Anda di halaman 1dari 8

FORMAT LAPORAN ANALISA SINTESA RUANG

KEGAWATDARURATAN

Nama mahasiswa : Endah Ayunengrum


Tanggal Masuk : 03/05/2023
Nama pasien : Tn. B

1. Pengkajian primer : (pengkajian airway, breathing, circulation,


disintergrity)
• Airway : Jalan nafas pasien paten tidak ada sumbatan
• Breathing : Pasien mengeluh sesak nafas ,pola nafas iregler RR
23 x/menit,pasien tidak dapat bicara dengan jelas karena
sesak,tampak pernapasa cuping hidung ,SPO2 94%
• Circulation : Denyut nadi 102 x/menit, suhu tubuh 35,8C, capirel
refile < 3 detik
• Disintegrity : Pasien tampak lemas, composmentis
2. Tindakan keperawatan yang dilakukan : (dilakukan untuk mengatasi
kondisi yang Didapat)

• Gangguan pertukaran gas yang terjadi pada pasien Chronic


kidney disease (CKD) disebabkan adanya edema pulmo. Edema
pulmo terjadi karena klien mengalami kelebihan volume cairan
yang menyebabkan pre load naik sehingga beban jantung naik
dan menimbulkan hipertrofi ventrikel kiri. Akibat dari hipertrofi
tersebut yaitu terjadi peningkatan bendungan atrium kiri
sehingga tekanan pada vena pulmonalis dan kapiler paru naik.
Adanya edema pulmo dapat menyebabkan klien mengalami
sesak nafas dan terdengar bunyi ronkhi saat dilakukan auskultasi
(Nurarif, & Kusuma, 2015). Selain adanya edema pulmo akibat
dari penyakit CKD klien akan mengalami tekanan tekanan darah
tinggi, takikardi, dan saturasi oksigen klien menrun. Hal ini
terjadi karena peningkatan tekanan darah, takikardi, dan
penumpukan katekolamin dalam sirkulasi dapat menyebabkan
vasonkontriksi pembuuh darah, sehingga terjadi peningaktan
tekanan pembuluh darah ginjal, penurunan tersebut dapat
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menurun
sehingga ginjal kekurangan oksigen (Pranandari & Supadmi,
2015). Oleh karena itu sesak nafas pada pasien CKD perlu
diberikan terapi oksigen dalam jumlah yang cukup untuk
mencukupi kebutuhan tubuh.

• Pemberian oksigen dimaksudkan untuk mensuport transport


oksigen yang adekuat dalam darah sehingga jaringan dalam
tubuh tidak kekurangan O2. Dengan mempertahankan oksigen
jaringan yang adekuat diharapkan masalah gangguan
pemenuhan oksigen di dapat teratasi. Faktor yang menentukan
oksigenasi jaringan termasuk konsentrasi oksigen alveolar,
difusi gas (oksigen) pada membran alveokapilar, jumlah dan
kapasitas yang dibawa oleh hemoglobin, dan curah jantung
(harahap 2004). Dalam kasus Tn. B diberikan oksigen dengan
menggunakan Nasal Kanul. Berdasarkan teori tekanan gas
campuran john Dalton dinyatakan bahwa jika ada salah satu
tekanan gas dalam campuran gas bertambah maka tekanan
parsial gas lain akan menurun. Jadi peningkatan konsentrasi
oksigen dalam Kanul dapat mrnurunkan tekanan parsial CO2,
hal ini sesuai dengan kondisi pasien CKD yang biasanya
mengalami asidosis, selain itu pemberian oksigen o2 non
rebreathing mask 12 l/ menit cocok untuk pasien CKD karena
adanya edema pulmo sehingga terjadi gangguan pertukaran gas
dan difusi o2 di alveoli paru-paru mengalami gangguan
(penimbunan cairan di lapisan pleura) (hendrizal, 2014)
• Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
utama pada Pola nafas tidak efektif b.d Hambaan upaya nafas,
yaitu dengan melakukan intervensi Menjemen Jalan Napas
(I.01011) dengan cara memonitor pola napas dengan hasil
didaakan ola nafas membaik dari RR 23x/menit menjadi RR 20
x/menit, monitor bunyi napas tambahan tidak terdapat bunyi
nafas tambahan seperti ronkhi, dan mengi, memposisikan semi
fowler, memberikan oksigen nasal kanul 5 lpm, memonitor
saturasi oksigen pasien 94 % menjadi 98% .

3. Evaluasi hasil tindakan (didapat setelah tindakan untuk mengatasi


masalah primer) Dilakukan
Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah utama pola napas tidak efektif, yaitu dengan
melanjutkan intervensi pemberian oksigen nasal kanul 5lpm
4. Diagnosa keperawatan (diagnosa kep. Untuk tindakan diatas PES
dan rasional diagnosa)
Masalah utama pasien yaitu dengan diagnosa keperawatan Pola napas
tidak efektif b.d Hambatan upaya nafas
Data Subjektif : pasien mengatakan tidak nyaman ketika bernapas
dan badanya lemas pada saat selesai hemodialisa
Data Objektif : pasien tampak pernapasan cuping hidung, RR
23x/menit (normal RR 16-20 / menit),pasien tampak lemas

5. Pengkajian sekunder : (meliputi pengkajian riwayat kep. Dan


head to toe )
Patient medical history (riwayat kesehatan terakhir) : Pasien
mempunyai CKD ,Hipertensi , keluhan selain keluhan utama muncul
post HD ,pasien mengeluhkan badanya terasa lemas dan pusing,
pasien tidak mempunyai alergi obat
o Bentuk kepala : mesosopal
o Rambut : hitam, tidak berketombe, beruban
o Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera putih,
o Hidung : bersih ,terdapat pernapasan cupinghidung
o Mulut : mukosa kering dan pecah-pecah, tidak berbau, dan
tidak caries dan stomatitis
o Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid danlimfe
o Dada : tidak ada jejas pada dada,pergerakan
pengembangan dada simetris ,suara nafas normal
(vasikuler),terdapat bunyi sonor
o Abdomen : tidak terdalat benjolan abdomen,perkusi
abdomen tymphani , auskultasibising usus 12x/mnt
o Tanda-tanda Vital :
o Tinggi badan : 167 cm
o Berat badan : 70 kg
o TD: 151/95 mmHg
o RR : 23x/menit
o N : 102 x/menit,
o T : 35,8C,
o SPO2 : 94%
o GDS : 33
6. Pemeriksaan penunjang ( meliputi : laboratorium, RO, CT.Scan )
Laboratorium
- Hasil Pemeriksaan EKG
- Pemeriksaan Thorax
7. Diagnosa kep.( 2 diagnosa kep.utama untuk data yang didapat dari
pengkajian sekunder)
Diagnosa keperawatan yang muncul setelah pengakajian sekunder
yaitu Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Disfungsi ginjal
kronis D.0027. dengan data Subjektif : Pasien mengeluh badan
lemas kepala tersa pusing
Data objektif : pasien tampak lelah, GDS 33
8. Prinsip-prinsip tindakan :( tindakan mandiri, dan kolaborasi )
A、Tahap prainteraksi
1) Cek program terapi
2) Mencuci tangan
3) Mengidentifikasi pasien dengan benar
4) Menyiapkan dan mendekatkan alat kepasien
B、Tahap orientasi
1) Salam, sapa, memperkenalkan diri
2) Melakukan kontrak
3) Menjelaskan tujuan dan prosedur
4) Menanyakan kesiapan dan kerja sama pasien
C. Tahap kerja
1) Menjaga privasi pasien
2) Membaca basmallah bersama-sama
3) Mengatur posisi pasien
1. Terapi Oksigen Nasal Kanul
A. Persiapan alat
1) Selang kanul
2) Humidifler
3) flowmeter
4) cairan steril
5) Bengkok, plester
B. Prosedur/langkah-langkah
1) Identifikasi pasien
2) Mencuci tangan
3) Memakai sarung tangan
4) Kaji kondisi mulut dan hidung klien (bila kotor,
bersihkan)
5) Pastikan tabung humidifier terisi cairan secara
adekuat
6) Sambungkan selang kanul ke humudifer
7) Atur posisi semi fowler
8) Membuka flowmeter dengan ukuran 5lpm
9) Pastikan oksigen mengalir dengan baik ke
10) Memasang kanul dengan hari-hati
D. Tahap terminasi
1. Evaluasi respon dan perasaan pasien
2. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya (GDS)
3. Bereskan alat
4. Cuci tangan
5. Dokumentasikan ke daftar keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E. Marlynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta=


EGC
Hendrizal. (2014). Pengaruh terapi oksiigebn menggunkn non-
rebreathing mask terhadap tekanan parsial co2darahpada pasien cidera
kepala sedang, jurnalckesehatan andalas, vol 3 (1), 41-44
Nurarif, A.H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
Media Action
Pranandani. S., & Supadmi, R. (2015). Faktor Risiko CKD di Unit
hemodialisa RSUD Wates kulon progo, majalah farmaseutik. 11(2)
Saryono. (2014). Terapi oksigen. Laboratorium ketrampilan medic PPD
Unsoed.

Anda mungkin juga menyukai