Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER (TAKE HOME EXAM)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III


Dosen Pengampu : Dr. Ns. Yunie Armiyati, M.Kep, Sp.Kep.MB

Disusun Oleh:
Nama : Andria Wahyuningsih
NIM : G2A221024

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN LINTAS JALUR SMG


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2022
PETUNJUK:
1. Jawaban boleh diketik atau tulis tangan dikerjakan sendiri
2. Bila dijumpai ada jawaban yang sama persis maka dianggap saling mencontek dan tidak
diberi nilai
3. Jawaban diupload di ifikkes 19 April pukul 12.00 s/d 21 April pukul 23.55.

SOAL NO 1
1. Jelaskan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya TURP
syndrome pada pasien BPH yang menjalani TURP! (nilai 15)
JAWAB:
• TURP sindrom adalah suatu keadaan klinik yang ditandai dengan kumpulan gejala akibat
gangguan neurologik, kardiovaskuler dan elektrolit yang disebabkan karena diserapnya
cairan irigasi melalui vena-vena prostat/cabangnya pada kapsul prostat yang terjadi
selama operasi.
• Resiko TURP sindrom meningkat apabila:
1. Ukuran prostat > 45 gr
2. Lama operasi > 90 menit
3. Pasien yang mengalami hiponatremi relative
4. Cairan irigasi 30 liter atau lebih
• Tindakan keperawatan untuk mencegah TURP sindrom:
1. Lama operasi dipercepat
2. Mencikupi kebutuhan natrium
3. Cairan irigasi tidak lebih dari 30 liter

SKENARIO KASUS SOAL NO 2-7


Seorang laki-laki umur 55 tahun, masuk RS sejak kemarin dengan diagnosis CKD stage V.
Riwayat penyakit dahulu: sudah lama menderita penyakit Diabetes (8 tahun) dan hipertensi (3
tahun). Dari keluarga mengatakan pasien tidak rutin kontrol dan tidak rutin mengkonsumsi obat
DM & Hipertensi. Hasil pengkajian ditemukan data: mengeluh sesak napas, pusing, mual,
malas makan. Hasil pemeriksaan fisik: TD 195/120 mmHg, Nadi radialis 97 x/menit ireguler,
Suhu 37.3˚C , RR : 30 x/ireguler, pasien tampak sesak napas, ronchi pada kedua paru edema
kedua ekstrimitas, kulit kering dan bersisik, konjungtiva anemis, tampak gelisah. Hasil
pemeriksaan laboratorium : Hb 4,7 g/dl, Ht 29 %, leukosit 6400/ul, trombosit 73.000, ureum 200
mg/dl, creatinin 6.65 mg/dl, albumin 2,5 mg/dl, gula darah sewaktu 156 mg/dl, Natrium 149
meq/l, Kalium 6.5 meq/l, Hasil AGD pH 7,30, pCO2 34,1 mmHg, pO2 95,6 mmHg, HCO3 19,5
mmol/L, SaO2 97,1%, BE -4,9, pemeriksaan CCT ukur 6 ml/ menit. Jumlah urine /24 jam 200cc
dan minum kemarin 1400cc/24 jam. Hasil pemeriksaan rontgent CTR 90%, gambaran edema
pulmonal. Pasien menjalani hemodialisis 2x seminggu sejak 2 bulan lalu, namun 2 minggu ini
tidak melakukan Hemodialisis (HD) karena menurut pasien tidak ada gunanya, tidak bisa
sembuh. Pasien mengatakan sudah putus asa karena tidak sembuh-sembuh, kenapa tidak mati
saja, menolak untuk beribadah karena mengganggap Tuhan tidak menyayangi dia lagi.
Terpasang O2 nasal kanul 4 liter/mnt, terapi saat ini Valsartan 80 mg, Antasida 3x1 tablet,
Asam Folat 1x3 tablet, Vitamin B12 3x1 tablet, CaCO3 3x1 tablet, Bicnat 3x1 tablet, diit lunak
rendah garam 2000 kkal 1,2 gram protein/kgBB/hari.
SOAL.
2. Menurut analisa Saudara, apa yang menyebabkan pasien menderita CKD? Jelaskan proses
terjadinya sesuai kasus skenario! (nilai 15)
JAWAB:
Karena pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes (8 tahun) dan hipertensi (3 tahun). Pasien
tidak rutin kontrol dan minum obat DM maupun hipertensi.
• DM yang tidak terkontrol dapat menyebabkan CKD, kadar gula yang tinggi dalam
darah dapat merusak jutaan unit penyaringan kecil di dalam setiap ginjal. Tingginya
gula darah bisa membuat ginjal bekerja ekstra keras untuk membuang kelebihan
kadar gula tersebut menjadi urine. Jika kondisi ini dibiarkan terjadi dalam waktu
lama, maka ginjal dapat mengalami kerusakan dan perlahan-lahan kehilangan
fungsinya untuk menyaring limbah atau racun. Kondisi inilah yang pada akhirnya
menyebabkan gagal ginjal atau CKD.
• Ginjal membantu menyaring limbah dan cairan ekstra dari darah, dan organ tersebut
melibatkan banyak pembuluh darah untuk melakukannya. Ketika pembuluh darah
menjadi rusak, nefron yang menyaring darah tidak menerima oksigen dan nutrisi yang
mereka butuhkan untuk berfungsi dengan baik. Apabila tekanan darah tinggi todak
terlontrol, akan menyebabkan arteri di sekitar ginjal menyempit, melemah atau
mengeras. Arteri yang rusak ini tidak mampu memberikan cukup darah ke jaringan
ginjal. Akibatnya, ginjal tidak bisa berfungsi dengan baik sehingga menyebabkan
gagal ginjal atau CKD.
Dapat disimpulkan bahwa penyebab CKD pada pasien tersebut akibat dari gula darah yang
tidak terkontrol sekaligus tekanna darah tinggi yang tidak terkontrol selama bertahun-tahun.

