1. Pengkajian primer : (pengkajian airway, breathing, circulation,
disintergrity) • Airway : Jalan nafas pasien paten tidak ada sumbatan • Breathing : Pasien mengeluh sesak nafas ,pola nafas iregler RR 23 x/menit,pasien tidak dapat bicara dengan jelas karena sesak,tampak pernapasa cuping hidung ,SPO2 94% • Circulation : Denyut nadi 102 x/menit, suhu tubuh 35,8C, capirel refile < 3 detik • Disintegrity : Pasien tampak lemas, composmentis 2. Tindakan keperawatan yang dilakukan : (dilakukan untuk mengatasi kondisi yang Didapat)
• Gangguan pertukaran gas yang terjadi pada pasien Chronic
kidney disease (CKD) disebabkan adanya edema pulmo. Edema pulmo terjadi karena klien mengalami kelebihan volume cairan yang menyebabkan pre load naik sehingga beban jantung naik dan menimbulkan hipertrofi ventrikel kiri. Akibat dari hipertrofi tersebut yaitu terjadi peningkatan bendungan atrium kiri sehingga tekanan pada vena pulmonalis dan kapiler paru naik. Adanya edema pulmo dapat menyebabkan klien mengalami sesak nafas dan terdengar bunyi ronkhi saat dilakukan auskultasi (Nurarif, & Kusuma, 2015). Selain adanya edema pulmo akibat dari penyakit CKD klien akan mengalami tekanan tekanan darah tinggi, takikardi, dan saturasi oksigen klien menrun. Hal ini terjadi karena peningkatan tekanan darah, takikardi, dan penumpukan katekolamin dalam sirkulasi dapat menyebabkan vasonkontriksi pembuuh darah, sehingga terjadi peningaktan tekanan pembuluh darah ginjal, penurunan tersebut dapat mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menurun sehingga ginjal kekurangan oksigen (Pranandari & Supadmi, 2015). Oleh karena itu sesak nafas pada pasien CKD perlu diberikan terapi oksigen dalam jumlah yang cukup untuk mencukupi kebutuhan tubuh.
• Pemberian oksigen dimaksudkan untuk mensuport transport
oksigen yang adekuat dalam darah sehingga jaringan dalam tubuh tidak kekurangan O2. Dengan mempertahankan oksigen jaringan yang adekuat diharapkan masalah gangguan pemenuhan oksigen di dapat teratasi. Faktor yang menentukan oksigenasi jaringan termasuk konsentrasi oksigen alveolar, difusi gas (oksigen) pada membran alveokapilar, jumlah dan kapasitas yang dibawa oleh hemoglobin, dan curah jantung (harahap 2004). Dalam kasus Tn. B diberikan oksigen dengan menggunakan Nasal Kanul. Berdasarkan teori tekanan gas campuran john Dalton dinyatakan bahwa jika ada salah satu tekanan gas dalam campuran gas bertambah maka tekanan parsial gas lain akan menurun. Jadi peningkatan konsentrasi oksigen dalam Kanul dapat mrnurunkan tekanan parsial CO2, hal ini sesuai dengan kondisi pasien CKD yang biasanya mengalami asidosis, selain itu pemberian oksigen o2 non rebreathing mask 12 l/ menit cocok untuk pasien CKD karena adanya edema pulmo sehingga terjadi gangguan pertukaran gas dan difusi o2 di alveoli paru-paru mengalami gangguan (penimbunan cairan di lapisan pleura) (hendrizal, 2014) • Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah utama pada Pola nafas tidak efektif b.d Hambaan upaya nafas, yaitu dengan melakukan intervensi Menjemen Jalan Napas (I.01011) dengan cara memonitor pola napas dengan hasil didaakan ola nafas membaik dari RR 23x/menit menjadi RR 20 x/menit, monitor bunyi napas tambahan tidak terdapat bunyi nafas tambahan seperti ronkhi, dan mengi, memposisikan semi fowler, memberikan oksigen nasal kanul 5 lpm, memonitor saturasi oksigen pasien 94 % menjadi 98% .
3. Evaluasi hasil tindakan (didapat setelah tindakan untuk mengatasi
masalah primer) Dilakukan Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah utama pola napas tidak efektif, yaitu dengan melanjutkan intervensi pemberian oksigen nasal kanul 5lpm 4. Diagnosa keperawatan (diagnosa kep. Untuk tindakan diatas PES dan rasional diagnosa) Masalah utama pasien yaitu dengan diagnosa keperawatan Pola napas tidak efektif b.d Hambatan upaya nafas Data Subjektif : pasien mengatakan tidak nyaman ketika bernapas dan badanya lemas pada saat selesai hemodialisa Data Objektif : pasien tampak pernapasan cuping hidung, RR 23x/menit (normal RR 16-20 / menit),pasien tampak lemas
5. Pengkajian sekunder : (meliputi pengkajian riwayat kep. Dan
head to toe ) Patient medical history (riwayat kesehatan terakhir) : Pasien mempunyai CKD ,Hipertensi , keluhan selain keluhan utama muncul post HD ,pasien mengeluhkan badanya terasa lemas dan pusing, pasien tidak mempunyai alergi obat o Bentuk kepala : mesosopal o Rambut : hitam, tidak berketombe, beruban o Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera putih, o Hidung : bersih ,terdapat pernapasan cupinghidung o Mulut : mukosa kering dan pecah-pecah, tidak berbau, dan tidak caries dan stomatitis o Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid danlimfe o Dada : tidak ada jejas pada dada,pergerakan pengembangan dada simetris ,suara nafas normal (vasikuler),terdapat bunyi sonor o Abdomen : tidak terdalat benjolan abdomen,perkusi abdomen tymphani , auskultasibising usus 12x/mnt o Tanda-tanda Vital : o Tinggi badan : 167 cm o Berat badan : 70 kg o TD: 151/95 mmHg o RR : 23x/menit o N : 102 x/menit, o T : 35,8C, o SPO2 : 94% o GDS : 33 6. Pemeriksaan penunjang ( meliputi : laboratorium, RO, CT.Scan ) Laboratorium - Hasil Pemeriksaan EKG - Pemeriksaan Thorax 7. Diagnosa kep.( 2 diagnosa kep.utama untuk data yang didapat dari pengkajian sekunder) Diagnosa keperawatan yang muncul setelah pengakajian sekunder yaitu Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Disfungsi ginjal kronis D.0027. dengan data Subjektif : Pasien mengeluh badan lemas kepala tersa pusing Data objektif : pasien tampak lelah, GDS 33 8. Prinsip-prinsip tindakan :( tindakan mandiri, dan kolaborasi ) A、Tahap prainteraksi 1) Cek program terapi 2) Mencuci tangan 3) Mengidentifikasi pasien dengan benar 4) Menyiapkan dan mendekatkan alat kepasien B、Tahap orientasi 1) Salam, sapa, memperkenalkan diri 2) Melakukan kontrak 3) Menjelaskan tujuan dan prosedur 4) Menanyakan kesiapan dan kerja sama pasien C. Tahap kerja 1) Menjaga privasi pasien 2) Membaca basmallah bersama-sama 3) Mengatur posisi pasien 1. Terapi Oksigen Nasal Kanul A. Persiapan alat 1) Selang kanul 2) Humidifler 3) flowmeter 4) cairan steril 5) Bengkok, plester B. Prosedur/langkah-langkah 1) Identifikasi pasien 2) Mencuci tangan 3) Memakai sarung tangan 4) Kaji kondisi mulut dan hidung klien (bila kotor, bersihkan) 5) Pastikan tabung humidifier terisi cairan secara adekuat 6) Sambungkan selang kanul ke humudifer 7) Atur posisi semi fowler 8) Membuka flowmeter dengan ukuran 5lpm 9) Pastikan oksigen mengalir dengan baik ke 10) Memasang kanul dengan hari-hati D. Tahap terminasi 1. Evaluasi respon dan perasaan pasien 2. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya (GDS) 3. Bereskan alat 4. Cuci tangan 5. Dokumentasikan ke daftar keperawatan DAFTAR PUSTAKA
Doenges E. Marlynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta=
EGC Hendrizal. (2014). Pengaruh terapi oksiigebn menggunkn non- rebreathing mask terhadap tekanan parsial co2darahpada pasien cidera kepala sedang, jurnalckesehatan andalas, vol 3 (1), 41-44 Nurarif, A.H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action Pranandani. S., & Supadmi, R. (2015). Faktor Risiko CKD di Unit hemodialisa RSUD Wates kulon progo, majalah farmaseutik. 11(2) Saryono. (2014). Terapi oksigen. Laboratorium ketrampilan medic PPD Unsoed.