Anda di halaman 1dari 19

FKIP Unisma selenggarakan Seminar

Nasional Pendidikan “Mendidik Siswa


Generasi Z”
Jumat, 02 Februari 2018 - 14:29 WIB
Diposting oleh: ppg.fkip.unisma.ac.id - Kategori: Kemahasiswaan
FKIP Unisma selenggarakan Seminar Nasional Pendidikan “Mendidik Siswa Generasi Z”
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang
menyelenggarakan Seminar Nasional Pendidikan dengan tema Mendidik Siswa Generasi Z, Rabu (5/4/2017).

Dekan FKIP Unisma Bapak Dr. Hasan Busri, M.Pd. dalam sambutannya menjelaskan Generasi Z yang
merupaka generasi yang lahir pada periode 1995 sampai 2010. Pada generasi ini muncul teknologi informasi
yang sangat masif, interaktif manusia bermetamorfosis menjadi media sosial yang sifatnya online.

“Ilmu pengetahuan bukan lagi milik otoritas perorangan, dengan sangat mudah ilmu pengetahuan didapat.
Bahkan materi yang akan disampaikan di ruang-ruang kelas sudah dengan mudahnya didapat di internet,”
paparnya.

Sedangkan Dr. H. Nur Fajar Arief, M.Pd. selaku narasumber memaparkan banyak hal bagaimana mendidik
generasi Z dalam perspektif Kurikulum 2013. Menurut Arief, seorang guru harus memenuhi 4 kompetensi
utama seorang guru guna melaksanakan standar nasional pendidikan.

Menurut Arief, dalam pembelajaran generasi Z perlu peningkatan pembelajaran yang menekankan life style,
kritis, dan kreatif. Oleh karenanya diperlukan pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan pembelajaran yang
memudahkan untuk memahami isi pembelajaran.

“Misalnya dalam pembelajaran membaca teks diperlukan teknik pembelajaran jigsaw untuk mengaktifkan
siswa, tetapi untuk memahami bagaimana cara menemukan ide pokok diperlukan teknik SQ3R. Penggabungan
inilah yang diperlukan dalam model pembelajaran saat ini,” tambahnya.

Sementara itu narasumber kedua Prof. Dr. Gunadi Harry Sulistyo, M.A. lebih banyak membicarakan tentang
implementasi pembelajaran pada generasi Z.

Menurutnya memahami karakteristik siswa generasi Z itu penting.  Sehingga dalam membawa pemahaman akan
peserta didik Gen Z ini dapat mengambil teknik pembelajaran yang sesuai.

Ide yang disampaikan oleh Gunadi adalah SALTAS yang berarti Students active learning under teachers active
scaffolding. Dalam saltas ini ada Problem based learning, project based learning, experiential learning, inquiry
based learning, task based learning, theme based learning, cooperative learning, dan paikem gembrot
(pembelajaran aktif inovatif kreatif menyenangkan gembira berbobot).

Gunadi juga menegaskan perlunya memadukan pembelajaran berbasis teknologi, misalnya dengan Flipped
classroom model, edmodo, dan sebagainya.(*)

Ciri Pembelajaran abad 21 adalah ......karena model ini menekankan pada 4 hal yaitu 4C. model ini
membiasakan anak untuk menghasilkan ide creatif. Pada pembelajaran pjbl siswlah yang merancang
ide, mengumpulkan informasi, menganalisis, hingga menguji kelayakan suatu proyek. Generasi
sekarang ini yakni generasi z memiliki dunia yang berbeda, genrasi ini tumbuh dalam IT pasti senang
di ajak berkreasi dan kreatif

Sekolah Bagi Generasi Z


 Share Post
 

 Share on Facebook
 

 Share on Twitter
 


 


 


ACARA International Recruitment Forum 2017 yang digelar Swiss Education Forum di
Mountreux Maret 2017, memberikan gambaran menarik tentang generasi Z. Generasi Z
adalah generasi yang lahir dalam rentang waktu antara tahun 1995 - 2010, generasi yang
pemikirannya sangat dipengaruhi informasi dan media sosial, generasi ini sering disebut
sebagai digital native. Mereka sangat nyaman bekerja dalam dunia global.

Menurut ahli perilaku konsumen Alexandra Broennimann, generasi Z memiliki kemampuan


konsentrasi dalam keterlibatan secara pasif 8 - 12 menit. Untuk membaca buku terasa berat
karena generasi ini mulai tidak suka membaca, mereka lebih suka membaca dengan
perangkat lunak dan menonton video. Generasi Z akan sangat produktif jika tetap terhubung
dengan internet dan media sosial. Sebagai digital native, teknologi informasi telah menjadi
‘bahasa ibu’bagi generasi ini. Bahkan pada tahap tertentu generasi ini bisa menjadi sangat
akut ketergantung pada teknologi.

Swiss sudah sangat sadar untuk menghadapi generasi Z, juga beberapa negara maju lain.
Maka langkah strategis bagi dunia pendidikan dan industri dipersiapkan. Karena diperkirakan
pada tahun 2019 generasi Z akan mengisi lebih dari 20% dunia kerja. Lalu bagaimana dengan
lembaga pendidikan kita? Sudahkah menyiapkan segala perangkatnya di sekolah untuk
mendidik generasi Z ini?

Sekolah
Lembaga pendidikan atau sekolah saat ini sedang dipenuhi generasi Z, kesadaran pengelola
sekolah (kepala sekolah, guru dan karyawan) untuk menghadapi generasi Z menjadi sangat
penting. Karena sekolah merupakan salah satu institusi yang dipercaya untuk menyiapkan
generasi dimasa yang akan datang. Jika sekolah tetap menerapkan model pembelajaran persis
10 tahun lalu dengan tidak memperhatikan perkembangan zaman, bisa diyakini generasi Z ini
tidak akan terdidik dengan baik. Lalu apa yang harus dilakukan oleh lembaga pendidikan
dalam mendidik generasi Z.

