Anda di halaman 1dari 106

Cairan dan elektrolit

Peran dan fungsi klinis perawat dalam terapi cairan


dan elektrolit
Fungsi Air dalam Fisiologi Manusia
1. Media semua reaksi kimia tubuh
2. Berperan dalam pengaturan distribusi kimia &
biolistrik dalam sel
3. Alat transport hormon & nutrien
4. Membawa O2 dari paru-paru ke sel tubuh
5. Membawa CO2 dari sel ke paru-paru
6. Mengencerkan zat toksik dan waste product serta
membawa ke ginjal dan hati
7. Distribusi panas ke seluruh tubuh 

faal_cairan-asam-basa/ikun/2006 2
1
PROSENTASE TOTAL CAIRAN TUBUH
DIBANDINGKAN BERAT BADAN

Umur Total cairan tubuh (%)


terhadap BB
Bayi BL 77
6 Bulan 72
2 Tahun 60
16 Tahun 60
20-39 Tahun:  
Pria/Wanita 60/50
40-59 Tahun:
Pria/Wanita 55/47
Perpindahan Cairan & Elektrolit
1. Difusi
perpindahan molekul dari tekanan/konsentrasi tinggi
ke tekanan/konsentrasi rendah
2. Osmosis
perpindahan air dari konsentrasi zat terlarut rendah ke
konsentrasi zat terlarut tinggi
osmolaritas: ukuran konsentrasi suatu larutan
- isotonus  konsentrasi larutan = plasma darah
3. Transport aktif
perpindahan molekul dari tekanan/konsentrasi rendah
ke konsntrasi tinggi dgn menggunakan energi

faal_cairan-asam-basa/ikun/2006 6
Tekanan Cairan
1. Tekanan osmotik & onkotik
Tekanan osmotik: tekanan untuk mencegah
aliran osmotik cairan
Tekanan onkotik: gaya tarik s/ koloid agar air
tetap berada dalam plasma darah di
intravaskular
2. Tekanan hidrostatik ( filtration force)
tekanan yang digunakan oleh air dalam sistem
tertutup

faal_cairan-asam-basa/ikun/2006 7
Organ tubuh yang terlibat dalam regulasi
keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :

1. Ginjal (air, elektr, asam – basa)


173 L plasma / hari melalui ginjal  1.5 L urine

2. Jantung dan pembuluh darah :


Gangguan fungsi jtg  RBF ↓ GFR ↓  keseimbangan
cairan, elektr dan asam basa terganggu

3. Paru
Terutama keseimbangan asam- basa
Insensible water loss (IWL) 300 – 400 cc sehari
Respons thd Peningkatan Tekanan Darah

faal_cairan-asam-basa/ikun/2006 10
Respons thd Penurunan Tekanan Darah

faal_cairan-asam-basa/ikun/2006 11
4. Kulit
500 – 600 cc / hari  keringatan / penguapan IWL

5. Kelenjar Pituitary
ADH  vol. darah dikendalikan
absorbsi & sekresi air dalam ginjal

6. Kelenjar adrenal
Memproduksi hormon Aldosteron  krn rangsangan dari
Agiostensin  Na retansi  retensi air

7. Kelenjar Parathyriod
Mempertahankan kadar Ca yang berguna untuk kontraksi
jantung dan pertumbuhan tulang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Cairan & Elektrolit

Umur
Suhu lingkungan
Diet
Stres
Penyakit

faal_cairan-asam-basa/ikun/2006 14
Perubahan Volume & Osmolaritas Cairan

faal_cairan-asam-basa/ikun/2006 15
 
Test Laboratorium untuk Mengevaluasi
Status Cairan

Osmolaritas urine 50 – 1400 mOsm/kg


Berat Jenis Urine 1.001 sampai 1.040
Nitrogen Urea Darah (BUN) 10 – 20 mg/dl.
Kreatinin serum 0,6 – 1,5 mg/dl
Hematokrit 40% - 54% (pria)
37% - 47% (wanita)
Elektrolit
KATION
Na+ Ca2+
K+ Mg2+

ANION
Klorida (Cl-)
Bikarbonat (HCO3 -)
Fosfat (PO3-)
Pengaturan Elektrolit
a. Natrium
 Terbanyak di Extra sel
 Mempengaruhi keseimbangan air,
hantaran infuls dan kontraksi otot
 Diatur oleh intake garam, aldosteron,
dan pengeluaran urine
 Normal: 135-148 mEq/lt
Kalsium
Berguna untuk integritas kulit, struktur sel,
konduksi jantung, pembekuan darah,
pembentukan tulang dan gigi.
Diatur oleh parathyroid dan thyroid

