa merupakan media transmisi informasi
Komunikasi Verbal yang bersifat lintas waktu, artinya melalui
bahasa dapat disampaikan informasi yang
Komunikasi verbal adalah komunikasi
menghubungkan masa lalu, masa kini, dan
yang menggunakan kara-kata, entah lisan
masa depan, sehingga memungkinkan adanya
maupun tertulis. Komunikasi ini paling
kesinambungan budaya dan tradisi.
banyak dipakai dalam hubungan
antarmanusia. Melalui kata-kata, mereka
Komunikasi Nonverbal
mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran,
gagasan, atau maksud mereka, Ray L Birdwhistell mengatakan bahwa
menyampaikan fakta, data, dan informasi 65% dari komunikasi tatap muka adalah
serta menjelaskannya, saling bertukar nonverbal. Sementara menurut Albert
perasaan dan pikiran, dan lain sebagainya. Mehrabian, 93% dari semua makna sosial
Benjamin L. Whorf mengemukakan: dalam komunikasi tatap muka diperoleh dari
Bahasa adalah pandu realitas sosial. isyarat-isyarat nonverbal (Tubbs dan Moss,
Walaupun bahasa biasanya tidak Sylvia 2005). Proses komunikasi yang
dianggap sebagai hal yang sangat menggunakan pesan nonverbal, yaitu meliputi
diminati ilmuwan sosial, bahasa secara semua pesan yang disampaikan tanpa kata-
kuat mengondisikan pikiran kita tentang kata atau selain dari kata-kata yang
masalah dan proses sosial. Manusia dipergunakan. Pesan ini meliputi seluruh
tidak hanya hidup dalam dunia objektif, aspek nonverbal dalam perilaku manusia:
tidak hanya dalam dunia kegiatan sosial ekspresi wajah, sikap tubuh, nada suara,
seperti yang biasa dipahaminya, tetapi ia gerakan tangan, cara berpakaian, dan lain
sangat ditentukan oleh bahasa tertentu sebagainya (Mulyana, 2005).
yang menjadi medium pernyataan bagi
masyarakatnya.Tidak ada dua bahasa Tinjauan Tunagrahita
yang cukup sama untuk dianggap
Eksistensi anak tunagrahita membawa
mewakili kenyataan sosial yang sama.
cerita tersendiri dalam suatu keluarga. Ada
Dunia tempat tinggal masyarakat, bukan
orang tua yang menerimanya sebagai takdir,
semata-mata dunia yang sama dengan
namun ada pula orang tua yang tidak mudah
mereka yang berbeda (Mandelbhaum,
menerima kenyataannya. Reaksi yang
dalam Rakhmat, 1999).
muncul, seperti timbulnya perasaan terpukul
Menurut Larry L. Barker dalam
dan bingung. Dari perasaan-perasaan inilah
Mulyana (2005), bahasa memiliki 3 fungsi se-
kemudian timbul reaksi yang beragam, antara
bagai berikut:
lain rasa sedih, rasa bersalah, rasa kecewa,
1. Penamaan (naming/labeling)
rasa malu dan juga mungkin pada akhirnya
Penamaan merupakan fungsi bahasa yang
pasrah menerima apa adanya.
mendasar. Penamaan atau penjulukkan
Tunagrahita terbagi menjadi beberapa
merujuk pada usaha mengidentifikasi objek,
kategori yakni:
tindakan, atau orang dengan menyebut
• Tunagrahita ringan (debil atau mild)
namanya sehingga dapat dirujuk dalam
Tunagrahita ringan disebut juga moron.
berkomunikasi.
Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52
2. Interaksi
menurut Binet, sedangkan menurut skala
Fungsi interaksi menunjuk pada berbagai
Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55.
gagasan dan emosi yang dapat mengundang
Karakteristiknya antara lain kemampuan
simpati dan pengertian ataupun kemarahan
dalam hal bahasa, pemusatan perhatian,
dan kebingungan.
dan akademiknya kurang.
3. Transmisi informasi.
Perkembangannya 1/2 hingga 3/4 anak
Fungsi transmisi informasi adalah bahwa
normal seusianya. Penanganannya bisa
bahasa merupakan media untuk
dengan sering memberikan feedback.
menyampaikan informasi kepada orang lain.
Selain itu, dibantu dengan memberikan

