Anda di halaman 1dari 16

Sakramen Ekaristi

SAKRAMEN EKARISTI
PENGERTIAN SAKRAMEN EKARISTI
1. Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh hidup kristiani (LG11) berarti bahwa dalam
seluruh pelayanan Gereja dirayakan dengan Sakramen Ekaristi.
2. Perayaan Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri dimana Kristus telah
mempersembahkan diri-Nya kepada Bapa untuk kita, agar kita pun ikut ambil bagian dalam
pengorbanan diri-Nya, dan Dia telah memberikan diri-Nya bagi kita sebagai roti hidup
sepanjang ziarah kita di dunia ini menuju kepada Bapa.
3. Ekaristi berasal dari bahasa Yunani yakni eucharistien yang berarti puji syukur, dan
kegembiraan dengan demikian kita memandang ekaristi sebagai:
1. Syukur dan pujian kepada Bapa,
2. Kenangan akan kurban Kristus dan tubuh-Nya,
3. Kehadiran Kristus oleh kekuatan perkataan-Nya dan Roh-Nya.
4. Perjamuan Kudus didasari pada makan malam terakhir Yesus dengan murid-murid-Nya
pada malam sebelum Ia ditangkap dan disalibkan (Markus 14:12-21) (KGK 1358).
MAKNA SAKRAMEN EKARISTI
1. Perayaan Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri bersama umat Allah yang tersusun
secara hirarkis
2. Dalam Ekaristi terletak puncak karya Allah menguduskan umat dan puncak karya
manusia memuliakan Allah
3. Dalam perayaan Ekaristi, misteri penebusan Kristus dihadirkan kembali
SIKAP DOA DALAM EKARISTI
—  Dalam Perayaan Ekaristi, sikap dalam berdoa ada beberapa yang antara lain:
◦       Berdiri: ungkapan kesediaan, penghormatan, dan perhatian pada kehadiran Tuhan.
Mengungkapkan kegembiraan jemaat. Menyatakan keyakinan, jiwa yang siaga di hadapan
Allah, siap bertemu dan berdialog dengan yang ilahi
◦       Berlutut:  Sikap doa yang mengungkapkan kerendahan hati seseorang yang ingin memohon
kepada Tuhan atau bersembah sujud kepada-Nya
◦       Duduk: Sikap doa yang mengungkapkan kesiapan umat untuk mendengarkan sabda Tuhan,
entah melalui bacaan pertama ataupun homili yang disampaikan oleh romo/pastor
TATA URUTAN SAKRAMEN EKARISTI
I. RITUS PEMBUKA
1. Perarakan masuk
2. Tanda Salib & Salam
3. Pengantar
4. Tobat
5. Tuhan Kasihanilah Kami
6. Madah Kemuliaan
7. Doa Pembuka
II. LITURGI SABDA
1. Bacaan Pertama
2. Mazmur Tanggapan
3. Bacaan Kedua
4. Bait Pengantar Injil
5. Bacaan Injil
6. Homili/kotbah
7. Doa Aku Percaya
8. Doa Umat
II. LITURGI EKARISTI
1. PERSEMBAHAN
I. Persiapan persembahan
II. Doa persembahan          
2. DOA SYUKUR AGUNG
I. Dialog pembukaan
II. Prefasi
III. Kudus
IV. Doa Syukur Agung
C. KOMUNI
1. Bapa Kami
2. Embolisme
3. Doa damai
4. Anak  domba Allah
5. Pemecahan roti
6. Persiapan Komuni
7. Komuni
8. Doa sesudah komuni
IV. RITUS PENUTUP
1. Berkat
2. Pengutusan
3. Lagu penutup
PUNCAK EKARISTI
—  Sakramen Ekaristi berpuncak pada saat doa syukur agung.
—  Ekaristi juga berarti sebagi jaminan akan kemuliaan yang akan datang maksudnya adalah
◦       dengan mengikuti Perayaan Ekaristi merupakan berkat dan rahmat yang memperkuat kita
untuk menjalani kehidupan ini yang dipersatukan oleh Kristus, Gereja dan Bunda Maria.
—  Untuk menyambut komuni kudus, seseorang yang sudah tergabung dalam Gereja Katolik
hendaknya dalam keadaan rahmat yang berarti
◦       tidak berdosa apabila dengan sadar melakukan dosa hendaknya melakukan pengakuan dosa
terlebih dahulu.
Penetapan Perjamuan Malam (Luk 22: 14-23)
1. Mengapa Yesus mengadakan Perjamuan Malam Terakhir?
2. Apa saja yang dilakukan Yesus dalam peristiwa tersebut?
3. Berdasarkan bacaan tadi, bagaimana hubungan antara Perjamuan Malam terakhir dan
Perayaan Sakramen Ekaristi dalam Gereja sekarang?
PENEGUHAN
—  Sebelum menderita sengsara, Yesus mengadakan perjamuan bersama para murid-Nya sebagai
tanda perpisahan yang kita kenal dengan “Perjamuan Malam Terakhir”.
—  Dalam perjamuan tersebut, ada dua hal yang dilakukan Yesus yaitu:
—  Yesus mengambil cawan berisi anggur dan roti, Ia mengucap syukur dan memberikan pesan,
“Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi kenangan akan Daku” (ay.
19). Ini artinya, bahwa roti melambangkan diri Yesus sendiri yang akan dipersembahkan melalui
penderitaan-Nya di salib demi keselamatan manusia.
—  Yesus mengambil cawan berisi anggur dan berkata, “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh
darah-Ku, yang ditumpahkan bagimu” (ay. 20). Ini mengandung arti bahwa anggur
melambangkan darah Kristus yang tertumpah di salib, juga demi keselamatan manusia. Yesus
berpesan agar para murid selalu melakukan kembali peristiwa ini, untuk mengenangkan diri-
Nya.
—  Sesuai dengan pesan Yesus itu, maka Perjamuan Tuhan itu diteruskan oleh Gereja hingga kini
dalam bentuk Perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi mengenangkan sekaligus menghadirkan
kembali tindakan penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus kepada umat manusia sekaligus
mensyukurinya
—  Dengan demikian, bagi Gereja sekarang, ekaristi pertama-tama merupakan Ucapan Syukur
dan Pujian Kepada Bapa. Kita bersyukur kepada Allah atas segala kebaikan-Nya: untuk segala
sesuatu yang Ia laksanakan dalam penciptaan, penebusan, dan pengudusan

Makna dan Fungsi Sakramen Ekaristi dalam Katolik


Makna ekarsti pertaam adalah mematuhi perintah Yesus, kedua perjamuan kudus merupakan
pesan terakhir Yesus, ketiga ekaristi yang dilakukan bersama seluruh jemaat bertujuan agar
mereka senantiasa mengingat karya penyelamatan Allah.