Magnisium
 Kation terbanyak kedua di CIS
 Penting untuk aktifitas enzim, neurochemia,
muskular excibility
 Normal: 1,5-2,5 mEq/lt
Clorida
Terdapatpada CIS dan CES
Normal: 95-105 Eq/lt
Bicarbonat
Sebagaibuffer
Teradapat pada CIS dan CES
Fosfat
Anion buffer pada CIS dan CES
Fungsi untuk meningkatkan kegiatan
neuromuskuler, metab. KH, pengatur As-Bs
Kalium
Kation utama intra seluler
Berfungsi sebagai exitabiliy
neuromuskuler dan kontraksi otot
Untuk pembentukan glikogen, sintesa
protein, pengaturan keseimbangan asam
basa
Normal: 3,5-5,5 mEq/lt
Tes Rentang Rujukan Satuan SI

Natrium serum 135-145 mEq/L 135-145 mmol/L


Kalium serum 3,5-5,5 mEq/L 3,5-5,5 mmol/L
Kalsium serum total 8,5-10,5 mg/dl 2,1-2,6 mmol/L

Magnesium serum 1,5-2,5 mEq/L 0,80-1,2 mmol/L


Fosfor serum 2,5-4,5 mEq/L 0,80-1,2 mmol/L
Klorida serum 100-106 mEq/L 100-106 mmol/L
Kandungan karbon dioksida 24-30 mEq/L 24-30 mmol/L
Osmolalitas serum 280-295 mOsm/kg 280-295 mmol/L
Nitrogen urea darah (BUN) 10-20 mg/dl 3,5-7 mmol/L dari urea
Kreatinin serum 0,7-1,5 mg/dl 60-130 umol/L
Rasio BUN terhadap kreatinin 10 : 1
Hematokrit Pria : 44-52% Fraksi volume : 0,44-0,52
Wanita : 39-47% Fraksi volume : 0,39-0,47
Tes Rentang Rujukan Satuan SI
Glukosa serum 70-110 mg/dl 3,9-6,1 mmol/L
Albumin serum 3,5-5,5 g/dl 3,5-5,5 g/dL
Natrium urin 80-180 mEq/hari 80-180 mmol/hari
Kalium urin 40-80 mEq/hari 40-80 mmol/hari
Klorida urin 110-250 mEq/hari 110-250 mmol/hari
Berat jenis urin 1,025-1,035 = rentang fisiologis setelah 1,025-1,035
restriksi cairan
1,010-1,020 = specimen random dengan
masukan cairan normal
Osmolalitas urine
Rentang ekstrim 50-1400 mOsm/L 40-1400 mmol/kg
Urin tipikal 500-800 mOsm/L 500-800 mmol/kg
pH urin 4,5-8,0 4,5-8,0
Urin tipikal < 6,6 < 6,6
Keseimbangan Asam & Basa
Keseimbangan asam-basa  pengaturan
konsentrasi ion H+ dalam cairan tubuh
Ion H+ sbg hasil dari metabolisme:
C6H12O6 + O2  CO2 + H2O  H2CO3  H+ + HCO3-

[H+] dlm plasma  pH plasma darah = 7,4


Sistem dapar (buffer) menghambat perubahan
pH yang besar jika ada penambahan asam atau
basa

faal_cairan-asam-basa/ikun/2006 24
Sistem Dapar
1. Asam karbonat:Bikarbonat
 sistem dapar di CES untuk asam non-
karbonat
2. Protein
 sistem dapar di CIS & CES
3. Hemoglobin
 sistem dapar di eritrosit untuk asam
karbonat
4. Phosphat
 sistem dapar di ginjal dan CIS

faal_cairan-asam-basa/ikun/2006 25
Mekanisme Regulasi Keseimbangan
Asam-Basa
Sistem dapar hanya mengatasi
ketidakseimbangan asam-basa sementara
Ginjal: meregulasi keseimbangan ion H+ 
dengan menghilangkan ketidakseimbangan
kadar H+ secara lambat; terdapat sistem dapar
fosfat & amonia
Paru-paru: berespons scr cepat thd perubahan
kadar H+ dalam darah & mempertahankan
kadarnya sampai ginjal menhilangkan
ketidakseimbangan tersebut

faal_cairan-asam-basa/ikun/2006 28
Regulasi Pernapasan dlm
Keseimbangan Asam-Basa

