Anda di halaman 1dari 52

TATA GERAK UMAT

DALAM TPE 2020


Apa itu tata gerak umat dalam liturgi?

• adalah bagaimana partisipasi lahiriah umat


dalam beribadat seturut dengan, Pedoman
Umum Misale Roma (PUMR 2002).
• Tata gerak umat dalam perayaan liturgi diatur
sedemikan rupa agar perayaan Ekaristi
menjadi semakin agung, khusuk, dan
membawa semua perayanya untuk semakin
mendalam berelasi dengan Tuhan.
PUMR dan Tata Gerak
• PUMR berbicara tentang Tata Gerak dan Sikap
Tubuh mulai dari no. 42 sampai dengan no.
45.
• Rubrik yang ditemukan dalam TPE umat 2020
tentu saja berjalan paralel dengan apa yang
digariskan dalam PUMR 2002 ini.
PUMR 42
• Tata gerak dan sikap tubuh imam, diakon, para
pelayan dan jemaat haruslah: Memancarkan
keindahan sekaligus kesederhanaan yg
anggun.
• Tata gerak dan sikap tubuh para pelayan liturgi
haruslah dilakukan dengan penuh makna
agar aneka bagian perayaan dipahami secara
tepat dan penuh.
• Tata gerak dan sikap tubuh hendaknya memungkinan
partisipasi seluruh umat ditingkatkan.
• Ketentuan hukum liturgi dan tradisi Ritus Romawi
lebih diutamakan daripada selera pribadi dan pilihan
yang ceroboh.
• Sikap tubuh yang seragam menandakan kesatuan
seluruh jemaat yang berhimpun untuk merayakan
Liturgi kudus.
• Sebab sikap tubuh yang sama mencerminkan dan
membangun sikap batin yang sama pula.
PUMR 43

Menjelaskan moment;
Umat berdiri, duduk dan berlutut di dalam
Perayaan Ekaristi.
PUMR 44
Tata Gerak mencakup:
1. Tindakan dan perarakan imam dan pelayan
liturgi menuju altar.
2. Perarakan diakon yang membawa Kitab Injil
menuju mimbar sebelum pewartaan Injil.
3. Perarakan umat beriman saat persiapan
persembahan.
Bait Pengantar Injil (BPI)
Tidak dinyanyikan di Ambo:
Mari kita kembali ke fungsi ambo. Mimbar Sabda (ambo) adalah tempat untuk
membawakan bacaan-bacaan dan mazmur tanggapan (karena mazmur juga adalah
sabda Tuhan maka dinyanyikan di ambo) serta pujian paskah, juga homili dan doa
umat dapat dibawakan dari ambo. Untuk menjaga keagungan ambo, hendaknya
HANYA pelayan sabda yang melaksanakan tugas di sana. (bdk. PUMR, 309).
- BPI atau aklamasi sebelum Injil merupakan ritus atau sebuah kegiatan
TERSENDIRI. Dengan aklamasi ini jemaat beriman menyambut dan menyapa
Tuhan yang siap bersabda kepada mereka dalam Injil dan sekaligus
menyatakan iman. SELURUH JEMAAT BERDIRI DAN MELAGUKAN
BAIT PENGANTAR INJIL DIPANDU OLEH PADUAN SUARA ATAU
SOLIS.
- Kalau tidak dilagukan, BPI dengan atau tanpa alleluya dapat dihilangkan (bdk.
PUMR, 62).
PUMR 45
Sikap Hening diadakan saat:

1. Sebelum aklamasi tobat.


2. Sesudah ajakan doa pembuka.
3. Sesudah bacaan dan homili.
4. Sesudah komuni.
PETUNJUK PRAKTIS
Jawaban “amin”

Jawaban yang sangat sederhana ini merupakan


sebuah tanda persetujuan atas doa yang baru
saja diucapkan.
 Menjawab amin saat menyambut tubuh
Kristus adalah ungkapan percaya bahwa yang
diterima adalah sungguh Tubuh Kristus.
GENUFLEKS
Genufleks adalah merendahkan lutut kanan hingga mencapai lantai
(menekuk lutut).
Ada 3 genufleks yang wajib dilakukan oleh imam: setelah
konsekrasi hosti, anggur dan sebelum sambut.
Genufleks wajib dilakukan terhadap Kristus seperti komuni kudus
atau melewati tabernakel (yang di dalamnya ada tubuh Kristus)
Genufleks juga dilakukan sebelum mengambil atau memasukkan
tubuh Kristus ke dalam tabernakel. Bila tabernakel berada pada
panti imam, maka imam harus melakukan genufleks pada waktu
memulai misa, pada waktu menuju altar dan saat keluar dari altar
saat misa selesai. Genufleks merupakan ungkapan sikap hormat dan
sembah.
A. TANDA SALIB
1. Memasuki gereja, sambil menandai diri dengan
air suci yang ada di samping pintu masuk
gereja, sebagai tanda peringatan pembaptisan
yang telah kita terima.
2. Mengawali dan mengakhiri Perayaan Ekaristi.
3. Menerima percikan air suci kalau dibuat
sebagai pengganti Pernyataan Tobat. Tanda
tersebut mengungkapkan kesadaran kta sebagai
anak-anak Allah dan kesetiaan kita pada janji
Baptis.
4. Memulai bacaan Injil dengan membuat tanda
salib pada dahi, mulut dan dada untuk
mengungkapkan hasrat agar budi diterangi, mulut
disanggupkan untuk mewartakan, dan hati
diresapi oleh Sabda Tuhan. Ini dilakukan oleh
Diakon/Imam yang membacakan Injil dan oleh
semua yang mengikuti perayaan.
5. Pada bagian penutup sebagai tanda menerima
berkat perutusan.
B. BERDIRI
1. Menyambut Imam dan para Pelayan yang berarak
menuju ruang altar. Sikap ini menunjukkan
penghormatan kepada Allah yang datang dan hadir
di tengah-tengah Umat. Dari awal hingga Doa
Kolekta kita mengambil sikap berdiri.
2. Pemakluman Injil, sebagai tanda hormat pada
Tuhan Yesus Kristus yang bangkit mulia dan yang
hendak memaklumkan sabda-Nya.
3. Mengucapkan Syahadat, untuk memperbaharui
pengakuan iman sebagai tanda kesediaan menjadi
saksi iman.
4. Menyampaikan Doa Umat, sebagai tanda hormat
kepada Allah yang setia mendengarkan dan
mengabulkan doa-doa Umat.
5. Memulai Doa Syukur Agung (Prefasi) hingga
Kudus, sebagai tanda hormat dan syukur kepada
Allah.
6. mengucapkan/menyanyikan Bapa Kami sebagai
tanda pujian dan permohonan.
7. Imam mengucapkan Doa Sesudah Komuni,
sebagai tanda syukur.
C. BERLUTUT
1. Mengucapkan “… Ia dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan
oleh Perawan Maria dan menjadi manusia” (untuk Syahadat
Nikea), atau “yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan
oleh Perawan Maria” (untuk Syahadat Para Rasul), khusus
pada Hari Raya Kabar Sukacita dan pada Hari Raya Natal.
2. Pada saat konsekrasi dalam Doa Syukur Agung, atau sejak
sesudah Kudus sampai akhir Doa Syukur Agung sesuai
kebiasaan setempat, sebagai tanda hormat dan pujian.
3. Mempersiapkan diri pada waktu sebelum menerima
komuni, dan meresapkan kehadiran Tuhan Yesus di dalam
hati pada waktu sesudah komuni, sebagai sikap sembah
sujud untuk hormat kepada Allah.
D. Menebah dada
Dibuat ketika mengucapkan kata-kata :
“…saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh
berdosa…” pada pernyataan Doa Tobat Saya
Mengaku (Ritus Pembuka), sebagai tanda tobat
dan penyesalan.
E. Menundukkan kepala

Dibuat ketika menerima berkat sebagai tanda


kesetiaan dan kerendahan hati.
F. Membungkuk
1. Ketika mengucapkan “… Ia dikandung dari
Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria
dan menjadi manusia” (untuk Syahadat
Nikea), atau “yang dikandung dari Roh Kudus,
dilahirkan oleh Perawan Maria” (untuk
Syahadat Para Rasul).
2. Ketika Imam berlutut sesudah konsekrasi,
dilakukan oleh mereka yang tidak berlutut
pada saat konsekrasi.
G. Mengatupkan tangan
Dibuat ketika akan menerima komuni
(mengatupkan tangan di dada), sebagai
ungkapan kesetiaan pada Tuhan.
H. Duduk
1. Kitab Suci dibacakan (selain Injil), sebagai
ungkapan kesediaan mendengar dan
merenungkan Sabda Tuhan.
2. Persiapan persembahan sebagai ungkapan
kesediaan memberi diri kepada Tuhan dengan
penuh penyerahan.
3. Petugas membacakan pengumuman, sebagai
ungkapan kesediaan mendengar dan
melaksanakan tugas dan kewajiban.
I. Membunyikan Bel
Putra Altar dapat membunyikan bel sebagai
tanda bagi umat pada saat :
1. Sesaat sebelum konsekrasi.
2. Hosti dan Piala diperlihatkan kepada umat
sesudah konsekrasi masing-masing.
Bagaimana cara menyambut Komuni
kudus???
SIKAP UMAT DALAM
TPE 2020

Anda mungkin juga menyukai