Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

I. PENGKAJIAN
Faktor Predisposisi
A. Riwayat Keperawatan
Tn.A berumur …. tahun saat ini beliau sedang menderita
penyakit Gastritis, Tn.A sering datang ke dokter untuk memeriksakan
kesehatannya karena ingin mengetahui keadaan kesehatannya.
Tn.A mempunyai anggapan tentang penyakitnya itu merupakan
sesuatu yang berat dan snagat mengganggu pikiran dan perasaannya.
Tn.A menganut Agama Islam dan tinggal di suatu wilayah yang
mayoritas menganut agama Islam dan dekat dengan fasilitas
kesehatan sehingga apabila dikeluarganya ada yang sakit maka beliau
segra membawanya ke Pusdikes Kesehatan yang terdekat seperti RS.
Dustira.

B. Pemeriksaan Fisik
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
R : 18x/mnt
S : 36 0C

C. Kesiapan Belajar
Tn.A mengatakan tertarik untuk menggali dan mempelajari tentang
penyakitnya karena pengetahuan Tn.A tentang kesehatan sangat
kurang terutama mengenai penyakitnya saat ini. Tn,A sangat
berambius untuk menerima penyuluhan

17
D. Motivasi belajar
Motivasi klien Tn.A untuk mempelajari tentang kondisi dan
penyakitnya sangat kuat Tn.A mengatakan apapun yang disampaikan
beliau siap untuk melaksanakannya demi kesembuhannya.

E. Kemampuan mambaca
Tn.A SMA tapi kemampuan membaca dan menulis cukup baik,
tampak ketikda dibuka brosur tentang gastritis beliau mampu
membacanya dengan baik tapi klien mengatakan lebih suka belajar
dengan cara ceramah dan tanya jawab agar materi yang dismapaikan
dapat dengan mudah untuk di ingat.

F. Faktor Pemungkin
Tn.A mengatakan ketika berobat ke tampat pelayanan kesehatan biasa
mendapat sedikit penjelasan penyakitnya tapi klien tidak atau kurang
menyimaknya sehingga klien mengharapkan sekali untuk
mendapatkan penjelasan lebih banyak dari penyakitnya, tempat
pelayanan kesehatan tidak jauh dari tempat tinggalnya dan dapat
dijangkau dengan mudah oleh beliau.

G. Faktor Penguat
Tn.A Tinggal dengan istri dan anaknya yang masing-masing
mempunyai cara pandang yang sama tentang penyakitnya.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Berdasarkan hasil pengakajian yang dilakukan perawat dapat menemukan
berapa diagnosa salah satunya gangguan rasa aman, cemas sehubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang penaykitnya (Tn.A).

III. PERENCANAAN TINDAKAN


Rencana Pembelajaran Individu
A. Diagnosa Keperawatan
Gangguan psikologis rasa aman cemas sehubungan dengan kurangnya
pengetahuan.

18
a. Tujuan pembelajaran
1). Tujuan Umum
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan Tn.A mampu
melakukan penatalaksaan penyakitnya atau perawatan
penyakit gastritis.
2). Tujuan Khusus
Setelah menerima pendidikan kesehatan selama 1x20 menit
Tn.A mampu :
a) Menjelaskan tentang pengertian, tanda-tanda gejala
penyebab serta komplikasi perasaannya tentang gastritis.
b. Materi belajar
1) Pengertian gastritis
2) Penyebab gastritis
3) Tanda dan gejala gastritis
4) Komplikasi yang mungkin terjadi
5) Perawatannya
c. Metode belajar
1) Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi
penyuluhan.
2) Metode ceramah
3) Untuk mengevaluasi hasil pendidikan kesehatan yang
dilakukan.
d. Sumber dan Alat bantu
1) Sumber : Buku Kapita Selekta Hal 440
2) Alat bantu :- Leaflet tentang gastritis
- Booklet tentang gastritis.

f. Evaluasi belajar
Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran dengan pada saat
akhir proses pembelajaran dan dilakukan evaluasi dengan
mengajukan pertanyaan kembali secara lisan diantaranya :
 Belajar kembali penyakit gastritis ?

19
 Ulangi kembali penyebab gastritis ?
 Ulangi tanda dan gejala gastritis ?
 Sebutkan komplikasi yang mungkin terjadi pada penyakit
gastritis ?
 Perawatam gastritis ?

20
MATERI PENYULUHAN

I. Definisi
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis
yang ditemukan berupa dis[e[a atau indigesti. Berdasarkan pemeriksaan
ondoskopi ditemukan entemea mukosa sedangkan hasil foto
memperlihatkan iregular mukosa (kapita alekta kedokteran edisi III) hal
492.
Gastritis terbagi dua yaitu :
1. Gastritis Akut
Merupakan gambaran klinis akut yang jelas penyebabnya dengan
tanda dan gejala yang khas. Biasanya ditemukan sel inflamasi akut
dan neurofil
2. Gastritis Kronik
Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multifaktor dengan
perjalanan klinis yang bervariasi. Kelainan ini berkaitan erat dengan
dengan infeksi (H. Pylori)

II. Fatofisiologi
Terdapat gangguan keseimbangan faktor agresif dan faktor defersif yang
berperan dalam menimbulkan lesi pada mukosa. Faktor-faktor tersebut
dapat dilihat pada tabel di bawah.
Dalam keadaan normal, faktor defersif dapat mengatasi faktor agresif
sehingga tidak terjadi kerusakan atau kelaian fatologi.

Tabel 47.4 Faktor Agresif dan Defensif


Faktor Agresif Faktor Defensif
- Asam lambung - Mukus
- Pepsin - Bikarbonar mukosa
- AINS - Prostagloudin mikrosirkulasi
- Empedu

21
- Infeksi firus : H. Pylory
- Bahan keresif : asam dan basa kuat
Gastritis Akut
Lesi mukosa akut berupa erosi dan perdarahan akibat faktor-faktor agresi
atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung.

Etiologi
1. Obat-obatan : aspirin, obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)
2. Alkohol
3. Gangguan enikroskopis (mikrosirkulasi) mukosa lambung : trauma
luka bakar, sopsis.
Secara makroskopit terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi berbeda.
Jika ditemukan pada korpur dan tindus biasanya disebabkan stress.
Jika karena obat-obatan AINS ditemukan pada daerah aliran nomum
dapat pula menyeluruh sedangkan secara mikoskopik, terdapat erosi
dengan regunerasi epitel dan ditemukan reaksi sel inflamasi neubrofil
yang minimal.

Manifestasi Klinis
Gindron dispepsia berupa nyeri opigastrium, mual, kembung, muntah
merupakan salah satu keluhan yang sering muncul, ditemukan pula
berdasarkan saluran cerna berupa henatenisis dan melena, kemudian disusul
dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya bila dilakukan
anamnesis lebih dalam terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan
kimia tertentu.

Diagnosis
Tiga cara dalam menentukan diagnosis yaitu gambaran klinis,
gambaran lesi mukosa akut di mukosa lambung berupa erosi atau elkus
dangkal dengan tepi rata pada endoskopi dan gambaran radiologi dengan
kontras tunggal atau lebih mudah dengan kontras ganda. Peranan endoskopi

22
salerma atas lebih sensitif dari spesifik untuk diagnosis kelainan akut
lambung.

Komplikasi
Perdarahan saluran cerna atas (SEBA) berupa hematenisis dari mulena
dapat berakhir sebagai hemoragik sehingga perlu dibedakan dengan tidak
peptik. Gambarannya hampir sama namun pada tukak poptik penyebab
utamanya adalah infeksi holyerbocter-pylori : 100% pada tukak derovenum
dan 60-90% pada tukak lambung.

Penata laksanaan
Faktor utama adalah dengan menghilangkan penyebabnya. Diet
lambung dengan porsi kecil sering obat-obatan ditujukan untuk mengatur
sekresi oe-lambung berupa antagonis resoptor H2, inhibitor pompa profon,
anti korinergik dan antasid juga ditujukan sebagai sitoprofekstor, berupa
sukrolfat dan prostalgaudin.

Gastritis Kronik
Jelas hubungan dengan holico bacter pylori, apalagi jika ditemukan
ulkus pada pemeriksaan penunjang.

Patofisiologis
Belum diketahui dengan pasti.

Etiologi
Belum diketahui dengan pasti.

Manifertasi
Kebanyakan pasien mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil
mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia neusca dan pada pemeriksaan fisik tidak
dijumpai kelainan.

23
Diagnosis
Diagnosis gastritis ditemukan/ditegakan berdasarkan pemeriksaan
endoskopi dan dianjurkan dengan pemeriksaan histo patologi biopsi mukosa
lambung. Perlu pula dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksi H.
Pylori apalagi jika ditemukan adanya ulkus baik pada lambung ataupun
duodenum, mengingat angka kejadian yang cukup tinggi yaitu hampir
mencapai 1005. Dilakukan pula rapid ureum test (CLO) kriteria minimal
untuk menegakan diagnosis H. Pylori jika hasil CLO dan atau PA positif
dilakukan pula pemeriksaan snologi untuk H.Pylori sebagai diagnosa awal.

Komplikasi
Berdasarkan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia
karenagangguan obsorpsi Vit B12.

Penata laksanaan
Pada pusat pelayanan kesehatan dimana endoskopi tidak dapat
dilakukan, penatalaksanaan diberikan seperti pada pasien dengan sindroma
dispepsia, apalagi jika ter serologik negatif. Pertama-tama yang dilakukan
adalah mengatasi dan menghindari penyebab pada gretiks akut, kemudian
diberikan pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2/indikator pompa
endoskopi dapat dilakukan. Dilakukan terapi erodikasi kecuali jika hasil elo
kultur dan PA ketiganya negatif atau hasil serologi negatif. Terapi erodikasi
juga dilakukan pada seleksi khusus pasien yang menderita penyakit yang
tercantum pada tabel 47.5

Tabel 47.5 penyakit yang dapat terapi erodikasi

Sangat dianjurkan Dianjurkan Tak dianjurkan


- Ulkus duodensi - Dispepsi tipe - penderita asumtomatis
ulkus
- Ulkus ventrikuli - Gastritis kronis
aktif berat (PA)

24
- Pasca reseksi kanker _ Gastropoli AINS
lambung dini
- MALY lymptona - Gastritis erosvia
berat
- Gastritia hipertropik

Terapi diberikan selama 1-2 minggu dengan memperhatikan efisiensi


biaya reginan terapi terbagi 3, tripel, kuadrupeh dan dual.
Namun yang biasa digunakan adalah tripel dan kuadripel. Jika terapi
gagal digunakan terapi tripel kuadtripel pasien dianggap sembuh hanya jika
setelah 4 minggu terapi selesai hasil pememriksaan CLO dan PA negatif,
selain itu terapi dianggap gagal.

REGULER DOSIS
Terapi tripel PPI : 2x20 mg
1. PPI + amoxisilin + kloritromisin Amoxisilin : 2x1000 mg
2. PPI + metronidozol + Kloritromisin : 2x500 mg
kloritromisin Metronidazole: 3x500 mg
3. PPI + metomodozol + tetra (bila Tetrasilin : 4x250 mg
alergi kloritromisin) Bsimuth : 4x150 mg
Kuadripel
1. PPI + amox + kloritro + bismuth
2. PPI + metro + klaritro + bismusth
3. PPI + metro + tetra + bismusth
(daerah resisten metronidozol
tinggi)
Dual
PPI + satu antibiotik harus dalam dosis
tinggi

25

Anda mungkin juga menyukai