Kadar CO2 meningkat  pH menurun


Kadar CO2 menurun  pH meningkat
Kadar CO2 & pH merangsang kemoreseptor yg
kemudian akan mempengaruhi pusat pernapasan
 hipoventilasi meningkatkan kadar CO2 dlm darah
 hiperventilasi menurunkan kadar CO2 dlm darah

faal_cairan-asam-basa/ikun/2006 29
Regulasi Ginjal dlm
Keseimbangan Asam-Basa
Sekresi H+ ke dalam filtrat & reabsorpsi HCO3- ke
CES menyebabkan pH ekstrasel meningkat
HCO3- di dlm filtrat diabsorbsi
Laju sekresi H+ meningkat akibat penurunan pH
cairan tubuh atau peningkatan kadar aldosteron
Sekresi H+ dihambat jika pH urin < 4,5

faal_cairan-asam-basa/ikun/2006 30
Gangguan Keseimbangan
Asam-Basa
1. Asidosis respiratori
hipoventilasi  retensi CO2 H2CO3H+
2. Alkalosis respiratori
hiperventilasi CO2 banyak yg hilang H2CO3   H+ 
3. Asidosis metabolik
Diare, DM HCO3-  PCO2   H+
4. Alkalosis metabolik
muntah  H+  HCO3- PCO2 

faal_cairan-asam-basa/ikun/2006 31
Gangguan keseimbangan elektrolit
& cairan
Hipokalemia: - tanpa defisit K+ total tubuh
- dg.defisit K+ total
Tanpa defisit:
- terjadi pada Alkalosis Resp. K+  intrasel; juga terjadi
pada hipokalemik periodik paralysis & hiperalimentasi
Dengan defisit:
- asupan K+ kurang : anoreksia& alkoholism
- Kehilangan K+ >>: diare hebat, muntah2, laxans>
- Mel.Ginjal: mineralokortikoid> (hiperaldosteron
primer/sekunder pada sirosis, SN, dekomp.); diuretik
berlebihan, pemberian penisilin atau karbenisilin; asidosis
tubular akut, AML, hipomagnesia

32
Gejala hipokalemi
- aritmi: terutama bila mendapat digitalis
- EKG: T mendatar, gel.U, ST depresi, QT
melebar, kepekaan berkurang
- Ileus paralitik, kelemahan otot/kuadriplegi,
hipotensi ortostatik
- Kronik: vakuolisasi sel tub.proksimal, fibrosis
interstitial, atrofi/dilatasi tubulus,
poliuri&polidipsi, osmol.urine menurun
- NH3 meningkat  ekskresi NH4 urine meningkat
- Keasaman berkurang  H+ menurun reabs.
HCO3- metabolik alkalosis

33
Pengobatan
- dapat peroral/ parenteral
- Alkalosis : K+ dalam bentuk KCl
- Alkalosis : bikarbonat, sitrat, glukonat
- Parenteral: 10 meq/jam dengan
pemantauan kadar K+ plasma
- Pemberian dalam larutan NaCl/dextrose

34
Hiperkalemia
Etiologi :
- asupan berlebih peroral/enteral
- Perpindahan K+ ke ekstrasel pada asidosis
- Pseudohiperkalemia: pada pem. Penderita dg.
Lekositosis/trombositosis ok.proses koagulasi/hemolisis.
Gejala:
- kelemahan otot s/d paralisa
- Utk.menurunkan K+, meningkatkan hormon2 aldosteron,
insulin, epinephrin, glukagon u/ menstabilkan gula darah
- Jantung: aritmia/arrest; gambaran EKG: tall T, QRS >, interval
P >, hilangnya P, QRS menyatu dg.T dan disebut sine-wave

35
Pengobatan hiperkalemia
1. Menurunkan K+ plasma:
- pemberian D 10% 500ml/infus ½ jam  insulin endogen 
mendorong K+ masuk sel; pada DM perlu ditambah 15 U insulin
- pada asidosis: K+ luar sel meningkat  dg. Pemberian Na.Bic.
44-88 meq enteral  K+ terdorong masuk dalam sel
- Sod.Polystirene Sulfonat (kayexalate)
- hemodialisis: bila cara2 diatas gagal
2. Menurunkan ambang rangsang neuromuskuler:
- 10 cc Gluonas Calc.10% I.v. Diberikan dlm. 2-3 menit
dapat diulang setelah 5 menit bila gbr. EKG tak berubah
- Terapi cepat dilakukan bila K+ > 8 meq/L atau K+> 6,5
meq/L
disertai perubahan EKG yang lanjut.

36
Gangguan keseimb.Natrium
- Na+: ion utama diluar sel; N: 145 meq/L
- Intrasel 10 meq/L
- Dipertahankan oleh sistim Na-K-ATP ase
- Amat menentukan osmolalitas extrasel selain
kadar glukosa dan ureum.
osmol.=2X Na plasma+ gluc/18+ BUN/2,8
N: osmol.efektif= 2X kadar Na plasma
- hipoNa : akibat hilangnya Na+/ retensi cairan
- hiperNa: hilangnya cairan/ retensi ion Na.

