Anda di halaman 1dari 10

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 1

Referat

TERAPI OKSIGEN
Dwi Rizki Fadhilah1, Oea Khairsyaf1, Sabrina Ermayanti1
1Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UNAND

Abstrak
Pemberian oksigen pada pasien-pasien dengan hipoksemia dapat memperbaiki harapan hidup, hemodinamik
paru dan kapasitas latihan selain itu, pemberian oksigen pada pasien-pasien dengan penyakit paru membawa dampak
menurunnya jumlah perawatan pasien4 Sangat banyak teknik dan model alat yang dapat digunakan dalam terapi
oksigen yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan teknik dan alat yang akan digunakan
sangat ditentukan oleh kondisi pasien yang akan diberikan terapi oksigen.

Abstract
Giving oxygen to patients with hypoxemia can improve life expectancy, pulmonary hemodynamics and exercise
capacity. In addition, giving oxygen to patients with pulmonary disease has the effect of decreasing the number of patient
treatments. There are many techniques and models of tools that can be used in oxygen therapy each of which has
advantages and disadvantages. The choice of techniques and tools to be used is largely determined by the condition of
the patient to be given oxygen therapy
Keywords: oxygen therapy, oxygen, hypoxia, hypoxemia

Pendahuluan akhirnya pada tahun 1920, ditetapkan suatu konsep

Menurut data WHO, lebih dari 3 juta jiwa per bahwa oksigen dapat digunakan sebagai terapi. 2

tahunnya, orang-orang di dunia mengalami penyakit Ada beberapa keuntungan dari terapi oksigen, di
paru dan diperkirakan 6% dari semua kematian di antaranya pada pasien dengan penyakit paru obstruktif
seluruh dunia disebabkan karena mengalami penyakit kronis (PPOK). Pemberian konsentrasi oksigen yang
pernapasan. Bentuk gangguan yang dapat terjadi tepat dapat mengurangi sesak napas saat aktivitas,
pada pasien dengan gangguan pemenuhan dapat meningkatkan kemampuan beraktivitas dan
kebutuhan oksigenasi yaitu seperti TBC, asma, dapat memperbaiki kualitas hidup. Keuntungan lainnya
pneumonia, edema paru, PPOK, ISPA, bronchitis, dari pemberian oksigen di antaranya dapat
influenza, dan kanker paru-paru.1 Tatalaksana awal memperbaiki kor pulmonal, meningkatkan fungsi
dalam mengatasi gangguan tersebut, salah satunya jantung, memerbaiki fungsi neuropsikiatrik dan
dengan pemberian terapi oksigen. Pemberian oksigen pencapaian latihan, mengurangi hipertensi pulmonal
pada pasien-pasien dengan dengan gangguan dan memerbaiki metabolisme otot.2 Tujuan dari
pernapasan dapat memperbaiki harapan hidup, pembuatan tinjauan pustaka ini adalah memberikan
hemodinamik paru dan kapasitas latihan. Selain itu, pemahaman terkait pengantaran oksigen, hipoksia,
pemberian oksigen pada pasien-pasien dengan indikasi, jenis pemberian dan efek terapi oksigen serta
penyakit paru membawa dampak menurunnya jumlah perhatian dalam pemberian terapi oksigen sehingga
perawatan pasien.2 terapi oksigen tetap berada dalam batas aman dan

Sejak penemuan penting mengenai molekul efektif.

oksigen oleh Joseph Pri pada tahun 1775 dan bukti


adanya pertukaran gas pada proses pernapasan oleh
Lavoisier, oksigen menjadi suatu cara pengobatan
dalam perawatan pasien. Sebelum tahun 1920,
suplementasi oksigen dievaluasi oleh Baruch dkk dan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2021; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 2

Oksigenasi Jaringan
Oksigenasi jaringan meliputi perturakan oksigen
antara kapiler dan sel. Lebih dari 90% konsumsi
oksigen dalam tubuh dimanfaatkan terutama oleh
enzim, sitokrom oksidase selama proses fosforilasi
oksidatif, yang menghasilkan adenosine tripospat
(ATP). Respirasi aerob sel bergantung pada efisiensi
suplai oksigen ke mitokondria, yang merupakan fungsi
interaksi yang terkoordinasi antara pernapasan dan
sistem sirkulasi. Hal utama yang menentukan Gambar 1. Hubungan antara DO2 dan VO2
oksigenasi jaringan adalah keseimbangan antara Dikutip dari (3)
Delivery Oxygen (DO2) dan ambilan oksigen (VO2). Hipoksia
Transpor oksigen bergantung pada 2 faktor, yaitu (1) Hipoksia terjadi ketika oksigen yang tersedia
jumlah oksigen di dalam darah arteri (CaO2) dan (2) untuk digunakan jaringan tidak adekuat. Secara umum
cardiac output (CO)3 klasifikasi hipoksia terbagi menjadi hipoksemia
DO2= CO x CaO2 (penurunan PaO2) dan normosemia (PaO2 normal)3
Jumlah oksigen di dalam darah arteri (CaO2) a. Hypoxemic hipoxia
bergabung dengan haemoglobin (Hb) dan larut dalam Penurunan PaO2 dapat terjadi karena penurunan
plasma.3 intake oksigen (contoh: FiO2 yang rendah) atau karena
CaO2 = (1,34 x Hb x SaO2) + (0,0031 x PaO2) hipoventilasi, ketidakcocokan antara ventilasi dan
Kontribusi haemoglobin dideskripsikan oleh gangguan difusi.3
bagian pertama dari rumus diatas. Hal ini bermakna b. Normoxemic Hypoxia
bahwa setiap 1 gram Hb akan mengikat 1,34 mL O2 Hipoksia jaringan yang terjadi namun nilai
ketika pembuluh darah tersaturasi penuh dengan PaO2 dalam batas normal. Penilaian hipoksia tipe ini
oksigen. Saturasi oksigen (SaO2) dinyatakan dalam didiagnosa berdasarkan klinis pasien, gejala yang
bentuk bilangan pecahan, bukan persentase.3 terdapat pada pasien, dan parameter labor secara tidak
Hubungan antara DO2 dengan VO2 langsung. Keadaan ini terjadi ketika jaringan
dideskripsikan oleh kurva 2.1 berikut ini. ketika DO2 membutuhkan oksigen namun tidak dapat suplai dari
menurun dibawah normal, ekstraksi oksigen (O2ER) tempat penyimpanan oksigen. Penyebab dari
meningkat agar VO2 tetap konstan. Ketika DO2 turun normoxemic hypoxia adalah (1) gangguan sirkulasi,
menjadi niai kritis, VO2 menjadi supply-dependent. apabila terjadi suplai yang tidak adekuat saat
Kondisi ini, ketika metabolisme selular kekurangan oksigenasi bias disebabkan karena penurunan laju
suplai oksigen, keadaan ini disebut dengan dysoxia. darah atau perubahan aliran darah (2) Hipoksia seluler
Pada kondisi ini terjadi hipoksia jaringan, laktat darah (histotoksik), beberapa hal yang menyebabkan
meningkat, dan prognosis menjadi buruk. Karena hal keadaan ini adalah keracunan, endotoksemia, syok
tersebut, menjaga kestabilan DO2 pada keadaaan kritis sepsis, defisiensi tiamin, dan lain-lain. (3) Anemic
menjadi hal paling krusial. Hal ini menjadi perhatian hypoxia, keadaan yang menyebabkan hal ini
ketika PEEP digunakan karena PEEP kemungkinan diantaranya perdarahan, anemia, hilangnya ikatan Hb.3
berhubungan dengan penurunan nilai DO2 meskipun Definisi
terjadi peningkatan PaO2 karena efek cardiac output3
Terapi oksigen merupakan suatu intervensi
medis sebagai upaya pengobatan dengan pemberian
oksigen untuk mencegah atau memperbaiki hipoksia
jaringan dan mempertahankan oksigenasi jaringan
agar tetap adekuat dengan cara meningkatkan
masukan oksigen ke dalam sistem respirasi,
meningkatkan transpor oksigen ke dalam sirkulasi dan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2021; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 3

meningkatkan pelepasan oksigen ke jaringan.4,5 dilakukannya beberapa prosedur, seperti pengisapan


Dalam penggunaannya sebagai modalitas trakea atau bronkoskopi di mana seringkali
terapi, oksigen dikemas dalam tabung bertekanan menyebabkan terjadinya desaturasi arteri.5 Terapi
tinggi dalam bentuk gas, tidak berwarna, tidak berbau, oksigen juga diberikan pada kondisi yang
tidak berasa dan tidak mudah terbakar. Oksigen menyebabkan peningkatan kebutuhan jaringan
sebagai modalitas terapi dilengkapi dengan beberapa terhadap oksigen, seperti pada luka bakar, trauma,
aksesoris sehingga pemberian terapi oksigen dapat infeksi berat, penyakit keganasan, kejang demam dan
dilakukan dengan efektif, di antaranya pengatur lainnya.4
tekanan (regulator), sistem pipa oksigen sentral, Dalam pemberian terapi oksigen harus
meter aliran, alat humidifikasi, alat terapi aerosol dan dipertimbangkan jenis kebutuhan oksigen pada
alat pemberian lainnya.4 pasien, Terdapat dua jenis pemberian oksigen
berdasarkan jangka waktu yaitu oksigen jangka
Indikasi pendek (short-term oxygen therapy) atau jangka
Terapi oksigen diberikan pada dewasa, panjang (long-term oxygen therapy). Oksigen yang
anak-anak dan bayi (usia di atas satu bulan) ketika diberikan harus diatur dalam jumlah yang tepat dan
terjadi hipoksemia akut dan kronik yaitu jika nilai harus dievaluasi agar mendapat manfaat terapi dan
tekanan parsial oksigen kurang dari 65 mmHg, atau menghindari toksisitas.2,5
nilai saturasi kurang dari 92% saat pasien beristirahat
dan bernapas dengan udara ruangan. Pada neonatus, a. Terapi Oksigen Jangka Pendek
terapi oksigen dianjurkan jika nilai tekanan parsial Terapi oksigen jangka pendek merupakan terapi
oksigen kurang dari 50 mmHg atau nilai saturasi yang dibutuhkan pada pesien dengan keadaan
kurang dari 88%. Terapi oksigen (O2) dianjurkan pada hipoksemia akut, diantaranya pneumonia, penyakit
pasien dengan kecurigaan klinik hipoksia berdasarkan paru obstruktif kronis (PPOK) dengan eksaserbasi
pada riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Pasien- akut, asma bronkial, gangguan kardiovaskuler dan
pasien dengan infark miokard, edema paru, cidera emboli paru. Pada keadaan tersebut, oksigen harus
paru akut, sindrom gangguan pernapasan akut segera diberikan dengan adekuat di mana pemberian
(ARDS), fibrosis paru, keracunan sianida atau inhalasi oksigen yang tidak adekuat dapat menimbulkan
gas karbonmonoksida semuanya memerlukan terapi terjadinya kecacatan tetap ataupun kematian. Pada
oksigen.9 Indikasi lain pemberian terapi oksigen kondisi ini, oksigen diberikan dengan fraksi oksigen
adalah adanya gangguan metabolik yang ditandai (FiO2) berkisar antara 60-100% dalam jangka waktu
dengan asidosis metabolik (HCO3 <18), penurunan yang pendek sampai kondisi klinik membaik dan terapi
curah jantung, dan adanya tanda atau gejala syok yang spesifik diberikan.2 Adapun pedoman untuk
pada pasien.6 pemberian terapi oksigen berdasarkan rekomendasi
Terapi oksigen juga diberikan selama oleh American College of Chest Physicians, the National
periode perioperatif karena anestesi umum seringkali Heart, Lung and Blood Institute
menyebabkan terjadinya penurunan tekanan parsial Tabel 2.1 Rekomendasi Terapi Oksigen
oksigen sekunder akibat peningkatan ketidaksesuaian Indikasi yang sudah Kriteria
ventilasi dan perfusi paru dan penurunan kapasitas direkomendasikan

residu fungsional (FRC). Pada penelitian yang Hipoksemia akut PaO2 <60 mmHg;
dilakukan di RS Bhayangkara Indramayu, didapatkan SaO2 < 90%

bahwa pemberian oksigen konsentrasi tinggi Henti jantung dan henti


napas
pascaoperasi laparatomi didapatkan angka kejadian
infeksi pascaoperasi bermakna lebih rendah pada Curah jantung yang Bikarbonat < 18
rendah dan asidosis mmol/ L
pemberian oksigen konsentrasi tinggi (80%)7
metabolik
Terapi oksigen juga diberikan sebelum
Distress pernapasan Frekuensi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2021; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 4

pernapasan > 24 panjang harus dievaluasi ulang dalam dua bulan


kali/ menit untuk menilai hipoksemia menetap atau ada
perbaikan dan masih dibutuhkan terapi oksigen.
b. Terapi Oksigen Jangka Panjang Indikasi terapi oksigen jangka panjang adalah:2,5
a. Pemberian oksigen secara kontinyu
Pasien dengan hipoksemia, terutama pasien
 PaO2 istirahat ≤55 mmHg atau SaO2 ≤88%
dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
 PaO2 istirahat 56-59 mmHg atau SaO2 89%
merupakan kelompok yang paling banyak
pada salah satu keadaan:
menggunakan terapi oksigen jangka panjang. Terapi
o Edema yang disebabkan karena CHF
oksigen jangka panjang pada pasien dengan penyakit
o P pulmonal pada pemeriksaan EKG
PPOK selama empat sampai delapan minggu bisa
(gelombang P>3 mm pada lead II, III, dana VF)
memperbaiki toleransi latihan dan menurunkan
 Polsitemia (hematocrit > 56%)
tekanan vaskuler pulmoner.2,5 Pada pasien dengan
b. Pemberian oksigen secara tidak kontinyu:
PPOK dan kor pulmonal, terapi oksigen jangka
 Selama latihan: PaO2 ≤55 mmHg atau SaO2
panjang dapat meningkatkan angka harapan hidup
≤88%
sekitar enam sampai dengan tujuh tahun. Selain itu,
 Selama tidur: PaO2 ≤ 55 mmHg atau SaO2 ≤
angka kematian bisa diturunkan dan dapat tercapai
88% dengan komplikasi seperti hipertensi
manfaat survival yang lebih besar pada pasien
pulmoner, somnolen dan aritmia.
dengan hipoksemia kronis apabila terapi oksigen
Kontraindikasi
diberikan lebih dari dua belas jam dalam satu hari dan
Terapi oksigen tidak diberikan pada:
berkesinambungan2
a. Pasien yang menolak diberikan terapi oksigen
Semua pasien dengan hipoksemia paru b. Penggunaan beberapa alat pemberian oksigen
kronik merupakan pasien yang paling berpotensial (contoh nasal kanul dan kateter nasofaring pada
menerima terapi oksigen jangka panjang ini. pasien neonatus dan anak-anak yang memiliki
Berdasarkan guideline, pasien yang dapat diberikan masalah obstruksi nasal).8
terapi oksigen jangka panjang adalah (1) pasien yang Teknik Pemberian
sudah ditegakkan dengan diagnosa hipoksemia Sangat banyak teknik dan model alat yang
kronik (terdapat bukti penunjang dari penegakkan dapat digunakan dalam terapi oksigen yang masing-
diagnosa tersebut)2 masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Pemberian terapi oksigen jangka panjang Pemilihan teknik dan alat yang akan digunakan sangat
saat ini direkomendasikan untuk pasien hipoksemia ditentukan oleh kondisi pasien yang akan diberikan
(PaO2 < 55 mmHg atau SaO2 < 88%), terapi oksigen terapi oksigen.4
diberikan secara terus menerus selama 24 jam dalam Teknik dan alat yang akan digunakan dalam
satu hari. Pasien dengan PaO2 56 sampai dengan 59 pemberian terapi oksigen hendaknya memenuhi
mmHg atau SaO2 89%, kor pulmonal dan polisitemia kriteria sebagai berikut:
juga memerlukan terapi oksigen jangka panjang. a. Mampu mengatur konsentrasi atau fraksi
Pada keadaan ini, awal pemberian terapi oksigen oksigen (FiO2) udara inspirasi.
harus dengan konsentrasi rendah (FiO2 24-28%) dan
b. Tidak menyebabkan akumulasi karbon dioksida.
dapat ditingkatkan bertahap berdasarkan hasil
c. Tahanan terhadap pernapasan mininal.
pemeriksaan analisa gas darah dengan tujuan
d. Irit dan efisien dalam penggunaan oksigen.
mengoreksi hipoksemia dan menghindari penurunan
e. Diterima dan nyaman digunakan oleh pasien.
pH di bawah 7,26. Terapi oksigen dosis tinggi yang
Cara pemberian terapi oksigen dibagi
diberikan kepada pasien dengan PPOK yang sudah
menjadi dua jenis, yaitu (1) sistem arus rendah dan (2)
mengalami gagal napas tipe II akan dapat mengurangi
sistem arus tinggi. Pada sistem arus rendah, sebagian
efek hipoksik.2
dari volume tidal berasal dari udara kamar. Alat ini
Pasien yang menerima terapi oksigen jangka

Jurnal Kesehatan Andalas. 2021; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 5

memberikan fraksi oksigen (FiO2) 21%-90%, (FiO2) secara bermakna diatas 44% dan
tergantung dari aliran gas oksigen dan tambahan dapat mengakibatkan mukosa membran
asesoris seperti kantong penampung. Alat-alat yang menjadi kering. Adapun keuntungan dari
umum digunakan dalam sistem ini adalah: nasal nasal kanul yaitu pemberian oksigen yang
kanul, nasal kateter,sungkup muka tanpa atau dengan stabil serta pemasangannya mudah dan
kantong penampung dan oksigen transtrakeal. Alat ini nyaman oleh karena pasien masih dapat
digunakan pada pasien dengan kondisi stabil, volume makan, minum, bergerak dan berbicara.
tidalnya berkisar antara 300-700 ml pada orang Walaupun nasal kanul nyaman digunakan
dewasa dan pola napasnya teratur. Pada sistem arus tetapi pemasangan nasal kanul dapat
tinggi, beberapa contoh alat pemberiannya adalah Air menyebabkan terjadinya iritasi pada mukosa
Entrainment Mask (Venturi) dan High Flow Nasal hidung, mudah lepas, tidak dapat
Canul (HFNC) yang mempunyai kemampuan menarik memberikan konsentrasi oksigen lebih dari
udara kamar pada perbandingan tetap dengan aliran 44% dantidak dapat digunakan pada pasien
oksigen sehingga mampu memberikan aliran total gas dengan obstruksi nasal.3,4,9 Nasal kateter
yang tinggi dengan fraksi oksigen (FiO2) yang tetap. mirip dengan nasal kanul di mana sama-
Keuntungan dari alat ini adalah fraksi oksigen (FiO2) sama memiliki sifat yang sederhana, murah
yang diberikan stabil serta mampu mengendalikan dan mudah dalam pemakaiannya serta
suhu dan humidifikasi udara inspirasi sedangkan tersedia dalam berbagai ukuran sesuai
kelemahannya adalah alat ini mahal dan beberapa dengan usia dan jenis kelaminpasien. Untuk
alat tidak nyaman bagi pasien.2,4 pasien anak-anak digunakan kateter nomor
a. Alat Terapi Oksigen Arus Rendah 8-10 F, untuk wanita digunakan kateter
Terapi oksigen arus rendah secara umum digunakan nomor 10-12 F dan untuk pria digunakan
pada pasien dengan gangguan pernapasan minimal, kateter nomor 12-14 F. Fraksi oksigen (FiO2)
ventilasi yang adekuat namun masih membutuhkan yang dihasilkan sama dengan nasal kanul.3
suplemen oksigen untuk kebutuhan terapeutik. Terapi
oksigen arus rendah ini merupakan pilihan utama untuk Tabel 2.2 Hubungan Aliran Oksigen dengan
tatalaksana pada hipoksemia ringan hingga sedang. Fraksi Oksigen Arus Rendah
Aliran Oksigen Fraksi Oksigen
 Nasal kanul dan nasal kateter 100% (FiO2)
Nasal kanul dan nasal kateter merupakan Nasal Kanul
alat terapi oksigen dengan sistem arus 1 liter/menit 0,24
rendah yang digunakan secara luas. Nasal 2 liter/menit 0,28
3 liter/menit 0,32
kanul terdiri dari sepasang tube dengan 4 liter/menit 0,36
panjang + 2 cm yang dipasang pada lubang 5 liter/menit 0,40
hidung pasien dan tube dihubungkan secara 6 liter/menit 0,44

langsung menuju oxygen flow meter. Alat ini


dapat menjadi alternatif bila tidak terdapat  Sungkup muka tanpa kantong penampung
sungkup muka, terutama bagi pasien yang Sungkup muka tanpa kantong penampung
membutuhkan konsentrasi oksigen (O2)
merupakan alat terapi oksigen yang terbuat
rendah oleh karena tergolong sebagai alat dari bahan plastik di mana penggunaannya
yang sederhana, murah dan mudah dalam dilakukan dengan cara diikatkan pada wajah
pemakaiannya. Nasal kanul arus rendah pasien dengan ikat kepala elastis yang
mengalirkan oksigen ke nasofaring dengan berfungsi untuk menutupi hidung dan mulut.
aliran 1-6 liter/ menit dengan fraksi oksigen Sungkup berfungsi sebagai penampung
(FiO2) antara 24-44%. Aliran yang lebih untuk oksigen dan karbondioksida hasil
tinggi tidak meningkatkan fraksi oksigen ekspirasi. Alat ini mampu menyediakan fraksi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2021; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 6

oksigen (FiO2) sekitar 40-60% dengan aliran sungkup muka nonrebreathing. Keduanya
sekitar 5-10 liter/ menit. Pada penggunaan terbuat dari bahan plastik namun perbedaan
alat ini, direkomendasikan agar aliran di antara kedua jenis sungkup muka tersebut
oksigen dapat tetap dipertahankan sekitar 5 yaitu adanya katup pada sungkup dan di
liter/menit atau lebih yang bertujuan agar antara sungkup dan kantong penampung.9
karbon dioksida yang telah dikeluarkan Sungkup muka partial rebreathing tidak
tertahan pada sungkup untuk terhirup memiliki katup satu arah di antara sungkup

kembali. Adapun keuntungan dari dengan kantong penampung sehingga udara

penggunaan sungkup muka tanpa kantong ekspirasi dapat terhirup kembali saat fase

penampung adalah alat ini mampu inspirasi sedangkan pada sungkup muka

memberikan fraksi oksigen yang lebih tinggi nonrebreathing, terdapat katup satu arah

daripada nasal kanul ataupun nasal kateter antara sungkup dan kantong penampung

dan sistem humidifikasi dapat ditingkatkan sehingga pasien hanya dapat menghirup

melalui pemilihan sungkup berlubang besar udara yang terdapat pada kantong

sedangkan kerugian dari alat ini yaitu tidak penampung dan menghembuskannya
melalui katup terpisah yang terletak pada sisi
dapat memberikan fraksi oksigen kurang dari
tubuh sungkup.5 Sungkup muka dengan
40%, dapat menyebabkan penumpukan
karbon dioksida jika aliran oksigen rendah kantong penampung dapat mengantarkan

dan oleh karena penggunaannya menutupi oksigen sebanyak 10-15 liter/ menit dengan
fraksi oksigen sebesar 80-85% pada
mulut, pasien seringkali kesulitan untuk
sungkup muka partial rebreathing bahkan
makan dan minum serta suara pasien akan
teredam. Sungkup muka tanpa kantong hingga 100% pada sungkup muka

penampung paling cocok untuk pasien yang nonrebreathing (NRM)5,9 Kedua jenis
sungkup muka ini sangat dianjurkan
membutuhkan fraksi oksigen yang lebih
penggunaannya pada pasien-pasien yang
tinggi daripada nasal kanul ataupun nasal
membutuhkan terapi oksigen oleh karena
kateter dalam jangka waktu yang singkat,
infark miokard dan keracunan
seperti terapi oksigen (O2) pada unit
karbonmonoksida.9
perawatan pasca anestesi. Sungkup muka
Dari penelitian yang dilakukan di
tanpa kantong penampung sebaiknya juga
RSUP M. Djamil Padang didapatkan bahwa
tidak digunakan pada pasien yang tidak
terdapat hubungan bermakna pCO2
mampu untuk melindungi jalan napas
sebelum dan setelah terapi oksigen
mereka dari resiko aspirasi.3,9
menggunakan NRM dan terjadi penurunan
Tabel 2.3 Hubungan Aliran Oksigen dengan
Fraksi Oksigen Arus Rendah Sungkup rata-rata nilai PCO2 setelah pemberian
Oksigen terapi oksigen. Terapi oksigen menggunakan
Aliran Oksigen Fraksi Oksigen NRM dapat meningkatkan fraksi inspirasi
100% (FiO2)
Sungkup Oksigen oksigen lebih dari 90% sehingga pengaruh
5-6 liter/menit 0,4 penggunaan NRM juga akan menurunkan
6-7 liter/menit 0,5 tekanan parsial gas dalam alveoli. Tingginya
7-8 liter/menit 0,6
PO2 dalam alveoli juga menimbulkan efek
Halden dimana tekanan parsial oksigen yang
 Sungkup muka dengan kantong penampung
tinggi akan meningkatkan pelepasan ikatan
Terdapat dua jenis sungkup muka dengan CO2 dengan haemoglobin dalam darah.
kantong penampung yang seringkali
akibat lanjut adalah kecepatan difusi gas dari
digunakan dalam pemberian terapi oksigen, darah ke alveoli meningkat akibat perbedaan
yaitu sungkup muka partial rebreathing dan tekanan parsial karbondioksida lebih besar.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2021; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 7

Tabel 2.4 Hubungan Aliran Oksigen dengan ventilasi yang abnormal. Adapun alat terapi
Fraksi Oksigen Arus Rendah Sungkup
oksigen arus tinggi yang seringkali
dengan Reservoir
Aliran Oksigen Fraksi Oksigen digunakan, salah satunya yaitu sungkup
100% (FiO2) venturi.
Sungkup dengan a. Sungkup venturi
Reservoir
Merupakan alat terapi oksigen
6 liter/menit 0,6
7 liter/menit 0,7 dengan prinsip jet mixing yang dapat
8 liter/menit 0,8 memberikan fraksi oksigen sesuai dengan
9 liter/menit 0,9
yang dikehendaki. Alat ini sangat bermanfaat
10 liter/menit >0,9
Nonrebreathing untuk dapat mengirimkan secara akurat
8-10 liter/menit 0,85-1,0
konsentrasi oksigen rendah sekitar 24-35%
dengan arus tinggi, terutama pada pasien
 Oksigen transtrakeal
dengan PPOK dan gagal napas tipe II di
Oksigen transtrakeal dapat mengalirkan
mana dapat mengurangi resiko terjadinya
oksigen secara langsung melalui kateter di
retensi karbon dioksida sekaligus juga
dalam trakea. Oksigen transtrakeal dapat
memperbaiki hipoksemia. Alat ini juga lebih
meningkatkan kepatuhan pasien untuk
nyaman untuk digunakan dan oleh karena
menggunakan terapi oksigen secara
adanya pendorongan oleh arus tinggi.4,5
kontinyu selama 24 jam dan seringkali
Sistem venturi mengggunakan
berhasil untuk mengatasi hipoksemia
turbin untuk mengambil udara dan oksigen
refrakter. Oksigen transtrakeal dapat
dari ruangan dan dapat digunakan meskipun
menghemat penggunaan oksigen sekitar 30-
tidak terdapat sumber udara dan oksigen
60-%. Keuntungan dari pemberian oksigen
bertekanan tinggi namun memiliki
transtrakeal yaitu tidak ada iritasi muka
kekurangan berupa konsentrasi oksigen
ataupun hidung dengan rata-rata oksigen
yang lebih rendah.
yang dapat diterima pasien mencapai 80-
Tabel 2.5 Hubungan Aliran Oksigen dengan
96%. Kerugian dari penggunaan alat ini yaitu Fraksi Oksigen Arus Tinggi Sungkup Venturi
biayanya yang tergolong tinggi dan resiko Aliran Oksigen Fraksi Oksigen
terjadinya infeksi lokal. Selain itu, ada pula 100% (FiO2)
Sungkup venture
berbagai komplikasi lainnya yang seringkali
3 liter/menit 0,24
terjadi pada pemberian oksigen transtrakeal 6 liter/menit 0,28
antara lain emfisema subkutan, 9 liter/menit 0,4
12 liter/menit 0,4
bronkospasme, batuk paroksismal dan
15 liter/menit 0,5
infeksi stoma.4
Tabel 2.5 Hubungan Aliran Oksigen dengan b. Kanula Hidung Arus Tinggi (KHAT)
Fraksi Oksigen Arus Rendah Transtrakeal
KHAT adalah alat pengantaran oksigen
Aliran Oksigen Fraksi Oksigen
100% (FiO2) dengan sistem pencampuran udara dan oksigen
Transtrakeal disertai dengan pemanasan dan pengatur kelembaban,
0,5-4 liter/menit 0,24-0,40 diantarkan melalui kanula hidung dengan arus tinggi
mencapai 60 liter/menit sehingga dapat melebihi usaha
b. Alat Terapi Oksigen Arus Tinggi
inspirasi pasien yang bernapas spontan.
Terdapat dua indikasi klinis untuk
Alat KHAT memerlukan koneksi ke sumber
penggunaan terapi oksigen dengan arus
oksigen dan sumber tekanan tinggi untuk menghasilkan
tinggi, di antaranya adalah pasien dengan
arus tinggi, oleh karenanya hanya dapat digunakan di
hipoksia yang memerlukan pengendalian
rumah sakit atau pusat pelayanan kesehatan. Metode
fraksi oksigen dan pasien hipoksia dengan
pemadu udara-oksigen menggunakan sumber oksigen

Jurnal Kesehatan Andalas. 2021; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 8

sentral yang terdapat di fasilitas kesehatan dan  72 jam setelah Infark Miokard Akut
pengatur arus (flow meter) khusus sehingga dapat  2 jam pada pasien PPOK
menghasilkan arus udara dan oksigen yang stabil dan  1 jam pada neonatus.
tepat. Campuran udara-oksigen dihasilkan oleh Toksisitas Oksigen
generator arus yang dapat menghasilkan arus 60 lpm
Seperti halnya terapi dengan obat,
dan memberikan FiO2 (21-100%) secara akurat.
pemberian terapi oksigen juga dapat menimbulkan
Arus tinggi yang dihasilkan KHAT dapat
efek samping, terutama terhadap sistem
menurunkan risiko tercampurnya oksigen dari sistem
pernapasan, susunan saraf pusat dan mata,
dengan udara ruangan sehingga fraksi oksigen
terutama pada bayi prematur. Efek samping
inspirasi dapat lebih optimal masuk ke saluran napas
pemberian terapi oksigen terhadap sistem
pasien dibandingkan dengan alat pengantar oksigen
pernapasan, di antaranya dapat menyebabkan
arus rendah.
terjadinya depresi napas, keracunan oksigen, dan
Tidak ada indikasi absolut dalam penggunaan
nyeri substernal.3
terapi oksigen KHAT, namun saat ini KHAT paling
sering digunakan pada gagal napas akut. Beberapa Depresi napas dapat terjadi pada pasien
studi menunjukan efikasi KHAT secara subjektif dan yang menderita PPOK dengan hipoksia dan
fisiologis. Sebagian besar data diambil dari studi hiperkarbia kronis. Pada penderita PPOK, kendali
observasional menggunakan luaran fisiologis atau uji pusat napas bukan oleh karena kondisi hiperkarbia
klinis dengan berbagai populasi heterogen dan seperti pada keadaan normal, tetapi oleh kondisi
dibandingkan dengan oksigen arus rendah atau NIV. hipoksia sehingga apabila ada oksigen dalam darah
Meta analisis terhadap 13 uji klinis pada pasien gagal meningkat maka akan dapat menimbulkan depresi
napas akut dan gagal napas pasca bedah dan pasca
napas. Pada pende- rita penyakit paru obstruktif
ekstubasi menunjukkan bahwa KHAT dapat
kronis (PPOK), terapi oksigen dianjurkan dilakukan
menurunkan risiko intubasi dan mortalitas meski secara
dengan sistem aliran rendah dan diberikan secara
statistik tidak bermakna. Secara umum KHAT
intermitten.3
direkomendasikan pada gagal napas akut hipoksemik
dengan rasio PaO2:FiO2 <300 mmHg. (pdpi) Keracunan oksigen terjadi apabila

Evaluasi dan Monitoring pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi (di


atas 60%) dalam jangka waktu yang lama. Hal ini
a. Klinis Pasien
akan menimbulkan perubahan pada paru dalam
 Nilai tanda vital pada pasien plus SpO2 bentuk kongesti paru, penebalan membran alveoli,
dengan pulse oxymetri edema, konsolidasi dan atelektasis. Pada keadaan
hipoksia berat, pemberian terapi oksigen dengan
 Nilai denyut jantung, TD stabil, aritmia,
fraksi oksigen yang mencapai 100% dalam waktu 6-
sianosis, dan takipneu, gangguan
12 jam untuk penyelamatan hidup seperti misalnya
neurologic, kelelahan, disorientasi
pada saat resusitasi masih dianjurkan namun
berkurang atau menghilang.
apabila keadaan kritis sudah teratasi maka fraksi
b. AGD dan pulse oxymetri oksigen (FiO2) harus segera di turunkan. Nyeri

Periksa 15-20 menit pasca pemberian oksigen substernal dapat terjadi akibat iritasi pada trakea

atau segera diperiksa jika terjadi yang menimbulkan trakeitis. Hal ini terjadi pada

perubahan klinis pasien. Evaluasi pemberian oksigen konsentrasi tinggi dan keluhan
berikutnya: tersebut biasanya akan diperparah ketika oksigen

 12 jam setelah pemberian fraksi oksigen yang diberikan kering atau tanpa humidifikasi.3

<40% Toksisitas oksigen terjadi ketika tekanan


 8 jam pasca pemberian fraksi oksigen parsial oksigen di dalam arteri melebihi kondisi
>40% normal. Terjadinya paparan oksigen yang terus

Jurnal Kesehatan Andalas. 2021; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 9

menerus akan menyebabkan terjadinya kondisi meningkatkan pelepasan atau ekstraksi oksigen ke
hiperoksia. Hiperoksia merupakan kondisi kelebihan jaringan.3,8
oksigen pada organ dan jaringan. Hiperoksia Dalam pemberian terapi oksigen harus
menyebabkan cedera sel melalui peningkatan dipertimbangkan apakah pasi- en benar-benar
produksi spesies oksigen reaktif. Oksigen yang membutuhkan oksigen, apakah dibutuhkan terapi
berperan sebagai radikal bebas sebagai oksigen jangka pendek (short-term oxygen therapy)
kemungkinan faktor etiologi dalam pengembangan atau panjang (long-term oxygen therapy). Oksigen
efek toksik ini. yang diberikan harus diatur dalam jumlah yang tepat
dan harus dievaluasi agar mendapat manfaat terapi
Oksigen bersifat toksik pada paru apabila
dan menghindari toksisitas.4,5 Terapi oksigen jangka
FiO2 tinggi (FiO2 >0,6) yang diberikan selama waktu
pendek merupakan terapi yang dibutuhkan pada
pemaparan yang panjang (≥ 24 jam) pada tekanan
pesien pasien dengan keadaan hipoksemia akut, di
barometrik normal yaitu 1 Atmosphere Absolute
(ATA). Toksisitas oksigen juga dapat terjadi apabila antaranya pneumonia, PPOK dengan eksaserbasi