140
Komunikasi Antarpribadi Tunagrahita
Aliyah Nur'aini Hanun

semangat, juga mengulang sebelum motorik halus, atau melatihnya


perbendaharaan kata-kata hingga mengidentifikasi warna dan bentuk. Serta
pengulangan tugas dari yang sederhana ke pendekatan multisensorik dan konsistensi
arah yang lebih sulit. Walaupun demikian, dalam satu aktivitas. Anak tunagrahita
mereka masih dapat belajar membaca, berat memerlukan bantuan perawatan
menulis dan berhitung sederhana. Dengan secara total dalam hal berpakaian, mandi,
bimbingan dan pendidikan yang baik, makan, dan lain-lain. Bahkan mereka
anak tunagrahita ringan pada saatnya akan memerlukan perlindungan dari bahaya
dapat memperoleh penghasilan untuk sepanjang hidupnya (Somantri, 2007).
dirinya sendiri. Pada umumnya anak
tunagrahita ringan tidak mengalami Kerangka Pemikiran
gangguan fisik. Mereka secara fisik
Interaksi Simbolik yang dikenal
tampak seperti anak normal pada
sebagai perspektif dalam ilmu komunikasi
umumnya (Somantri, 2007).
digunakan juga untuk mendasari penelitian
• Tunagrahita sedang (imbesil atau
ini. Interaksi Simbolik mempelajari sifat
moderate)
interaksi yang merupakan kegiatan dinamis
Kelompok ini memiliki IQ 51-36 pada
manusia, kontras dengan pendekatan sruktural
skala Binet dan 54-40 menurut skala
yang memfokuskan diri pada individu dan
Weschler (WISC). Anak terbelakang
ciri-ciri kepribadiannya atau bagaimana
mental sedang bisa mencapai
struktur sosial membentuk perilaku tertentu
perkembangan MA sampai kurang lebih 7
individu. Perspektif Interaksi Simbolik
tahun (Somantri, 2007). Anak kategori ini
memandang bahwa individu bersifat aktif,
hanya bisa menghitung sampai angka 10,
reflektif, dan kreatif, menafsirkan,
tidak dapat membaca, dan kurang mampu
menampilkan perilaku yang rumit dan sulit
beradaptasi sosial. Sementara
diramalkan.
perkembangannya sekitar 1/4 hingga 1/2
Teori Interaksi Simbolik adalah suatu
dari anak normal seusianya. Anak dengan
teori yang memandang aktivitas manusia
kategori ini bisa diberikan aktivitas
sebagai suatu aktivitas yang khas berupa
sederhana seperti pengulangan kata-kata.
komunikasi dengan menggunakan simbol.
Di samping itu, fokus pada program
Perspektif Interaksionisme Simbolik berada
keterampilan seperti menggunting dan
di bawah perspektif Fenomenologis atau
mengecat.
perspektif Interpretif (Mulyana, 2006).
• Tunagrahita berat (severe) dan
Esensi Interaksi Simbolik adalah suatu
Tunagrahita sangat berat (profound)
aktivitas yang merupakan ciri khas manusia
Kelompok anak tunagrahita berat sering
yakni komunikasi atau pertukaran simbol
disebut idiot. Kelompok ini dapat
yang diberi makna. Menurut teori ini,
dibedakan lagi menjadi berat dan sangat
kehidupan sosial pada dasarnya adalah
berat. Tunagrahita berat (severe) memiliki
interaksi manusia dengan menggunakan
IQ antara 32-20 menurut skala Binet, dan
simbol-simbol yang merepresentasikan apa
antara 39-25 menurut skala Weschler
yang mereka maksudkan untuk
(WISC). Tunagrahita sangat berat
berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga
(profound) memiliki IQ di bawah 19
pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas
menurut skala Binet dan IQ di bawah 24
simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-
menurut skala Weschler (WISC).
pihak yang terlibat dalam interaksi sosial.
Kemampuan mental yang dapat dicapai
Penelitian ini menggunakan kerangka
kurang dari tiga tahun. Karakteristiknya,
konsep Etnografi Komunikasi yakni salah
kemampuan berbahasa yang terlambat,
satu ancangan yang dapat digunakan di dalam
bersikap pasif, serta mengalami masalah
penelitian hubungan bahasa dengan manusia
pada kemampuan motorik kasar dan
(masyarakat). Pada dasarnya, ancangan itu
halus. Penanganannya bisa difokuskan
berusaha memberikan gambaran etnografis
pada perkembangan motorik kasar

141
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 16 No.2, Desember 2013: 137-152

masyarakat bahasa yang di antaranya lelucon, cerita, ceramah, salam,


mencakup pola komunikasi, fungsi percakapan)
komunikasi, hakikat, dan batasan masyarakat 2. Topik (topic) atau fokus referensi.
bahasa, alat komunikasi, komponen 3. Tujuan (purpose) atau fungsi (function)
komunikatif, hubungan bahasa dengan pikiran peristiwa secara umum dan dalam bentuk
dan organisasi sosial, dan perilaku bahasa tujuan interaksi partisipan secara
lainnya. individual.
Model Etnografi Komunikasi 4. Setting, termasuk lokasi, waktu, musim,
dikembangkan oleh Dell Hymes pada tahun dan aspek fisik situasi itu (misalnya
1962 dan dikembangkan lebih jauh oleh John besarnya ruangan, tata letak perabot)
Gumperz dan para ahli lainnya pada tahun 5. Partisipan (participants), termasuk
1970-an. Ketika itu teori Linguistik usianya, jenis kelamin, etnik, status sosial,
didominasi oleh konsep gramatika dan atau kategori lain yang relevan, dan
kompetensi bahasa Chomsky, yang hubungannya satu sama lain.
gagasannya berfokus pada struktur bahasa 6. Bentuk pesan (message form) termasuk
daripada penggunaan bahasa. saluran vokal dan nonvokal, dan hakikat
Etnografi pada dasarnya adalah kode yang digunakan (misalnya, bahasa
kegiatan untuk memahami cara orang-orang yang mana, dan varietas yang mana).
berinteraksi dan bekerjasama melalui 7. Isi pesan (message content) atau referensi
fenomena teramati kehidupan sehari-hari. denotatif level permukaan, apa yang
Harris dalam Creswell (1998) menyatakan dikomunikasikan.
bahwa “An ethnography is a description and 8. Urutan tindakan (act sequence) atau
interpretation of a cultural or social group or urutan tindak komunikatif atau tindak
system. The researchers examines the group’s tutur, termasuk alih giliran dan fenomena
observable and learned patterns of behavior, overlap percakapan.
customs, and ways of live”. 9. Kaidah interaksi (rules of interaction) atau
Etnografi Komunikasi memandang properti apakah yang harus diobservasi
komunikasi sebagai proses sirkuler dan 10. Norma-norma interpretasi (norms of
dipengaruhi oleh sosiokultural tempat interpretation) termasuk pengetahuan
komunikasi itu berlangsung. Untuk umum, preposisi kebudayaan yang
mendeskripsikan dan menganalisis relevan, atau pemahaman yang sama,
komunikasi dalam Etnografi Komunikasi yang memungkinkan adanya interferensi
diperlukan pemahaman mengenai unit-unit tertentu yang harus dibuat, apa yang harus
diskrit aktivitas komunikasi yang memiliki dipahami secara harfiah, apa yang perlu
batasan-batasan yang bisa diketahui. Hymes diabaikan, dan lain-lain (Ibrahim, 1992).
mengemukakan ada tiga unit diskrit aktivitas
komunikasi, yaitu situasi, peristiwa, dan Secara singkat, Etnografi Komunikasi
tindak komunikasi (Ibrahim, 1992). merupakan pendekatan terhadap
Langkah awal untuk mendeskripsikan sosiolingusitik bahasa, yaitu melihat bahasa
dan menganalisis pola komunikasi yang ada secara umum dihubungkan dengan nilai-nilai
dalam suatu masyarakat dengan sosial dan kultural. sehingga tujuan deskripsi
mengidentifikasikan peristiwa-peristiwa Etnografi adalah untuk memberikan
komunikasi yang terjadi secara berulang. pemahaman global mengenai pandangan dan
Langkah selanjutnya menginteventarisasi nilai-nilai suatu masyarakat sebagai suatu
komponen yang membangun peristiwa cara untuk menjelaskan sikap dan perilaku
komunikasi, kemudian menemukan hubungan anggota-anggotanya (Ibrahim, 1992).
antar komponen tersebut (Ibrahim, 1992),
dengan mendeskripsikan komponen-
komponen penting untuk menganalisis METODE PENELITIAN
peristiwa komunikatif:
1. Genre atau tipe peristiwa (misalnya Penelitian ini menggunakan pendekatan

142
Komunikasi Antarpribadi Tunagrahita
Aliyah Nur'aini Hanun

kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan ditawarkan Miles dan Huberman, yaitu :
pemahaman tentang kenyataan melalui proses reduksi data, penyajian (display) data, serta
berpikir induktif. Dalam penelitian kualitatif, penarikan kesimpulan dan verifikasi (Miles
penulisterlibat dalam situasi dan setting dan Huberman, 1992).
fenomena yang diteliti. Penulis diharapkan
selalu memusatkan perhatian pada kenyataan
atau kejadian dalam konteks yang diteliti. HASIL PENELITIAN DAN
(Sukidin, 2002). PEMBAHASAN
Penelitian kualitatif bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman tentang kenyataan Hasil Penelitian
melalui proses berpikir induktif. Dalam
Asrama Tunagrahita YPLB merupakan
penelitian kualitatif, penulis terlibat dalam
satu-satunya asrama pendidikan dan
situasi dan setting fenomena yang diteliti.
pembinaan tunagrahita yang ada di Kota
Penulis diharapkan selalu memusatkan
Bandung. Asrama ini berlokasi di Jalan Hegar
perhatian pada kenyataan atau kejadian dalam
Asih No.1-3, Cipaganti. Maksud dan tujuan
konteks yang diteliti (Sukidin, 2002).
YPLB ialah untuk memberikan pendidikan
Secara umum, penelitian kualitatif
kepada anak-anak/orang-orang penyandang
memiliki ciri, di antaranya: intensif, notes
tunagrahita dan berpartisipasi dalam
field, analisis data lapangan, tidak ada realitas
menanggulangi masalah ketunagrahitaan
tunggal, subjektif, realitas dan holistik, depth
yakni mendirikan dan menyelenggarakan
(dalam). Prosedur penelitian: empiris rasional
lembaga pendidikan/sekolah, panti/asrama,
dan tidak berstruktur. Hubungan antara teori,
serta pusat latihan kerja/keterampilan dan
konsep, dan data memunculkan atau
rehabilitasi bagi penyandang tunagrahita.
membentuk teori baru (Kriyantono, 2006).
Suasana kekeluargaan yang kentara di
Menurut Lofland dan Lofland dalam
asrama membentuk suasana layaknya rumah
Moleong (1993), “Sumber data utama dalam
sendiri. Ini menjadikan anak-anak asrama
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
seperti berada di lingkungan rumah lengkap
tindakan selebihnya adalah data tambahan
dengan orang tua, dan sesama tunagrahita
seperti dokumen dan lain-lain”. Dalam
sebagai saudara. Suasana di asrama tergolong
penelitian ini, sumber data yang berkaitan
sepi, karena dengan luas area hampir satu
dengan kata-kata dan tindakan diperoleh
hektar. Jumlah penghuni asrama 16 orang,
melalui subjek penelitian dan informan
pengurus dan keluarganya serta pengawas
pengurus asramanya. Subjek penelitian ini
urusan rumahtangga yang juga menempati
adalah seluruh penghuni asrama tunagrahita
area ini. Stigma orang aneh yang melekat
sebanyak 16 orang.
pada tunagrahita, sering menjadi penghalang
Dari ke-16 orang tunagrahita di asrama
interaksi orang lain dengan tunagrahita.
YPLB Cipaganti diindikasikan sebagai
tunagrahita ringan atau debil (IQ 69-55)
Pembahasan
sebanyak 4 orang, dan tunagrahita sedang
atau imbesil (IQ 54-40) sebanyak 12 orang. Penelitian ini, menggunakan
Sedangkan informan yang menjadi sumber pendekatan Interaksi Simbolik dan ancangan
data adalah para pengelola asrama, guru, Etnografi Komunikasi yang terjadi di antara
pedagang, hingga pakar, dan psikolog yang sesama tunagrahita, dapat dilihat keunikan
dapat mempertajam analisis penelitian ini. komunikasi anak-anak yang “terperangkap”
Sedangkan objek penelitiannya adalah dalam tubuh orang dewasa.
komunikasi antarpribadi anak tunagrahita.
Teknik pengumpulan data dilakukan Tipe Peristiwa Komunikasi (Genre) yang
melalui pengamatan, wawancara, dan studi Dilakukan oleh Anak Asrama
dokumentasi. Teknik analisis data yang
Tipe peristiwa komunikasi (genre)
digunakan dalam penelitian ini adalah
merupakan kategori peristiwa yang terjadi,
mengikuti tiga tahap analisis data yang

