6)
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Poin yang pertama, meskipun pelajar SMA atau yang sederajat sering
dianggap apatis, mereka bisa mendapatkan banyak pengalaman tentang dihargai
dan menghargai terutama di masa pandemi COVID-19. Pada era pandemi ini,
saya termasuk bagian dari 60 juta pelajar di Indonesia yang sedang mengikuti
kegiatan belajar mengajar yang disebut dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Ini
menjadi pengalaman yang baru dalam sejarah karena sebelumnya belum pernah
dilakukan menyeluruh di Indonesia. Di sekolah saya sendiri, kami menggunakan
kecanggihan aplikasi Zoom dan Google Meet di mana setiap hari kami mengikuti
pembelajaran lewat layar telepon seluler atau laptop dari pukul 07.00 sampai
pukul 15.00 WIB. Ada peraturan penting untuk selalu membuka kamera yang
bertujuan sebagai penghargaan terhadap orang yang berbicara. Namun,
kebanyakan dari kami hanya memperlihatkan bagian dahi. Tidak jarang kami juga
mengeluhkan soal pandemi ini seakan guru-guru yang mengajar tidak ada dalam
masa pandemi juga. Rasa menghargai orang lain terasa sangat hilang dalam
pandemi ini.
Poin kedua, sebagai pelajar SMA atau yang sederajat, banyak hal yang
akan dipelajari di sekolah. Sejak menempuh pendidikan dasar, menengah pertama,
dan menengah atas maupun menengah kejuruan, pelajar diperlengkapi dengan
ilmu yang dibutuhkan untuk masa mendatang. Apalagi, pelajar bisa memilih
pelajaran yang sesuai dengan minat seperti jurusan MIPA, IPS, dan Bahasa di
SMA ataupun jenis keahlian tertentu di SMK. Ketika pelajar memanfaatkan
kesempatan bersekolah dengan baik dan rajin, bayangkan kerja sama yang akan
terbentuk ketika para pelajar dari berbagai latar belakang pendidikan ini bersinergi
untuk menciptakan sesuatu di masa depan. Oleh karena itu, sangat baik apabila
belajar dilakukan dengan serius. Segala materi pembelajaran yang telah
didapatkan mempersiapkan pelajar untuk mewujudkan kesejahteraan di bidangnya
masing-masing. Di era pandemi ini, ilmu yang dimiliki pelajar bisa menjadi salah
satu dasar untuk mendukung poin ketiga yang akan saya paparkan berikutnya.
Yang ketiga, pelajar SMA atau yang sederajat pada generasi saat ini selalu
identik dengan teknologi. Menurut penelitian Bencsik, Csikos, dan Juhaz (2016),
pelajar usia SMA atau yang sederajat adalah bagian dari Generasi Z (orang yang
lahir di rentang tahun 1995 — 2010). Generasi Z mampu mengaplikasikan semua
kegiatan dalam satu waktu (multitasking) seperti: menjalankan sosial media
menggunakan ponsel, browsing di internet, dan mendengarkan musik
menggunakan headset . Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan
dunia maya. Sejak kecil generasi ini sudah mengenal teknologi dan akrab dengan
gadget canggih yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian. Di
masa modern ini, cara terbaik untuk mendapatkan dan menyebarkan informasi
adalah dengan memanfaatkan teknologi . Dengan banyaknya informasi yang bisa
didapatkan, pelajar bisa mendapatkan pengetahuan umum dari dalam maupun luar
negeri sebagai salah satu bekal kehidupan. Selain itu, pelajar juga bisa menjadi
penyebar informasi lewat sosial media seperti Instagram, Twitter, TikTok, atau
YouTube yang semakin marak digunakan generasi Z. Ilmu yang telah dipelajari di
sekolah maupun dari sumber lainnya di internet dapat dibagikan dengan teknologi
sosial media.
KESIMPULAN
Pelajar SMA atau yang sederajat memang masih sangat muda. Meskipun
hanya sedikit yang bisa dilakukan pelajar dan mungkin tidak terlalu memberi
dampak untuk masyarakat global, empat poin di atas merupakan hal minimal yang
jika dilakukan secara maksimal bisa berdampak maksimal pula dalam
mewujudkan kesejahteraan, tidak hanya di era pandemi COVID-19 tetapi juga di
masa mendatang. Kedepannya, perubahan lainnya juga pasti akan terjadi dan tidak
bisa kita hindari. Perubahan memang bisa merusak tatanan kesejahteraan karena
ketidaksiapan. Oleh karena itu, sebagai “raksasa kecil” yang menjadi penerus
bangsa, mental dan pola pikir kita harus kita ubah dengan tujuan bersiap untuk
menghadapi rintangan apapun yang ada di depan. Kondisi sejahtera tidak akan
terjadi secara mudah dan instan. Kondisi sejahtera juga membutuhkan sinergi
banyak pihak. Saya dan kamu, pelajar SMA atau yang sederajat mungkin masih
muda, tetapi jika kita melakukan apa yang bisa kita lakukan, mau bertahan untuk
tetap kuat, dan mampu saling menguatkan sekalipun ada perubahan drastis di
masa depan, kita akan bersama-sama saling menyejahterakan umat manusia di era
pandemi COVID-19 maupun di “badai” yang datang berikutnya.
DAFTAR PUSAKA
Bencsik, A., Csikos, G., & Juhaz, T. (2016). Y and z generations at workplaces.
Journal of Competitiveness , 8 (3), 90–106.
Diananda, A. (2019). Psikologi remaja dan permasalahannya. ISTIGHNA: Jurnal
Pendidikan dan Pemikiran Islam , 1 (1), 126.
End Coronavirus. (n.d.). Countries beating covid-19. Diperoleh dari
https://www.endcoronavirus.org/countries
Kerkhove, M.V. (2020, September 4). WHO’s Science in 5 on COVID-19 –
SARS-CoV-2 virus – 4 September 2020/Pewawancara Vismita Gupta-Smith.
[Video]. Diperoleh dari https://www.youtube.com/watch?v=Rg6Tf5ZN5rQ
Mappiare, A. (1982). Psikologi remaja . Surabaya: Usaha Nasional