1. Pengingat akan Karya Penyelamatan Allah


Manusia telah berdosa maka dari itu mereka tidak bisa bersatu dengan Allah Tritunggal. Namun
kehadiran Yesus menghancurkan penghalang tersebut dengan peristiwa wafat dan
kebangkitan-Nya, sehingga Ia mengalahkan maut yang harusnya diterima manusia.

Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya


kepada mereka, kata-Nya: ‘Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi
peringatan akan Aku.’ Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata:
‘Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.

Lukas 22:19-20

Dalam ayat di atas Katolik mempercayai bahwa ketika Yesus berkata: Inilah tubuh-Ku dan inilah
darah-Ku, maka roti dan anggur berubah menjadi tubuh dan darah-Nya. Seabb, Yesus memiliki
kuasa hanya saja bukan secara fisik berubahnya.
Anggur dan roti berubah menjadi diri-Nya sendiri yang diberikan pada kita dalam bentuk
makanan dan minuman. Karena itu saat perayaan ekaristi imam akan mengulangi perkataan
Yesus dan dengan iman mereka mempercayai bahwa anggur dan roti merupakan tubuh dan
darah-Nya.

2. Bersatu dengan Kristus


Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam
dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga
barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.

Yohanes 6:56-57

Ayat ini menjadi dasar bagi umat Katolik mengenai makna ekaristi, yakni bersatunya kita
dengan Kristus. Mereka bisa mempercayai bahwa Kristus hadir dan Dia yang memimpin
perayaan. Dengan makan tubuh dan darah-Nya dan dengan kuasa Roh Kudus, kita juga
dipersatukan dengan kemanusiaan sekaligus ke-Allah-an Kristus. Kita akna mengambil bagian
dari kehidupan-Nya dan sakramen ekaristi akan diubah serupa dengan Dia.

Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat bertumbuh
dari dirinya sendiri, demikian juga kamu tidak dapat bertumbuh jika kamu tidak tinggal di
dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamu ranting-rantingnya. Barang siapa tinggal di dalam
Aku, ia akan berbuah banyak. Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

Yohanes 15:4-5

Kata tinggal pada ayat di atas dalam berasal dalam bahasa Yunani, yaitu ketika Yesus
mengajarkan tentang diri-Nya sebagai roti hidup. Maka dengan itu, dengan makan tubuh dan
darah-Nya dalam bentuk anggur dan roti, serta dengan adanya roh Kudus dalam diri kita artinya
Yesus di dalam kita dan kita di dalam-Nya.

3. Wujud Kesatuan dengan Jemaat


Selain untuk menjadi pengingat dan mempersatukan kita dengan Kristus, makna sakramen
ekaristi juga dikatakan bersatunya jemaat dalam tubuh Kristus. Ekaristi adalah perayaan Yesus
sebagai tuan rumah dan perayaan ini dihadiri jemaat untuk mengingat karya penyelamatan-
Nya.

Jadi, bila dirayakan sendiri maka akan berbeda lagi maknanya dan bukan lagi ekaristi. Meski
ekaristi lebih merupakan hubungan antara manusia, Roh Kudus, dan Kristus, namun tetap saja
pada mulanya Yesus mengajarkan ekaristi dalam bentuk perkumpulan orang-orang yang
percaya kepada-Nya. Jadi, ekaristi bisa dipandang sebagai perayaan komunitas gereja.

Akhir Kata
Mungkin itu saja pembahasan mengenai makna sakramen ekaristi katolik. Semoga dapat
memberi wawasan kepada Anda mengenai makna sakramen ekaristi menurut agama Katolik.
Sekilas Mengenai Sakramen

Sebelumnya, mari kita sekilas menengok apa itu Sakramen.

Sakramen (Latin sacramentum = sumpah setia militer; terjemahan umum untuk kata Yunani
mysterion = misteri): Sakramen adalah tanda-tanda yang bisa terlihat dari realitas yang tak
kasatmata, di mana orang Kristen dapat mengalami penyembuhan pengampunan,
pertumbuhan, kehadiran Allah yang menguatkan dan memampukan mereka untuk membalas
mengasihi Allh; hal ini dimungkinkan karena kasih karunia Allah bekerja dalam sakramen-
sakramen (YOUCAT hal 109 kanan bawah). Melalui Sakramen kita dapat merasakan kehadiran
Allah yang nyata melalui tanda-tanda dan kata-kata. Apabila dalam hidup harian kita masih
perlu berjuang dalam mencari Allah, maka dalam Sakramen kita tak perlu lagi mencari karena
Allah pasti hadir di sana. Dan Kristuslah yang menetapkan dan menjadi pusat semua Sakramen.

Mengapa perlu ada Sakramen?

Kita memerlukan Sakramen untuk menumbuhkan hidup kemanusiaan kita dan menjadi semakin
serupa dengan Yesus: menjadi anak-anak Allah dalam kebebasan dan kemuliaan (YOUCAT no.
173). Atau, dalam masa Paskah ini, berarti kita dibuat menjadi #ManusiaPaskah. Selain itu, Allah
juga memberikan kita Sakramen agar kita dapat datang kepada-Nya dengan menyertakan
semua indra kita, bukan hanya dengan pikiran. Itulah sebabnya Tuhan memberikan Diri-Nya
kepada kita dalam tanda-tanda dunia – dengan roti, anggur dan minyak, dengan kata-kata,
pengurapan minyak dan penumpangan tangan (YOUCAT no. 174).

Ekaristi: Sumber dan Puncak Hidup Iman Kristen

Sebagai Sakramen, Ekaristi bermula dari Kristus sendiri. Yesus menetapkan Ekaristi pada
Perjamuan Malam Terakhir ketika Ia makan perjamuan Paskah bersama murid-murid-Nya. Pada
waktu itu, Ia mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-
mecahkannya dan berkata: “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini
menjadi peringatan akan Aku!” Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, Ia lalu
berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini,
setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!” (lih 1 Kor 11:23-24) Inilah yang
menjadi dasar kita terus merayakan Ekaristi hingga saat ini. (lih YOUCAT 209 dan 210).

Di dalam Ekaristi, Kristus hadir beserta seluruh karya penyelamatan-Nya yang nyata melalui
Tubuh dan Darah-Nya yang kita santap dalam roti dan anggur. Dalam Ekaristi, Kristus, Sang
Sumber Keselamatan kita hadir secara langsung. Itulah mengapa Ekaristi menjadi “sumber”
hidup iman kita karena Kristus sendiri yang hadir beserta seluruh kurban-Nya sejak Perjamuan
Malam Terakhir, sengsara, dan wafat-Nya di salib, yang menjadi “sumber” keselamatan kita. Di
sini kita disadarkan bahwa hidup kita tidak berpusat pada diri kita sendiri, namun ada yang
menjadi “sumber” dari hidup kita, yang mengalir yang menghidupkan dan menyelamatkan kita,
dan itu adalah Allah sendiri. Dengan kesadaran ini, tentu kita akan berjuang agar kita semakin
dekat dengan Sang Sumber agar kita dapat terus hidup.
Selain itu, Ekaristi menjadi “puncak” karena di sana terungkap seluruh peristiwa penyelamatan
kita dalam perngorbanan Kristus, mulai sejak Ia menetapkan Ekaristi pada Malam Perjamuan
Terakhir, sengsara dan wafat-Nya di kayu salib, hingga kebangkitan-Nya. Oleh karena itulah
dalam Ekaristi menjadi “Paskah-Paskah kecil” yang terus kita kenang dan rayakan. Dan juga,
setiap kali kita ikut merayakan Ekaristi, sesungguhnya kita pun ikut mempersembahkan diri kita
kepada Allah. Dan inilah yang menyebabkan Ekaristi menjadi begitu agung karena dalam
Ekaristi kita ikut serta dalam karya penyelamatan Allah. Keikutsertaan kita mempersatukan kita
dengan Allah semakin memuncak ketika kita menerima Tubuh dan Darah Kristus. Dan berkat
Tubuh dan Darah Kristus yang kita terima ini, kita pun semakin menjadi #ManusiaPaskah,
menjadi semakin menyerupai Kristus dalam iman dan pengharapan kepada Allah serta kasih
kepada sesama.

Oleh karena itulah, Ekaristi menjadi “sumber” kita untuk hidup dan mencapai “puncak” hidup
iman Kristiani, yaitu menjadi #ManusiaPaskah yang semakin bersatu dan menyerupai Kristus.

Menjadikan Ekaristi Sumber dan Puncak Hidup Kita

Sobat YOUCAT, ibarat tanaman yang membutuhkan sumber air untuk hidup, kita pun
membutuhkan sumber hidup rohani agar jiwa kita tetap hidup, agar kita semakin bersemangat
menjadi #ManusiaPaskah, dan itu adalah Ekaristi. Karena Ekaristi adalah makanan bagi jiwa kita
maka kita perlu menjadikan Ekaristi sebagai bagian penting hidup kita, bahkan, puncak hidup
kita. Kita perlu memperiapkan diri kita secara layak agar kita mampu menimba kesegaran
rohani dari Ekaristi.

Bagaimana caranya? Kita bisa mulai dengan mempersiapkan diri kita dengan lebih baik untuk
mengikuti Misa. Jangan sampai kita bangun tidur mepet saat Misa mau dimulai sampai-sampai
kita datang terlambat. Jadikan waktu Misa menjadi waktu khusus kita dengan Allah, jadi,
kosongkan segala kegiatan lain saat kita menentukan waktu Misa kita dan matikan HP kita saat
Misa agar kita tidak terganggu. Jika ada dosa berat yang mengganjal di hati, mengaku dosalah
lebih dulu agar kita benar-benar layak menerima Komuni. Nah, karena sekarang kita mengikuti
Misa online, kita juga masih perlu mempersiapkan diri kita. Persiapkan tempat yang layak di
rumah atau kamar kos kita sebagai altar kita. Anggaplah kita akan menerima tamu yang sangat
istimewa dan tamu itu adalah Yesus sendiri. Tentu kita akan mempersiapkan ruangan dan batin
kita sebaik mungkin kan?

Apalagi, karena Ekaristi semakin mempersatukan kita dengan Yesus Kristus dan membuat kita
semakin menyerupai-Nya, yuk kita rajin-rajin mengikuti Ekaristi agar kita semakin menjadi
#ManusiaPaskah yang semakin menyerupai Yesus dalam iman dan harapan kepada Allah serta
kasih kepada sesama!

EKARISTI SEBAGAI KENANGAN DAN PELAKSANAAN KARYA PENYELAMATAN ALLAH


 Dengan merayakan Ekaristi, umat beriman mengenangkan Misteri Penyelamatan Allah dalam
Yesus Kristus, dan sekaligus melaksanakan amanat Yesus, “Lakukanlah ini sebagai kenangan
akan aku.”

 Dalam perayaan Ekaristi, kita bukan hanya sekedar mengenang apa yang dibuat oleh Yesus.
Lebih dari itu, bersama Yesus kita melaksanakan Karya penyelamatan Allah. Sebab Yesus
sendirilah yang hadir dan memimpin perayaan Ekaristi dalam diri Imam. Maka dalam peryayaan
Ekaristi, imam bertindak lebih daripada hanya “atas nama” atau sebagai “wakil” saja, melainkan
bertindak “dalam Pribadi Yesus.” (Christus Dominus art. 28)
 Dengan kata lain: Yesuslah yang bersabda dan berkarya dalam Perayaan Ekaristi.

EKARISTI SEBAGAI WUJUD KESATUAN DENGAN KRISTUS


 Dengan mengatakan”Ambillah dan Makanlah, sebab inilah TubuhKu – Ambillah dan Minumlah,
sebab ini piala DarahKu”, Kristus mengikat hubungan dengan para murid. Mereka terlibat
dalam peristiwa yang diadakan bagi mereka.

 Maka kita yang menyembut Tubuh dan Darah Kristus (Komuni), kita bersatu dengan Kristus.
Yesus sendiri bersabda,”Barang siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di
dalam Aku, dan Aku di dalama dia.”

 
 EKARISTI SEBAGAI WUJUD KESATUAN UMAT (GEREJA)
 Dengan bernyanyi bersama, berdoa bersama dan dangan gerak-gerok yang sama, serta
memakan Roti yang satu dan sama, orang yang ikut dalam perayaan Ekaristi dipersatukan oleh
ikatan cinta, membentuk satu tubuh dalam Kristus. (bbk.Lumen Gentium art.3)

Sakramen Ekaristi (Gereja Katolik)


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Artikel utama: Misa dalam Gereja Katolik

Ecce Agnus Dei  di Gereja Katolik St. Josaphat pada saat Misa Tridentina Meriah.


Ekaristi dalam Gereja Katolik adalah perayaan Misa, liturgi ekaristis.
Istilah Ekaristi juga digunakan untuk menyebut roti dan anggur
setelah ditransubstansiasikan (substansinya telah diubah), berdasarkan ajaran Katolik,
menjadi tubuh dan darah Yesus Kristus. Menurut Katekismus Gereja Katolik, "Pada
Perjamuan Terakhir, pada malam waktu Ia diserahkan, Penyelamat kita menetapkan
kurban Ekaristi Tubuh dan Darah-Nya."[1]
Sakramen Maha Kudus adalah suatu istilah devosional yang digunakan dalam Gereja
Katolik Roma untuk menyebut rupa yang terlihat dari elemen roti dan anggur yang telah
dikonsekrasi dalam Perayaan Ekaristi, yaitu Tubuh dan Darah Kristus.[2] Hosti yang telah
dikonsekrasi disimpan dalam sebuah tabernakel setelah Misa, dengan demikian
Sakramen Mahakudus dapat diantarkan kepada mereka yang sakit dan menghadapi
ajal di luar waktu Misa. Hal ini juga memungkinkan dilakukannya praktik adorasi
Ekaristi. Karena Kristus sendiri hadir dalam sakramen altar ini, Ia harus dihormati
dengan ibadah adorasi. "Mengunjungi Sakramen Mahakudus adalah ... suatu bukti dari
rasa syukur, suatu ungkapan dari cinta, dan suatu tugas dari adorasi akan Kristus
Tuhan kita."[3]
Pelayan sakramen[sunting | sunting sumber]

Imam Katolik Roma di Sisilia membagikan Ekaristi kepada seorang anak saat Komuni Kudus pertamanya.

Satu-satunya pelayan Ekaristi (orang yang dapat melakukan konsekrasi Ekaristi) adalah imam yang
ditahbiskan secara sah/valid [26] (uskup ataupun presbiter). Ia bertindak selaku pribadi Kristus,
merepresentasikan Kristus, yang adalah Kepala Gereja, dan juga bertindak atas nama Gereja di
hadapan Allah.[27] Beberapa imam secara sekaligus dapat melakukan konselebrasi ("merayakan
bersama-sama") persembahan Ekaristi yang sama.[28]
Orang lain yang bukan imam juga dapat berpartisipasi sebagai pelayan luar biasa Komuni Kudus,
untuk membagikan sakramen ini kepada umat lain, tetapi bukan sebagai pelayan Ekaristi, baik
pelayan biasa maupun luar biasa. "Dengan alasan Tahbisan suci mereka, para pelayan biasa
Komuni Kudus adalah Uskup, Imam, dan Diakon, yang memilikinya untuk melayankan Komuni
Kudus kepada para anggota awam dari umat beriman Kristus pada saat perayaan Misa. Selain para
pelayan biasa tersebut terdapat akolit yang ditetapkan secara resmi, yang berdasarkan
penetapannya adalah seorang pelayan luar biasa Komuni Kudus sekalipun di luar perayaan Misa.
Apabila terdapat alasan-alasan kebutuhan nyata yang mendesak, anggota awam lain dari umat
beriman Kristus juga dapat didelegasikan oleh Uskup diosesan, sesuai dengan norma hukum, untuk
satu kesempatan atau untuk satu waktu tertentu. Terakhir, dalam kasus-kasus khusus yang pada
hakikatnya tidak terduga, izin dapat diberikan untuk satu kesempatan tersendiri oleh Imam yang
memimpin perayaan Ekaristi."[29]
"Para pelayan luar biasa Komuni Kudus" tidak untuk disebut "para pelayan Ekaristi", sekalipun yang
luar biasa,[30] karena sebutan demikian akan menyiratkan bahwa mereka juga, entah bagaimana
caranya, mentransubstansiasikan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus.
"Para pelayan luar biasa dapat membagikan Komuni Kudus dalam perayaan ekaristis hanya ketika
tidak ada pelayan tertahbis yang hadir atau ketika para pelayan tertahbis yang hadir tersebut dalam
suatu perayaan liturgis benar-benar tidak mampu membagikan Komuni Kudus. Mereka juga dapat
menjalankan fungsi ini dalam perayaan-perayaan ekaristis yang di dalamnya terdapat sejumlah
besar umat beriman dan yang akan menghabiskan waktu terlalu lama karena tidak cukupnya jumlah
pelayan tertahbis untuk membagikan Komuni Kudus."[31] "Hanya bila ada suatu kebutuhan para
pelayan luar biasa dapat membantu Imam selebran sesuai dengan norma hukum." [32]

Penerimaan Ekaristi[sunting | sunting sumber]


"Seseorang yang sadar akan dosa berat jangan merayakan Misa ataupun menerima Tubuh Tuhan
tanpa terlebih dahulu melakukan pengakuan sakramental, kecuali ada suatu alasan berat dan tidak
ada kesempatan untuk mengaku; dalam hal demikian ia perlu ingat akan kewajiban untuk
melakukan suatu tindakan penyesalan sempurna, yang mengandung niat untuk mengaku sesegera
mungkin."[33] Di beberapa negara, belakangan berkembang suatu kebiasaan yang memperlihatkan
kalau orang-orang yang karena alasan tertentu tidak dapat menerima Komuni Kudus, misalnya
belum menjadi seorang Katolik atau tidak berada dalam keadaan rahmat (memiliki dosa berat yang
belum mendapat absolusi) atau juga belum cukup umur untuk menerima komuni, dapat maju
dengan tangan disilangkan di dada ke hadapan imam yang sedang membagikan Komuni Kudus dan
menerima berkat darinya sebagai ganti Komuni Kudus.
Salah satu aturan bagi umat Katolik yang menjadi anggota Gereja Latin menyebutkan: "Seseorang
yang akan menerima Ekaristi Mahakudus harus berpantang dari segala macam makanan dan
minuman, kecuali air semata dan obat-obatan, sekurang-kurangnya satu jam sebelum komuni
kudus."[34] Umat Katolik Timur diwajibkan untuk mengikuti peraturan gereja partikular mereka masing-
masing, yang umumnya mensyaratkan waktu puasa dengan jangka waktu lebih lama. [35]
Umat Katolik diharuskan untuk membuat suatu tanda lahiriah yang memperlihatkan rasa hormat
sebelum menerima Ekaristi: "Saat menerima Komuni Kudus, komunikan menundukkan kepalanya di
hadapan Sakramen sebagai suatu sikap hormat dan menerima Tubuh Tuhan dari pelayannya.
Tubuh yang telah dikonsekrasi dapat diterima di lidah ataupun di tangan, sesuai dengan
pertimbangan bijaksana dari masing-masing komunikan. Sementara Komuni Kudus diterimakan
dengan salah satu dari kedua cara tersebut, tanda hormat yang sama juga dibuat sebelum
menerima Darah Yang Mahamulia."[36]
Umat Katolik dapat menerima Komuni Kudus dalam Misa atau juga di luar Misa, tetapi "seseorang
yang telah menerima Ekaristi Mahakudus dapat menerima untuk yang kedua kalinya pada hari yang
sama hanya dalam perayaan Ekaristi yang ia ikuti", kecuali sebagai Viaticum (Kitab Hukum Kanonik
1983, Kanon 917).[37]
Dalam Gereja Latin, Ekaristi Mahakudus diberikan kepada anak-anak dengan syarat bahwa mereka memiliki
cukup pengetahuan dan persiapan yang memadai sehingga mereka memahami misteri Kristus sesuai
kapasitas mereka serta mampu menerima Tubuh Kristus dengan iman dan devosi.

Dalam Gereja Barat, "penerimaan Ekaristi Mahakudus kepada anak-anak mensyaratkan bahwa
mereka memiliki pengetahuan cukup dan persiapan memadai sehingga mereka dapat memahami
misteri Kristus sesuai daya tangkap mereka dan mampu menyambut Tubuh Kristus dengan iman
dan bakti. Tetapi, Ekaristi Mahakudus dapat diberikan kepada anak-anak dalam bahaya maut
apabila mereka mampu membedakan Tubuh Kristus dari makanan biasa dan menerima komuni
dengan hormat" (KHK 1983, Kan. 913). [38] Pada sekolah-sekolah Katolik di Amerika Serikat dan
Kanada, anak-anak biasanya menerima Komuni Pertama di kelas dua. Dalam Gereja Katolik Timur,
Ekaristi dilayankan kepada para bayi segera setelah mereka menerima Sakramen Baptis dan
Penguatan (Krismasi).
Komuni Kudus dapat diterima dalam satu rupa (Hosti Kudus saja), atau dua rupa (Hosti Kudus dan
Darah Yang Mahamulia). "Komuni Kudus memiliki bentuk yang lebih penuh sebagai suatu tanda
apabila disambut dalam dua rupa. Karena, dalam bentuk ini, tanda dari perjamuan ekaristis lebih
nyata dan ungkapan yang jelas disampaikan kepada kehendak ilahi yang melaluinya Perjanjian baru
dan kekal diikat dalam Darah Tuhan, sebagaimana juga hubungan antara perjamuan ekaristis dan
perjamuan eskatologis dalam Kerajaan Bapa. ... (Bagaimanapun,) Kristus, secara utuh dan
keseluruhan, dan Sakramen yang benar, disambut dalam komuni satu rupa sekalipun. Oleh karena
itu, mengenai buah-buah yang dihasilkan, mereka yang hanya menyambut satu rupa tidak
kehilangan rahmat apa pun yang diperlukan untuk keselamatan" (Pedoman Umum Missale
Romanum).[39]
"Uskup Diosesan juga diberikan wewenang untuk mengizinkan Komuni dua rupa kapan saja
dipandang tepat kepada Imam yang kepadanya dipercayakan suatu komunitas sebagai
gembalanya. Syaratnya, umat beriman telah diberikan pengarahan dengan baik dan tidak ada
bahaya penodaan Sakramen ataupun perayaan menjadi kacau balau karena banyaknya umat yang
berpartisipasi atau karena sejumlah penyebab lainnya" (Pedoman Umum Missale Romanum). [40]
Dalam Gereja Katolik Timur, Ekaristi selalu disambut dalam dua rupa (roti dan anggur), sama seperti
yang dilakukan pada Misa di Barat sebelum kebiasaan menyambut dalam satu rupa mulai berlaku,
yang dimulai pada abad ke-12.[41]
Dengan adanya perubahan dalam penerimaan Ekaristi dua rupa menjadi penerimaan dalam rupa
roti saja, turut menjadi kebiasaan di Barat menerima Hosti dengan cara ditempatkan langsung di
lidah, bukan di tangan, tetapi hal ini tidak diatur dalam Missale Romanum ataupun Kitab Hukum
Kanonik. Sejak abad ke-20 akhir, banyak Konferensi Episkopal yang mengizinkan komunikan
(sesuai pertimbangan yang bijaksana dari masing-masing pribadi) menerima Hosti di tangan, kecuali
ketika Komuni diberikan dengan cara intinksi (mencelupkan sebagian Hosti dalam Piala sebelum
menerimakannya).
Pedoman Umum Missale Romanum menyebutkan perlunya dipersiapkan "piring-Komuni untuk
Komuni umat beriman", berbeda dengan patena, untuk mencegah Hosti atau fragmennya jatuh ke
tanah.[42]
Kanon 844 dalam Kitab Hukum Kanonik 1983 menuliskan bahwa umat non-Katolik dapat menerima
Ekaristi dalam situasi-situasi tertentu:
"§1. Para pelayan Katolik menerimakan sakramen-sakramen secara licit kepada umat beriman
Katolik saja, yang juga menerimanya secara licit dari para pelayan Katolik saja, dengan tetap
berlaku ketentuan §2, §3, dan §4 dalam kanon ini, serta kan. 861, § 2.
§2. Kapan pun terdapat kebutuhan mendesak atau manfaat rohani yang sejati dapat diperoleh, dan
asalkan bahaya kesesatan atau indiferentisme dihindari, umat beriman Kristiani yang secara fisik
atau moril tidak mungkin mendatangi pelayan Katolik diperbolehkan menerima Sakramen Tobat,
Ekaristi, serta Pengurapan Orang Sakit dari para pelayan non-Katolik yang dalam Gereja mereka
sakramen-sakramen tersebut adalah valid (sah).
§3. Para pelayan Katolik menerimakan Sakramen Tobat, Ekaristi, dan Pengurapan Orang Sakit
secara licit kepada anggota-anggota dari Gereja-Gereja Timur yang tidak berada dalam persekutuan
penuh dengan Gereja Katolik apabila mereka memintanya atas kemauan sendiri dan memiliki
disposisi yang layak. Hal ini juga berlaku bagi anggota-anggota dari Gereja-Gereja lain yang
menurut penilaian Takhta Apostolik berada dalam kedudukan yang sama sehubungan dengan
sakramen-sakramen tersebut seperti Gereja-Gereja Timur ini.
§4. Apabila terdapat bahaya kematian atau apabila, menurut penilaian uskup diosesan atau
konferensi para uskup, terdapat kebutuhan berat lain yang mendesak, para pelayan Katolik
menerimakan sakramen-sakramen tersebut secara licit juga kepada umat Kristiani lainnya yang
tidak berada dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik, yang tidak dapat mendatangi
pelayan dari jemaatnya sendiri dan memintanya atas kemauan sendiri, asalkan memperlihatkan
iman Katolik sehubungan dengan sakramen-sakramen tersebut dan memiliki disposisi yang layak.
(Catatan: Telah ada keuskupan yang memberikan izin permanen kepada para imamnya untuk
memutuskan hal ini, selama kan. 844 §4 terpenuhi, menyangkut mereka yang dirawat di rumah
sakit, panti jompo, dan pusat pemasyarakatan.[43])
§5. Untuk kasus-kasus yang disebutkan dalam § 2, § 3, dan § 4, uskup diosesan atau konferensi
para uskup jangan menerbitkan norma-norma umum, kecuali setelah mengadakan konsultasi
dengan otoritas setempat yang kompeten dari jemaat atau Gereja non-Katolik yang
bersangkutan."[44]