143
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 16 No.2, Desember 2013: 137-152

dalam keseharian anak tunagrahita di asrama peristiwa komunikasi. Berdasarkan


YPLB Cipaganti, beberapa tipe peristiwa pengamatan di asrama, isi pesan anak asrama
komunikasi yang terjadi adalah: kegiatan dalam melakukan komunikasi antarpribadi
sebelum dan sesudah bangun tidur, kemudian sesuai dengan tipe peristiwa komunikasi yang
percakapan di area kamar mandi, percakapan terjadi, terlihat dalam Gambar 1.
di waktu makan, baik makan pagi, siang, dan Setiap hari, anak asrama melakukan
makan malam, percakapan di ruang menonton topik percakapan yang sama saja atau
televisi, kegiatan di koridor asrama, di mengulang kata-kata yang diucapkan, kecuali
lapangan dan kegiatan belajar di kelas bila memang ada peristiwa tertentu yang baru,
keterampilan. yang dapat mereka bicarakan antara satu sama
Proses komunikasi antarpribadi di tiap- lain, akan terus dibicarakan sepanjang hari
tiap tipe peristiwa komunikasi merujuk pada itu. Tapi, karena tunagrahita memiliki
komunikasi diadik (komunikasi antardua masalah dengan ingatan jangka pendeknya,
orang) dan komunikasi kelompok kecil. maka peristiwa yang cenderung diingat, justru
Proses komunikasi diadik (dua orang) dapat peristiwa pada waktu yang lampau, yang
berlangsung antara pengurus asrama dengan mereka alami dulu atau justru yang mereka
anak asrama, atau antara guru dengan anak lakukan rutin, sedangkan peristiwa yang tiba-
asrama, antara tukang masak dengan anak tiba atau hanya sebentar, akan segera
asrama, ataupun antara sesama anak asrama. dilupakan.
Komunikasi kelompok kecil dapat
berlangsung manakala pengurus asrama Bentuk Pesan (message form)
memberikan informasi tertentu kepada
Bentuk pesan (message form) merupakan cara
seluruh anak asrama pada saat di bangsal
penyampaian isi pesan dalam peristiwa
asrama ataupun menyampaikan instruksi yang
komunikasi berupa pesan verbal maupun
harus dipatuhi seluruh anak asrama.
nonverbal. Pesan verbal mengacu pada
gramatikal (struktur kata), pemilihan kata
Isi Pesan dan Bentuk Pesan dalam Setiap
(diksi). Pesan nonverbal meliputi kinesik,
Peristiwa Komunikasi
paralinguistik, sentuhan, proksemik,
Isi Pesan
artifaktual. Anak asrama pada dasarnya
Isi pesan (message content) berkaitan mampu merespon peristiwa komunikasi yang
dengan topik atau fokus referensi dalam terjadi, meskipun tidak semua anak asrama

Kisah Keluarga yang


diulang-ulang

Peristiwa yang Aktivitas yang


terjadi hari ini dilakukan hari ini

Isi Pesan dalam


Peristiwa
Perilaku sesama Komunikasi
Bercerita mengenai guru
anak asrama

Membicarakan
mengenai pengurus Isi tayangan televisi
asrama

Gambar 1
Diagram Isi Pesan dalam Peristiwa Komunikasi di Asrama YPLB Cipaganti

144
Komunikasi Antarpribadi Tunagrahita
Aliyah Nur'aini Hanun

mampu berbicara secara verbal dengan baik. menggarisbawahinya. Misalnya, anak


Sebagian dari mereka dapat memberikan asrama yang marah mampu untuk
respon berupa support (penerimaan, menggebrak meja, menendang pintu,
menyetujui pernyataan sebelumnya yang memukul anak asrama yang lain, atau
dilontarkan), dapat pula nonsupport (tidak mengacungkan kepalan tangan dan
setuju, atau menolak), menjawab pertanyaan, jarinya, mengatakan ”tidak mau”
menjalankan instruksi ataupun perintah yang kemudian pergi.
disampaikan meski kadang harus
disampaikan berkali-kali baru mereka Di antara fungsi yang diutarakan oleh
mengerti. Knapp itu, ada satu fungsi yang tidak dimiliki
Dengan karakter kemampuan oleh anak tunagrahita yaitu, fungsi
berkomunikasi secara verbal yang berbeda- kontradiksi atau menolak pesan verbal atau
beda, karakterisitik pesan verbal di asrama memberikan makna yang lain terhadap pesan
memiliki kesamaan dalam hal: verbal. Hal ini disebabkan, karena secara
1. Kemampuan tata bahasa (sintaksis) yang psikologis, anak tunagrahita tidak mampu
rendah; untuk ”berpura-pura” dalam komunikasi
2. Variasi perbendaharaan kata terbatas; verbal yang berlawanan dengan komunikasi
3. Pemilihan kata (diksi) yang sederhana; nonverbalnya. Anak tunagrahita adalah anak
4. Struktur kalimat (gramatikal) tunggal, yang ”jujur” dalam berperilaku.
bukan kalimat majemuk;
5. Pengulangan kata dan kalimat (repetisi); Bentuk Komunikasi Nonverbal Anak
6. Makna kata denotatif dan konotatif. Asrama
1. Pesan kinesik dengan melihat pesan fasial,
Sedangkan dalam komunikasi
gestural, dan postural, yang menunjukkan
antarpribadi di asrama tunagrahita YPLB
gerakan sebagian anggota badan seperti
Cipaganti, komunikasi nonverbal atau
wajah, mata, dan tangan untuk
interaksi nonsimbolik lebih banyak terlihat,
mengomunikasikan berbagai makna,
sebagai reaksi suka-tidak suka, mau-tidak
seperti mendorong/membatasi,
mau, mengerti-tidak mengerti, tahu-tidak
menyesuaikan/mempertentangkan,
tahu, dan lain sebagainya. Pesan nonverbal di
responsif/tidak, perasaan positif/negatif,
asrama tunagrahita YPLB Cipaganti, fungsi
memerhatikan/tidak, melancarkan/tidak
yang diutarakan oleh Knapp dalam Rakhmat
reseptif, menyetujui/menolak. Pesan
(1999) juga terlihat dalam penyampaian dan
postural berkenaan dengan keseluruhan
penerimaan pesan nonverbal tersebut yaitu:
anggota badan (Rakhmat, 1999).
1. Repetisi, mengulang kembali gagasan
2. Paralinguistik, misalnya kecepatan
yang sudah disajikan secara verbal,
berbicara, nada (tinggi atau rendah),
misalnya ketika ditanyakan ”sudah makan
intensitas (volume) suara, intonasi, dialek,
atau belum?”, maka akan dijawab
suara terputus-putus, suara yang gemetar,
”sudah”, dengan menganggukkan kepala
suitan, siulan, tawa, erangan, tangis,
berkali-kali.
gerutuan, gumaman, desahan, dan
2. Subtitusi, menggantikan lambang-lambang
sebagainya (Mulyana, 2005).
verbal. Misalnya, tanpa berkata apa-apa,
3. Proksemik disampaikan melalui
anak asrama menunjukkan tidak mau
pengaturan jarak dan ruang. Edward T.
dengan menggelengkan kepala.
Hall dalam Griffin (2006) membagi empat
3. Komplemen, melengkapi, dan
macam ragam jarak komunikasi,yaitu
memperkaya makna pesan nonverbal.
jarak intim (0-18 inchi), jarak pribadi (18
Misalnya: anak asrama menangis karena
inchi-4 kaki), jarak sosial (4-10 kaki) dan
diganggu oleh anak asrama lainnya.
jarak publik (lebih dari 10 kaki).
Mencibir bila dimarahi pengurus asrama.
4. Artifaktual melalui penampilan, tubuh,
4. Aksentuasi, menegaskan pesan verbal atau

145
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 16 No.2, Desember 2013: 137-152

pakaian dan kosmetik dalam upaya alam semesta. Salah satu ritual modern
membentuk citra tubuh dengan pakaian ini adalah olah raga” (Mulyana, 2005).
dan kosmetik (Rakhmat, 1999).
5. Sensitivitas kulit atau sentuhan, merujuk Hal ini juga berlaku di asrama, di mana
pada lima kategori sentuhan Heslin dalam pada saat di lapangan, saat olahraga dan
Mulyana (2001) yaitu fungsional- bermain, merupakan ritual kolektif yang
profesional, sosial-sopan, persahabatan- menjadi kesehariaan anak asrama baik pagi
kehangatan, cinta-keintiman, dan maupun sore hari, untuk mendapatkan
rangsangan seksual. kesenangan pribadi maupun bersama-sama.
Di antara tujuan atau fungsi komunikasi yang
Tujuan atau Fungsi Komunikasi dalam diutarakan, fungsi komunikasi yang keempat,
Setiap Peristiwa Komunikasi yaitu komunikasi instrumental terutama
berlaku bagi pengurus asrama dan sebagian
Gorden dalam Mulyana (2005)
anak asrama yang sering menginstruksikan
menyebutkan empat fungsi komunikasi yakni
anak asrama yang lain agar patuh kepadanya.
komunikasi sosial, komunikasi ekspresif,
Tujuan atau fungsi dalam setiap peristiwa
komunikasi ritual, dan komunikasi
komunikasi di asrama dapat ditunjukkan
instrumental.
dalam gambar 2.
Dalam tipe peristiwa komunikasi yang
Bila diringkas, maka ke semua tujuan
bervariasi di asrama YPLB, komunikasi sosial
tersebut dapat disebut membujuk (bersifat
dilakukan dengan tujuan untuk mengisi
persuasif), karena dalam asrama YPLB
waktu, atau hanya sekedar memuaskan diri
Cipaganti, percakapan-percakapan yang
dengan berbicara dan didengarkan orang lain.
dilakukan, instruksi yang sudah dikerjakan,
Tujuan atau fungsi komunikasi
ataupun perilaku anak asrama yang
ekpsresif juga berlaku bagi anak asrama yang
ditunjukkannya dengan bertanya mengenai
melakukan interaksi dan komunikasi
sesuatu, berbagi informasi mengenai kejadian
antarpribadi dengan orang lain, misalnya
hari itu, mengetahui tayangan film, hingga
komunikasi yang dilakukan saat bertanya
sekedar mengetahui menu makanan, pada
dengan tukang masak, mengenai menu
dasarnya mengharapkan respon dari orang
masakan dan apa rasanya. Ekspresi anak
lain, seperti memberikan reward berupa kata-
asrama juga terlihat manakala mereka saling
kata pujian ataupun ia mendapatkan
berbagi informasi mengenai kejadian yang
kebahagiaan dengan didengarkan oleh orang
terjadi hari itu. Ataupun bila mereka sudah
lain.
bercerita mengenai keluarga, bertanya, atau
hanya sekedar berceloteh agar didengarkan
Setting dalam Peristiwa Komunikasi
orang lain. Tujuan anak asrama
Setting juga merupakan salah satu
berkomunikasi saat itu, hanya ingin
aspek yang relatif menjadi perhatian anak
diperhatikan oleh orang lain. Bila yang diajak
tunagrahita di asrama, karena dengan setting
bicara menanggapi ceritanya, maka ia akan
yang ada, mereka dapat saling berdekatan,
terus-terusan bercerita.
berinteraksi, bersosialisasi, dan
Erat kaitannya dengan komunikasi
berkomunikasi antara satu sama lain. Menurut
ekspresif adalah komunikasi ritual yang
Mulyana (2000), bahwa komunikasi terjadi
biasanya dilakukan secara kolektif. Mulyana
dalam konteks ruang dan waktu. Komunikasi
mengatakan:
tidak berlangsung dalam ruang hampa sosial,
“Bahwa hingga kapanpun ritual
melainkan dalam konteks atau situasi tertentu.
tampaknya akan tetap menjadi
Konteks di sini berarti semua faktor di luar
kebutuhan manusia, meskipun
orang-orang yang berkomunikasi. Konteks di
bentuknya berubah-ubah, demi
asrama yang memengaruhi anak-anak dalam
pemenuhan jati dirinya sebagai
melakukan komunikasi antarpribadi yakni,
individu, sebagai anggota komunitas
pertama, aspek yang bersifat fisik seperti
sosial, dan sebagai salah satu unsur dari
iklim, cuaca, bentuk ruangan, jumlah peserta

146
Komunikasi Antarpribadi Tunagrahita
Aliyah Nur'aini Hanun

Tujuan
Komunikasi
dalam Peristiwa
komunikasi di
Asrama

Ingin
Patuh Instruksi Ingin Berbagi
mengetahui
informasi Mengetahui
Pengurus didengarkan mengenai
mengenai film
ataupun menu masakan
asrama orang lain kejadian hari ini
tayangan televisi

