b. Kegiatan Inti
1. Langkah Pertama:
Menggali Pengalaman Peserta dalam Kehidupan sehari-hari dengan sebuah dinamika
Kelompok
Bahan Yang disiapkan: Garam, Gula, Vanili dan ditaruh dalam masing2 mangkok
Aktifitas:
Peserta diminta untuk:
1. minta mereka menaruh label nama pada tiap mangkok sesuai jawaban
yang benar ( label garam harus diletakkan di depan mangkok garam,
gula di depan mangkok gula, dst) Setelah itu dicicip, apakah benar
semua jawaban
2. minta mereka tidak melihat/ ditutup mata dan meraba ketiga materi ini,
dan dari perabaan minta mereka menebak yang mana yang garam,
apakah mangkok pertama, kedua atau ketiga
3. untuk kelas kecil, minta mereka mencicip 3 materi ini dan menunjuk
mana yang asin, yaitu garam
Pertanyaan Diskusi:
Mangkok Manakah yang asin dan manakah yang tidak asin?
Apa fungsi Garam dalam kehidupan kita Sehari-hari?
Pernahkah dalam kehidupan sehari-hari lupa taruh garam dalam masakan?
Peneguhan
o Garam banyak sekali kegunaan bukan hanya sebagai bumbu dapur. Banyak dipakai
untuk proses pengawetan makanan, garam juga bisa digunakan sebagai pengusir
setan, digunakan dalam pengobatan dan lain sebagainya.
o Garam sangatlah penting dan diperlukan. Ada suatu masa di mana garam lebih
berharga dari saat ini
o Hari ini kita akan membahas sebuah tema tentang menjadi Garam dan Terang dalam
kehidupan sehari-hari.
o Garam adalah pemberi rasa. Dianalogikan bahwa manusia harus memberi rasa yang
berupa pengaruh yang baik kepada manusia di sekitarnya.
o Garam diartikan sebagai pengawet.Dianalogikan bahwa manusia harus menjadi
pengawet atau seseorang yang mempertahankan ajaran dan nilai moral serta
kebenaran untuk menjadikan kehidupan yang lebih baik. Pertanyaannya adalah
sudahkah saya menjadi garam dan terang dalam kehidupan sehari-hari?
2. Langkah Kedua: Mengajak peserta didik untuk Membaca Teks Kitab Suci.
Mat 5 : 13-16.
Garam dan Terang Dunia
"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia
diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah
terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula
orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di
atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah
hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu
yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
Demikianlah Sabda Tuhan
Pendalaman Iman
1. Masing-masing peserta membaca ulang teks tersebut dan diminta
untuk menyebutkan ayat manakah yang sangat berkesan.
2. Peserta diminta untuk mengungkapkan pengalamannya berkaitann
dengan teks kitab suci.
3. Apa pesan Tuhan bagi kita sebagai peserta didik untuk menjadi garam
dan terang dalam kehidupan sehari-hari?
4. Berdasarkan pengalaman Anda selama ini, kegiatan, wadah, atau ruang
apa yang paling Anda anggap cocok untuk menghadirkan diri kita
sebagai "terang, garam dlan ragi Kristus"? Berikanlah sharing
pengalaman Anda?
Permenungan Sabda Tuhan
Diawali denganPemutaran Film aku harus berubah dan buat apa aku hidup
Ada beberapa poin yang saya jabarkan untuk merenungkan teks ini :
Dalam hidup harian kita, khususnya pengolahan makanan, kita merasakan betapa
pentingnya garam. Garam memang mudah didapatkan; di kios, di pasar, di toko atau kalau
sudah dalam kondisi sangat dibutuhkan, cukup ke tetangga rumah atau ke teman kos untuk
mendapatkannya. Walaupun demikian, garam seringkali mudah dilupakan; lupa beli, lupa
bawa, lupa tabur garam, lupa minta dan berbagai bentuk lupa lainnya. Inilah salah satu
fenomen modern yang banyak kali membuat kita untuk melupakan hal kecil namun penting
dalam hidup.Ibu-ibu atau nona-nona seringkali menjadi obyek omelan Bapa, atau Om,
karena sayurnya kurang garam atau bahkan tidak ada garam. Kondisi seperti ini
mengetengahkan kepada kita betapa pentingnya garam bagi kita. Garam memiliki dua
fungsi yakni memberi cita rasa pada makanan dan mengawetkan makanan. Garam memiliki
wujud-wujudnya; ada butiran besar, sedang dan ada yang paling halus. Wujud-wujudnya
berbeda secara kasat mata tetapi hakekatnya tetap asin dan fungsinya tetap sama.
