Anda di halaman 1dari 23

Diabetes Insipidus

Kelompok 4 :

Sita Havita Y

Saparingga Dasti P

Ismalloh Hanif

Mia Amelia

Rita Rahmawati

Hildegardis Orlin S

Sartika Handayani G

Diana Friraz P

Ekanti Pratiwi
Contoh Kasus Diabetes
Insipidus
Nona A 20 Th, adalah seorang mahasiswa jurusan biologi di salah satu Universitas di
Bandung. Sejak sebulan yang lalu, nona A menyadari bahwa dia terbangun sekali atau dua kali
setiap malam karena keinginan untuk BAK. Baru-baru ini dia merasakan bahwa keinginan
BAK tersebut menjadi lebih sering, kadangkala dirasakan setiap satu jam sekali dan dirasakan
pada siang hari saat kuliah.

Pada awalnya nona A mengira bahwa peningkatan frekuensi BAK yang dirasakan adalah
akibat pengaruh kopi yang diminum, tetapi ketika nona A mengurangi konsumsi kopi menjadi
hanya satu cangkir di pagi hari, BAK nya tetap sesering biasanya. Nona A juga menyadari
bahwa urinnya terlihat pucat dan tidak berwarna.
Ketika Nona A memberitahukan tentang masalah ini kepada ibunya, beliau
menjadi khawatir dan menyarankan Nona A untuk menemui dokter. Dalam
pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter tidak ditemukan adanya tanda-tanda
abnormalitas. Akan tetapi, pemeriksaan kimia darah menunjukkan kadar Na 149
mEq/L, osmolaritas plasma 308 mOsm/L , dan gula darah puasa 85 mg/dl. Hasil
analisis urin Nona A menunjukkan osmolaritas urin 200 mOmsl/L dan negatif untuk
glukosa.

Pengkajian riwayat kesehatan Nona A menunjukkan tidak ada anggota


keluarga yang memiliki tanda dan gejala sebagaimana yang dialami Nona A. Nona
A juga tidak memiliki riwayat cidera kepala dan pemeriksaan MRI menunjukkan
hasil yang normal.
Selanjutnya, water deprivation test dilakukan selama 2 jam
terhadap Nona A. Setelah 2 jam tidak boleh minum air,
osmolaritas plasma dan urin diukur untuk kedua kalinya. Hasil
pengukuran menunjukkan hasil osmolaritas urine yang sama,
nilai osmolaritas plasma menunjukkan adanya peningkatan,
menjadi 315 mOsm/L. Nona A kemudian di injeksi dengan
obat DDAVP. Satu jam setelah injeksi, osmolaritas plasma
turun menjadi 290 mOsm/L dan osmolaritas urine meningkat
menjadi 425 mOsm/L.
Step 1

1. Osmolaritas plasma

2. Osmolaritas urin

3. Water deprivation test

4. Obat DDAVP
1. Osmolaritas plasma

Pemeriksaan penunjang pada penyakit diabetes insipidus


yang dapat terlihat dari kadar plasma pasien. Kadar normal
280-300 mOsm/L.

2. Osmolaritas urin

Pemeriksaan penunjang untuk mengukur konsentrasi Zat


terlarut dalam urin. Kadar normal 50-1200 mOsm/L.
3. Water deprivation test

Tes kekurangan cairan atau air adalah tes medis yang digunakan
untuk menentukan apakah pasien memiliki diabetes insipidus yang
bertentangan dengan penyebab lain dari polidipsia (haus yang berlebih).

4. Obat DDAVP

Obat DDAVP berfungsi untuk membantu meningkatkan ADH, hal


ini dapat mengurangi produksi urin dan mengeluarkan urin yang pekat.
Injeksi desmopressin digunakan untuk meningkatkan kadar beberapa
faktor pembekuan dalam darah dan dengan demikian membantu darah
untuk membeku lebih efisien.
Step 2
1. Apa pengertian dari diabetes insipidus?
2. Siapa saja yang dapat terserang penyakit diabetes insipidus?
3. Dimanakah lokasi terjadinya diabetes insipidus?
4. a. Mengapa pada pasien DI keinginan BAK menjadi lebih sering
dan urine terlihat pucat dan tidak berwarna?
b. mengapa nilai osmolaritas plasma menunjukkan peningkatan?
c. Mengapa saat diberikan obat DDAVP osmolaritas plasma
menurun dan osmolaritas urine meningkat?
5. Kapan penyakit DI bisa terjadi?
6. Bagaimana cara mengetahui seseorang terkena penyakit DI?
Step 3

1. Diabetes Insipidus adalah penyakit yang berkaitan dengan


hormon ADH atau reseptor di ginjal.

2. DI bisa menyerang segala usia.

3. Pada organ ginjal


4. a. Karena gangguan pada hormon anti diuretik yang mengatur
jumlah cairan dalam tubuh dan terjadinya produksi hormon
ADH yang berkurang atau saat ginjal tidak lagi merespon
seperti biasanya terhadap hormon ADH akibatnya ginjal terlalu
banyak mengeluarkan cairan dan tidak bisa menghasilkan urine
yang pekat.

b. Karena kurangnya cairan atau dehidrasi.

c. Karena obat DDAVP meningkatkan ADH


5. Saat ginjal tidak dapat lagi menyaring cairan yang masuk.

6.

*Jika sering terbangun malam hari untuk BAK

*BAK yang terjadi terus-menerus dengan volume melebihi


normal

*Urin terlihat pucat dan tidak berwarna


Hasil pemeriksaan
 Pemeriksaan Fisik :

Tidak ditemukan adanya tanda-tanda abnormalistas

 Data Penunjang

Kadar Na : 149 mEq/L

Osmolaritas Plasma : 308 mEq/L

Osmolaritas Urine : 200 mOsm/L

Gula Darah Puasa : 85 mg/Dl

MRI : Tidak ada abnormalitas


Step 4

1. Diabetes Insipidus adalah suatu kelainan dimana terdapat


kekurangan hormon antidiuretik yang menyebabkan rasa
haus yang berlebihan (polidipsi) dan pengeluaran
sejumlah besar air kemih yang sangat encer (poliuri).

2. Penyakit ini bisa menyerang semua usia baik usia tua


maupun muda bahkan anak-anak

3. Lokasinya di ginjal tepatnya pada bagian nefron.


4.

a. Karena hormon ADH (antidiuretic hormone) yang


menurun atau terdapat gangguan pada reseptor hormon,
sebagai akibatnya ginjal tidak dapat mengatur
keseimbangan air dalam tubuh dengan membuat urin lebih
encer karena gagal berkonsentrasi.

b. Bila terjadi dehidrasi maka osmolaritas plasma akan


meningkat , peningkatan osmolaritas akan menstimulasi
osmoreseptor dan akan membangkitkan rasa haus di korteks
serebri.
5. Penyakit diabetes insipidus terjadi jika produksi hormon
antidiuretik yang berkurang atau ketika ginjal tidak lagi
merespon dengan normal terhadap hormon ADH. Akibatnya
ginjal mengeluarkan terlalu banyak cairan dan tidak bisa
menghasilkan urin yang pekat.

6. Dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan kimia darah (Na,


osmolaritas plasma), analisis urine (osmolaritas urine), dan
water deprivation test.
Step 5

Definisi

Diabetes Insipidus adalah suatu kelainan dimana terdapat


kekurangan hormon antidiuretik yang menyebabkan rasa haus
yang berlebihan (polidipsi) dan pengeluaran sejumlah besar air
kemih yang sangat encer (poliuri).
Etiologi
Ada beberapa keadaan yang mengakibatkan diabetes insipidus sentral ,
termasuk di dalamnya yaitu beberapa hal:

1. Hipotalamus mengalami kelainan fungsi dan menghasilkan terlalu


sedikit hormon antidiuretik

2. Kelenjar hipofisa gagal melepaskan hormon antidiuretik ke dalam


aliran darah

3. Kerusakan hipotalamus atau kelenjar hipofisa akibat pembedahan

4.  Cedera otak (terutama patah tulang di dasar tengkorak)


Sedangkan Diabetes Insipidus Nefrogenik dapat disebabkan oleh
beberapa hal yaitu:

1. Penyakit ginjal kronik


 Obstruksi ureteral
 Gagal ginjal lanjut
2. Gangguan elektrolit
 Hipokalemia
 Hiperkalsemia
3. Obat-obatan
 Tetrasiklin
 Lithium
Patofisiologi
Manifestasi Klinis

1. Sistem Perkemihan

Adanya penurunan pembentukan hormon ADH jadi


intensitas berkemih semakin banyak untuk tiap harinya.
Output yang berlebih (frekuensi BAK >6x/hari) apalagi pada
malam hari (nokturia)
Pada bayi dengan DI, tanda-tanda yang paling jelas mungkin berikut:    
• Menangis    
• Sifat lekas marah    
• Retardasi pertumbuhan     
• Hipertermia     
• Kehilangan berat badan

Pada anak-anak, manifestasi berikut biasanya mendominasi:     


 Ketidaksanggupan mengatur kencing    
  Anorexia    
  Cacat pertumbuhan linier     
 Fatigability
Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan berbagai uji coba untuk menentukan penyebab


diabete insipidus yaitu :

1. Hickey-Hare/Carter-Robbins test.

2. Folinil depriviation(menurut martin galberg)

3. Uji nikotin

4. Uji vasopresin
Step 6

Referensi kami dapatkan dari :


• Buku Ajar Medikal Bedah karya Suzanne C. Smeltzer
dan Brenda G. Bare
• https://ashabulk.wordpress.com
• https://mediskus.com/penyakit/diabetes-insipidus

Anda mungkin juga menyukai