3. a. Jelaskan satu diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan akibat peningkatan tekanan
darah dan ketidakseimbangan kalium yang dialami pasien?
b. Mengapa diagnosa tersebut bisa terjadi? (nilai 15)
JAWAB:
a. Diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan yaitu kelebihan volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulasi.
b. Akibat tekanan darah tidak terkontrol menyebabkan gangguan dan kerusakan fungsi ginjal,
sehingga GFR menurun dan menyebabkan retensi cairan. Retensi cairan inilah yang menyebabkan
odema pada kedua ekstremitas serta edema pulmonal yang menyebabkan pasien sesak nafas.
DS:Pasien mengeluh sesak nafas.
DO: Pasien tampak sesak napas, ronchi pada kedua paru edema kedua ekstrimitas, hasil
pemeriksaan rontgent CTR 90%, gambaran edema pulmonal.

4. a. Jelaskan mengapa Hb pasien rendah?


b. Apa diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan akibat Hb rendah tersebut? (nilai 15)
JAWAB:
a. Anemia pada CKD diakibatkan penurunan sekresi eritropoetin oleh ginjal. Ginjal
berfungsi untuk menghasilkan hormon eritropietin (EPO) yang berfungsi merangsang
sumsum tulang untuk membentuk hemoglobin. Jika fungsi ginjal terganggu, maka ginjal
tidak dapat memproduksi cukup EPO, dan sumsum tulang tidak dapat memproduksi
hemoglobin secara optimal. Semakin buruk fungsi ginjal, semakin sedikit jumlah EPO
yang diproduksi. Seiring waktu, akan terjadi penurunan kadar hemoglobin.
b. DS: Pasien mengatakan sesak nafas
DO: Hasil pemeriksaan lab Hb 4,7 g/dl, pasien tampak sesak napas, ronchi pada kedua paru,
hasil pemeriksaan rontgent CTR 90%, gambaran edema pulmonal.
Dari data tersebut dapat dirumuskan diagnosa keperawatan resiko ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen
berkurang.
5. Jelaskan makna analisis hasil rontgent CTR 90% dan bagaimana proses terjadinya kelainan
tersebut pada pasien CKD? (nilai 10)
JAWAB:
CTR (cardio thorak ratio) adalah perbandingan besar jantung dengan ukuran dada, dimana
normalnya kurang dari 50%. Pada pasien didapatkan hasil rontgen CTR 90%, artinya
terdapat pembesaran organ jantung akibat cairan berlebih yang tidak dapat dikeluarkan oleh
tubuh. Hal ini dapat terjadi karena kerusakan fungsi ginjal menyebabkan retensi cairan,
sehingga terjadi hipervolemi yang dapat menumpuk di tubuh, salah satunya menumpuk di
jantung, sehingga terjadi pembangkakan di jantung akibat penumpukan cairan.