Menghabiskan
Mengetahui apa Berkomentar dan
makanan atau
Mendapatkan Bercerita tanpa yang terjadi dan bercerita mengenai
justru memberikan
reward henti menceritakan pada film yang pernah
ke teman bila tidak
yang lain dilihatnya
enak

Keterangan: menunjuk pada respon yang dilakukan anak asrama setelah tujuan komunikasi yang dilakukannya
tercapai

Gambar 2
Skema Tujuan Komunikasi dalam Setiap Peristiwa Komunikasi di Asrama

komunikasi, penataan tempat duduk. Kedua, individu yang terlibat dalam peristiwa
aspek psikologis, seperti sikap, komunikasi, termasuk usianya, jenis kelamin,
kecenderungan, prasangka, dan emosi para atau kategori lain yang relevan. Partisipan
peserta komunikasi. Tetapi aspek ini hanya komunikasi di asrama bervariatif tergantung
berpengaruh pada anak tertentu saja. pada peristiwa komunikasi yang terjadi. Di
Sedangkan aspek sosial, seperti norma asrama YPLB Cipaganti, anak asrama merasa
kelompok, nilai sosial, dan dapat leluasa bersosialisasi dengan teman-
karakteristik budaya, sama sekali tidak teman senasib dan berinteraksi dengan orang
memengaruhi anak asrama, karena mereka normal lainnya tanpa peduli dengan cacat
tidak mengerti dengan norma maupun nilai yang mereka alami, karena mereka di sini
sosial. Sedangkan aspek waktu, juga tidak merasa tidak berbeda dengan yang lain.
memengaruhi kapan mereka mau bercerita.
Dengan cerita yang sama, dapat mereka Urutan Tindak dan Kaidah Interaksi yang
ulangi mulai dari pagi, hingga malam hari, Terjadi dalam Peristiwa Komunikasi
dan begitu seterusnya. Urutan Tindak (Act Sequence)
Komunikasi yang terjadi pada anak
Partisipan yang Terlibat dalam Peristiwa
tunagrahita di asrama YPLB Cipaganti juga
Komunikasi
mengenal konsep urutan tindak, karena
Partisipan mengacu pada individu- mereka mampu untuk berkomunikasi secara

147
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 16 No.2, Desember 2013: 137-152

aktif, walaupun tidak semua anak asrama kata aktual (Ibrahim, 1992). Komponen
mampu melakukannya, karena ada beberapa norma interpretasi haruslah bisa memberikan
anak yang tidak mampu berkomunikasi secara semua informasi lain mengenai masyarakat
verbal dengan baik. Hal ini menunjukkan tutur dan kebudayaannya yang diperlukan
anak asrama mampu untuk memahami urutan untuk memahami peristiwa komunikasi.
tindakan, karena urutan kegiatan merupakan Interpretasi pada komunikasi
sesuatu yang sangat penting dalam antarpribadi tunagrahita di asrama YPLB
pendidikan dan pembinaan anak tunagrahita. Cipaganti tersirat di balik pesan verbal
maupun peraturan tertulis asrama dan selalu
Kaidah Interaksi (Rules of Interaction) dicoba untuk diterapkan agar anak mengerti
dengan aturan dan norma. Namun, hal ini
Kaidah interaksi mencakup penjelasan
tidak mudah, karena anak tunagrahita adalah
tentang kaidah-kaidah penggunaan tutur yang
anak yang kondisi kecerdasannya jauh di
bisa diterapkan pada peristiwa komunikasi.
bawah rata-rata dan ditandai oleh
Kaidah interaksi mengacu pada ketentuan
keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan
tentang bagaimana orang harus bertindak
dalam interaksi sosial (Somantri, 2007),
dalam hubungannya dengan nilai-nilai yang
termasuk dalam memahami norma dan
diketahui oleh masyarakat tutur (Ibrahim,
aturan.
1992).
Interaksionisme Simbolik menunjukkan
Analisis Etnografi Komunikasi dan
arti penting dari interaksi dan makna dalam
Interaksi Simbolik dalam Komunikasi
kehidupan manusia, sedangkan Rules theory
Antarpribadi Tunagrahita di Asrama
memberikan bentuk dan substansi pada
YPLB Cipaganti
hubungan interaksi makna ini. Untuk
mengetahui suatu aturan dengan tepat, kita Dalam asrama YPLB Cipaganti,
harus dapat mengenal konteksnya dan penggunaan studi Etnografi dilakukan untuk
perilaku yang diwajibkan, disukai ataupun mengungkap atau mengartikan perilaku
dilarang. Aturan juga harus dinyatakan dalam kelompok tunagrahita sebagai anak asrama
suatu bentuk yang menunjukkan bahwa yang dipelajari. Frey dalam Mulyana 2006)
aturan tersebut memungkinkan untuk ditaati. menyatakan bahwa Etnografi digunakan
Shimanoff dalam Sendjaja (1994) untuk meneliti perilaku manusia dalam
menyatakan bahwa format ”jika maka” akan lingkungan spesifik alamiah. Etnografer
membantu mengidentifikasi aturan melalui berusaha menangkap sepenuh mungkin, dan
komponen-komponen berikut: ”Jika...,maka berdasarkan perspektif orang yang diteliti,
seseorang (harus, tidak boleh, cara orang menggunakan simbol dalam
seharusnya).....” Format ini menunjukkan konteks spesifik.
sifat dari ketentuan dan perilaku yang Keadaan yang terjadi di asrama YPLB
ditentukan. Mereka mengerti kaidah yang Cipaganti merupakan rangkaian peristiwa
ditentukan asrama, meskipun pengurus komunikasi yang melibatkan interaksi
asrama juga harus mengingatkan hal yang simbolik. Ini sesuai dengan tujuh prinsip yang
sama setiap hari, agar kaidah itu menjadi menjadi inti dari teori Interaksionisme
kebiasaan hidup anak asrama. Kaidah-kaidah Simbolik seperti yang diformulasikan oleh
ini berfungsi sebagai tata aturan bagaimana Ritzer dalam Mulyana (2006), yaitu :
anak harus berinteraksi dengan orang lain. 1. Manusia, tidak seperti hewan lebih
rendah, diberkahi dengan kemampuan
Norma Interpretasi dari Setiap Peristiwa berpikir. Anak tunagrahita, meski
Komunikasi memiliki kemampuan berpikir yang
rendah, namun tetaplah manusia yang
Interpretasi merupakan apa yang
layak untuk mendapatkan perlakuan yang
dipandang sebagai sesuatu yang tersirat
sama.
mencakup upaya memahami apa yang
2. Kemampuan berpikir itu dibentuk oleh
disampaikan di luar apa yang ada dalam kata-

148
Komunikasi Antarpribadi Tunagrahita
Aliyah Nur'aini Hanun

interaksi sosial. Anak asrama anak tunagrahita, dimana pendidikan dan


mengembangkan kemampuan berpikirnya pembinaan kemampuan adaptif, termasuk
melalui interaksi dan komunikasi, sebagai mengajaknya berkomunikasi sejak dini,
suatu proses untuk mengembangkan memberikan alternatif pilihan ketika
kemampuan adaptifnya agar mampu berkomunikasi, akan dapat
bersosialisasi dengan orang lain maupun mengembangkan kemampuannya saat
masyarakat. dewasa secara usia. Mereka mampu untuk
3. Dalam interaksi sosial orang belajar melakukan modifikasi dan perubahan
makna dan simbol yang memungkinkan berdasarakan kebiasaan baru yang mereka
mereka menerapkan kemampuan khas lakukan.
mereka sebagai manusia, yakni berpikir. 6. Pola-pola tindakan dan interaksi yang
Anak asrama, dengan segala jalin menjalin ini membentuk kelompok
keterbatasannya juga mempelajari makna dan masyarakat. Dalam asrama YPLB
dan simbol yang diajarkan oleh pengurus Cipaganti ini, kebersamaan yang terjalin
asrama, bagian rumahtangga, dan terus menerus, dalam hitungan hari,
lingkungannya, yang kemudian bulan, hingga bertahun-tahun menjadikan
diterapkannya dalam berkomunikasi dan anak asrama sebagai suatu kelompok
bersosialisasi dengan orang lain untuk masyarakat tutur dan budaya yang unik
mencapai tujuan komunikasi yang dalam tataran luas masyarakat Kota
diharapkannya. Bandung.
4. Makna dan simbol memungkinkan orang
melanjutkan tindakan (action) dan Melalui penelitian ini, terlihat bahwa
interaksi yang khas manusia. Alhasil, interaksi antarpribadi yang dilakukan anak
makna dan simbol yang anak asrama asrama dengan sesamanya maupun dengan
YPLB pahami, memungkinkannya untuk pengurus asrama, merupakan rangkaian
melakukan tindakan dan interaksi khas peristiwa komunikasi antarpribadi yang unik
manusia seperti melakukan percakapan, dan khas. Meskipun mereka tersembunyi dan
bercanda, berkomentar, mengharapkan termarginalkan, tetapi kehidupan di dalam
pujian dan reward. asrama menunjukkan bahwa orang-orang
5. Orang mampu memodifikasi atau yang memiliki kecerdasan rendah pun mampu
mengubah makna dan simbol yang berinteraksi dan bersosialisasi dengan
mereka gunakan dalam tindakan dan membentuk kesepahaman bersama sebagai
interaksi berdasarkan interaksi mereka inti dari komunikasi, walaupun dalam
atas situasi. Memang anak tunagrahita di ”kacamata” orang dengan kecerdasan normal,
asrama adalah anak yang “dibentuk” proses komunikasi dan perilaku mereka
dengan kebiasaan dan rutinitas harian sangat sederhana dan ”kekanak-kanakan”.
yang selalu sama, maka kemampuan Sehingga dengan pendekatan
untuk memodifikasi atau mengubah Etnografi Komunikasi dan Interaksi Simbolik
makna, cenderung tidak dapat mereka yang digunakan dalam penelitian ini, pada
lakukan. Meskipun tidak menutup akhirnya dapat menjelaskan fenomena
kemungkinan, ada anak asrama yang komunikasi antarpribadi tunagrahita di
masih muda mampu untuk asrama Yayasan Pendidikan Luar Biasa
melakukannya.Orang mampu melakukan (YPLB) Cipaganti Bandung.
modifikasi dan perubahan ini karena, Skema Etnografi Komunikasi
antara lain, kemampuan mereka antarpribadi tunagrahita di asrama YPLB
berinteraksi dengan diri sendiri, yang Cipaganti dapat digambarkan seperti pada
memungkinkan mereka memeriksa gambar 3.
tahapan-tahapan tindakan, menilai
keuntungan dan kerugian relatif, dan
kemudian memilih salah satunya. Istilah
early interferention juga berlaku bagi

149
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 16 No.2, Desember 2013: 137-152

Anak Tunagrahita di Asrama

Bentuk pesan dan Tujuan dan fungsi


isi pesan sesuai komunikasi sosial,
dengan karakter ekspresif, ritual,
keterbelakangan dan instrumental

Rutinitas keseharian Etnografi Komunikasi dan Setting memengaruhi


dan genre Interaksi Simbolik proses komunikasi
yang sama dalam Asrama

Norma interpretasi Variasi partisipan


dibalik pernyataan mengajarkan anak
verbal dan aturan bersosilisasi lebih
tertulis variatif
Urutan Tindakan
dan Kaidah Interaksi
harus Rutin,
regular dan repetitif

Komunikasi Antarpribadi Tunagrahita di Asrama


Yayasan Pendidikan Luar Biasa (YPLB)
Cipaganti Bandung

Gambar 3
Skema Etnografi Komunikasi Antarpribadi Tunagrahita di Asrama Yayasan Pendidikan
Luar Biasa (YPLB) Cipaganti Bandung

