Anda di halaman 1dari 8

EFEKTIFITAS PEMBERIAN MINUMAN SARI KUNYIT (CURCUMA LONGA LINN)

TERHADAP PENURUNAN NYERI MENSTRUASI “DISMENOREA” PRIMER PADA


REMAJA PUTRI KELAS X SMK NEGERI 4 BANJAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PATARUMAN II

Retno Wulandari
Prodi Ilmu Keperawatan STIKes Bina Putera Banjar, Indonesia

ABSTRAK

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar
atau 18% dari jumlah penduduk dunia. Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa
anak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan baik fisik maupun psikis. Salah satu ciri
menandai masa pubertas perempuan adalah menstruasi, dan gangguan menstruasi yang sering terjadi
yaitu dismenorea. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian minuman sari
kunyit (curcuma longa linn) terhadap penurunan nyeri menstruasi “dismenorea” primer pada remaja
putri kelas X SMK Negeri 4 Banjar di Wilayah Kerja Puskesmas Pataruman II. Jenis penelitian yang
digunakan yaitu quasy eksperimen dengan rancangan one group pretest-posttest design. Populasi yang
digunakan adalah remaja putri yang mengalami nyeri menstruasi berjumlah 20 remaja putri, dengan
teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian
menunjukan bahwa terdapat penurunan nilai rata-rata skala nyeri sebesar 3,85 setelah diberikan
minuman sari kunyit selama 20 menit saat dismenorea. Nilai p-value yang diperoleh dari hasil uji
statistik menggunakan Uji Wilcoxon adalah 0,000 < 0,05 yang artinya minuman sari kunyit efektif
untuk menunrunkan skala nyeri menstruasi pada remaja putri kelas X SMK Negeri 4 Banjar di
Wilayah Kerja Puskesmas Pataruman II. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan
penelitian lanjutan terhadap kunyit sebagai antiseptik, obat luka dan penyakit kulit.

Kata Kunci : Kunyit, Dismenorea, Remaja.

ABSTACT

World Health Organization (WHO) estimates that the youth group is 1.2 billion or 18% of the
world's population. Adolescence is a period of transition or transition from childhood to adulthood
which is marked by changes both physically and psychologically. One of the hallmarks of female
puberty is menstruation, and menstrual disorders that often occur are dysmenorrhea. This study aims
to determine the effectiveness of giving turmeric juice (curcuma longa linn) to reduce primary
"dysmenorrhea" menstrual pain in adolescent girls in class X SMK Negeri 4 Banjar in the Pataruman
II Health Center Work Area. The type of research used is quasi-experimental with a one group
pretest-posttest design. The population used is young women who experience menstrual pain
amounting to 20 young women, with the sampling technique in this study using purposive sampling.
The results showed that there was a decrease in the average value of the pain scale of 3.85 after being
given turmeric juice for 20 minutes during dysmenorrhea. The p-value obtained from the results of
statistical tests using the Wilcoxon test is 0.000 < 0.05, which means that turmeric juice drink is
effective for reducing the menstrual pain scale in class X adolescent girls at SMK Negeri 4 Banjar in
the Pataruman II Health Center Work Area. Further research is expected to conduct further research
on turmeric as an antiseptic, wound medicine and skin disease.

Keywords: Turmeric, Dysmenorrhea, Adolescents.


PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa
yang ditandai dengan perubahan baik fisik maupun psikis. Perubahan fisik tampak lebih jelas, tubuh
berkembang pesat mencapai bentuk tubuh orang dewasa disertai berkembangnya kapasitas
reproduksi. Salah satu ciri menandai masa pubertas perempuan adalah menstruasi yang biasanya
dialami oleh perempuan usia 10 tahun, namun bisa juga lebih lambat. Gangguan menstruasi yang
sering terjadi pada remaja adalah dismenorea (Mundarti et al, 2014). Dismenorea terdiri dari
dismenore primer dan sekunder. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang tidak didasari kondisi
patologis, sedangkan dismenorea sekunder merupakan nyeri haid yang didasari dengan kondisi
patologis (Larasati et al, 2016). Pada sebagian perempuan, nyeri menstruasi yang dirasakan dapat
berupa nyeri yang samar, tetapi bagi sebagian yang lain dapat terasa kuat bahkan bisa membuat
aktivitas terganggu (Laila, 2018).

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2014 didapatkan kejadian
dismenorea sebesar 1.769.425 jiwa (90%) wanita dengan 10-15% mengalami dismenorea berat.
Prevalensi rata-rata di Asia kurang lebih sekitar 84,2% dengan spesifikasi 68,7% terjadi di Asia Timur
laut, 74,8% di Asia Timur Tengah, dan 54,0% di Asia Barat laut. Prevalensi di negara-negara Asia
Tenggara juga berbeda, dan di Indonesia cukup tinggi di bandingkan dengan negara lain di dunia.
Departemen Kesehatan (DepKes, 2020) prevalensi dismenorea di Indonesia sebesar sebesar 107.673
jiwa (64,25%), yang terdiri dari 59.671 jiwa (54,89%) mengalami dismenorea primer dan 9.496 jiwa
(9,36%) mengalami dismenorea sekunder.,dan Jawa Barat sebanyak 54,9%. Dismenore primer
dialami oleh 60% - 75% remaja. Dilaporkan 30% - 60% remaja wanita yang mengalami dismenorea,
didapatkan 7 % - 15% tidak pergi ke sekolah (Larasati, 2018). Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan di SMK Negeri 4 Banjar pada bulan Februari 2022 kepada 10 siswi didapatkan ada 7 siswi
rentang usia 15-18 tahun yang mengalami dismenorea tiap bulannya, 3 siswi mengalami nyeri ringan
dengan skala 2,2,3 dan 4 siswi mengalami nyeri sedang dengan skala 4,5,6,6.

Menurut American Medical Association (2017), nyeri adalah pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual ataupun potensial.
Numerical Rating Scale (NRS) merupakan skala yang digunakan untuk pengukuran nyeri pada dewasa
dengan memberikan skor nyeri dengan rentang 0 sampai 10. Skala ini paling efektif digunakan saat
mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Banyaknya remaja putri yang
mengalami nyeri menstruasi menyebabkan penanganan dismenore sangat penting untuk dilakukan
agar tidak berpengaruh pada aktivitas remaja itu sendiri.

Penatalaksanaan untuk mengatasi dismenore terbagi menjadi 2 macam yaitu menggunakan strategi
farmakologis dan nonfarmakologis (Chen et al., 2018). Terapi farmakologi antara lain, pemberian
obat analgesik, terapi hormonal, atau obat nonsteroid prostaglandin. Untuk terapi nonfarmakologi
dilakukan dengan antara lain olahraga, kompres hangat, terapi musik, relaksasi, dan minuman herbal.
Salah satu penanganan non farmakologi yang saat ini sedang ramai dibicarakan dan menjadi
alternative pengobatan yaitu dengan minuman herbal yang dapat mengurangi nyeri tanpa efek
samping. Produk herbal yang banyak digunakan adalah kunyit.

Data menurut lndustri Obat Tradisional (IOT) dan lndustri Kecil Obat Tradisional (IKOT)
dari 4.l87 terdapat 40% masyarakat memanfaatkan kunyit sebagai pengobatan dan 10% masyarakat
mengkonsumsi kunyit untuk mengurangi nyeri waktu menstruasi. Secara alamiah, minuman kunyit
memiliki kandungan bahan aktif kurkumin yang berfungsi sebagai analgetika, antipiretika, dan
antiinflamasi. Dijelaskan pada penelitian yang dilakukan Leli tahun 2018 bahwa kandungan
Curcumine pada kunyit akan menghambat reaksi Cyclooxygenase (COX-2) sehingga dapat
menghambat atau mengurangi terjadinya inflamasi. Maka dari itu, produk herbal atau fitofarmaka
yang dapat dijadikan sebagai alternatif bagi para remaja putri yang ingin merngurangi rasa nyeri
dismenore, salah satunya adalah dengan minuman berbahan dasar kunyit. Selain murah kunyit tidak
sulit untuk ditemukan dan hampir diseluruh daerah terdapat tanaman kunyit, dapat mengurangi
dampak farmakologi dari obat-obatan yang mengandung bahan kimia.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan, peran perawat sudah termasuk praktik keperawatan
klinis, konsultasi, tindak lanjut pengobatan, pendidikan pasien dan pencegahan penyakit. Orientasi
praktik perawat tidak hanya kepada masalah sakit saja tetapi juga kepada masalah sehat, dimana
perawat komunitas mengajarkan bagaimana mengatasi sakit supaya tidak terjadi keparahan dan
menjadi sehat, bagi yang sehat bagaimana menjaga kesehatannya dan meningkatkan kesehatannya.
Juga menjadikan masyarakat dari yang tidak tau menjadi tahu, dari yang tidak mau menjadi mau dan
dari yang tidak mampu menjadi mampu. Seorang perawat memiliki pengaruh yang sangat penting
dalam mutu asuhan keperawatan. Maka dari itu sangat diperlukan solusi perawatan yang dapat
membantu meningkatkan pemeliharaan kesehatan, upaya pencegahan, penananggulangan dan
menurunkan nyeri akibat menstruasi.

METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis yaitu menggunakan jenis penelitian Quasy
Experiment dengan rancangan one group pretest-posttest design. Populasi pada penelitian ini adalah
remaja putri kelas X SMK Negeri 4 Banjar di Wilayah Kerja Puskesmas Pataruman II dengan jumlah
126 orang dan sampel yang digunakan sebanyak 20 responden. Pengambilan sampel menggunakan
teknik non-probability dengan purposive sampling berdasarkan karakteristik inklusi dan ekslusi yang
telah ditetapkan. Instrument yang digunakan adalah lembar observasi pretest dan posttest serta
Numeric Rating Scale (NRS) untuk mengetahui adanya efektivitas dari minuman sari kunyit dalam
menurunkan skala nyeri menstruasi.
Analisa data berupa analisa univariat dan bivariat, pada penelitian ini menggunakan uji
statistik Wilcoxon karena uji normalitas Shapiro-Wilk data berdistribusi tidak normal.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Penelitian ini menganalisis adanya efektifitas minuman sari kunyit (Curcurma longa linn) terhadap
penurunan skala nyeri menstruasi pada remaja putri kelas X SMK Negeri 4 Banjar.

Berikut rekapitulasi karakteristik 20 responden yang dilihat dari usia, menarche, lama menstruasi,
kapan munculnya nyeri dan berapa lama nyeri mestruasi timbul.

Tabel 1
Distribusi Frekuensi dan Presentasi Responden Berdasarkan Usia Remaja Putri Kelas X SMK Negeri
4 Banjar
Usia (Tahun) Frekuensi (F) Persentase (%)
15 4 20.0
16 8 40.0
17 8 40.0
Jumlah 20 100.0
Data pada tabel 4.1 menunjukan bahwa jumlah responden sebanyak 20 orang yang terdiri dari 4
responden berusia 15 tahun (20%), 8 responden berusia 16 tahun (40%) dan 8 sisanya yaitu usia 17
tahun (40%).
Tabel 2
Distribusi Frekuensi dan Presentasi Responden Berdasarkan Usia Manarche Remaja Putri Kelas X
SMK Negeri 4 Banjar
Usia Manarche Frekuensi (F) Persentase (%)
11 tahun 5 25.0
12 tahun 9 45.0
13 tahun 2 10.0
14 tahun 2 10.0
15 tahun 2 10.0
Jumlah 20 100.0
Data pada tabel 4.2 menunjukan bahwa sebagian besar usia menarche responden yaitu dimulai sejak
usia 12 tahun (45%), 11 tahun (25%), 13 tahun (10%), 14 tahun (10%), dan 15 tahun (10%).

Tabel 3
Distribusi Frekuensi dan Presentasi Responden Berdasarkan Lama Menstruasi Remaja Putri Kelas X
SMK Negeri 4 Banjar
Lama Menstruasi Frekuensi (F) Persentase (%)
< 7 hari 12 60.0
> 7 hari 8 40.0
Jumlah 20 100.0
Lama menstruasi responden sesuai dengan tabel 4.3 dikategorikan menjadi 2. Data pada tabel diatas
menunjukan bahwa sebagian besar lama menstruasi responden yaitu < 7 hari (60%), dan > 7 hari
(40%).

Tabel 4
Distribusi Frekuensi dan Presentasi Responden Berdasarkan Munculnya Nyeri Menstruasi Remaja
Putri Kelas X SMK Negeri 4 Banjar
Munculnya Nyeri
Frekuensi (F) Persentase (%)
Menstruasi
Sebelum menstruasi 4 20.0
Saat menstruasi 16 80.0
Jumlah 20 100.0
Munculnya nyeri menstruasi responden sesuai dengan tabel 4.4 dikategorikan menjadi 2 yaitu
sebelum dan saat menstuasi. Data pada tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar munculnya
nyeri menstruasi responden yaitu saat menstruasi (80%), dan sebelum menstruasi (20%).

Tabel 5
Distribusi Frekuensi dan Presentasi Responden Berdasarkan Lama Nyeri Menstruasi Remaja Putri
Kelas X SMK Negeri 4 Banjar
Lama Nyeri
Frekuensi (F) Persentase (%)
Menstruasi
1 hari 5 25.0
2 hari 8 40.0
3 hari 5 25.0
> 3 hari 2 10.0
Jumlah 20 100.0
Lama nyeri menstruasi responden dikategorikan menjadi 4 yaitu 1 hari, 2 hari, 3 hari dan > 3 hari.
Data pada tabel 4.5 menunjukan bahwa sebagian besar nyeri menstruasi responden dirasakan selama 2
hari (40%), 1 hari (25%), 3 hari (25%), dan > 3 hari (10%).

Analisa Univariat

a. Tingkat Nyeri Menstruasi Sebelum diberi Minuman Sari Kunyit


Tabel 6
Distribusi Frekuensi dan Presentasi Skala Nyeri Sebelum diberi Minuman Sari Kunyit terhadap
Remaja Putri Kelas X di SMK Negeri 4 Banjar

Skala Menstruasi
Sebelum Pemberian
Frekuensi (F) Persentase (%)
Minuman Sari
Kunyit
3 1 5.0
4 2 10.0
5 7 35.0
6 10 50.0
Jumlah 20 100.0
Skala nyeri responden sebelum diberikan intervensi yaitu diukur terlebih dahulu menggunakan
NRS sebelum diberi minuman sari kunyit oleh peneliti. Pada tabel 4.6 menunjukan bahwa hasil
observasi skala nyeri responden sebelum diberi intervensi yang mengalami nyeri menstruasi
dengan skala 3 sebanyak 1 orang (5%), skala 4 sebanyak 2 orang (10%), skala 5 sebanayk 7 orang
(35%), dan yang mengalami nyeri di skala 6 sebanyak 10 orang (50%).
b. Tingkat Nyeri Menstruasi Setelah diberi Minuman Sari Kunyit
Tabel 7
Distribusi Frekuensi dan Presentasi Skala Nyeri Remaja Putri Setelah diberi Minuman Sari Kunyit
terhadap Kelas X di SMK Negeri 4 Banjar

Skala Menstruasi
Sesudah Pemberian
Frekuensi (F) Persentase (%)
Minuman Sari
Kunyit
0 7 35.0
1 3 15.0
2 4 20.0
3 6 50.0
Jumlah 20 100.0
Hasil observasi skala nyeri menstruasi setelah intervensi dilakukan dengan waktu 20 menit pre
pemberian minuman sari kunyit terhadap remaja putri yang mengalami nyeri. Pemberian intervensi
tersebut dilakukan saat remaja putri mengalami nyeri menstruasi dalam 1 kali pemberian. Dari 20
responden didapatkan bahwa remaja yang merasakan nyeri pada skala 1 sebanyak 3 orang (15%),
skala 2 sebanyak 4 orang (20%), skala 3 sebanyak 6 orang (50%) dan pada skala 0 atau tidak nyeri
sebanayak 7 orang (35%).
c. Nilai Rata-Rata Tingkat Nyeri Menstruasi Sebelum dan Setelah diberi Minuman Sari
Kunyit
Tabel 8
Nilai Rata-Rata Skala Nyeri Remaja Putri Sebelum dan Setelah diberi Minuman Sari Kunyit
terhadap Remaja Putri Kelas X di SMK Negeri 4 Banjar

Nilai Rata-rata Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah


Pretest Posttest
Jumlah Responden 20 20
Mean 5.30 1.45
Pada tabel 4.8 terlihat bahwa nilai rata-rata skala nyeri menstruasi pretest dari 20 responden
didapatkan rata-rata nyeri 5.30. Dan saat posttest pemberian minuman sari kunyit nilai rata-rata
skala nyeri adalah 1.45. Berdasarkan hasil rerata pengukuran skala nyeri menstruasi tersebut
menunjukan bahwa ada penurunan nilai rata-rata sebesar 3.85.

Analisa Bivariat

Menganalisis data menggunakan uji non parametric yaitu dengan menggunakan uji Wilcoxon untuk
mengetahui efektivitas pemberian minuman sari kunyit terhadap remaja putri kelas X di SMK Negeri
4 Banjar dengan dismenorea primer. Hasil analisa uji statistic dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:

Tabel 9
Efektivitas Minuman Sari Kunyit terhadap Penurunan Skala Nyeri Menstruasi pada Remaja Putri
Kelas X di SMK Negeri 4 Banjar
Mean P Value Kesimpulan
Skala nyeri
Pre Post
menstruasi
5.30 1.45 0.000 Tolak H0
Uji statistic Wilcoxon pada data hasil pretest dan posttest menunjukan nilai p-value 0,000 < α = 0,05
yang berarti H0 ditolak H1 diterima artinya ada efektivitas yang signifikan antara skala nyeri sesudah
pemberian minuman sari kunyit pada remaja putri kelas X SMK Negeri 4 Banjar.
Pembahasan

Penelitian ini didapatkan nilai P-value 0,000 < 0,05 yang menunjukan bahwa H₀ ditolak,
artinya minuman sari kunyit efektif dalam menurunkan skala nyeri menstruasi pada remaja putri kelas
X SMK Negeri 4 Banjar. Sebelum diberikan intervensi atau pretest minuman sari kunyit nilai mean
(rata-rata) skala nyeri menstruasi adalah 5,30 dan pada saat posttest adalah 1,45. Penurunan nilai
mean adalah 3,85 setelah diberikan minuman sari kunyit selama 20 menit dalam satu kali pemberian.
kunyit tersebut memiliki kandungan seperti kurkuminoid, astiri, flavonoid dan lainnya yang
bermanfaat sebagai analgetik (penghilang rasa nyeri), antiinflamasi dan sebagainya, sehingga nyeri
yang dirasakan pada saat menstruasi dapat berkurang dengan mengonsumsi minuman sari kunyit
secara rutin. Hal ini sejalan dengan Marlina (2019) kunyit mengandung kurkuminoid yang merupakan
salah satu jenis antioksidan dan berkhasiat antara lain sebagai bakteriostatik, spasmolitik,
antihepatotoksik, dan antiinflamasi.

Hasil penelitian skala nyeri sebelum pemberian terapi dengan menggunakan pengukuran skala nyeri
Numeric Rate Scale (NRS ) pada remaja putri Kelas X di SMK Negeri 4 Banjar didapatkan rata-rata
5.30 dengan skala tertinggi 6 dan terendah 3. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa nyeri yang
dirasakan responden termasuk dalam nyeri ringan sampai sedang. Beberapa faktor resiko yang
menyebabkan timbulnya respon dismenore yaitu menstruasi pertama di usia dini (kurang dari 12
tahun), usia, lama menstruasi, wanita yang belum pernah melahirkan anak hidup (nulipara), darah
menstruasi berjumlah banyak atau menstruasi yang panjang, adanya riwayat disminorea pada
keluarga, serta faktor seperti kesehatan wanita, nutrisi, berat tubuh relatif terhadap tinggi badan.

Faktor lainnya seperti lama menstruasi juga dapat mempengaruhi nyeri menstruasi. Hasil penelitian
ini menunjukkan sebagian besar sebanyak 60% responden mengalami rata-rata menstruasi ≤ 7 hari,
hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Astriani (2016) yang menyebutkan ada
hubungan bermakna antara lama menstruasi dengan kejadian nyeri menstruasi. Selain itu beberapa
faktor yang telah dijelaskan di atas seperti umur pertama menstruasi, hari ketika mengalami nyeri
menstruasi, stres dan sebagainya juga dapat mempengaruhi tingkat nyeri seseorang, dimana presepsi
tiap orang terhadap nyeri juga sangat bersifat subjektif sehingga dapat mempengaruhi respon nyeri
yang bervariasi.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 20 responden sebelum diberikan terapi didapatkan rata-rata
nyeri menstruasi sebesar 5.30 dan setelah diberikan minuman sari kunyit sebanyak 100 ml rata-rata
skala nyeri menurun menjadi 1.45 selama 20 menit , disimpulkan bahwa terjadi penurunan skala nyeri
setelah diberikan minuman sari kunyit. Hal tersebut dikarenakan kunyit memiliki kandungan yang
berfungsi untuk mengurangi pelepasan prostaglandin saat menstruasi, yang dapat menekan aktifitas
sistem otonom sehingga menekan terjadinya kontraksi dan vasospasme uterus yang berlebihan. Selain
itu, setelah diberikan minuman kunyit responden dapat melakukan kegiatanya kembali. Hal ini sejalan
dengan Ningsih (2018) menjelaskan pada skala nyeri 1-3 dikategorikan sebagai nyeri ringan.
Responden yang mengalami nyeri dalam katagori nyeri berat dan sedang mengalami penurunan skala
nyeri menjadi nyeri ringan dan tidak nyeri. Hal ini menunjukan adanya penurunan dalam tingkat
nyeri.

Nyeri menstruasi dapat terjadi karena peningkatan prostaglandin (PG) F2-alfa yang merupakan suatu
cyclooxygenase yang dapat mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi pada miometrium. Secara
lebih spesifik kandungan curcumine pada kunyit dapat menghambat terjadinya reaksi cyclooxygenase
sehingga dapat menghambat dan mengurangi terjadinya inflamasi dan akan mengurangi serta
menghambat kontraksi uterus yang meyebabkan nyeri haid (Wulandari et al., 2018). Mekanisme
dalam minuman sari kunyit dalam menurunkan skala nyeri menstruasi adalah kandungan bahan
alamai minuman kunyit bisa mengurangi keluhan dismenore primer dengan jalan masing-masing.
Curcumine dan anthocyanin akan bekerja menghambat reaksi cyclooxygenase sehingga menghambat
atau mengurangi terjadinya inflamasi bahkan menghambat kontraksi uterus. Mekanisme penghambat
kontraksi uterus melalui curcumine adalah dengan mengurangi influx ion kalsium (Ca2⁺) ke dalam
kanal kalsium pada sel-sel epitel uterus. Kandungan tannins, saponins, sesquiterpenes, alkaloid, dan
phlobotamins akan mempengaruhi system saraf otonom sehingga bisa mempengaruhi otak untuk bisa
mengurangi kontraksi uterus dan sebagai agen analgetika, curcumenol akan menghambat pelepasan
prostaglandin yang berlebihan (Almada, 2017).

Tabel 4.10 menunjukan perubahan skala nyeri menstruasi 20 responden. Skala nyeri tertinggi saat
pretest yang dirasakan oleh responden yaitu ada pada rentang skala 6 dan skala terendah 3. Sedangkan
pada saat posttest skala tertinggi berada pada skala 3 dan terendah skala 0. Pada responden nomor 13
skala pretest yang dirasakan yaitu pada skala 6 dan posttest skala 0, terlihat bahwa ada penurunan
yang sangat cepat. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor lamanya menstruasi. Dari 20 responden lama
menstruasi responden nomor 13 yaitu < 7 hari, semakin lama menstruasi maka dismenore akan lebih
sering muncul karena pada saat menstruasi uterus mengalami kontraksi dan semakin banyak pula
prostaglandin yang dihasilkan (Koniak, 2014).

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui selisih rata-rata pretest dan posttest pemberikan minuman sari
kunyit adalah 3.85. kunyit tersebut memiliki kandungan seperti kurkuminoid, astiri, flavonoid dan
lainnya yang bermanfaat sebagai analgetik (penghilang rasa nyeri), antiinflamasi dan sebagainya,
sehingga nyeri yang dirasakan pada saat menstruasi dapat berkurang dengan mengonsumsi minuman
sari kunyit secara rutin. Hal ini sejalan dengan Marlina (2019) kunyit mengandung kurkuminoid yang
merupakan salah satu jenis antioksidan dan berkhasiat antara lain sebagai bakteriostatik, spasmolitik,
antihepatotoksik, dan antiinflamasi.

Hasil analisis skala nyeri sesudah diberikan minuman sari kunyit dengan menggunakan uji Wilcoxon
didapatkan p-value sebesar 0,000 (< 0,05) sehingga dapat disimpulkan H₀ ditolak dan H ₁ diterima
yang berarti minuman sari kunyit efektif terhadap penurunan skala nyeri menstruasi pada remaja putri
kelas X di SMK Negeri 4 Banjar dengan dismenore primer. Berdasarkan analisa diketahui bahwa rata-
rata penurunan skala nyeri sebesar 3.85. Hal ini menunjukan bahwa minuman sari kunyit mempunyai
kontribusi dalam menurunkan skala nyeri menstruasi. Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan
oleh Retno Widiowati tentang pengaruh pemberian minuman madu kunyit terhadap tingkat nyeri
menstruasi, penelitian tersebut dilakukan pada 17 responden dengan uji Wilcoxon dengan nilai
signifikan < 0,05 atau terdapat pengaruh minuman kunyit terhadap penurunan skala nyeri pada
disminore primer. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Novita et al (2015) tentang efektivitas
tauma herbal drink terhadap intensitas dismenore, penelitian tersebut dilakukan pada 30 responden
dengan 15 kelompok eksperimen dan 15 kelompok kontrol yang menunjukan bahwa hasil penelitian
didapatkan ada perbedaan yang signifikan rata-rata intensitas dismenore sebelum dan sesudah
diberikan intervensi tauma herbal drink pada kelompok eksperimen dengan p value 0,000.

Menurut peneliti dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa minuman sari kunyit dapat
menurunkan tingkat nyeri menstruasi pada responden, dengan demikian minuman sari kunyit dapat
dijadikan sebagai alternatif pengobatan secara nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri menstruasi.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa kunyit memiliki kandungan yang bermanfaat sebagai
analgetik (penghilang rasa nyeri), anti inflamasi dan sebagainya. Hal ini menjadikan nyeri yang
dirasakan pada saat menstruasi dapat berkurang dengan mengkomsumsi minuman sari kunyit. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh minuman sari kunyit terhadap penurunan tingkat nyeri
menstruasi pada remaja putri di SMK Negeri 4 Banjar.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan yang diuraikan sebelumnya penelitian yang dilakukan pada remaja
putri kelas X di SMK Negeri 4 Banjar, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan uji Marginal Homogienety didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 < α (0,05) pada
analisa data skala nyeri menstruasi 20 responden. Ini menunjukan bahwa pemberian minuman sari
kunyit berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan skala nyeri menstruasi pada remaja putri
kelas X di SMK Negeri 4 Banjar.
2. Nilai rata-rata skala nyeri haid sebelum diberi minuman sari kunyit adalah sebesar 5.30.
3. Nilai rata-rata skala nyeri haid sesudah diberi minuman sari kunyit adalah sebesar 1.45.
4. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttes terhadap perubahan skala nyeri
menstruasi pada remaja putri kelas X di SMK Negeri 4 Banjar dengan dismenore primer.
SARAN

Dengan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan informasi dalam ilmu keperawatan
khususnya keperawatan komunitas mengenai terapi komplementer atau terapi non farmakologis.
Salah suatu terapi komplementer yang dapat menjadi alternatif dan disarankan untuk menurunkan
skala nyeri menstruasi yaitu dengan menggunakan terapi herbal dalam bentuk minuman sari kunyit.
Karena kandungan bahan alamai minuman kunyit bisa mengurangi keluhan dismenore primer dengan
jalan masing-masing. Curcumine dan anthocyanin akan bekerja menghambat reaksi cyclooxygenase
sehingga menghambat atau mengurangi terjadinya inflamasi bahkan menghambat kontraksi uterus.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai