Anda di halaman 1dari 137

UANG ELEKTRONIK

Sumber: Buku “Ngaji Bisnis Zaman Now”


Halaman 224 - 250

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Uang Elektronik #01
Pendapat Mengharamkan

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


E-Money Kok Riba
Ada dugaan fitur payment point online [aplikasi pembayaran
online] seperti Gopay, OVO, GrabPay, Paytren, DANA, Shopee
Pay [dan sejenisnya] serta fitur e-Money alias Uang Elektronik,
ditengarai mengandung Riba. Fitur ya, bukan aplikasinya
semata. Fitur di sini maksudnya adalah profil produk beserta
aliran transaksi yang melibatkan aplikasi pembayaran online
tersebut dengan segala gimmick-nya sehingga menimbulkan
munculnya transaksi tertentu, lengkap dengan segala dampak
syar’i dan legal yang ditimbulkan. Hal ini menjadi sangat
penting dibahas oleh karena bisnis zaman now seakan sudah
tak bisa lepas dari alat pembayaran elektronik, seperti ketika
kita menggunakan jalan tol, menggunakan aplikasi pem-
bayaran [termasuk untuk jual beli online], pembayaran tagihan
air, listrik, telepon, dan lain-lain.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Pendapat Mengharamkan #1
Pendapat Pertama, dari Ustaz Dr. Erwandi Tarmizi, Lc., MA.
bahwa pada saat terjadi deposit Uang Elektronik [beliau
mencontohkan fitur Gopay] dapat disamakan hukumnya
dengan transaksi nitip uang pada toko sembako yang dekat
dari rumah dengan tujuan dapat diambil barang setiap
dibutuhkan dan pada saat itu pembayaran harga barang dapat
didebet langsung dari saldo uang yang dititipkan. [Sumber:
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer,
Penerbit Berkat Mulia Insani, Depok, 2018]. Menurut Ustaz
Erwandi, Ibnu Abidin (Ulama mazhab Hanafi, wafat 1836M,
dalam kitab Raddul Mukhtar ala Addurru al-Mukhtar terbitan
Beirut: Dar al-Fikr, Cet-2, 1412 H, 4/493, memasukkan kasus
seperti ini ke dalam salah satu bentuk bai’ istijrar.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Pendapat Mengharamkan #2
Ibnu Abidin berkata, “Bila seseorang menyerahkan sejumlah uang
kepada penjual, setiap harinya dia mengambil barang sebanyak 5
item dan pada saat menyerahkan uang dia tidak mengatakan,
“saya beli darimu 5 item setiap harinya.” Aku berkata,” Hukumnya
boleh jika harga 5 item tersebut telah jelas sebelumnya seperti roti
dan daging. Adapun jika harganya tidak diketahui pada saat
mengambil barang maka akad jual-belinya tidak sah karena harga
pada saat transaksi tidak jelas. Maka apabila barang telah diguna-
kan oleh pihak penitip uang dan sungguh penjual telah menyerah-
kannya dengan ridha dan dengan tujuan mendapat uang maka
sesungguhnya akad jual-beli belum terjadi. Walaupun niat kedua
belah pihak untuk melakukan akad jual-beli, hal ini dikarenakan
akad jual beli tidak sah dengan niat saja. Maka sesungguhnya
yang terjadi hampir serupa dengan akad Qardh (di mana penitip
uang meminjamkan uangnya dan penjual meminjamkan barang-
nya) yang dia menjamin uang atau barang dengan semisalnya
atau senilainya.”

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Pendapat Mengharamkan #3
Berdasarkan takyif [pendekatan fikih] yang dijelaskan oleh Ibnu Abidin
bahwa akadnya dapat disamakan dengan qardh maka dalam kasus Uang
Elektronik bahwa khusus pengguna jasa Uang Elektronik yang mendapat
potongan harga maka ini adalah manfaat yang diberikan muqtaridh
(penerima pinjaman) kepada muqridh (pemberi pinjaman) dan dan setiap
pinjaman yang mendatangkan manfaat bagi pemberi pinjaman hukumnya
adalah Riba. Ustaz Erwandi secara khusus berpendapat demikian terkait
dengan Uang Elektronik dengan instrumen aplikasi Gopay.
Ada pendapat senada dari Sekolah Muamalah bahwa ada Riba pada Uang
Elektronik sepeeti pada kartu tol elektronik [e-Toll]. Pemberlakuan diskon
(potongan harga) transaksi setelah konsumen melakukan pengisian saldo E-
Toll itulah yang menjadikan transaksi e-Toll tergolong sebagai Riba yang di-
larang oleh Islam. Akad pada saat pengisian saldo e-Toll adalah Qardh.
Dalam kasus e-Toll, pengguna yang melakukan transaksi jasa tol dengan
penerbit e-Toll sehingga mendapat potongan harga, terkategori mendapat
manfaat yang diberikan muqtaridh (penerima pinjaman) kepada muqridh
(pemberi pinjaman) dan hukum islam mensyariatkan, bahwa setiap pinjam-
an yang mendatangkan manfaat bagi pemberi pinjaman hukumnya Riba.
[Sumber: Sekolah Muamalah, https://sekolahmuamalah.com/riba-pada-e-
toll-card/ diakses pada 26 April 2019].
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
Pendapat Mengharamkan #4
Pendapat kedua dari Ustaz Zaim Saidi. Ustaz Zaim menyatakan bahwa
penggunaan Uang Elektronik mengandung dua riba sekaligus, yakni al
fadhl dan an-nasiah. Menurut Ustaz Zaim, uang elektronik hanyalah
bentuk lain dari uang fiat. Sifat, kegunaan, dan nilainya, sama dengan
uang fiat bersangkutan yang ditukar bentuknya saja. Dengan demikian,
pengisian ulang, atau top-up adalah bentuk penukaran saja. Substansi-
nya adalah penukaran dari rupiah tetap dengan rupiah yang sama. Dari
segi syariat Islam ini masuk dalam hukum sharf, yang mengharamnya
adanya perbedaan nilai dan penundaan waktu. Penambahan nilai, atau
penundaan waktu penyerahan, pada salah satu pihak, menimbulkan
riba. Yang pertama adalah riba al fadl dan yang kedua adalah riba an
nasiah.
Menurut Zaim Saidi, pertukaran sendiri sebenarnya merupakan
transaksi yang terjadi melalui pergantian suatu benda dengan benda
lain. Benda-benda ini bisa sejenis, bisa beda jenis. Syariat Islam mem-
bedakan keduanya. Pertukaran benda berlainan jenis disebut jual-beli
(al buyu), sedangkan bila yang dipertukarkan benda sejenis, dinamakan
pertukaran (sharf). Keduanya memiliki hukum yang berbeda.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Pendapat Mengharamkan #5
َ َ‫ظ ِِلبْ ِن أَِِب َشْي بَةَ ق‬
‫ال‬ ُ ‫َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن أَِِب َشْي بَةَ َو َع ْمٌرو النَّاقِ ُد َوإِ ْس َح ُق بْ ُن إِبَْر ِاى َيم َواللَّ ْف‬
‫اْلَ َّذ ِاء َع ْن أَِِب قِ ََلبَةَ َع ْن‬
ْ ‫يع َحدَّثَنَا ُس ْفيَا ُن َع ْن َخالِ ٍد‬ ِ ِ
ٌ ‫ال ْاْل َخَران َحدَّثَنَا َوك‬ ْ ‫إِ ْس َح ُق أ‬
َ َ‫َخبَ َرََن َوق‬
‫ب‬ ‫ى‬ َّ ‫اَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّم‬
‫الذ‬ َّ ‫ى‬ َّ‫صل‬ ِ‫اَّلل‬
َّ ‫ول‬
ُ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ال‬َ َ‫ق‬ ‫ال‬
َ ‫ق‬
َ ِ ‫الص ِام‬
‫ت‬ َّ ِ
‫ن‬ ‫ب‬ ‫ة‬
َ ‫اد‬ ‫ب‬‫ع‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ث‬ِ ‫أَِِب ْاْلَ ْشع‬
ُ َ َ َ ُ َ ْ َ َُ ْ َ َ
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ٍ ٍ ِْ ‫ضةُ ِِبلْفضَّة َوالْبُ ُّر ِِبلْ ُِّب َوالشَّعريُ ِِبلشَّع ِري َوالت َّْمُر ِِبلت َّْم ِر َوالْم ْل ُح ِِبلْم ْل ِح مْ اَل‬ ِ
َّ ‫ب َوالْف‬ ِ ‫ِِب َّلذ َى‬
‫ف ِشْئ تُ ْم إِذَا َكا َن يَ ادا بِيَ ٍد‬ ِ ِ ‫سواء بِسو ٍاء ي ادا بِي ٍد فَِإذَا اخت لَ َف‬
َ ‫اف فَبِ ُيعوا َكْي‬ ُ َ‫َصن‬ ْ ‫ت َىذه ْاْل‬ ْ َْ َ َ َ َ ‫َ َ ا‬
“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah, ‘Amru bin
Naqid, dan Ishaq bin Ibraahiim --dan lafadh ini kepunyaan Ibnu Abi
Syaibah. Ishaq berkata: Telah mengkhabarkan kepada kami; sedang-
kan yang dua yang lain berkata: Telah menceritakan kepada kami
Waki’: Telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Khalid Al-
Hadzdza’, dari Abu Qilabah, dari Abu Asy’ats, dari ‘Ubadah bin Ash-
Shamit, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: “Emas ditukar
dengan emas, perak ditukar dengan perak, gandum ditukar dengan
gandum, sya’ir (sejenis gandum) ditukar dengan sya’ir, kurma ditukar
dengan kurma, dan garam ditukar dengan garam; dengan sepadan/
seukuran dan harus secara kontan. Apabila komoditasnya berlainan,
maka juallah sekehendak kalian asalkan secara kontan juga” [Shahih
Muslim no. 1587].
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
Pendapat Mengharamkan #6
Hadits tersebut di atas berlaku bagi penukaran benda sejenis
yakni emas dengan emas, perak dengan perak, korma dengan
korma, garam dengan garam, tepung dengan tepung. Syarat
sahnya adalah harus sama nilai dan takaran-nya, dan dilaku-
kan secara kontan. Bila salah satu berlebih, atau salah satu
ditunda penyerahannya, muncullah unsur riba. Pertama, riba
karena unsur tambahan disebut riba fadhl. Kedua, riba karena
unsur penundaan disebut riba nasi’ah. [Sumber: Zaim Saidi,
https://zaimsaidi.com/fee-isi-ulang-uang-elektronik-adalah-rib
a/ diakses pada 26 April 2019].