Pertama memanfaatkan teknologi informasi. Salah satu karakteristik Generasi Z akan


produktif jika tetap terhubung internet dan media sosial. Karenanya sekolah harus
memanfaatkan teknologi ini sebagai media pembelajaran agar peserta didik tetap produktif.
Model ujian berbasis komputer adalah salah satu contoh memanfaatkan teknologi agar siswa
tetap produktif. Model pembelajaran e-learning harus dikembangkan sekolah. Dengan e-
learning peserta didik diberi tugas melalui jaringan internet untuk mengakses pembelajaran
dimanapun mereka berada, ditentukan waktu mengaksesnya. Biarkan mereka mengeksplorasi
tugas itu melalui dunia digital. Saya membayangkan jika sudah banyak guru menerapkan e-
learning maka akan banyak peserta didik di cafe, mall, tempat nongkrong yang ada wifinya ,
di rumah atau dimanapun meraka akan mengakses tugas dari gurunya dan bereksplorasi
melalui dunia digital.

Kedua metode pembelajaran. Generasi Z adalah generasi yang nyaman bekerja dalam dunia
global. Dalam alam pikiran mereka sudah banyak informasi yang mereka dapatkan. Dalam
otaknya terlalu banyak variable - variable yang harus mereka hubungkan. Tugas sekolah
adalah memberikan mereka bekal untuk menghubungkan antarvariable tersebut bahkan
memfilter variable - variable yang tidak bermanfaat bagi kehidupannya. Metode
pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai objek sudah tidak mampu lagi untuk
mendidik generasi Z.

Guru harus mempunyai kemampuan untuk mengembangkan model pembelajaran Higher


Order Thingking Skill (HOTS) yang dalam Bahasa Indonesia dikenal sebagai kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Dimana siswa diajarkan untuk berpikir kritis, logis, reflektif,
metakognitif, berpikir kreatif dan diberi soal yang memberikan peluang peserta didik untuk
menghubungkan berbagai variable yang ada didalam soal dan menganalisa solusinya. Model
pembelajaran Lower Order Thingking Skill (LOTS) yang mengandalkan hafalan atau soal
yang langsung menerapkan rumus tanpa perlu berpikir lebih lanjut harus mulai dikurangi di
sekolah.

Kesiapan Guru

Mendidik genarasi Z dibutuhkan kesiapan guru, maka kemampuan guru harus


bertransformasi menjadi generasi Z. Guru harus menguasai teknologi informasi, guru harus
meningkatkan kemampuannya dalam mendidik menggunakan model HOTS. Jika tidak maka
sekolah-sekolah kita akan gagal dalam mendidik anak - anak generasi Z

UNTUTAN kehidupan masyarakat terus meningkat seiring dengan berkembangnya zaman dan


teknologi. Pada abad 21 ini teknologi benar-benar bekembang dengan baik.
Pada kenyataannya teknologi memang sangat membantu kehidupan masyarakat sehari-hari.
Bila dimanfaatkan dengan baik memang akan sangat bermanfaat, namun apabila tidak
digunakan dengan bijaksana akan menjadi boomerang bagi diri sendiri.

Sesuai dengan tuntutan pada abad 21, yaitu kemampuan multi tasking, online sosial networking
and info searching, multimedia learning, dan creative expression, maka generasi
zaman now atau yang lebih dikenal dengan generasi milenial dan Generasi Z harus bisa
memenuhi tuntutan tersebut dengan baik.

Berdasarkan rata-rata usianya, siswa SD, SMP, dan SMA sekarang termasuk ke dalam generasi
Z, yaitu generasi yang lahir sekitar tahun 1995 sampai 2010.

Sejauh ini generasi Z bisa dibilang generasi yang paling cepat mengikuti perkembangan abad
21. Generasi Z sendiri memang sudah dikenal sebagai generasi yang multi tasking, karena bisa
melakukan banyak kegiatan dalam satu hari, seperti belajar sambil bekerja, bahkan hang out
dalam satu hari yang sama.

Dalam kehidupan sosialnya gaya interaksi generasi Z lebih luas dan global. Generasi Z juga
lebih kreatif dalam menciptakan suatu hal baru yang belum pernah ada sebelumnya dan sangat
menarik, serta generasi Z dinilai lebih berani dan kritis dalam berpendapat.

Namun dibalik semua sisi positifnya, terdapat sisi negatif dari generasi Z. Karena terbiasa
dengan hal-hal yang instan, generasi Z menjadi cenderung tidak berpikir panjang dalam
mengambil suatu tindakan dan pendiriannya yang mudah goyah.

Gaya kehidupan sosial yang berubah juga membuat generasi Z dinilai kurang dalam sopan
santun. Mungkin karena terpengaruh oleh informasi dan pengetahuan yang didapatkan dalam
banyak tempat dan kurangnya kemampuan untuk menyaring informasi yang berguna.

Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi para guru dalam mendidik siswa di abad 21.
Karena secara tidak langsung ada keterkaitan antara kids zaman now (generasi Z) dengan
teknologi.

Berbeda dengan siswa zaman dulu yang karakternya terbentuk hanya karena dirinya sendiri dan
pengaruh lingkungan serta keluarga. Siswa zaman sekarang dalam pembentukan karakternya
turut terpengaruh oleh teknologi dan internet.

Semakin berat tantangannya bagi pendidik, karena kenakalan remaja yang terjadi bukan
semata-mata hanya pengaruh lingkungan, namun juga karena pengaruh teknologi dan internet
yang sulit dikendalikan.

Akhir-akhir ini sering kali terdengar banyak masyarakat yang mengkritik guru maupun sekolah
yang dinilai tidak mampu mendidik siswa, tidak mampu memanfaatkan segala fasilitas yang
tersedia, dan masih banyak lagi pendapat yang menyudutkan guru.

Kenakalan remaja yang semakin marak membuat guru dianggap gagal. Terjadinya kegagalan
dalam sistem pendidikan juga sering dikaitkan dengan kegagalan guru dalam mendidik
siswanya.

Mindset ini harus dirubah. Karena pihak yang ikut bertanggungjawab dalam mendidik siswa
bukan hanya guru dan sekolah. Orang tua, keluarga, dan masyarakat juga harus bekerja sama
dalam mengawasi dan membina perilaku siswa.
Menurut (Mohamad Surya, 2003 : 2008) dan (Edi Hendri, 2010 : 3), guru profesional adalah guru
yang memiliki keahlian, tanggungjawab, dan rasa kesejawatan yang didukung oleh etika profesi
yang kuat. Untuk itu, harus memiliki kualifikasi kompetensi yang memadai, kompetensi
intelektual, sosial, spiritual, pribadi dan moral.

Guru dituntut untuk mampu mengembangkan pendekatan dan strategi pembelajaran yang
sesuai dengan perkembangan zaman pada abad 21. Guru dan buku bukan lagi menjadi satu-
satunya sumber belajar, karena dalam buku digital dan internet terdapat banyak sekali
pengetahuan yang mudah didapatkan.

Oleh karena itu sebagai fasilitator, guru profesional harus mendapatkan pemerataan
pengetahuan mengenai pemanfaatan teknologi yang ada sekarang. Karena beda keadaannya
antara guru di sekolah yang berada di perkotaan dengan di pedesaan.

Sehingga guru profesional bisa menepis isu yang mengatakan bahwa perlahan profesi guru
akan tergantikan oleh teknologi, yang dalam kenyataannya memang kian hari isu tersebut bukan
hanya khayalan.

Guru professional harus melek teknologi, cerdas dan kreatif dalam pemanfaatan teknologi.
Dapat mengarahkan siswa yang tak bisa dipisahkan dari teknologi agar bisa menggunakan
kemajuan teknologi tersebut dengan bijak sebagai penunjang dalam pembelajaran.

Guru harus fleksibel mengikuti perkembangan zaman dan karakter siswa yang semakin
bermacam-macam seiring berkembangnya zaman. Bukan hanya bisanya membatasi dan
melarang penggunaan internet pada siswa.

Oleh karena itu sudah sepantasnya guru menyadari untuk segera move on dari guru yang
mengajar dengan cara yang old menjadi guru zaman now yang fleksibel dan profesional.(*)

Penulis:
Liani Nurfadillah
Mahasiswi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten

aat ini, perkembangan ilmu pengetahuan sangat dalam segala bidang melaju dengan cepat,
seakan tidak ada batasan dalam ruang dan waktu. Hal tersebut dapat dilihat dalam ruang
lingkup informasi dan komunikasi yang pada hari ini dapat di jangkau oleh siapa saja dan
dimana saja mereka berada termasuk guru di dalamnya. Salah satu ciri-ciri bagi seorang guru
abad 21 saat ini adalah menggunakan teknologi terkini. Seorang guru pada era masa kini
harus mampu mengkolaborasi bahan pembelajaran dari berbagai sumber dan mengemasnya
dalam teknologi informasi dengan harapan tercapainya pemahaman peserta didik yang
menerima dan mengaplikasikan ilmu pengetahuannya ke dalam kehidupan sehari-hari.

Generasi Z (1995-2010) disebut juga iGeneration, generasi net atau generasi internet. Mereka
memiliki kesamaan dengan generasi Y, tapi mereka mampu mengaplikasikan semua kegiatan
dalam satu waktu seperti nge-tweet menggunakan ponsel, browsing dengan PC, dan
mendengarkan musik menggunakanheadset. Apapun yang dilakukan  kebanyakan
berhubungan dengan dunia maya.

Sejak kecil mereka sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang secara
tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian mereka. Generasi Z ditandai dengan ciri-
ciri sebagai berikut:
1. Merupakan generasi digital yang mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai
aplikasi komputer. Informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan pendidikan maupun pribadi
akan mereka akses dengan cepat dan mudah.
2. Sangat suka dan sering berkomunikasi dengan semua kalangan khususnya lewat jejaring
sosial seperti facebook, twitter atau SMS. Melalui media ini mereka jadi lebih bebas
berekspresi  dengan apa yang dirasa dan difikir secara spontan.
3. Cenderung toleran dengan perbedaan kultur dan sangat peduli dengan lingkungan.
4. Terbiasa dengan berbagai aktivitas dalam satu waktu yang bersamaan. Misalnya membaca,
berbicara, menonton, dan mendengarkan musik secara bersamaan. Hal ini karena mereka
menginginkan segala sesuatu serba cepat, tidak bertele-tele dan berbelit-belit.
5. Cenderung kurang dalam berkomunikasi secara verbal, cenderung egosentris dan
individualis, cenderung ingin serba instan, tidak sabar, dan tidak menghargai proses.

Kompetensi Guru Abad 21 Sebagai Tuntutan


Generasi Z
 Pengetahuan Umum
Tantangan Guru
Abad ke-21 adalah abad yang sangat berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Perkembangan ilmu
pengetahuan yang luar biasa disegala bidang.pada abad ini, terutama bidang Information and
Communication Technology (ICT) yang serba canggih (sophisticated) membuat dunia ini semakin sempit,
karena kecanggihan teknologi ICT ini beragam informasi dari berbagai sudut dunia mampu diakses dengan
instant dan cepat oleh siapapun dan dari manapun, komunikasi antar personal dapat dilakukan dengan
mudah, murah kapan saja dan di mana saja.
Perubahan-perubahan tersebut semakin terasa, termasuk didalamnya pada dunia pendidikan. Guru saat ini
menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dari era sebelumnya. Guru menghadapi klien yang jauh lebih
beragam, materi pelajaran yang lebih kompleks dan sulit, standard proses pembelajaran dan juga tuntutan
capaian kemampuan berfikir siswa yang lebih tinggi, untuk itu dibutuhkan guru yang mampu bersaing
bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas dan kecerdasan bertindak (hard skills- soft skills).
Menurut Susanto (2010), terdapat 7 tantangan guru di abad 21, yaitu :
1. Teaching in multicultural society, mengajar di masyarakat yang memiliki beragam budaya dengan
kompetensi multi bahasa.
2. Teaching for the construction of meaning, mengajar untuk mengkonstruksi makna (konsep).
3.  Teaching for active learning, mengajar untuk pembelajaran aktif.
4. Teaching and technology, mengajar dan teknologi.
5. Teaching with new view about abilities, mengajar dengan pandangan baru mengenai kemampuan.
6. Teaching and choice, mengajar dan pilihan.
7. Teaching and accountability, mengajar dan akuntabilitas.
Untuk memecahkan masalah tersebut di atas, guru dituntut mampu untuk membaca setiap tantangan yang
ada pada masa kini. guru harus mampu untuk mencari sendiri pemecahan masalah yang timbul dari
dampak kemajuan zaman karena tidak semua kemajuan zaman berdampak baik, dampak negatif juga harus
diperhitungkan.

Kompetensi Guru
Guru yang mampu menghadapi tantangan tersebut adalah guru yang profesional yang memiliki kualifikasi
akademik dan memiliki kompetensi-kompetensi antara lain kompetensi profesional, kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial yang kualifaid.
a. Kompetensi profesional
Kompetensi profesioanal sekurang-kurangnya meliputi :
1. Menguasai subtansi bidang studi dan metodologi keilmuannya
2. Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi
3. Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran
4. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi
5. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas
b. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik sekurang-kurangnya meliputi:
1. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, kultural, emosional, dan intelektual
2. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks
kebhinekaan budaya
3. Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik
4. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
5. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaranYang mendidik
6. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran
7. Merancang pembelajaran yang mendidik
8. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik
9. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran
c. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya meliputi:
1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan
masyarakat
3. Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian, dan bertutur bahasa yang baik
4. Mengevaluasi kinerja sendiri
5. Mengembangkan diri secara berkelanjutan
d. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial sekurang-kurangnya meliputi:
1. Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat
2. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat
3. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal, regional, nasional dan global
4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi dan mengembangkan
diri
5. Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian dan bertutur bahasa yang baik
Orientasi Guru Abad 21
Tuntutan dunia internasional terhadap tugas guru memasuki abad ke-21 tidaklah ringan. Guru diharapkan
mampu dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang bertumpu dan melaksanakan empat pilar
belajar yang dianjurkan oleh Komisi Internasional UNESCO untuk Pendidikan, hal ini didasari bahwa
Pendidikan merupakan komunikasi terorganisasi dan berkelanjutan yang dirancang untuk menumbuhkan
kegiatan belajar pada diri peserta didik (education as organized and sustained communication designed to
bring about Learning). UNESCO merekomendasikan empat pilar dalam bidang pendidikan, yaitu:
a. Learning to know (belajar untuk mengetahui)
Learning to know, yaitu proses belajar untuk mengetahui, memahami, dan menghayati cara-cara
pemerolehan pengetahuan dan pendidikan yang memberikan kepada peserta didik bekal-bekal ilmu
pengetahuan. Proses pembelajaran ini memungkinkan peserta didik mampu mengetahui, memahami, dan
menerapkan, serta mencari informasi dan/atau menemukan ilmu pengetahuan.
b. Learning to do (belajar melakukan atau mengerjakan)
Learning to do, yaitu proses belajar melakukan atau mengerjakan sesuatu. Belajar berbuat dan melakukan
(Learning by doing) sesuatu secara aktif ini bermakna pendidikan seharusnya memberikan bekal-bekal
kemampuan atau keterampilan. Peserta didik dalam proses pembelajarannya mampu menggunakan
berbagai konsep, prinsip, atau hukum untuk memecahkan masalah yang konkrit.
c. Learning to live together (belajar untuk hidup bersama)
Learning to live together, yaitu pendidikan seharusnya memberikan bekal kemampuan untuk dapat hidup
bersama dalam masyarakat yang majemuk sehingga tercipta kedamaian hidup dan sikap toleransi antar
sesama manusia.
d. Learning to be (belajar untuk menjadi/mengembangkan diri sendiri).
Learning to be, yaitu pendidikan seharusnya memberikan bekal kemampuan untuk mengembangkan diri.
Proses belajar memungkinkan terciptanya peserta didik yang mandiri, memiliki rasa percaya diri, mampu
mengenal dirinya, pemahaman diri, aktualisasi diri atau pengarahan diri, memiliki kemampuan emosional
dan intelektual yang konsisten, serta mencapai tingkatan kepribadian yang mantap dan mandiri

Kidz Zaman Now atau Generasi Milenial

Milenial tidak lepas dari istilah yang dihubungkan dengan perubahan generasi yang terjadi
pada manusia. Generasi milenial merupakan istilah lain yang biasa digunakan untuk
menyebut generasi Y. Generasi milenial ini lahir saat arus informasi dan kemajuan teknologi
yang demikian pesat. Mereka lahir dan dibesarkan di era digital, maka wajar generasi ini
biasa disebut, NetGeneration atau generasi internet.

Adapula yang menyebutnya generasi gadjet (Wahana, 2015: hlm 15), maksdunya adalah


generasi yang kesehariannya tidak lepas dari penggunaan gadjet yang terkoneksi internet
dalam berinteraksi sosial di dunia maya. Sejak kecil, mereka sudah mengenal atau
diperkenalkan oleh orangtuanya dengan berbagai gadjet yang canggih. Tidak sedikitpun
mereka kesulitan dalam menggunakannya dalam aktifitas sehari-hari.

Menurut Sulaiman dan Al-Muscati (2017: hlm 121), menyatakan bawah Generasi adalah
kelompok yang terdiri dari individu yang memiliki kesamaan dalam rentang usia, dan
mengalami peristiwa sejarah penting dalam suatu periode waktu yang sama. Rentang generasi
yang dipelajari mulai dari, (1) Generasi Baby Boomer, lahir 1946-1964; (2) Generasi X, lahir
1965-1980; (3) Generasi Y, lahir 1981-1994; (4) Generasi Z, lahir 1995-2010; dan (5)
Generasi Alpha, lahir 2011-2025.

Dalam berinteraksi, kids zaman now atau generasi milenial sangat dekat dengan teknologi
internet yang dapat memudahkan penggunanya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapinya. Generasi milenial tidak lagi menunggu intruksi atau arahan untuk mencari
sesuatu, tetapi mereka sudah mampu mencari informasi yang mereka butuhkan dari alat yang
ada di gemgamannya. Mereka tidak perlu disuapi berbagai teori, karena mereka sudah pandai
mencari, membaca, dan punya wawasan yang luas. Generasi milenial memiliki beberapa
karakteristik, yaitu:

Pertama, fasih terknologi yaitu generasi digital yang mahir dalam menggunakan teknologi
informasi dan mereka dapat mengakses berbagai informasi yang mereka butuhkan secara
mudah dan cepat. Kedua,ber-sosial yaitu generasi ini sangat intens berkomunikasi dan
berinteraksi dengan semua kalangan melalui layanan media sosial. Selain berkomunikasi,
mereka juga dapat mengekspresikan apa yang dirasakan dan dipikirkannya secara spontan. 
Ketiga, multitasking yaitu mereka dapat melakukan berbagai aktifitas keseharian dalam
waktu yang bersamaan, seperti membaca, berbicara, menonton, mendengarkan musik atau
sambil mengerjakan sesuatu. 
Dan keempat, toleransi yaitu sikap peduli terhadap lingkungan sekitar dan toleran atas
perbedaan.

Kemajuan teknologi yang dialami oleh generasi milenial ini, tentu berdampak positif pada
semua aspek kehidupannya, tak terkecuali dunia pendidikan. Karena pendidikan merupakan
proses dimana seseorang mencari dan memperoleh pengetahuan baru untuk kepentingan
kehidupannya di masa yang akan datang.

Dunia pendidikan sangat diuntungkan dengan adanya kemajuan teknologi ini, dimana
seseorang dapat dengan mudah dan cepat memperoleh informasi yang mereka butuhkan.
Mereka cukup menggerakkan jarinya untuk menggeser pada layar gadjet-nya berselancara di
dunia maya. Informasi yang terdapat dalam media internet sangat luas, melebihi informasi
yang terdapat pada buku. Karena buku sangat terbatas dengan jumlah halaman dalam
menyajikan informasi yang butuhkan. Bahkan dalam salah satu jurnal penelitian, telah terjadi
peralihan literasi peserta didik dari perpustakaan fisik ke perpustakaan online.

Sekurangnya terdapat empat kompenen yang harus diperhatikan dalam keberhasilan


pencapaian pendidikan, yaitu kurikulum, guru, peserta didik, dan media pembelajaran.
Namun dari ke-empat komponen tersebut, guru merupakan komponen utama keberhasilan
tercapainya pendidikan. Dengan kurikulum, guru tahu tujuan yang hendak dicapai. Dengan
adanya peserta didik, guru harus tahu cara mengembangkan potensi yang dimiliki peserta
didik. Dan dengan media, guru harus mampu meningkatkan pemahaman peserta didik belajar
sesuatu. Maka dari itu, guru harus meningkatkan kapasitas dirinya untuk menyesuaikan
dengan karakteristik peserta didik yang terlahir di generasi milenial atau lebih populer dengan
istilah kids zaman now. Hal ini sejalan dengan sabda nabi Muhammad Saw, “didiklah
anakmu sesuai dengan zamannya”. Maksudnya, guru harus tahu cara mendidik peserta didik
yang sesuai dengan zamannya.

Menjadi guru yang menghadapi generasi pintar yang difasilitasi dengan kemajuan teknologi
bukan berarti hal yang mudah. Tidak dipungkiri, semua teknologi yang mereka dapatkan
tersebut juga dapat berdampak buruk. Kemudahan mengakses informasi secara leluasa dapat
juga membuka perluang terhadap hal-hal yang tidak baik.

Namun, bukan berarti kita sebagai guru menjauhkan peserta didik dari kemudahan teknologi.
Karena teknologi itu jugalah yang membuat peserta didik berada pada generasi yang tidak
tertinggal. Lantas peran kita sebagai seorang guru harus mendidik mereka untuk
memanfaatkan berbagai kemudahan teknologi dengan cara yang benar. Dan menjadikan hal
tersebut sebagai bekal untuk menghadapi tantangan mereka di abad ke-21.

Keterampilan Abad-21

Kehidupan abad-21 menuntut sejumlah keterampilan yang harus dimiliki oleh semua warga
negara. Oleh karena itu di sini diperlukan keterlibatan semua pihak terutama pihak sekolah
dalam menyiapkan peserta didik agar memiliki sejumlah keterampilan yang diperlukan dalam
kehidupan di abad-21 ini. Menurut Bunyamin Maftuh, menyatakan bahwa untuk bisa
berperan secara bermakna pada era globalisasi di abad ke-21 ini maka setiap warga negara
dituntut untuk memiliki kemampuan yang berbeda dengan tuntutan kemampuan dasawarsa
yang lalu (Maftuh, 2014 : 4).

Hal ini menuntut peran guru untuk sungguh-sungguh mengembangkan keterampilan yang ada
pada peserta didik dalam pembelajaran di sekolah. Guru menyiapkan segala perangkat seperti
kurikulum, Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP), dan model atau metode yang
diintergrasikan dengan pembelajaran abad 21. Dengan mengembangkan keterampilan abad
ke-21 di sekolah pada peserta didik diharapkan setiap individu memilki keterampilan untuk
hidup di abad 21 dengan berbagai peluang dan tantangan yang akan di hadapi di era
kemajuan teknologi dan informasi.

Beberapa pihak mengemukakan pendapatnya tentang sejumlah keterampilan sosial di abad


ke-21 yang diperlukan oleh setiap warga negara. Diantaranya, Wagner (2008) dalam Maftuh
(2014, hal 3) mengemukakan tujuh survival skills yang perlu dimiliki oleh setiap orang jika ia
ingin hidup di abad ke-21 yang meliputi: 1) critical thinking and problem
solving, 2) collaboration across network and leading by influence, 3) agility and
adaptability, 4) initiative and enterpreneurialism, 5) effective oral and written
communication, 6) accessing and analyzing information, dan 7) curiosity and imagination.

Keterampilan abad ke-21 memiliki empat kategori keterampilan, yakni Collaboration,


Critical Thingking dan Problem Solving, Communication, and Creativy and Innovative.
Empat kategori keterampilan abad ke-21 sejalan dengan tujuan pembelajaran di sekolah,
dengan harapan peserta didik siap menghadapi tantangan zaman di abad ke-21 ini. Hal ini
sesuai dengan pendapat Triling dan Fadel tentang keterampilan abad ke-21. Triling dan Fadel
(2009) mengemukakan sejumlah keterampilan abad ke-21 sebagai berikut : critical thinking
and problem solving, communication and collaboration, creativity and innovation,
information literacy, media literacy, ICT literacy, flexibility and adaptability, initiative and
self-direction. Social and cross-cultural interaction, producivity and accountability,
leadership and responsibility.

Selain pendapat di atas dikemukaan juga oleh Partnership for 21 st Century, tentang
keterampilan abad ke-21, sebagai berikut :
1.      Information and communication skill: a) information and media literacy, b) visual literacy,
and c) communication skills.
2.      Thinking, reasoning and innovation skills: a) critical thinking, b) system thinking, c) problem
solving, d) creating and innovating.

3.      Personal and works place productivity skills: a) interpersonal and collaboration skills, b)
initiative and self direction, c) flexibility and adaptability, d) ethical behavior, e) social/
personal and cross-cultural skills, f) project planning and development, and g) productivity
and accountability.
Narasi Model Pembelajaran PjBL di abad 21

Terima kasih ibu icha selaku moderator pada vicon kali ini. Selamat malam bapak ibu hebat yang
tergabung dalam VCT batch 5 di wilayah kabupaten rembang. Tadi sudah di sampaikan oleh
moderator bu icha materi yang akan saya paparkan untuk kita bisa sharing bersama, berdiskusi
bersama mengenai model pembelajaran abad 21: penerapan model pembelajaran PjBL. Baiklah
langsung saja, PPT saya sampun terlihat nggih ibu icha.......!! sebelum saya langsung menuju model
pembelajaran PjBL, saya akan menyampaikan terlebih ada apa di abad 21 ini, abad 21 ini dimulai
sejak tahun 2000 – 2099 menurut wikipedia saat ini kita pada dasawarsa ke-2. Pada abad 21 yang
ditandai dengan munculnya era revolusi industri 4.0 yg sebelumnya dipaparkan secara gamblang
oleh pak budi is saat menjadi presenter pertama, intinya saja nggih bpk ibu, di era ini adanya
Perkembangan TI semakin hari semakin terjangkau, semakin cerdas, dan semakin merasuk ke
semua sendi kehidupan kita sehingga munculnya IoT , big data , AI, VCT, 3D printing, impikasinya
dalam pembelajaran/pendidikan kita sebagai guru pada era ini segala informasi dapat diakses
sehingga sumber

selanjutnya pada abad 21 saat ini muncul generasi yang dinamakan generasi z, atau istilah
familiarnya yang sering kita dengar adalah anak zaman now atau kids zaman now, sebenarnya
karakteristik seperti apa generasi z masa kini, generasi Z ini merupakan anak-anak yang terlahir
antara 1995 hingga 2010. Jika merujuk pada pembagian ini maka Gen Z itu sedang mengisi bangku-
bangku sekolah mulai dari kelas SD hingga tahun-tahun akhir perguruan tinggi. Jadi anak didik yang
kita hadapi sekarang adalah termasuk generasi z.. generasi yang pemikirannya sangat dipengaruhi
informasi dan media sosial, generasi ini sering disebut sebagai digital native atau Mereka lahir dan
dibesarkan di era digital, maka wajar generasi ini biasa disebut, NetGeneration atau generasi
internet.

Karakakteristik apa saja yang melekat pada generasi muda masa kini atau generasi z ini
adalah

figital singkatan dari fisik dan digital, jarak keduanya sangat tipis, bagi generasi ini dunia
maya bagian dari dunia nyata. Dunia adalah perpaduan antara yang fisik dan digital
keduanya tak ada bedanya. jadi kadang kita akan menjumpai beberapa anak akan terlihat
bosan di kelas saat kita menyampaikan materi pelajaran dengan konvensional karena Mereka
percaya bahwa apa yang disampaikan guru dapat diperoleh di internet, bahkan lebih banyak,
lebih lengkap. Tidak hanya dapat diakses dalam format teks, tetapi juga gambar dan video
klip.

DIY: Do it yourself Ketika Gen Z mengerjakan tugas dari guru, meneliti, atau mencari bahan,
atau sekedar menjalankan hobby, mereka akan mengakses Google atau YouTube . Jika bukan
Google, mereka akan mengajukan pertanyaan kepada jejaring pribadi mereka dan biasanya
dalam beberapa menit mendapat jawaban. Nah implikasi yang dapat kita tumbuhkan adalah

Realistis: Gen Z adalah generasi yang realistis dalam mencari peluang. Kewajiban yang harus
dijalankan gen Z harus se-konkrit dan sejelas mungkin. Gen Z menginginkan bukti nyata di balik
pernyataan yang kita buat.

Implikasinya Pembelajaran dengan skenario dunia nyata lebih sesuai untuk Gen Z.
Tujuannya untuk menunjukkan hal-hal yang mereka pelajari berguna bagi masa depan
mereka.

Weconomist:

Beberapa tahun ini kita bisa menikmati fenomena “sharing economy”. Salah satu wujudnya
antar lain adalah taksi atau ojek online. Bagi Gen Z, memberi dan berbagi sudah melekat
pada diri mereka. Gen Z juga melihat perlunya memiliki banyak akal – We-sourceful.

Implikasinya dalam pembelajaran : Konsekuensinya, kita harus bersiap mendidik mereka


untuk mengadopsi “kecakapan berbagi” dan berbagi kecakapan.

Melibatkan mereka dalam aktivitas pembelajaran yang memungkinkan mereka untuk saling
berkolaborasi akan lebih sesuai bagi mereka.

Fomo: takut melewatkan sesuatu

Generasi Z berusaha untuk selalu terkoneksi. Terkoneksi dengan informasi dan teman sebaya
ibarat bernafas bagi generasi Z. Jika tidak terhubung mereka merasa seakan ada yang tidak
beres

Implikasi dalam pembelajaran

Terpacu: Satu perbedaan besar antara millennial dan Gen Z adalah Gen Z lebih kompetitif.
Gen Z adalah generasi yang sangat terpacu. Sementara millennial merupakan generasi yang
sangat kolaboratif

Implikasi dalam pembelajaran

pYang ketiga pada abad 21 dicirikan adanya informasi tanpa batas: Saat ini, informasi sangat
mudah didapatkan. Kapan dan dimana saja Kita bisa mencari informasi yang kita butuhkan
dengan sangat cepat, Tidak terkecuali seorang siswa. Sebagai pendidik, tentu ini menjadi
sebuah tantangan yang mau tidak mau akan kita hadapi bahkan sedang kita alami.
Bayangkan saat seorang guru menjelaskan tentang sebuah materi tiba-tiba seorang siswa
mengkritik karena materi yang sedang diajarkan telah dipelajari dari internet., Untuk
mengatasi hal ini maka:

Model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu:

Peserta didik diarahkan atau didorong untuk mencari tahu dari berbagai
sumber bukan diberi tahu.

komputasi, Dalam postingan sebelumnya telah dijelaskan tetang bagaimana kemudian


perkembangan teknologi membawa perubahan cara beraktifitas dalam segala hal. Termasuk
di dalamnya cara belajar. Orang cenderung menggunakan mesin ketimbang melakukan
aktifitas seperti bertanya dan sebagainya. Model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu:

Peserta didik diarahkan untuk mampu merumuskan masalah (menanya) bukan hanya
sekadar menyelesaikan masalah (menjawab).

otomasi, Segala kegiatan atau pekerjaan manusia yang awalnya dilakukan dengan banyak
aktifitas fisik saat ini berangsur hilang. Contohnya tidak perlu berjalan jauh untuk
mendapatkan kendaraan umum. Kita bisa memesan dari aplikasi penyedia jasa transportasi
untuk mendapatkan jasa tanpa aktifitas fisik berlebihan. .

Dalam keadaan seperti ini tentunya:

Model pembelajaran yang dapat diterapkan:


Peserta didik diarahkan untuk mampu berpikir analitis (pengambilan kepututusan), bukan
berpikir mekanitis (rutin).

komunikasi tanpa batas

Sebagai pendidik tentunya harus bisa melihat peluang untuk menerapkan strategi
pembelajaran.

Model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam keadaan ini yaitu:

Pembelajaran yang menekankan pentingnya kerjasama atau kolaborasi untuk


menyelesaikan masalah.

jadi generasi z ini di masa depan harus memiliki kemampuan 4 C


Tiga kemampuan umum yang sangat diperlukan untuk semua jenis pekerjaan pada masa yang
akan datang adalah:

1) Kemampuan problem solving kompleks (36%);

2) Kemampuan sosial (19%); dan

3) Kemampuan proses (18%).

Kemampuan-kemampuan di atas sejalan dengan 4 kecakapan yang diharapkan dikuasai oleh


generasi masa depan yang dikenal dengan 4C (Collaborative, Critical, Communication,
Creative).

1. Keterampilan Komunikasi

Pengertian

Pentingnya

Kemampuan yang diharapkan

2. Keterampilan kolaborasi
Pengertian

Ciri-ciripembelajaran abad 2 1 dan generasi z

Abad ke-21 adalah abad yang sangat berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Perkembangan ilmu
pengetahuan yang luar biasa disegala bidang.pada abad ini, terutama bidang Information and
Communication Technology (ICT) yang serba canggih (sophisticated) membuat dunia ini semakin sempit,
karena kecanggihan teknologi ICT ini beragam informasi dari berbagai sudut dunia mampu diakses dengan
instant dan cepat oleh siapapun dan dari manapun, komunikasi antar personal dapat dilakukan dengan
mudah, murah kapan saja dan di mana saja

Pada postingan sebelumnya saya telah menulis tentang Harapan dan Tantangan Abad
21st . di dalamnya anda disadarkan dengan keadaan dimana perkembangan teknologi
ternyata lebih cepat dari yang kita bayangkan selama ini. Jika tidak diimbangi dengan
strategi pembelajaran yang tepat maka pendidikan di Indonesia tentu saja akan ketinggalan
zaman. Jangan sampai anda menjadi pendidik yang ketinggalan zaman!

           
Kali ini saya akan membagikan sedikit ilmu tetang apa yang telah saya dapatkan
dalam sebuah pendidikan dan pelatihan tentang ciri-ciri Abad 21st dan pergeseran cara
belajar yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. 

Daftar Isi

1. Informasi (kapan dan di mana saja)


2. Komputasi (lebih cepat memakai mesin)
3. Otomasi (menjangkau segala pekerjaan rutin)
4. Komunikasi (dari mana dan kemana saja)
            

Sumber gambar: Presentasi materi TOT AKSI For School oleh Agus Trianto

Informasi (kapan dan di mana saja)


Informasi adalah kabar atau berita tentang sesuatu. Saat ini, informasi sangat mudah
didapatkan. Kapan dan dimana saja Kita bisa mencari informasi yang kita butuhkan dengan
sangat cepat, Tidak terkecuali seorang siswa. Sebagai pendidik, tentu ini menjadi sebuah
tantangan yang mau tidak mau akan kita hadapi bahkan sedang kita alami. Bayangkan saat
seorang guru menjelaskan tentang sebuah materi tiba-tiba seorang siswa mengkritik karena
materi yang sedang diajarkan telah dipelajari dari internet! Untuk mengatasi hal ini maka:

Model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu:

Peserta didik diarahkan atau didorong untuk mencari tahu dari berbagai
sumber bukan diberi tahu.

Related

 Revolusi Industri 4.0 dan Pendidikan


 AKSI FOR SCHOOL DOWNLOAD BAHAN: APLIKASI, VIDEO TUTORIAL, DAN
MODUL TERBARU!!!
 HARAPAN DAN TANTANGAN ABAD 21st
Komputasi (lebih cepat memakai mesin)
Dalam postingan sebelumnya telah dijelaskan tetang bagaimana kemudian perkembangan
teknologi membawa perubahan cara beraktifitas dalam segala hal. Termasuk di dalamnya
cara belajar. Orang cenderung menggunakan mesin ketimbang melakukan aktifitas seperti
bertanya dan sebagainya. Demikian juga dengan peserta didik. Mereka tentunya lebih
senang bermain dengan smartphone dari pada harus pergi ke perpustakaan untuk mencari
informasi yang dia butuhkan. Untuk itu,

Model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu:

Peserta didik diarahkan untuk mampu merumuskan masalah (menanya) bukan hanya
sekadar menyelesaikan masalah (menjawab).

 Otomasi (menjangkau segala pekerjaan


rutin)
Segala kegiatan atau pekerjaan manusia yang awalnya dilakukan dengan banyak aktifitas
fisik saat ini berangsur hilang. Contohnya tidak perlu berjalan jauh untuk mendapatkan
kendaraan umum. Kita bisa memesan dari aplikasi penyedia jasa transportasi untuk
mendapatkan jasa tanpa aktifitas fisik berlebihan. Dalam keadaan seperti ini tentunya:
Model pembelajaran yang dapat diterapkan:
Peserta didik diarahkan untuk mampu berpikir analitis (pengambilan kepututusan), bukan
berpikir mekanitis (rutin).

Komunikasi (dari mana dan kemana saja)


Hal ini tentu saja berhubungan erat dengan informasi pada ciri yang pertama. Karena
komunikasi yang dimaksud adalah suatu proses dimana sejumlah orang atau sekelompok
orang yang menggunakan informasi untuk saling berhubungan. Saat ini bisa saya katakan
bahwa komunikasi saat ini adalah komunikasi tanpa batas. Bisa berasal dari mana saja dan
tentunya bisa dibawa kemana saja.

Sebagai pendidik tentunya harus bisa melihat peluang untuk menerapkan strategi
pembelajaran.

Model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam keadaan ini yaitu:

Pembelajaran yang menekankan pentingnya kerjasama atau kolaborasi untuk


menyelesaikan masalah.

Banyak hal yang kemudian berubah di abad 21 ini, percepatan di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, sistem komunikasi seperti mudahnya akses internet menjadi salah satu ciri abad 21, dunia
seakan-akan menjadi kecil dan berada dalam genggaman, apa yang terjadi di ujung dunia sana, akan
dengan mudah diketahui oleh orang yang berada di ujung dunia yang lain, dalam waktu yang
bersamaan, berbagai teknologi canggih yang pada intinya untuk mempermudah segala macam urusan
manusia ditemukan, dikembangkan, dibuat dan dipakai oleh banyak orang dengan biaya yang sangat
terjangkau.

Lembaga pendidikan atau sekolah saat ini sedang dipenuhi generasi Z, kesadaran pengelola
sekolah (kepala sekolah, guru dan karyawan) untuk menghadapi generasi Z menjadi sangat
penting. Karena sekolah merupakan salah satu institusi yang dipercaya untuk menyiapkan
generasi dimasa yang akan datang. Jika sekolah tetap menerapkan model pembelajaran persis
10 tahun lalu dengan tidak memperhatikan perkembangan zaman, bisa diyakini generasi Z ini
tidak akan terdidik dengan baik. Lalu apa yang harus dilakukan oleh lembaga pendidikan
dalam mendidik generasi Z.

Pertama memanfaatkan teknologi informasi. Salah satu karakteristik Generasi Z akan


produktif jika tetap terhubung internet dan media sosial. Karenanya sekolah harus
memanfaatkan teknologi ini sebagai media pembelajaran agar peserta didik tetap produktif.
Model ujian berbasis komputer adalah salah satu contoh memanfaatkan teknologi agar siswa
tetap produktif. Model pembelajaran e-learning harus dikembangkan sekolah. Dengan e-
learning peserta didik diberi tugas melalui jaringan internet untuk mengakses pembelajaran
dimanapun mereka berada, ditentukan waktu mengaksesnya. Biarkan mereka mengeksplorasi
tugas itu melalui dunia digital. Saya membayangkan jika sudah banyak guru menerapkan e-
learning maka akan banyak peserta didik di cafe, mall, tempat nongkrong yang ada wifinya ,
di rumah atau dimanapun meraka akan mengakses tugas dari gurunya dan bereksplorasi
melalui dunia digital.

Kedua metode pembelajaran. Generasi Z adalah generasi yang nyaman bekerja dalam dunia
global. Dalam alam pikiran mereka sudah banyak informasi yang mereka dapatkan. Dalam
otaknya terlalu banyak variable - variable yang harus mereka hubungkan. Tugas sekolah
adalah memberikan mereka bekal untuk menghubungkan antarvariable tersebut bahkan
memfilter variable - variable yang tidak bermanfaat bagi kehidupannya. Metode
pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai objek sudah tidak mampu lagi untuk
mendidik generasi Z.

Hal ini menuntut peran guru untuk sungguh-sungguh mengembangkan keterampilan yang ada
pada peserta didik dalam pembelajaran di sekolah. Guru menyiapkan segala perangkat seperti
kurikulum, Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP), dan model atau metode yang
diintergrasikan dengan pembelajaran abad 21. Dengan mengembangkan keterampilan abad
ke-21 di sekolah pada peserta didik diharapkan setiap individu memilki keterampilan untuk
hidup di abad 21 dengan berbagai peluang dan tantangan yang akan di hadapi di era
kemajuan teknologi dan informasi.

Anda mungkin juga menyukai