Anda di halaman 1dari 52

MODUL 2

GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN


ELEKTROLIT
Kelompok 5
Tutor : dr. Noviana Zara, MKM
Anggota : Elsa Nur Salsabila
TGK. Fikri Ardiansyah
Siti Sapura
Hayatul Farziani
Muhammad Naufal Arif
Rosdina Permata Kasih
Nabila Az-Zahra
Annisah Istiqamah
Nadia Karimah
Rizky Adinda Nurhidayah
MODUL 2
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Skenario 2: MUNTAH DAN BERAK CAIR BERULANG

Tn. Andi 40 tahun, mengeluh sakit perut melilit, diare cair > 5
kali sehari disertai muntah selama 3 hari. Sudah minum obat-obat
diare yang dibeli di warung tapi belum sembuh. Karena sudah lemas
dan tidak ada nafsu makan, akhirnya tn. Andi dibawa keluarganya
berobat ke puskesmas.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan ; Keadaan umum lemah,
kesadaran somnolen, tekanandarah 80/50 mmHg, nadi 110x/menit,
nafas 30 x/menit cepat, turgor jelek.Dokter segera memasang
oksigen 3l/menit nasal kanul,menghitung defisit cairan dan
memberikan cairan infus Ringer Laktat. Kemudian setelah keadaan
umum mulai membaik Tn. Andi di rujuk ke rumah sakit.
Di rumahsakit, Tn. Andi dirawat di ruang HCU, kemudian
diberikan obat-obatan dan diperiksa analisa gas darah dengan kesan
asidosis metabolik. Pada pemeriksaan laboratorium : Na 130 mEq/L,
K2,0 mEq/L dan pada EKG ditemukan gelombang U.Dokter segera
mengoreksi asidosis dan hipokalemi.

Bagaimana saudara menjelaskan apa yang terjadipada Tn.


Andi ?
1. Somnolen : kondisi penurunan kesadaran yang berupa
gejala mengantuk yang dapat dibangunkan dengan
rangsangan suara, dengan nilai gcs 11-10
2. Turgor : tingkat kelenturan kulit untuk menentukan
seseorang kekurangan cairan atau tidak
3. Nasal kanul : selang bantu pernapasan yang diletakkan
di hidung
4. Ringer laktat : cairan infus isotonis kristaloid sebagai
sumber elektrolit dan air untuk hidrasi
5. HCU ( High Care Light) : ruangan pasien dengan kondisi
khusus tapi keadaan stabil dan masih dalam pengawasan
ketat
6. Asidosis : keasaman darah berlebih ditandai dengan
bikarbonat darah menurun yang menyebabkan metabolik
pH arteri turun dibawah 7,35

Jump 1 Terminologi
Jump 2 & Jump 3
1. Mengapa Tn. Andi mengeluh perut melilit, diare cair > 5 kali sehari,
muntah selama 3 hari?
Diare  karena infeksi saluran cerna, peristaltik usus cepat
Melilit  karena gerakan peristaltik usus terlalu cepat
Muntah  karena adanya diare

2. Bagaimana hubungan usia (40 tahun) dan jenis kelamin (laki-laki)


dengan keluhan Tn. Andi?
Tidak ada hubungan, karena usia 40 tahun belum menjadi faktor
resiko, sebab prevalensi tertingi terjadi pada anak-anak dan lansia (> 60
tahun). Sedangkan untuk jenis kelamin, dapat terjadi baik pada wanita
maupun laki-laki.

3. Mengapa obat diare yang dibeli di warung tidak berefek pada


keluhan Tn. Andi?
Kemungkinan obat diare yang dibeli tidak sesuai dengan penyebab
diare pada Tn. Andi
4. Mengapa Tn. Andi lemas dan tidak nafsu makan hingga dibawa ke
puskesmas?
Diare > 5 kali sehari, muntah  kekurangan cairan tubuh  dehidrasi
dan gangguan elektrolit  lemas dan tidak nafsu makan (dapat
diakibatkan oleh muntah juga).

5. Bagaimana interpretasi pemeriksaan Tn. Andi?


Tek. Darah  80/50 mmHg  hipotensi (karena diare + muntah 
cairan tubuh   hipotensi)
Nadi 110 kali/menit  takikardi, karena hipotensi  jantung
mengkompensasi  detak jantung   nadi 
RR  30 kali/menit  takipneu, karena kondisi asidosis,co2 berlebih
ventilasi paru   RR 
Turgor jelek  tubuh  cairan lalu dehidrasi

6. Mengapa dokter memasang O2 sebanyak 3 liter/menit ?


Indikasi pasang O2 :
asidosis, syok hipovolemik, adanya gangguan pernapasan.
7. Bagaimana cara menghitung defisit cairan dan mengapa dokter
memberi ringer laktat pada Tn. Andi?
Cara menghitung defisit cairan :
1). 0,4 x BB (Na plasma/140-L)
2). IWL (15 x BB  24 jam) + volume urin 24 jam + volume cairan yang
keluar melalui saluran cerna
 Ringer laktat  isotonis (osmolalitas hampir sama dengan tubuh),
indikasi : dehidrasi, asidosis metabolik, untuk suplai ion bikarbonat.