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Uang Elektronik #02
Pendapat Menghalalkan

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Pendapat Menghalalkan #1
Pendapat berbeda ditunjukkan oleh Ustaz Dr. Oni
Sahroni, Lc., MA. Beliau adalah Doktor Fiqih Muqarin al
Azhar pertama di Indonesia. Menurut beliau, substansi
transaksi Uang Elektronik adalah jual beli jasa untuk
manfaat yang akan diserahterimakan dengan diskon
tertentu bagi peng-guna. Substansinya bukan utang/
pinjaman, tetapi jual beli jasa. Deposit itu sebagai upah
yang dibayarkan di muka. Juga customer tidak ber-
muamalah dengan bank tetapi dengan pihak gojek
layaknya e-Money. Dengan demikian, maka skema
Ijarah maushufah fi dzimmah (IMFD) lebih tepat
digunakan untuk aplikasi ini: ujrah (fee) dibayar di
muka, manfaat dibayar kemudian. Karena akadnya
IMFD, menjadi hak pihak yang menyewakan jasa
(muajjir/gojek) untuk memberikan diskon sebagai
athaya dan pem-berian yang dibolehkan oleh syara’.
Pendapat Dr. Oni Sahroni tersebut merujuk pada
Accounting and Auditing Organization For Islamic
Financial Institution [AAOFI] Standard No. 9 artikel 3
paragraf 5:
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Pendapat Menghalalkan #2
Accounting and Auditing Organization For Islamic
Financial Institution [AAOFI] Standard No. 9 artikel 3
paragraf 5:
“Akad al-Ijarah al-Maushufah fi al-Dzimmah boleh
dilakukan dengan syarat kriteria barang sewa dapat
terukur meskipun obyek tersebut belum menjadi milik
pemberi sewa (pada saat ijab-qabul dilakukan); waktu
penyerahan barang sewa disepakati pada saat akad,
barang sewa tersebut harus diyakini dapat menjadi
milik pemberi sewa baik dengan cara memperolehnya
dari pihak lain maupun membuatnya sendiri; tidak
disyaratkan pembayaran ujrah didahulukan (dilakukan
pada saat akad) selama ijab-qabul yang dilakukan
tidak menggunakan kata salam atau salaf; apabila
barang sewa diterima penyewa tidak sesuai dengan
kriteria yang disepakati, pihak penyewa berhak
menolak dan meminta gantinya yang sesuai dengan
kriteria yang disepakati pada saat akad."

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Pendapat Menghalalkan #3
Dengan demikian, keikutsertaan costumer dalam top
up (Uang elektronik seperti e-Money, Go Pay, Grab Pay,
dan lain-lain) dihukumi boleh menurut fikih, karena
skema akad antara costumer dengan top up (Uang
elektronik seperti e-Money, Go Pay, Grab Pay, OVO,
DANA, dan lain-lain) adalah akad ijarah maushufah fi
dzimmah. Sedangkan penyimpanan di bank itu dilaku-
kan oleh perusahaan transportasi online sebagai
deposan karena rekening-nya adalah rekening per-
usahaan tersebut. [Sumber: Facebook Oni Sahroni,
https://web.facebook.com/onisahronii/posts/apakah-
top-up-seperti-go-pay-grab-pay-dan-lain-lain-pada-
perusahaan-jasa-transpo/8937256341364 64/?_rdc=1
&_rdr diakses pada 26 April 2019].

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Pendapat Menghalalkan #4
Senada dengan pendapat Ustaz Dr. Oni Sahroni, MA. yang
tidak menyata-kan keharaman praktik transaksi Uang
Elektronik, Ustaz Ahmad Sarwat, Lc., MA dari Rumah Fikih
berpendapat bahwa isi ulang top up ini sebenarnya lebih
tepat diposisikan sebagai akad tukar uang, alias sharf.
Uang kita yang berupa uang kertas itu, kita tukar dengan
uang berbentuk data elektronik alias e-Money. | Menurut
Ustaz Sarwat, kalau kita mau umrah ke Saudi, sebelum
berangkat kita tukar uang di money changer. Uang rupiah
ditukar menjadi uang riyal. Keluar dari money changer, kita
tetap pegang uang. Di money changer itu kita tidak
meminjamkan uang dan juga tidak titip uang. Kita menukar
uang. Maka ketika kita isi ulang, yang kita lakukan
sebenarnya bukan meminjamkan uang, tapi tukar uang.
Kertas ditukar data digital. Maka akadnya terbebas dari
keharaman cashback. Tidak ada hubungannya sama sekali.
Sebab ini bukan peminjaman uang, bukan akad qardh.
Maka silahkan saja ambil cashback-nya. [Sumber: Ahmad
Sarwat, Lc., MA., Halal Haram e-Money dalam Timbangan
Hukum Syariah Kontemporer. Buku Elektronik, 2019].

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Gimana Pendapat yang Bener?
Lalu, bagaimana sejatinya fitur instrumen alat
pembayaran online tersebut? Bagaimana alur yang
sebenarnya? Kapan bisa disebut terjadi Riba? Kapan
bisa disebut tidak terjadi Riba? Pake landasan apa
jika itu disebut Riba? Pake Tashawwur apa? Pake
dalil apa? Apakah berarti ada masalah? Bagaimana
solusi praktisnya? Apa solusi yang tepat untuk bisnis
zaman now?