Apa maksud Yesus tentang kamu adalah garam dunia? Apakah garam bisa
ditawarkan? Jika garam menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan kembali? Di tengah
himpitan kegelapan zaman modern, yang banyak kali menawarkan kenikmatan dan semangat
memiliki yang tinggi, di tengah berbagai kasus kemanusiaan seperti narkoba, aborsi, seks
bebas, pemerkosaan, pembunuhan, kita terpanggil untuk menjadi garam.
Ditengah situasi Pandemi covid-19 saat ini, kita dipanggil untuk menjadi garam bagi
orang lain. Akan tetapi harus dimulai dari sendiri. Menjadi garam bagi diri sendiri dimulai
dari beberapa hal sebagai berikut:
Menjadi Garam dan Terang dalam Lingkungan Masyarakat bangsa dan Negara
Dalam lingkungan masayarakat kita tunjukkan diri kita sebagai garam dan terang.
Yesus mengajak kita untuk menunjukkan cara hidup kita yang baik bagi orang lain.
Contohnya:
Menyebarkan Cinta Kasih
Rela Berkorban/solider kepada Sesama
Tidak membuat kerusuhan
Hidup Seturut kehendak Tuhan
Kesimpulan:
Menjadi garam terang berarti menjadi penunjuk jalan, pemandu jalan. Jabatan
penunjuk dan pemandu jalan, justru karena sudah lebih dahulu tahu jalan itu. Karena iman,
pengetahuan, dan pengalaman kita dipercaya menjadi penunjuk dan pemandu jalan. Menjadi
penunjuk jalan berarti harus mulai dari cara hidup kita, memiliki sikap solider, rela berkorban
dan membantu sesama kita.
Karena amanat Yesus adalah amanat saksi, maka penting bagi kita untuk menanggapi
amanat Yesus ini dengan memantapkan iman, mewartakan pengharapan akan Allah dan
menghayati kasih sebagai tolok ukur sepanjang zaman dan seluas relasi.
Kita menjadi saksi dengan menggunakan pola pikir Kristus sendiri, dengan
mengandalkan pengalaman rohani bersama Kristus, dengan merenungkan kasih Kristus yang
begitu besar hingga wafat di Salib dan dengan menghayati perintah Yesus tentang bagaimana
seharusnya manusia saling memperlakukan bukan sebagai musuh melainkan sebagai rekan
yang harus dicintai dan dikasihi. Mengapa demikian? Karena nubuat akan berakhir, bahasa
roh akan berhenti, pengetahuan akan lenyap namun kasih tidak akan berkesudahan.
Bersaksi tanpa kasih, mewartakan tanpa kasih, ibarat garam tanpa asin, lampu atau lilin tanpa
terang, sementara tidak ada garam yang tidak asin dan tidak ada lampu yang tidak
memancarkan cahaya. Bersaksi tanpa kasih, kesaksian kita akan menjadi palsu sebagaimana
kesaksian-kesaksian dalam kasus-kasus pidana. Paus Benediktus XVI mengatakan kalau kita
mengasihi sesama berarti kita berinisiatif melakukan sesuatu yang baik untuknya. Di sini,
panggilan untuk menjadi garam; menjadi terang, merupakan panggilan untuk mengasihi
sesama dengan membaktikan segala potensi kita, pengalaman kita demi mencapai kebaikan
bersama.
Demikian juga ketika jadi garam dan ragi masyarakat. Kita dipanggil untuk hadir,
terlibat dan menjadi bagian dari masyarakat. Kita tidak cukup hanya hidup di tengah
masyarakat, tetapi menutup pintu, banyak di rumah atau malah banyak pergi sehingga tidak
banyak hadir dan terlibat dalam masyarakat. Sumbangan dan partisipasi dalam bentuk uang
tidaklah cukup. Kita mesti hadir dan terlibat untuk menjadi berkat.
Dalam keterlibatan itulah peran garam dan ragi muncul. Kita turut memberi warna
dan nilai lebih pada kehidupan bermasyarakat agar masyarakat lebih sejahtera, bermartabat
dan beriman. Kiranya banyak nilai-nilai injil yang baik untuk dihadirkan dalam masyarakat:
nilai kasih, peduli, melayani, memberitakan kabar bath, jangan membenci, bersikap lembut
dan murah hati, bersemangat miskin, cinta damai, dll.
Riwayat Pendidikan :
Riwayat Pekerjaan :