8. Mengapa setelah kondisi umumnya membaik, Tn. Andi justru


dirujuk ke rumah sakit?
Karena dikhawatirkan adanya dehidrasi berat yang akan memicu
keadaan lebih parah dari asidosis metabolik.

9. Mengapa Tn. Andi dirawat di HCU, dan bagaimanakah kriteria


pasien yang dapat dirawat di HCU?
Indikasi/kriteria rawatan HCU :
1). Pasien gagal organ tunggal yang berisiko  terjadi komplikasi
2). Pasien yang memerlukan perawatan perioperatif
3). Pasien yang hanya memerlukan 1 alat bantu
10. Obat apa saja kah yang dapat diberikan dokter kepada Tn. Andi?
Cairan infus natrium
Suplemen elektrolit
Insulin saat hiperkalemia dan KAD
Sucralfate  untuk diare
Na bicarbonat

11. Mengapa dokter melakukan pemeriksaan analisa gas darah dan


didapatkan kesan asidosis metabolik?
AGDA  untuk mengetahui kadar Na, HCO3, hidrogen dan PCO2
Asidosis metabolik   bikarbonat,  pH darah,  CO2
Anemia  bisa sebabkan asidosis laktat
12. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium
dan EKG?
Kadar Natrium : 130  hiponatremia (normal : 135-145
mEq/L)
Kadar Kalium : 2,0  hipokalemia (terjadi  perangsangan
miokardium  aritmia  terbentuk gelombang U pada
EKG, biasanya dapat ditemukan pada hipokalemia). Nilai
normal : 3,5-5 mEq/L.

13. Bagaimana cara mengoreksi asidosis dan hipokalemia


pada Tn. Andi?
Hipokalemia : Asidosis :
1). Suplemen kalium oral atau IV 1). Perbaiki
ventilasi
2). Tambahan mannitol
3). Spironolaktol dan asetazolamid
14. Apa diagnosis dan diagnosis banding terhadap kasus Tn.
Andi?
Diagnosis : Diagnosis banding :
Asidosis metabolik, et causa diare akut Asidosis
respiratorik

15. Bagaimanakah prognosis dan komplikasi yang mungkin saja


terjadi terhadap kondisi Tn. Andi?
Prognosis :
1). Untuk hipokalemia  jika tidak berulang, kualitas hidup dapat
normal.
2). Angka morbiditas cukup 
3). Cepat ditangani  prognosis baik

Komplikasi :
1). Multi organ failure
2). Acute kidney injury
3). Acute tubular necrosis
Jump 4 Skema
Gg. Keseimbangan
Asan Basa

Gg. Keseimbangan Gg. Keseimbangan


Cairan Elektrolit

Anak Dewasa

Etiologi, epidemiologi, faktor resiko,


patofisiologi, patogenesis, manifestasi
klinis
• Anamnesi
Pemeriksaan s
Farmakologi • Fisik
• Penunjan
Terapi cairan Dx & Dd g

No farmakologi
- Promotif Tata laksana
- - preventif Rujuk
- Kuratif
- Rehabilitatif Prognisis &
1. Keseimbangan Asam Basa
2. Gangguan keseimbangan cairan &
elektrolit
a. Anak
b. Dewasa

Jump 5 LO
LO 1 :Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Asidosis Metabolik
 Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang
berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar
bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman
melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar
menjadi asam.
 Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi
lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk
menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara
menurunkan jumlah karbon dioksida.7 Pada akhirnya,
ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut
dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air
kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui
jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak
asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan
keadaan koma
Penyebab asidosis metabolic:
1. Kelebihan produksi asam.
Pada asidosis diabetik atau asidosis laktak,
produksi asam dapat melebihi kemampuan ginjal
untuk absorbsi dan ekskresi H+
2. Kurangnya cadangan dapar
Kehilangan ion HCO3 yang terbuang percuma
melalui ginjal atau usus menyebabkan
hipokarbonatremia dana asidosis metabolik.
3. Kurangnya ekskresi asam.
Dapat terjadi pada penyakit ginjal kronik dimana
ginjal gagal mengekskresikan asam yang
diproduksi secara normal.
 Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil
pengukuran pH darah yang diambil dari darah arteri (arteri
radialis di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan
sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk
mengukur pH darah.
 Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran
kadar karbon dioksida dan bikarbonat dalam darah.
Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk
membantu menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula
darah yang tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya
menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya
bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis
metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau
overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air
kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih
 Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada
penyebabnya.7 Sebagai contoh, diabetes dikendalikan
dengan insulin atau keracunan diatasi dengan
membuang bahan racun tersebut dari dalam darah.
Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk
mengobati overdosis atau keracunan yang berat.
 Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung.
Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan hanya
cairan intravena dan pengobatan terhadap
penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat, diberikan
bikarbonat mungkin secara intravena, tetapi
bikarbonat hanya memberikan kesembuhan
sementara dan dapat membahayakan.
Alkalosis Metabolik
 Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan
dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat.Alkalosis
metabolik terjadi jika tubuh kehilangan
terlalu banyak asam. Sebagai contoh
adalah kehilangan sejumlah asam
lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung
disedot dengan selang lambung.
Penyebab utama akalosis metabolik7:
 Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
 Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan
lambung
 Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing
atau akibat penggunaan kortikosteroid).
 Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas
(mudah tersinggung), otot berkedut dan kejang otot;
atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang
berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme
(kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan
pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan kalium). Pada
kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara
intravena.
Asidosis & Alkalosis respiratorik

Asidosis respiratorik adalah keadaan turunnya pH darah yang disebabkan


oleh proses abnormal pada paru-paru. Ekskresi karbondioksida paru yang
tidak adekuat pada keadaan produksi normal gas akan menimbulkan
asidosis.Penumpukan karbondioksida tersebut diakibatkan oleh fungsi pari-
paru yang buruk atau pernapasan yang lambat.Kecepatan dan kedalaman
pernapasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan
turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam
darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan
menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
Penyebab :
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak
dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-
penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan
gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis
respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang
kuat, yang menekan pernafasan.
Gejala asidosis respiratorik
-Sakit kepala
-Gelisah
-Penglihatan kabur
-Kebingungan
Jika didiamkan tanpa perawatan apapun biasanya gejala akan
berkembang menjadi:
-Rasa kantuk dan lelah yang berlebihan
-Lesu
-Kebingungan atau linglung
-Sesak napas
-Koma
Pengobatan asidosis respiratori
• Atasi penyebabnya

• Pemberian antibiotik untuk mengobati infeksi.

• Pemberian obat diuretik

• Obat bronkodilator.

• Kortikosteroid

• Pembuatan ventilasi (lubang napas) buatan


Alkalosis Respiratorik
Defenisi :
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana
darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat
dan dalam, sehingga menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Penyebab :
hiperventilasi
rasa nyeri
sirosis hati
kadar oksigen darah yang rendah
demam
overdosis aspirin
Gejala
cemas dan dapat menyebabkan rasa kesemutan
disekitar bibir dan wajah.
Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang
otot dan penurunan kesadaran.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran
kadar karbondioksida dalam darah arteri. pH darah juga
sering meningkat.
Pengobatan :
• memperlambat pernafasan.
• Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda
nyeri.
• Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung
plastik)
• mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama
mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan
kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang
dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.
LO 2 : Gangguan Keseimbangan Cairan &
Elektrolit
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN
TUBUH
 50 - 70 % dari berat badan terdiri dari cairan.
 Jaringan lemak lebih kurang mengandung air
dibanding otot
◦ Sumber :
Air yang diminum
Bersama makanan
Hasil metabolisme
Total Body Water 49 L 70 % X BB
Ekstra sel 14 L 16-23 % X BB
1. Intravaskuler 3L 4 – 5 % X BB
2. Ekstravaskuler 11 L 12 –18% X BB
Intra sel 35 L 50 % X BB

Eksresi cairan dalam tubuh melalui :


Urin Paru
Keringat Feces

PORSI CAIRAN TUBUH ORANG DEWASA ( 70 kg )


 Terdapat keseimbangan ( input&output ) yang
diatur hipotalamus melalui osmoreseptor.
 Pada dehidrasi me↑, haus dan ADH me↑
sehingga intake me↑ dan eksresi me↓

Pengaturan cairan tubuh


DEHIDRASI
( vol sirkulasi efektif ↓ )

Osmolality plasma ↑

Thirst ↑ ADH ↑
Water ingesti ↑ water
exc ↓

Water retensi

Osmolaliti plasma ↓

Vol sirkulasi ↑
DEHIDRASI
 Tubuh kekurangan cairan
 Etiologi kekurangan cairan :
◦ Melalui sal cerna (Muntah, perdarahan)
◦ Melalui sal kencing (Pemakaian diuretik,Penyakit
ginjal, diabetes)
◦ Melalui kulit (Luka bakar, Keringat ↑↑)
◦ Perpindahan keruang dalam badan
(Peritonitis, Pankreatitis )

Gejala dehidrasi :
lesu akral dingin
tek darah ↓ mukosa kering
nadi halus cepat turgor ↓
urin ↓
Penggolongan dehidrasi
berdasarkan banyaknya cairan
a. Dehidrasi ringan ( < 5 %) kehilangan
cairan dan elektrolit Dehidrasi ringan (jika
penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat
badan).
b. Dehidrasi sedang ( 5- 8 %) kehilangan
cairan dan elektrolit dehidrasi sedang (jika
penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen
dari berat badan).
c. Dehidrasi berat ( > 8 %) kehilangan
cairan dan elektrolit dehidrasi berat (jika
penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen
dari berat badan).
Pengobatan :
 Sesuai penyakit dasar
 Pemberian cairan oral – parenteral
(WHO) merekomendasikan larutan
rehidrasi oral yang mengandung natrium
klorida, natrium sitrat, kalium klorida dan
glukosa anhidrus.
Cara pemberian cairan
Cairan diguyur sampai nadi terisi penuh
dan TDS > 100 mmHg, sisanya diberikan
2 jam berikutnya
Perkiraan Jumlah Cairan yg Hilang
( defisit )

1. Sistem skor ( dehidrasi akut, mis GE akut )


2. Pemasangan CUP
3. Ukur kadar Na plasma
defisit cairan = 0,6 X BB {Na plasma _ 1}
140

4. Ukur hematokrit
defisit cairan = 0,2 X BB { Ht _ 1}
Ht N

5. Ukur BJ plasma
EDEM
Patogenesis
1. ↑ tekanan darah hidrostatik kapiler
1. Payah jantung
2. Sirosis hati
3. Obstruksi vena lokal
2. ↓ tekanan koloid osmotik plasma ( alb↓ )
1. Sind. Nefrotik
2. Sirosis hepatis
3. Malnutrisi
3. Permeabilitas kapiler ↑
1. Trauma
2. Radang
3. Luka bakar
4. Alergi
4. ↑ tekanan koloid osmotik intertitial
1. Sumbatan sal limfe
Pengobatan :
Sesuai penyakit dasar
Simptomatis
1.Diit RG
2.Diuretik
Gangguan Keseimbangan Elektrolit

HIPONATREMIA (kadar natrium dalam serum


<135 mEq/L)

Tingginya osmolalitas oleh karena hiperglikemi atau


pemberian manitol intravena menyebabkan cairan intrasel
keluar dari sel menyebabkan dilusi cairan ekstrasel sehingga
menyebabkan hiponatremia
Pemberian cairan isoosmotik tdk mengandung natrium
kedalam cairan ekstrasel dapat menimbulkan hiponatremi
disertai osmolalitas plasma normal.
MANIFESTASI KLINIS
 Pasien dengan hiponatremia ringan –
sedang (>125 mEq/L) umumnya
asimptomatik
 Untuk gejala awal biasanya tidak spesifik,
seperti mual, muntah, dan lemas.
 Untuk gejala yang berat dapat ditemukan
penurunan kesadaran, kejang, koma,
hingga kematian
 Manifestasi yang serius pada hiponatremia
berhubungan dengan kadar sodium
plasma >120 mEq/L
Algoritma Tatalaksana Hiponatremia

Hiponatre
mia

Decrease Increase
d Normal d
extracell celulaer extracelu
uler volume ler
volum volume
Heart
Urinari
failure,
Extraren sodium Renal
Renal cirrhosis,
al >20 failure
nephrotic
mEq/L
syndrom
Urinari Urinari Restrict
Urinari
sodium sodium Restric water ,
sodium
>20 <10 water loop
>20
mEq/L mEq/L diuretic

Replace Replace Replace Replace


Restrict
isotonis sodium isotonis sodium
water
defisit deficit defisit deficit
Penatalaksanaan Hiponatremia

 Cairan isotonik merupakan terapi pilihan


untuk pasien hiponatremia dengan
penurunan kadar sodium plasma

Na Defisit = Total Body Water x


(Na yang dicapai-Na pada
pasien)
 Total Body water wanita 50%
 Total Body Water Pria 60 %
HIPERNATREMIA (kadar natrium dalam serum
>145 mEq/L)
Hipernatremia dikaitkan dengan retensi
berlebih sodium maupun kehilangan cairan akibat
masukan sodium yang berlebih

Etiologi : Adanya defisit tubuh akibat ekresi air


melebihi natrium atau asupan air yang
berkurang
Manifestasi Klinis :
Umumnya terjadi neurogical manifestasi,
seperti penurunan kesadaran, hiperefleks,
kejang, koma, dan hingga kematian
Algoritma Tatalaksana Hipernatremia

Hipernatremi
a

Water and Increased


Water loss
Na loss Na content

Replace Replace Replace Replace any


Loop
Isotonic water water water
diuretic
loss deficit deficit deficit
Penanganan Hipernatremia
 Pada pasien dengan defisist cairan dikoreksi
dalam 8 jam dengan cairan hipotonik, seperti
dextrose 5%
 Pasien hipernatremia dengan penurunan total
sodium diberikan cairan isotonik untuk
mengganti volume plasma, jika volume
plasma normal maka tatalaksan kembali
digunakan cairan hiopotonik
 Pada pasien hipernatremia dengan
peningkatan total sodium diberikan loop
diuretik (furosemid) dan dextrose 5%
HIPERKALEMIA (konsentrasi kalium darah lebih dari
5mEq/L )

MANIFESTASI KLINIK HIPERKALEMIA


a. Neuromaskuler:
 kelemahan otot yaitu paralisis flasid pd tungkai bawah lalu
ke badan dan lengan
 Parestesia wajah, lidah, kaki, dan tangan

b. Saluran cerna:
 Mual, diare, kolik usus

c. Ginjal:
 Oliguria
 Anuria
PATOFISIOLOGI HIPERKALEMIA
Hiperkalemia biasanya terjadi jika ginjal tidak
mengeluarkan kalium dengan baik. Mungkin penyebab
paling sering dari hiperkalemia adalah penggunaan obat
yang menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal, seperti
triamterene, spironolactone dan ACE inhibitor.
Hiperkalemia juga dapat disebabkan oleh penyakit
Addison, dimanakelenjar adrenal tidak dapat menghasilkan
hormon yang merangsang pembuangan kalium oleh ginjal
dalam jumlah cukup.
PENGOBATAN

 Hemodialisis untuk menghilangkan kalium dari


tubuh pada pasien dengan gagal ginjal
 Obat-obatan :
 Kalsium Klorida atau glukonat
 Natrium bikarbonat
 Agonis beta
 Diuretik
 Resin Binding
 Insulin
Hipokalemia ( kadar kalium dibawah 3,5 mg/dl)

ETIOLOGI
 Peningkatan ekskresi kalium dari tubuh
 diuretik loop (seperti Furosemide). Obat lain
termasuk steroid, licorice, kadang-kadang aspirin,
dan antibiotik tertentu.
 Ginjal (ginjal) disfungsi
 Kehilangan cairan tubuh karena muntah yang
berlebihan, diare, atau berkeringat.
 Endokrin atau hormonal masalah
 Miskin diet asupan kalium
MANIFESTASI KLINIK
a. CNS dan neuromuskular; lelah, tidak
enak badan, reflek tendon dalam
menghilang.
b. Pernapasan; otot-otot pernapasan
lemah, napas dangkal (lanjut)
c. Saluran cerna; menurunnya motilitas
usus besar, anoreksia, mual mmuntah.
d. Kardiovaskuler; hipotensi postural,
disritmia, perubahan pada EKG.
e. Ginjal; poliuria,nokturia.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK HIPOKALEMIA
1. Kalium serum : penurunan, kurang dari
3,5 mEq/L.
2. Klorida serum : sering turun, kurang dari
98 mEq/L.
3. Glukosa serum : agak tinggi.
4. Bikarbonat plasma : meningkat, lebih
besar dari 29 mEq/L.
5. Osmolalitas urine : menurun.
6. GDA : pH dan bikarbonat meningkat
(Alkalosit metabolik).
Pengobatan Hipokalemia
1. Pemberian K melalui oral atau Intravena
2. Monitor kadar kalium tiap 2-4 jam untuk
menghindari hiperkalemia terutama pada
pemberian secara intravena.
3. Pemberian K intravena dalam bentuk larutan
KCl disarankan melalui vena yang besar
dengan kecepatan 10-20 mEq/jam, kecuali
disertai aritmia atau kelumpuhan otot
pernafasan, diberikan dengan kecepatan 40-
100 mEq/jam. KCl dilarutkan sebanyak 20
mEq dalam 100 cc NaCl isotonik.
4. Acetazolamide untuk mencegah serangan.
5. Triamterene atau spironolactone
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai