Asal Universitas : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Judul Esai :
Sekolah Online Era Covid-19 : Solusi Pendidikan atau Ancaman Bagi
Pelajar Sekolah
Pendidikan adalah hal terpenting bagi seseorang untuk kebutuhan mereka.
Dalam dunia pendidikan, mereka dapat mengasah minat dan bakat yang mereka miliki dan ingin mereka kembangkan, sehingga itu akan membentuk “Mindset” atau pola pikir seseorang. Suatu pendidikan memang normalnya dilakukan secara “face to face” atau tatap muka, guna untuk memaksimalkan penyaluran ilmu pengetahuan dan dapat diserap dengan baik oleh seseorang. Namun, bagaimana apabila ada hal yang membuat penyaluran ilmu pengetahuan tidak dapat dilakukan secara tatap muka? Jika tidak bisa dilakukan secara tatap muka langsung, bisa dilakukan dengan menggunakan opsi lain, yakni dengan cara penyaluran ilmu pengetahuan secara online. Jadi, singkatnya ada pendidikan offline dan ada pendidikan online jika memang dalam keadaan mendesak atau darurat. Pendidikan yang dijalankan secara virtual atau online memanglah sudah tidak asing lagi bagi kita. Sebenarnya, pendidikan yang dijalankan secara online bukanlah hal yang baru, melainkan telah ada sesuai perkembangan di dunia teknologi. Namun di Indonesia masih kurang memanfaatkan media digital untuk dunia pendidikan, sehingga banyak masyarakat yang masih bingung atau terasa asing, padahal jika media digital digunakan sebaik mungkin untuk menambah wawasan itu akan lebih baik. Pendidikan yang dijalankan berbasis online baru saja diadakan, karena di Indonesia sedang melalui fase yang darurat dari berbagai aspek, termasuk aspek pendidikan. Terdapat virus mendunia, yakni Covid-19 yang masuk ke Indonesia pada awal tahun 2020. Di masa pandemi seperti sekarang ini memang sistem daring (online) adalah pilihan yang tepat untuk tetap mempertahankan kualitas generasi penerus bangsa dalam dunia pendidikan. Dan diharapkan mampu memanfaatkan waktu di tempat tinggal mereka masing-masing untuk belajar mandiri setelah dilakukannya daring. Akan tetapi, apakah hal tersebut efektif untuk para pelajar? Sebenarnya jika dipikirkan memang hal tersebut efektif bagi mereka, bahkan sangat berguna dan mempermudah mereka dalam belajar dalam kondisi negara yang seperti saat ini. Tidak hanya untuk sekedar daring, tetapi juga bermanfaat untuk mencari informasi seputar pelajaran sekolah mereka. Aturan-aturan dalam menjalankan sistem daring juga telah ditentukan oleh masing-masing sekolah yang ada di Indonesia, demi keberlangsungan sistem daring yang baik, nyaman, dan tertib. Sekolah juga memberikan fasilitas bagi pelajar dengan menyalurkan bantuan paket data edukasi atau biasa disebut “Kuota Aplikasi Edu” untuk mereka agar bisa mengakses aplikasi edukasi dengan lancar.
Sistem Daring : Solusi Pendidikan dan Ancaman Bagi Kehidupan.
Semenjak diberlakukannya sistem daring (online), rata-rata pelajar
menggunakan gadget sebagai media digital agar mempermudah jalannya pendidikan. Mereka diwajibkan untuk mengunduh beberapa aplikasi guna mendapatkan edukasi yang bermanfaat bagi mereka dan bisa menimba ilmu melalui “video-conference”. Sebenarnya hal tersebut merupakan solusi yang tepat mengingat keadaan di Indonesia saat ini. Tetapi apabila dilihat melalui kacamata pendidikan, media digital yang seharusnya berguna untuk pendidikan, malah mereka salah gunakan untuk melakukan hal lain yang tidak berguna dan sekedar untuk bersenang-senang dengan gadget mereka. Bahkan, tidak sedikit yang menganggap sistem daring hanyalah sebatas formalitas dalam pendidikan yang mereka jalankan. Akhirnya, sedikit atau bahkan tidak ada ilmu pengetahuan yang mereka tangkap. Yang mereka lakukan pada saat daring adalah hanya mendengarkan guru mereka, tidak ada inisiatif untuk menjadi pelajar yang aktif dan produktif, yang penting absensi, mengumpulkan tugas, serta tidak bersemangat untuk mengikuti jam pelajaran, tidak hanya itu, saat ujian pun banyak dari mereka yang tidak belajar, sehingga kurang dalam menguasai materi. Banyak pula lembaga pendidikan yang kurang atau mungkin juga tidak siap untuk menjalankan sekolah berbasis online dikarenakan keterbatasan dari segala aspek. Belum lagi tenaga pendidikan juga tidak sepenuhnya dapat dibenarkan, karena tidak sedikit dari mereka juga yang malah membuat pelajar menjadi stress dan lebih memilih menghibur dirinya. Saat baru menghibur dirinya itulah makin membuat pelajar terlena dan tetap menganggap sekolah online membosankan, seperti banyak tugas, monoton, memberi nilai asal-asalan dan lain sebagainya. Apa yang kemudian terjadi? Rata-rata pelajar menjadi malas. Peran orang tua dalam hal tersebut sangat diperlukan demi kebaikan anak mereka, tetapi apakah orang tua akan terus bertahan jika terus-menerus memantau anak-anaknya, sedangkan orang tuapun menyekolahkan anaknya untuk membentuk karakter yang lebih baik kedepannya dan menjadi generasi yang berguna bagi negara ini. Orang tua mungkin sekedar tahu tugas sekolah anaknya, mempermudah anaknya dalam menjalani pendidikan saat ini dengan memberi media digital (Gadget), dan keseharian anaknya di rumah. Tetapi, apakah orang tua tahu apa yang anak-anaknya lakukan di dalam gadgetnya? Apakah mereka benar-benar tahu cara memanfaatkan gadget yang mereka gunakan?. Tidak sedikit karakter pelajar Indonesia yang sudah termakan hal-hal negatif dari apa yang mereka lihat di social media, yang dikhawatirkan apabila mereka juga mencontoh hal negatif tersebut, dan itu tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Pikiran mereka seolah-olah seperti di “Brain Wash” untuk melakukan hal negatif, mirisnya mereka menganggap itu adalah hal-hal yang membuat mereka bahagia. Pandemi dianggap liburan, kesempatan emas untuk bebas dari kegiatan yang menurut mereka membosankan, yakni pelajaran sekolah, masuk pagi, pulang sore, kegiatan tambahan di sekolah dan lain sebagainya. Jadi, apakah sekolah online adalah solusi atau ancaman bagi pelajar, khususnya di Indonesia pada saat pandemi? Jawabannya adalah sekolah online adalah solusi yang baik dari pemerintah agar mengurangi penularan penyakit, tidak menghilangkan kreativitas, kecerdasan, kepintaran, kepribadian yang baik, dan agar mencetak generasi yang bermanfaat bagi negara. Tetapi di sisi lain, sekolah online juga berdampak negatif kepada pelajar Indonesia dari sisi penggunaan media digital sehingga, dapat dikatakan itu merupakan sebuah ancaman bagi mereka. Kemudian, perlu disadari bahwa pengawasan orang tua seharusnya tidak hanya sekedar nilai sekolah anak, lancar atau tidak sekolah sang anak, sudah absenkah, atau sudah mengumpulkan tugaskah. Namun, penting juga bagi mereka memantau isi gadget anaknya, mengingat mereka masih terlalu muda untuk menggunakan gadget, terutama yang masih berusia di bawah 15 tahun. Untuk itu, orang tua dituntut menjadi tempat pendidikan pertama bagi anak-anaknya dan tidak boleh lengah dalam mengawasi anaknya. Saat pandemi, kehidupan pendidikan seakan redup, tidak seperti sebelumnya, rata-rata pelajar bersemangat untuk menjalani kegiatan rutin mereka yakni, bersekolah dan menimba ilmu. Berbeda dengan situasi dan kondisi saat pandemi, siswa baru bahkan tidak bersemangat dan banyak yang merasa sedih, bosan, canggung terhadap teman baru, karena hanya tahu lewat layar saja, tentunya hal itu membahayakan kehidupan sosial dari anak tersebut.
Akhir Kata
Normalnya kultur sekolah online mengharuskan pelajar untuk belajar dan
bekerja keras secara mandiri, sedangkan tenaga pengajar hanya membantu dengan memberi beberapa wawasan penting bagi pelajar dan mengarahkan mereka. Pendekatan seperti itulah yang dapat membuat para pelajar bisa memiliki inovasi dan motivasi untuk diri mereka masing-masing. Tetapi, seperti yang terlihat, justru dampak negatif lebih kuat dari pada tujuan diadakannya sekolah online itu sendiri, ditambah jika kurangnya pendampingan oleh orang tua Bahkan Gary Miron, Profesor Evaluasi Pendidikan mengatakan “ Jika sekolah umum tradisional kita mulai mengajar dengan cara ini ( Meminta siswa- siswanya belajar secara mandiri karena masih belajar online tanpa tahu mana siswa yang termotivasi, dan mana siswa yang justru mengalami kesulitan), itu akan menjadi bencana”. Tentunya yang dimaksud adalah sebuah bencana di dunia pendidikan. Meskipun beliau hanya melakukan penelitian sekolah online di 1 tempat pendidikan saja, namun pernyataan tersebut juga berlaku untuk dunia pendidikan di Indonesia saat ini yang masih kurang efektivitasnya. Semoga wabah Corona Virus Disease-19 tidak menjadikan dunia pendidikan di Indonesia semakin melemah, tetapi justru meningkatkan kesadaran masyarakatnya akan pentingnya edukasi atau pendidikan, terutama untuk kaum muda. Pemerintah dan kementrian Indonesia juga harus melaksanakan tugasnya untuk pemerataan dan memperkuat fasilitas pendidikan via online di Indonesia.