PELATIHAN DIALISIS
ANGKATAN 36
Di susun oleh :
Peserta Angkatan 36
Pelatihan dialisis
01 desember 2021 – 12 april 2022
RS. Khusus Ginjal NY. R. A. Habibie
2-1245 @36 1
MENGENAL SISTEM PERKEMIHAN
SISTEM PERKEMIHAN/URINARIA
Sistem penting untuk membuang sisa-sisa metabolisme makanan yang dihasilkan
oleh tubuh terutama senyawa Nitrogen (Urea dan Kreatinin), Elektolit dan Air dalam
Bentuk Urine.
2-1245 @36 2
ORGAN GINJAL
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh yang berperan dalam Sistem Urinaria.
Secara umum, ukuran ginjal hampir sama dengan kepalan tangan dan terhubung dengan
ureter.
Didalam tubuh manusia terdapat dua buah ginjal (kiri dan kanan) yang
bentuknya menyerupai kacang (bean). Letaknya pun ada di sepanjang dinding otot bagian
belakang atau otot posterior rongga perut (Retroperitoneal). Dimana letak ginjal kiri lebih
tinggi dari pada ginjal kanan (karena tertekan oleh hepar) dan memiliki berat masing-
masing ginjal ± 150 gr dengan panjang ± 10 – 12 cm, lebar ± 5 - 7cm dan tebal ± 2,3 – 3
cm. Ginjal memiliki 400rb – 1,2 juta Nefron. Ginjal menerima 20 – 25% CO (Cardiac
Output) dari Arteri Renalis yang berasal dari Aorta Abdominalis.
TOPOGRAFI GINJAL :
1. Anterior (Depan)
Ginjal kanan : Liver, duodenum, colon
Ginjal kiri : Lambung, pankreas, limpa, yeyenum, colon descendens
2. Posterior (Belakang)
Diafragma, m. quadrus lumborum, psoas, rusuk 12 & 3 syaraf (subcostal, iliohypogastric,
ilioinguinal)
3. Medial (Tengah)
Hilum ( tempat arteri & vena renalis, syaraf, saluran limfe serta pelvis ginjal)
4. Superior (Atas)
Kelenjar adrenal
MORFOLOGI GINJAL :
a. Korteks Ginjal (Lapisan Luar Ginjal)
Capsula Bowmann
Tubulus contortus proximal
Tubulus contortus distal
b. Medula Ginjal (Lapisan Dalam Ginjal)
Loop of Henle (pars ascenden et descenden)
Ductus colligentes
Ductus Bellini (ductus papillaris)
c. Pelvis Ginjal (Yang Terdapat Diginjal)
Bagian yang melebar dari proximal ureter (permulaan ureter)
18 - 20 ductus papillaris ren → 1 papilla renalis
1 - 3 papilla renalis → 1 calyx minor
2 - 6 calyx minor → 1 calyx major
2-1245 @36 3
2 - 3 calyx major → pelvis renalis
NEFRON
Adalah unit fungsional ginjal yang terkecil dan terletak pada bagian korteks ginjal yang
terdiri dari :
1. Korpus (Bowman’s capsule & glomerulus) → memproduksi filtrat (penyaringan)
dalam lumen nefron.
2. Tubulus (Proximal, Loop Of Henle, Distal, Collecting Duct) → berfungsi re-absopsi
dan sekresi dari filtrat (penyaringan)
Dua tipe nefron, tergantung dari panjangnya Loop Of Henle (terletak pada bagian medula
ginjal) :
1. Cortical Nephrons (85%) → ada dibagian luar cortex, dengan loop of Henle yang pendek
2. Juxtamedullary Nephrons (15%) → ada di 1/3 bagian dalam dari cortex dengan loops
of Henle yang memanjang sampai ke medulla
FUNGSI GINJAL :
1. Eksresi
a. Menyaring Darah Dan Membuang Sisa Metabolisme Didalam Tubuh
Melalui Urine.
Pada ginjal yang sehat memiliki 400rb – 1,2 juta Nefron. Nefron sendiri
merupakan bagian anatomi ginjal yang mempunyai peran dalam Penyaringan
Darah, Mengatur Metabolisme, Mengeluarkan Zat-Zat Hasil Metabolisme
Yang Tidak Dibutuhkan Oleh Tubuh.
Nefron memiliki filter yang bernama Glomerulus dan Tubulus untuk
mengambil nutrisi dan air dalam darah serta membuang zat zat sisa metabolisme dan
air melalui urine.
Zat sisa metabolisme protein adalah Urea, Asam Urat, Kreatinin dan Amoniak.
Sisa zat metabolisme lain adalah Elektrolit, Glukosa, dll.
2-1245 @36 4
Nilai normal elektrolit dalam tubuh :
1. Na+/Natrium : 135 – 145 milimol/liter (mmol/L)
2. K+/Kalium : 3,5 – 5,5 milimol/liter (mmol/L)
3. Cl-/Clorida : 96 – 106 mmol/L
4. Ca+/Kalsium : 2,2 – 2,6 mmol/L
5. Mg+/Magnesium : 1,4 – 2,6 mg/dL
6. PO4 3-/Fosfat : 2,5 – 4,5 mg/dL
7. HCO3 -/Bikarbonat : 22 – 26 mmol/L
1) Asidosis Metabolic
Kondisi ini terjadi ketika produksi asam ditubuh terlalu berlebihan atau saat
ginjal tidak mampu mengeluarkan asam dari dalam tubuh. Ada beberapa jenis
asidosis yang termasuk asidosis metabolik, yaitu :
Asidosis Diabetic
Asidosis diabetik atau ketoasidosis diabetik disebabkan oleh produksi badan
keton (asam) yang berlebihan. Kondisi ini terjadi saat diabetes tidak terkontrol.
Asidosis Laktat
Asidosis laktat atau Lactate Acidosis disebabkan oleh produksi asam laktat
yang berlebihan. Kondisi ini terjadi saat tubuh melakukan metabolisme anaerob
(kadar oksigen rendah). Asidosis laktat dapat disebabkan oleh kanker, konsumsi
alkohol yang berlebihan, gagal hati, gagal jantung, hipoglikemia dalam jangka
waktu lama, sepsis, dan kelainan genetik, seperti MELAS.
Asidosis Hiperkloremik
Peningkatan kadar asam dalam tubuh pada kondisi ini disebabkan oleh
kehilangan natrium bikarbonat (basa) yang berlebihan dalam waktu yang lama.
Kondisi ini biasanya terjadi karena diare atau muntah-muntah yang
berkepanjangan.
2-1245 @36 5
Gejala Asidosis Metabolik Dapat Berupa :
Napas pendek dan cepat
Sakit kepala
Linglung
Mual dan muntah
Lelah atau mengantuk
Nafsu makan menurun
Denyut jantung meningkat
Sakit kuning
Bau nafas tercium seperti aroma buah
2) Asidosis Respiratorik
Asidosis respiratorik juga akan meningkatkan kadar asam di dalam
tubuh, namun dengan mekanisme yang berbeda. Kondisi ini disebabkan oleh
gangguan pada sistem pernapasan yang meningkatkan kadar karbon dioksida di
dalam darah.
2-1245 @36 6
Asidosis Bisa dilihat dari pemeriksaan laboratorium Hasil Analisis Gas Darah
(AGD) dikatakan Normal jika :
pH darah : 7,35 – 7,45
Tingkat penyerapan oksigen (SaO2) : 94 – 100%
Tekanan parsial oksigen (PaO2) : 75 – 100 mmHg
Tekanan parsial karbon dioksida (PaCO 2) : 38 – 42 mmHg
Bikarbonat (HCO3-) : 22 – 26 mEq/L
Penyakit paru,
Asidosis termasuk pneumonia atau
< 7,25 Tinggi Tinggi
Respiratorik penyakit paru obstruktif
kronis (COPD)
2-1245 @36 7
hormon ini, produksi sel darah merah akan bertambah. Setelah kadar oksigen dan sel
darah merah kembali normal, ginjal akan berhenti menghasilkan Hormon
Eritropoietin.
e. Penghasil Prostaglandin
Prostaglandin adalah zat struktur kimia yang menyerupai hormon. Biasanya
diproduksi saat siklus menstuasi. Fungsinya merangsang otot rahim berkontraksi untuk
mengeluarkan darah menstruasi
2-1245 @36 8
ANEMIA PADA PASIEN GGK
KADAR HB NORMAL
Laki-laki berkisar 14 – 18 g/dl
Perempuan dewasa 12 – 16 g/dl
2-1245 @36 9
Perdarahan saluran pencernaan dan perubahan saluran cerna sehingga mengganggu
penyerapan FE
Menstruasi
Pengambilan darah yang berulang untuk pemeriksaan laboratorium
Kehilangan darah pada saat dialisis
2-1245 @36 10
Perempuan : 37.00 - 165.00 ug/dl
2-1245 @36 11
Hasil tidak adekuat → kebanyakan beralih ke besi Intra Vaskuler karena turunnya
saturasi transferin < 20%
b. Pemberian Parenteral → Pasien HD
Anemia defisiensi besi absolut
Anemia defisiensi besi fungsional
Tahap pemeliharaan status besi
Sediaan Parenteral → Iron sucrose atau iron dextran 25 mg dilarutkan dalam 25
ml NaCl 0,9% drip IV selama 15 menit, amati tanda-tanda hipersensitifitas.
c. Terapi Besi Fase Koreksi
Tujuan : koreksi anemia defisiensi besi absolut sampai status besi cukup.
Dosis : 100 mg, 2 x perminggu saat HD, dengan perkiraan total 1000 mg (10x
pemberian) .
Pemberian terapi besi intravena :
100 mg diencerkan dengan 100 ml NaCl 0,9%, drip IV 15-30 menit.
Cara lain dapat disuntikkan IV tanpa diencerkan secara pelan, paling cepat dalam
waktu 15 menit.
Evaluasi : Status besi dilakukan 1 minggu pasca terapi besi fase koreksi
d. Terapi Besi Fase Pemeliharaan
Tujuan : menjaga kecukupan kebutuhan besi untuk eritropoesis selama pemberian
terapi ESA
ST > 50 %, tunda terapi besi, terapi ESA tetap dilanjutkan
Status besi diperiksa setiap 1 - 3 bulan
2-1245 @36 12
Data Penunjang Sebelum Pemberian Terapi Eritropoietin :
1. Hasil laboratorium kadar hemoglobin darah
2. Hasil laboratorium kadar besi/serum iron (FE/SI)
3. Hasil laboratorium kadar TIBC (Total Iron Bending Capacity)
4. Saturasi transferrin
2-1245 @36 13
KEBUTUKAN NUTRISI PASIEN GGK
2-1245 @36 14
berat badan sehat, membantu tubuh untuk menggunakan protein untuk membentuk otot
dan jaringan.
Pada Pasien GGK Diperlukan
Karbohidrat sebanyak 30 – 35 kalori/KgBB.
Anjuran Lemak ± 30 % dan Karbohidrat ± 60 % dari total energi.
3. Garam (Natrium)
Garam/Natrium dapat menahan air, sehingga akan mempengaruhi jumlah cairan
yang ada didalam tubuh dan garam menyebabkan rasa haus, sehingga akan minum lebih
banyak. Dengan output urin yang sudah sedikit, maka akan menyebabkan penumpukan
cairan didalam tubuh (oedem).
Itu sebabnya mengapa pasien GGK perlu dilakukan pembatasan diit
asupan Natrium/garam, karena natrium untuk mengontrol tekanan darah dan
menurunkan oedema juga dapat menahan air di dalam tubuh.
Kelebihan cairan akan menyebabkan : Overhidrasi, Sesak, Peningkatan Tekanan
Darah, Oedem .
Asupan garam : 900 – 1700mg/hari → ¼ - ½ sendok teh
Kadar normal NA+ (Natrium) dalam darah : 135 – 145 mmol/L
4. Kalium
Kalium merupakan mineral yang penting diperlukan tubuh untuk Kerja Syaraf
dan Kerja Otot. Kadar kalium dalam darah terlalu tinggi atau terlalu rendah
menyebabkan sesak nafas, lemah otot dan irama jantung yang tidak teratur
(Aritmia) yg bisa menyebabkan jantung berhenti mendadak.
Kadar Kalium normal dalam darah : 3,5 – 5,5 mmol/L
Asupan kalium : 40 – 120 mEq/L (1560 – 2730 mg/hari)
2-1245 @36 15
5. Kalsium Dan Fosfor
Fosfor adalah salah satu kandungan mineral yang ada didalam tubuh, bersama
dengan kalsium diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan Kadar kalsium dan
fosfor harus seimbang.
Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik, maka kadar fosfor dalam darah akan tinggi
karena tidak mampu dikeluarkan oleh ginjal bersamaan dengan urine. Kadar fosfor yang
tinggi dapat menyebabkan gatal-gatal, mata menjadi lebih sakit, nyeri sendi,
tulang menjadi lemah dan rapuh.
Asupan Fosfor dibatasi sampai 400 – 900 mg/hari,
Asupan kalsium tinggi 1000 – 1400 mg/hari (biasanya diberikan sebagian dalam
bentuk suplemen kalsium).
Kadar Normal Dalam Darah Dan Batasan Normal Bagi GGK Derajat V :
Kalsium : 8.5 – 10 (or 10.5) mg/dl
Pada CKD ST V 8.4 - 9.5 → Hypercalcemia = > 10.2
Fosfat : 2,5 - 4,5 mg/dl
Pada CKD ST V 3,5 – 5,5 mg/dl
Indeks PTH : 10 - 65 pg/ml
Pada CKD ST V 150 – 300 pg/dl
Magnesium : 1,4 - 2,6 meq/L
6. Vitamin
Pasien dialisis sebaiknya mendapat suplemen Vitamin, karena :
Vitamin yang larut dalam air ikut keluar dari tubuh saat dilakukan proses dialysis
Asupan makanan pasien dialisis terbatas (sayuran dan buah-buahan).
Pemberian vitamin ini harus direkomendasikan oleh dokter . Karena tidak
semua vitamin berguna, malahan dapat menimbulkan penyakit → vitamin yang larut dalam
lemak.
Pemberian rutin Vitamin D pada pasien CAPD akan meningkatkan
penyerapan kalsium di usus, memperbaiki metabolisme tulang dan mencegah atau
mengobati hiperparatiroidisme.
7. Air
Bila fungsi ginjal mengalami penurunan, maka ginjal tidak dapat mengeluarkan urin
dengan optimal, sehingga cairan akan tertahan di dalam tubuh. Asupan cairan yang
direkomendasikan tergantung dari seberapa berat fungsi ginjal terganggu dan jumlah
urine.
2-1245 @36 16
Jumlah cairan yang diberikan = cairan yang hilang yaitu jumlah air seni +
500 cc (keringat) + efluen.
Kenaikan BB diantara waktu HD 3 - 5% BB kering.
Menghitung Perubahan BBK
BBK saat ini – BBK 3 bulan yang lalu = ...Kg
BBK 3 bln yg lalu−BBK saat ini
BBK 3 bln yg lalu
x 100 %=… %
2-1245 @36 17
Intake cairan berlebih → gangguan/kerusakan fungsi ginjal → penumpukan cairan
dalam darah, jaringan dan organ → cardiomegali → kemampuan pompa jantung
berkurang → peningkatan tekanan ventrikel kiri jantung → darah dari paru-paru
menuju ventrikel kiri tertahan → cairan dari pembuluh darah akan tedorong
keluar dan masuk ke dalam alveoli → oedem paru → kemampuan paru-paru
mendapatkan O2 berkurang → sesak.
2. Asidosis Metabolik
Kerusakan fungsi ginjal yang tidak mampu mengeluarkan kadar asam dalam tubuh → kadar
asam dalam darah meningkat (pH <7,25) → mengganggu proses metabolisme dan sekresi
hormon terganggu → sistem buffer terganggu → kadar bikarbonat (HCO3) dan
tekanan parsial CO2 (PCO2) menurun → kompensasi paru-paru untuk meningkatkan
kadar CO2 dan mengaktifkan sistem buffer → sesak.
Sistem buffer adalah sistem dapar kimia pada ginjal yang merubah asam kuat
menjadi asal lemah dengan mengatur produksi hidrogen di intrasel dan ekstrasel. Sistem
buffer ini bisa aktif apabila penafasan dalam keadaan normal.
Hidrogen (H+) adalah kation yang mudah berikatan dengan anion seperti
bikarbonat (HCO3-)/asam kuat. Dengan bereaksinya hidrogen dengan bikarbonat maka akan
menjadikan asam yg tadinya kuat menjadi asam lemah/asam karbonat (H 2CO3). Dengan
demikan pH dalam darah dapat menjadi meningkat dan kembali normal.
3. Anemia
Akibat gangguan/kerusakan fungsi ginjal → penurunan Produksi Hormon Eritropoietin →
penurunan pembentukan sel darah merah (eritrosit) disumsum tulang → kadar HB
menurun → berkurang suplai O2 dalam darah → jaringan dan organ tubuh kekurangan O 2
→ kompensasi paru paru untuk mencukupi O2 meningkat → sesak.
4. Hiperkalemia
Akibat gangguan/kerusakan fungsi ginjal → tidak dapat mengeluarkan kalium →
peningkatan kadar kalium dalam darah → aritmia jantung (detak jantung menjadi cepat)
→ ventrikel takhicardi (rongga jantung bawah berdetak cepat) → kemampuan pompa
jantung menurun → suplai O2 ke seleruh tubuh berkurang → respirasi anaerob → sesak.
2-1245 @36 18
EDEMA PADA PASIEN GGK
Edema adalah kondisi membengkaknya jaringan tubuh akibat penumpukan cairan.
Edema merupakan pertanda adanya kebocoran cairan tubuh melalui dinding pembuluh darah.
DISTRIBUSI CAIRAN
Distribusi Cairan (L) Dewasa (%) (P) Dewasa (%) Bayi (%)
Total air dalam tubuh 60 50 75
Intraseluler 40 30 40
Ekstraseluler 20 20 35
Plasma 5 5 5
Intersisial 15 15 30
2. Edema Paru
2-1245 @36 19
Edema Paru adalah kondisi saat paru-paru mengalami kelebihan cairan,
sehingga menjadi sulit bernapas. Kondisi ini biasanya terjadi akibat penyakit gagal jantung
kongestif atau cedera paru akut. Orang yang mengalami edema paru biasanya memiliki
detak jantung yang lebih cepat dari biasanya, lemas, dan batuk yang kadang disertai
dengan darah. Gejala ini biasanya akan semakin parah saat Anda berbaring. Edema paru
adalah kondisi serius, bahkan termasuk gawat medis. Pasalnya, edema di paru ini bisa
menyebabkan gagal napas hingga kematian.
3. Edema Serebral
Sesuai dengan namanya, edema serebral terjadi di otak. Edema serebral
termasuk kondisi yang mengancam nyawa. Gejalanya biasanya meliputi sakit kepala, leher
kaku atau sakit, hilang ingatan sebagian atau seluruhnya, linglung, mual, muntah, dan
pusing.
4. Edema Macula
Edema Makula adalah komplikasi serius Retinopati Diabetik. Kondisi ini
terjadi ketika cairan menumpuk di bagian mata yang disebut makula, tepatnya di tengah
retina. Hal ini terjadi saat pembuluh darah yang rusak di retina mengeluarkan cairan ke
makula. Akibatnya, pembengkakan pun tidak bisa dihindari. Edema makula biasanya
membuat seseorang mengalami gangguan penglihatan, termasuk dalam melihat warna.
5. Edema pedal
Edema Pedal terjadi saat cairan berkumpul di kaki bagian atas dan bawah.
Kondisi ini paling sering menyerang orang yang lebih tua atau hamil. Oleh karena itu, orang
yang mengalami edema pedal biasanya sulit bergerak karena kaki sering kali mati rasa.
6. Limfedema
Limfedema adalah pembengkakan di lengan dan kaki yang disebabkan oleh
kerusakan pada kelenjar getah bening. Kerusakan ini paling sering terjadi akibat perawatan
kanker seperti operasi dan radiasi. Bahkan, kanker itu sendiri juga bisa menghambat
kelenjar getah bening dan menyebabkan penumpukan cairan
2-1245 @36 20
BERAT BADAN KERING
BB Kering (BBK) adalah BB terendah dengan keadaan umum pasien yang optimal
dan BBK tidak selalu sama tiap waktunya. Dengan anamnese yang baik merupakan upaya
penting dalam mencapai BBK dan Teknik UF dapat dilakukan untuk efektifitas pembuangan
cairan intradialisis.
Rumus IWL
IWL = (15 x BB)/24 jam
2-1245 @36 21
Rumus IWL berdasarkan Kenaikan Suhu
[(10% x intake cairan) x jumlah kenaikan suhu]/ 24 jam + IWL normal
PENGKAJIAN BERAT BADAN KERING
1. Riwayat Tekanan darah sebelum, setelah HD dan selama dirumah In 2006, the Kidney
Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI).
2. Riwayat tanda hipovolemia post HD : pingsan, pusing terus menerus, muntah-muntah,
kram otot dll.
3. JVP (Jugular Venous Pressure).
4. Oedema / Acites.
5. Profil paru-paru : Frekuensi Napas, Ronchi , X-Ray, CT-Scan (kepala dan paru).
6. Kenaikan berat badan.
7. Cara diit cairan.
8. Lab : Protein (Albumin, Total protein), Hematokrit.
9. Profil berat kering sebelumnya.
BB KERING MENINGKAT
1. Terjadi gejala hypovolemia bila tercapai BB kering sebelumnya, kram, mual, lemes, keringat
dingin, pandangan kabur, haus, hypotensi, nadi cepat tapi lemah.
2. Berikan terapi cairan, tangani pasien seperti pada syok hypovolemic.
3. Tingkatkan BB pada HD berikut sesuai BB post HD setelah tertangani syok.
BB KERING MENURUN
1. Post HD BB tercapai.
2. Pasien masih batuk, sesak, odema, muka sembab.
3. Turunkan BB kering pada HD berikut 0.5 kg dari BB post HD atau sesuai kondisi pasien.
4. Bila dilakukan Punksi Acites, BB kering diturunkan sesuai jumlah BB post HD, lakukan
pemantauan pada HD berikut.
2-1245 @36 22
KOMPLIKASI BERHUBUNGAN DENGAN UF
1. Hypotensi
2. Lemes
3. Kram
4. Pusing
5. Mual muntah
MENGATUR UF
1. Tentukan UFG
2. Atur UFR
3. Profiling ultrafiltrasi
4. Sq atau Su hd bila pasien keracunan cairan
5. Su hd tidak boleh lebih dari 30% BB
6. Hati hati pada pasien hyperkalemia
2-1245 @36 23
DIALISIS
Dialisis adalah proses terapi pengganti ginjal dimana perpindahan molekul/larutan
(solut dan solvent) dari suatu larutan yang satu kelarutan yang lain melalui membran
semipermiabel.
Membran semipermiabel adalah membaran tipis yang memiki pori-pori yang
dapat dilalui oleh solut dengan berat molekul tertentu.
b) Solut Organik
1) Low Molecular Weight (Berat Molekul Rendah) dengan Substansi <300
dalton seperti Ureum, Kreatinin, Fosfat, Potasium, Sodium, Uric Acid, Glukosa.
2) Middle Molecular Weight (Berat Molekul Sedang) dengan Substansi
300 - 2000 dalton seperti Vitamin B12, Alumunium, Magnesium.
3) Big molecular weight (berat molekul besar) sengan Substansi >
2000 Dalton seperti Albumin, β2 Mikroglobulin, Myoglobin, Inulin, Hemoglobin
2. Solvent : Zat Pelarut (Air)
2-1245 @36 24
4. Konveksi : Perpindahan solut dan solvent karena perbedaan tekanan dari tinggi ke
rendah melalui membran semipermiable.
5. Adsopsi : Penyerapan/penempelan molekul terhadap permukaan membran.
Pada proses dialisis didalam dializer untuk perpindahan Solut Dan Solvent dipengaruhi oleh
tekanan didalam kompartemen
1. Tekanan Positiv : tekanan darah lebih besar/tinggi dari pada tekanan dialisat
2. Tekanan Negativ : tekanan darah lebih kecil/rendah dari pada tekanan dialisat
Tekanan pada dializer untuk perpindahan Solut Dan Solvent pun dipengaruhi oleh aliran pada
setiap komparteman
1. Counter Current : aliran darah berlawanan dengan aliran dialisat
2. Co-Current : aliran darah searah dengan aliran dialisat
2. Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang mulai perlu dialisis adalah penyakit ginjal kronik (>3
bulan) yang mengalami penurunan fungsi ginjal dengan LFG(GFR) <15ml/mnt.
Pada keadaan ini fungsi ginjal sudah sangat menurun sehingga terjadi Akumulasi Toksin
dalam tubuh yang disebut sebagai Uremia. Pada keadaan uremia dibutuhkan terapi
pengganti ginjal untuk mengambil alih fungsi ginjal dalam mengeliminasi toksin tubuh
sehingga tidak terjadi gejala yang lebih berat. Dapat dilakukannya Hemodialisis dan
Peritoneal Dialisis.
3. Gagal Ginjal Akut Pada Gagal Ginjal Kronik (Acute on Chronic Renal Failure)
adalah episode akut pada gagal ginjal kronik yang tadinya stabil. Pada beberapa kasus perlu
dilakukan terapi dialisis.
2-1245 @36 26
Ginjal : obat obatan diuretik
Kulit : luka bakar, diaphoresis
Peritoneum : drain pasca operasi
2-1245 @36 27
5. Glumerulopati primer
6. Nefropati lupus
7. Nefropati Asam urat, dll
( 140−umur ) x BB
TTK /CrCl ( perempuan )=0,85 x 72 x SCr
SCr = hasil serum Kreatinin
2-1245 @36 28
Koagulopati
Penyakit Alzheimer
Demensia Multi Infark
Sindrom Hepatorenal
Sirosis Hati lanjut dengan Ensefalopati
Keganasan lanjut, dll
HEMODIALISIS
Hemo : Darah
Dialisis : Proses Pemisahan
Hemodialisis adalah proses pemisahan zat-zat tertentu dari darah melalui membran
semipermiabel pada dializer (ginjal buatan) yg menggantikan fungsi ginjal tubuh dengan
bantuan mesin hemodialisa.
Tujuan Dialisis :
Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dari dalam darah
Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
2-1245 @36 29
Mengkoreksi asidosis Mengeluarkan kelebihan cairan
a. Blood monitoring
2-1245 @36 30
Bood Monitor (Pengontrol Darah) Berfungsi untuk mengontrol dan
mengamati aliran darah sebelum dan setelah melewati dialiser serta mengontrol
penambahan heparin ke dalam darah.
Blood monitor terdiri dari :
1) On / Off
Swicth/tombol utama untuk menghidupkan unit monitor darah dan unit monitor
dialisat.Tombol mute akan menyala bila ada kerusakan atau kesalahan
operasional.
2) Arterial Pressure
Tekanan antara jarum inlet dengan sisi proksimal blood pump
Tekanan negatif dari blood pump
Alarm bila daya hisap di akses vaskular berlebihan, misalnya :
Indikasi clotting
Jarum terlepas
Tekanan darah pasien drop
Arterial line kinking
Tekanan negatif yg terlalu tinggi dapat menyebabkan akses vaskular rusak
atau hemolisis
3) Venous pressure
Tekanan setelah dializer dan sebelum darah masuk ke tubuh pasien
Mengukur tahanan darah yg masuk ke tubuh melalui jarum outlet
Alarm bila tekanan tinggi :
Indikasi venous line kinking
2-1245 @36 31
Buble trap clotted
Jarum vena clotted atau posisi
Bublle trap venous clotted
Akses outlet yang kurang/tidak bagus.
4) Air detektor
Sistem pendeteksi ultrasonik pada drip chamber dilengkapi optik monitor pada
klemping vena. Penetrasi udara didalam selang darah akan mengakibatkan emboli
udara pada pasien.
5) Heparin Pump
Heparin pump menyediakan mode continuous heparinisasi pada darah sehingga
waktu coagulasi menjadi lebih lama. Pengaturannya dengan satuan ml/jam.
b. Dialisat monitoring
Berfungsi untuk membuat cairan dialisat dari pencampuran antara konsentrat dan air
Reverse Osmosis dilengkapi dengan pengatur suhu untuk menghasilkan komposisi
yang tepat.
1) Blood leak detektor
Untuk mengetahui adanya kebocoran pada membran semipermiabel yg
menyebabkan darah dari kompartemen darah berpindah ke kompartemen dialisat
dan atau sebaliknya.
2) Temperatur detector
2-1245 @36 32
Sensor suhu pada mesin untuk mengetahui suhu dialisat.
3) Conduktivity meter
Untuk pengukur jumlah konsentrasi dialisat untuk menghantarkan arus listrik
(140mmol), refleksi dari konsentrasi elektrolit. Besarnya aliran dialisat ke dializer
sekitar 300-500ml/menit.
Komposisi : Terdiri dari konsentrat dan air dengan perbandingan 35 – 40 : 1
Coduktiviti antara 12 -16 ms/cm ( millisieemens )
Jumlah ion yang banyak menyebabkan conduktivity dialis at meningkat
Conduktivity akan menyebabkan dialisat flow berhenti ( bypass ) bila : Konsent
rate habis, tubing acid dan biknat tertukar
4) UF goal, UF rate
Mode pilihan ultrafiltrasi untuk seting jumlah penarikan cairan selama dialisis
dan jumlah penarikan perjam.
Cairan yang akan di buang selama proses dialisis (UF GOAL) hasil dari tekanan
hydrostatic melewati membran dializer Perbedaan tekanan hidrostatik, dari
darah ke cairan disebut TMP (Trans Membrane Pressure) TMP = PBO – PDO
UF rate yg baik itu 10cc/KgBB/jam
6) Desinfektan monitor
Sistem dalam mesin untuk melakukan pembersihan/desinfektan pada bagian
dalam mesin.
Disinfection/Cleaning
Rinse : Temperatur 37° C
Chemical disinf : Temperatur 37°C
2-1245 @36 33
Hot Rinse : Temperatur 85°C
Disinf + Hot rinse : Temperatur 85°C
Cairan Disinfection
Citric Acid : 20%
Hypochlorite/Havox : 15 %
Formalin : 4%
Paracetic acid : 3,5%
3. Dializer
Dializer adalah Tempat dimana sirkuit darah dan dialisat bertemu. Terjadi
pergerakan molekul antara darah dan dialisat melalui membran semipermeabel
Karakteristik :
1. Bentuk dializer
Coil Dializer
Paralel Plat Dializer
Hollow Fiber Artificial kidney
2. Membran dializer
1) Jenis membran
Cellulose : Cuprophane
Subtituted Cellulosae : Cellulose Acetate
Cellulosynthetic : Hemophane
Synthetic Membrans : polysulfone
2) Bioavaibilitas membran
Makin rendah makin baik : bioavailabilitas nya makin tinggi
Bioavailabilitas tinggi : sedikit mengaktivasi sistem imun
Efek membran terhadap aktivasi sistem imun dan respon inflamasi
Paling rendah : membran alami (cuprophan)
2-1245 @36 34
Subtitutes cellulosa dan membran sintetik : sama baiknya
4) Efektivitas membran
Low Flux : hanya dapat membersihkan solut dengan berat molekul rendah.
high flux : dapat membersihkan solut dengan berat molekul yang lebih
tinggi.
low efficiency : dializer yang hanya mampu membersihkan solut dengan
berat molekul rendah dalam jumlah yang sedikithigh efficiency : dializer
dengan kemampuan yang lebih banyak membersihkan solut bisa low atau
high flux.
High Efficiency : dializer dengan kemampuan yang lebih banyak
membersihkan solut bisa low atau high flux.
3. Jenis sterilisasi
Chemical (ETO)
Heat
Radiation
2-1245 @36 35
2. Clearance/Klirens → kemampuan membran untuk membersihkan darah dari suatu solut
tergantung dari Qb dengan Satuan : ml/menit
Klirens tergantung → Kuf, kecepatan aliran darah masuk ke dializer, Luas permukaan
3. Kuf (koefisien ultrafiltrasi) → Kemampuan membran melewatkan air dengan Satuan
ml/mm Hg/jam
4. Total Cell Volume/Priming Volume → Jumlah darah yang mengisi penuh lumen kapiler
dializer dengan Satuan : ml
5. Surface area/Luas permukaan → Luas seluruh Permukaan membran pada dializer
dengan Satuan : m2
6. Flux : berhubungan dengan Kuf (koefisien ultrafiltrasi) dan Jumlah air (ml) per jam (jam)
yang dapat lewat melalui membran setiap 1 mm Hg perbedaan tekanan dengan Satuan :
ml/jam/mm Hg
High Flux : dapat dilewati molekul sedang dan besar (Kuf > 15 ml/jam/mmHg atau
klirens β2m > 20 ml/menit)
Low Flux : hanya dapat dilewati molekul kecil
4. Dialysate Flow
Kecepatan aliran dialisat (Qd)
Berpengaruh terhadap kliren solut berukuran kecil seperti urea
Biasa digunakan 500 ml/min
2-1245 @36 36
Flow rate dialisat rendah menghasilkan kliren urea rendah
Flow rate dialisat diatas 500 ml/min digunakan untuk meningkatkan kliren/high
efficiency dialysis
Flow rate dialysat yang tinggi digunakan untuk meningkatkan kliren urea bila
blood flow rendah
Fungsi Dialysate
1. Membuang sampah nitrogen, air dan kelebihan elektrolit
2. Menjaga keseimbangan elektrolit
3. Mencegah penurunan air yang berlebihan
5. Blood Line
Selang yang mengalirkan darah dari tubuh pasien ke dalam dializer (Inlet) dan dari dalam
dialiser ke dalam tubuh pasien (0utlet) selama proses hemodialisis.
6. Jarum AV Fistula
Jarum yang digunakan untuk menusuk akses AF Vistula / Cimino dan berfungsi untuk jalan
keluar dan masuknya darah dari tubuh pasien GGK saat proses HD berlangsung, serta
memiliki ukuran 16 G (gauge).
2-1245 @36 37
Ukuran panjang jarum AV Fistula
1. Panjang jarum 25mm (1 inc)
2. Panjang jarum 32mm (1¼ inc)
7. Akses vaskular
jalan untuk memudahkan mengeluarkan darah dari pembuluhnya untuk keperluan proses
hemodilisis.
Jenis Akses Vaskular
1. Temporer Akses
a. Cateter Double Lumen
Suatu selang steril yang dimasukkan kedalam vena sentral/besar seperti vena
jugularis, vena subklavia atau vena femoralis melalui prosedur operasi.
Macam – macam CDL : Strike/lurus, Curve/melengkung, Tunel.
Kapan Pasien di Pasang Akses Vaskular CDL
Pasien disarankan sesegera mungkin jika sudah dianjurkan untuk cuci darah
(pada saat kerusakan ginjal pada stage 5)
Jika terjadi masalah akses berikan informasi atau penjelasan yang jelas pada
pasien dan keluarga mengenai pentingnya dipasang Vaskular Akses Catether
Double Lumen serta perawatannya.
Letak/posisi CDL : Vena Subclavia, Vena Jugolaris, Vena Femoralis.
Aktivitas – Aktivitas Yang harus Dihindari
Hindari olah raga air seperti berenang, menyelam
Hindari menggaruk/menarik–narik kateter, kateter harus tertempel pada kulit
Pada saat tidur jaga jangan sampai daerah kateter tertekan
b. Femoral Akses
tidak disarankan saat proses hemodialisis.
2. Akses Permanen
a. Arteriosvenous Fistula (AV Shunt/Cimino) adalah penyambungan pembuluh
darah vena dan arteri dengan tujuan untuk memperbesar aliran darah vena
supaya dapat digunakan untuk keperluan hemodialisis.
Kapan menyarankan Pasien Untuk Operasi AV – Shunt
Sarankan pasien secepat mungkin untuk dilakukan AV-Shunt setelah
dinyatakan menderita gagal ginjal tahap akhir dan harus HD.
Dengan operasi AV-Shunt sedini mungkin diharapkan juga pembuluh darah
arteri dan vena belum terkena komplikasi lebih lanjut dari penyakit seperti
2-1245 @36 38
hipertensi dan diabetes melitus yang dapat menyebabkan ding-ding
pembuluh darah menjadi tebal dan mengalami diseksi.
Maturasi
Suatu proses yang biasanya membutuhkan waktu 4-8 minggu
Pada saat maturasi tercapai, dapat digunakan untuk kanulasi hemodialisis
Maturasi tercapai bila : terjadi arterialisasi vena, diameter yang cukup, flow
yang cukup
2-1245 @36 39
Rule of 6’s: Fistula yang matur biasanya mencakup
Berukuran diameter minimal 6mm dengan batas yang cukup tegas
Kedalamannya dari kulit kurang dari 6mm
Panjang segmen lurus 6 cm
Aliran darah lebih dari 600 mL/min
Bila tidak memenuhi kriteria tersebut harus dievaluasi untuk non maturasi 4-
6minggu setelah operasi
2. Trombosis
Penyebab
Rendahnya aliran keluar vena
Tehnik penjaitan yang tidak baik
Graft kinking
Stenosis pada lokasi anastomosis
Gejala : Tangan bengkak, nyeri, kemerahan
Penanganan : penutup akses dan buat baru, heparin anti platelet , trombektomi
3. Infeksi
Penyebab : Staphylococus Aureus
2-1245 @36 40
4. Aneurisma
Penyebab : Insersi jarum berulang pada daerah yang sama
Pencegahan : Melakukan akses dengan variasi sebanyak mungkin
Gejala : Benjolan merah, pecah, perdarahan
Post Op : Masalah akses, kecepatan darah < 150 mm/mnt
5. Steal Syndrome
Selama dialysis aliran yang mengarah menuju mesin HD kealiran Arterial Dista. Lebih
sering terjadi akibat teknik penyambungan anastomosis side to side di Arteri Radialis
Gejala : nyeri iskemik, tangan terasa nyeri selama proses HD
6. Hipertensi Vena
Gejala : Pembengkakan, perubahan warna kulit, Hiperpigmentasi
Penyebab : Stenosis, Obstruksi Vena
PERESEPAN HD
1. Waktu Dialisis/TD (Time Dialisis) : dalam jam atau menit
Berapa lamanya waktu setiap 1 sesi HD dalam jam/menit.
Waktu dialisis 10-12jam/minggu dengan intermiten HD 2x/minggu dengan waktu
intradialisis 5 jam atau 3x/minggu dengan waktu intradialisis 4 jam.
2-1245 @36 41
UF Rate yg baik → 10cc/KgBB/jam
Untuk mengetahui kemampuan dializer mengeluarkan air dalam setiap jam gunakan
rumus sebagai berikut : UFR (ml/jam) = KUF x TMP
5. Heparinisasi
Antikoagulan yang dipakai selama intradialisis dalam satuan internasional unit (UI) →
sesuai petunjuk dari dokter.
Nadroparin Kalsium
Dosis :
Berat badan (BB) < 50 kg : 0,3 mL
BB 50-59 kg : 0,4 mL
BB > 70 kg : 0,5 mL
2-1245 @36 42
Profiling Sodium
Sodium Profiling adalah model dialisat sodium selama dialisat sodium
selam dialisis untuk mengurangi penurunan volume darah selama ultrafiltrasi.
Sodium profiling digunakan untuk mencegah ketidakstabilan hemodinamik
saat hemodialisis. Sodium profiling dapat linier atau stepwise increasing atau
decreasing profiles dan alternated high low profiles. Sodium profiling dengan dialisat
sodium tinggi (> 144 mmol/L) efektif mengurangi IDH .
Dialisat dengan konsentrsi tinggi : cairan akan berpindah dari intraseluler ke
interstitial → menambah refill volume darah dari interstitial ke ruang intravascular.
Kombinasi dengan UF profiling : lebih efikasi
Sodium profiling + konsentrsi sodium tinggi + cool dialysis → lebih toleransi terhadap
hemodinamik.
Profiling Bicarbonat
Profiling Bicarbonat adalah menaikan kadar bicarbonat selama proses
dialysis. Kadar bicarbonat dalam darah akan lebih cepat naik sehingga asidosis
terkoreksi lebih cepat dan Hemodinamik lebih stabil.
Profiling Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi yaitu berpindahnya cairan melalui membran semipermiable
karena adanya perbedan tekanan.
UF Profiling adalah mengatur ultrafiltrasi dimana modelnya tidak sama
untuk setiap jam sesuai dengan kondisi pasien. Sangat berpengaruh pada tekanan
darah sehingga ultrafiltrasi rendah lebih stabil untuk hemodinamik.
2-1245 @36 43
2. Dialisis tidak dapat dilakukan pada keadaan :
Akses Vaskular sulit
Instabilitas Hemodinamik
Koagulopati
Penyakit Alzheimer
Demensia Multi Infark
Sindrom Hepatorenal
Sirosis Hati lanjut dengan Ensefalopati
Keganasan lanjut
RESIRKULASI
Resirkulasi terjadi bila darah dari dialiser yang masuk ke vena fistula kembali masuk
kedalam arteri fistula untuk bersirklulasi kembali dalam ekstrakorporeal.
Umumnya, darah melalui akses AV Fistula kurang lebih 1 liter per menit. Saat hd, blood
pump mengambil darah dari akses ke dializer rata-rata 300 – 500 ml per menit. Karena tarikan
dari blood pump biasanya lebih kecil dari aliran darah pada akses, biasanya semua darah yang
masuk adalah darah dari sisi arterial.
Penyebab Resirkulasi
1. Stenosis vena tingkat tinggi.
2. Kecepatan aliran darah arterial tidak adekuat
3. Penempatan akses jarum fistula
4. Trombosis
5. AV Fistula kurang memenuhi syarat oleh staf HD.
6. Kalibrasi mesin yang kurang tepat, episode hipotensi berulang saat HD,
7. Waktu dialisis yang terlalu pendek,
8. Terminasi dini karena berbagai penyebab (permintaan pasien, penyulit saat HD, blood leak
dll).
2-1245 @36 44
Resirkulasi dinilai dengan melakukan pengambilan sample darah di Arterial Line, Venous
Line, dan Darah Perifer secara simultan.
Ur Periper−Ur ABL
Rumus resirculasi= x 100 %
Ur Periper−Ur VBL
Resirkulasi terjadi jika hasilnya ≤ 15%
Dampak Resirkulasi
Mengakibatkan underdialisis yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas.
HEPARINISASI
Heparin Adalah asam mucoplysaccharide atau glycosaminoglycans (GAGs) yang
terdiri dari residu asam glukoronat dan glukosamin yg di esterifikasi dengan asam sulfat yg
banyak digunakan sebagai antikoagulan injeksi dan mempunyai kepadatan muatan negatif yg
tertinggi diantara semua molekul biologis.
2-1245 @36 45
Cara kerja heparin
1. Mengaktifkan Trombin, sehingga dapat mempengaruhi fibrinogen (terbentuknya fibrin)
2. Menghambat pembentukan tromboplastin aktif dan zmenghambat konveksi protrombin
(trombin).
3. Mencegah penggumpalan trombosit pada jalur instrinsik.
Dosis Heparin
Dosis Sirkulasi : 5000 UI
a. Standar :
Dosis awal/initial dos : 2000UI (50-100UI/KgBB)
Dosis continuous/maintenance : 1000UI/jam
b. Minimal :
Dosisi awal/initial dos : --
Dosis continuous/maintenance : 500 UI/jam
c. Fre heparin :
Dosis awal : --
Dosis continuous/maintenance : --
hanya dilakukan pembilasan ± 100 cc/jam atau sesuai kebutuhan.
d. LMWH (Low Molicular Weigth Heparin)
Di suntikkan ke dalam jalur arteri dari sirkuit dialisis pada awal hemodialisis.
Enoxaparin sodium
Dosis : 0,5-1 mg/kg BB, disuntikkan kedalam jalur arteri (arterial line) dari sirkuit
dialisis pada awal dialisis, akan cukup untuk dialysis selama 4 jam. Bila tampak cincin
fibrin, tambah suntikan 0,5-1 mg/kg BB.
Nadroparin Kalsium
Dosis :
Berat badan (BB) < 50 kg : 0,3 mL
BB 50-59 kg : 0,4 mL
BB > 70 kg : 0,5 mL
2-1245 @36 46
1. Heparinisasi Rutin (UFH/Unfractional Heparin)
Pasien tanpa resiko perdarahan (risiko ringan maupun berat) Cara kerja :
Mengubah ikatan dengan Antitrombin → Inaktivasi cepat faktor pembekuan (faktor
Xa)
Menstimulasi agregasi dan aktivitas trombosit → Mengikat dan mengaktivasi faktor
koagulasi pada membran trombosit
Mudah timbul ESO : pruritus, alergi, osteoporosis, dyslipidemia, trombositopenia,
perdarahan berlebihan.
Dosis awal = 2000 iu, (rentang 500-4000 iu)
Dosis maintenance = 1000 iu/jam (rentang 500-3000 iu)
2. Heparinisasi minimal
Risiko sedang untuk terjadi perdarahan :
Riwayat perdarahan kurang dari 48 jam
Sehabis operasi kecil kurang dari 72 jam
Sehabis operasi besar atau operasi mata kurang dari 7 hari
CVA infark
Perikarditis
Dosis awal = 500 iu, (rentang 300-2000 iu)
Dosis maintenance = 250 iu/jam (rentang 200-2000 iu)
2-1245 @36 47
Hindari pemberian tranfusi darah
Nadroparin kalsium
1. BB < 50 kg : 0,3 ml
2. BB 50-69 kg : 0,4 ml
3. BB > 70 kg : 0,5 ml
Cara pemberiannya sama dengan enoxaparin
5. Heparinisasi Regional
Diberikan pada pasien dengan resiko perdarahan yang tinggi atau bila ada
kontraindikasi heparin, misalnya alergi,trombositopenia dengan menurunkan konsentrasi
ion kalsium menggunakan infus Trisodium Sitrat atau cairan dialisis tanpa kalsium
1. Untuk mencegah darah yg masuk kembali ke tubuh rendah kalsium ditambahkan infus
kalsium klorida ke bagian dializer blood outlet line.
2. Diberikan dengan infus dan pada outlet diberikan protamin dengan infus konstan
dengan dosis 0,01 mg protamin menetralisisir 1 unit heparin (jumlah heparin dosis
awal + dosis pemeliharaan).
2-1245 @36 48
Kenali Efek Samping Dan Bahaya Heparin
1. Pusing atau sakit kepala
2. Pendarahan pada gusi saat menyikat gigi
3. Sakit perut atau pembengkakan pada perut
4. Sakit punggung
5. Konstipasi
6. Sendi yang terasa sakit, nyeri, atau kaku
7. Darah pada urine
8. Mimisan
9. Menstruasi
10. Dengan volume pendarahan yang berlebihan
2-1245 @36 49
Kompartemen dialisat, selang dialisat (from kidney) berwarna merah
2. Clotting Dialiser
Darah yang membeku dan berada pada Dialiser Kompartemen Darah
2-1245 @36 50
Penyebab Clotting :
a. Inadekuat antikoagulan (heparinisasi)
b. QB pelan
c. Adanya udara dalam Blood Line
d. Gangguan pembekuan darah
e. Kadar HB yang tinggi
f. Akses Vaskular kurang adekuat
Penatalaksanaan Clotting
1. Bila tidak ada bukti clotting
Lihat sumber lain dari peningkatan tekanan vena, seperti misalnya blood line yang
terlipat.
2. Bila terjadi minimal clotting
Dialisis dapat di lanjutkan
3. Bila terjadi severe clotting
Hentikan dialisis, dan mencari perawat lain untuk membantu prosedur
2-1245 @36 51
yang artinya keadaan yang berhubungan dengan panas Gen “ yang artinya
membentuk atau menghasilkan Pirogen adalah suatu produk mikroorganisme terutama
dari bakteri gram negative dan dapat berupa endotoksin dari bakteri ini.
Penyebab Membran Reaction
Pada pasien hemodialisis dapat bersumber dari :
1. Dialyzer
2. Cairan konsentrat
3. Air RO
4. Blood Lines ( Venous barrier/venous monitor )
5. Pemakaian syringe heparin
6. Vascullar Access ( CDL )
Penatalaksanaan Pyrogen
1. Menilai penyebab dan kemungkinan adanya tanda tanda infeksi
2. Menilai teknik pengambilan darah yang benar
3. Pemeriksaan kultur air dan konsentrat dengan mengambil sampel dialisat pada inlet
dan outlet
4. Pemberian antipiretik seperti aspirin atau acetaminophen
5. Pemberian antibiotic
4. Access Recirculation
Resirkulasi dapat terjadi 30 menit pertama
Resirkulasi salah satu penanda penting adanya gangguan aliran AVF
Penanganan awal akan memperpanjang usia AVF
Penyebab
Stenosis vena tinggi
Jarak Arteri dan Vena terlalu dekat
Jarum AVF kurang memenuhi syarat
Ur P = Urea Periper
Ur A = Urea arteri sebelum dializer
Ur V = Urea vena setelah dializer
R > 15%
Penatalaksanaan Resirkulasi
1. Jarak vaskular akses jangan terlalu dekat minimal 7 cm jarak antara inlet dan outlet.
2. Ukuran jarum disesuaikan dengan kebutuhan pasien ( Dewasa atau anak ).
5. Emboli Udara
PENGERTIAN
Masuknya benda asing terbawa aliran darah kemudian menyumbat aliran darah di
dalam organ
Jumlah udara yang masuk apabila lebih dari 10 ml kedalam otak, jantung dan paru -
paru menyebabkan penyakit serius
2-1245 @36 53
10. Pemberian obat injeksi di injection port VBL
Pencegahan
1. Evaluasi adanya kemungkinan udara masuk dari blood lines yang tidak kencang atau
robek
2. Tidak melepas sambungan nacl pada saat pemberian transfusi darah
3. Tidak mendorong/membilas darah dengan udara di blood lines/fistulla saat mengakhiri
hemodialisis.
6. Hemolisis
Rusaknya atau pecahnya sel darah merah, karena masalah kimia, termal dan mekanikal.
Gejala
1. Akut dyspnoe (nafas pendek)
2. Sakit dada
3. Nyeri punggung
Tanda
Terdapat perubahan warna darah pada venous line yang merupakan tanda penurunan
hematokrit
Penyebab Hemolisis
1. QB yang tinggi
2. Dialisis jarum tunggal (Single nedle)
3. Penggunaan fistulla berukuran kecil
4. Terlipat atau adanya hambatan aliran darah yang masuk
5. Tekanan arteri / vena yang tinggi
6. Kontaminasi Hydrogen peroksida,hypocloride dan formaldehid
7. Suhu dialisat yang tinggi
8. Kontaminasi dialisat (kloramin,nitrat dan tembaga )
Penatalaksanaan Hemolisis
1. Hemodialisis dihentikan
2. Darah yang ada didalam blood lines tidak boleh dimasukan
2-1245 @36 54
Catatan
1. Haemolisis masif meningkatkan resiko hiperkalemi, aritmia dan henti jantung
2. Penatalaksanaan hiperkalemi yang harus dikerjakan terlebih dahulu
Gejala
1. Pada Dialisis Akut : Mual, Muntah, Kejang, Gelisah, Sakit Kepala, Koma, Aritmia.
2. Pada Dialisis Kronik : Mual, Muntah dan Sakit Kepala
Penatalaksanaan
1. DDS Ringan (dengan gejala mual, muntah, gelisah, sakit kepala yg tidak spesifik) :
menurunkan aliran darah untuk menurunkan zat terlarut terlau cepat, memberikan
cairan hipertonis : Nacl atau glukosa terutama jika disertai kram otot/kejang.
2. DDS Berat (Kejang, Penurunan kesadaran) : segera hemtikan HD, lakukan
pertolongan gawat darurat.
Pencegahan
1. DDS Ringan
Kolaborasi perencanaan dialisis yang tidak terlalu agresif (SLED atau TD yg
pendek).
Penurunan plasma untuk semntara cukup 40%.
Hindari penggunaan dialisis dengan Na rendah akan memperburuk edema
serebral.
2-1245 @36 55
Pada pasien hipertermi perbaikan kadar Na dan Ureum tidak harus bersamaan ,
dan bisa di perbaiki post dialisis denga dextrose 5%.
2. DDS Berat (Kejang, Penurunan kesadaran) : Profiling Na (dinaikan diawal HD dan
berangsur diturunkan pada jam berikutnya) konsentrasinya antara 140-160.
2. Hipotensi
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.
Tekanan darah terjadi akibat fonemena siklis, tekanan darah biasanya digambarkan sebagai
rasio tekanan sistolik dan diastolik.
Hipotensi pada pasien nefropati diabetik dan usia lanjut sering berbahaya karena
dapat memicu (trigger) penyakit jantung iskemik dan gangguan irama jantung
(Sukandar,2006).
Kriteria Hipotensi Intradialisis Episode hipotensi intradialitik ditentukan
berdasarkan penurunan tekanan darah sistolik menjadi < 90 mmHg atau penurunan
tekanan darah sistolik 30 mmHg atau lebih yang disertai gejala klinis (mual muntah,
keringat dingin, pusing, penurunan kesadaran, takikardi) atau penurunan mean arterial
pressure (MAP) 10 mmHG atau lebih dari nilai MAP sebelum HD, yang disertai gejala klinis.
2-1245 @36 56
UF Rate yang tinggi (peningkatan BB interdialisis besar)
Target BBK terlalu rendah
Kadar Natrium dialisat terlalu rendah
2. Ketidak mampuan Vasokonstriksi
Pemakaian cairan asetat
Suhu dialisat terlalu hangat
Makan selama dialisis (terurama tingginya asupan makanan protein hewani)
Iskemik jaringan (adenosin mediated).
Neuropati otonom (nefropati diabetik/DM)
Obat Anti Hipertensi yang dikonsumsi
3. Faktor Cardio Vaskuler (cardiac output)
Pemakaian β-bloker, disfungsi diastolik, usia tua, kontraktilitas jantung.
2-1245 @36 57
Mekanisme Hipotensi terkait Hemodialisa
1. Hipotensi saat HD terutama disebabkan terjadinya perubahan yang cepat dari
homeostasis volume darah. Penurunan kadar ureum kreatinin serta zat lain yang
terdialisis ikut menurunkan volume darah dan tekanan onkotik vaskular.
2. Hal lain yang Ikut berperan dalam Plasma refilling adalah mekanisme kompensasi
untuk mempertahankan keseimbangan cairan dimana terjadi pergeseran cairan dari
kompartemen ekstravaskuler ke intravaskuler.
3. Beberapa hal yang berpengaruh terhadap terjadinya plasma refilling adalah gradien
tekanan hidrostatik, onkotik, osmotik dan permeabilitas kapiler.Sedangkan kecepatan
refilling dipengaruhi oleh ultrafiltrasi, keseimbangan protein total, status hidrasi dan
permeabilitas kapiler.
Penatalaksanaan Hipotensi
1. Posisikan pasien trendelenberg dan cegah terjadinya aspirasi.
2. Berikan O2
3. Berikan NaCl 0,9% bolus 100-500cc
4. UF diturunkan sampai mendekati 0 (nol)
5. Berikan cairan D40%
6. Monitor vital sigh
3. Kram Otot
Penyebab
1. Belum sepenuhnya di ketahui
2. Penarikan cairan dibawah berat badan standar : PREDISPOSISI PENTING TERKAIT
HIPOVOLEMIA,HIPOTENSI
3. Penarikan cairan terlalu cepat (UFR tinggi)
4. Cairan dialisat dengan kadar Na rendah
5. Berat badan naik > 1 kg/hari
6. Posisi tidur berubah terlalu cepat g. Hal lain yang perlu di perhatikan : hipokalsemia,
hipomagsium,
2-1245 @36 58
8. Kompres hangat
9. Observasi tanda-tanda vital
10. Evaluasi nilai lab : Ca,P,Mg
4. Mual dan Muntah
Penyebab
1. Multifaktor dan jarang berdiri sendiri
2. Hipotensi : disertai keluhan lain
3. DDS (Dyalisis Disequilibrium Syndrom)
4. Reksi dari dializer
5. Kontaminasi dialisat : tinggi Ca,Na
6. Ketakutan
7. Reaksi obat
8. Bila tidak disertai gejala lain : dicurigai karena ggn hepar dan GIT
Penanganan
1. Jika disertai Hipotensi : turunkan Qb dan UF
2. Kolaborasi dr pemberian terafi sesuai etiologi
3. Berikan kantong plastik muntah
4. Bantu kebutuhan pasien (kalau perlu berikan minyak gosok pada daerah epigastrik)
5. Observasi tanda-tanda vital selama proses dialysis berlangsung
6. Jika TD turun, guyur NaCl 0.9% - 100 ml sesuai K.U pasien
7. Jika keadaan sudah membaik, program dialisis diatur secara bertahap sesuai kebutuhan pasien
8. Beritahu dokter jika pasien tidak ada perbaikan
9. Mencari timbulnya muntah : hipotensi, penarikan cairan terlalu cepat, atau kenaikan BB > 1
Kg/hari
5. Sakit Kepala
Penyebab
1. Tekanan darah naik
2. Ketakutan
3. Gejala disequilibrium sindroma
4. Bencana cerebrovaskular jika disertai muntah dan gejala nerologi lain
2-1245 @36 59
6. Jika keluhan sudah berkurang, jalankan program dialysis kembali seperti semula secara
bertahap
7. Mencari penyebab sakit kepala ; cairan dialisat asetat, minum kopi atau ada masalah,
pem lanjutan jika keluhan menetap : CT scan dll
7. Nyeri Dada
Penyebab
1. Minum obat jantung tidak teratur
2. Program HD yang terlalu cepat : Iskemia karena Hipovolemia/Hipotensi
3. Gangguan Kardiovaskuler, Iskemia, Infark
4. Reaksi anafilaktoid atau hemolisis
2-1245 @36 60
Penanganan
1. Turunkan kecepatan aliran darah/Qb, Uf, laporkan nefrologist untuk kemungkinan
program SLED
2. Pasang EKG monitor, rekam : EKG 12 lead laporkan dokter
3. Beritahu dokter untuk pemberian terapi
4. Tranfusi dan pemberian erytopetin sesuai indikasi dan kolaborasi
5. Hindari asetat dialysis
Pencegahan
1. Edukasi Minum obat jantung secara teratur
2. Anjurkan pasien untuk kontrol kedokter secara teratur
3. Pengaturan prog dialisis sesuai kolaborasi
4. Pengaturan asupan cairan jiak nyeri dada terjadi karena UF
8. Gatal – gatal
Penyebab
1. Jadwal dialysis yang tidak teratur (Toksin Uremia kurang terdialisis)
2. Sedang transfusi / sesudah transfusi
3. Kulit kering
4. Defosit kristal Ca-P
5. Alergi terhadap obat/EPO
6. Reaksi alergi lain : pelepasan histamin dari mast cell 34
Penanganan
1. Beri talk / krem khusus untuk gatal
2. Jika karena transfusi beritahu dokter untuk pemberian terafi
3. Kontrol lab : Ca, P
Pencegahan
1. Anjurkan pasien makan sesuai dengan diet
2. Anjurkan pasien taat menjalani hemodialisis sesuai program
3. Anjurkan pasien menjaga kebersihan badan
9. Perdarahan Cimino
Penyebab
1. Tempat tusukan yang sama /menetap
2. Masa pembekuan darah lama
3. Dosis heparin yang berlebihan
4. Tekanan darah tinggi
5. Penekanan tusukan tidak tepat
2-1245 @36 61
Penanganan
1. Hindari penusukan pada area yang sama
2. Tekan daerah tusukan dengan tepat : 5 - 15 menit
3. Mencari penyebab perdarahan
4. Observasi tanda-tanda vital dengan ketat
5. Lapor dokter jaga jika perdarahan lama berhenti
Pencegahan
1. Evaluasi laboratorium terhadap PT, APTT
2. Bekas tusukan cimino tidak boleh digaruk-garuk atau dipijat.
3. Hindari penusukan pada bekas tusukan dialysis sebelumnya.
4. Heparinisai yg adekuat atau free heparin jika resiko tinggi post HD perdarahan akses atau akses
sangat lama berhenti
ADEKUASI
Merupakan kecukupan jumlah proses hemodialisis untuk menjaga kondisi optimal dan terbaik.
5. Metabolisme kalsium dan fosfat yang terkontrol serta tidak ada osteodistrofi
Asupan phosphor dibatasi sampai 400 -900 mg/hari
Asupan kalsium tinggi 1000 – 1400 mg /hari (biasanya dalam bentuk asupan suplemen
kalsium)
6. Tidak ada komplikasi akibat uremia yang lain
7. Pemulihan fungsi personal, keluarga dan pekerjaan
8. Kualitas hidup yang baik
2-1245 @36 63
Tujuan
Untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan dari dalam tubuh dalam waktu yang singkat.
ISO UF
Px overload cairan
Oedema anasarca tanpa uremia
Gagal Jantung
Neprotik syndrome
DDS
Kelebihan ISO UF
Dapat menarik cairan dalam jumlah banyak
TD stabil
Mengurangi beban kerja jantung
Kekurangan ISO UF :
Resiko Cloting
Hanya digunakan pada pasien dengan hemodinamik stabil
Tidak dapat digunakan pada pasien dengan hiperkalemi
HYBRID DIALYSIS
Sustained Low Efficiency Daily Dialysis (SLEDD)
IHD VS CRRT
2-1245 @36 64
IHD CRRT
Relatif tidak mahal Mahal
High Solute Clearance Low Solute Clearance → berkesinambungan
Hemodinamik tidak stabil Hemodinamik stabil
Delivered Dose Of Dialysis rendah Dose Of Dialysis Continuously
Episodic Solute Control → perpindahan cairan Continuous Solute Control → TIK tidak
↑ terganggu
Edema otak dan TIK
Tujuan SLED
1. Meniru fungsi fisologis ginjal dalam pemurnian darah dan pembuangan kelebihan cairan
2. Mengembalikan dan menjaga homeostasis
3. Menghindari komplikasi dan menjaga toleransi pasien
4. Menciptakan kondisi yang mendukung kembalinya fungsi ginjal
5. Melaksanakan terapi pengganti ginjal yang efisiensi & efektif
Tanpa GGA
Menurunkan kelebihan cairan untuk memperbaiki kondisi jantung
Sebaiknya dilakukan diruang perawatan intensif (ICU), Hemodialisis program SLED ini
memerlukan observasi yang sangat ketat dan kadang pasien juga memerlukan alat bantu lain,
misalnya alat bantu nafas (ventilator).
Dializer yang digunakan adalah sama dengan yang digunakan pada IHD. Bisa memakai
Low Flux maupun High Flux dialyzer.
2-1245 @36 65
Program Mesin Hemodialisis
Time Dialysis : 6-12 jam
QB : 100 -150 ml/menit
QD : 200 -300 ml/menit
Ultrafiltrasi : UF profilling
Natrium : Na profilling
Suhu : lebih rendah (35 – 36o C)
Heparin : sesuai kondisi (>> free)
Keunggulan SLED
1. Hemodinamik pasien lebih stabil
2. Adekuasi dialisis dapat dicapai
3. Mudah dikerjakan oleh semua perawat dialisis
4. Biaya tidak jauh berbeda dengan hemodialisis biasa
Hemofiltration (HF)
Transport zat terlarut murni proses konveksi
Prinsip :
Proses perpindahan zat terlarut tanpa adanya aliran cairan dialisat melalui membran
semipermiabel, dimana membran yang digunakan adalah membran high fluk, Optimal untuk
membuang molekul kecil sampai sedang.
Hemofiltrasi
Pembuangan solut dengan mekanisme konveksi
Dializer high fluk atau super fluk karena jumlah solut yang berpindah dengan
konveksi berbanding lurus dengan filtrasi
Membutuhkan cairan substitusi yang cukup
Sieving coefficient yang baik sangat penting pada teknik ini
Sieving coefficient dipengaruhi oleh struktur dari membran
HEMODIAFILTRASI (HDF)
Hemodiafiltrasi
Proses ini kombinasi antara hemodialisis dan hemofiltrasi
Pada hemufiltrasi pembuangan solut kecil kurang efektif
Pembuangan solut dengan mekanisme difusi dan konveksi
Membutuhkan cairan substitusi
kliren Difusi+ Filtrasi
kliren HDF= 2
2-1245 @36 67
Memperbaiki amiloIdosis
Menurunkan insidensi carpal tunnel syndrome sebanyak 82 % dan erosive arthritis
seanyak 67 %
Kecepatan konveksi 25 L/m2 dapat menrunakan solute ini sd < 25 mg/L
3. Mid-dilution HDF
Meningkatkan permeabilitas dializer terhadap air dan solut
Dilusi diatur secara individual dan memperbaiki rheologi darah
Kecepatan filtrasi tinggi
→ memperbaiki proses konveksi
→ meningkatkan pembuangan solut
Aman dari kehilangan albumin yang terjadi pada TMP tinggi
Best of both worlds!
2-1245 @36 68
Masalah pada HDF
1. Kualitas dan kuantitas cairan reinfusi dengan kualitas yang tinggi
2. Biaya mahal
3. Kehilangan komponen fisiologi dalam ultrafitrasi : terutama asam amino
Indikasi HDF
Pasien dengan gagal ginjal yang tidak stabil :
1. Penyakit kardiovaskular berat
2. Hipotensi kronik
3. Diabetes
4. Usia tua
5. Pasien PGK dengan kenaikan BB interdialitik yang tidak terkontrol
6. Pasien PGK dengan kebutuhan dosis dialisis yang tinggi dan mencakup pengeluaran toksin
dengan semua jenis BM
7. Pasien Gangguan Ginjal Akut yang kritis
On Line
Hemodiafiltration With Endogenous Reinfusion
(HFR)
2-1245 @36 69
HFR adalah metoda dialysis/terapi pengganti ginjal yang menggunakan prinsip
Konveksi, Difusi dan Adsorpsi pada waktu yang sama, dimana dializer terdiri menjadi 2 bagian
satu untuk Konveksi (Filter Polyethersulfon High Fluk) dan satu untuk Difusi (Filter
Polyethersulfon Low Flux), dan Prinsif Adsorpsi terjadi di Resin Cartridge (Absorbent).
Resin Cartridge (Absorbent) efektif pada sirkulasi plasma hingga total 15lt plasma,
setelah itu adsorbent akan bersifat jenuh → 50 ml/mnt = 3L/jam (total sirkulasi plasma 15L)
Pada dialisis dengan menggunakan teknik HFR dimana proses Adsorpsi terjadi di
Resin Cartridge (Absorbent), disinilah molekul dan toxin berukuran sedang sampai besar
terserap dan menempel di membran Resin Cartridge (Absorbent).
Indikasi HFR :
Malnutrition
Inflammation
Atherosclerosis
2-1245 @36 70
Allergies
Weak Conditions Elderly, Diabetics, with Comorbidities
Teknik HFR membantu pasien dengan faktor-faktor resiko yang kompleks, seperti ;
Malnutrisi, Inflamasi dan Aterosklerosis. Yang termasuk kategori ini adalah pasien Diabetes,
kadar CRP yang tinggi, lanjut usia dan pasien dengan resiko Kardiovaskular. Mengurangi kadar
Toksin dengan berat molekul menengah dan besar. Mengurangi resiko Amiloidosis karena β2
Mikroglobulin. Berpengaruh positif terhadap pengobatan Anemia.
REUSE
2-1245 @36 71
Potensial terjadinya infeksi silang.
Proses Persiapan
Personal Protective Equipment (PPE)
Petugas harus memakai Standard Precautions (APD)
Dializer harus diberi label sbb:
Berisi : nama lengkap, no rekam medis, tanggal pemakaian pertama, tanggal reuse terakhir
dan nama staf yang melakukannya, total cell volume
Label jangan sampai menutupi label spesifikasi dializer, harus terbaca jelas baik saat
dilakukan proses reuse maupun pada saat hemodialisis.
C. Performance measurements :
Test kebocoran membran dializer
Test TCV (total cell volume) volumenya minimal 80 %,
Dicari pula retakan pada badan dializer
Sisa bekuan darah yang mungkin masih tersisa
D. Germicide/ Sterilisasi :
Setelah lolos proses di atas lanjutkan dengan pengisian desinfektan
Hanya boleh satu jenis desinfektan yang dipakai
Pastikan seluruh kompartemen dalam dializer sudah terisi desinfektan
Interior
Paracetic acid : Renalin, Puresalin - Disimpan minimal 12 jam
Konsentrasi yang dipakai : 4% dalam 24 jam
Sebelum digunakan pemeriksaan residu dari germicida : dengan strip residual test
Exterior diusap dengan Paracetic acid 0.05 % (1: 100) tutup port dializer direndam
minimal 30 menit.
F. Dializer inspection
2-1245 @36 73
1. Pastikan sterilisasi dari dializer belum kdaluarsa ( < 1 bulan atau > 11 jam)
2. Level volume of cairan dalam dializer mencukupi
3. Dializer diberi label dengan jelas
4. Port dializer dan port darah tertutup
5. Bagian exterior dan interior dializer bersih
Dializer Tidak Dapat Digunakan
1. Terlihat perubahan warna ; kecoklatan / kehitaman pada seluruh dializer
2. Tampak bekuan darah pada header
3. Tampak garis bekuan darah pada bagian fibre
G. Disposition of rejected dializer : dializer rusak diberi label untuk kemudian dibuang
H. Storage :
Tidak langsung terkena sinar matahari
Area penyimpanan dializer harus dirancang untuk memudahkan pengambilan
Tempat harus seaman mungkin, mudah dibersihkan
Sebelum disimpan permukaan dializer harus dilap oleh desinfektan
2-1245 @36 74
Pengisian Dialyzer dengan Renalin sebanyak 3x volume kompartemen darah
MENGENAL
CONTINOUOS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS
(CAPD)
Pengertian
Dialisis Peritoneal adalah proses dialisis di dalam rongga perut yang bekerja
sebagai penampung cairan dialisis dan peritoneum sebagai membran semipermiabel yang
berfungsi sebagai tempat yang dilewati oleh cairan tubuh dan solut termasuk toksin uremik
yang akan dibuang.
2-1245 @36 75
Exit Site Tempat dimana kateter keluar masuk dari tubuh disebut. Kateter akan
mudah disembunyikan di dalam pakaian.
Prinsip CAPD
1. Cairan dialisis berada dan tinggal dalam kavum abdomen sekitar 4-6 jam pada siang hari
dan 8 -12 jam pada malam hari, dilakukan 4 kali sehari
2. Proses ini dilakukan secara terus-menerus untuk mencapai dialisis yang adekuat.
3. Tidak memerlukan mesin. Pasien melakukan sendiri dialisisnya pada siang dan malam hari.
2-1245 @36 76
3. Pembuluh darah (endothelium & membran basal)
2-1245 @36 77
Pemasangan kateter dilakukan di ruangan tindakan prosedur dengan bius lokal,
regional atau umum
Teknik pemasangan : laparatomi minor, trocar dan guide wire (blind), peritoneoskopik
Persyaratan Calon PD
1. Pasien mandiri atau ada yang membantu.
2. Tinggal di tempat yang bersih dan lingkungan yang sehat.
3. Bersedia menjalani pelatihan intensif dan mematuhi prosedur DP.
Kontraindikasi CAPD
ABSOLUT RELATIF
Kesulitan teknik operasi Obesitas tanpa residual renal
Luka yang luas di dinding abdomen function
Perlekatan yang luas dalam rongga peritoneum Gangguan jiwa
(akibat operasi daerah abdomen, riwayat Gangguan penglihatan
inflamasi sebelumnya) Hernia
2-1245 @36 78
Tumor atau infeksi di dalam rongga abdomen Penyakit paru obtruktif kronik
(adneksitis) (PPOK)
Riwayat ruptur divertikel, hernia berulang yang Inflamasi kronik saluran cerna
tidak dapat dikoreksi
Fistel antara peritoneum dengan rongga pleura
Tidak dapat melakukan PD secara mandiri dan
tidak ada yang membantu
PENCEGAHAN TRAUMA
1. Pasien dijelaskan untuk menghindari semua hal ini yang membahayakan exit site.
2. Tidak tidur telungkup atau miring menekan exit site terlalu lama
3. Jangan membersihkan atau menggosok terlalu keras.
2-1245 @36 80
Minicaps 2 buah
Handrub
Paper towel (tissue)
Alkohol 70%
Buku biru (buku catatan pergantian cairan)
Baki / baskom beralaskan koran
4) Pengecekan cairan
Cek tanggal kadaluarsa cairan dianeal
Kebocoran kantong cairan dianal
Kejernihan cairan dianeal
Volume cairan dianeal
konsentrasi cairan dianeal
keutuhan bagian frangible dan pull ring
5) Pisahkan kedua kantong cairan (kantong yang berisi dan kantong yang kosong)
kemudian klem menggunakan ultraclamp yang pertama dibawah frangible pada
kantong yang berisi cairan.
6) Keluarkan transferset dari kantong penyimpanan dan letakkan pengalas dibawah
transfer set.
7) Lakukan hand hygiene dengan handrub.
8) Tarik pull ring dan lepaskan minicaps dari transfer set, segera sambungkan keduanya
dengan hati-hati.
9) Patahkan frangible pada pangkal selang Gantungkan cairan dianeal pada tiang infus
dan letakkan kantong dianeal yang kosong ke dalam Baki / Nampan.
10) Buka twist clamp (fase pembuangan minimal 20 menit)
11) Tutup twist clamp dan buka ultraclamp dan lakukan flushing (hitung 1 sampai 5 untuk
membuang udara dari selang) kemudian tutup selang pembuangan dengan clamp.
12) Buka twist clamp (fase pengisian) Membutuhkan waktu ± 10 menit.
13) Setelah selesai fase pengisian, tutup twist clamp.
14) . Klem selang pengisian dengan ultraclamp..
15) Buka pembungkus minicap dan pastikan ada sponge iodine di dalamnya.
16) Lakukan hand hygine dengan handrub.
17) Lepaskan selang cairan dianeal dari transfer set Tutup rapat transfer set dengan
minicap yang baru.
18) Timbang cairan pembuangan.
19) Buang bekas cairan dialisat ke spoolhoek dan buang kantong cairan ke tempat sampah
medis.
20) Bersihkan meja dengan alcohol 70%.
21) Cuci tangan 6 langkah dengan sabun di air mengalir.
22) Dokumentasikan Kegiatan Tindakan.
2-1245 @36 81
PERAWATAN EXIT SITE PADA PASIEN CAPD
2-1245 @36 82
10. Lakukan handhygine dengan handrub.
11. Siapkan 3 kasa steril lalu teteskan povidone iodine secukupnya. seka / usapkan povidone
iodine di exit site dari arah dalam keluar sebanyak 3 kali dan merata.
12. Siapkan 1 kasa steril lalu basahi dengan NaCl 0,9% , seka / usap lika exit site dengan
gerakan memutar dari arah dalam ke luar.
13. Keringkan exit site dengan kasa steril.
14. Oleskan antibiotik cream pada exit site.
15. Tutup luka exit site dengan 1 lembar kasa steril dan rekat dengan plester unruk menahan
kasa agar tidak lepas.
16. Lakukan imobilisasi kateter.
17. Bersihkan dan rapihkan alat-alat.
18. Lakukan cuci tangan 6 langkah dengan sabun di air mengalir.
19. Dokumentasikan kegiatan.
INFEKSI NON-INFEKSI
1. Peritonitis 1. Terkait Kateter
2. Infeksi Exit Site 2. Meningkatnya Tekanan Intra Abdomen
3. Infeksi Tunnel 3. Terkait Proses Dialisis
4. Komplikasi Metabolik
2-1245 @36 83
KOMPLIKASI INFEKSI PADA CAPD
EXIT SITE DAN ATAU TUNNEL INFECTION
Exite Site Normal Infeksi Exite Site Infeksi Tunnel
Cairan jernih di kateter Tampak adanya cairan Eritema
Kulit tampak normal dan purulen di kateter Edema atau nyeri tekan di
tanpa ada krusta disekitar Dengan atau tanpa kulit sepanjang ‘tunnel’
kateter yang kemerahan pada Seringkali tidak tampak →
kulit disekitar kateter USG
2-1245 @36 84
harus di terapi dengan agresif. Rekomendasi terapi dengan antibiotik oral, kecuali pada
methicillin-resistant S.aureus (MRSA)
DIAGNOSIS
PERITONITIS
MINIMAL 2 DARI
KRITERIA DIBAWAH :
1. Cairan ‘effluent’ yang keruh
2. Hitung sel dialisat >100/µl
3. Sel PMN >50%
4. Kultur effluent dialisat positif
OUTFLOW
Fibrin/blood clot → Flushing dENGAN heparin
Omental wrapping → X-ray/Surgery
→ Relief constipation
2-1245 @36 85
Constipation → X-ray/periostonoscopy
Malposition/migration → Adhesiolysis
Adhesi
Nyeri Abdomen
Penyebab : Penanganan :
1. Kecepatan aliran dialisat terlalu cepat 1. Lambatkan kecepatan aliran dialisat
2. Cairan dengan tonisitas tinggi 2. Hindari penggunaan cairan dialisat
3. Cairan dengan pH rendah dengan tonisitas tinggi
4. Cairan dingin 3. Perubahan posisi
5. Kostipasi
6. Infeksi- peritonitis
Nyeri Bahu
Penyebab : Penanganan :
1. Udara dalam rongga peritoneal 1. Keluarkan udara dari tubing sebelum
2. Tekanan cairan dialisat inflow
2. Tutunkan kecepatan inflow
3. Bila perlu berikan analgetik
2-1245 @36 86
Kelebihan Cairan
Penyebab : Penanganan :
1. Asupan cairan berlebih 1. Edukasi- hindari asupan garam dan
2. Asupan garam berlebih cairan berlebihan
3. Status membran transport berubah 2. Memakai dialisat 2,5% – dwell time
4. Fungsi kateter lebih pendek
Tanda dan Gejala : 3. Verifikasi posisi dan fungsi kateter
Tekanan darah naik, edema, BB naik 4. Ulang PET
Edema paru
Kegagalan Ultrafiltrasi
Kegagalan Ultrafiltrasi adalah ketidak mampuan untuk mencapai keseimbangan
cairan yang adekuat. Kegagalan ultrafiltrasi didefinisikan berdasarkan hasil utrafiltrasi yang
diperoleh setelah dwelling dialisis standar.
Penilaian :
1. Pasien menunjukkan tanda-tanda edema
2. Pasien tidak mampu mempertahankan berat “kering”
3. Penggunaan dekstrosa hipertonik secara berlebihan.
Intervensi :
1. Lakukan anamnesis yang mendalam dan pemeriksaan fisik.
2. Evaluasi kembali tipe membran (PET)
3. Review dwell time untuk membran / terapi yang spesifik.
4. Review kepatuhan terhadap diet dan jadwal dialisis.
5. Istirahatkan membran sementara waktu.
2-1245 @36 87
Misdiagnosis Kegagalan Ultrafiltrasi Akibat masalah mekanis pada kateter
1. Kebocoran
2. Obstruksi
3. Terperangkap
4. Malposisi
Dehidrasi
Penyebab : Penanganan :
1. Perpindahan yang terlalu banyak 1. Hentikan penggunaann cairan dengan
cairan tubuh akibat dialisis tonisitas tinggi
2. Karena penyakit : - vomitus , diare 2. Gunakan 1.5% sampai BB meningkat
3. Asupan cairan kurang BB stabil
4. “dry” weight tidak akurat 3. Diet tinggi garam dan cairan
Tanda Dan Gejala : (sementara)
TD turun, kram, dizziness, BB turun, 4. Evaluasi BB kering
mulut kering 5. Evaluasi obat-obat anti hipertensi
Gangguan Elektrolit
Hiponatremia Hipernatremia
1. Standard cairan PD mengandung Na 1. Dapat terjadi akibat dari utrafiltrasi
132 mmol/L yang tinggi
2. Hiponatremia dapat terjadi jika : 2. Penggunaan cairan dialisat hipertonik
Asupan air berlebih sehingga terjadi perpindahan air yang
Hiperglikemia berlebihan dan retensi natrium
Hipertrigliseridemia.
Hipokalemia Hiperkalemia
Penyebab : 1. Proses dialisis tidak adekuat
1. Asupan K 2. Asupan K berlebihan
2. Dialisat bebas K 3. Medikasi : ACE inhibitors
3. Kehilangan berlebihan 4. Penanganan : konseling diet, perbaiki
Penilaian : dialisis, evaluasi obat2an, pemberian
K binders
1. Kelemahan otot
2. Aritmia jantung
3. serum K+ rendah
Penanganan :
1. Monitor serum K reguler
2. Perbaiki asupan makanan
3. Suplementasi K
2-1245 @36 88
Darah Dalam Effluent
Hemoperitoneum
Penyebab : Penanganan :
1. Sering – 1. Bilas
Trauma 2. Tambahkan heparin 1000u/2L (tidak
Ginekologi : menstruasi, ovulasi akan melalui membran peritoneal)
2. Jarang 3. Periksa Hb dan hematokrit
GIT : ruptur limpa, perforasi usus, 4. Bila terkait menstruasi, akan berhenti
pankreatitis 3-4 hari kemudian
Anti koagulan
Efek Samping :
1. Meningkatkan sekresi insulin
2. Meningkatka resistensi insulin
3. Hiperglikemia
4. Peningkatan BB akumulasi lemak
5. Hiperglikemia dapat terjadi pada inisiasi PD
6. Kadang-kadang pasien memerlukan obat hipoglikemia atau insulin
7. rekomendasi : HbA1c < 7.5%.
Kehilangan Protein
Penyebab : Penanganan :
2-1245 @36 89
1. Hilang melalui dialisat : 5-15 g 1. Konsultasi dietisien
protein/hari 2. Beri asupan tinggi protein
2. Asupan yang buruk, kebiasaan diet 3. Beri suplemen protein Cegah
3. Peritonitis peritonitis
4. Penyakit komorbid 4. Nutrineal (Amino Acid )
Malnutrisi :
Penilaian : Intervensi :
Riwayat diet dan nafsu makan Monitor albumin serum albumin dan
Albumin serum indikator malnutrisi lainnya
Adanya edema Suplemen nutrisi
Kehilangan protein dalam efluen 24 Asam amino IP
jam
2-1245 @36 90
Kondisi penyakit ini berhubungan dengan penebalan yang luas dan fibrosis
peritoneum yang mengakibatkan pembentukan kepompong berserat yang membungkus usus
yang menyebabkan obstruksi usus.
2-1245 @36 91
Obat IP Biasa Diberikan Pada Kasus :
1. Infeksi peritoneum ( Peritonitis)
2. Fibrin
3. Kloting akibat pendaran
Tipe Membran
Low transporter UF lebih tinggi dibandingkan kliren zat toxin
High transporter kliren zat toxin lebih tinggi dibandingkan ulterafiltrasi
Low Average transporter ultrafiltrasi hampir sama dengan kliren zat toxin
High average transporter kliren hampir sebanding dengan ultrafiltrasi
2-1245 @36 92
Aplikasi Klinik dari PET
Klasifikasi transpor membran peritoneal
Prediksi dosis dialisis
Memilih regimen dialisis peritoneal
Pantau fungsi membran peritoneum
Diagnosis penyebab ultrafiltrasi yang tidak adekuat
Diagnosis penyebab klirens zat terlarut yang tidak adekuat
2-1245 @36 93
Dose Of Dialysis : Recent Recommendation
1. Optimum Dialysis
Weekly Kt/Vurea=2.0
Weekly Creatinine Clearance=60 L/1.73 m2
2. Minimum Requirement
Weekly Kt/Vurea= 1.7
Weekly Creatinine Clearance=50 L/1.73 m2
2-1245 @36 94