Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TUTORIAL 1

MODUL 3

BLOK 1.5 SISTEM UROGENITAL

Nama : Syahla Faizasha

NIM : 200610019

Kelompok : 1 (Satu)

Blok : Sistem Urogenital

Tutor : dr. Adirizka, Sp.B(K)., Onk

PRODI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
TA. 2021/2022
MODUL 3

ASAM BASA DAN ELEKTROLIT

SKENARIO 3 :

Kek....oh..Kakek

Kakek Ahmad 75 tahun, dibawa ke Rumah Sakit oleh keluarganya karena sudah 2 hari lemas
Karena mengalami diare dan muntah. Kakek Ahmad juga tidak mau minum. Sejak tadi malam
kakek Ahmad mengalami sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik, dokter mendapatkan tekanan
darah 90/60 mmHg, heart rate 90 x/menit dan respiratory rate 20 x/menit. Pada pemeriksaan
elektrolit di dapatkan natrium 135 mEq/L, kalium 2,3 mEql/L dan klorida 100 mEq/L. Pada
pemeriksaan analisis gas darah didapatkan pH 7,609, pCO2 40,6 mmHg, pO2 85 mmHg dan
HCO3 - 40,9 mmol/L. Kemudian dokter menyarankan kakek Ahmad agar dirawat dirumah sakit
untuk memperbaiki gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang dialaminya.
Bagaimana Anda menjelaskan apa yang terjadi pada Kakek Ahmad?
Jump 1:

Terminologi

1. Diare : Menurut World Helath Organization (WHO) diare adalah kejadian buang air
besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi tiga kali atau lebih
dalam periode 24 jam.
2. Muntah: kondisi ketika isi lambung keluar secara paksa melalui mulut. Berbeda dari
regurgitasi (keluarnya isi lambung tanpa kontraksi), muntah disertai kontraksi pada
lambung dan otot perut.
3. Sesak Nafas: Dyspnea adalah istilah medis untuk sesak napas. Kondisi ini terjadi akibat
tidak terpenuhinya pasokan oksigen ke paru-paru yang menyebabkan pernapasan menjadi
cepat, pendek, dan dangkal.
4. Heart Rate: Heart rate (HR) merupakan denyut jantung persatuan waktu yang dihitung
dengan satuan beat per minute (BPM).
5. Respiratory Rate: Respiratory Rate (RR) adalah jumlah siklus pernafasan (inspirasi dan
ekspirasi penuh) yang dihitung dalam waktu 1 menit atau 60 detik. 
6. Analisis Gas Darah: Analisa gas darah (AGD) adalah prosedur pemeriksaan medis yang
bertujuan untuk mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah. AGD juga
dapat digunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau pH darah.
Jump 2 & 3: Rumusan Masalah dan Hipotesa

1. Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada kakek Ahmad?


Jawab: Keseimbangan asam basa merupakan hal yang penting bagi tubuh karena dapat
mempengaruhi fungsi organ vital. Gangguan keseimbangan asam basa yang berat, dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup pasien. Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya
berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Pada pasien terjadi Alkalosis metabolik, karena PH darahnya
>7.45 , pCO2 besar dari 40mmhg, dan HCO3 >24 mEq/L

Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya
kadar bikarbonat. Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai
contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan
atau bila asam lambung mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda
bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium
dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam penggunaan kortikosteroid).
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut dan
kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi
kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang (natrium dan kalium). Pada kasus yang
berat, diberikan amonium klorida secara disedot dengan selang lambung.

Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengendalikan
keseimbangan asam basa darah. Penyebab utama akalosis metabolik:

a. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)

b. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung

c. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat berkepanjangan (tetani).
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan
kalium).

2. Bagaimana gangguan Keseimbangan asam basa dan elektrolit pada skenario dapat
terjadi?
Jawab: Gangguan keseimbangan asam-basa bukanlah penyakit, tetapi proses patofisiologis dari
suatu penyakit, merupakan akibat gangguan homeostasis tubuh. Asam diproduksi oleh tubuh
dalam bentuk asam volatile dan nonvolatile. Untuk menjaga keseimbangan asam-basa tubuh
mempunyai tiga sistem pengatur yaitu sitem dapar, paru-paru, dan ginjal. Sistem dapar
menetralisir kelebihan asam dengan segera, paru-paru mengeluarkan kelebihan asam dalam
bentuk karbondioksida, dan ginjal mengatur dengan sekresi Cl- untuk mengatur SID dan atau
pengaturan bikarbonat. Gangguan yang disebabkan oleh asam volatile disebut respiratorik, asam
nonvolatile disebut metabolik.

Menurut Stewart, PaCO2, SID, dan asam lemah (ATOT) merupakan faktor determinan terhadap

perubahan kadar ion H+ (pH) cairan tubuh.Penilaian klinis gangguan asam-basa dinilai dengan
menilai pH, PaCO2, HCO3-, base excess, standardized base excess, anion gap, strong ion
difference, dan base excess gap. Gangguan keseimbangan asam-basa secara mudah dapat
dianalisis dengan cara Grogono, khusus asidosis metabolik dibantu dengan pemeriksaan anion
gap dan analisis Stewart-Fencl.

Pengobatan gangguan keseimbangan asam basa ditujukan pada pengobatan penyakit primer,
pemberian natrium bikarbonat terutama pada asidosis metabolik berat karena anion nonorganik
(nonorganik acids) dan natrium bikarbonat diberikan setelah ventilasi baik (terkendali), secara
perlahan dengan kecepatan 1 mEq/menit.

3. Bagaimana Keseimbangan asam basa dapat dipertahankan?


Jawab: Dalam keadaan normal tubuh manusia memproduksi asam dari hasil metabolisme sel
(protein, karbohidrat, lemak) dalam bentuk asam volatile (asam karbonat) dan nonvolatile
(metabolic acids, laktat, keton, sulfat, fosfat, dll). Untuk mempertahankan keseimbangan asam-
basa (homeostasis), kelebihan asam karbonat akan dikeluarkan melalui paru-paru dalam bentuk
karbondioksida, dan kelebihan asam nonvolatile akan dinetralisasikan oleh sistem dapar (buffer).

Fungsi sel manusia akan berlangsung dengan baik di lingkungan pH normal (pH 7,35 – 7,45)
atau kadar ion hidrogen (H+) sekitar 40 nmol/L, suatu kadar yang sangat kecil sekali. Oleh
karena itu tubuh mengaturnya dengan sangat ketat melalui proses yang sangat kompleks.

Untuk mempertahankan pH (ion hidrogen), tubuh mempunyai tiga sistem utama pengatur
keseimbangan asam-basa, yaitu sistem dapar (buffer), paru, dan ginjal (difasilitasi oleh hati).
Sistem dapar hanya untuk meminimalisir perubahan pH, sedangkan paru dan ginjal yang
mempunyai peran penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa. Pengaturan
keseimbangan asam basa oleh paru dilakukan dengat sangat cepat (menit) melalui pengaturan
PaCO2, dan ginjal bekerja lebih lambat (jam) untuk mengatur kelebihan asam/basa melalui
sekresi/reabsorbsi klor dalam bentuk amonium klorida dengan bantuan ion NH4+ yang
difasilitasi oleh hati melalui sekresi/produksi glutamine (Stewart approach) dan atau
sekresi/reabsorbsi bikarbonat (traditional approach). Bila mekanisme homeostasis ini tidak
bekerja dengan sempurna maka akan terjadi gangguan keseimbangan asam-basa.
4. Berapakah kadar natrium, kalium, dan klorida normal?
Jawab:

 Natrium
Natrium dibutuhkan tubuh untuk menjaga keseimbangan elektrolit, mengendalikan cairan
dalam tubuh, dan mengatur kontraksi otot serta fungsi saraf. Normalnya, kadar natrium di
dalam darah berkisar antara 135–145 milimol/liter (mmol/L).

 Kalium

Kalium berfungsi untuk mengatur irama dan pompa jantung, menjaga tekanan darah tetap
stabil, mendukung aktivitas listrik saraf, mengatur kontraksi otot dan metabolisme sel,
serta menjaga kesehatan tulang dan keseimbangan elektrolit.

Dalam darah, jumlah kalium normal berada di kisaran 3,5–5 milimol/liter (mmol/L).
Kekurangan kalium (hipokalemia) dapat disebabkan oleh diare, dehidrasi, dan efek
samping obat diuretik.

 Klorida

Klorida dalam tubuh berfungsi untuk menjaga pH atau tingkat keasaman darah, jumlah
cairan tubuh, dan aktivitas saluran pencernaan. Normalnya, kadar klorida dalam tubuh
adalah 96–106 mmol/L.

5. Apa yg menyebabkan gangguan keseimbangan asam basa yang dialami kakek


Ahmad?
Jawab: Berikut ini beberapa penyebab terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa:

 Asidosis metabolik, yang dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan penyebabnya.


Pertama, asidosis diabetik atau ketoasidosis diabetik, yang umumnya ditemukan pada
penderita diabetes tipe-1, dengan akumulasi badan keton. Kedua, asidosis hiperkloremik,
yang terjadi ketika tubuh membuang natrium bikarbonat lebih banyak melalui ginjal atau
saluran pencernaan seperti pada kasus diare berat. Ketiga laktat, yang terjadi akibat
penumpukan asam laktat berlebih karena aktivitas fisik berkepanjangan, konsumsi
alkohol, penggunaan obat-obatan seperti salisilat, kejang, gagal hati, penyakit ginjal,
kanker, dehidrasi, dan beberapa penyebab lainnya.
 Asidosis respiratorik, yang disebabkan oleh kondisi hiperkapnia atau peningkatan
tekanan PCO2 karena hipoventilasi, atau pernapasan dengan frekuensi lambat.
Hipoventilasi ini dapat disebabkan oleh beberapa penyebab seperti deformitas dada,
cedera pada dada, gangguan paru dan jalan pernapasan kronik, penggunaan obat-obatan
sedatif, serta obesitas.
 Alkalosis metabolik, yang disebabkan oleh retensi HCO3- berlebihan atau pembuangan
asam berlebih. Contohnya pada kasus muntah kronis yang dapat menyebabkan hilangnya
klorida, atau menggunakan obat-obatan diuretik yang mengakibatkan hilangnya kalium.
 Alkalosis respiratorik disebabkan oleh kondisi hipokapnia akibat proses hiperventilasi,
atau pernapasan dengan frekuensi cepat. Kondisi ini dapat dipicu oleh beberapa faktor
seperti, kekurangan oksigen, berada di ketinggian, demam, penyakit paru-paru, penyakit
hati, dan keracunan salisilat.
6. Berapakah hasil normal Pemeriksaan analisa gas darah?
Jawab: Analisa gas darah dilakukan untuk mengukur kadar asam basa (pH) untuk mengetahui
bila darah terlalu asam (asidosis) atau basa (alkalosis), serta untuk mengetahui apakah tekanan
oksigen dalam darah terlalu rendah (hipoksia), atau karbon dioksida terlalu tinggi (hiperkarbia).
Kondisi tersebut dapat berkaitan dengan sistem metabolisme tubuh atau sistem pernapasan. Hasil
analisa gas darah dikatakan normal jika:

 pH darah arteri: 7,38-7,42.


 Tingkat penyerapan oksigen (SaO2): 94-100%.
 Tekanan parsial oksigen (PaO2): 75-100 mmHg.
 Tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2): 38-42 mmHg.
 Bikarbonat (HCO3): 22-28 mEq/L.

7. Bagaimana langkah mencegah gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit?


Jawab:

Beberapa tindakan dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan keseimbangan asam-
basa, seperti:
 Menjaga berat badan supaya tidak obesitas
 Menggunakan obat-obatan sedatif berdasarkan aturan atau instruksi dokter. Hindari
menggabungkan penggunaan obat-obatan sedatif dengan alkohol.
 Menghentikan kebiasaan merokok, jika merokok
 Menjaga kadar gula darah dalam batas normal dan mengontrol penyakit diabetes.

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi diare dan muntah?


Jawab:

Faktor diare: Pertama, Infeksi eksternal (infeksi saluran pencernaan makanan), contoh Infeksi
bakteri : vibrio, E coli, rotavirus, Infeksi virus : intervirus, adenovirus, rotavirus, Infeksi parasit :
cacing, protozoa, jamur. Kedua, Faktor Malabsorbsi karbohidrat, lemak, protein. Ketiga, Faktor
Makanan beracun, basi, Alergi terhadap makanan. Keempat, Faktor psikologis seperti rasa takut
dan cemas .

Bila pada diare pengeluaran cairan melebihi pemasukan maka akan terjadi defisit cairan tubuh,
yang disebut juga dengan dehidrasi. Berdasarkan derajatnya maka dehidrasi dapat di bagi
menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Pada dehidrasi berat terjadi defisit cairan sama
dengan atau lebih dari 10% berat badan.Diare akut dengan dehidrasi berat ini dapat
menimbulkan dampak negatif pada bayi dan anak–anak antara lain renjatan hipovolemik,
gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa dan terhambatnya proses tumbuh
kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak di masa depan.

9. Bagaimana mekanisme keseimbangan asam basa dan elektrolit?


Jawab: 3 sistem yg mempertahankan keseimbangan asam-basa

1. Sistem Buffer

Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera bergabung
dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan.
Sistem buffer ini menetralisir kelebihan ion hidrogen, bersifat temporer dan tidak melakukan
eliminasi. Fungsi utama sistem buffer adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh
pengaruh asam fixed dan asam organic pada cairan ekstraseluler. Sebagai buffer, sistem ini
memiliki keterbatasan yaitu:
a. Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan karena
peningkatan CO2.

b. Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali sistem pernafasan
bekerja normal

c. Kemampuan menyelenggarakan sistem buffer tergantung pada tersedianya ion bikarbonat.

Ada 4 sistem buffer:

a. Buffer bikarbonat merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan yang
disebabkan oleh non-bikarbonat

b. Buffer protein merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel

c. Buffer hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat

d. Buffer fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.

Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika dengan
buffer kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan
dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam
darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan
kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi
ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan menambahkan
bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.

Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam menunjang
kinerja sistem buffer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi, dan absorpsi ion hidrogen dan
bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia). Untuk jangka panjang,
kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan untuk jangka pendek,
tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan sistem buffer. Mekanisme buffer tersebut bertujuan
untuk mempertahankan pH darah antara 7,35- 7,45.4

2. Sistem Paru

Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan karena itu juga
mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler.Paru-paru melakukan hal ini
dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap jumlah karbon dioksida dalam darah.
Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan

yang kuat untuk respirasi. Tentu saja, tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2)
juga mempengaruhi respirasi. Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan
oleh PaCO2.

Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat sehingga menyebabkan


eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk mengurangi kelebihan asam). Pada keadaan
alkalosis metabolik, frekuensi pernapasan diturunkan, dan menyebabkan penahanan
karbondioksida (untuk meningkatkan beban asam).

3. Sistem Ginjal

Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan anion asam non
volatile dan mengganti HCO3-. Ginjal mengatur keseimbangan asam basa dengan sekresi dan
reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme pemgaturan oleh ginjal ini berperan
sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan pembentukan ammonia. Ion hidrogen, CO2, dan
NH3 diekskresi ke dalam lumen tubulus dengan bantuan energi yang dihasilkan oleh mekanisme
pompa natrium di basolateral tubulus. Pada proses tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas
kembali ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali.

Tubulus proksimal adalah tempat utama reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.Ion
hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan negative pada konsentrasi
yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion hidrogen mempunyai efek yang
besar pada sistem biologi. Ion hidrogen berinteraksi dengan berbagai molekul biologis sehingga
dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim dan ekstabilitas membrane. Ion hidrogen
sangat penting pada fungsi normal tubuh misalnya sebagai pompa proton mitokondria pada
proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP. Produksi ion hidrogen sangat banyak karena
dihasilkan terus menerus di dalam tubuh. Perolehan dan pengeluaran ion hidrogen sangat
bervariasi tergantung diet, aktivitas dan status kesehatan. Ion hidrogen di dalam tubuh berasal
dari makanan, minuman, dan proses metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk
sebagai hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik atau ketogenesis.

10. Apa saja faktor yang mempengaruhi keseimbangan asam dan basa?
Jawab:

 Faktor Internal
• Pembentukan asam karbonat dalam tubuh (H₂CO3)

• Asam organik oleh metabolisme perantara, ex: asam lemak dari metabolisme asam lemak yang
akan terdisosiasi parsial dan

menghasilkan H bebas.

• Produksi asam hasil fermentasi anaerob karena olahraga dalam bentuk asam laktat

• Ekskresi asam yang berlebihan ke luar tubuh seperti dalam peristiwa muntah

• Peningkatan asam dalam tubuh karena ada pengeluaran basa berlebihan dari tubuh seperti pada
diare berat. Penyakit tertenru seperti diabetes melitus

 Faktor Eksternal
Makanan-makanan yang jika diuraikan akan mengahasilkan hasil berupa asam, Pemakaian obat-
obat alkali yang berlebihan, Penekanan pusat pernapasan oleh obat atau penyakit, Gangguan
saaraf atau otot yang mengurangi kemampuan otot pernapasan, Asam anorganik yang terbentuk
karena penguraian nutrien.
Jump 4: Skema

JUMP 5 : LEARNING OBJECTIVE

1. Mekanisme Pengaturan Asam Basa dan Elektrolit Tubuh

2. Mekanisme dan Faktor Keseimbangan Asam Basa

3. Mekanisme dan Faktor Keseimbangan Elektrolit

4. Gangguan pada Keseimbangan Asam Basa

5. Gangguan pada Keseimbangan Elektrolit

JUMP 6 : SEARCH INFORMATION

JUMP 7 : SHARING INFORMATION


LO 1 MEKANISME PENGATURAN ASAM BASA DAN ELEKTROLIT TUBUH

Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan ion-ion lain
dalam tubuh. Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis. Harus ada keseimbangan antara
asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Dan seperti pada
ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam pengaturan-pengaturan ion hidrogen. Akan
tetapi, pengaturan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih
banyak daripada eliminasi sederhana ion-ion hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga banyak
mekanisme penyangga asam basa yang melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk
mempertahankan konsentrasi ion hidrogen normal dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler.

Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur konsentrasi ion hidrogen,
dengan penekanan khusus pada kontrol sekresi ion hidrogen ginjal dan reabsorpsi, produksi, dan
ekskresi ion – ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu komponen kunci sistem kontrol asam
basa dalam berbagai cairan tubuh.

Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta perubahan yang terjadi pada asidosis
dan alkalosis. Konsentrasi ion hidrogen darah secara normal dipertahankan dalam batas ketat
suatu nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter ( 40 nEq/liter ). Variasi normal hanya sekitar 3
sampai 5 mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang ekstrim, konsentrasi ion hidrogen yang bervariasi
dari serendah 10 nEq/liter sampai setinggi 160 nEq/liter tanpa menyebabkan kematian.

Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan dalam jumlah yang kecil ini tidak
praktis, biasanya konsentrasi ion hidrogen disebutkan dalam skala logaritma, dengan
menggunakan satuan pH. pH berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen.

pH normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan interstetial sekitar 7,35
akibat jumlah ekstra karbondioksida (CO2) yang dibebaskan dari jaringan untuk membentuk
H2CO3. Karena pH normal darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat pH
turun dibawah nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas 7,4. Batas rendah pH
dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah
sekitar 8,0.

pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena metabolisme sel
menghasilkan asam, terutama H2CO3. Bergantung pada jenis sel, pH cairan intraseluler
diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan dan aliran darah yang buruk ke
jaringan dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat menurunkan pH intraseluler.

pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status asam basa cairan ekstraseluler.
Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang bersifat asam adalah HCl yang diekskresikan
kedalam lambung oleh oksintik ( sel-sel parietal ) dari mukosa lambung.
LO 2 MEKANISME DAN FAKTOR KESEIMBANGAN ASAM BASA

Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari 3 sistem :

1. Sistem Buffer
Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera bergabung
dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan.

Sistem buffer ini menetralisir kelebihan ion hidrogen, bersifat temporer dan tidak melakukan
eliminasi. Fungsi utama sistem buffer adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh
pengaruh asam fixed dan asam organic pada cairan ekstraseluler. Sebagai buffer, sistem ini
memiliki keterbatasan yaitu:

a. Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan karena


peningkatan CO2.

b. Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali sistem pernafasan
bekerja normal

c. Kemampuan menyelenggarakan sistem buffer tergantung pada tersedianya ion bikarbonat.

Ada 4 sistem buffer :

a. Buffer bikarbonat merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan yang
disebabkan oleh non-bikarbonat

b. Buffer protein merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel

c. Buffer hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat

d. Buffer fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.

Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika


dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan
dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam
darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan
kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi
ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan menambahkan
bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.

Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam
menunjang kinerja sistem buffer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi, dan absorpsi ion
hidrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia). Untuk jangka
panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan untuk jangka
pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan sistem buffer. Mekanisme buffer tersebut
bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara 7,35- 7,45.

2. Sistem Paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan karena itu juga
mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler. Paru-paru melakukan hal ini
dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap jumlah karbon dioksida dalam darah.
Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan
yang kuat untuk respirasi.Tentu saja, tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2)
juga mempengaruhi respirasi. Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan
oleh PaCO2.

Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat sehingga menyebabkan


eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk mengurangi kelebihan asam). Pada keadaan
alkalosis metabolik, frekuensi pernapasan 7 diturunkan, dan menyebabkan penahanan
karbondioksida (untuk meningkatkan beban asam).

3. Sistem Ginjal
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan anion asam non
volatile dan mengganti HCO3 - . Ginjal mengatur keseimbangan asam basa dengan sekresi dan
reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme pemgaturan oleh ginjal ini berperan
3 sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan pembentukan ammonia. Ion hidrogen, CO2, dan
NH3 diekskresi ke dalam lumen tubulus dengan bantuan energi yang dihasilkan oleh mekanisme
pompa natrium di basolateral tubulus. Pada proses tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas
kembali ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus proksimal adalah tempat utama
reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan negative pada
konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion hidrogen mempunyai
efek yang besar pada sistem biologi. Ion hidrogen berinteraksi dengan berbagai molekul biologis
sehingga dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim dan ekstabilitas membrane. Ion
hidrogen sangat penting pada fungsi normal tubuh misalnya sebagai pompa proton mitokondria
pada proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP.

Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus menerus di dalam tubuh. Perolehan
dan pengeluaran ion hidrogen sangat bervariasi tergantung diet, aktivitas dan status kesehatan.
Ion hidrogen di dalam tubuh berasal dari makanan, minuman, dan proses metabolism tubuh. Di
dalam tubuh ion hidrogen terbentuk sebagai hasil metabolism karbohidrat, protein dan lemak,
glikolisis anaerobik atau ketogenesis.
LO 3 MEKANISME DAN FAKTOR KESEIMBANGAN ELEKTROLIT

Pergerakan zat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang tidak
membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif yang membutuhkan energi
ATP yaitu pompa Na-K. Osmosis adalah bergeraknya molekulmelalui membran
semipermeabeldari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga
kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan
osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen sama. Tekanan osmotik plasma darah ialah 270-290
mOsm/L4 .

Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak dari konsentrasi
tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi
dan tekanan hidrostatik.Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa
ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar
ke dalam.

Berikut merupakan beberapa mekanisme pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit antar
kompartemen.

4. Keseimbangan Donnan
Keseimbangan Donnan merupakan keseimbangan antara cairan intraseluler dengan cairan
ekstraseluler yang timbul akibat adanya peran dari sel membran. Protein yang merupakan suatu
molekul besar bermuatan negatif, bukan hanya ukuran molekulnya yang besar namun merupakan
suatu partikel aktif yang berperan mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini tidak dapat
berpindah, tetapi akan mempengaruhi ion untuk mempertahankan netralitas elektron
(keseimbangan muatan positif dan negatif) sebanding dengan keseimbangan tekanan osmotik di
kedua sisi membran. Pergerakan muatan pada ion akan menyebabkan perbedaan konsentrasi ion
yang secara langsung mempengaruhi pergerakan cairan melalui membran ke dalam dan keluar
dari sel tersebut.

5. Osmolalitas dan Osmolaritas


Osmolalitas digunakan untuk menampilkan konsentrasi larutan osmotik berdasarkan jumlah
partikel, sehubungan dengan berat pelarut. Lebih khusus, itu adalah jumlah osmol disetiap
kilogram pelarut. Sedangkan osmolaritas merupakan metode yang digunakan untuk
menggambarkan konsentrasi larutan osmotik. Hal ini didefinisikan sebagai jumlah osmol zat
terlarut dalam satu liter larutan. Osmolaritas adalah properti koligatif, yang berarti bahwa
tergantung pada jumlah partikel terlarut dalam larutan. Selain itu osmolaritas juga tergantung
pada perubahan suhu.

6. Tekanan Koloid Osmotik


Tekanan koloid osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan oleh molekul koloid yang tidak
dapat berdifusi, misalnya protein, yang bersifat menarik air ke dalam kapiler dan melawan
tekanan filtrasi. Koloid merupakan molekul protein dengan berat molekul lebih dari 20.000-
30.000. Walaupun hanya merupakan 0,5% dari osmolalitas plasma total, namun mempunyai arti
yang sangat penting. Karena, hal ini menyebabkan permeabilitas kapiler terhadap koloid sangat
kecil sehingga mempunyai efek penahan air dalam komponen plasma, serta mempertahankan air
antar kompartemen cairan di tubuh. Bila terjadi penurunan tekanan koloid osmotik, akan
menyebabkan timbulnya edema paru.

7. Kekuatan Starling (Starling’s Forces)


Tekanan koloid osmotik plasma kira-kira 25 mmHg sedang tekanan darah 36 mmHg pada ujung
arteri dari kapiler darah dan 15 mmHg pada ujung vena. Keadaan ini menyebabkan terjadinya
difusi air dan ion-ion yang dapat berdifusi keluar dari kapiler masuk ke cairan interstisiil pada
akhir arteri dan reabsorsi berkisar 90% dari cairan ini pada akhir arteri dan reabsosrsi berkisar
90% dari cairan ini pada ujung venous.
LO 4 GANGGUAN PADA KESEIMBANGAN ASAM BASA

Gangguan keseimbangan asam basa adalah kondisi ketika kadar asam dan basa dalam darah
tidak seimbang. Kondisi ini dapat mengganggu kerja berbagai organ.

Kadar asam basa (pH) dalam darah diukur dengan skala pH, dari 1-14. Kadar pH darah normal
berkisar antara 7,35 sampai 7,45. Darah seseorang dinilai terlalu asam bila pH kurang dari 7,35.
Kondisi tersebut dinamakan asidosis. Sedangkan darah dengan nilai pH lebih besar dari 7,45,
dikategorikan terlalu basa, atau disebut dengan alkalosis.

Jenis gangguan keseimbangan asam basa

Keseimbangan asam basa dipengaruhi oleh fungsi paru-paru. Manusia bernapas menghirup
oksigen dan membuangnya dalam bentuk karbondioksida (CO2). CO2 adalah zat yang bersifat
asam, sehingga jumlah CO2 yang keluar akan memengaruhi keseimbangan pH darah, sehingga
dapat menimbulkan asidosis atau alkalosis. Asidosis dan alkalosis yang disebabkan oleh
gangguan pada paru-paru atau pernapasan disebut dengan asidosis respiratorik dan alkalosis
respiratorik.

Asidosis dan alkalosis juga dapat terjadi ketika produksi asam basa dalam tubuh tidak seimbang
atau bisa juga terjadi akibat ginjal tidak bisa membuang kelebihan asam atau basa dari dalam
tubuh. Asidosis dan alkalosis yang terjadi akibat dua kondisi di atas disebut asidosis metabolik
dan alkalosis metabolic.

Asidosis respiratorik

Asidosis respiratorik disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kondisi lain yang memengaruhi
fungsi paru-paru dalam membuang karbondioksida (CO2). Dengan kata lain, asidosis
respiratorik terjadi ketika tubuh hanya dapat membuang sedikit CO2. Sejumlah kondisi yang
dapat memicu asidosis respiratorik kronis, antara lain:

 Asma.
 Penyakit paru obstruktif kronis.
 Edema paru.
 Gangguan pada sistem saraf dan otot, misalnya multiple sclerosis dan distrofi otot.
 Kondisi lain yang membuat sesorang terganggu dalam bernapas, misalnya obesitas atau
skoliosis.

Sedangkan asidosis respiratorik akut umumnya disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti:

 Henti jantung.
 Penyakit paru-paru, misalnya asma, pneumonia, dan emfisema.
 Kelemahan otot pernapasan.
 Terdapat sumbatan pada saluran pernapasan.
 Overdosis obat penenang.

Asidosis metabolik

Asidosis metabolik terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu banyak asam, atau saat ginjal hanya
mampu membuang sedikit asam melalui urine. Asidosis metabolik terbagi dalam beberapa jenis,
yaitu:

 Asidosis diabetik. Asidosis diabetik atau ketoasidosis diabetik terjadi ketika tubuh


kekurangan insulin, sehingga lemak yang dipecah bukan karbohidrat. Pemecahan lemak
ini mengakibatkan keton darah yang bersifat asam meningkat. Kondisi ini lazim lebih
sering terjadi pada pasien diabetes tipe 1 yang tidak terkontrol.
 Asidosis hiperkloremik. Asidosis hiperkloremik disebabkan oleh kurangnya kadar
natrium bikarbonat dalam tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh diare
 Asidosis laktat. Kondisi ini terjadi ketika tubuh kelebihan asam laktat. Asidosis laktat
dapat disebabkan oleh konsumsi alkohol (ketoasidosis alkoholik), kanker, gagal jantung,
kejang, gagal hati, kadar gula darah rendah, serta kekurangan oksigen dan olahraga yang
berlebihan.

Selain beberapa kondisi di atas, asidosis metabolik juga dapat disebabkan oleh penyakit ginjal,
dehidrasi berat, dan keracunan aspirin.
Alkalosis respiratorik

Alkalosis respiratorik umumnya disebabkan oleh hiperventilasi, yaitu suatu kondisi ketika
seseorang bernapas terlalu cepat atau terlalu dalam. Hiperventilasi tersebut bisa disebabkan oleh
perasaan panik dan cemas. Kondisi lain yang dapat memicu alkalosis respiratorik adalah:

 Demam tinggi
 Berada di dataran tinggi
 Penyakit paru
 Penyakit liver
 Kekurangan oksigen
 Keracunan salisilat

Alkalosis metabolik

Alkalosis metabolik terjadi bila tubuh seseorang kekurangan asam atau kelebihan basa. Beberapa
hal yang dapat memicu kondisi tersebut adalah:

 Muntah berkepanjangan, sehingga menyebabkan tubuh kekurangan elektrolit.


 Penggunaan obat diuretik yang berlebihan.
 Penyakit kelenjar adrenal.
 Penggunaan obat pencahar dan obat maag (antasida).
LO 5 GANGGUAN PADA KESEIMBANGAN ELEKTROLIT

Gangguan elektrolit adalah kondisi ketika kadar elektrolit di dalam tubuh tidak seimbang, bisa terlalu
tinggi atau terlalu rendah. Ketidakseimbangan kadar elektrolit ini dapat menimbulkan berbagai
gejala, mulai dari mual, diare, hingga kram otot.

Di dalam tubuh manusia, terdapat beberapa jenis elektrolit, yaitu natrium, kalium, kalsium,
magnesium, fosfat, dan fosfor. Elektrolit-elektrolit tersebut bisa didapatkan dari makanan,
minuman, serta suplemen.

Berikut ini adalah berbagai jenis elektrolit serta faktor-faktor yang dapat menyebabkan kadarnya
di dalam tubuh terganggu:

1. Fosfat

Fosfat berfungsi untuk menguatkan tulang dan gigi, menghasilkan energi, serta membentuk
lapisan sel. Jika kadar fosfat di dalam tubuh berlebihan (hiperfosfatemia), maka bisa
menimbulkan masalah pada otot dan tulang, serta meningkatkan risiko terkena serangan
jantung dan stroke.

Hiperfosfatemia dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu:

 Mengonsumsi obat pencahar (laksatif) yang mengandung fosfat secara berlebihan


 Mengalami komplikasi akibat pengobatan kanker (sindrom tumor lisis)
 Memiliki kelenjar paratiroid yang kurang aktif
 Memiliki kadar kalsium yang rendah
 Menderita gagal ginjal kronis
 Mengalami sesak napas
 Mengalami cedera otot

Sedangkan, kekurangan fosfat atau hipofosfatemia dapat terjadi karena beberapa faktor berikut
ini:

 Menderita malnutrisi berat akibat anoreksia atau kelaparan


 Mengonsumsi alkohol berlebihan
 Mengalami luka bakar yang parah
 Mengalami komplikasi diabetes (ketoasidosis diabetik)
 Menderita sindrom Fanconi, yaitu gangguan pada ginjal yang menyebabkan penyerapan
dan pelepasan zat-zat tertentu di dalam tubuh menjadi tidak normal
 Menderita kekurangan vitamin D
 Memiliki kelenjar paratiroid yang terlalu aktif
 Menderita diare kronis

Hipofosfatemia juga dapat terjadi karena konsumsi obat tertentu, seperti zat besi, niacin (vitamin
B3), obat maag jenis antasida, diuretik, kortikosteroid, bisfosfonat, acyclovir, paracetamol, atau
obat asma.

2. Klorida

Klorida adalah jenis elektrolit yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan pH dalam darah dan
meneruskan impuls saraf. Kadar klorida diatur oleh ginjal, sehingga jika terdapat
ketidakseimbangan klorida, hal tersebut mungkin terjadi karena adanya kerusakan pada ginjal.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan kelebihan klorida (hiperkloremia) di
dalam tubuh:

 Mengalami gangguan pH darah (asidosis metabolik atau alkalosis respiratorik)


 Mengonsumsi acetazolamide dalam jangka panjang

Sedangkan, kekurangan klorida (hipokloremia) dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti:

 Menderita diare atau muntah berkepanjangan


 Menderita penyakit paru-paru kronis, seperti emfisema
 Menderita gagal jantung
 Mengalami gangguan pH darah (alkalosis metabolik)
 Mengonsumsi obat pencahar, diuretik, atau kortikosteroid

3. Sodium/Natrium
Natrium berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh serta mengatur fungsi saraf
dan kontraksi otot. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami kelebihan natrium (hipernatremia):

 Menderita dehidrasi berat
 Mengalami hilangnya cairan tubuh karena demam
 Menderita diare
 Mengalami muntah-muntah
 Menderita penyakit pernapasan kronis, seperti bronkitis
 Mengonsumsi obat kortikosteroid
 Terlalu banyak berkeringat karena olahraga berlebih

Sementara itu, seseorang dapat mengalami kekurangan sodium/natrium (hiponatremia) akibat


beberapa faktor berikut ini:

 Menderita malnutrisi
 Mengalami gangguan kelenjar tiroid, adrenal, atau hipotalamus
 Menderita gagal ginjal
 Menderita gagal jantung
 Mengalami kecanduan alkohol
 Mengonsumsi obat diuretik atau antikonvulsan

4. Kalsium

Kalsium adalah mineral yang penting untuk fungsi organ, saraf, otot, dan sel tubuh. Kalsium juga
berguna untuk pembekuan darah dan kesehatan tulang. Namun demikian, kelebihan kadar
kalsium dalam darah (hiperkalsemia) bisa menimbulkan berbagai gejala, di antaranya sakit
kepala, tubuh lemas, mual, muntah, dan nyeri tulang.

Seseorang berisiko mengalami hiperkalsemia jika memiliki kondisi di bawah ini:

 Menderita penyakit ginjal


 Menderita gangguan tiroid, misalnya hiperparatiroidisme
 Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti lithium, teofilin, atau diuretik
 Menderita penyakit paru-paru, seperti tuberkulosis (TBC) atau sarkoidosis
 Menderita jenis kanker tertentu, seperti kanker paru-paru dan kanker payudara
 Mengonsumsi antasida atau suplemen vitamin D secara berlebihan

Kekurangan kadar kalsium dalam darah (hipokalsemia) juga tidak baik bagi kesehatan, karena
dapat meningkatkan risiko terserang osteoporosis. Kondisi ini dapat terjadi karena beberapa
faktor, yaitu:

 Menderita pankreatitis
 Menderita gagal ginjal
 Menderita kanker prostat
 Mangalami kekurangan vitamin D
 Mengonsumsi obat heparin atau antikonvulsan

5. Kalium/Potasium

Kalium berperan penting dalam mengatur fungsi jantung, serta menjaga fungsi saraf dan otot.
Kadar kalium di dalam tubuh dapat melebihi normalnya (hiperkalemia) jika seseorang memiliki
faktor seperti di bawah ini:

 Menderita gagal ginjal


 Menderita dehidrasi berat
 Mengonsumsi obat diuretik atau obat penurun tekanan darah
 Menderita komplikasi diabetes, seperti ketoasidosis diabetik

Sedangkan, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kekurangan
kadar kalium (hipokalemia) adalah:

 Menderita gangguan makan


 Mengalami dehidrasi
 Menderita muntah dan diare
 Mengonsumsi obat pencahar, diuretik, atau insulin

Anda mungkin juga menyukai