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Poin Penting Berhukum e-Money
Berikut ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika
ingin menghukumi Riba pada e-Money:
[1], Sudah adakah Fatwa dari Ulil Amri? Dalam hal ini, sudah
adakah Fatwa DSN MUI terkait Uang Elektronik tersebut? Ingat
bahwa Fatwa DSN MUI sudah dipositivisasi di level UU NKRI
dan Peraturan formal lain seperti PBI, POJK dan bahkan Badilag
Mahkamah Agung menerbitkan Kodifikasi Hukum Ekonomi
Syariah [KHES] yang sejalan dengan Fatwa DSN MUI tersebut.
[2], jika ada Fatwa DSN MUI tentang Uang Elektronik, apa saja
akad antarpihak pada e-Money?
[3], Fitur mana yang dituduh mengandung Riba?
[4], Apakah akad-akad yang diatur oleh Fatwa DSN MUI ter-
sebut merupakan batasan yang menihilkan potensi adanya
alternatif akad lain? Artinya, tidak ada lagi potensi ada
alternatif akad yang boleh dipergunakan selain yang disebut-
kan oleh Fatwa DSN MUI?
[5], Setelah semua pertanyaan tersebut terjawab, mari cermati
lagi tashawwur dan tashdiq [judgement] hukumnya, apalagi
jika terbuka alternatif akad lain selain yang sudah disebutkan
dalam Fatwa DSN MUI.
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Uang Elektronik #03
Fatwa Uang Elektronik #a

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Fatwa DSN MUI No 116 thn 2018
Fatwa DSN MUI No. 116 tentang Uang Elektronik Syariah
Menimbang,
a. bahwa alat pembayaran berupa uang elektronik yang
diterbitkan oleh bank maupun lembaga selain bank saat ini
semakin berkembang di Indonesia;
b. bahwa masyarakat Indonesia memerlukan penjelasan
mengenai ketentuan dan batasan hukum terkait uang
elektronik dari segi syariah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan huruf b,
DSN-MUI memandang perlu untuk menetapkan fatwa
tentang Uang Elektronik Syariah untuk dijadikan pedoman;

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Mengingat, Alquran #1
Alquran: [a] Q.S.al-Nisa' (4): 58: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya...". [b]
Q.S.al-Ma'idah (5): 1: "Hai orang yang beriman! Tunai-kanlah akad-
akad itu-.." [c] Q.S. al-Isra' (17): 34: "..Dan tunaikanlah janji-janji itu;
sesungguhnya janji itu akan dimintai per-tanggungjawaban" [d] Q.S.
al-Nisa' (4):29: "Hai orang yang beriman! Jangan-lah kalian memakan
(mengambil) harta orang lain secara batil, kecuali jika berupa
perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara kalian" [e] Q.S. Al-
Kahfi (18):19: "Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke
kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat
manakah makanan yang paling baik, maka hendaklah ia membawa
makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan
janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang pun" [f] Q.S.
al-Furqan (25):67: "Dan orang-orang yang apabila mem-belanjakan
(harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan
adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian."

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Mengingat, Alquran #2
Alquran: [g] Q.S. al-Qashash (28'):26: "Salah seorang dari kedua
wanita itu berkata, 'Hai ayahku! Ambillah ia sebagai arang yang
bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang
kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi
dapat dipercaya.” [h] Q.S. al-Baqarah (2):275: "Orang yang makan
(mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan meng-haramkan riba. Orang
yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus ber-
henti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada
Allah. Orang yang lnengulangi (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya." [i] Q.S.
al-Baqarah (2): 282: "Hai orang yang beriman! Jika kamu
bermu'amalah tidak secara tunai sampai waktu lertentu, buatlah
secara tertulis...".

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Mengingat, Hadits #1
Hadis Nabi SAW: [a] HR Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasa'I, dan Ibn
Majah, dengan teks Muslim dari 'Ubadah bin Shamit: "(Jual
beli/pertukaran) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum
dengan gandum, sya'ir dengan sya'ir, kurma dengan kurma, dan
garam dengan garam (disyaratkan harus dalam ukur-an yang) sama
(jika yang dipertukarkan) satu jenis dan (harus) tunai. Jika jenisnya
berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai." [b] HR
Muslim dari Abu Sa'id al-Khudri: "Janganlah kamu menjual emas
dengan emas kecuali sama (ukurannya) dan janganlah menambahkan
sebagian atas sebagian yang lain; janganlah menjual perok dengan
perak kecuali sama (ukurannya) dan janganlah menambahkan
sebagian atas sebagian yang lain; dan janganlah menjual emas dan
perak tersebut yang tidak tunai dengan yang tunai.” [c] HR Abu Daud
dan Tirmidzi: "Tunaikanlah amanah (titipan) kepada yang berhak
menerimanya dan janganlah berkhianat kepada orang yang
menghianatimu."

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Mengingat, Hadits #2
Hadis Nabi SAW: [d] HR Ibnu Majah dari 'Ubadah bin al-Shamit ra, HR
Ahmad dari Ibnu 'Abbas ra, HR Malik dari bapaknya Yahya al-Mazini ra"
dan HR al-Hakim dan al-Dar al-Quthni dari Abu Sa'id al-Khudriy ra:
"Tidak boleh membahayakan/merugikan orang lain dan tidak boleh
(pula) membalas bahaya (kerugian yang ditimbulkan oleh orang lain)
dengan bahaya (perbuatan yang merugikannya)." [e] HR al-Tirmidzi
dari kakeknya 'Amr bin 'Auf al-Muzani, dan HR al-Hakim dari kakeknya
Katsir bin Abdillah bin 'Amr bin 'Auf ra: "Shulh (penyelesaian sengketa
melalui musyawarah untuk mufakat) boleh dilakukan di antara kaum
muslimin kecuali shulh yang mengharamkan yang halal atau meng-
halalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan sysrat-syarat
yang mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
meng-halalkan yang haram." [f] HR 'Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah
ra dan Abu Sa'id al-Khudri ra: "Barang siapa mempekerjakan pekerja,
beritahukanlah upah-nya." [g] Hadis Nabi riwayat Ibn Majah dari Ibnu
Umar ra, riwayat al-Thabrani dari Jabir ra, dan riwayat al-Baihaqi dari
Abu Hurairah ra: "Berikanlah upah kepada pekerja sebelum
keringatnya kering." [h] Hadis Nabi riwayat Muslim, dari 'Aisyah dan
dari Tsabit dari Anas: "Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian"
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
Mengingat, Kaidah Fikih
Kaidah Fikih: [1] "Pada dasarnya, segala bentuk muamalat
diperbolehkan kecuali ada dalil yang mengharamkannya alau
meniadakan kebolehannya" [2] "Segala dharar (bahaya/kerugian)
harus dihilangkan" [3] "Dharar (bahaya/kerugian) harus dicegah
sebisa mungkin". [4] "sesuatu yang berlaku berdasarkan adat ke-
biasaan sama dengan sesuatu yang berlaku berdasarkan syara'
(selama tidak ber-tentangan dengan syariat)." [5] "Hukum yang
didasarkan pada adat (kebiasaan) berlaku bersama adat tersebut dan
batal (tidak berlaku) bersamanya ketika adat itu batal, seperti mata
uang dalam muamalat..." (Al-Qarafi, Anwar al-Buruq fi Anwa' al-
Furuq, j.2, h.228). [6] "(Dikutip) dari kitab al-Dzakhirah sebuah kaidah.
Setiap hukum yang didasarkan pada suatu 'urf (tradisi) atau adat
(kebiasaan masyarakat) menjadi hatal (tidak berlaku) ketika adat
tersebut hilang. Oleh karena itu, jika adat berubah, maka hukum pun
berubah." (Al-Taj wa al-Iklil li-Mukhtashar Khalil, j. 7, h. 68). [7]
"Kebijakan pemimpin terhadap rakyat harus mengikuti kepada
kemashlahatan (masyarakat)". [8] "Di mana terdapat kemaslahatan, di
sana terdapat hukum Allah"

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Memperhatikan #a
[a] Diriwayatkan dari Umar bin Khattab, sebagaimana dikutip dalam Tafsir al-
Shan'any, Jilid 3, h. 93: Umar bin Khattab berkata "Aku berkeinginan membuat uang
dirham dari kulit unta", lalu dikatakan kepadanya "kalau begitu, tidak akan ada lagi
unta..", lalu Umar mengurungkan niatnya". [b] Dari Imam Malik, dalam Al-
Mudawanah al-Kubra, Jilid 3, h. 90: "Andaikan masyarakat membolehkan uang
dibuat dari kulit dan dijadikan sebagai alat tukar, pasti saya melarang uang kulit itu
ditukar dengan emas dan perak secara tidak tunai" [c] Pendapat Ibnu Hazm dalam
Al-Muhalla, Jilid 8, h. 477: "Segala sesuatu yang boleh diperjualbelikan boleh di-
gunakan sebagai alat bayar, dan tidak terdapat satu nash pun yang menyatakan
bahwa uang harus terbuat dari emas dan perak". [d] Pendapat Ibnu Taimiyah dalam
Majmu' al-Fatawa, Jilid 19, hal. 251: "Adapun dinar dan dirham, maka tidak ada
batasan secava alami maupun secara syar'i, tapi rujukannya adalah pada kebiasaan
dan kesepakatan. Hal itu karena pada dasarnya tujuan orang (dalam penggunaan
dinar dan dirham) tidak berhubungan dengan substansinya, tetapi tujuannya
adalah agar dinar dan dirham menjadi standar bagi objek transaksi yang mereka
lakukan. Fisik dinar dan dirham tidaklah dimaksudkan (bukan tujuan), tetapi hanya
sebagai sarana untuk melakukan transaksi dengannya. Oleh karena itu, dinar dan
dirham (hanya) berfungsi sebagai tsaman (harga, standar nilai). Berbeda dengan
harta yang lain (barang),' barang dimaksudkan untuk dimanfaatkan fisiknya. Oleh
karena itu, barang harus diukur dengan perkara (ukuran) yang bersifat alami atau
syar'i. Sarana semata yang fisik maupun bentuknya bukan merupakan tujuan boleh
digunakan untuk mencapai tujuan, seperti apa pun bentuknya."

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Memperhatikan #b
[e] Uang - yang dalam literatur fiqh disebut dengan tsaman atau nuqud
(jamak dari naqd)-- didefinisikan oleh para ulama, antara lain: "Naqd (uang)
adalah segala sesuatu yang menjadi media pertukaran dan diterima secara
umum, apa pun bentuk dan dalam kondisi apa pun media tersebut."
(Abdullah bin Sulaiman al-Mani', Buhuts fi al-Iqtishad al-Islami, Mekah: al-
Maktab al-Islami. 1996, h. 178). "Naqd adalah sesuatu yang dijadikan
harga (tsaman) oleh masyara-kat, baik terdiri dari logam atau kertas yang
dicetak maupun dari bahan lainnya, dan diterbitkan oleh lembaga
keuangan pemegang otoritas." (Muhammad Rawas Qal'ah fi al-Mu'amalat
al-Maliyah al-Mu'ashirah fi Dhau' al-Fiqh wa al-Syari'ah, Beirut Dar al-
Nafa'is, 1999, h.23). [f] Surat per-mohonan fatwa perihal Uang elektronik
yang sesuai dengan prinsip syariah dari PT Veritra Sentosa Internasional, 04
April 2017. [g] Hasil Diskusi "Kajian Uang Elektronik Ditinjau dari Kesesuaian
Prinsip-Prinsip Syariah" antara Tim Paytren dengan Tim DSN MUI di Jakarta,
22 Agustus 2017. [h] Pendapat dan saran Working Group Perbankan Syariah
(WGPS) yang terdiri atas DSN-MUI, OJK, DSAS-IAI, dan Mahkamah Agung,
tanggal 07 September 2017 di Jakarta. [i] Pendapat peserta Rapat Pleno
Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia pada hari Selasa tanggal
28 Dzulhijjah 1438 H/19 September 2017.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Uang Elektronik #04
Fatwa Uang Elektronik #b

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Daftar Istilah #1
Uang elektronik (electronic money): alat pembayaran yang
memenuhi unsur-unsur: [a] diterbitkan atas dasar jumlah
nominal uang yang disetor terlebih dahulu kepada
penerbit; [b] jumlah nominal uang disimpan secara
elektronik dalam suatu media yang teregistrasi; [c] jumlah
nominal uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan
merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang perbankan; [d] digunakan sebagai alat
pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan
penerbit uang elektronik tersebut. Uang elektronik
syariah: uang elektronik yang sesuai prinsip syariah.
Jumlah nominal uang elektronik: jumlah nominal uang
yang disimpan secara elektronik yang dapat dipindahkan
karena keperluan transaksi pembayaran dan/atau transfer
dana. Penerbit: bank atau lembaga selain bank yang
menerbitkan uang elektronik. Pemegang uang elektronik:
pengguna uang elektronik. Prinsipal: bank atau lembaga
selain bank yang bertanggungjawab atas pengelolaan
sistem dan/atau. jaingan antar anggotanya yang berperan
sebagai penerbit dan/atau acquirer, dalam transaksi uang
elektronik yang kerja sama dengan anggotanya didasarkan
atas@Ngaji.Bisnis
suatu perjanjian tertulis. Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Daftar Istilah #2
Acquirer: bank atau lembaga selain bank yang: [a]
melakukan kerja sama dengan pedagang sehingga
pedagang mampu memproses transaksi dari uang
elektronik yang diterbitkan oleh pihak selain acquirer
yang bersangkutan; dan [b] bertanggung jawab atas
penyelesaian pembayaran kepada pedagang. Pedagang
(merchant): penjual barang danJatau jasa yang
menerima transaksi pembayaran dari Pemegang.
Penyelenggara kliring: bank atau lembaga selain bank
yang melakukan perhitungan hak dan kewajiban
keuangan masing-masing Penerbit dan/atau Acquirer
dalam rangka transaksi uang elektronik. Penyelenggara
penyelesaian akhir: bank atau lembaga selain bank
yang melakukan dan bertanggung jawab terhadap
penyelesaian akhir atas hak dan kewajiban keuangan
masing-masing penerbit dan/atau acquirer dalam
rangka transaksi uang elektronik berdasarkan hasil
perhitungan dari penyelenggara kliring. Agen Layanan
Keuangan Digital (LKD): pihak ketiga yang bekerjasama
dengan penerbit dan bertindak untuk dan atas nama
@Ngaji.Bisnis
penerbit dalam memberikanContact: Zahra
layanan (0812-9901-3788)
keuangan digital.| www.AmanaSharia.com
@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Daftar Istilah #3
Akad wadi'ah: akad penitipan uang dari pemegang uang
elektronik kepada penerbit dengan ketentuan pemegang
uang elektronik dapat mengambil/menarik/menggunakan
kapan saja sesuai kesepakatan. Akad qardh: akad pinjaman
dari pemegang uang elektronik kepada penerbit dengan
ketentuan bahwa penerbit wajib mengembalikan uang
yang diterimanya kepada pemegang kapan saja sesuai
dengan kesepakatan. Akad Ijarah: akad pemindahan hak
guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu
tertentu dengan pem-bayaran atau upah. Biaya layanan
fasilitas uang elektronik: biaya yang dikenakan penerbit
kepada pemegang berupa: [a] biaya penggantian media
uang elektronik untuk pengguna-an pertama kali atau
penggantian media uang elektronik yang rusak atau hilang:
[b] biaya pengisian ulang (top up) melalui pihak lain yang
bekerja sama dengan penerbit atau menggunakan delivery
channel pihak lain; [c] biaya tarik tunai melalui pihak lain
yang bekerja sama dengan Penerbit atau menggunakan
delivery channel pihak lain; dan/atau [d] biaya administrasi
untuk uang elektronik yang tidak digunakan dalam jangka
waktu tertentu.
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Daftar Istilah #4
Akad ju'alah: akad untuk memberikan imbalan
(reward/'iwadh/ju'l) tertentu atas pencapaian hasil
(natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan. Akad
wakalah bi al-ujrah: akad wakalah dengan imbalan
(ujrah). Riba: tambahan yang diberikan dalam per-
tukaran barang ribawi dan tambahan yang diberikan
atas pokok utang dengan imbalan penangguhan pem-
bayaran secara mutlak. Gharar: ketidakpastian dalam
suatu akad, baik mengenai kualitas atau kuantitas
obyek akad maupun mengenai penyerahannya. Maysir:
setiap akad yang dilakukan dengan tujuan yang tidak
jelas, dan perhitungan yang tidak cermat, spekulasi,
atau untung-untungan. Tadlis: tindakan menyembunyi-
kan kecacatan obyek akad yang dilaku-kan oleh penjual
untuk mengelabui pembeli seolah-olah obyek akad
tersebut tidak cacat. Risywah: suatu pemberian yang
bertujuan untuk mengambil sesuatu yang bukan
haknya, membenarkan yang batil dan menjadikan
sesuatu yang batil sebagai sesuatu yang benar. Israf:
pengeluaran harta yang berlebihan.
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Akad dan Personalia Hukum #1
Akad antara penerbit dengan pemegang uang
elektronik adalah akad wadi'ah atau akad qardh.
Jika akad yang digunakan: wadi'ah, maka: [1] Jumlah
nominal uang elektronik bersifat titipan yang dapat
diambil/digunakan oleh pemegang kapan saja; [2]
Jumlah nominal uang elektronik yang dititipkan tidak
boleh digunakan oleh penerima titipan (penerbit),
kecuali atas izin pemegang kartu; [3] Jika jumlah
nominal uang elektronik yang dititipkan digunakan oleh
penerbit atas izin pemegang kartu, maka akad titipan
(wadiah) berubah menjadi akad pinjaman (qardh), dan
tanggung jawab penerima titipan sama dengan
tanggung jawab dalam akad qardh. [4] Otoritas terkait
wajib membatasi penerbit dalam penggunaan dana
titipan dari pemegang kartu (dana float). [5]
Penggunaan dana oleh penerbit tidak boleh
bertentangan dengan prinsip syariah dan peraturan
perundang-undangan.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Akad dan Personalia Hukum #2
Jika akad yang digunakan: qardh, maka: [1] Jumlah
nominal uang elektronik bersifat hutang yang dapat
diambil/digunakan oleh pemegang kapan saja. [2]
Penerbit dapat menggunakan (menginvestasikan) uang
utang dari pemegang uang elektronik. [3] Penerbit
wajib mengembalikan jumlah pokok piutang Pemegang
uang elektronik kapan saja sesuai kesepakatan; [4]
Otoritas terkait wajib membatasi penerbit dalam
penggunaan dana pinjaman (utang) dari pemegang
kartu (dana float). [5] Penggunaan dana oleh penerbit
tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah dan
peraturan perundang-undangan.
Akad yang dapat digunakan penerbit dengan para
pihak dalam penyelenggaraan uang elektronik
(principal, acquirer, Pedagang (merchant),
penyelenggara kliring, dan penyelenggara penyelesai
akhir): akad ijarah, ju'alah, dan wakalah bi al-ujrah.
Akad yang dapat digunakan antara penerbit dengan
agen layanan keuangan digital: akad ijarah, ju'alah, dan
@Ngaji.Bisnis
wakalah bi al-ujrah. Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Biaya, dan lain-lain
BIAYA LAYANAN FASILITAS
Pada penyelenggaraan uang elektronik, penerbit dapat
mengenakan biaya layanan fasilitas uang elektronik kepada
pemegang dengan ketentuan: [1] Biaya-biaya layanan
fasilitas harus berupa biaya riil untuk mendukung proses
kelancaran penyelenggaraan uang elektronik; dan [2]
Pengenaan biaya-biaya iayanan fasilitas harus disampaikan
kepada pemegang kartu secara benar sesuai syariah dan
peraturan perundangan yang berlaku.
PENYELENGGARAAN DAN PENGGUNAAN UANG
ELEKTRONIK
Penyelenggaraan dan penggunaan uang elektronik wajib
terhindar dari: [1] Transaksi yang ribawi, gharar, maysir,
tadlis, risywah, dan israf, dan [2] Transaksi atas objek yang
haram atau maksiat.
KETENTUAN KHUSUS
[1] Jumlah uang elektronik yang ada pada penerbit harus
ditempatkan di bank syariah. [2] Jika kartu yang digunakan
sebagai media uang elektronik hilang maka jumlah
nominal uang yang ada di penerbit
@Ngaji.Bisnis tidak boleh hilang.
Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Uang Elektronik #05
Peraturan Bank Indonesia

