DISUSUN OLEH :
MOH ZEN ARIFIN
(131511123039)
DEFINISI
Suatu keadaan gawat darurat yang berhubungan dengan menurunnya atau kekurangan
hormon yang relatif dan terjadinya kolaps sistem kardiovaskuler dan biasanya gejala
gejalanya non spesifik, seperti muntah dan nyeri abdomen.
Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon hormon korteks adrenal (Soediman,
1996).
PATOFISIOLOGI
Korteks adrenal memproduksi 3 hormon steroid yaitu hormon glukokortikoid
(kortisol), mineralokortikoid (aldosteron, 11-deoxycoticosterone) dan androgen
(dehydroepiandrosterone). Hormon utama yang penting dalam kejadian suatu krisis adrenal
adalah produksi dari kortisol dan adrenal aldolteron yang sangat sedikit. Kortisol
meningkatkan glukoneogenesis dan menyediakan zat -zat melalui proteolisis, penghambat
sintesis protein, mobilisasi asam lemak,dan meningkatkan pengambilan asam amino di hati.
Kortisol secara tidak langsung meningkatkan sekresi insulin untuk mengimbangi hperglikemi
tetapi juga menurunkan sensitivitas dari insulin. Kortisol juga mempunyai efek anti inflamasi
untuk mestabilkan lisosom, menurunkan respon leukositik dan menghambat produksi sitokin.
Aktivitas fagositik dipertahankan tetapi sel mediated imunity hilang pada keadaan
kekurangan kortisol dan mensupresi sintesis adrenokortikotropik hormon( ACTH).
Aldosteron di keluarkan sebagai respon terhadap stimulasi dari angiotensin II melalui
system renin angiotensin, hiperkalemi, hiponatremi dan antagonisdopamin. Efek nya pada
target organ primer. Ginjal meningkatkan reabsorpsi dari natrium dan sekresi dari kalium dan
hidrogen. Mekanismenya masih belum jelas, peningkatan darinatrium dan kalium
mengaktivasi enzim adenosine triphosphatase ( Na/K ATPase) yang bertangung jawab untuk
trasportasi natrium dan juga meningkatkan aktivitas dari carbonic anhidrase, efek nya adalah
meningkatkan volume intravaskuler. System renin angiotensin -aldosteron tidak dipengaruhi
oleh glukokortikoid eksogen dan kekurangan ACTH mempuyai efek yang sangat kecil untuk
kadar aldosteron kekurangan hormon adrenokortikal menyebabkan efek yang berlawanan
dengan hormon ini dan menyebabkan gejala klinis yang dapat ditemukan pada krisis adrenal.
PENGKAJIAN
1. Identitas :
Umur bisa terjadi pada usia 30 50 tahun, bisa terjadi pada laki laki dan perempuan
yang mengalami krisis adrenal
2. Penyakit Sekarang
Penderita datang dengan kondisi tidak sadar (syncope)/ mengalami penurunan kesadaran,
tampak kelemahan/ kelelahan yang berat. Keluhan lain yang menyertai adalah pusing,
mual dan bahkan muntah, penurunan tekanan darah (sistole < 90 mmHg).
3. Penyakit Dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita tuberculosis, hipoglikemia maupun Ca paru,
payudara dan limpoma. Klien sudah terdiagnosa mengidap penyakit addison sebelumnya,
riwayat pengobatan kortikosteroid yang dihentikan dengan tiba-tiba, adanya penyakit
infeksi pencetus pada addisonian (red : orang yang mengidap penyakit addison)
4. Penyakit Keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakit yang sama/
penyakit autoimun yang lain.
Pemeriksaan fisik
1. B1 (Breathing)
Inspeksi : biasanya didapatkan bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya
kontraksi otot bantu pernafasan dan pergerakan cuping hidung.
Palpasi
: biasanya terdapat pergesekan dada tinggi.
Perkusi
: suara resonan.
Auskultasi : biasanya didapatkan suara ronkhi, krekels bila pasien mengalami infeksi.
2. B2 (Bleeding)
Inspeksi : biasanya tak tampak iktus kordis. Hipotensi arterial (TD 80/50mmHg atau
kurang).
Palpasi : bila ada, iktus kordis teraba pada intercosta 5-6 mid clavicula line x vc sinistra.
Turgor kulit teraba dingin, kering dan pucat / sianosis.
Perkusi : suara redup.
Auskultasi : suara jantung melemah.
3. B3 (Brain)
Inspeksi : Biasanya penderita memperlihatkan gejala kesakitan karena nyeri otot atau
nyeri kepala atau nyeri tulang belakang maupun nyeri ekstremitas. Biasanya
penderita mengalami syncope, kelelahan secara mental sehingga terjadi
disorientasi waktu, terlihat cemas. Pada kondisi syok kesadaran penderita
bisa turun hingga kondisi koma.
Palpasi : kadang didapatkan penderita mengalami peka terhadap rangsangan
Perkusi :Auskultasi :4. B4 (Bowl)
Inspeksi : biasanya didapatkan bibir kering, bentuk abdomen simetris. Pada penderita,
didapatkan keluhan anoreksia, mual, muntah, berat badan turun sert mudah
mengalami hipoglikemi.
Palpasi : kadang dijumpai nyeri tekan karena kram abdomen.
Perkusi : suara timpani
Auskultasi : biasanya didapatkan bising usus meningkat (diikuti dgn keluhan diare).
5. B5 (Bladder)
Inspeksi : biasanya didapatkan diuresis yang diikuti oliguria, perubahan frekuensi
maupun karakteristik urin berhubungan kondisi penderita bila terjadi
dehidrasi.
Palpasi : bladder teraba kosong, namun produksi urin <30cc/jam bila pasien mengalami
dehidrasi hingga kondisi syok.
Perkusi :Auskultasi :5. B6 (Bone)
Inspeksi : biasanya didapatkan kulit menghitam seperti perunggu, atau coklat seperti
terkena sinar matahari, terutama pada kulit buku jari, lutut, siku dan
membran mukosa. Pada penderita perempuan akan didapatkan berkurangnya
rambut pubis dan aksilaris. Pada kondisi fisik secara umum, penderita akan
terlihat sangat lemah dan mudah lelah. Ujung ekstremitas biasanya
mengalami kesemutan.
Palpasi : pada pemeriksaan kekuatan otot biasanya didapatkan penurunan tonus otot.
Perkusi : Auskultasi : -
Pemeriksaan Penunjang
(1) Pemeriksaan Laboratorium Darah
(a) Penurunan kadar Glukosa dan Natrium (hipoglikemi & hiponatremi).
(b) Peningkatan kadar Kalium serum (hiperkalemi).
(c) Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis).
(d) Penurunan kadar kortisol serum.
(e) Kadar kortisol plasma rendah.
(f) ADH meningkat.
(g) Blood Gas Analysis menunjukkan asidosis metabolik.
(h) Hapusan Darah tepi menunjukkan anemia normokromik, Hct meningkat, jumlah
limfosit rendah dan eosinofil meningkat.
(2) Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukkan adanya kalsifikasi di adrenal.
(3) CT Scan mendeteksi adanya kalsifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitif
hubungannya dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi jamur, penyakit infiltrasi
malignan dan non malignan dan hemoragik adrenal.
(4) EKG menunjukkan tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik
abnormal sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolik.
(5) Tes Stimulating ACTH menunjukkan kenaikan tingkat kortisol dalam darah dan urin.
(6) Tes Stimulating CRH. Pasien dengan ketidakcukupan adrenal sekunder mempunyai
respon kekurangan cortisol namun tidak hadir / penundaan respon respon ACTH.
Ketidakhadiran respon respon ACTH menunjuk pada pituitary sebagai penyebab ;
suatu penundaan respon ACTH menunjukan pada hypothalamus sebagai penyebab.
ANALISA DATA
NO
1.
DATA
ETIOLOGI
PROBLEM
DS: Pasien mengeluh lemah, cepat Kortisol
(hydrocortisone, cortisone acetate, Intoleransi aktivitas
lelah, pusing
prednisone atau dexamethasone) sangat rendah atau
tidak ada
DO: Hipotensi, keringat dingin dan
kelemahan otot
Penurunan fungsi liver
Pembentukan glukosa terhambat
Penurunan ekstrim gula darah
Hipoglikemi
Sumber energi menurun
2.
3.
Kelelahan
DS: Pasien mengeluh mual, muntah Kortisol
(hydrocortisone, cortisone acetate,
dan tidak nafsu makan
prednisone atau dexamethasone) sangat rendah atau
tidak ada
DO:
Berat bada menurun
Penurunan enzim pencernaan
Porsi makan tidak dihabiskan
Anoreksia, mual, muntah
DS:
Aldosteron sangat rendah atau tidak ada
Ginjal: Penurunan air dan sodium
DO:
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
4.
Diagnosa Keperawatan
Intoleransi aktivitas bd
kelelahan akibat
hipoglikemi
Intervensi
(NIC/Nursing Intervention Classification)
NIC
1. Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur,
berdiri, ambulasi, dan melakukan ADL
2. Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas
3. Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan
aktivitas
4. Manajemen energy (NIC):
5. Tentukan penyebab keletihan
6. Beri intake gula
7. Pantau respon nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energy
yang adekuat
2.
3.
NIC
1 Kaji adanya alergi makanan
2 Anjurkan pasien untuk meningkatkan air dan sodium
3 Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
4 Monitor berat badan
5 Monitor kadar albumin , total protein , Hb,Ht
6 Monitor munculnya tanda tanda fisik kurang nutrisi
Kriteria Hasil
Kolaborasi
1Adanya peningkatan berat 1 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori ,
badan sesuai tujuan
nutrisi , dan konsistensi diet yang dibutuhkan klien
2Berat badan ideal sesuai 2 Kolaborasi pemeriksaan laboratorium albumin , total protein , Hb
tinggi badan
dan Ht.
3Mampu
mengidentifikasi 3 Kolaborasi pemasangan NGT jika diperlukan
kebutuhan nutrisi
4Tidak ada tanda malnutrisi
5Menunjukan
peningkatan
fungsi menelan
6Tidak terdapat penurunan
berat
badan
yang
signifikan.
Kekurangan volume cairan NOC
NIC: Fluid Management
b.d kehilangan cairan aktif a. Fluid balance
1. Pertahankan catatan Intake dan output yang akurat.
b. Hydration
2. Monitor status hidrasi (kelembaban, membrane mukosa, nadi
c. Nutrisional status: Food
adekuat , tekanan darah ortostatik.)
and Fluid Intake
3. Monitor vital sign
Kriteria Hasil
4. Monitor masukan cairan dan hitung intake kalori harian.
1. Mempertahankan
urin 5. Dorong masukan oral.
output sesuai dengan usia 6. Atur kemungkinan tranfusi
dan berat badan , berat 7. Persiapan untuk tranfusi jika diperlukan.
jenis urin normal dan Kolaborasi
Tekanan darah normal
Kolaborasikan pemberian cairan intravena
2. Tanda tanda vital harus
4.
Aldosteron sangat
rendah atau tidak ada
Ginjal:
Penurunan air
dan sodium
Penurunan
fungsi liver
Penurunan enzim
pencernaan
Penurunan
volume cairan
Penurunan ekstrim
gula darah tubuh
Hipoglikemi
Kelelahan
Intoleransi Aktivitas
Kehilangan
cairan
intravaskuler
Mual dan
muntah
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Hipotensi
Diare, keram
perut
Kekurangan
volume cairan
Irama jantung
tidak teratur
dan penurunan
Cardioc Output
(CO)