Anda di halaman 1dari 5

Nama : Zhul Hilman Al Mubarok (X.

6)

Tema Essay : Tetap Semangat Belajar di Masa Covid-19

PENDAHULUAN

Sistem pembelajaran dalam jaringan (daring) di Indonesia, selama masa


pandemi covid-19, terlihat kaku dan gagap. Fasilitas siswa tidak lengkap.
Keadaan ekonomi tidak mencukupi. Sistem pembelajaran pun tidak menjamin
adanya pertukaran pengetahuan sesuai disiplin ilmu. Banyak ketimpangan terlihat
begitu jelas antara siswa dan sekolah. Berbagai pihak pun memvonis sistem
pembelajaran jarak jauh ini tidak efektif. Persoalan utama PJJ masa pandemi ialah
protokol kesehatan dan kompleksitasnya yang berdampak langsung ke
masyarakat. Hampir seluruh sistem birokrasi mendadak berubah dan saling
berbenturan, begitu pula birokrasi pendidikan. Kita sedang menghadapi situasi
yang kompleks sekaligus tantangan baru dalam pendidikan kita.

Pembelajaran dapat dibilang efektif apabila kegiatan belajar-mengajar


dapat mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas proses PJJ masa pandemi harus
dijamin oleh fasilitas yang cukup dan sistem yang teratur. Bila fasilitas
(perangkat, jaringan, pulsa) dan sistem pembelajaran tidak terpenuhi maka
pembelajaran itu cacat. Karena menurut Dong (dalam Kamarga, 2002) menyebut
PJJ atau E-Learning merupakan kegiatan belajar asynchronous yang difasilitasi
oleh teknologi informasi seperti perangkat komputer. Pembelajaran daring juga
tidak melulu berbasis teks. Pengajar tidak dengan seenaknya memberikan siswa
teks modul yang terkesan membosankan dan melelahkan. Kreativitas tidak dapat
sepenuhnya diserahkan siswa, mengingat aksesibilitas yang sulit. Guru dituntut
untuk kreatif dan sekolah wajib menyediakan sistem yang baku untuk menjamin
proses memanusiakan manusia via daring itu.

PJJ memang memberi peluang kepada siswa untuk melakukan eklplorasi


pengetahuan secara luas dan tak terbatas. Namun bila PJJ dilakukan secara
mendadak dan tidak diimbangi dengan sistem pendukung, maka proses
pembelajaran tidak efektif. Pencapaian pembelajaran akan sulit diukur. Sekolah
diberi tanggung jawab lebih untuk menjalankan fungsinya sebagai wadah
penjamin masa depan bangsa. Tulisan ini hendak memberi motivasi dan
menawarkan solusi pembelajaran yang efektif selama masa pandemi.
Sederhannya, solusi ini menawarkan sebuah sistem baku koordinasi sekolah
terhadap siswa. Tawaran ini memang bukan solusi brilian. Namun kenyataannya,
penghambat proses pembelajaran yang efektif selama masa pandemi ialah sistem
yang tidak komprehensif yang memicu ketidakdisiplinan. Oleh karena itu, saya
menawarkan sebuah panduan pembelajran daring yang efektif selama masa
pandemi.

PEMBAHASAN

Poin yang pertama, meskipun pelajar SMA atau yang sederajat sering
dianggap apatis, mereka bisa mendapatkan banyak pengalaman tentang dihargai
dan menghargai terutama di masa pandemi COVID-19. Pada era pandemi ini,
saya termasuk bagian dari 60 juta pelajar di Indonesia yang sedang mengikuti
kegiatan belajar mengajar yang disebut dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Ini
menjadi pengalaman yang baru dalam sejarah karena sebelumnya belum pernah
dilakukan menyeluruh di Indonesia. Di sekolah saya sendiri, kami menggunakan
kecanggihan aplikasi Zoom dan Google Meet di mana setiap hari kami mengikuti
pembelajaran lewat layar telepon seluler atau laptop dari pukul 07.00 sampai
pukul 15.00 WIB. Ada peraturan penting untuk selalu membuka kamera yang
bertujuan sebagai penghargaan terhadap orang yang berbicara. Namun,
kebanyakan dari kami hanya memperlihatkan bagian dahi. Tidak jarang kami juga
mengeluhkan soal pandemi ini seakan guru-guru yang mengajar tidak ada dalam
masa pandemi juga. Rasa menghargai orang lain terasa sangat hilang dalam
pandemi ini.

Poin kedua, sebagai pelajar SMA atau yang sederajat, banyak hal yang
akan dipelajari di sekolah. Sejak menempuh pendidikan dasar, menengah pertama,
dan menengah atas maupun menengah kejuruan, pelajar diperlengkapi dengan
ilmu yang dibutuhkan untuk masa mendatang. Apalagi, pelajar bisa memilih
pelajaran yang sesuai dengan minat seperti jurusan MIPA, IPS, dan Bahasa di
SMA ataupun jenis keahlian tertentu di SMK. Ketika pelajar memanfaatkan
kesempatan bersekolah dengan baik dan rajin, bayangkan kerja sama yang akan
terbentuk ketika para pelajar dari berbagai latar belakang pendidikan ini bersinergi
untuk menciptakan sesuatu di masa depan. Oleh karena itu, sangat baik apabila
belajar dilakukan dengan serius. Segala materi pembelajaran yang telah
didapatkan mempersiapkan pelajar untuk mewujudkan kesejahteraan di bidangnya
masing-masing. Di era pandemi ini, ilmu yang dimiliki pelajar bisa menjadi salah
satu dasar untuk mendukung poin ketiga yang akan saya paparkan berikutnya.

Yang ketiga, pelajar SMA atau yang sederajat pada generasi saat ini selalu
identik dengan teknologi. Menurut penelitian Bencsik, Csikos, dan Juhaz (2016),
pelajar usia SMA atau yang sederajat adalah bagian dari Generasi Z (orang yang
lahir di rentang tahun 1995 — 2010). Generasi Z mampu mengaplikasikan semua
kegiatan dalam satu waktu (multitasking) seperti: menjalankan sosial media
menggunakan ponsel, browsing di internet, dan mendengarkan musik
menggunakan headset . Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan
dunia maya. Sejak kecil generasi ini sudah mengenal teknologi dan akrab dengan
gadget canggih yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian. Di
masa modern ini, cara terbaik untuk mendapatkan dan menyebarkan informasi
adalah dengan memanfaatkan teknologi . Dengan banyaknya informasi yang bisa
didapatkan, pelajar bisa mendapatkan pengetahuan umum dari dalam maupun luar
negeri sebagai salah satu bekal kehidupan. Selain itu, pelajar juga bisa menjadi
penyebar informasi lewat sosial media seperti Instagram, Twitter, TikTok, atau
YouTube yang semakin marak digunakan generasi Z. Ilmu yang telah dipelajari di
sekolah maupun dari sumber lainnya di internet dapat dibagikan dengan teknologi
sosial media.

Keempat dan terakhir, berkaitan dengan poin pertama soal belajar


menghargai, pelajar SMA atau yang sederajat bisa menjadi orang yang tepat untuk
menunjukkan kasih. Yang pertama adalah kasih kepada sesama pelajar lainnya.
Menurut Garrison (1940), salah satu jenis kebutuhan khas remaja adalah
kebutuhan untuk diikutsertakan dan diterima oleh kelompoknya , Remaja juga
punya sifat memberontak jika diperintah oleh otoritas yang lebih tinggi.
Berdasarkan hal ini, remaja akan lebih merasa disayangi ketika diberikan
perhatian oleh orang-orang yang usianya dekat dengannya karena punya
kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompoknya (dikutip Mappiare, 1982).
Contoh hal sederhana yang bisa dilakukan adalah menghubungi teman untuk
menanyakan kabar, memberikan kiriman makanan atau keranjang buah untuk
teman yang ulang tahun ataupun sakit, dan berusaha untuk menghibur ketika ada
teman yang merasa kesepian. Hal-hal ini terlihat kecil namun saya merasakan
sendiri dampak baiknya ketika diperlakukan dan berlaku seperti ini. Yang kedua,
pandemi ini tidak boleh menghentikan aksi sosial untuk mengasihi sesama seperti
melalui penggalangan dana, pemberian bantuan masker dan APD (alat pelindung
diri) ke puskesmas serta rumah sakit yang membutuhkan, kunjungan virtual ke
panti asuhan, dan lain sebagainya. Dampaknya mungkin tidak langsung terjadi
secara global, tetapi pastinya ada dampak positif yang bisa terwujud untuk
mendukung kesejahteraan terutama di era pandemi yang sulit ini.

KESIMPULAN

Pelajar SMA atau yang sederajat memang masih sangat muda. Meskipun
hanya sedikit yang bisa dilakukan pelajar dan mungkin tidak terlalu memberi
dampak untuk masyarakat global, empat poin di atas merupakan hal minimal yang
jika dilakukan secara maksimal bisa berdampak maksimal pula dalam
mewujudkan kesejahteraan, tidak hanya di era pandemi COVID-19 tetapi juga di
masa mendatang. Kedepannya, perubahan lainnya juga pasti akan terjadi dan tidak
bisa kita hindari. Perubahan memang bisa merusak tatanan kesejahteraan karena
ketidaksiapan. Oleh karena itu, sebagai “raksasa kecil” yang menjadi penerus
bangsa, mental dan pola pikir kita harus kita ubah dengan tujuan bersiap untuk
menghadapi rintangan apapun yang ada di depan. Kondisi sejahtera tidak akan
terjadi secara mudah dan instan. Kondisi sejahtera juga membutuhkan sinergi
banyak pihak. Saya dan kamu, pelajar SMA atau yang sederajat mungkin masih
muda, tetapi jika kita melakukan apa yang bisa kita lakukan, mau bertahan untuk
tetap kuat, dan mampu saling menguatkan sekalipun ada perubahan drastis di
masa depan, kita akan bersama-sama saling menyejahterakan umat manusia di era
pandemi COVID-19 maupun di “badai” yang datang berikutnya.
DAFTAR PUSAKA
Bencsik, A., Csikos, G., & Juhaz, T. (2016). Y and z generations at workplaces.
Journal of Competitiveness , 8 (3), 90–106.
Diananda, A. (2019). Psikologi remaja dan permasalahannya. ISTIGHNA: Jurnal
Pendidikan dan Pemikiran Islam , 1 (1), 126.
End Coronavirus. (n.d.). Countries beating covid-19. Diperoleh dari
https://www.endcoronavirus.org/countries
Kerkhove, M.V. (2020, September 4). WHO’s Science in 5 on COVID-19 –
SARS-CoV-2 virus – 4 September 2020/Pewawancara Vismita Gupta-Smith.
[Video]. Diperoleh dari https://www.youtube.com/watch?v=Rg6Tf5ZN5rQ
Mappiare, A. (1982). Psikologi remaja . Surabaya: Usaha Nasional

Anda mungkin juga menyukai