37
Hiponatremi
Etiologi:
1. Deplesi volume sirkulasi:ADH naik haus  retensi cairan 
hiponatremi
2. GGK( LFG rendah): air>  hiponatremi insuff.adrenal  diare, mual,
muntah, hilangnya Na mel.ginjal  hipo Na
3. Sindr.Inappropriate ADH (SIADH) secr.:
Ggn.neuro: infeksi, tumor, vaskuler, GBS
Obat2an : klorpropamid, vincristin,siklofosf.
karbamazepin, tiotiksen.
Infeksi paru: TBC, aspergilosis, pneumonia
Pasca bedah: idiopatik, ADH ektopik, karsinoma, pemberian ADH,
vasopresin, oksitosin
4. Hiponatremi esensial

38
Gejala hiponatremi
- G/ timbul o.k edema otak
- Hipoosm.otak terjadi 24 jam setelah plasma
- Na.< 125 meq/L nausea, malaise
- Na. 110-120 : letargi dan sakit kepala
- Na. < 110 meq/L: kejang2 dan koma
Pengobatan:
- menjaga agar kadar Na > 120 meq/L
- Rumus: kehilangan= 0,6X BBX (140-Na plasma)
- Bila disertai kehilangan cairan:
Kehilangan Na= 0,6XBBX (140-Na.Pl) + 140X turunnya BB
- Pemberian NaCl: deplesi cairan, Insuf.adrenal, ok. Diuretik
- Restriksi cairan: edema, SIADH, GGK, polidipsi psikogen.

39
Hipernatremia
Etiologi :
1. Fluid-loss: insensibel loss (demam, ISPA, luka
bakar, didaerah suhu tinggi); diabetes
insipidus; pemberian diuretik; ggn.hipotala
mus hipodipsi ok ggn. Osmoreseptor
2. Intake Na+ >: pemberian NaCl hipertonik
Na.Bik.> atau NaCl peroral >, sindroma
Cushing dan hiperaldosteronism

40
Gejala hipernatremi:
Berupa G/ neurologis: letargi, kelemahan otot, kedutan
(twitching), kejang2 dan koma..
Terjadi ok keluarnya cairan dari sel otak
Dapat terjadi perdarahan otak

PENGOBATAN:
def.cairan= 0,6XBBX (Na/140 – 1)
( pada wanita 0,5)
Dg. Cairan glukosa isotonik peroral atau enteral; pada
diabetes insipidus diberikan diuretik (Hct) dg. diet
rendah Na, atau pemberian klofibrat, klorpropamid,
asetaminofen, karbamasepin, pitresin dalam minyak

41
Gangguan keseimb.kalsium
- 40% Ca serum terikat albumin
- 55-60% difusabel berupa ion Ca++/ kompleks Kalsium
- Kebutuhan kalk 0,5 g/hari (DepKes); saat hamil perlu tambahan
0,5 g/hari
- Diet rata2 mengandung 0,4-1,4 g dg susu  2,8 g/hari
- Diabsorbsi usus halus proksimal secara difusi pasif; abs.
Menurun ok oksalat, sitrat atau fitat; peristaltik meningkat atau
def.protein; Abs.naik pada pemberian vit.D3 (kolekalsiferol),
hormon PTH
- Ekskresi melalui urine secara filtrasi & reabsorbsi ( 99%)
melalui tub.prox.(20-30%), Loop Henle (10-15%); tub.distal
(2-8) ; reabsorbsi ini seimbang dengan abs. Na.

42
Hipokalsemia :
Etiologi :
1. Def.vit.D: makanan kurang lemak, sindrom
malabsorbsi( gastrektomi, pankreatitis, obat pencahar),
ggn.metab.vit.D (vit.D deficient Rickets= kel.otosomal
resesif), renal insuf., ggn.fgs.hati, obat anti kejang
2. Hipoparatiroidism
3. Pseudohipoparatiroidism
4. Keganasan
5. Hipofosfatemia
Pengobatan : koreksi defisiensi dg kalsium iv (Ca.Gluconat/
klorida 10%) atau peroral (Ca.Gluconas/karbonat);
dpt. Disertai pemberian vit.D dosis besar

43
Hiperkalsemia
Etiologi:
1. Hiperparatiroidisme
2. Tumor ganas yg mengeluarkan PTH
3. Intoksikasi vit.D
4. Intoksikasi vit. A
5. Hipertiroid
6. Insufisiensi adrenal
7. Milk Alkali Syndrome: ok pemberian antasid
disertai pemberian susu> pada ulkus peptikum
atau pemberian tiasid lama bersama vit.D.

44
Pengobatan:
1. Fosfat: meningkatkan deposisi kalk
tulang & menghambat resorbsi tulang;
hati2 pada GGK
2. Indometasin : berguna pada
hiperkalsemia akibat keganasan
3. Meningkatkan ekskresi dg. Lar. NaCl.
4. Diet rendah kalsium
5. hemodialisis

45
Gangguan keseimb.fosfor
HIPOFOSFATEMIA:
Etiologi:
1. Antasid pengikat fosfat dosis besar
2. Luka bakar yg luas & berat
3. Diet rendah fosfat
4. Alkalosis respiratorik
5. Ketoasidosis diabetik
6. alkoholisme

46
Gejala :
1. Kerusakan eritrosit
2. Gangguan fungsi lekosit
3. Gangguan fungsi trombosit
4. Gangguan fingsi saraf pusat
5. Rabdomiolisis
PENGOBATAN:
Pemberian garan fosfat peroral/intravena

47
Hiperfosfatemia
Etiologi:
Pemberian fosfat> peroral/enema/ enteral,
pada gagal ginjal akut/kronik
Pemberian sitostatik sitolisis  fosfor
keluar kedalam darah
Gejala: tetani ok penekanan kadar kalsium,
pengendapan kalsium pd jar.lunak

48
Hipomagnesemia:
Etiologi:
1. Ggn.abs.: primer, steatorea, reseksi usus,
2. Alkoholism kronik
3. Ketoasidosis diabetik
4. Pemberian diuretik, sindr.Barter, SIADH,
Hiperaldosteron, vit.D>, hiper PTH
G/: otot lemah, fasikulasi, tremor, tetani, tanda
Chovstek, tanda Trosseau; gelisah, psikosis
Terapi: pemberian magnesium p.o/I.v

49
Hipermagnesemia
E/: GGK atau insuf.hormon korteks adrenal
G/: ggn.saraf pusat& neuromusk. A.l.
gangguan menelan,
quadriplegi,ggn.bicara, kelumpuhan
pernafasan
Tx/: pemberian kalsium 5-10 meq I.v
diuretik bila fungsi ginjal baik
hemodialisis

50
Gangguan keseimbangan
asam - basa
- penting u/ menjaga fgs.organ tubuh
- Diatur oleh ginjal dan paru
- Rumus Henderson:

H+= 24X P CO2 : (HCO3-)


- nilai normal pH : 7,40 + 0,02
H+ : 40 + 2 mmol/L
P CO2 : 40 + 2 mmHg
HCO3- : 25 + 2 mmol/L

51
Gangguan asam-basa:
- asidosis metabolik: H+ naik, HCO3 turun
- Alkalosis metabolik : H+ turun, HCO3 naik
- Asidosis respiratorik: H+ naik, PaCO2 naik
- Alkalosis resp. : H+ turun, PaCO2 turun
- Anion gap: u/ mengetahui ion lain selain ion Cl
dan HCO3 seperti laktat/hidroksi butirat
- Rumus;
anion gap= Na – ( Cl + HCO3)
- harga normal : 12 + 2 meq/L

52
Asidosis metabolik:
E/: penambahan asam baru: asidosis laktat,
ketoasidosis, infeksi, prod.asam usus>,
keracunan metanol,etilen glikol, salisilat
HCO3 loss: diare, ileus, ileal conduit
Ginjal: asidosis tub.akut, inhibitor
kegagalan prod. Bikarb.: GGT,
hiperkalemi, penyakit medula
G/: Kussmaul resp.,hipotensi, mual, muntah,
hiperkalemi, depresi miokard, resisten
vasopresor
Tx/: Bikarbonat iv/po: 0,4X BBX def.Bicarbonat
53
Alkalosis metabolik
Etiologi:
1. Defisit cairan extrasel:
a. kehilangan cairan lambung: muntah2
b. diuretik berlebihan
c. kehilangan NaCl> usus: diare
d. pascahiperkapnea & sindroma Barter
2. Volume cairan normal/berlebih
a. hiperaldosteronisme primer/sekunder
b. sindroma Cushing
c. intake mineralokortikoid berlebihan
Pengobatan: koreksi defisit cairan dg. Lar.NaCl, koreksi defisit
K, Na, Cl, & menghambat aktifitas aldosteron

54
Asidosis respiratorik
Ok. Paru tak mampu mengeluarkan CO2:
1. Gangguan pusat pernafasan
2. Penyakit otot pernafasan: GBS, obat2,
Miastenia Gravis
3. Ggn.elastisitas sal.nafas: fibrosis pulm.,
peny.interstisial paru, obstruksi ( asma,
emfisema, bronkitis, bronhiolitis)

55
Alkalosis respiratorik:
Timbul akibat hipoksi atau hipotensi:
1. Penyakit paru: pneumoni, asma, edem paru
2. Berada didaerah tinggi/gunung
3. Penyakit jantung kongestif
4. Obat2: salisilat, teofilin
5. Hiperventilasi primer/sentral, pernafasan
Cheyne-Stokes, perdarahan sub-arachnoid
6. Hiperventilasi psikogenik, sirosis, sepsis,
asidosis metabolik yg.baru teratasi
7. Latihan fisik

56
MODALITAS TERAPI
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
INTAKE DAN OUTPUT RATA-RATA HARIAN DARI
UNSUR TUBUH YANG UTAMA

Intake (Range) Output (range)


AIR (ml) 1.Urine = 1400 – 1.800
Air minum = 1400 – 1800 2.Faeces = 100
Airdalam makanan= 700 – 1000
3.Kulit = 300 - 500
Air hasil oksidasi = 300 - 400
 
4.Paru-paru = 600 - 800
 
TOTAL = 2400 -3200 TOTAL = 2400 – 3200
Intake (range) Output (range)

Natrium(mEq)=70 (50-100)  Urine = 65 (50-100)


 Faeces = 5 (2-20)

Kalium (mEq) = 100 (50-120) Urine = 90 (50-120)


 Faeces = 10 (2-40)

Magnesium (mEq) = 30 (5-60)  Urine = 10 (2-20)


 Faeces = 20 (2-50)

Kalsium (mEq) = 15 (2-50)  Urine = 3(0-10)


 Faeces = 12 (2-30)

Protein (g) = 55 (30-80)

Nitrogen (g) = 8 (4-12)

Kalori = 1800-3000
Insensible Loss (IWL)

 Merupakan Kehilangan cairan melalui kulit (difusi)


& paru
 Untuk mengetahui “Insensible Loss (IWL)” dapat
menggunakan penghitungan sebagai berikut :
o DEWASA = 15 cc/kg BB/hari
o ANAK = (30 – usia (th)) cc/kg BB/hari
Jika ada kenaikan suhu :
o IWL = 200 (suhu badan sekarang – 36.8C)
TERAPI CAIRAN
Komponen Cairan infus
Aquadest
Sumber energi : Dextrose 5%, 10%, 20%,
40%
Elektrolit esensial : Na, K, Cl
Krektor basa : -Bicarbonat, -Laktat, -
Acetat
Jenis Cairan Infus
1. Larutan Infus karbohidrat :
a. Dx 5%, Dx 10%
b. Maltos-10 %

2. Larutan Elektrolit :
a. NaCl 0,9% (NS)
b. Ringer Laktat
c. Ringer setat
Jenis Cairan Infus lanjutan

3. Untuk Rumatan :

 Kaen 1B ( Dx5% : NS = 3 : 1 )
 Kaen 3A ( Dx + NS + K 10 mq/L + Laktat 20
mEq/L )
 Kaen 3B (Dx + NS + K 20 mq/L + Laktat 20 mEq/L
)
 Kaen Mg3 ( Dx10% + NS + K 20 mq/L + Laktat 20
mEq/L )
 Kaen 4A ( Dx 5% : NS ( 4 : 1) + Laktat 10 mEq/L )
 Kaen 4B (Dx 5% : NS ( 4 : 1) + K 8 mEq/L + Laktat
10 mEq/L )
Jenis Cairan Infus lanjutan

4. Larutan karbohidrat dan elektrolit :


a. D5-NS ( dx5%, NaCl 0,9% )
b. D5-1/2NS
c. D2,5-1/2NS
d. D5-1/4NS
e. RD 5 ( 5% Dx dlm Ringer inj. )
f. RL-D5 (5% Dx dlm RL inj. )
g. Asering-5 ( Asering , Dx5% )
TERAPI CAIRAN

RESUSITASI KOREKSI RUMATAN

Hipo/hiper Na
Hipo/hiper K

KRISTALOID KOLOID ELEKTROLIT NUTRISI

Kaen 1B
RL Dextran Kaen 3B Aminofusin
RA Haemacel Kaen 3A Kaen Mg3/tridex 100
NS Gelofusin Kaen 4A
Kaen 4B

Menggantikan kehilangan akut cairan tubuh Memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi
Kebutuhan Cairan

Neonatus Bayi & Anak DEWASA

Aterm Preterm
Kebutuhan Cairan
Neonatus Aterm
 Hari 1: 60 – 80 cc/kgbb/hari ;
jenis cairan Dx 5% / 10%

 Hari 2 – 7 : 80 – 120 cc/kgbb/hari ;


jenis cairan N5 (D5-1/4NS ) atau campuran yg dibuat
(Dx : NS = 4:1)

- Kebutuhan cairan dinaikkan setiap hari 10 – 20


cc/kgbb/hari
Kebutuhan Cairan
Neonatus Preterm
• Hari 1 – 3 :
BB < 800 gr : 80-100 cc/kgbb/hari
BB > 800 gr : 100-160 cc/kgbb/hari
jenis cairan Dx 5% / 10%

 Hari 3 – 7 :
Sda dg mulai menambahkan elektrolit ( Kcl : 10
meq/kkolf; Ca gluconas 2 – 4 meq/kgbb/hari
Jenis cairan N5 (D5-1/4NS ) atau campuran yg
dibuat

 Kebutuhan cairan dinaikkan setiap hari 10 – 20


cc/kgbb/hari
Contoh
Contoh : Neonatus aterm dg BB = 3 kg
Kebutuhannya hari 1 adalah : 3 x 60 cc = 180
cc/hari
Konversi ke dalam tetesan mikro :
180 x 15 x 4 = 180 = ≈8 tetes/menit

24 x 60 24

Catatan : 1 cc (ml) = 20 tetes makro


1 tetes makro = 3 tetes mikro
Kebutuhan Cairan
Bayi dan Anak
 Kebutuhan Rumatan:
 10 kgbb pertama : 100 cc/kgbb/hari
 10 kgbb kedua : 50 cc/kgbb/hari
 Selebihnya : 20 cc/kgbb/hari

 Contoh anak dg BB 25 kg, kebutuhan cairannya adalah :


10 x 100 cc = 1000 cc
10 x 50 cc = 500 cc
5 x 20 cc = 100 cc

Jumlah = 1600 cc

 Konversi ke dalam tetesan makro :


 
 1600 x 15 = 1600 = ≈18 tetes/menit
24 x 60 96
Kebutuhan Cairan
Pada Dehidrasi Sedang (iv)
 Jumlah kehilangan cairan Previous Water Loss (PWL): 6 – 10 % BB
atau rata 8% BB

 Kebutuhan cairan : Rumatan + PWL, konversi ke tetesan


 Contoh : anak dg BB 10 kg
 Rumatan : 10 x 100 cc = 1000 cc
 PWL : 8% x 10 kg = 0,8 kg cairan ∞ 800 cc
 Jumlah kebutuhan cairan : 1000 + 800 = 1800 cc
 Konversi ke tetesan makro : 1800 / 96 = 20 tetes/ menit
• Observasi, bila telah rehidrasi, kembali ke tetesan rumatan
Alternatif lain
( Buku Pelayanan Kesehatan Anak di RS , WHO )
 Berikan cairan sebanyak : 70 ml/kgbb
 Untuk bayi ( <12 bln ) : habiskan dalam 5 jam
 Untuk anak ( >12 bln) : habiskan dalam 2,5 jam
 Contoh, bayi 8bl, 10 kg :

Kebutuhan cairan = 10 x 70 ml = 700 ml


Tetesan : 700 x 15 = 35 (36 tpm)
5 x 60
 Selanjutnya berikan tetesan rumatan
Kebutuhan Cairan
Dehidrasi Berat
 Jenis cairan : Kristaloid ( RL, RA NS )
 Jumlah Caira :
 Bayi : 1 jam pertama : 30 ml/kgbb
5 jam berikut : 70 ml/kgbb
 Anak : 30 menit pertama : 30 ml/kgbb
2,5 jam berikut : 70 ml/kgbb
Edema
 Excess interstitial fluid.
Edema typically is most apparent in areas where the
tissue pressure is low, such as around the eyes, and in
dependent tissues (known as dependent edema), where
hydrostatic capillary pressure is high.

Pitting edema: edema that leaves a small depression or


pit after finger pressure is applied to the swollen area.
Odema Pitting
 +1: Setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan
jari telunjuk) maka daerah yang odema akan
menampakkan/memperlihatkan cekungan
sedalam 2 mm
 +2: Setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari
telunjuk) maka daerah yang odema akan
menampakkan/memperlihatkan cekungan sedalam
4 mm
 +3: Setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari
telunjuk) maka daerah yang odema akan
menampakkan/memperlihatkan cekungan
sedalam 6 mm
 +4: Setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari
telunjuk) maka daerah yang odema akan
menampakkan/memperlihatkan cekungan sedalam 8
mm
Koreksi
1. HipoNa
2. Hiper Na
3. Hipo K
4. Hiper K
Koreksi Hiponatremia
 Batasan : Na darah < 139 mEq/L
 Kadar < 120 mEq/L -> edem serebri
 Batas aman bila Na = 125 mEq/L
 Rumus koreksi :
Na = ( 125-Na darah) x 0,6 x BB (kg)
 Cairan yang dipakai : NaCl 3% (513 mEq/L)
 Contoh :
 Bayi 10 bl, 8 kg, dg diare dan hipoNa (118 mEq/L)
 Na = ( 125-118 ) x 0,6 x 8 = 33,6 ( 34 )
 NaCl 3% = (34/513)x1000 ml = 66,276 (66) ml
 Tetesan = (66 x 15)/(4 x 60) = 4 tpm = 16 tpm mikro
Koreksi hipernatremia
 Batasan : bila kadar Na darah > 150 mEq/L
 Etilologi :
 Masukan cairan yg tidak adekuat
 Salah konsumsi cairan rehidrasi oral dg Na tinggi