tekanan barometrik tinggi (ATA 1,6-4) dengan akut, asma bronkial, gangguan kardiovaskuler dan

paparan FiO2 tinggi dalam waktu yang singkat. emboli paru sedangkan terapi oksigen jangka panjang

Gejala awal terjadinya toksisitas oksigen pada merupa- kan terapi yang dibutuhkan pada pesien-

paru adalah iritasi ringan pada trakea. Selanjutnya pasien dengan keadaan hipoksemia kronis, di
terjadi batuk rigan diikuti dengan beberapa iritasi dan antaranya penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kor
batuk yang berat hingga saat inspirasi menjadi pulmonal dan polisitemia.4
menyakitkan dan batuk menjadi tidak terkontrol. Cara pemberian terapi oksigen dibagi menjadi dua
Apabila paparan oksigen terus berlanjut, akan muncul jenis, yaitu (1) sistem arus rendah dan (2) sistem arus
gejala sesak pada pasien. Pada paparan yang terus tinggi. Alat-alat yang umum digunakan dalam sistem
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, maka akan arus rendah adalah: nasal kanul, nasal kateter,
menyebabkan kematian pada pasien akibat sungkup muka tanpa atau dengan kantong penampung
kekurangan oksigen. Kerusakan yang progresif pada dan oksigen transtrakeal sedangkan alat yang di-
paru menyebabkan ketidakmampuan oksigen untuk gunakan dalam sistem arus tinggi adalah sungkup
berdifusi ke dalam aliran darah menuju paru.(pompini) venturi.4 Terapi oksigen juga dapat menimbulkan efek
Efek samping pemberian terapi oksigen samping, terutama terhadap sistem pernapasan,
terhadap susunan saraf pusat apabila diberikan dengan susunan saraf pusat dan mata. Adapun efek samping
konsentrasi yang tinggi maka akan dapat menimbulkan tersebut di antaranya dapat menyebabkan terjadinya
keluhan parestesia dan nyeri pada sendi sedangkan depresi napas, keracunan oksigen, nyeri substernal,
efek samping pemberian terapi oksigen (O2) terhadap parestesia, nyeri pada sendi dan retrolental fibroplasia
mata, terutama pada bayi baru lahir yang tergolong pada bayi prematur.3
prematur, keadaan hiperoksia dapat menyebabkan DAFTAR PUSTAKA
terjadinya kerusakan pada retina akibat proliferasi
pembuluh darah yang disertai dengan perdarahan dan 1. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical
Physiology. Edisi XI. Philadel-phia.W. B.
fibrosis atau seringkali disebut sebagai retrolental Saunders Company. 2006.
fibroplasia.3
2. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan, MR. Petunjuk
KESIMPULAN
Praktis Anestesiologi. Edisi II.Jakarta. Fakultas
Terapi oksigen merupakan suatu intervensi
Kedokteran Universitas Indonesia. 2002.
medis berupa upaya pengobatan dengan pemberian
oksigen untuk mencegah atau memerbaiki hipoksia 3. Mangku G, Senapathi TGE. Buku Ajar Ilmu

jaringan dan mempertahankan oksigenasi jaringan Anestesia dan Reanimasi. Edisi II.Jakarta.
Indeks. 2017.
agar tetap adekuat dengan cara meningkatkan
masukan oksigen ke dalam sistem respirasi, mening 4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
katkan daya angkut oksigen ke dalam sirkulasi dan M, Setiati S. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2021; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 10

Edisi V. Jakarta. InternaPublishing. 2009.

5. Fishman AP, Elias JA, Fishman JA, Grippi MA,


Senior RM, Pack AI. Fish- man’s Pulmonary
Diseases and Disorders. Edisi IV. New York.
McGraw-HillCompanies. 2008.

6. Rilantono LI. Penyakit Kardiovaskular (PKV) 5


Rahasia. Edisi I. Jakarta. Fa- kultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2012.

7. Levitzky MG. Pulmonary Physiology. Edisi VII.


New York. McGraw-Hill Companies. 2007.
8. Widiyanto B, Yasmin LS. Terapi Oksigen
terhadap Perubahan Saturasi Oksi- gen
melalui Pemeriksaan Oksimetri pada Pasien
Infark Miokard Akut (IM-A). Prosiding
Konferensi Nasional II PPNI Jawa Tengah.
2014; 1(1): 138-43.
9. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD.
Morgan & Mikhail’s Clinical A- nesthesiology.
Edisi V. New York. McGraw-Hill Companies.
2013.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2021; 3(1)

Anda mungkin juga menyukai