Materi Sakramen[sunting | sunting sumber]


Roti yang digunakan untuk Ekaristi harus terbuat dari gandum murni yang masih baru, dan anggur
yang digunakan harus alami, terbuat dari buah anggur yang belum membusuk. Ritus Latin, Armenia,
dan Etiopik (Etiopia dan Eritrea) menggunakan roti tidak beragi, namun kebanyakan Gereja Katolik
Timur menggunakan roti beragi. Sejumlah kecil air ditambahkan ke anggur menjelang konsekrasi. [45]
Pertanyaan-pertanyaan tentang penggunaan roti tanpa gluten ataupun rendah-gluten dan
penggunaan mustum (jus anggur alami) dibahas dalam surat tertanggal 24 Juli 2003 yang
diterbitkan Kongregasi Ajaran Iman, yang mengklarifikasi deklarasi-deklarasi sebelumnya. [46]

Perkembangan historis[sunting | sunting sumber]


Lihat pula: Sejarah teologi Ekaristi Katolik

Tidak terdapat kejelasan apakah perjamuan Agape (atau "perjamuan kasih"), suatu acara makan-
minum lengkap yang dipraktikkan oleh umat Kristen pada abad-abad awal, terkait dengan perayaan
Ekaristi dalam segala hal.[47] Bagaimanapun, berbagai penyalahgunaan sehubungan dengan
perayaan makan-minum lengkap tersebut, yaitu penyalahgunaan-penyalahgunaan yang dikecam
oleh Rasul Paulus[48] dan Yudas,[49] menyebabkan diadakannya perayaan Ekaristi secara tersendiri.
Bentuk perayaan ini, yang pada pertengahan abad ke-2 dideskripsikan oleh Santo Yustinus
Martir dalam Apologi Pertama Yustinus Martir, sangat mirip dengan ritus Ekaristi masa kini yang
dalam Kekristenan Barat dikenal sebagai Misa dan dalam Kekristenan Timur sering disebut Liturgi
Ilahi. Perayaan diadakan secara reguler setiap minggu pada hari yang disebut hari Minggu, [50] yang
oleh umat Kristen juga disebut sebagai Hari Tuhan.[51] Mereka menyertakan bacaan-bacaan dari
Kitab Suci, homili/khotbah, doa oleh semua yang hadir, doa oleh "ketua persaudaraan" atas roti dan
anggur yang dicampur dengan air, yang karenanya hadirin menanggapi dengan "Amin", dan
kemudian dilakukan pembagian kepada hadirin yang menanggapi dengan ungkapan terima kasih,
sementara "diakon-diakon" mengambil sejumlah bagian untuk diberikan kepada mereka yang tidak
hadir.[50][52] Dilakukan juga suatu pengumpulan materiil untuk membantu para janda dan anak yatim
serta mereka yang membutuhkan karena berbagai alasan seperti penyakit. [50] St. Yustinus menulis
bahwa umat Kristiani tidak menyambut roti dan anggur yang dicampur dengan air yang atasnya
mereka mengucapkan rasa syukur, dan yang mereka sebut Εὐχαριστία (Ekaristi - secara harfiah
berarti Ungkapan Syukur),[53] sebagai roti dan minuman biasa semata. Mereka menerima pengajaran
bahwa "makanan yang diberkati oleh doa dari Kata-Kata-Nya, dan yang darinya darah dan daging
kita diberi makan oleh transmutasi, adalah daging dan darah yang darinya Yesus telah menjadi
manusia."[53]

Paus Benediktus XVI merayakan Ekaristi saat kanonisasi Frei Galvão di São Paulo, Brasil pada 11 Mei 2007.

Seperti yang diindikasikan St. Yustinus, kata Ekaristi berasal dari kata Yunani εὐχαριστία
(eucharistia), yang berarti ungkapan syukur. Umat Katolik biasanya menggunakan istilah 'komuni'
sebatas pada penerimaan Tubuh dan Darah Kristus oleh para komunikan selama perayaan Misa,
dan pada komuni atau persekutuan para kudus.
Beberapa waktu sebelumnya, sekitar tahun 106, Santo Ignatius dari Antiokhia mengkritik mereka
yang "menjauhkan diri dari Ekaristi dan doa bersama, karena mereka tidak mengakui bahwa Ekaristi
adalah Tubuh identik Yesus Kristus Juruselamat kita, yang [daging]-Nya menderita untuk dosa-dosa
kita, dan yang karena kemurahan hati Bapa dibangkitkan-Nya kembali" (Surat kepada jemaat di
Smyrna 6, 7). Demikian pula, Santo Ambrosius dari Milan membantah keberatan-keberatan
terhadap ajaran ini, dengan menulis, "Kamu mungkin dapat mengatakan: 'Rotiku adalah [roti] biasa.'
Tetapi roti itu adalah roti menurut Kata-Kata dari Sakramen-Sakramen; ketika konsekrasi telah
memasukinya, roti itu menjadi Daging Kristus" (Sakramen-Sakramen, 333/339-397 Masehi
v.2,1339,1340).
Penggunaan paling awal yang diketahui, sekitar tahun 1079, atas istilah "transubstansiasi" untuk
mendeskripsikan perubahan dari roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus yaitu
oleh Hildebertus dari Lavardin, Uskup Agung Tours (wafat tahun 1133). Ia menggunakannya untuk
menanggapi Berengarius dari Tours, yang menyatakan bahwa Ekaristi hanya bermakna simbolis.
Peristiwa tersebut terjadi jauh hari sebelum belahan Barat Latin, khususnya di bawah pengaruh
St. Thomas Aquinas (ca. 1227-1274), menerima Aristotelianisme. (Universitas Paris baru didirikan
antara tahun 1150-1170)
Pada tahun 1215, Konsili Lateran IV menggunakan kata ditransubstansiasikan dalam pengakuan
iman yang dihasilkannya, ketika berbicara tentang perubahan yang terjadi dalam Ekaristi.
Pada tahun 1551, Konsili Trente secara resmi mendefinisikan bahwa "melalui konsekrasi roti dan
anggur, suatu perubahan terjadi dari keseluruhan substansi roti menjadi substansi Tubuh Kristus
Tuhan kita, dan dari keseluruhan substansi anggur menjadi substansi Darah-Nya; perubahan yang,
oleh Gereja Katolik yang kudus, secara sesuai dan secara tepat disebut Transubstansiasi." (Sesi
XIII, bab IV; lih. kanon II).
Upaya yang dilakukan oleh beberapa teolog Katolik abad ke-20 untuk menyajikan perubahan
Ekaristis sebagai suatu perubahan makna atau signifikansi (transignifikasi, dan bukan
transubstansiasi) ditolak oleh Paus Paulus VI pada tahun 1965 dalam surat ensiklik Mysterium fidei.
Dalam Kredo Umat Allah yang ia maklumkan pada tahun 1968, Paus Paulus VI mengulangi bahwa
penjelasan teologis apa pun seputar ajaran ini harus berpegang pada pernyataan rangkap-dua
bahwasanya, setelah konsekrasi, 1) Tubuh dan Darah Kristus benar-benar ada; serta 2) roti dan
anggur benar-benar tidak ada; kehadiran dan ketidakhadiran ini adalah nyata dan bukan sekadar
sesuatu di dalam budi atau pikiran umat beriman.
Dalam ensiklik Ecclesia de Eucharistia tertanggal 17 April 2003, Paus Yohanes Paulus
II mengajarkan bahwa segala kewenangan para uskup dan imam utamanya merupakan suatu fungsi
dari panggilan mereka untuk merayakan Ekaristi. Kewenangan penggembalaan yang mereka miliki
mengalir dari fungsi imamat mereka, bukan sebaliknya.

Komuni pemulihan[sunting | sunting sumber]


Templat:Tindakan pemulihan
Menerima Komunis Kudus sebagai bagian dari Devosi Jumat Pertama merupakan suatu devosi
Katolik yang dipersembahkan untuk reparasi atau pemulihan dosa-dosa melalui Hati Kudus Yesus.
Dalam visiun tentang Kristus yang dilaporkan oleh Santa Margareta Maria Alacoque pada abad ke-
17, terdapat sejumlah janji yang diberikan kepada mereka yang mempraktikkan Devosi Jumat
Pertama, salah satunya yaitu penyesalan dan pertobatan terakhir menjelang ajalnya.[54]
Devosi ini meliputi sejumlah praktik yang dilakukan pada hari Jumat pertama selama 9 bulan
berturut-turut. Pada hari-hari tersebut, mereka yang mempraktikkan devosi ini menghadiri Misa
Kudus dan menerima komuni.[55] Dalam banyak komunitas Katolik dianjurkan praktik meditasi Jam
Suci selama Penakhtaan Sakramen Mahakudus setiap hari Jumat Pertama.[56]

Misa Perkawinan dan Misa Ritual lainnya[sunting | sunting sumber]

Komuni Kudus dalam Misa Perkawinan.


Misa Perkawinan[57] secara sederhana adalah suatu Misa yang di dalamnya dirayakan Sakramen
Perkawinan. Sakramen-sakramen lainnya juga lazim dirayakan di dalam Misa. Misa diperlukan
untuk Sakramen Tahbisan, dan pada umumnya juga untuk Sakramen Penguatan, kendati tidak
wajib, sebagaimana halnya Sakramen Perkawinan. Kecuali tanggal yang dipilih adalah hari raya
liturgis besar, doa-doa yang digunakan diambil dari bagian Missale Romanum yang berjudul "Misa
Ritual". Bagian tersebut berisi teks-teks khusus untuk perayaan Pembaptisan, Penguatan,
Pengurapan Orang Sakit, Tahbisan, dan Perkawinan di dalam Misa, mengecualikan Pengakuan
Dosa (Tobat atau Rekonsiliasi) sebagai satu-satunya sakramen yang tidak dirayakan di dalam
Perayaan Ekaristi. Terdapat juga teks-teks perayaan Misa untuk Profesi Religius, Pemberkatan
Gereja, dan sejumlah ritus lainnya.
Apabila salah seorang dari suatu pasangan yang menikah dalam Gereja Katolik bukan seorang
Katolik, maka digunakan ritus Perkawinan di luar Misa. Namun, apabila mempelai non-Katolik
tersebut telah dibaptis dalam nama ketiga pribadi Trinitas (dan bukan hanya dalam nama, misalnya,
Yesus, sebagaimana terjadi dalam praktik pembaptisan di beberapa denominasi Kristen), maka,
dalam kasus-kasus luar biasa dan apabila uskup diosesan memberikan izin atau dispensasi, dapat
dipandang layak untuk merayakan Perkawinan di dalam Misa, dengan catatan bahwa, menurut
hukum umum, Komuni Kudus tidak diberikan kepada mempelai non-Katolik (Ritus Perkawinan, 8).

Adorasi dan Pemberkatan di luar Liturgi[sunting | sunting sumber]


Lihat pula: Adorasi Ekaristi, Jam Suci, dan Pemberkatan dengan Sakramen Mahakudus

Bagian dari serial tentang

Adorasi Ekaristi
dalam Gereja Katolik

Monstrans surya untuk penakhtaan Ekaristi.

Dokumen kepausan

 Mirae caritatis
 Dominicae Cenae
 Mysterium fidei
 Mediator Dei
 Ecclesia de Eucharistia
Organisasi dan peristiwa

 Kongregasi Sakramen Mahakudus


 Abdi Sakramen Mahakudus
 Penyembah Abadi
 Perhimpunan Tabernakel
 Kongres Ekaristi

Tokoh terkemuka

 St. Fransiskus dari Assisi


 St. Petrus Eymard
 St. Yohanes Maria Vianney
 Marie Tamisier
 Leo Dupont
 Uskup Agung Fulton J. Sheen
 Mary Therese Vicente

Pelaku meditasi Ekaristi

 St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus


 Maria Candida
 Conchita de Armida
 Maria Valtorta

 Portal Katolik

 l
 b
 s

Hosti ditakhtakan dalam monstrans, diapit oleh lilin-lilin, dan para putra altar melakukan adorasi sambil berlutut.

Penakhtaan Ekaristi adalah praktik menampilkan hosti yang telah dikonsekrasi di atas altar dalam
sebuah Monstrans. Ritus-ritus yang melibatkan penakhtaan Sakramen Mahakudus
adalah Pemberkatan dengan Sakramen Mahakudus dan adorasi Ekaristi.
Adorasi Ekaristi adalah suatu ungkapan devosi dan penyembahan kepada Kristus, yang diyakini
benar-benar hadir. Hosti umumnya disimpan dalam tabernakel setelah Misa dan diperlihatkan dalam
sebuah monstrans selama adorasi. Sebagai suatu devosi Katolik, meditasi dan adorasi Ekaristi
adalah lebih dari sekadar memandang hosti, tetapi merupakan suatu kelanjutan dari apa yang
dirayakan dalam Ekaristi.[58] Dari perspektif teologis, adorasi merupakan salah satu bentuk latria,
berdasarkan pada ajaran tentang kehadiran Kristus dalam Hosti Terberkati. [59][60]
Meditasi Kristiani yang dilakukan di hadapan Ekaristi di luar perayaan Misa disebut meditasi Ekaristi.
Praktik ini dilakukan oleh berbagai santo dan santa seperti Petrus Yulianus Eymard, Yohanes Maria
Vianney, dan Theresia dari Kanak-Kanak Yesus.[61][62][63][64][65] Penulis-penulis
seperti Venerabilis Concepción Cabrera de Armida dan Beata Maria Candida dari Ekaristi telah
menghasilkan sejumlah besar naskah berdasarkan renungan atau meditasi Ekaristi yang mereka
lakukan.[66][67][68]
Seandainya penakhtaan dan adorasi Ekaristi dilakukan secara terus-menerus (selama 24 jam
sehari), maka disebut adorasi Abadi. Dalam suatu biara, hal itu dilakukan oleh
para rahib atau biarawati yang tinggal di dalamnya, dan dalam suatu paroki dilakukan oleh para
sukarelawan umat paroki sejak abad ke-20.[69] Pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus tanggal 2
Juni 1991, Dewan Kepausan untuk Kaum Awam mengeluarkan pedoman khusus yang mengizinkan
adorasi abadi di paroki-paroki.[69] Untuk mendirikan "kapel adorasi abadi" dalam suatu paroki, imam
setempat harus mendapatkan izin dari uskupnya dengan mengajukan permintaan beserta informasi
yang dibutuhkan terkait "asosiasi adorasi abadi", para pengurusnya, dll. [69]
Sejak Abad Pertengahan, praktik adorasi Ekaristi di luar perayaan Misa telah digalakkan oleh
para paus.[70] Dalam Ecclesia de Eucharistia, Paus Yohanes Paulus II menyatakan bahwa,
"Penyembahan Ekaristi di luar Misa mengandung nilai tak terhingga bagi kehidupan Gereja. ...
Adalah tanggung jawab para pastor untuk mendorong praktik adorasi Ekaristi dan penakhtaan
Sakramen Mahakudus, juga melalui kesaksian pribadi mereka." [71] Dalam doa pembukaan kapel
adorasi Abadi di Basilika Santo Petrus, Paus Yohanes Paulus II berdoa demi ketersediaan kapel
adorasi abadi di setiap paroki di seluruh dunia.[72] Paus Benediktus XVI menetapkan agar disediakan
lima tempat untuk melakukan adorasi abadi bagi umat awam di kelima distrik Keuskupan Roma.[73]

Anda mungkin juga menyukai