Anda di halaman 1dari 13

ASKEP GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN

KASUS
Ny.Z, Umur 46 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan lemah, haus. Pada pemeriksaan
fisik didapat tekanan darah 80/65 mmhg, nadi 120 x/m lemah dan dalam. Mukosa mulut
kering, tirgor menurun, kesadaran apatis, kulit dingin dan lembab, mata cekung. Berat badan
dan tinggi badan sebelum sakit 50 kg / 150 cm. Hasil laboratorium Kalium : 2,9 mEq/liter,
Natrium : 125 mEq/liter.
Pertanyaan :
1.      Analisa masalah klien baik fisik maupun laboratorium.
2.      Bagaimana keadaan normal status cairan dan elektrolit.
3.      Apa penyebab gangguan Ny. Z ?
4.      Bagaimana pengaturan normal.
5.      Komplikasi yang dapat timbul dari Ny. Z.
6.      Apa pengaruh kondisi Ny. Z dengan organ tubuhnya dan bagaiman ?
7.      Apa penanganan dehidrasi, rehidrasi awal, dan masalah keperawatan.

Pembahasan :

1. Analisa masalah klien


Data fisik : Subyektif : Keluhan lemah, haus.
Obyektif : Tekanan darah 80/65 mmhg, nadi : 120 x/m lemah dan dalam,
mukosa mulut kering, turgor menurun, kesadaran apatis, kulit dingin dan lembab, mata
cekung, BB : 50 kg, TB : 150 cm, laboratorium Kalium : 2,9 mEq/liter, Natrium: 123
mEq/liter.

Dari data-data yang ada, masalah yang ada adalah


         Adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit ( dehidrasi)
Data yang menunjang : Turgor kulit menurun, bola mata melembek, natrium berkurang, kalium
berkurang..
         Terjadinya shok hypovolemik
Data yang menunjang: Tekanan darah menurun yaitu 80/65 mmhg, nadi 120 x/m lemah dan
dalam, kulit dingin dan lembab, kesadaran apatis,
Gangguan cairan dan elektrolit antara lain : syok hipovolemik (penurunan curah jantung) dan
gangguan keseimbangan cairan (kurang atau lebih)

2. Keadaan normal status cairan dan elektrolit


Air adalah komponen pembentuk tubuh yang paling banyak jumlahnya. Pada orangdewasa
kurang lebih 60 % dari berat badan adalah air (air dan elektrolit), 2/3 bagian berada di
intrasel, dan 1/3 bagian berada di ekstrasel.
60 % berat badan tubuh adalah : a. Cairan intrasel (CIS) 40 % dari berat badan
b. Cairan ekstrasel (CES) 20 % dari berat badan yang terdiri
dari cairan intravaskuler (plasma) 5 % dari berat badan, dan cairan interstisil 15 % dari berat
badan.
Elektrolit utama
a. Dari CES : Natrium (N = 135 - 147 mEq/liter), Klorida (N = 100 - 106 mEq/liter)
b. Dari CIS : Kalium (N = 3,5 - 5,5 mEq/liter), Phospat (N = 3 - 4,5 mg/liter)
Secara lebih terperinci kandungan kadar elektrolit dalam tubuh adalah sebagai berikut ;
mEq Plasma Interstisial Seluler
Na 145 143 14
Cl 100 110 -
HCO3 27 27 10
K 4 4 150
Ca 5 5 -
Mg 3 3 26
PO4 2 2 113
SO4 1 1 -
Protein 16 2 74

Konsentrasi ion H pada suatu larutan atau tingkat keasaman dan kebasaan ditunjukkan
sebagai pH .
Nilai pH normal adalah 7,35 - 7,45
Air murni merupakan larutan netral mempunyai pH 7
Larutan asam mempunyai pH < 7
Larutan basa mempunyai pH > 7

3.Kemungkinan penyebab gangguan yang terjadi pada Ny. Z adalah :

a. Dehidrasi.
Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disertai output yang melebihi
intake sehingga jumlah air pada tubuh berkurang. Meskipun yang hilang adalah cairan tubuh,
tetapi dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit.
Dehidrasi dapat terjadi karena :
         Kekurangan air ( water defletion)
         Kekurangan Natrium ( sodium defletion)
         Kekurangan air dan natrium secara bersama-sama.
Kekurangan air atau dehidrasi primer :
Terjadi karena masuknya air sangat terbatas, misalnya pada pasien coma yang terus-menerus
dan penderita rabies oleh karena hydrofobia.
Gejala-gejala khas pada dehidrasi primer adalah: haus, air liur sedikit sekali sehingga mulut
kering, oliguria, sampai anuri, sangat lemah, timbulnya gangguan mental seperti halusinasi
dan delirium.
Pada stadium awal kekurangan cairan ion natrium dan klor ikut menghilang dengan cairan
tubuh, tetapi akhirnya tertadi reabsorpsi ion melalui tubulus ginjal yang berlebihan, sehingga
cairan ekstrasel mengandung natrium dan klor berlebihan dan terjadi hipertoni.
Hal ini menyebabkan air keluar dari sel sehingga terjadi dehidrasi intrasel dan inilah yang
menimbulkan rasa haus. Selain itu terjadi perangsangan pada hipofisis yang kemudian
melepaskan hormon antidiuritik sehingga terjadi oliguria.

Dehidrasi sekunder (sodium defletion)


Dehidrasi yang terjadi karena tubuh kehilangan cairan tubuh yang mengandung elektrolit.
Kekurangan natrium sering terjadi akibat keluarnya cairan melalui saluran pencernaan pada
keadaan muntah-muntah dan diare yang hebat. Hilangnya natrium melalui air kemih tidak
biasa, tetapi dalam keadaan tertentu dapat terjadi seperti pada; penyakit addison, asidosis
yang terjadi akibat diabetis, penyakit ginjal tertentu. Sering pada penyakit-penyakit ini
diperberat dengan adanya muntah-muntah.

Akibat kekurangan natrium terjadi hipotoni ektrasel sehingga tekanan osmotik menurun. Hal
ini menghambat dikeluarkannya hormon antidiuretik sehingga ginjal mengeluarkan air, agar
tercapai konsentrasi cairan ekstrasel yang normal. Akibatnya volume plasma dan cairan
interstisial menurun. Selain itu, karena terdapat hipotoni ekstrasel, air akan masuk ke dalam
sel.

Gejala-gejala dehidrasi sekunder : nausea, muntah-munyah, kekejangan, sakit kepala,


perasaan lesu dan lelah.
Akibat turunnya volume darah maka cardiac output juga menurun, sehingga tekanan darah
juga menurun dan sering menyebabkan pingsan kalau berdiri lama dan filtrasi glomerulos
menurun, sehingga terjadi penimbunan nitrogen. Air kemih sebenarnya tidak mengandung
natrium klorida, selain itu juga terjadi gangguan keseimbangan asam basa dan
hemokonsentrasi.

b. Shock
Shock adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh defisienci sirkulasi akibat
disparitas(ketidakseimbangan ) antara volume darah dan ruang vaskuler.
Faktor-faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan ini adalah :
-Faktor yang menyebabkan bertambahnya kapasitas ruang susunan vaskuler.
- Faktor yang menyebabkan berkurangnya volume darah.
Pembagian shock:

-Shock Primer
Pada shok primer terjadi defisiensi sirkulasi akibat ruang vaskuler membesar karena
vasodilatasi yang asalnya neurogen.
Ruang vaskuler yang membesar mengakibatkan darah seolah-olah ditarik dari sirkulasi umum
dan segera masuk kedalam kapiler dan venula alat-alat dalam (visera)

- Shock sekunder
Pada shock sekunder terjadi gangguan keseimbangan cairan, yang menyebabkan defisiensi
sirkulasi perifer disertai jumlah volume darah yang menurun, aliran darah yang kurang,
hemokosentrasi dan fungsi ginjal yang terganggu. Sirkulasi yang kurang tidak terjadi segera
setelah kena serangan /kerusakkan, tetapi baru beberapa waktu sesudahnya; oleh karena itu
disebut shock sekunder atau delayed shock.
Gejala-gejalanya adalah rasa lesu dan lemas, kulit yang basah, kolaps vena terutama vena-
vena superfisial, pernapasan dangkal, nadi cepat dan lemah , tekanan darah yang rendah,
oliguria, dan kadang-kadang disertai muntah.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya disparitas antara volume darah dan volume ruang
darah adalah :
         Volume darah berkurang akibat permeabilitas yang bertambah secara menyeluruh, sehingga
cairan keluar dari pembuluh-pembuluh dan kemudian masukke dalam jaringan. Akibat
keluarnya cairan ini maka terjadi pengentalan (hemokosentrasi ) darah.
         Volume darah yang berkurang akibat darah menghilang secara langsung pada luka-luka atau
suatu pembedahan, atau menghilangnya caira akibat diare dan muntah-muntah yang banyak.
         Volume darah yang mengalir berkurang akibat pelebaran kapiler dan venula pada alat-alat
dalam, sehingga darah seoah-olah ditarik atau dihisap dari sirkulasi oleh pembuluh-pembuluh
yang melebar, sehingga darah yang mengalir kembali kedalam jangtung berkurang.
Kemungkinan penyebab gangguan yang terjadi pada Ny. Z adalah :
         Kehilangan cairan yang berlebihan akibat muntah-muntah, diare, evaporasi yang berlebihan,
penggunaan diuretika yang berlebihan.
         Intake cairan yang kurang, malnutrisi, dan perdarahan.
..
4. Mekanisme pengaturan cairan dan elektrolit.

         Sumber masukan dan hilangnya cairan tubuh

Intake cairan normal


Orang dewasa sehat memasukkan cairan normal sejumlah 90% dari intake cairan setiap
harinya (sekitar 250 cc) . Sekitar 10% intake cairan (200-300 cc) dihasilkan dari produk
metabolisme seluler

Hilangnya cairan normal


Balans cairan setiap hari dipertahankan, karena paru-paru, kulit, saluran cerna dan ginjal
mengekresikan sejumlah cairan sama dengan intake cairan total . IWL (insensible water loss)
adalah hilangnya cairan yang tidak dapat dilihat atau diukur dan terjadi melalui evaporasi dan
respirasi (kira-kira 500 cc) . Sensiible Water Loss adalah hilangnya cairan yang dapat kita
amati yaitu melalui urine keringat dan feces. Ginjal mengsekresikan air dalam urin kira-kira
800 - 1500 cc per hari. Hilangnya cairan melalui kulit sekitar 500 - 600 cc melalui keringat
dan penguapan. Jumlah ini dapat bervariasi tergantung pada suhu lingkungan atau dalam
tubuh individu. Karena kebanyakan air yang dihasilkan, oleh saluran cerna direabsorbsi,
hilangnya air dalam feces sekitar 100 - 200 cc per hari. Karena output urine setiap hari
hampir sama dengan sejumlah intake cairan, balans cairan individu dapat diperkirakan
dengan membandingkan intake cairan oral dan output urine

         Sumber masukkan dan pengeluaran elektrolit tubuh

1.      Masukkan elektrolit tubuh


Didaptkan dari masukkan cairan atau makanan yang masuk ke dalam tubuh

2. Ekresi elektrolit
Elektrolit dikeluarkan selama eliminasi cairan tubuh yang berlebihan dengan berbagai
alasan :
         Ekresi elektrolit melalui ginjal padasaat pemberian terapi diuretika.
         Eliminasi elektrolit melalui gastro intestinal pada saat terjadi diare.
         Eliminasi cairan melalui saluran cerna bagian atas ; hidrogen dan potassium
         Eliminasi cairan melaui saluran cerna bagian bawah ; bikarbonat
         Diaphoresis yang berlebihan : sodium dan klorida

Dinamika balans cairan tubuh


Transport pasif

Transport pasif tidak memerlukan energi untuk menggerakkan air (molekul atau partikel
terlarut) kembali dan melewati membran sel di antara ruang cairan . Mekanisme ini yaitu
osmosis dan difusi. Distribusi cairan tubuh dipertahankan oleh
Tekanan osmotik : tekanan yang mendesak membran semi permiabel.Cairan bergerak dari
area berkonsentrasi rendah sampai mencapai kesamaan .
Tekanan hidrostatik : tekanan pada cairan yang mendesak ke arah keluar melawan pusat
tekanan (mis; jantung memompa darah yang menghasilkan tekanan pada dinding pembuluh
darah).
Adanya konsentrasi zat terlarut (misalnya sodium) akan menarik pelarut melalui mmbran
permiable, jika zat terlarut tidak dapat mengalami difusi melalui membran. Osmose terjadi
jika ada perbedaan tekanan yaitu konsentrasi air dalam larutan pada satu sisi membran lebih
tinggi dari yang lain. Pada difusi zat terlarut bergerak dari area berkonsentrasi tinggi ke
tempat berkonsentrasi lebih rendah. Jika pembatas ruangitu adalah membran sel cairan akan
ditekan melewati membran bila terdsapat tekanan yang lebih tinggi, yaitu keadaan dimana
tekanan hidrostatik lebih besar pada satu sisisnya daripada yang lain. Cairan mencapai
ekuilibrium atau keseimbangan dengan bergerak dari area bertekanan hidrostatik lebih tinggi
ke area bertekanan lebih rendah. Jika air bergerak melalui membran semi permiabel molekul
yang lebih kecil akan bergerak bersama air. Molekul yang lebih besar akan tetap berada pada
satu sisi membran. Proses ini dinamakan filtrasi .
Proses fisika yang membantu pertukaran cairan pada tingkat intra vaskuler dan interstisial
dinamakan dinamika kapiler atau hukum Starling . Kapiler merupakan pembuluh dengan
ketebalan selapis sel yang membatasi cairan intravaskuler dan interstisial. Dinamika kapiler
secara langsung berhubungan dengan tekanan hidrostatik yang berbeda antara ujung kapiler
vena dan ujung kapiler arteri .
Air , elektrolit dan nutrien sel dipompa dari ujungkapiler arteri ke arah luar oleh pompa aktif
jantung (tekanan hidrostatik) melalui dinding membran sel kapiler. Pa da saat yang sama, sisa
- sisa produk sel dan elektrolit ditarik ke ujung kapiler vena dengan tekanan osmotik yang
dihasilkan oleh sifat magnetik protein lasma. Protein plasma meliputi : Albumin, yang
menjaga tekanan koloid osmotik di dalam cairan ekstraseluler dan integritas dinding sel.
Globulin, bertanggung jawab untuk fungsi immunologi. Fibrinogen, bertanggung jawab
untuk pembekuan darah.
Protein berperan pada dinamika balans cairan dengan menjaga cairan tetap di dalam sel dan
menjaga cairan dalam ruang ektraseluler. Tekanan hidrostatik secara umum oleh aktifitas
pompa jantung pada ujung arteri kapiler adalah 32 mmHg sementara tekanan osmotik dalam
ruang interstisial 4 mmHg total 36 mmHg tekanan ke arah luar.
Dalam kapiler, protein plasma (terutama albumin) memelihara stabilitas tekanan
koloidosmotik 22 mmHg .Protein plasma ini tidak permiabel melalui sel dinding kapiler.
Tekanan koloid osmotik dikombinasi dengan tekanan hidrostatik jaringan 4 mmHg sama
dengan 26 mmHg. Perbadaan tekanan jaringan 10 mmHg (36 - 26 mmHg) adalah kekuatan
mendesak keluar cairan dari plasma. Tekanan hidrostatik plasma berturut-turut menurun
dengan makin sedikit dan makin jauhnya dari jantung menjadi 17 mmHg di ujung kapiler
vena, sementara tekanan osmotik jaringan kembali konstan 4 mmHg. Kekuatan total desakan
pada ujung kapiler vena menjadi hanya 21 mmHg. Pada saat yang sama tekanan hidrostatik
interstisial meningkat sedikit menjadi 6 mmHg, ditambah tekanan koloid osmotik yang tidak
berubah 22 mmHg menghasilkan tekanan total 28 mmHg, menarik kembali cairan ke plasma.
Kekuatan menarik cairan ke plasma pada ujung kapiler vena adalah 7 mmHg (28 - 21
mmHg). Cairan yang lepas dari plasma ke ruang interstisial dikembalikan ke sirkulasi oleh
sistim limpatik yang memelihara volume darah yang normal.

Tranport aktif
Transport aktif terjadi jika larutan/substansi yang melewati membran sel membutuhakan
pengeluaran energi. Proses pompa aktif bekerja dari energi yang terlepas saat molekul ADP
pecah. Energi ini menguatkan gerakkan substansi(gerakan melawan tekanan/konsentrasi yang
lebih tinggi). Transpor aktif dapat menggerakkan substansi yang berbeda kedalam atau keluar
sel secara serempak. Contoh transport aktif adalah pompa Na dan K dimana ion Na dipompa
ke dalam dan ion K dipompa keluar sel setiap perubahan yang terjadi. Elektrolit-elektorlit
lain juga dipompa keluar dan kedalam sel. Pompa sodium dan potassium berperan sebagai
kunci dalam memelihara volume cairan intrase(ICF). Aliran keluar ion Na mengimbangi
tekanan osmotik yang dihasilkan oleh protein intra sel untuk menekan kelebihan air kedalam
sel.

Pengaturan oleh ginjal :


Ginjal adalah pengatur keseimbangan natrium dan cairan dalam ECF, sel dalam Glomerulus
mengsekresi enzim renin jika mendapat rangsangan penurunan sodium dan menurunnya
volume plasma. Renin mengaktifkan angiotengsin I dan kemudian secara enzimatik berubah
menjadi angiotengsin II, suatu vasokonstriktor. Angiotengsin II secara selektif mengkontriksi
arteriol di nephron, jika sodium serum menurun pada peningkatan volume plasma , filtrasi
glomerulus akan meningkat sehingga terjadi peningkatan output urine. Jika sodium serum
tinggi dengan volume plasma rendah atau normal, filtrasi glomerulus akan menurun sehingga
output urine menurun titik. Angiotengsin II juga menyebabkan lepasnya hormon aldosteron
dari korteks adrenal. Hormon ini bekerja pada tubulus distal, menyebabkan reabsorbsi
sodium dan air serta ekresi potassium.
         Anti diuretika hormon (ADH)
Berfungsi untuk mencegah tubuh kekurangan air melalui mekanisme peningkatan rearsobsi
natrium dan air ditubulus ginjal. ADH diproduksi karena adanya stimulasi yang disebabkan
oleh peningkatan osmolaritas, penurunan volume CES.
         Mekanisme penyerapan disistim pencernaan dan mekanisme haus di hipotalamus yang
mencegah tubuh kekuranga air.
         Aldosteron (diproduksi di korteks ginjal)
Bekerja ditubulus ginjal untuk mengabsorpsi natrium (sifat mengikat cairan), mengekresikan
kalium dan meningkatkan sirkulasi.
         Parathormon (PTH)
Meningkatkan absoprsi kalsium dalam usus, meningkatkan pengeluaran kalsium dari tulang dan
meningkatkan ekskresi ion fosfat oleh ginjal.
         Mekanisme pergerakkan cairan dan elektrolit
         Cairan, elektrolit, gas, dan molekul-molekul kecil bergerak bebas melalui membran
semipermiabel keseluruh bagian tubuh. Pergerakkan ini terjadi terus-menerus untuk
membawa oksigen dan nutrisi bagi sel dan mengeluarkan sisa methabolisme dari sel,
pergerakkan tersebut terjadi karena adanya mekanisme diffusi, osmosis, dan filtrasi.

Pengaturan sistim Cardiovaskuler

Sistim ini mengatur volume cairan, sensorik tekanan dan atrial


natriuretik faktor. Volume darah yang normal membuat jantung memompa darah ke ginjal
pada tekanan yang optimal dimana perfusi ginjal adekuat untuk membentuk urina. Peubahan
voluma darah secara langsung mempengaruhi tekanan darah arteri dan output urine.
Meningkatnya volume darah akan meningkatkan kardiak output. Peningkatan CO
menyebabkan tekanan arteri meningkat yang secara langsung mempengaruhi ginjal,
menyebabkan meningkatnya output urine, begitu sebaliknya bila terjadi penurunan volume
darah yang merupakan upaya mempertahankan volume darah yang stabil pada keadaan intake
cairan sehari-hari.
Baroreseptor arteri dan sensor tekanan darah (reseptor stretch) pada pembuluh darah yang lebih
besar (aorta, arteri karotis) berespon terhadap perubahan volume darah;
Meningkatnya tekanan arteri menyebabkan baroreseptor berespon dan stretch reseptor
mengirimkan impuls untuk menghambat sistim saraf simpatetik.
Refleks susunan saraf simpatetik menyebabkan dilatasi arteriol ginjal yang selanjutnya
meningkatkan output urine.
Faktor nutriuretik atriel (ANF) adalah hormon polipeptida yang disekresi oleh atrial jantung ke
dalam darah yang merentangkan atrial oleh meningkatnya volume darah. Sinyal ANF pada
ginjal menurunkan reabsorbsi tubulus terhadap natrium sebagai hasilnya osmolaritas dan
output urine meningkat, volume darah menurun. ANF mempunyai efek jangka pendek
terhadap volume darah: Hormon ini nampak sebagai penetralisir mekanisme pengaturan pada
keadaan kronik meningkatnya volume darah.

Pengaturan oleh saluran cerna.


Organ saluran cerna mencerna makanan, sehingga dapat diabsorbsi oleh tubuh. Proses enzimatik
dan hormonal dalam pencernaan, dikombinasi dengan transpor aktif dan pasif merupakan
mekanisme dimana saluran cerna berpartisipasi dalam pengaturan volume cairan. Setelah
awal pencernaan di gaster, caira bercampur air dan sekresi saluran cerna (dalam 24 jam
volume sekitar 9 liter) bergerak ke usus halus. Sekitar 85 - 95 % air diabsorbsi dan sari-sari
makanan ditransport ke plasma melewati usus halus. Kolon mengabsorbsi air 500 - 1000 ml
dan menyerap elektrolit sebelum bergerak menuju rektum dan anus yang akan dikeluarkan
sebagai faeses.

Pengaturan oleh paru-paru.


Eliminasi air secara normal melalui paru-paru (IWL) sekitar 500 cc perhari. Jumlah IWL
bervariasi dengan hiperventilasi dan mekanisme ventilasi.

Pengaturan secara endokrin.


Pengatur utama intake cairan adalah pusat rasa haus di hipotalamus. Seseorang minum/berhenti
minum sebagai respon umpan balik sinyal dari pusat rasa haus dan saluran cerna. Penurunan
ICF di sel pusat rasa haus ditambah menurunnya jumlah cairan dalam usus merangsang
seseorang untuk minum. Sel osmoreseptor di hipotalamus posterior berespon terhadap
perubahan osmolaritas ECF. Jika osmolaritas meningkat, kelenjar piktuiritari mensekresi
hormon ADH. Jika osmolaritas ECF menurun, sekresi ADH dihambat. ADH bekerja
ditubulus distal untuk meningkatkan permebilitas membran terhadap air sehingga
meningkatkan reabsorbsi air. Reseptor di sensorik mukosa salura cerna dibawah pengaruh
ADH mengabsorbsi air diusus besar (kolon). Volume ICF pada pusat rasa haus yang
meningkat menghambat keinginan untuk minum, segera mekanisme umpan balik rsa haus
dan fungsi ADH bekerja sebaliknya terhadap air untuk memlihara keadaan homeostasis.
Adrenal mengontrol keseimbangan cairan dan elektrolit melalui sekresi hormon steroid
terutama aldosteron. Paratiroid membantu mempertahankan keseimbangan elektrolit melalui
sekresi hormon paratiroid.

5. Komplikasi yang dapat timbul dari Ny, Z adalah :


         Gangguan penurunan kardiac out put
         Hypokalemia : Gagal ginjal akut, gangguan sirkulasi ( aritmia, decomp. cordis, hypotensi
orthostatik), Ileus paralitik, kelemahan otot sampai kuadrat plegia.
         Hyponatremia: Kram otot (kejang), twicing, hemiparese, odema pupil, koma.
         Perubaan perfusi jaringan perifer.
6. Pengaruh kondisi Ny. Z. dengan organ tubuhnya serta proses terjadinya.
Pada kardiovaskuler :
Dengan adanya dehidrasi terjadi hipokalemia yang menyebabkan tonus otot jantung berkurang
maka kardiak output menurun, kompensasi tubuh melalui dengan meningkatkan kerja jantung
yang ditandai dengan takikardi. Apabila hal ini berlangsung terus menerus jantung akan
mengalami hipertropi dan akhirnya akan terjadi dekompensasi kordis.

Pada ginjal :
Ginjal adalah pengatur utama keseimbangan natrium dan cairan dalam CEF . Sel dalam
glomerulus mensekresi enzim renin. Jika mendapat rangsangan penurunan konsentrasi
sodium dan menurunnya volume plasma. Renin mengaktifkan angiotengsin I yang kemudian
secara enzimatik berubah menjadi angiotengsin II , suatu kekuatan vasokonstriktor
angiotengsin II secara selektif mengkontriksi arteriol di nephron . Jika sodium serum
menurun pada peningkatan volume plasma, filtrasi glomerulus akan meningkat sehingga
terjadi peningkatan output urine. Jika sodium tinggi dengan sodium plasma rendah atau
rendah atau normal, filtrasi glomerulus akan menurun sehingga output urine akan menurun.
Jika vasokonstriksi di nephron berlangsung terus menerus maka GFR (Laju Filtrai Glomerulus)
tidak terkontrol yang berakibat kegagalan pada ginjal.

Pada sistim pernapasan :


Akibat gangguan keseimbangan cairan elektrolit bisa mengganggu keseimbangan asam basa.
Pada kondisi ini BJ plasma meningkat, viskositas darah meningkat sehingga oksigen yang
dibawa oleh darah berkurang, maka terjadi penimbunan karbon dioksida. Dengan
peningkatan karbon dioksida maka akan diikat H2O terjadilah sistim Buffer yang akan
mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh.
H2CO3 akan terurai menjadi H + HCO3 sehingga terjadi penumpukan H dalam darah akibatnya
pH menurun dan terjadi acidosis.
Dengan hilangnya elektrolit terutama Na dan K sehingga tonus oto menurun yang menyebabkan
penurunan metabolisme anaerob yang menghasilkan asam laktat sehingga terjadi penimbunan
asam laktat menyebabkan kerusakan sel pada paru-paru dengan peningkatan PCO2 sebagai
kompensasi paru melakukan hiperventilasi.

Pada saluran cerna :


Kadar kalium yang rendah menyebabkan peristaltik usus berkurang lama kelamaan usus akan
mengalami paralitik atau ileus paralitik.
Dan pada otot juga terjadi kelemahan karena pada salah fungsi kalium adalah untuk kontraksi
otot.
Natrium berfungsi untuk memfasilitasi transmin impuls saraf dan serat otot dangan bantuan
pompa Natrium. Apabila kadar Na turun maka timbul keram otot, kejang, twiching.
Na juga berfugsi mengatur keseimbangan asam basa bekerja sama dengan asam bikarbonat dan
klorida, sehingga bila natrium kadarnya turun dapat menimbulkan lemah, bingung,
hemipharese, udem pupil dan koma.

7 .PENANGANAN
Rehidrasi :
Goldberger (1980) melakukan beberapa cara menghitung kebutuhan cairan dan elektrolit, yaitu :
Cara I
         Jika ada rasa haus dan tidak ada tanda-tanda klinis dehidrasi lainnya, maka kehilangan cairan
kira-kira 2 % dari BB pada waktu itu. Contoh: BB 50 kg maka defisit cairan sekitar 1 liter.
(1000 cc)
         Jika seseorang bepergian 3-4 hari tanpa air dan ada rasa haus, mulut kering, oliguria, maka
defisit air sekitar 6 % atau 3000 cc pada orang dengan BB 50 kg.
         Bila ada tanda di atas ditambah dengan kelemahan fisik nyata, perubahan mental seperti
bingung atau delirium, maka defisit cairan sekitar 7-14% atau sekitar 3,5 sampai 7 liter pada
orang dengan BB 50 kg.
Cara II:
Jika penderita dapat ditimbang tiap hari, maka kehilangan BB 4 kg pada fase akut cuma dengan
defisit air 4 liter.
Cara III:
Dengan suatu kenyataan bahwa kosentrasi natrium dalam plasma berbanding terbalik
denganvolume ekstrasel dengan pengertian bahwa kehilangan air tidak disertai dengan
perubahan kosentrasi natrium dalam plasma, maka dapat dihitung dengan rumus:
Na2 x BW2 = Na1 x BW1
dimana; Na1 = kadas Na plasma normal 142 mEq/liter
BW1 = volume air badan normal sekitar 60 % dari BB pria dan 50 % dari BB
wanita.
Na2 = Kadar natrium plasma sekarang.
BW2= Volume air badan sekarang.

Daldiyono (1973) mengemukakan salah satu cara menghitung kebutuhan cairan untuk rehidrasi
inisial pada gastro enteritis akut berdasarkan sistim score.
Adapun nilai/score gejala klinis dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Gejala klinik Score
Muntah 1
Vox colerica (suara sesak) 2
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolent sampai dengan koma 2
Tensi sistolik kurang atau sama dengan 90 mmHg 2
Nadi lebih atau sama dengan 120 x/menit 1
Napas kusmaul > 30x/menit 1
Turgor kulit < 1
Vacies colerica 2
Ekstremitas dingin 1
Jari tangan keriput 1
Sianosis 2
Umur 50 atau lebih -1
Umur 60 tahun atau lebih -2

Semua score ditulis lalu dijumlah. Jumlah cairan yang akan diberikan dalam 2 jam dapat
dihitung:
Score x 10% x BB (Kg) x 1 liter
15
Dengan menggunakan rumus Margon- walten (dikutip dari daldiyono) yaitu dengan mengukur
BJ Plasma:

BJ plasma -1,025 x BB (Kg) x 4 ml


0,001
Contoh : Pria BB 40 Kg dengan BJ Plasama pada waktu itu 1,030, maka kebutuhan cairan untuk
rehidrasi inisial :
1,030 - 1,025 x 40 x 4 ml = 800 ml
0,001
Jumlah cairan yang dibutuhkan Ny. Z adalah :
Menurut Golderberg (1980) kebutuhan cairan Ny.Z berdasarkan gejala klinis adalah:
cara 1. Kehilangan cairan sekitar 6% dari BB atau sekitar 3 liter.
Menurut cara III rumus :
Na II x Bw 2 = Na I x Bw I
123 x X = 142 x 22
X = 25,4 (tak sesuai)
Menurut score daldiyono dari gejala klinis ditemukan score 6 , perhitungannya:
6 x 10% x 50 Kg x 1 liter = 2 liter (2000 ml)
15

Masalah keperawatan
Diagnosa I Gangguan penurunan cardiac out put sehubungan dengan penurunan Stroke volume

Independen Rasional
Monitor tanda-tanda vital CVP (bila Takikardi menunjukkan variasi hipotensi,
dipasang CVP). Catat adanya perubahan tergantung pada tingkat keurangan cairan.
tekanan darah, observasi peningkatan suhu. CVP digunakan untuk mengukur derajat
kekurangan cairan dan respon dari pemulihan
Palpasi puls perifer, catat warna kulit, suhu, Kondisi ini merupakan cairan ekstrasel yang
kaji kondisi mental dapat berakibat perfusi organ yang adekuat
pada daerah tersebut, yang mungkin
disebabkan sirkulasi pembuluh darah kolaps
Timbang BB setiap hari (bila Perubahan BB tidak bisa merefleksikan
memungkinkan) secara akurat volume cairan intravaskuler
dan bandingkan dengan balans cairan 24
jam . Lihat adanya udem misalnya pada
abdomen dan tungkai

Ketahui dengan pasti kondisi pasien dan Mengurangi haus dan rasa tidak nyaman dari
jadwalkan selama 24 jam intake cairannya. membran mukosa mulut, tambahkan
Anjurkan makan makanan yang masukkan parenteral (bila perlu)
mengandung cairan yang tinggi
Berikan pengaman bila perlu, seperti Penurunan perfusi cerebral sering berakibat
pengaman disisi tempat tidur, posisi tempat perubahan kesadaran atau mental sehingga
tidur. Direncanakan observasi yang sering, pasien perlu dijaga dari trauma atau
pengikat yang lembut (bila perlu) kecelakaan (terjatuh).
Laporka segera bila ada nyeri dada , dyspnoe, Hemokonsentrasi dan peningkatan
sianosis, penurunan kesadaran, lemah. kekentalan darah dapat mengakibatkan
Monitor sewaktu-waktu peningkatan tekanan adanya emboli sistemik. Kondisi ini dapat
darah, batuk basah, dyspnoe, ronchi, sputum mempercepat kekurangan cairan yang
berbusa mengganggu sistim kardiovaskuler
Kolaborasi: Merujuk pada aturan atau standart yang ada.
Bantu dengan mengidentifikasi atau Tergantung dari hilangnya cairan , sehingga
mengobati penyebabnya. Monitor ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi akan terlihat pada hasil laboratorium
seperti elektrolit , glukosa, pH, atau tersebut. Mengukur derajat kekurangan
peningkatan tekanan CO2, serta koagulasi cairan dan respon dari pemulihan . Demam
merupakan metabolisme dan reabsorbsi dari
kehilangan cairan

Diagnosa 2 : Hiponatremia sehubungan dengan pengeluaran natrium yang berlebihan melalui


muntah, diare, dan perdarahan.
Independent Rasional
Monitor intake dan output, hitung Indikator keseimbangan cairan adalah
keseimbangan cairan, dan BB setiap hari. penting. Kehilangan ataupun kekurangan
cairan dapat trjadi pada hiponatremi.
Kaji tingkat kesadaran dan respon Kekurangan / defisit natrium dapat
neuromuskuler mengakibatkan menurunnya tingkat
kesadaran, adanya kelemahan otot secara
umum/kejang.
Catat frekuensi dan kedalama pernapasan. Kekurangan natrium dapat menimbulkan
pernapasan yang lambat sebagai kompensasi
tubuh terhadap metabolisme alkalosis.
Anjurkan klien untuk minum dan makan Meskipun kekurangan natrium menyebabkan
makanan yang banyak mengandung natrium gejala yang serius yang perlu pemberian
seperti susu, telur, daging, dan sebagainya. intravenus segera, pasien dianjurkan juga
untuk mencoba intake natrium peroral dan
hindari pembatasan garam.
Kolaborasi : Untuk mengevaluasi kebutuhan terapi dan
Monitor elektrolit urine dan serum serta keefektifannya
osmolaritas.
Berikan obat-obatan, seperti:
Diuretika Efektif dalam menurangi kelebihan cairan
untuk mengoreksi kesimbangan

KCl Untuk mengoreksi kekurangan kalium,


khususnya pada penggunaan diuretika.
.
NaCl Berguna untuk memperbaiki kekurangan atau
mencegah adanya kehilangan cairan lebih
lanjut..

Diagnosa 3. Hipokalemia sehubungan dengan pengeluaran kalium yang berlebihan melalui


gastrointestinal dan intake yang tidak adekuat.

Independen Rasional
Monitor frekuensi jantung dan irama jantung Takikardi dapat berkembang dan secara
potensial mengancam kehidupan; sinus
takikardi, AV blok, AV dissosiation,
ventrikuler takikardi.
Monitor fungsi pernapasan, kedalaman dan Kelemahan otot pernapasan dapat
usaha napas. Anjurkan pasien untuk latihan menyebabkan paralisis dan akhirnya
batuk atau napas dalam, ganti posisi sesering respiratory arrest.
mungkin.
Observasi tingkat kesadaran dan fungsi Apatis, rasa ngantuk, irritabilitas, tetani,
neuromuskuler; kekuatan, sensasi, dan gerak. parathesias, dan coma dapat terjadi.
Pertahanan cacat yang akurat tentang urine, Pedoman untuk menghitung kebutuhan
hilangnya kalium dari gaster/luka. cairan/kalium yang diperlukan.
Monitor kecepatan pemberian infus patassium Meyakinkan pengobatan terkontrol untuk
intravenus menggunakan infus mencegah efek bolus dan mengurangi rasa
minidrop/microdrop. Cek effek sampingnya. tidak nyaman.
Anjurkan makan/minum yang tinggi Pemberian potassium dapat dipertahankan
potassium seperti; nanas, jeruk, the, tomat melalui diet jika pasien boleh makan/minum.
dan sebagainya.
Observasi tanda-tanda alkalosis metabolik, Keadaan ini juga sering mengikuti
seperti : hipoventilasi, takikardi, disritmia, hipokalimia.
tetani, perubahan mental.
Observasi tanda-tanda intoksikasi digitalis Kadar potassium rendah meningkatkan efek
jika digunakan (mengeluh mual, muntah, digitalis, hantaran listrik jantung lambat.
pandangan kabur, peningkatan atril Hipokalimia dapat menyebabkan lethal
dysrhytmia, block jantung) dysrhytmia.
Kolaboratif:
Bantu mengidentifikasi/mengatasi masalah Membantu mencari faktor pencetus dan
berdasarkan penyebab. penyebabnya.
Monitor pemeriksaan laboratorium, misalnya; Kadarnya hendaknya sering diperiksa selama
Serum potassium. pemberian terapi, khususnya bila ada
kebocoran ginjal. Kelebihan / peningkatan
yang tiba-tiba dapat menyebabkan cardiac
dysrhytmia.
Analisa gas darah Koreksi alkalosis akan meningkatkan serum
potassium dan menurunkan kebutuhan.
Koreksi asidosis akan mengembalikan
potassium kedalam sel mengakibatkan
penurunan kadar serum potassium dan
Serum magnesium meningkatkan kebutuhan.
Penggunaan diuretika misalnya : lasix,
hidrodiuril dapat menyebabkan penurunan
Berikan potassium oral dan atau intravenus kadar clorida dan potassium.
(Kcl elixir, S-lor, Slow-K) Pemberian parenteral hendaknya jangan
melebihi 40 mEq/2 jam. Diet suplemen dapat
juga digunakan untuk mencapai keadaan
equlibrium jika pasien dapat makan/minum.

Diagnosa IV. Perubahan perfusi jaringan perifer sehubungan dengan menurunnya aliran darah
arteri.
Independen Rasional
Ubah posisipasien tiap 2 jam Mengurangi resiko kerusakkan kulit
Monitor tanda vital dan irama jantung tiap 4 Nadi yang cepat dan tidak teratur dapat
jam dan laporkan dan catat perkembangan menyebabkan penurunan CO yang
kecepatan dan nadi yag irreguler. mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
Kontrol nadi perifer tiap 4 jam. Nadi yang teraba dan kuat menunjukkan
aliran darah arteri baik
Observasi warna kulit, suhu, tekstur Penurunan perfusi jaringan menyebabkan
sedikitnya tiap 4 jam. dan catat serta perubahan warna kulit dan tekstur kuliut.
laporkan adanya daerah yang biru/hitam
(cianosis).
Jangan gunakan panas langsung pada Pemenasan ekstremitas secara langsung
ekstremitas. Panas dapat digunakan pada menyebabkan metabolisme jaringan, jika
abdomen untuk merangsang refleks dilatasi arteri tidak dilatasi secara normal, perfusi
pada arteri ekstremitas bawah. jaringan menurun dapat terjadi ischemia.
Ajarkan tehnik relaksasi. Membantu vasodilatasi dan mencegah
vasokontriksi yang disebabkan oleh rasa
cemas.
Ajarl\kan pasien tentang : Melibatkan pasien dan keluarga/orang
Perawatan diri, pentingnya latihan, perlunya terdekat dalam perawatan pasien dan
diet rendah kalori dan kolesterol, memberikan kebebasan pasien dalam
menghindari baju tebal, menyilangkan kaki, pembuatan keputusan tentang status
menjaga kaki tergantung, perlunya kesehatannya.
menghindari penyebab vasokontriksi
( dingin, stres, merokok ).

Anda mungkin juga menyukai