Anda di halaman 1dari 22

DIABETES

INSIPIDUS
KELOMPOK :4

ANGGOTA - NURUL AKMA

- MISNA MAISARAH

- FIRDA AMELIA

- REZA MARFUZA
Definisi Diabetes
Insipidus

Diabetes insipidus adalah penyakit yang


ditandai oleh penurunan produksi, sekresi, atau
fungsi ADH. Istilah diabetes insipidus
berhubungan dengan kualitas dan kuantitas
urine: penyakit ini berkaitan dengan jumlah
urine yang banyak, keruh, atau tawar. Tanpa
ADH, tubulus koligen ginjal tidak dapat
merabsorbsi air dan tidak dapat memekatkan
urine. Diabetes insipidus dapat disebabkan oleh
berkurangnya produksi ADH secara total atau
parsial oleh hipotalamus, atau penurunan
pelepasan ADH dari hipofisis posterior.
Kalisifikasi
Klasifikasi Diabetes Insipidus menurut
Buku Ajar Patofisiologi Kedokteran, 2007.
Jakarta:EGC
a.Diabetes insipidus sentral
b.Diabetes insipidus nefrogenik
c.Diabetes insipidus dipsogenik
Etiologi d.Diabetes insipidus gestasional
Penyebab terjadinya diabetes insipidus
antara lain sebagai berikut ini :
a.Sekunder yang berhubungan dengan
trauma kepala, tumor otak, atau
pembedahan ablasi atau iradiasi kelenjar
hipofisis juga infeksi sistem saraf pusat
atau tumor metastasis (payudara, paru).
b.Nefrologis yang berhubungan dengan
kegagalan tubulus renalis untuk berespons
terhadap ADH.
c.Nefrogenik yang berhubungan dengan
obat yang disebabkan oleh berbagai
pengobatan (mis : litium, demeklosiklin).
d.Primer, hereditas dengan gejala-gejala
kemungknan saat lahir (kelainan pada
kelenjar hipofisis).
Patofisiologi

Vasopresin asopres merupakan suatu asopre asopressin yang dibuat di


nucleussupraoptik, paraventrikular , dan filiformis hipotalamus, bersama
dengan pengikatnya yaitu neurofisin II. Vasopresin kemudian diangkut dari
badan sel neuron (tempat pembuatannya), melalui akson menuju ke ujung
saraf yang berada di kelenjar hipofisis posterior, yang merupakan tempat
penyimpanannya. Secara fisiologis, vasopressin danneurofisin yang tidak
aktif akan disekresikan bila ada rangsang tertentu. Sekresivasopresin diatur
oleh rangsang yang meningkat pada reseptor volume dan osmotic.
Peningkatan osmolalitas cairan ekstraseluler atau penurunan volume
intravaskuler akan merangsang sekresi asopressin. Vasopressin kemudian
meningkatkan permeabilitas epitel duktus pengumpul ginjal terhadap air
melalui suatu mekanisme yang melibatkan pengaktifan adenolisin dan
peningkatan AMP siklik. Akibatnya, konsentrasi kemih meningkat dan
osmolalitas serum menurun.
Manifestasi
Klinis Manifestasi klinis diabetes insipidus antara lain ;
1.Poliuria : haluaran urin harian dalam jumlah yang sangat
banyak dengan urin yangsangat encer, berat jenis urin 1,001
sampai 1,005. Biasanya mempunyai awitan yangmendadak,
tetapi mungkin secara tersamar pada orang dewasa.
2.Polidipsia : rasanya sangat kehausan , 4 sampai 40 liter
cairan setiap hari terutamasangat membutuhkan air yang
dingin.
3.Tidur terganggu karena asopres dan nokturia
4.Penggantian air yang tidak cukup dapat menyebabkan :
a.Hiperosmolalitas dan gangguan SSP ( cepat marah,
disorientasi, koma dan hipertermia )
b.Hipovolemia, hipotensi, takikardia, mukosa kering dan
turgor kulit buruk.
5.Dehidrasi
Pemeriksaan
Komplikasi
Penunjang
Komplikasi yang terjadi
pada diabetes insipidus Pemeriksaan penunjang
yaitu sebagai berikut : yang dilakukan pada
1. Hipertonik enselopati. Diabetes Insipidus adalah :
2. Gagal tumbuh. 1. Hickey-Hare atau Carter-
3. Kejang terlalu cepat Robbinstest
koreksi asopressin, 2. Laboraturium: darah,
sehingga edema urinalisis fisis dan kimia.
serebral. 3. Tes deprivasi air
4. Dehidrasi berat dapat 4. Radioimunoassay untuk
terjadi apabila tidak vasopressin
tersedia air minum dalam 5. Rontgen cranium
jumlah besar. 6. MRI
Penatalaksanaan