6. a. Bagaimana analisis Saudara terhadap hasil AGD pasien, kelainan apa yang dialami?
b. Sesuai terapi yang diberikan dokter, kolaborasi pemberian terapi apa yang bisa mengatasi
permasalahan pada jawaban 6a? (nilai 10)
JAWAB:
a. pH 7,30 (dibawah normal)
pCO2 34,1 (dibawah normal)
HCO3 19,5 (dibawah normal)
BE -4,9 (dibawah normal)
Hasil Analisa Gas Darah: Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik terjadi karena ginjal tidak mampu mengekskresikan ion hydrogen untuk
menjaga pH darah normal. Disfungsi renal tubuler mengakibatkan ketidakmampuan
pengeluaran ion H dan pada umumnya penurunan ekskresi H+ metabolism dalam tubuh dan
tidak difiltrasi secara efektif, NH3 menurun dan sel tubuler tidak berfungsi. Kegagalan
pembentukan bikarbonat memperberat ketidakseimbangan.

b. Tindakan keperawatan, monitor:


o vital sign
o suara & fungsi usus
o Fungsi Persarafan&status mental
o Intake & output cairan serta BB
o rate & irama EKG
o konsentrasi serum elektrolit
o Sediakan lingkungan yg aman
o Berikan cairan dan elektrolit secara iv
o Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi natrium bicarbonat. Asidosis
metabolik pada gagal ginjal biasanya tidak diobati kecuali HCO3, plasma turun dibawah
angka 15 mEq/L. Bila asidosis berat akan dikoreksi dengan pemberian Na HCO3,
(Natrium Bikarbonat) parenteral.

7. Berdasarkan scenario, selesaikan perintah ini! (nilai 20)


a. Rumuskan satu diagnosa keperawatan psikososialspiritual yang terjadi pada pasien ini.
JAWAB:
Diagnosa yang mungkin muncul yaitu ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai
dengan pasien mengeluh cemas, merasa khawatir dengan kondisi yang dihadapi saat ini,
merasa bingung dan sulit berkonsentrasi, pasien tampak tegang, pasien tampak gelisah, pasien
tampak pucat dan pasien merasa tidak berdaya.

b. Jelaskan satu tindakan keperawatan yang dapat diaplikasikan untuk mengatasi masalah
psikososial atau spiritual pasien berdasarkan hasil penelitian terkini! Berikan
penjelasan mengapa tindakan tersebut dapat mengatasi masalah psikososial / spiritual
pasien!
JAWAB:
Dari hasil penelitian Yunie Armiyati, Edi Wuryanto, Nuri Sukraeny tahun 2016 dengan judul
penelitian manajeman masalah psikologis yang dilakukan oleh pasien hemodialisis salah
satunya yaitu dengan peningkatan koping. Strategi koping penguatan diri akan meningkatkan
penyesuaian diri dan adaptasi yang baik. Mekanisme koping adalah cara yang digunakan
individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi, dan situasi yang
mengancam, baik secara kognitif maupun perilaku. Prinsip terapinya dengan menguatkan
respons koping adaptif, individu diupayakan mengenal kekuatan-kekuatan yang ada pada
dirinya, kemudian kekuatan mana yang akan menjadi pemecahan masalah yang dihadapi

c. Buatlah telaah 1 jurnal EBN tindakan keperawatan untuk mengatasi permasalahan


psikososialspiritual pada pasien CKD (sesuai jawaban 8b) dengan artikel penelitian yang
menggunakan metode experiment, quasi experiment atau RCT’s.
Sistematika penulisan review (telaah) artikel :
1) Judul dan peneliti,
2) Link artikel penelitian
3) Hasil penelitian,
4) Metode penelitian (desain & sampel)
5) Analisa intervensi tindakan dalam mengatasi masalah pasien
JAWAB:
1) Judul:
Manajemen masalah psikosiospiritual pasien CKD dengan hemodialisis di Kota
Semarang
2) Peneliti:
Yunie Armiyati, Edi Wuryanto, Nuri Sukraeny
3) Link artikel penelitian:
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/download/2125/2152
4) Hasil penelitian:
• Pada awal menjalani hemodilisis hampir semua partisipan mengeluh merasa
stress, sedih, marah, tidak bisa menerima dan meyangkal. Perasaaan berduka
yang dialami naik turun. Kecemasan, depresi, ide bunuh diri disampaikan oleh
partisipan dalam penelitian ini.
• Sebagian besar pasien tidak mengalami masalah dalam sosialiasi.
• Pada awal mereka didiagosa PGK dan harus menjalani hemodialisis rutin
beberapa partisipan mengungkapkan rasa marahnya dan mempertanyakan
kekuasaan Tuhan, namun perlahan pasien bisa menerima dan beribadah lebih
khusuk.
• Manajemen masalah psikologis yang dilakukan oleh pasien hemodialisis antara
lain: peningkatan koping, upaya spiritual dan meningkatkan dukungan suport
sosial.
5) Metode penelitian:
Penelitian dirancang dengan metode kualitatif. Partisipan pasien berjumlah 10 orang
dipilih secara purposive berdasarkan kriteria. Dengan kriteria inklusi pasien PGK yang
memiliki pengalaman melakukan hemodialisa rutin di RS dan Klinik HD Kota
Semarang, hemodialisis lebih dari 3 bulan, bersedia menjadi partisipan penelitian,
sadar dan kooperatif. Pengambilan data dilakukan melalui Indepth Interview, Focus
Group Discussion (FGD) dan observasi.
6) Analisa intervensi tindakan dalam mengatasi masalah pasien:
Hasil penelitian menyebutkan bahwa manajemen masalah psikologis yang dilakukan
untuk pasien hemodialisis yaitu:
• Peningkatan koping
Strategi koping penguatan diri akan meningkatkan penyesuaian diri dan
adaptasi yang baik. Mekanisme koping adalah cara yang digunakan individu
dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi, dan situasi
yang mengancam, baik secara kognitif maupun perilaku. Setelah dilakukan
tindakan diharapkan koping individu meningkat sehingga pasien semangat
dalam menghadapi penyakitnya dan menjalani hemodialisa.
• Upaya spiritual
Iman dan spiritual dibahas sebagai sarana untuk mengatasi dan menyesuaikan
diri dengan kondisi kegagalan ginjal. Strategi koping koping religius juga akan
meningkatkan penyesuaian diri pasien hemodialisis. Manajemen masalah
dilakukan partisipan melalui spiritual coping antara lain berserah pada Tuhan
dan berdoa. Setelah dilakukan tindakan diharapkan koping individu meningkat
sehingga pasien kuat dan sabar dalam menghadapi penyakitnya dan menjalani
hemodialisa.
• Meningkatkan dukungan suport sosial

Dukungan sosial diperlukan agar hidup pasien hemodialisis menjadi lebih


bermakna, sehingga menjadi lebih bersemangat dalam hidup. Adanya
dukungan sosial dari orang lain akan menumbuhkan harapan untuk hidup lebih
lama, sekaligus dapat mengurangi kecemasan individu. Setelah dilakukan
tindakan diharapkan koping individu meningkat sehingga pasien semangat
dalam menghadapi penyakitnya dan menjalani hemodialisa.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai