MODUL 3
NIM : 200610019
Kelompok : 1 (Satu)
SKENARIO 3 :
Kek....oh..Kakek
Kakek Ahmad 75 tahun, dibawa ke Rumah Sakit oleh keluarganya karena sudah 2 hari lemas
Karena mengalami diare dan muntah. Kakek Ahmad juga tidak mau minum. Sejak tadi malam
kakek Ahmad mengalami sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik, dokter mendapatkan tekanan
darah 90/60 mmHg, heart rate 90 x/menit dan respiratory rate 20 x/menit. Pada pemeriksaan
elektrolit di dapatkan natrium 135 mEq/L, kalium 2,3 mEql/L dan klorida 100 mEq/L. Pada
pemeriksaan analisis gas darah didapatkan pH 7,609, pCO2 40,6 mmHg, pO2 85 mmHg dan
HCO3 - 40,9 mmol/L. Kemudian dokter menyarankan kakek Ahmad agar dirawat dirumah sakit
untuk memperbaiki gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang dialaminya.
Bagaimana Anda menjelaskan apa yang terjadi pada Kakek Ahmad?
Jump 1:
Terminologi
1. Diare : Menurut World Helath Organization (WHO) diare adalah kejadian buang air
besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi tiga kali atau lebih
dalam periode 24 jam.
2. Muntah: kondisi ketika isi lambung keluar secara paksa melalui mulut. Berbeda dari
regurgitasi (keluarnya isi lambung tanpa kontraksi), muntah disertai kontraksi pada
lambung dan otot perut.
3. Sesak Nafas: Dyspnea adalah istilah medis untuk sesak napas. Kondisi ini terjadi akibat
tidak terpenuhinya pasokan oksigen ke paru-paru yang menyebabkan pernapasan menjadi
cepat, pendek, dan dangkal.
4. Heart Rate: Heart rate (HR) merupakan denyut jantung persatuan waktu yang dihitung
dengan satuan beat per minute (BPM).
5. Respiratory Rate: Respiratory Rate (RR) adalah jumlah siklus pernafasan (inspirasi dan
ekspirasi penuh) yang dihitung dalam waktu 1 menit atau 60 detik.
6. Analisis Gas Darah: Analisa gas darah (AGD) adalah prosedur pemeriksaan medis yang
bertujuan untuk mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah. AGD juga
dapat digunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau pH darah.
Jump 2 & 3: Rumusan Masalah dan Hipotesa
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya
kadar bikarbonat. Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai
contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan
atau bila asam lambung mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda
bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium
dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam penggunaan kortikosteroid).
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut dan
kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi
kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang (natrium dan kalium). Pada kasus yang
berat, diberikan amonium klorida secara disedot dengan selang lambung.
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengendalikan
keseimbangan asam basa darah. Penyebab utama akalosis metabolik:
c. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat berkepanjangan (tetani).
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan
kalium).
2. Bagaimana gangguan Keseimbangan asam basa dan elektrolit pada skenario dapat
terjadi?
Jawab: Gangguan keseimbangan asam-basa bukanlah penyakit, tetapi proses patofisiologis dari
suatu penyakit, merupakan akibat gangguan homeostasis tubuh. Asam diproduksi oleh tubuh
dalam bentuk asam volatile dan nonvolatile. Untuk menjaga keseimbangan asam-basa tubuh
mempunyai tiga sistem pengatur yaitu sitem dapar, paru-paru, dan ginjal. Sistem dapar
menetralisir kelebihan asam dengan segera, paru-paru mengeluarkan kelebihan asam dalam
bentuk karbondioksida, dan ginjal mengatur dengan sekresi Cl- untuk mengatur SID dan atau
pengaturan bikarbonat. Gangguan yang disebabkan oleh asam volatile disebut respiratorik, asam
nonvolatile disebut metabolik.
Menurut Stewart, PaCO2, SID, dan asam lemah (ATOT) merupakan faktor determinan terhadap
perubahan kadar ion H+ (pH) cairan tubuh.Penilaian klinis gangguan asam-basa dinilai dengan
menilai pH, PaCO2, HCO3-, base excess, standardized base excess, anion gap, strong ion
difference, dan base excess gap. Gangguan keseimbangan asam-basa secara mudah dapat
dianalisis dengan cara Grogono, khusus asidosis metabolik dibantu dengan pemeriksaan anion
gap dan analisis Stewart-Fencl.
Pengobatan gangguan keseimbangan asam basa ditujukan pada pengobatan penyakit primer,
pemberian natrium bikarbonat terutama pada asidosis metabolik berat karena anion nonorganik
(nonorganik acids) dan natrium bikarbonat diberikan setelah ventilasi baik (terkendali), secara
perlahan dengan kecepatan 1 mEq/menit.
Fungsi sel manusia akan berlangsung dengan baik di lingkungan pH normal (pH 7,35 – 7,45)
atau kadar ion hidrogen (H+) sekitar 40 nmol/L, suatu kadar yang sangat kecil sekali. Oleh
karena itu tubuh mengaturnya dengan sangat ketat melalui proses yang sangat kompleks.
Untuk mempertahankan pH (ion hidrogen), tubuh mempunyai tiga sistem utama pengatur
keseimbangan asam-basa, yaitu sistem dapar (buffer), paru, dan ginjal (difasilitasi oleh hati).
Sistem dapar hanya untuk meminimalisir perubahan pH, sedangkan paru dan ginjal yang
mempunyai peran penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa. Pengaturan
keseimbangan asam basa oleh paru dilakukan dengat sangat cepat (menit) melalui pengaturan
PaCO2, dan ginjal bekerja lebih lambat (jam) untuk mengatur kelebihan asam/basa melalui
sekresi/reabsorbsi klor dalam bentuk amonium klorida dengan bantuan ion NH4+ yang
difasilitasi oleh hati melalui sekresi/produksi glutamine (Stewart approach) dan atau
sekresi/reabsorbsi bikarbonat (traditional approach). Bila mekanisme homeostasis ini tidak
bekerja dengan sempurna maka akan terjadi gangguan keseimbangan asam-basa.
4. Berapakah kadar natrium, kalium, dan klorida normal?
Jawab:
Natrium
Natrium dibutuhkan tubuh untuk menjaga keseimbangan elektrolit, mengendalikan cairan
dalam tubuh, dan mengatur kontraksi otot serta fungsi saraf. Normalnya, kadar natrium di
dalam darah berkisar antara 135–145 milimol/liter (mmol/L).
Kalium
Kalium berfungsi untuk mengatur irama dan pompa jantung, menjaga tekanan darah tetap
stabil, mendukung aktivitas listrik saraf, mengatur kontraksi otot dan metabolisme sel,
serta menjaga kesehatan tulang dan keseimbangan elektrolit.
Dalam darah, jumlah kalium normal berada di kisaran 3,5–5 milimol/liter (mmol/L).
Kekurangan kalium (hipokalemia) dapat disebabkan oleh diare, dehidrasi, dan efek
samping obat diuretik.
Klorida
Klorida dalam tubuh berfungsi untuk menjaga pH atau tingkat keasaman darah, jumlah
cairan tubuh, dan aktivitas saluran pencernaan. Normalnya, kadar klorida dalam tubuh
adalah 96–106 mmol/L.
Beberapa tindakan dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan keseimbangan asam-
basa, seperti:
Menjaga berat badan supaya tidak obesitas
Menggunakan obat-obatan sedatif berdasarkan aturan atau instruksi dokter. Hindari
menggabungkan penggunaan obat-obatan sedatif dengan alkohol.
Menghentikan kebiasaan merokok, jika merokok
Menjaga kadar gula darah dalam batas normal dan mengontrol penyakit diabetes.
Faktor diare: Pertama, Infeksi eksternal (infeksi saluran pencernaan makanan), contoh Infeksi
bakteri : vibrio, E coli, rotavirus, Infeksi virus : intervirus, adenovirus, rotavirus, Infeksi parasit :
cacing, protozoa, jamur. Kedua, Faktor Malabsorbsi karbohidrat, lemak, protein. Ketiga, Faktor
Makanan beracun, basi, Alergi terhadap makanan. Keempat, Faktor psikologis seperti rasa takut
dan cemas .
Bila pada diare pengeluaran cairan melebihi pemasukan maka akan terjadi defisit cairan tubuh,
yang disebut juga dengan dehidrasi. Berdasarkan derajatnya maka dehidrasi dapat di bagi
menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Pada dehidrasi berat terjadi defisit cairan sama
dengan atau lebih dari 10% berat badan.Diare akut dengan dehidrasi berat ini dapat
menimbulkan dampak negatif pada bayi dan anak–anak antara lain renjatan hipovolemik,
gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa dan terhambatnya proses tumbuh
kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak di masa depan.
1. Sistem Buffer
Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera bergabung
dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan.
Sistem buffer ini menetralisir kelebihan ion hidrogen, bersifat temporer dan tidak melakukan
eliminasi. Fungsi utama sistem buffer adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh
pengaruh asam fixed dan asam organic pada cairan ekstraseluler. Sebagai buffer, sistem ini
memiliki keterbatasan yaitu:
a. Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan karena
peningkatan CO2.
b. Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali sistem pernafasan
bekerja normal
a. Buffer bikarbonat merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan yang
disebabkan oleh non-bikarbonat
c. Buffer hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat
d. Buffer fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika dengan
buffer kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan
dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam
darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan
kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi
ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan menambahkan
bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.
Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam menunjang
kinerja sistem buffer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi, dan absorpsi ion hidrogen dan
bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia). Untuk jangka panjang,
kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan untuk jangka pendek,
tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan sistem buffer. Mekanisme buffer tersebut bertujuan
untuk mempertahankan pH darah antara 7,35- 7,45.4
2. Sistem Paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan karena itu juga
mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler.Paru-paru melakukan hal ini
dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap jumlah karbon dioksida dalam darah.
Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan
yang kuat untuk respirasi. Tentu saja, tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2)
juga mempengaruhi respirasi. Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan
oleh PaCO2.
3. Sistem Ginjal
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan anion asam non
volatile dan mengganti HCO3-. Ginjal mengatur keseimbangan asam basa dengan sekresi dan
reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme pemgaturan oleh ginjal ini berperan
sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan pembentukan ammonia. Ion hidrogen, CO2, dan
NH3 diekskresi ke dalam lumen tubulus dengan bantuan energi yang dihasilkan oleh mekanisme
pompa natrium di basolateral tubulus. Pada proses tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas
kembali ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali.
Tubulus proksimal adalah tempat utama reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.Ion
hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan negative pada konsentrasi
yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion hidrogen mempunyai efek yang
besar pada sistem biologi. Ion hidrogen berinteraksi dengan berbagai molekul biologis sehingga
dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim dan ekstabilitas membrane. Ion hidrogen
sangat penting pada fungsi normal tubuh misalnya sebagai pompa proton mitokondria pada
proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP. Produksi ion hidrogen sangat banyak karena
dihasilkan terus menerus di dalam tubuh. Perolehan dan pengeluaran ion hidrogen sangat
bervariasi tergantung diet, aktivitas dan status kesehatan. Ion hidrogen di dalam tubuh berasal
dari makanan, minuman, dan proses metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk
sebagai hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik atau ketogenesis.
10. Apa saja faktor yang mempengaruhi keseimbangan asam dan basa?
Jawab:
Faktor Internal
• Pembentukan asam karbonat dalam tubuh (H₂CO3)
• Asam organik oleh metabolisme perantara, ex: asam lemak dari metabolisme asam lemak yang
akan terdisosiasi parsial dan
menghasilkan H bebas.
• Produksi asam hasil fermentasi anaerob karena olahraga dalam bentuk asam laktat
• Ekskresi asam yang berlebihan ke luar tubuh seperti dalam peristiwa muntah
• Peningkatan asam dalam tubuh karena ada pengeluaran basa berlebihan dari tubuh seperti pada
diare berat. Penyakit tertenru seperti diabetes melitus
Faktor Eksternal
Makanan-makanan yang jika diuraikan akan mengahasilkan hasil berupa asam, Pemakaian obat-
obat alkali yang berlebihan, Penekanan pusat pernapasan oleh obat atau penyakit, Gangguan
saaraf atau otot yang mengurangi kemampuan otot pernapasan, Asam anorganik yang terbentuk
karena penguraian nutrien.
Jump 4: Skema
Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan ion-ion lain
dalam tubuh. Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis. Harus ada keseimbangan antara
asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Dan seperti pada
ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam pengaturan-pengaturan ion hidrogen. Akan
tetapi, pengaturan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih
banyak daripada eliminasi sederhana ion-ion hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga banyak
mekanisme penyangga asam basa yang melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk
mempertahankan konsentrasi ion hidrogen normal dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur konsentrasi ion hidrogen,
dengan penekanan khusus pada kontrol sekresi ion hidrogen ginjal dan reabsorpsi, produksi, dan
ekskresi ion – ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu komponen kunci sistem kontrol asam
basa dalam berbagai cairan tubuh.
Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta perubahan yang terjadi pada asidosis
dan alkalosis. Konsentrasi ion hidrogen darah secara normal dipertahankan dalam batas ketat
suatu nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter ( 40 nEq/liter ). Variasi normal hanya sekitar 3
sampai 5 mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang ekstrim, konsentrasi ion hidrogen yang bervariasi
dari serendah 10 nEq/liter sampai setinggi 160 nEq/liter tanpa menyebabkan kematian.
Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan dalam jumlah yang kecil ini tidak
praktis, biasanya konsentrasi ion hidrogen disebutkan dalam skala logaritma, dengan
menggunakan satuan pH. pH berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen.
pH normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan interstetial sekitar 7,35
akibat jumlah ekstra karbondioksida (CO2) yang dibebaskan dari jaringan untuk membentuk
H2CO3. Karena pH normal darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat pH
turun dibawah nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas 7,4. Batas rendah pH
dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah
sekitar 8,0.
pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena metabolisme sel
menghasilkan asam, terutama H2CO3. Bergantung pada jenis sel, pH cairan intraseluler
diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan dan aliran darah yang buruk ke
jaringan dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat menurunkan pH intraseluler.
pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status asam basa cairan ekstraseluler.
Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang bersifat asam adalah HCl yang diekskresikan
kedalam lambung oleh oksintik ( sel-sel parietal ) dari mukosa lambung.
LO 2 MEKANISME DAN FAKTOR KESEIMBANGAN ASAM BASA
1. Sistem Buffer
Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera bergabung
dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan.
Sistem buffer ini menetralisir kelebihan ion hidrogen, bersifat temporer dan tidak melakukan
eliminasi. Fungsi utama sistem buffer adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh
pengaruh asam fixed dan asam organic pada cairan ekstraseluler. Sebagai buffer, sistem ini
memiliki keterbatasan yaitu:
b. Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali sistem pernafasan
bekerja normal
a. Buffer bikarbonat merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan yang
disebabkan oleh non-bikarbonat
c. Buffer hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat
d. Buffer fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam
menunjang kinerja sistem buffer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi, dan absorpsi ion
hidrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia). Untuk jangka
panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan untuk jangka
pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan sistem buffer. Mekanisme buffer tersebut
bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara 7,35- 7,45.
2. Sistem Paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan karena itu juga
mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler. Paru-paru melakukan hal ini
dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap jumlah karbon dioksida dalam darah.
Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan
yang kuat untuk respirasi.Tentu saja, tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2)
juga mempengaruhi respirasi. Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan
oleh PaCO2.
3. Sistem Ginjal
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan anion asam non
volatile dan mengganti HCO3 - . Ginjal mengatur keseimbangan asam basa dengan sekresi dan
reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme pemgaturan oleh ginjal ini berperan
3 sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan pembentukan ammonia. Ion hidrogen, CO2, dan
NH3 diekskresi ke dalam lumen tubulus dengan bantuan energi yang dihasilkan oleh mekanisme
pompa natrium di basolateral tubulus. Pada proses tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas
kembali ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus proksimal adalah tempat utama
reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan negative pada
konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion hidrogen mempunyai
efek yang besar pada sistem biologi. Ion hidrogen berinteraksi dengan berbagai molekul biologis
sehingga dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim dan ekstabilitas membrane. Ion
hidrogen sangat penting pada fungsi normal tubuh misalnya sebagai pompa proton mitokondria
pada proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP.
Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus menerus di dalam tubuh. Perolehan
dan pengeluaran ion hidrogen sangat bervariasi tergantung diet, aktivitas dan status kesehatan.
Ion hidrogen di dalam tubuh berasal dari makanan, minuman, dan proses metabolism tubuh. Di
dalam tubuh ion hidrogen terbentuk sebagai hasil metabolism karbohidrat, protein dan lemak,
glikolisis anaerobik atau ketogenesis.
LO 3 MEKANISME DAN FAKTOR KESEIMBANGAN ELEKTROLIT
Pergerakan zat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang tidak
membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif yang membutuhkan energi
ATP yaitu pompa Na-K. Osmosis adalah bergeraknya molekulmelalui membran
semipermeabeldari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga
kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan
osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen sama. Tekanan osmotik plasma darah ialah 270-290
mOsm/L4 .
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak dari konsentrasi
tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi
dan tekanan hidrostatik.Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa
ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar
ke dalam.
Berikut merupakan beberapa mekanisme pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit antar
kompartemen.
4. Keseimbangan Donnan
Keseimbangan Donnan merupakan keseimbangan antara cairan intraseluler dengan cairan
ekstraseluler yang timbul akibat adanya peran dari sel membran. Protein yang merupakan suatu
molekul besar bermuatan negatif, bukan hanya ukuran molekulnya yang besar namun merupakan
suatu partikel aktif yang berperan mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini tidak dapat
berpindah, tetapi akan mempengaruhi ion untuk mempertahankan netralitas elektron
(keseimbangan muatan positif dan negatif) sebanding dengan keseimbangan tekanan osmotik di
kedua sisi membran. Pergerakan muatan pada ion akan menyebabkan perbedaan konsentrasi ion
yang secara langsung mempengaruhi pergerakan cairan melalui membran ke dalam dan keluar
dari sel tersebut.
Gangguan keseimbangan asam basa adalah kondisi ketika kadar asam dan basa dalam darah
tidak seimbang. Kondisi ini dapat mengganggu kerja berbagai organ.
Kadar asam basa (pH) dalam darah diukur dengan skala pH, dari 1-14. Kadar pH darah normal
berkisar antara 7,35 sampai 7,45. Darah seseorang dinilai terlalu asam bila pH kurang dari 7,35.
Kondisi tersebut dinamakan asidosis. Sedangkan darah dengan nilai pH lebih besar dari 7,45,
dikategorikan terlalu basa, atau disebut dengan alkalosis.
Keseimbangan asam basa dipengaruhi oleh fungsi paru-paru. Manusia bernapas menghirup
oksigen dan membuangnya dalam bentuk karbondioksida (CO2). CO2 adalah zat yang bersifat
asam, sehingga jumlah CO2 yang keluar akan memengaruhi keseimbangan pH darah, sehingga
dapat menimbulkan asidosis atau alkalosis. Asidosis dan alkalosis yang disebabkan oleh
gangguan pada paru-paru atau pernapasan disebut dengan asidosis respiratorik dan alkalosis
respiratorik.
Asidosis dan alkalosis juga dapat terjadi ketika produksi asam basa dalam tubuh tidak seimbang
atau bisa juga terjadi akibat ginjal tidak bisa membuang kelebihan asam atau basa dari dalam
tubuh. Asidosis dan alkalosis yang terjadi akibat dua kondisi di atas disebut asidosis metabolik
dan alkalosis metabolic.
Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kondisi lain yang memengaruhi
fungsi paru-paru dalam membuang karbondioksida (CO2). Dengan kata lain, asidosis
respiratorik terjadi ketika tubuh hanya dapat membuang sedikit CO2. Sejumlah kondisi yang
dapat memicu asidosis respiratorik kronis, antara lain:
Asma.
Penyakit paru obstruktif kronis.
Edema paru.
Gangguan pada sistem saraf dan otot, misalnya multiple sclerosis dan distrofi otot.
Kondisi lain yang membuat sesorang terganggu dalam bernapas, misalnya obesitas atau
skoliosis.
Sedangkan asidosis respiratorik akut umumnya disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti:
Henti jantung.
Penyakit paru-paru, misalnya asma, pneumonia, dan emfisema.
Kelemahan otot pernapasan.
Terdapat sumbatan pada saluran pernapasan.
Overdosis obat penenang.
Asidosis metabolik
Asidosis metabolik terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu banyak asam, atau saat ginjal hanya
mampu membuang sedikit asam melalui urine. Asidosis metabolik terbagi dalam beberapa jenis,
yaitu:
Selain beberapa kondisi di atas, asidosis metabolik juga dapat disebabkan oleh penyakit ginjal,
dehidrasi berat, dan keracunan aspirin.
Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik umumnya disebabkan oleh hiperventilasi, yaitu suatu kondisi ketika
seseorang bernapas terlalu cepat atau terlalu dalam. Hiperventilasi tersebut bisa disebabkan oleh
perasaan panik dan cemas. Kondisi lain yang dapat memicu alkalosis respiratorik adalah:
Demam tinggi
Berada di dataran tinggi
Penyakit paru
Penyakit liver
Kekurangan oksigen
Keracunan salisilat
Alkalosis metabolik
Alkalosis metabolik terjadi bila tubuh seseorang kekurangan asam atau kelebihan basa. Beberapa
hal yang dapat memicu kondisi tersebut adalah:
Gangguan elektrolit adalah kondisi ketika kadar elektrolit di dalam tubuh tidak seimbang, bisa terlalu
tinggi atau terlalu rendah. Ketidakseimbangan kadar elektrolit ini dapat menimbulkan berbagai
gejala, mulai dari mual, diare, hingga kram otot.
Di dalam tubuh manusia, terdapat beberapa jenis elektrolit, yaitu natrium, kalium, kalsium,
magnesium, fosfat, dan fosfor. Elektrolit-elektrolit tersebut bisa didapatkan dari makanan,
minuman, serta suplemen.
Berikut ini adalah berbagai jenis elektrolit serta faktor-faktor yang dapat menyebabkan kadarnya
di dalam tubuh terganggu:
1. Fosfat
Fosfat berfungsi untuk menguatkan tulang dan gigi, menghasilkan energi, serta membentuk
lapisan sel. Jika kadar fosfat di dalam tubuh berlebihan (hiperfosfatemia), maka bisa
menimbulkan masalah pada otot dan tulang, serta meningkatkan risiko terkena serangan
jantung dan stroke.
Sedangkan, kekurangan fosfat atau hipofosfatemia dapat terjadi karena beberapa faktor berikut
ini:
Hipofosfatemia juga dapat terjadi karena konsumsi obat tertentu, seperti zat besi, niacin (vitamin
B3), obat maag jenis antasida, diuretik, kortikosteroid, bisfosfonat, acyclovir, paracetamol, atau
obat asma.
2. Klorida
Klorida adalah jenis elektrolit yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan pH dalam darah dan
meneruskan impuls saraf. Kadar klorida diatur oleh ginjal, sehingga jika terdapat
ketidakseimbangan klorida, hal tersebut mungkin terjadi karena adanya kerusakan pada ginjal.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan kelebihan klorida (hiperkloremia) di
dalam tubuh:
Sedangkan, kekurangan klorida (hipokloremia) dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti:
3. Sodium/Natrium
Natrium berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh serta mengatur fungsi saraf
dan kontraksi otot. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami kelebihan natrium (hipernatremia):
Menderita dehidrasi berat
Mengalami hilangnya cairan tubuh karena demam
Menderita diare
Mengalami muntah-muntah
Menderita penyakit pernapasan kronis, seperti bronkitis
Mengonsumsi obat kortikosteroid
Terlalu banyak berkeringat karena olahraga berlebih
Menderita malnutrisi
Mengalami gangguan kelenjar tiroid, adrenal, atau hipotalamus
Menderita gagal ginjal
Menderita gagal jantung
Mengalami kecanduan alkohol
Mengonsumsi obat diuretik atau antikonvulsan
4. Kalsium
Kalsium adalah mineral yang penting untuk fungsi organ, saraf, otot, dan sel tubuh. Kalsium juga
berguna untuk pembekuan darah dan kesehatan tulang. Namun demikian, kelebihan kadar
kalsium dalam darah (hiperkalsemia) bisa menimbulkan berbagai gejala, di antaranya sakit
kepala, tubuh lemas, mual, muntah, dan nyeri tulang.
Kekurangan kadar kalsium dalam darah (hipokalsemia) juga tidak baik bagi kesehatan, karena
dapat meningkatkan risiko terserang osteoporosis. Kondisi ini dapat terjadi karena beberapa
faktor, yaitu:
Menderita pankreatitis
Menderita gagal ginjal
Menderita kanker prostat
Mangalami kekurangan vitamin D
Mengonsumsi obat heparin atau antikonvulsan
5. Kalium/Potasium
Kalium berperan penting dalam mengatur fungsi jantung, serta menjaga fungsi saraf dan otot.
Kadar kalium di dalam tubuh dapat melebihi normalnya (hiperkalemia) jika seseorang memiliki
faktor seperti di bawah ini:
Sedangkan, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kekurangan
kadar kalium (hipokalemia) adalah: