SPONDYLITIS TB
Dosen Pembimbing:
Ns. Warsono., M.Kep, Sp. Kep. MB
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................3
C. Manfaat Penulisan.....................................................................................3
i
D. Review Penelitian...................................................................................27
E. Hasil Penelitian dan Analisis.................................................................. 28
F. Kemungkinan Diterapkan Di Klinik ......................................................29
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan laporan WHO, kasus baru TB di dunia lebih dari 8 juta per
setelah India dan China yaitu dengan penemuan kasus baru 583.000 orang
tahun di Amerika, tempat yang paling sering terkena adalah tulang belakang
pada 25%-30% anak yang terinfeksi TB. TB tulang dan sendi terjadi pada
5%-10% anak yang terinfeksi, dan paling banyak terjadi dalam 1 tahun,
(Rahyussalim, 2018).
1
industri, meskipun tetap menjadi penyebab yang bermakna di negara
malam hari, penurunan berat badan dan nafsu makan, terdapat masa di tulang
optimal.
2
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
Spondilitis TB.
3
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengertian
di malam hari, penurunan berat badan dan nafsu makan, terdapat massa di
kondisi klinis karena adanya potensi defisit neurologis dan deformitas yang
4
instabilitas tulang belakang dan gangguan struktur di sekitarnya. Pasien dapat
tetapi juga keluarga dan masyarakat. Spondilitis TB dapat berasal dari infeksi
atau limfogen dari lokasi infeksi di tempat lain ke korpus tulang belakang.
B. Etiologi/ predisposisi
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tipik (2/3 tipe human dan 1/3
tipe bovine) dan 5-10 % sisanya oleh Mycobacterium atipik. Bakteri ini
berbentuk batang, tidak motil, tidak dapat diwarnai dengan cara konvensional
dikenal sebagai bakteri tahan asam (BTA). Bakteri ini tumbuh lambat dalam
5
dapat membantu untuk membedakannnya dengan spesies lain (Rahyussalim.,
2018)
C. Patofisiologi
ginjal, dan organ dalam lainnya dengan penyebaran sebagian besar secara
hematogen melalui pembuluh darah arteri epifisis atau melalui pleksus vena
fokus primer di paru-paru dan 78% dari kelompok tersebut adalah anak-anak
melalui dua acara, yakni mekanik dan biologis. Pada spondilitis TB, bakteri
terletak pada bagian lower thoracic dan upper lumbar. Infeksi tuberkulosis
morfologi (gibus) yang dapat merusak medula spinalis secara mekanik dan
6
menyebar dan menginvasi langsung medulla spinalis melalui ligamentum
dapat terjadi melalui kombinasi 4 faktor, yaitu penekanan oleh abses dingin,
ditemukan pada daerah vertebra torakalis bagian atas dan tengah, dan paling
arteri induk yang memengaruhi medula spinalis segmen torakal paling sering
terdapat pada vertebra torakal 8 – lumbal 3 sisi kiri. Trombosis pada arteri
yang vital ini dapat menyebabkan paraplegia. Faktor lain yang perlu
besar. Oleh karena itu, vertebra lumbal lebih memiliki ruang gerak bila ada
Hal ini menjelaskan mengapa paraplegia lebih sering terjadi pada lesi
7
tuberculosis, hubungannya dengan pertumbuhan bakteri pada organ yang
tuberculosis. Dalam waktu sekitar satu minggu, limfosit akan muncul dan
Kumpulan sel-sel epiteloid, sel datia Langhans, dan limfosit ini akan
bersifat osteolisis lokal, dan berada pada tulang subkondral di bagian superior
atau inferior anterior korpus vertebra. Pada minggu kedua mulai terjadi
dingin yang terdiri dari serum, leukosit, jaringan perkijuan, debris tulang dan
8
basil tuberkel yang dapat berpenetrasi dan menyebar ke berbagai arah. Proses
terbentuk, lesi dapat turun mengikuti alur fasia muskulus psoas dan
Selain karena tekanan abses, paraplegia awal dapat pula disebabkan oleh
terus menerus pada gibus yang disebut paraplegia lanjut. Abses dingin di
daerah torakal dapat menembus rongga pleura sehingga terjadi abses pleura,
vertebra dan faring. Pada usia dewasa, diskus intervertebra bersifat avaskular
9
sehingga lebih resisten terhadap infeksi. Adapun infeksi diskus yang terjadi
destruksi tulang pada kedua sisi diskus sehingga diskus mengalami herniasi
D. Manifestasi klinik
beberapa tahun, dengan durasi penyakit rata-rata mulai dari 4 hingga 11 bulan.
Biasanya, pasien mencari pengobatan hanya ketika ada rasa sakit yang parah,
adalah malaise, kehilangan berat badan dan nafsu makan, keringat malam,
kenaikan suhu malam, nyeri tubuh umum, dan kelelahan (Garg dan
Somvanshi, 2011).
kelesuan dan kehilangan berat badan. Terdapat night cries: sendi, diserang
oleh kejang otot di siang hari, rileks saat tidur dan jaringan yang rusak
10
Gerakan terbatas ke segala arah. Akibat adanya erosi artikular, sendi menjadi
kaku dan cacat. Biasanya ada sejarah panjang sakit punggung. Dalam
parestesia dan kelemahan kaki. Rasa sakit mungkin sedikit menipu, sering
tidak lebih dari sakit ketika tulang belakang tersentak. Akibatnya pasien tidak
daerah lumbal ke salah satu sisi garis tengah) atau sampai kolaps
2011).
E. Penatalaksanaan
11
etambutol atau streptomisin (rejimen empat obat 6 bulan) (Basalamah et al.,
2020).
resisten terhadap terapi medis, abses paravertebral yang besar, dan diagnosis
tulang.
F. Pengkajian
1. Identitas
laki maupun wanita. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien
12
mencari pertolongan kesehatan adalah paraparesis, gejala paraplegia,
belakang.
mahasiswi.
2. Pola Persepsi
a. Pola Makan
b. Pola Minum
4. Pola Eliminasi
a. BAK
13
Biasanya terkadang pasien mengeluh nyeri pada saat BAK karena
b. BAB
lebih banyak duduk karena tidak mampu berdiri terlalu lama. Pasien
pasien harus di sangga dengan bantal. Pada kasus ini klien mengalami
gangguan pola istirahat dan tidur akibat rasa nyeri yang semakin
14
8. Pola Peran Hubungan
Biasanya pasien memiliki hubungan yang baik. Pada kasus ini klien
9. Pola Reproduksi
Biasanya pada pasien laki – laki mengalami pembesaran
reproduksi
Biasanya tidak ada masalah pada kepala pasien tetapi pada leher
Biasanya tidak ada masalah pada dada dan thoraks pasien. Pada
d. Jantung
15
irama jantung normal. Pada kasus ini tidak didapatkan masalah pada
bagian jantung
e. Abdomen
f. Eksremitas
G. Demografi
Nama : Nn. A
Umur : 23 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Mahasiswi
No RM : 000123
16
H. Riwayat kesehatan
hampir dirasakan setiap waktu dengan skala 4-6 dan masih bisa ditahan.
TB.
17
penyakit spondilitis tuberkulosis namun hal ini akan mempengaruhi
Paru. Namun, pada kasus ini tidak ada keluarga klien yang menderita
dihasilkan dari spondilitis TB. Faktor tersebut meliputi kondisi fisik umum
pasien, termasuk status imunologis, usia, status medulla spinalis, tingkat dan
adalah derajat kelainan bentuk tulang belakang (hampir tidak ada pemulihan
bahkan setelah operasi dekompresi radikal pada pasien dengan kyphosis lebih
dari 600), durasi dan tingkat paraplegia, waktu untuk mulai pengobatan, jenis
malam hari dan saat tulang punggung bergerak sehingga pasien sulit tidur
dan bergerak.
2) Pola Nutrisi
18
3) Rasa nyaman/nyeri
Data Subyektif: nyeri tulang belakang meningkat saat malam hari dan saat
bergerak.
Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, gelisah, nyeri pada 4-6
J. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Derivative)
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Sinar-X
19
Sinar-X merupakan pemeriksaan radiologi awal yang paling sering
sebaiknya dua jenis, proyeksi AP dan lateral. Pada fase awal, akan
vertebral.
b. CT-Scan
c. MRI
20
11. Pathways keperawatan
Eksudasi
Perubahan pada vertebra Perubahan pada vertebra Perubahan pada vertebra servikalis
torakal lumbalis
Kerusakan korpus vertebra dan Penekanan syaraf oleh Kerusakan korpus vertebra, terjadi
terjadi angulas ke depan pembesaran abses/tulang begeser angulasi vertebra ke depan
Kompresi radiks syaraf pada Paraplegia, stimulasi nyeri pada Perubahan discus intervetebra
vertebra torakal pinggang servikal
21
Defisit Nutrisi
12. Analisa data
Nama : Nn. A
Umur : 23 Tahun
DO :
- Klien tampak merisngis kesakitan
- Hasil radiologi terlihat gambaran
distruksi vertebra, terdapat
penyempitan duktus dan abses
vertebral
DO
- Klien Tampak Lemah
- Pasien hanya menghabiskan ¼
Porsi makanan
- Turgor Kulit Jelek
- Bibir Pecah-pecah
- BB:40
- Pasien tampak mengeluarkan
keringat
- T: 35,5 C
22
meningkat pada malam hari dan
bertambah berat terutama pada saat
pergerakan tulang belakang.
- Skala nyeri pasien pada rentang 4-6
- Pasien mengatakan nyeri masih bisa
ditoleransi
DO :
- Hasil radiologi terlihat gambaran
distruksi vertebra, terdapat
penyempitan duktus dan abses
vertebral
23
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
-Ajarkan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
2. D.0019 Defisit I.03120 Manajemen nutrisi L.03030 Status nutrisi
(PPNI, 2018)
nutrisi (PPNI, Observasi : -Mengetahui status
nutrisi sehingga
- Identifikasi status nutrisi -Porsi makan yang
2018a) dapat melakukan
- Identifikasi makanan yang dihabiskan (4-5) intervensi yang tepat
disukai - Perasaan cepat -Membantu
- Monitor asupan makanan kenyang menurun (4-5) meningkatkan nafsu
- Monitor berat badan - Berat badan membaik makan dan intake
-Mengurangi sensasi
Teraupetik : (4-5) nyeri pada proses
menelan akibat
- Lakukan oral hygiene sebelum
abses faringitis yang
makan, jika perlu terjadi pada
-Sajikan makanan secara spondylitis TB.
menarik dan suhu yang sesuai -Membantu
-Berikan makanan tinggi kalori memenuhi
tinggi protein kebutuhan kalori
-Berikan suplemen makanan, dan nutrisi dengan
keadaan sakitnya.
jika perlu.
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk
Kolaborasi :
-Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
atau jenis nutrien
24
melakukan ambulasi -Rentan Gerak (ROM ) mengurangi rasa
meningkat (4-5) nyeri
Teraupetik : -Nyeri menurun (4-5) - Menghindari klien
-Fasilitasi aktivitas ambulasi dari kemungkinan
dengan alat bantu misalnya kruk terjadi cidera
-Fasilitasi melakukan mobilitas - Menghindari klien
fisik dari resiko jatuh
-Libatkan keluarga untuk -
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi :
-Anjurkan menlakukan
ambulasi dini
-Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan, misalnya
berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda.
25
BAB III
A. Judul penelitian
2020)
B. Peneliti
C. Latar Belakang
karena penyakit ini.3 Oleh karena itu, tuberkulosis spondilitis (TB) masih
merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering dijumpai di
sebagai peningkatan respon imun pasien. Hal ini pula yang menjadi dasar
26
terjadi peningkatan jumlah IFN-γ dalam darah. Imunitas tubuh pasien juga
terjadi meski tidak ada kondisi anemia dan bisa terjadi pada siapa saja
Kondisi defisiensi besi ini dapat dideteksi dengan menggunakan level Soluble
Belum ada penelitian tentang penambahan zat besi pada terapi obat anti
itu, dalam penelitian ini akan dilakukan penelitian tentang efek suplementasi
zat besi pada anti Terapi obat TB pada kadar IFN-γ pada spondilitis pasien
tuberculosis.
D. Review Penelitian
1. Tujuan penelitian
suplementasi zat besi pada anti Terapi obat TB pada kadar IFN-γ pada
27
2. Metode penelitian
3. Sampel
4. Tempat penelitian
yaitu dari 22.5 pg/mL sebelum dilakukan pemberian terapi menjadi rata-
28
meningkatkan respon imun tubuh, yang ditandai dengan meningkatnya
kadar IFN-γ
treatment selain itu juga bisa menerapkan kolaborasi dengan bagian ahli gizi
29
30
31
32
33
34
35
BAB IV
A. Simpulan
B. Saran
asuhan keperawatan pada khususnya pada pasien spondylitis lebih baik lagi.
Adapun dari telaah jurnal yang kami dapatkan pemberian supplement zat besi
klien.
36
DAFTAR PUSTAKA
Basalamah, B., Nabila, B. K., Imran, Y., & Rahmansyah, M. (2020). Spondilitis
tuberkulosis: perbaikan yang signifikan setelah intervensi dini. Jurnal
Biomedika Dan Kesehatan, 3(3), 137–143.
https://doi.org/10.18051/jbiomedkes.2020.v3.137-143
Perdana, M. F. N., Rasyid, H. N., Ramdan, A., & Ismiarto, Y. D. (2020). Effect of
Iron Supplementation in Anti-Tuberculosis Drug Treatment on Interferon-γ
Level in Tuberculosis Spondylitis Patients. Majalah Kedokteran Bandung,
52(3), 154–159. https://doi.org/10.15395/mkb.v52n3.1712