Disusun Oleh :
Tahun 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala karena telah
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan Makalah Hasil Diskusi tentang “
MEMBANGUN TIM WORK DAN BERKERJA DENGAN TIM SECARA
EFEKTIF”.
Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata kami
mengharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................2
BAB 1......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................5
BAB 2......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................................6
2.1 MODEL EFEKTIFITAS TIM KERJA.........................................................................6
2.2 MANAJEMEN PERAN SERTA (PARTISIPATIVE MANAGEMENT.....................7
2.3 PENGARUH KERJASAMA TIM DAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJA
KARYAWAN..........................................................................................................................8
2.4 KARYAWAN TEAM WORK DAN PARTISIPASI EFEKTIF DALAM
MENINGKATKAN KINERJA...............................................................................................9
BAB 3....................................................................................................................................20
PENUTUP.............................................................................................................................20
5.1 KESIMPULAN..........................................................................................................20
5.2 SARAN......................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................22
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Dengan adanya partisipasi karyawan dalam proses kegiatan organisasi, hal ini
akan meningkatkan kesadaran karyawan akan tugas dan tanggung jawab yang
3
dibebankan kepadanya. Dengan adanya partisipasi, karyawan tahu benar mengenai
apa yang harus dikerjakan berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan
Masalah kinerja bagi perusahaan adalah masalah yang sangat penting. Tanpa
adanya kinerja yang baik tidak mungkin perusahaan dapat menghasilkan produk yang
kompetitif. Peningkatan kinerja mempunyai implikasi yang positif bagi perusahaan
itu sendiri, artinya perusahaan dapat menghasilkan kuantitas dan kualitas produk yang
optimal dengan harga bersaing. Selain itu juga, mempunyai implikasi yang positif
terhadap kualitas kehidupan karyawan, karena memberikan sumbangan terhadap
peningkatan kualitas hidup karyawan. Kinerja karyawan akan meningkat bila
didukung oleh penerapan sistem manajemen kinerja dan sistem pengembangan karir
yang baik dan efektif serta penerapan kerjasama tim dan partisipasi karyawan.
1.2 TUJUAN
4
7. Untuk mengetahui pengkajian komunitas (community as partner)
Anderson and Mc Farlane
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
6
2.2 JENIS-JENIS BENCANA
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam misalnya, kegagalan
teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh manusia misalnya, konflik sosial antar
kelompok, antar komunitas masyarakat dan teror
2. Bencana ulah manusia ( man mad disaster ), yaitu kejadian yang antara lain
dikarenakan ulah atau perbuatan manusia, seperti kecelakaan berkendara,
kebakaran, huru hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, gangguan
komunikasi, gangguan transportasi
Disisi lain, bila kejadian bencana ditinjau dari cakupan wilayahnya, bencana
dibedakan dalam dua jenis, yaitu bencana lokal dn bencana regional :
1. Bencana lokal, bencana ini dapat menimbulkan dampak pada wilayah sekitar
yang berdekatan. Jenis bencana ini biasanya karena ulah manusia seperti
kebakaran, ledakan teroris, kebocoran bahan kimia
2. Bencana regional, jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada
area geografis yang cukup luas, dan biasa disebabkan oleh faktor alam seperti
badai, banjir, letusan gunung, tornado.
7
2.3 KELOMPOK RENTAN
8
2.4 PERAN PERAWAT DALAM BENCANA
Peran perawat diharapkan dalam setiap bencana yang terjadi. Menurut Santamaria
(1995) bencana terjadi melalui tiga fase yaitu pre-impact (pra dampak) dan impact
(dampak), dan post impact.
1. Fase pra dampak (pre impact)
a. Bertindak cepat.
9
Keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar pasien
mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal,
trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat
I-II.
b. Kuning (penting, prioritas kedua).
Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sistemik namun
belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini
sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit.
Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur
terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II.
c. Hijau (prioritas ketiga).
Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka bakar
minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi.
d. Hitam (meninggal).
Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari
bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal.
10
2.5 PENANGGULANAGAN BENCANA DI BIDANG KESEHATAN
Kejadian atau peristiwa bencana yang disebabkan oleh alam atau ulah
manusia, baik yang terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, dapat
menyebabkan hilangnya jiwa manusia, trauma fisik dan psikis, kerusakan
harta benda dan lingkungan, yang melampaui kemampuan dan sumberdaya
masyarakat untuk mengatasinya.
Upaya yang dilakukan segera setelah kejadian bencana yang bertujuan untuk
menanggulangi dampak yang timbul akibat bencana, terutama penyelamatan
korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.
3. Pemulihan (recovery)
Proses pemulihan kondisi masyarakat yang terkena bencana baik dampak fisik
dan psikis, dengan memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan
semula. Hal ini dilakukan dengan memperbaiki prasaran dan pelayanan dasar
(jalan, listrik, air bersih, pasar, Puskesmas dll) dan memulihkan kondisi
trauma psikologis yang dialami anggota masyarakat.
4. Pembangunan (development)
Merupakan fase membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak akibat
bencana. Pembangunan ini dapat dibedakan menjadi 2 tahapan. Tahapan yang
pertama yaitu rehabilitasi yang merupakan upaya yang dilakukan setelah
kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumah, fasilitas
umum dan fasilitas sosial serta menghidupkan kembali roda ekonomi.
Tahapan yang kedua yaitu rekonstruksi, yang merupakan program jangka
menengah dan jangka panjang yang meliputi program fisik, sosial dan
ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang
sama atau lebih baik.
5. Pencegahan (prevention)
11
Tindakan pencegahan yang harus dilaksanakan antara lain berupa kegiatan
untuk meningkatkan kesadaran/kepedulian mengenai bahaya bencana.
Langkah-langkah pencegahan difokuskan pada intervensi terhadap gejala-
gejala alam dengan tujuan agar menghindarkan terjadinya bencana dan atau
menghindarkan akibatnya dengan cara menghilangkan atau memperkecil
kerawanan dan meningkatkan ketahanan atau kemampuan terhadap bahaya.
6. Mitigasi (mitigation)
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana, baik secara fisik
struktural dengan pembuatan bangunan-bangunan fisik maupun non-fisik
struktural melalui perundang-undangan dan pelatihan. Mitigasi merupakan
semua aktivitas yang dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi derajat
risiko jangka panjang dalam kehidupan manusia yang berasal dari kerusakan
alam dan buatan manusia itu sendiri (Stoltman et al., 2004).
7. Kesiapsiagaan (preparedness)
Manusia sebagai makhluk yang utuh atau holistik memiliki kebutuhan yang
kompleks yaitu kebutuhan biologis, psikologis, sosial kultural dan spiritual.
Spiritual digambarkan sebagai pengalaman seseorang atau keyakinan
seseorang, dan merupakan bagian dari kekuatan yang ada pada diri seseorang
dalam memaknai kehidupannya. Spiritual juga digambarkan sebagai
pencarian individu untuk mencari makna (Bown &Williams, 1993). Dyson,
Cobb, dan Forman (1997) menyatakan bahwa spiritual menggabungkan
perasaan dari hubungan dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan dengan
kekuatan yang lebih tinggi.
12
kondisi bencana, spiritualitas seseorang merupakan kekuatan yang luar biasa,
karena spiritualitas seseorang ini mempengaruhi persepsi dalam memaknai
bencana selain faktor pengetahuan, pengalaman, dan sosial ekonomi. Kejadian
bencana dapat merubah pola spiritualitas seseorang. Ada yang bertambah
meningkat aspek spiritualitasnya ada pula yang sebaliknya. Bagi yang
meningkatkan aspek spiritualitasnya berarti mereka meyakini bahwa apa yang
terjadi merupakan kehendak dan kuasa sang Pencipta yang tidak mampu di
tandingi oleh siapapun. Mereka mendekat dengan cara meningkatkan
spiritualitasnya supaya mendapatkan kekuatan dan pertolongan dalam
menghadapi bencana atau musibah yang dialaminya. Sedangkan bagi yang
menjauh umumnya karena dasar keimanan atau keyakinan terhadap sang
pencipta rendah, atau karena putus asa.
13
BAB 3
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian
1. Umum
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Status
Pekerjaan
Agama
2. Khusus
a. Data Subjektif
Menceritakan kejadian/periatiwa yang traumatis
Mengatakan takut atas kejadian bencana yang terjadi
Mengatakan resah saat teringat kembali peristiwa bencana yang
dialaminya
Mengatakan merasa tidak berguna
Menyatakan was-was
Merasakan fikiran terganngu
Tidak ingin mengingat peristiwa itu kembali dengan menceritakannya
lagi
Mengingkari peristiwa trauma
Merasa malu
Mengatakan setiap mengingat kejadian bencana merasa jantung berdebar-
debar
b. Data Objektif
Mengasingkan diri
Menangis
Marah
Gelisah
14
Menghindar
Mengasingkan diri
Depresi
Sulit berkomunikasi
Keadaan mood terganggu
Sesak didada
Lemah
3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi kehilangan :
a. Genetik
Individu yang dilahirkan dibesarkan dalam keluarga yang mempunyai
riwayat depresi biasanya sulit mengembangkan sikap optimis dalam
menghadapi suatu permasalahan, termasuk menghadapi kehilangan.
b. Kesehatan fisik
Individu dengan keadaan fisik sehat, cara hidup teratur, cenderung
mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan
dengan individu yang sedang mengalami gangguan fisik
c. Kesehatan mental/jiwa
Individu yang mengalami gangguan jiwa seperti depresi yang ditandai
dengan perasaan tidak berdaya pesimis dan dibayangi dengan masa depan
yang suram, biasanya sangat peka terhadap situasi kehilangan.
d. Pengalaman kehilangan di massa lalu
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang bermakna dimasa kanak-
kanak akan mempengaruhi individu dalam menghadapi kehilangan dimasa
dewasa
4. Faktor Presipitasi
Stress yang nyata seperti kehilangan yang bersifat Bio-Psiko-Sosial
antara lain kehilangan kesehatan (sakit), kehilangan fungsi sseksualitas,
kehilangan keluarga dan harta benda. Individu yang kehilangan sering
menunjukkan perilaku seperti menangis atau tidak mampu menangis, marah,
putus asa, kadang ada tanda upaya bunuh diri atau melukai orang lain yang
akhirnya membawa pasien dalam keadaan depresi.
5. Spiritual
a. Keyakinan terhadap Tuhan YME
b. Kehadiran ditempat Ibadah
c. Pentingna Agama dalam kehidupan pasien
d. Kepercayaan akan kehidupan setelah kematian
6. Orang-orang terdekat
15
a. Status perkawinan
b. Siapa orang terdekat
c. Anak-anak
d. Kebiasaan pasien dalam tugas-tugas keluarga dan fungsi-fungsinya
e. Bagaimana pengaruh orang-orang terdekat terhadap penyakit atau masalah
f. Proses interaksi apakah yang terdapat dalam keluarga
g. Gaya hidup keluarga, missal : Diet, mengikuti pengajian
1. Sosioekonomi
a. Pekerjaan : keuangan
b. Faktor-faktor lingkungan : rumah,pekeerjaan dan rekreasi
c. Penerimaan sosial terhadap penyakit atau kondisi, misal : PMS, HIV,
Obesitas, dll.
1. Kultural
a. Latar belakang etnis
b. Tingkah laku mengusahakan kesehatan, rujuk penyakit
c. Faktor-faktor kultural yang dihubngkan dengan penyakit secara umum dan
respon terhadap rasa sakit
d. Kepercayaan mengenai perawatan dan pengobatan
16
BAB 4
KASUS SEMU
4.1 KASUS
tn,t 25 tahun laki-laki yang beralamat di Jl.jalan sudah menikah, klien merasa
bersedih karena kehilangan anaknya akibat kecelakaan maut yang menimpa tn,t
dan An,n tn,n mengatakan dirinya tidak ingin mengingat peristiwa itu kembali, tn
n mengatakan dirinya merasa tidak berguna dan merasa bersalah. Saat pengkajian
tn.n menangis dan tampak gelisah
4.2 PENGKAJIAN
1. Umum
Nama : tn.t
Usia : 25
Jenis Kelamin : laki laki
Alamat : Jl.jalan
Status : menikah
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : islam
2. Khusus
c. Data Subjektif
tn.n merasa bersedih, tn.t mengatakan dirinya tidak ingin mengingat
peristiwa itu kembali dengan menceritakannya lagi. tn.n mengatakan dirinya
merasa tidak berguna dan merasa bersalah.
d. Data Objektif
Menangis, gelisah tampak panik
3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi kehilangan :
An,n adalah anak dari tn,t
17
4. Faktor Presipitasi
tn.t merasa sangat kehilangan karena an,n meninggal
5. Spiritual
tn,t merasa bersalah karena menganggap dirinya yang membunuh anaknya, dan
dia ketakutan karena membunuh adalah menyalahi keyakinan tn,t
6. Orang-orang terdekat
2. Sosioekonomi
2. Kultural
Kembali berduka
DO berlebihan
Menangis
Gelisah Menangis dan
Tampak panik ketakutan
18
Identifikasi reaksi awal
terhadap kehilangan
Terapeutik:
Tunjukkan sikap
menerima dan empati
Motivasi agar mau
mengungkapkan perasaan
kehilangan
Motivasi untuk
menguatkan dukungan
keluarga atau orang
terdekat
Fasilitasi melakukan
kebiasaan sesuai dengan
budaya, agama dan norma
sosial
Fasilitasi mengekspresilan
perasaan dengan cara yang
nyaman (mis.membaca
buku,menulis,menggambar
atau bermain)
Diskusikan strategi kopig
yang dapat digunakan
Edukasi
Jelaskan kepada pasien dan
keluarga bahwa sikap
mengingkari, marah, tawar
menawar, sepresi dan
menerima adalah wajar
dalam menghadapi
kehilangan
Anjurkan mengidentifikasi
ketakutan terbesar pada
kehilangan
Anjurkan mengekspresikan
perasaan tentang kehilangan
Ajarkan melewati proses
berduka secara bertahap
19
BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
20
5.2 SARAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22