PENUTUP jangka panjangnya. Bentuk pesan


menunjukkan kemiripan dalam komunikasi
Simpulan verbal dan nonverbal, sesuai dengan karakter
keterbelakangannya dan konstruksi makna
Keadaan yang terjadi di asrama YPLB
dalam lingkungan asrama.
Cipaganti merupakan rangkaian peristiwa
Tujuan atau fungsi komunikasi di setiap
komunikasi yang melibatkan interaksi
tipe peritiwa komunikasi, sebagai komunikasi
simbolik dengan tipe peristiwa komunikasi
sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi
yang selalu sama, menjadi kebiasaan hidup
ritual, dan komunikasi instrumental.
dan menjadi budaya anak asrama.
Dengan setting yang ada, mereka dapat
Isi pesan berisikan topik percakapan
berkomunikasi antara satu sama lain.
yang sama berdasarkan rutinitas dan ingatan
Beragamnya peran partisipan

150
Komunikasi Antarpribadi Tunagrahita
Aliyah Nur'aini Hanun

memungkinkan anak asrama untuk belajar psikologi, psikiatri, keperawatan, maupun


bersosialisasi. pendidikan khusus.
Anak asrama mampu memahami urutan Meski anak tunagrahita sudah dititipkan
tindakan dan kaidah interaksi berdasarkan di asrama, pihak keluarga sebaiknya tetap
pada 3 R, yaitu rutin, regular, repetitive. memiliki waktu untuk memberikan kasih
Interpretasi pada komunikasi sayang, misalnya dengan rutin mengunjungi
antarpribadi tunagrahita di asrama YPLB mereka di asrama, mengobrol dengan mereka,
Cipaganti tersirat di balik pesan verbal untuk menunjukkan bahwa mereka juga
maupun peraturan tertulis asrama yang selalu memiliki keluarga yang menyayangi mereka.
dicoba untuk diterapkan agar anak mengerti Perlu adanya kerjasama dari berbagai
dengan aturan dan norma. instansi terkait, khususnya dunia pendidikan
khusus dan dinas sosial untuk mengupayakan
Saran sarana yang lebih baik bagi sosialisasi
mereka, misalnya dengan mendirikan shelter
Tunagrahita merupakan realitas dalam
workshop.
kehidupan masyarakat Indonesia yang
termarjinalkan karena stigma negatif yang
melekat pada dirinya. Hal ini menyebabkan
DAFTAR PUSTAKA
kurangnya perhatian masyarakat untuk peduli
dan mengakui eksistensi mereka. Bentuk
Buku:
perhatian dan kepedulian kita dapat dimulai
dengan rasa empati terhadap kondisi mereka Beebe, Steven A. Beebe, Susan J. Redmond,
dan bersosialisasi dengan mereka. Empati Mark V. (1994). Interpersonal
diwujudkan dengan menerima keberadaan Communication Relating to Others.
mereka, tidak mencemooh, memaklumi USA: Allyn and Bacon.
perilaku mereka, dan mencoba mengajaknya Creswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry
berinteraksi dan berkomunikasi sebagai and Research Design; Choosing Among
bentuk latihan untuk meningkatkan Five Traditions. Thousand Oaks.
kemampuan adaptif mereka. California: Sage. 1998. Qualitative
Pembinaan tunagrahita memerlukan Inquiry and Research Design;
penanganan terpadu dari berbagai disiplin Choosing Among Five Traditions.
ilmu, baik itu kedokteran, psikologi, psikiatri, London New Delhi. Sage Publications,
keperawatan, pendidikan khusus, maupun Inc.
komunikasi. Untuk itu, perlu adanya Delphie. Bandi. (2006). Pembelajaran Anak
penelitian lebih lanjut dari berbagai disiplin Tuna Grahita. Bandung: Refika
ilmu tersebut. Khususnya ilmu komunikasi, Aditama.
penelitian tentang komunikasi dan interaksi DeVito, Joseph. (1997). Komunikasi Antar
anak tunagrahita masih sangat jarang, padahal Manusia. Jakarta: Professional Books.
kemampuan adaptif yang utama adalah agar Efendi, Mohammad. (2006). Pengantar
tunagrahita mampu berkomunikasi dengan Psikopedagogik Anak Berkelainan.
orang lain. Oleh karenanya perlu dilaukan Jakarta: Bumi Aksara.
penelitian lanjutan yang lebih mendalam, Ibrahim, Abd. Syukur. (1992). Panduan
mengingat karakteristik komunikasi Penelitian Etnografi Komunikasi.
tunagrahita yang unik dan kompleks. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.
Asrama Yayasan Pendidikan Luar Biasa Kriyantono, Rachmat. (2007). Teknik Praktis
(YPLB) Cipaganti Bandung merupakan Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
sebuah sistem masyarakat penyandang Perdana Media Grup.
tunagrahita dan pengurus asramanya yang Miles B Matthew dan Huberman A.Michael.
dapat menjadi laboratorium kehidupan bagi (1992). Analisis Data Kualitatif.
masyarakat, dan riset serta praktik para Penerjemah Rohendi Rohidi. Jakarta :
akademisi, terutama bidang kedokteran, UI Press.

151
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 16 No.2, Desember 2013: 137-152

Moleong, Lexy J. (1993). Metodologi Remaja Rosdakarya.


Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja West, Richard dan Turner, Lynn H. (2006).
Rosdakarya. Understanding Interpersonal
Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi Communication Making Choices in
Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Changing Time. United States:
Rosdakarya. Wadsworth Publishing Company.
Mulyana, Deddy. (2006). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Sumber lainnya:
Rakhmat, Jalaluddin. (1999). Psikologi Disertasi
Komunikasi. Bandung: Remaja
Delphie, Bandi. (2003). Bimbingan
Rosdakarya.
Pengembangan Perilaku adaptif Siswa
Somantri, Sutjihati. (2007). Psikologi Anak
Tunagrahita dengan Memanfaatkan
Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.
Permainan Terapeutik dalam
Sukidin dan Basrowi. (2002). Metode
Pembelajaran. Disertasi. Program
Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro.
Pascasarjana Universitas Pendidikan
Surabaya : Insan Cendikia.
Indonesia. Bandung.
Tubbs, Stewart L dan Moss, Sylvia. (2005).
Human Communication Prinsip-Prinsip
Dasar. Deddy Mulyana (ed). Bandung:

152

Anda mungkin juga menyukai