1. Terapi cairan parental 4. Obat-obat tertentu dapat


2. Jika hanya kekurangan membantu, seperti asopres
ADH, dapat diberikan tiazid
obat Clorpropamide, (misalnyahidrochlorothiazid/
clofibrate untuk HCT) dan obat-obat anti
merangsang sintesis peradangan non- steroid
ADH dihipotalamus. (misalnyaindometacin atau
3. Jika berat diberikan ADH tolmetin).
melalui semprotan 5. Pada DIS yang komplit,
hidung dan diberikan biasanya diperlukan terapi
vasopressin hormone pengganti
ataudesmopresin asetat (hormonalreplacement)
(dimodifikasi dari asopre DDAVP (1-desamino-8-d-
asopressin). arginine vasopressin)
Pathway
KASUS
Tn. A (30 Tahun) dirawat diruang perawatan rumah sakit swasta. Klien dirawat dengan keluhan sering
merasa haus dan sangat banyak minum terutama air dingin. Klien mengatakan sering sekali BAK terutama
pada malam hari. Klien juga mengatakan BB menurun dan tidak nafsu makan. Klien mengeluh merasa
kelelahan dan lemah. Klien menambahkan tidurnya terganggu akibat sering merasa BAK. Keluhan lainnya
klien sulit berkonsentrasi dan merasa kurang nyaman dibagian kandung kemihnya.
Dari hasil pengkajian turgor kulit klien tampak buruk, klien tampak pucat, membran mukosa pucat dan
kering. Selain itu kulit klien tampak kering, klien juga tampak sering berkemih, dan klien tampak gelisah.
Hasil TTV menunjukkan tekanan darah klien 100/70 mmHg, nadi klien 69 x/menit, suhu klien 37,90C,
respiration rate klien 21 x/menit. Didapatkan hasil observasi input cairan klien sebesar 5500 cc/hari dan
output cairan klien sebesar 6000 cc/hari serta IWL klien sebanyak 500 cc/hari sehingga hasil balance
cairan klien adalah -1000 cc/hari. Kemudian berat badan klien sebelum sakit sebesar 65 kg dan berat
badan setelah sakit sebesar 50 kg dengan tinggi badan 170 cm. Didapatkan hasil IMT klien yaitu sebesar
17,3.
Hasil laboratorium klien menunjukkan osmolalitas urin klien sebesar 105 mOsm/L, osmolalitas plasma
klien sebesar 312 mOsm/L, berat jenis urin klien 1,001 g/ml, dan tes DDAVP menunjukkan osmolalitas
sampel meningkat >50%. Hasil pencitraan MRI menunjukkkan tidak adanya sinyal hiperintens pada
kelenjar hipofisis posterior.
Klien didiagnosis menderita diabetes insipidus sentral. Perawat serta dokter dan paramedis lainnya
melakukan perawatan secara integrasi untuk menghindari atau mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut.

9
Data fokus
Data Subjektif Data Objektif
Klien mengatakan sering merasa haus Turgor kulit klien tampak buruk
Klien mengatakan sangat banyak minum terutama air dingin Klien tampak pucat
Klien mengatakan sering sekali BAK terutama pada malam hari Membran mukosa klien tampak pucat dan kering
Klien mengatakan BB menurun Kulit klien tampak kering
Klien mengatakan tidak nafsu makan Klien tampak sering berkemih
Klien mengeluh merasa kelelahan dan lemah Klien tampak gelisah
Klien mengatakan tidurnya terganggu akibat sering merasa BAK Hasil TTV: TD : 100/70 mmHg
Klien mengeluh sulit berkonsentrasi N : 69 x/mnt
Klien mengatakan kurang nyaman dibagian kandung kemih S : 37,90C
RR : 21 x/mnt
Input : 5500 cc/hari
Output : 6000 cc/hari
IWL : 500 cc/hari
Hasil balance cairan klien -1000 cc/hari
BB klien sebelum sakit: 65 kg dan BB setelah sakit: 50 kg
TB 170 cm
Hasil IMT klien 17,3
Hasil laboratorium:
Osmolalitas urin: 105 mOsm/L
Osmolalitas plasma: 312 mOsm/L
Berat jenis urin: 1,001 g/ml
Tes DDAVP menunjukkan osmolalitas sampel meningkat >50%
Hasil pencitraan MRI menunjukkkan tidak adanya sinyal hiperintens pada kelenjar hipofisis posterior
Klien didiagnosis menderita diabetes insipidus sentral

1
0
Analisa Data
NO Data Fokus Masalah Etiologi
1 DS : Kekurangan Kehilangan cairan
Klien mengatakan sering merasa volume cairan aktif
haus (00027)
Klien mengatakan sering sekali
BAK terutama pada malam hari
Klien mengeluh merasa
kelelahan dan lemah
Klien mengatakan BB menurun

DO :
Input : 5500 cc/hari
Output : 6000 cc/hari
IWL : 500 cc/hari
Hasil balance cairan klien -1000
cc/hari
Turgor kulit klien tampak buruk
Membran mukosa klien tampak
kering
Kulit klien tampak kering
Klien tampak sering berkemih
Klien tampak gelisah
Hasil TTV :
1
1
Analisa Data
NO Data Fokus Masalah Etiologi
TD : 100/70 mmHg
N : 69 x/mnt
S : 37,90C
RR : 21 x/mnt
Hasil laboratorium:
Osmolalitas urin: 105 mOsm/L
Osmolalitas plasma: 312
mOsm/L
Berat jenis urin: 1,001 g/ml
Tes DDAVP menunjukkan
osmolalitas sampel meningkat
>50%
Hasil pencitraan MRI
menunjukkkan tidak adanya
sinyal hiperintens pada
kelenjar hipofisis posterior
Klien didiagnosis menderita
diabetes insipidus sentral
BB klien sebelum sakit: 65 kg
dan BB setelah sakit: 50 kg

1
2
Analisa Data
NO Data Fokus Masalah Etiologi
2 DS : Gangguan Penyebab multipel
eliminasi urin
Klien mengatakan sering sekali BAK (00016)
terutama pada malam hari
Klien mengatakan tidurnya
terganggu akibat sering merasa BAK
Klien mengatakan kurang nyaman
dibagian kandung kemih
DO :
Klien tampak sering berkemih
Output : 6000 cc/hari
Hasil laboratorium:
Osmolalitas urin: 105 mOsm/L
Berat jenis urin: 1,001 g/ml
Klien didiagnosis menderita diabetes
insipidus sentral
1
3
Analisa Data
NO Data Fokus Masalah Etiologi
3 DS : Ketidakseimbanga Ketidakmampuan
Klien mengatakan BB menurun n nutrisi: kurang mengabsorbsi
Klien mengatakan tidak nafsu dari kebutuhan nutrien
makan tubuh (00002)
Klien mengeluh merasa kelelahan
dan lemah
Klien mengatakan kurang
nyaman dibagian kandung kemih

DO :
BB klien sebelum sakit: 65kg dan
BB setelah sakit: 50 kg
TB 170 cm
Hasil IMT klien 17,3
Klien tampak pucat
Membran mukosa klien tampak
pucat

1
4
Analisa Data
NO Data Fokus Masalah Etiologi
4 DS : Deprivasi tidur Ketidaknyamanan
Klien mengatakan tidurnya (00096) lama
terganggu akibat sering merasa
BAK
Klien mengatakan kurang
nyaman dibagian kandung kemih

DO :
Klien tampak nokturia
Klien tampak sering berkemih

1
5
Diagnosa
Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan
1 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

2 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan


mengabsorbsi nutrien

3 Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penyebab multipel

4 Deprivasi tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan lama

1
6
4.Intervensi N Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan O Keperawatan
1 Kekurangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan (4120)
volume cairan keperawatan selama 5x24 jam, 1. Timbang BB setiap hari dan
berhubungan masalah kekurangan volume cairan monitor status klien
dengan dapat teratasi. 2. Monitor status hidrasi klien
kehilangan Dengan kriteria hasil: 3. Jaga intake dan output
cairan aktif 1. Turgor kulit klien baik (<2 detik) cairan klien
2. Input dan output cairan selama 24 4. Monitor tanda-tanda vital
jam seimbang klien
3. Membran mukosa klien lembap 5. Berikan terapi IV sesuai
4. Kulit klien tidak kering yang ditentukan
5. Klien tidak mengeluh lemah dan
kelelahan lagiHasil TTV klien Kolaborasi:
dalam batas normal: 6. Konsultasikan dengan
• TD: 100-120/80- 90mmHg dokter jika tanda-tanda dan
• N: 60-100 x/mnt gejala kelebihan volume
• RR: 16-24 x/mnt cairan menetap atau
• S: 36,5 – 37,50C memburuk.
6. Hasil laboratorium: 7. Diskusikan dengan dokter
• Osmolalitas urin: 300-450 mOsm/L tentang pemberian terapi
• Osmolalitas plasma: <290 mOsm/L DDAVP, Carbamazepine,
• Berat jenis urin: 1,015-1025 g/ml atau Chlorpropamide.
7. Hasil pencitraan MRI menunjukkkan
adanya sinyal hiperintens pada
kelenjar hipofisis posterior. 1
7
4.Intervensi N Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan O Keperawatan
2 Ketidakseimba Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (1100)
ngan nutrisi: keperawatan selama 7x24 jam, 1. Lakukan atau bantu klien terkait
kurang dari masalah ketidakseimbangan dengan perawatan mulut sebelum
kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan makan
tubuh tubuh dapat teratasi. 2. Identifikasi adanya alergi makanan
berhubungan Dengan kriteria hasil: yang dimiliki klien
dengan 1. BB klien meningkat 3. Kaji makanan kesukaan klien
ketidakmampua 2. Hasil IMT klien normal (18,5- 4. Monitor adanya mual dan muntah
n 24,9) 5. Timbang berat badan klien secara
mengabsorbsi 3. Klien memiliki nafsu makan teratur
nutrien 4. Klien tidak mengeluh lemah dan 6. Identifikasi perubahan berat badan
kelelahan lagi terakhir
5. Klien tidak tampak pucat lagi 7. Monitor asupan kalori setiap hari
6. Membran mukosa klien tidak
tampak pucat lagi. Kolaborasi:
8. Kolaborasi dengan dokter tentang
pemberian suplemen penambah
nafsu makan
9. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian program diet yang tepat
bagi klien.

1
8
4.Intervensi N Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan O Keperawatan
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Monitor Cairan (4130)
eliminasi urin keperawatan selama 7x24 1. Monitor input dan output cairan
berhubungan jam, masalah gangguan klien
dengan eliminasi urin dapat teratasi. 2. Monitor kadar serum dan
penyebab Dengan kriteria hasil: osmolalitas urin klien
multipel 1. Frekuensi BAK klien dalam 3. Tentukan faktor-faktor resiko
batas normal (4-8 x/hari) yang mungkin menyebabkan
2. Output cairan/BAK 1.000- ketidakseimbangan cairan
1.800 cc/hari 4. Berikan asupan/input cairan
3. Hasil laboratorium dalam yang tepat
batas normal:
• Osmolalitas urin: 300-450 Kolaborasi:
mOsm/L 5. Konsultasikan dengan dokter
• Berat jenis urin: 1,015-1025 jika terdapat tanda-tanda
g/ml ketidakseimbangan cairan.

1
9
4.Intervensi N Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan O Keperawatan
4 Deprivasi tidur Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur (1850)
berhubungan keperawatan selama 3x24 1. Monitor pola tidur klien dan
dengan jam, masalah deprivasi tidur jumlah jam tidur
ketidaknyaman dapat teratasi. 2. Monitor pola tidur klien dan
an lama Dengan kriteria hasil: catat kondisi fisik (misalnya,
1. Waktu dan pola tidur tidak frekuensi BAK)
terganggu (8 jam/hari) 3. Tentukan pola tidur atau
2. Klien tidak mengalami aktivitas klien
nokturia lagi 4. Perkirakan tidur atau siklus
bangun klien di dalam
perawatan perencanaan
5. Sesuaikan lingkungan
(misalnya, cahaya,
kebisingan, suhu, kasur, dan
tempat tidur) untuk
meningkatkan kualitas tidur
klien.

2
0
Diabetes insipidus merupakan kelainan pada lobus posterior
Kesimpulan hipofisis yang disebabkan oleh defisiensi vasopressin yang
merupakan hormone anti diuretic (ADH). Kelainan ini ditandai
oleh rasa haus yang sangat tinggi ( asopressi ) dan
pengeluaranurin yang encer dengan jumlah yang besar.
Diabetus insipidus merupakan suatu penyakit langka yang
jarang ditemukan. Menurut sebuah konsorsium Europian
Partner, menyatakan ini merupakan penyakit langka yang
terdapat 1 : 2000 orang. Penyebab terjadinya Diabetes
Insipidus antara lain : Defisiensi ADH ( diabetesinsipidus
sentral) yang mungkin kongenital atau didapat, disebabkan
oleh defek SSP,trauma kepala, infeksi , tumor otak, atau
idiopatik. Penurunan sensitivitas ginjal pada ADH ( diabetes
insipidus nefrogenik ) biasanya menyertai penyakit ginjal
kronis , atau supresi ADH sekunder akibat mengkonsumsi
cairan berlebihan ( asopressi).
THANKS

Anda mungkin juga menyukai