 Bila kadarnya > 160 mEq/L  kelainan pd SSP


 Koreksi :
 Atasi kead shock dg NS / RL / RA
 Pemberian cairan dg NaCl rendah (Kaen 1B) bila
telah ada diuresis + KCl 20 mEq/L
 Defisit cairan dikoreksi dalam 2 x 24 jam
 Hari I : 50% defisit + Rumatan
 Hari II : 50% defisit + Rumatan
Koreksi Hipokalemia
 Batasan : kadar K < 3,5 mEq/L
 Etilogi :
 Masukan cairan yg kurang dlm jangka lama
 Gangguan sal cerna ( munyah >> )

 Koreksi :
 Bila K < 2,5  tambahkan KCl 7,46% ( 1ml = 1 mEq/L) dalam
infus dg dosis 3-5 mEq/kgbb, max 40 mEq/L atau 20 mEq/kolf
 Bila K 2,5 – 3,5  tambahkan KCl 10 mEq per kolf  periksa
ulang sesudah 24 jam
Koreksi Hiperkalemia
 Batasan : kadar K > 5,5 mEq/L
 Koreksi :
 K < 6 mEq/L  Kayeksalat 1g/kgbb per oral, dilaurutkan dg
2ml/kgbb lar sorbitol 70%, atau
  Kayeksalat 1g/kgbb per enema, dilarutkan dg 10
ml/kgbb lar sorbitol 70%, diberikan melaui kateter folley, diklem
selama 30-60 menit
 K 6–7 mEq/L NaHCO3 7,5%, dosis 3 mEq/kgBB IV atau 1 unit
insulin/5 g glukosa
 K > 7 mEq/L  Ca glukonas 10%, dosis 0,1-0,5 ml/kgbb iv dg
kecepatan 2 ml/menit
 Kadar K > 9 mEq/L  fibrilasi atau asistole
Peran perawat dalam obsv cairan

Arti FAKTOR TETES ????

MIKRO = 60

MAKRO = 20
FAKTOR TETES
MAKRO 20 = UNTUK MENGHABISKAN
1 CC CAIRAN BUTUH 20 KALI TETESAN
◦ 1 cc = 20 Tetes
◦ 1 Tetes = 1: 20 = 0,05 cc

MIKRO 60 = UNTUK MENGHABISKAN 1


CC CAIRAN BUTUH 60 TETESAN
◦ 1 cc = 60 Tetes
◦ 1 Tetes = 1: 60 = 0,01666666666666666666667 cc
1 cc = 20 Tetes
1 Tetes = 1: 20 = 0,05 cc

Aplikasi
Pasien Tn A dengan thipoid fever mendapat tx
cairan Ns sebanyak 30 tpm makro

Artinya
1 menit = 30 tetes = 30 x 0,05 = 1,5 cc
1 jam = 1,5 cc x 60 mnt = 90 cc
1 hari = 90 cc x 24 = 2160 = 4 botol Ns lebih 160 cc
1 cc = 20 Tetes
1 Tetes = 1: 20 = 0,05 cc

APLIKASI
Pasien ny D dengan anemia gravis mendapat
tranfusi PRC 3 kantong
( 1 kantong = 100 cc)

Berapa jam waktu untuk menghabiskan 1 kantong PRC


dengan tetesan 40 TPM
1 menit = 40 tpm = 40 x 0,05 cc = 2 cc
2 cc = 1 mnt =>
1 cc = ½ mnt = 0,5 mnt
100 cc= 100cc x 2 menit= 50 menit
1 cc = 20 Tetes
1 Tetes = 1: 20 = 0,05 cc

APLIKASI
Pasien tn K dengan Fr femur open. Mendapat
resusitasi HAES 1 flash dalam 4 jam
(1 flas HAES = 500 cc)

Berapa tetesan yang harus dijalankan?

500 harus habis dalam 4 jam


1 jam = 500/4 = 125 cc
1 mnt = 125/60 = 2,08 cc
2,08 cc = …? Tetes = 2,08 / 0,05 cc= 41,6 tpm
1 cc = 20 Tetes
1 Tetes = 1: 20 = 0,05 cc

Aplikasi
Pasien Tn A dengan thipoid fever mendapat tx
cairan Ns sebanyak 30 tpm makro

Setelah 5 jam berapa cc ns yang sudah masuk

Artinya
1 menit = 30 tetes = 30 x 0,05 = 1,5 cc
1 jam = 1,5 cc x 60 mnt = 90 cc
5 jam = 90 cc x 5jam = 450 cc

Anda mungkin juga menyukai