Anda di halaman 1dari 8

Fisiologi Cairan Dan Elektrolit

Cairan Tubuh Total

Pengertian
Cairan tubuh adalah air dalam tubuh. Volume cairan tubuh manusia kira-kira 60 %
dari berat badan

Pembagian Cairan Tubuh


Cairan tubuh dibagi menjadi dua bagian utama (kompartemen) dan dipisahkan
oleh membran sel menjadi :
– Cairan intra seluler (CIS) sebanyak 40% dari berat badan
– Cairan ekstra selular (CES) sebanyak 20% dari berat badan

Cairan Ekstra Selular Terdiri Dari :


– Cairan interstitial (cairan antar sel / disekitar sel) sebesar 15 %
– Cairan intravaskuler (cairan di dalam pembuluh darah) sebesar 5 %, misalnya
plasma dan darah.
– Cairan transeluler (cairan yang diproduksi oleh sel-sel epithel dan menempati
rongga dalam tubuh) seperti cairan otak, cairan sendi, cairan dalam usus, dll.
Dalam keadaan abnormal misalnya cairan di rongga pleura / pleura effusion
atau rongga perut / ascites

Air melintasi membran sel dengan bebas, namun transport elektrolit dan zat-zat
lain terbatas.
– Zat makro molekul seperti protein plasma tidak bisa melintasi dinding kapiler,
tetapi zat mikro melekul seperti : air, elektrolit dan asam amino bisa melintas
membran sel dengan mudah.

Volume cairan intra selular dua kali lebih banyak dari cairan ekstra selular.
– Perubahan-perubahan pada volume dan sirkulasi mengurangi cairan ekstra
selular, namun dikompensasikan oleh cairan intra selular

Cairan intra seluler terlibat dalam proses metabolisme yang mengubah nutrien
yang dimakan menjadi energi, sementara cairan ekstra selular mempertahankan
sistem sirkulasi tubuh, mengangkat nutrien kedalam sel dan membuang zat sisa

Cairan Tubuh Penting Untuk :


– Pengaturan suhu tubuh
– Transport nutrisi dan elektrolit
– Mempertahankan volume darah
– Metabolisme sel
Setiap hari cairan yang didapat dan cairan yang hilang akan dipertahankan dalam
keadaan seimbang, kebutuhan cairan diatur oleh mekanisme :
– Rasa haus (berpusat di otak), disebut sebagai baroreseptor
– Adanya beberapa reseptor yang terdapat di pembuluh darah besar atau atrium,
disebut sebagai volume reseptor

Elektrolit
Elektrolit tersebar diseluruh tubuh dalam bentuk larutan. Air dan elektrolit dapat
bebas melalui ruang ekstra seluler dalam plasma dan didalam sel, partikel
elektrolit yang ada adalah bermuatan listrik yang disebut ion. Terdiri atas :
– Partikel yang bermuatan negatif disebut Anion, contohnya, Cl- (clorida),
HCO3- (biokarbonat), PRO (protein), HPO4 (Fosfat)
– Partikel yang bermuatan positif disebut Kation, contohnya, Na + (natrium), Ca
+ (calsium), K+ (kalium), Mg++ (magnesium)

Jumlah kation selalu seimbang dengan jumlah anion. Sebagai contoh


keseimbangan muatan dalam cairan intra sel

Kation Kalsium : 150 Anion Fosfat : 150


Magnesium : 50 Sulfat : 10
Natrium : 10 Bikarbonat : 40
----------------- -----------------------
Jumlah : 200 Jumlah : 200

Konsentrasi elektrolit didalam dan di luar sel berbeda karena membran sel
mengatur transpor elektrolit. Cairan intra seluler yang mengandung elektrolit
terdiri dari / terutama atas K+, Mg++, HPO 4, sedangkan cairan ekstra selular
mengandung jumlah besar Na+ dan Cl. Cairan interstitial dan plasma darah
keduanya merupakan cairan ekstra seluler namun memiliki konsentrasi protein
berbeda. Karena tidak bisa melintasi dinding kapiler, protein-protein plasma tetap
berada dalam pembuluh darah. Protein plasma juga “memegang” air di dalam
pembuluh darah.

Plasma darah adalah darah dikurangi sel-sel darah (eritrosit, leukosit, trombosit).
Serum adalah plasma darah dikurangi faktor-faktor pembekuan (misalnya,
Fibrinogen dan protrombin) sedangkan hematokrit adalah prosentasi volume sel
darah merah dalam darah
Perbedaan komposisi cairan dan elektrolit (meq/L)

Elektrolit Plasma Interstitial Intra sel


Na (K) 143 140 14,0
Mg (K) 0,8 0,7 20,0
Cl (A) 103 103 4,0
HCO3 (A) 24,0 28,3 10,0
K (K) 4,2 4,0 140
Ca (K) 1,3 1,2 <1
PO4 (A) 2 2 11,0
SO4 (A) 1 1 74
Protein (A) 1,2 0,2 4,0

Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit


Keseimbangan / homeostatis cairan dan elektrolit dipertahankan dengan adanya
sistem transpor cairan dan elektrolit serta mekanisme kontrol baik secara
hormonal atau oleh adanya fungsi suatu organ tubuh tertentu

Dikenal 2 sistem transport yaitu :


1. Transport aktif
Disebut transport aktif karena memerlukan energi (ATP), sistem ini
memungkinkan adanya perpindahan elektrolit dari tempat yang
konsentrasinya lebih rendah ke tempat yang konsentrasinya lebih tinggi, jadi
dapat diibaratkan berfungsi sebagai pompa. Contohnya Na – K Pump, yang
berfungsi untuk mempertahankan agar kadar K dan Na tetap baik di dalam
maupun di luar sel.

2. Transport pasif
Disebut transport pasif karena prosesnya tidak membutuhkan energi.
Perpindahan cairan dan elektrolit terjadi karena perbedaan konsentrasi atau
perbedaan tekanan hidrostatis. Contohnya proses difusi, osmosis dan filtrasi.

Normal kebutuhan cairan tubuh adalah seimbangnya antara intake dan output.
Dimana :
– Intake cairan normal
Normal intake cairan pada orang dewasa adalah 90 % dari intake cairan
perharinya (  2500 cc s/d 3000 cc), dan dari hasil metabolisme dalam sel
serta dari pembakaran bahan makanan didapatkan pemasukan cairan yang
jumlahnya diperkirakan 5 cc / Kg BB yang disebut sebagai water metabolism.

– Output cairan normal


Dalam hal ini dikenal istilah IWL dan SWL.
IWL atau Insensible Water Loss adalah hilangnya cairan yang tidak dapat
dilihat karena melalui proses evaporasi dan respirasi, berupa keringat dan
pernapasan. Yaitu :
 Dewasa : 8 – 10 cc / Kg BB / 24 jam
 Anak : 30 cc / Kg BB / 24 jam
 Suhu tubuh meningkat : 10 cc / Kg BB + 200 cc (suhu tubuh – 36,8 oC)
SWL atau Sensible Water Loss adalah hilangnya cairan yang dapat diamati,
misalnya berupa kencing dan faeces. Yaitu:
 Urine : 1 – 2 cc / Kg BB / 24 jam
 Faeces : 100 – 200 cc / 24 jam

Adapun keseimbangan elektrolit yaitu :


– Sumber intake elektrolit tubuh adalah melalui minuman dan makanan
– Output / eksresi elektrolit melalui
 Ginjal : pengobatan diuretik
 Gastro intestinal : diare
 Drainage : pembedahan
 Diaphoresis : sodium dan klorida

Faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit


– Usia
– Temperatur lingkungan
– Diet
– Stress
– Sakit

Larutan Isotonik, Hipotonik Dan


Hipertonik
Tekanan osmotik dalam cairan tubuh dipertahankan dalam rentang sempit yaitu :
285 ± m Osm/l, ini sama dengan tekanan osmotik plasma darah.Larutan cairan
parenteral semuanya memiliki tiga jenis tekanan osmotik yaitu:
1. Larutan fisiologis isotonik
Adalah cairan infus dengan tekanan osmotik seperti cairan tubuh normal,
contoh NaCl 0.9 %, dekstrosa 5 %, larutan ringer laktat. Pada larutan isotonik
tidak ada / tidak terjadi perpindahan air.
2. Larutan hipotonik
Adalah cairan infus dengan tekanan osmotik lebih rendah dari cairan tubuh,
contoh : air suling. Pada larutan hipotonik air masuk ke dalam sel.
3. Larutan hipertonik
Adalah cairan infus dengan tekanan osmotik lebih tinggi dari plasma darah.
Pada larutan hipertonik air keluar dari sel.

Regulasi Cairan Tubuh


Regulasi cairan tubuh dipengaruhi oleh :
1. Osmosis
Cairan yang berbeda dipisahkan oleh membran semi permeabel dan
pergerakan cairan terjadi dari cairan yang berkonsentrasi rendah ke cairan
yang berkonsentrasi tinggi, sampai cairan itu sama konsentrasinya.
2. Membran semi permeabel
Suatu membran yang bisa dilalui pelarut (air) namun tidak bisa dilalui zat
terlarut atau solute (misalnya : elektrolit, protein)
3. Difusi
Pergerakan zat dari yang berkonsentrasi tinggi ke zat yang berkonsentrasi
rendah. Contoh : Pertukaran gas O2 dan CO2 di alveoli
4. Filtrasi
Perpindahan cairan dari bagian yang bertekanan tinggi ke bagian yang
bertekanan rendah oleh tekanan hidrostatik
5. Sodium PUMP
Pergerakan aktif natrium dari sel ke esktra sel waktu depolarisasi sebagai ganti
dari kalium yang keluar dari sel. Proses ini memerlukan energi yang
terselenggara atas kerja enzim

Edema (Sembab)
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler disertai dengan
penimbunan cairan ini dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa. Dapat bersifat
setempat atau umum

Edema Setempat :
Akibat bertambahnya permeabilitas kapiler disebabkan oleh radang,
pembengkakan kulit setempat akibat:
– Reaksi alergik
– Gigitan atau sengatan serangga
– Luka besar
– Infeksi atau akibat terkena zat-zat kimiawi yang tajam seperti soda bakar atau
asam-asam keras

Edema Angioneurotik :
– Edema setempat yang sering timbul dalam waktu yang singkat
tanpa sebab jelas. Sering terjadi pada anggota tubuh akibat alergi atau
neurogen
– Berkurangnya Protein Plasma
– Protein plasma yang berkurang mengakibatkan tekanan osmotik
koloid menurun.
– Sebagian besar tekanan osmotik ini diselenggarakan oleh albumin.
– Edema akan timbul bila kadar albumin lebih rendah dari 2½ gram
per 100 ml.

Edeme Akibat Syndrom Nefrotik


– Terjadi akibat penyakit ginjal yang menyebabkan albumin keluar
dalam jumlah yang sangat besar.
– Akibatnya terjadi hipoalbuminemia dan pembalikan perbandingan
albumin-globulin.
Edema Akibat Tekanan Kapiler Yang
Meninggi Dapat Terjadi Pada :
– Kongesti pasif (passive congestion) terjadi sebagai akibat obstruksi
mekanik pada vena, menyebabkan tekanan darah vena meningkat, misalnya
dapat terjadi pada vena illiaca akibat uterus yang membesar pada kehamilan.
– Edema akibat tekanan kapiler yang meninggi dapat terjadi pada:
 Edema Kardial :
Terjadi oleh karena tekanan vena meningkat akibat sirkulasi darah
terganggu karena payah jantung (leftsided heart failure).
Edema ini bersifat sistemik, tetapi yang paling nyata terkena ialah bagian-
bagian paling bawah (dependent part), yaitu kaki pada penderita yang
masih dapat berjalan dan rongga-rongga viscera serta serosa pada
penderita yang berbaring terus.
 Obstruksi Portal :
Pada penyakit cirrosis hepatis tekanan dalam vena portae meningkat
sehingga mengakibatkan cairan dalam rongga peritonium, yaitu terjadi
ascites.

 Edema Postural :
Pada orang yang berdiri terus menerus untuk waktu yang lama, terjadi
edema pada kaki dan pergelangan kaki. Edema ini tidak terjadi bila orang
bergerak aktif misalnya berjalan-jalan karena aktivitas otot ikut membantu
aliran dalam pembuluh limfe.

Keseimbagan Asam Dan Basa

Pengaturan Ion Hidrogen


– Harus diatur (diseimbangkan) dengan tepat karena reaksi-reaksi kimiawi
dalam tubuh sangat terpengaruh oleh konsentrasi ion H
– Acids : molekul yang mampu melepas ion H  HCl, H2CO3
– Base : molekul yang dapat menerima ion H  HCO3-, HPO42-, protein, Hb
– Alkali : molekul yang berasal dari logam alkali (Na, K, Li dll) yang memiliki
ion OH (hidroksil), yang secara cepat bereaksi dengan ion H

Ion Hidrogen
– Konsentrasinya sangat rendah: 0,0004 meq/ltr  variasi normalnya bertambah
atau berkurang sekitar 3 sampai 5 meq/lt
– Karena kecilnya  lebih dipilih untuk diekpresikan sebagai unit pH
– pH = log 1/(H) = -log (H); bila ion H normalnya 40 neq/ltr (0.00000004 eq/lt)
 maka pH = - log (0,00000004) = 7.4
– Range normal pH = 7,38 – 7,42 = 7,40
– pH extrem dimana tidak ada kehidupan pada pH < 6.8 dan > 8
– pH ini menginformasikan bahwa semakin rendah ion H semakin besar nilai
pH dan sebaliknya

Pertahanan Terhadap Perubahan Ion H


(Ph)
– Buffer sistem (first line) : senyawa-senyawa kimiawi yang berfungsi sebagai
buffer untuk menyeimbangkan pH  bereaksi dengan ion H atau ion
OH/HCO3. Reaksi dalam beberapa detik. Beberapa senyawa penting:
Hemoglobin, bikarbonat (H2CO3,NaHCO3), posfat (HPO42-, H2PO-), protein
– Paru-paru (second line): dapat mengurangi ion H dalam melalui CO2. reaksi
dalam beberapa menit
– Ginjal (third line): mengurangi ion H dalam darah dengan eksresi urine yang
asam atau basa. Reaksi dalam beberapa jam

Handerson-Hasselbach Equation
– pH = pK – log (0.03xPCO2)/HCO3-
– pH = 6.1 + log HCO3-/0,03xPCO2
– pH = ginjal / paru-paru

Ekspirasi CO2 menjaga balance


pembentukan CO2 secara metabolik
– Hasil metabolisme akan memperbanyak CO2
– Normalnya CO2 1,2 mol/L (pCO2 = 40 mmHg)
– CO2 yang meningkat akan menurunkan pH; H2O + CO2  H2CO3
+
 H + HCO3-
– Semakin bertambah ventilasi alveolar akan mengurangi konsentrasi
ion H dan menaikkan pH
– Pada saat ekspirasi CO2 dalam darah akan dikirim ke paru-paru
selanjutnya terjadi difusi ke alveoli sehingga terjadi keseimbagan CO2 darah
– Semakin meningkat ventilasi alveolar semakin menurun pCO2, dan
sebaliknya
– Meningkatnya konsentrasi ion H merangsang ventilasi alveolar
– Peningkatan konsentrasi ion H (pH menurun) akan merangsang
ventilasi alveolar
– Feedback kontrol ion H oleh sistem pernapasan
– Apabila ion H+ meningkat maka ventilasi alveolar pun meningkat
sehingga terjadi penurunan pCO2. penurunan ini pula akan meningkatkan ion
Hidrogen dalam darah

Asidosis Dan Alkalosis Respirasi


– pCO2 meningkat karena menurunnya ventilasi menyebabkan asidosis
– pCO2 menurun karena meningkatnya ventilasi menyebabkan alkalosis
– Kompensasi ginjal berupa menahan atau mensekresi HCO3, bila asidosis (ion
H+ disekresi, reabsorbsi HCO3 meningkat); bila alkalosis (ion H+ ditahan,
reabsorbsi HCO3 dikurangi)

Asidosis Metabolik

Bila kadar ion H+ di plasma meningkat atau HCO3 menurun

Kompensasi di ginjal : menahan HCO3 atau membuang ion H+

Kompensasi respirasi : meningkatkan ventilasi agar CO2 menurun

Keadaan ini terjadi pada DM berat, sepsis

Alkalosis Metabolik

Bila kadar ion H+ di plasma menurun atau HCO3 meningkat

Kompensasi di ginjal : membuang HCO3 atau menahan ion H+

Kompensasi respirasi : menurunkan ventilasi agar CO2 meningkat

Tabel Gangguan Asam dan Basa

Plasma arterial
Kondisi pH HCO3 pCO2 Penyebab
meq/l mmHg
Normal 7.40 24.1 40
Asidosis 7.28 18.1 40 Diabetik asidosis,
metabol 6.96 5.0 23 ingesti NH4Cl
Alkalosis 7.50 30.1 40 Muntah hebat
Metabol 7.56 49.4 58 NaHCO3 ing.
Asidosis 7.34 25.0 48 Emfisema
Respirasi 7.34 33.5 64 7% CO2
Alkalosis 7.53 22.0 27 Hiperventilasi
Respirasi 7.48 18.7 26 3 mg di puncak

Anda mungkin juga menyukai