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Daftar Istilah #1
Pasal 1. Bank: bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang perbankan, termasuk kantor cabang dari bank yang
berkedudukan di luar negeri, dan bank umum syariah sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang perbankan syariah. Lembaga Selain
Bank: badan usaha bukan bank yang didirikan berdasarkan hukum
Indonesia. Uang Elektronik: instrumen pembayaran yang memenuhi
unsur: [a] diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu
kepada penerbit; [b] nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu
media server atau chip; [c] nilai uang elektronik yang dikelola oleh
penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang perbankan. Nilai Uang Elektronik: nilai uang yang
disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip yang
dapat dipindahkan untuk kepentingan transaksi pembayaran dan/atau
transfer dana. Penerbit: pihak yang menerbitkan Uang Elektronik.
Acquirer: pihak yang: [a] melakukan kerja sama dengan penyedia
barang dan/ atau jasa sehingga penyedia barang dan/atau jasa mampu
memproses transaksi Uang Elektronik yang diterbitkan oleh pihak
selain acquirer yang bersangkutan; [b] bertanggung jawab atas pe-
nyelesaian pembayaran kepada penyedia barang dan/atau jasa.
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
Daftar Istilah #2
Prinsipal: pihak yang bertanggung jawab atas: [a] penerusan data
transaksi Uang Elektronik melalui jaringan; [b] pelaksanaan per-
hitungan hak dan kewajiban; [c] penyelesaian pembayaran; dan [d]
penetapan mekanisme dan prosedur bisnis, antar anggotanya yang
berperan sebagai Penerbit dan/atau Acquirer dalam transaksi Uang
Elektronik. Penyelenggara Switching: pihak penyelenggara kegiatan
penyediaan infrastruktur yang berfungsi sebagai pusat dan/atau peng-
hubung penerusan data transaksi pembayaran dengan menggunakan
Uang Elektronik. Penyelenggara Kliring: pihak yang melakukan per-
hitungan hak dan kewajiban keuangan masing-masing Penerbit
dan/atau Acquirer setelah pelaksanaan transaksi Uang Elektronik.
Penyelenggara Penyelesaian Akhir: pihak yang melakukan dan ber-
tanggung jawab terhadap penyelesaian akhir atas hak dan kewajiban
keuangan masing-masing Penerbit dan/atau Acquirer berdasarkan hasil
perhitungan dari Penyelenggara Kliring. Penyelenggara Uang
Elektronik: Penerbit, Acquirer, Prinsipal, Penyelenggara Switching,
Penyelenggara Kliring, dan Penyelenggara Penyelesaian Akhir dalam
kegiatan Uang Elektronik.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Daftar Istilah #3
Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran: penyelenggara jasa sistem
pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ketentuan BI yang mengatur
mengenai penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran.
Penyelenggara Penunjang: penyelenggara penunjang sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran. Pengguna: pihak yang
menggunakan Uang Elektronik. Penyedia Barang dan/atau Jasa: pihak yang
menjual barang dan/atau jasa yang menerima pembayaran dari Pengguna.
Pengisian Ulang (Top Up): penambahan Nilai Uang Elektronik pada Uang
Elek-tronik. Dana Float: seluruh Nilai Uang Elektronik yang berada pada
Penerbit atas hasil penerbitan Uang Elektronik dan/atau Pengisian Ulang
(Top Up) yang masih merupakan kewajiban Penerbit kepada Pengguna dan
Penyedia Barang dan/atau Jasa. Layanan Keuangan Digital atau LKD:
kegiatan layanan jasa sistem pembayar-an dan keuangan yang dilakukan
oleh Penerbit melalui kerja sama dengan pihak ketiga serta menggunakan
sarana dan perangkat teknologi berbasis mobile maupun berbasis web
untuk keuangan inklusif. Penyelenggara LKD: Penerbit yang telah
memperoleh persetujuan Bank Indonesia untuk menyelenggarakan LKD.
Agen LKD: pihak ketiga yang bekerja sama dengan Penerbit dan bertindak
untuk dan atas nama Penerbit dalam memberikan LKD.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Prinsip dan Ruang Lingkup
Pasal 2. Prinsip: [a] tidak menimbulkan risiko yang sistemik; [b]
operasional dilakukan berdasarkan kondisi keuangan yang sehat; [c]
penguatan perlindungan konsumen; [d] usaha yang bermanfaat bagi
perekonomian Indonesia; [e] pencegahan pencucian uang dan
pendanaan terorisme.
Pasal 3. [1] Ruang lingkup: [a] closed loop: Uang Elektronik yang hanya
dapat digunakan sebagai instrumen pembayaran kepada Penyedia
Barang dan/atau Jasa yang merupakan Penerbit Uang Elektronik
tersebut; [b] open loop: Uang Elektronik yang dapat digunakan sebagai
instrumen pembayaran kepada Penyedia Barang dan/atau Jasa yang
bukan merupakan Penerbit Uang Elektronik tersebut. [2] Uang
Elektronik dapat dibedakan berdasarkan: [a] media penyimpan Nilai
Uang Elektronik berupa: [i] server based: Uang Elektronik dengan
media penyimpan berupa server; [ii] chip based, yaitu Uang Elektronik
dengan media penyimpan berupa chip; [b] pencatatan data identitas
Pengguna berupa: [i] unregistered: Uang Elektronik yang data identitas
Penggunanya tidak terdaftar dan tidak tercatat pada Penerbit; [ii]
registered: Uang Elektronik yang data identitas Penggunanya terdaftar
dan tercatat pada Penerbit.
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
Penyelenggaraan Uang Elektronik #1
Pasal 46. [1] Fitur Uang Elektronik yang dapat disediakan oleh Penerbit berupa:
[a] Pengisian Ulang (Top Up); [b] pembayaran transaksi pembelanjaan; dan/atau
[c] pembayaran tagihan. [2] Selain fitur tersebut, Penerbit dapat menyediakan
fitur: [a] transfer dana dan tarik tunai, untuk Uang Elektronik open loop dan yang
registered; dan/atau [b] fitur lain berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.

Pasal 48. [1] Penerbit wajib melakukan pencatatan Dana Float pada pos
kewajiban segera atau rupa-rupa pasiva. [2] Penerbit wajib menempatkan Dana
Float dengan ketentuan: [a] paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari Dana
Float pada: [i] kas, bagi Penerbit yang merupakan Bank yang termasuk dalam
kategori bank umum berdasarkan kegiatan usaha (BUKU) 4; atau [ii] giro di Bank
yang termasuk dalam kategori bank umum berdasarkan kegiatan usaha (BUKU)
4, bagi: (a) Penerbit yang merupakan Bank yang tidak termasuk dalam kategori
bank umum berdasarkan kegiatan usaha (BUKU) 4; dan (b) Penerbit yang
merupakan Lembaga Selain Bank; dan [b] paling banyak 70% (tujuh puluh
persen) dari Dana Float pada: [i] surat berharga atau instrumen keuangan yang
diterbitkan oleh Pemerintah atau Bank Indonesia; atau [ii] rekening di Bank
Indonesia. [3] Dengan tetap memperhatikan ketentuan tersebut, persentase pe-
nempatan Dana Float wajib disesuaikan dengan jumlah rata-rata bulanan
kebutuhan likuiditas untuk memenuhi kewajiban kepada Pengguna dan Penyedia
Barang dan/atau Jasa dalam 12 (dua belas) bulan terakhir.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Penyelenggaraan Uang Elektronik #2
Pasal 49. [1] Dana Float hanya dapat digunakan untuk memenuhi
kewajiban Penerbit kepada Pengguna dan Penyedia Barang dan/atau
Jasa, dan dilarang digunakan untuk kepentingan lain. [2] Untuk
memenuhi kewajiban kepada Pengguna dan Penyedia Barang dan/atau
Jasa, Penerbit wajib: [a] memiliki sistem dan mekanisme pencatatan
Dana Float; [b] memiliki sistem dan mekanisme monitoring
ketersediaan Dana Float; [c] memastikan pemenuhan kewajiban secara
tepat waktu; [d] mencatat Dana Float secara terpisah dari pencatatan
kewajiban lain yang dimiliki oleh Penerbit; dan [e] menempatkan Dana
Float pada rekening yang terpisah dari rekening operasional Penerbit.
Pasal 52. [1] Dalam penyelenggaraan Uang Elektronik, Penerbit dapat
mengena-kan biaya, meliputi: [a] biaya pembelian media Uang
Elektronik untuk pengguna-an pertama kali atau penggantian media
Uang Elektronik yang rusak atau hilang; [b] biaya Pengisian Ulang (Top
Up); [c] biaya tarik tunai yang dilakukan melalui pihak lain atau kanal
pihak lain (off us); dan [d] biaya transaksi transfer dana antar-
Pengguna pada Uang Elektronik dari Penerbit yang berbeda. [2] Bank
Indonesia berwenang menetapkan kebijakan mengenai biaya yang
dapat dikena-kan oleh Penerbit berdasarkan pertimbangan tertentu.
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
Penyelenggaraan Uang Elektronik #3
Pasal 50. [1] Penerbit berupa Lembaga Selain Bank wajib meningkatkan modal
disetor sesuai peningkatan Dana Float dengan ketentuan: [a] apabila rata-rata
nilai Dana Float yang dikelola telah mencapai lebih dari Rp3.000.000.000,00 (tiga
milyar rupiah) sampai Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah), maka Penerbit
wajib meningkatkan modal disetor menjadi paling sedikit Rp6.000.000.000,00
(enam milyar rupiah); [b] apabila rata-rata nilai Dana Float yang dikelola telah
mencapai lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) dengan
Rp9.000.000.000,00 (sembilan milyar rupiah) maka Penerbit wajib meningkatkan
modal disetor menjadi paling sedikit Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah); dan [c] apabila rata-rata nilai Dana Float yang dikelola telah mencapai
lebih dari Rp9.000.000.000,00 (sembilan milyar rupiah) maka Penerbit wajib
meningkatkan modal disetor menjadi paling sedikit Rp10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) ditambah 3% (tiga persen) dari nilai Dana Float. [2] Rata-
rata nilai Dana Float dihitung berdasarkan data rata-rata Dana Float selama 12
(dua belas) bulan pada tahun sebelumnya yaitu sejak bulan Januari sampai
dengan bulan Desember. [3] Bagi Penerbit yang pertama kali beroperasi setelah
bulan Januari maka rata-rata nilai Dana Float untuk pertama kalinya dihitung
berdasarkan data rata-rata Dana Float tahun sebelumnya yaitu sejak bulan
pertama Penerbit beroperasi sampai dengan bulan Desember. [4] Peningkatan
modal disetor karena penambahan Dana Float berdasarkan hasil perhitungan
tersebut wajib dipenuhi oleh Penerbit paling lambat akhir bulan Juni tahun
berjalan.
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
Laporan dan Pengawasan
Pasal 66. [1] Penyelenggara wajib menyampaikan laporan penyeleng-
garaan Uang Elektronik kepada Bank Indonesia. [2] Laporan terdiri
atas: [a] laporan berkala; dan [b] laporan insidental. [3] Laporan
berkala: [a] laporan harian; [b] laporan bulanan; [c] laporan triwulanan;
[d] laporan tahunan; dan/atau [e] laporan hasil audit sistem informasi
dari auditor independen yang dilakukan secara berkala paling sedikit 1
kali dalam 3 tahun. [4] Laporan insidental terdiri atas: [a] laporan
gangguan dalam penyelenggaraan Uang Elektronik dan tindak lanjut
yang telah di-lakukan; [b] laporan perubahan modal dan/atau susunan
pemegang saham serta perubahan susunan pengurus Penyelenggara;
[c] laporan terjadinya force majeure atas penyelenggaraan Uang
Elektronik; [d] laporan perubahan data dan informasi pada dokumen
yang disampaikan pada saat mengajukan permohonan izin kepada
Bank Indonesia; [e] laporan hasil audit sistem informasi dari auditor
independen yang dilakukan dalam hal terdapat perubahan yang
signifikan; [f] laporan lainnya yang diperlukan oleh Bank Indonesia. [5]
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian laporan diatur
dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Uang Elektronik #06
Kok Bisa Dituduh Riba

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Tuduhan Riba #1
Ketika akad yang diduga digunakan antara
pemegang kartu Uang Elektronik dengan
penerbit adalah wadiah madhmunah alias
titipan yang dipergunakan atau qardh alias
pinjaman [sebagaimana pendapat Ustaz Dr.
Erwandi Tarmidzi, Lc., MA. dengan kondisi beliau
memposisikan diri pada sudut pandang Madzhab
Hanafi], jika ada promo atau cashback atau
diskon pada saat top up saldo e-Money, maka
akan terkena Riba Qardh. Sekali lagi saya
tegaskan, itu jika menggunakan sudut pandang
logika Madzhab Hanafi dan dengan landasan
Hadits Dhaif.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Tuduhan Riba #2
Ketika akad yang digunakan antara pemegang
kartu dan e-Money dan penerbit adalah sharf
alias pertukaran sama-sama mata uang rupiah
namun hanya berbeda media/bentuknya
[sebagaimana pendapat Ustaz Zaim Saidi], jika
pertukarannya terjadi perbedaan nilai dan
penundaan waktu, misalnya berupa diskon atau
cashback Rupiah juga, maka akan terkena Riba
Fadhl dan Riba Nasiah sekaligus. Itu menurut
logika beliau, karena ada pertukaran sama-sama
rupiah dengan tidak senilai. Nanti bisa dibedah
lagi hukumnya jika ada promo selain diskon atau
cashback.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Alternatif Akad Versi DSN MUI
Alternatif akad antarpihak pada e-Money
menurut Fatwa DSN MUI: [1] Akad yang [dapat]
digunakan antara penerbit dengan pemegang
uang elektronik: wadi'ah atau qardh. [2] Akad
yang [dapat] digunakan penerbit dengan para
pihak dalam penyelenggaraan uang elektronik
(principal, acquirer, Pedagang (merchant),
penyelenggara kliring, dan penyelenggara
penyelesai akhir) adalah ijarah, ju'alah, dan
wakalah bi al-ujrah. [3] Akad yang dapat
digunakan antara penerbit dengan agen layanan
keuangan digital adalah ijarah, ju'alah, dan
wakalah bi al-ujrah. Fatwa tidak sedang
mewajibkan atau melarang pengguna-an akad
tertentu, sehingga sangat terbuka untuk
alternatif akad lainnya.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Alternatif Akad Versi Ahli Fikih
Akad-akad yang diatur oleh Fatwa DSN MUI tersebut
ternyata sifatnya masih terbuka untuk kemungkinan
munculnya akad-akad tambahan lainnya yang bisa
dipergunakan antara pengguna dan penerbit e-Money
[dengan tidak melawan ketentuan Fatwa DSN MUI].
1. Ustaz Dr. Oni Sahroni, MA dari DSN MUI, bahwa akad
antara penerbit dan pengguna e-Money adalah Ijarah
Maushufah fi Dzimmah [IMFD] atau Jual Beli Pesanan
Manfaat [dengan kondisi pemegang kartu melakukan
pembayaran atau top up saldo e-Money terlebih dulu].
Ketika akadnya adalah IMFD, maka halal ada diskon,
cashback, dan promo lainnya.
2. Ustaz Ahmad Sarwat, Lc., MA juga memberikan
pendapat lain yakni akad yang digunakan antara
pemegang kartu e-Money dan penerbitnya adalah
ash-sharf alias pertukaran mata uang. Jika Ustaz Zaim
Saidi menghukumi pertukaran keduanya adalah secara
substansi sama-sama Rupiah, namun Ustaz Ahmad
Sarwat menghukumi pertukaran keduanya adalah
beda alat tukar karena ada perbedaan media sehingga
halal ada diskon, cashback, dan promo lainnya.
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Alternatif Akad Versi Ahmad Ifham
Ada beberapa alternatif akad yang bisa digunakan
antara Pengguna dan Penerbit e-Money versi penulis,
Ahmad Ifham Sholihin: [1] Akad Wadiah Istitsmariyah,
[2] Akad Wadiah Ghairu Istitsmariyah, [3] Akad Qardh,
[4] Akad Sharf Mata Uang Sejenis, [5] Akad Sharf Mata
Uang Tidak Sejenis, [6] Akad Ijarah. [7] Akad Bay’
Masushuf fi Dzimmah, [8] Akad Ijarah Maushufah fi
Dzimmah, [9] Akad Ijarah wal Ijarah Maushufah fi
Dzimmah, [10] Akad Mudharabah, [11] Akad
Mudharabah Musytarakah.
Berbagai alternatif akad tersebut dipilah dan boleh
dipilih menjadi akad yang dipergunakan antara
Pengguna dan Penerbit e-Money. Masing-masing
alternatif memiliki konsekuensi syar’i, konsekuensi
bisnis dan konsekuensi legal. Mari kita bahas satu per
satu. Pembahasan langsung dikaitkan dengan Fatwa
DSN MUI No 116/DSN-MUI/IX/2018 tentang Uang
Elektronik Syariah dan Peraturan Bank Indonesia
20/6/PBI/2018 tentang Uang Elektronik.
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Tashawwur dan Tashdiq
Mari kita urai tashawwur dan tashdiq: [1]
Pahami Logika Hukum Transaksi. [2] Pahami
Logika Makna Riba. [3] Pahami Logika Alternatif
Akad e-Money terutama akad antara Pengguna
dan Penerbit e-Money yang ditengarai me-
munculkan transaksi yang terlarang. Pengertian
tashawwur dan tashdiq saya bahas khusus di
salah satu bagian di buku Ngaji Bisnis Zaman
Now.
Pelan-pelan, yang cermat…

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Cara Menghukumi Transaksi
Cermati lagi tema Cara Menghukumi Transaksi yang
lebih rinci saya bahas di bagian awal dari buku ini
[Ngaji Bisnis Zaman Now]. Jika terjadi perbedaan cara
Imam Madzhab dalam menghukumi sesuatu, maka
yang enak adalah ummat karena tinggal pilih satu aja
pendapat yang dirasa ringan, dan jangan menyalahkan
pendapat yang lain yang berlawanan. Ber-dasarkan
pada bahasan tersebut bisa disimpulkan bahwa e-
Money itu secara substansial menggunakan Logika
Madzhab Hanafi atau secara formalistik menggunakan
Logika Madzhab Syafi’i. Fikih zaman now terkadang
substansial, terkadang formalistik. Namun, ketika
urusannya legal formal, maka pendekatannya adalah
formalistik terlebih dulu baru lanjut substansial. Oleh
karena transaksi ini melibatkan antar-pihak yang bisa
jadi punya pendapat yang berbeda-beda, maka ikut
pendapat yang menghalalkan juga boleh karena hukum
asal dari Muamalah adalah boleh, sampai ada dalil
haramnya.
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Pahami Makna Riba
Silahkan cermati lagi bahasan tentang Larangan
Riba lebih rinci saya bahas di buku ini [Ngaji
Bisnis Zaman Now] | Berdasarkan pada uraian
tentang 5 jenis Riba, ada 3 jenis Riba yang
berpotensi muncul pada fitur transaksi e-Money
yakni Riba Fadhl, Riba Nasiah dan Riba Qardh.
Riba Fahdl dan Riba Nasiah terjadi jika
pertukaran Uang dengan instrumen e-Money
dianggap Bay al-Sharf. Riba Qardh terjadi jika
terdapat Qardh bersyarat aliran manfaat kepada
pemberi Qardh dan/atau penerima Qardh.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Uang Elektronik #07
Catatan Regulasi & Fatwa

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Catatan Regulasi dan Fatwa #1
Berikut ini catatan dari regulasi [Fatwa DSN MUI No 116/DSN-
MUI/IX/2018 tentang Uang Elektronik Syariah dan Peraturan Bank
Indonesia 20/6/PBI/2018 tentang Uang Elektronik]:
 Fitur dan NILAI Uang Elektronik alias e-Money dengan berbagai
bentuknya, bukan fitur produk Simpanan dana di Perbankan.
Perhatikan statemen pada PBI dan Fatwa DSN MUI, “nilai uang
elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan
simpanan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai perbankan”. Berdasarkan hal ini, maka
pendapat yang menyatakan bahwa akad antara Pengguna dan
Penerbit e-Money dihukumi sebagai Qardh alias Pinjaman,
menjadi pendapat yang tidak akurat.
 Selain regulasi yang menyatakan bahwa nilai Uang Elektronik
yang dikelola penerbit tidak diperlakukan seperti produk
perbankan, skema pengisian atau top up saldo pada Uang
Elektronik ini juga bukan fitur transaksi produk Simpanan
seperti produk Simpanan atau Pembiayaan di Perbankan.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Catatan Regulasi dan Fatwa #2
 Secara Akuntansi, Dana Float diatur [dan wajib ditaati oleh
Penerbit] agar dicatat pada pos kewajiban segera atau
rupa-rupa pasiva, perlakuannya tidak seperti perlakuan
dana simpanan Perbankan sebagaimana Giro, Tabungan
atau Deposito. Perhatikan, saldo simpanan produk
Perbankan diakui sebagai Dana Pihak Ketiga yang valid
dipergunakan Bank sebagai modal kredit [konvensional] dan
sebagai modal pembiayaan [syariah], sementara Saldo pada
e-Money, tidak bisa digunakan oleh Penerbit.
 Penegasan kembali bahwa dana yang masuk dalam kategori
Dana Float [dana yang belum dipergunakan oleh Pengguna
Uang Elektronik alias e-Money], secara akuntansi ternyata
tidak dipergunakan oleh pihak Penerbit, meskipun secara
esensinya ada manfaat yang diperoleh oleh Penerbit atas
keberadaan dana tersebut.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Catatan Regulasi dan Fatwa #3
 Penempatan dana float tersebut masih di Bank Kovensional
dan/atau di Instrumen Keuangan Konvensional oleh karena
belum ada Bank Syariah yang masuk dalam kategori Buku
IV. Kondisinya masih HAJIYAT sehingga terhukum BOLEH.
Solusi: ayo kosongkan Saldo rekening kita yang di Bank
Konvensional, segera pindahkan SEMUA Saldo kita ke
Rekening Bank Syariah agar Bank Syariah semakin besar
kapasitasnya, segera banyak Bank Syariah yang naik kelas ke
Buku IV.
 Boleh ada biaya-biaya dalam operasional transaksi e-
Money. Silahkan baca Pasal 52 pada Peraturan BI No.
20/6/PBI/2018.
 Akad SELAIN antara Penerbit dan Pengguna Uang
Elektronik, aman dari dugaan terkena Riba. Dugaan Riba
muncul pada akad antara Pengguna dan Penebitnya.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Catatan Regulasi dan Fatwa #4
 Fatwa DSN MUI memberikan 2 alternatif akad antara
pengguna dan penerbit Uang Elektronik yakni wadiah dan
qardh. Fatwa DSN MUI mengatur konsekuensi jika
pengguna dan penerbit menggunakan alternatif akad
tersebut.
 Fatwa DSN MUI tidak sedang mewajibkan pengguna dan
penerbit menggunakan akad tertentu. Ketika mewajibkan,
Fatwa DSN MUI biasanya menggunakan kata wajib atau
harus.
 Fatwa DSN MUI tidak sedang melarang pengguna dan
penerbit menggunakan akad tertentu. Ketika melarang,
Fatwa DSN MUI biasanya lugas menggunakan kata haram
atau dilarang atau tidak sesuai syariah.
 Silahkan simak dan cermati lagi Fatwa DSN MUI

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Uang Elektronik #08
Cara Menghukumi Transaksi

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Kaidah #1 = Khas Syafi’iyah

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Kaidah #1 = Khas Syafi’iyah
‫العبة يف العقود لَللفاظ واملباين ِل للمقاصد واملعاين‬
Transaksi dihukumi berdasarkan Lafazh dan
Alurnya, bukan berdasarkan Maksud dan
Maknanya.
Kaidah ini versi Madzhab Syafi’i, Hanbali dan
Maliki.
Istilah itu penting, untuk memperoleh makna
dan substansi.
Dalam kontrak legal, mau tidak mau, suka tidak
suka, istilah merupakan hal sangat utama, dan
tiap istilah punya esensi/substansi masing-
masing.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Kaidah #2 = Khas Hanafiyah

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Kaidah #2 = Khas Hanafiyah
‫العبة يف العقود للمقاصد واملعاين ِل لَللفاظ واملباين‬
Transaksi dihukumi berdasarkan Maksud dan
Maknanya, bukan berdasarkan Lafazh dan
Alurnya.
Kaidah ini versi Madzhab Hanafi dan Maliki.
Istilah tidak penting, yang penting
substansinya.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Contoh #1
Contoh: Jual beli di mini market, beli makan di
warung, transaksi online yang nggak ada lafazh
transaksi jual belinya, cuma ada instruksi klik,
OK, send, bayar, barang dikirim. Selesai. Hukum-
nya? Ini tidak halal menurut kaidah pertama,
namun halal menurut kaidah kedua. Memang
wajar ada beda pendapat.. Jika ada beda
pendapat, enak dong, pilih saja pendapat paling
mudah paling tidak membahayakan diri dan
masyarakat, paling maslahat.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Contoh #2
Contoh lain: istilahnya Tabungan Titipan
[Wadiah]. Titipan kok dipake, maka terjadilah
pinjam meminjam alias Qardh, itu menurut
kaidah kedua. Tabungan di Bank Syariah dengan
akad Titipan [yang dipake] diberlakukan hukum
Qardh. Bonus pada Tabungan berakad Titipan
tidak diperjanjikan namun tetap boleh diberikan.
Namun, menurut kaidah pertama, titipan
tetaplah titipan, bukan pinjaman, meskipun
titipannya dipake. Pada akad titipan, yang butuh
transaksi adalah pemilik dana. Pada akad
pinjaman, yang butuh transaksi adalah orang
yang butuh dana. Tetap berbeda kan. Tabungan
Titipan [Wadiah] Bank Syariah tidak diubah
menjadi Tabungan Pinjaman [Qardh], karena
memang beda.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Pilih yang Mana?
Silahkan beda pendapat. Urusan Ritual Ibadah, itu
enak. Tinggal pilih. Mau pake Qunut silahkan, mau
nggak pake Qunut juga silahkan, nggak ada urusan
dengan cara ritual ibadah orang lain atau Fatwa
Ormas lain. Tapi dalam urusan Muamalah, mau
tidak mau ada persinggungan dengan orang lain,
dengan Ormas lain, dengan agama lain, ada ikatan
hak dan kewajiban antarsesama, sehingga harus
disatukan, agar tidak gaduh. Silahkan pula jika
dalam satu Ormas, pake Fatwa Ormas. Namun
dalam Mumalah bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara di NKRI, ada MUI dan DSN MUI. Fatwa
MUI tidak mengikat, tapi 125 Fatwa DSN MUI [per
Juli 2019] sudah dipositivisasi oleh UU NKRI,
diperkuat oleh Peraturan Bank Indonesia [PBI],
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan [POJK] serta
selaras dengan KHES [Kodifikasi Hukum Ekonomi
Syariah] Badilag Mahkamah Agung. Urusan
pengadilan, ikut Fatwa DSN MUI dan Legal NKRI.
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Uang Elektronik #09
Memahami Makna Riba

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Riba Fadhl #1
Riba fadhl: transaksi pertukaran barang ribawi yang tidak sejenis, tidak
senilai, tidak tunai. Rupiah ditukar rupiah disyaratkan ada selisih, ini
Riba Fadhl. Rupiah dan Dollar ditukar tidak tunai, ini Riba Fadhl, kecuali
lil haajah. Emas ditukar rupiah secara tidak tunai, ini bukan Riba. Emas
batangan ditukar dengan emas perhiasan beda nilai, ini bukan Riba.
Emas zaman now adalah komoditas.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Riba Fadhl #2
Tukar beda mata uang, diserahkan tidak tunai namun ada Hajat sesuai
Syariat, itu boleh. Inilah Forward Agreement. Contoh, beli Dollar dan
Riyal jauh-jauh hari untuk operasional atau Biaya Perjalanan Ibadah
Haji [BPIH], sehingga BPIH sudah bisa ditetapkan oleh DPR beberapa
bulan sebelum jamaah diberangkat-kan. Hal ini dilakukan agar calon
jamaah haji tidak menambah BPIH ketika kurs Dollar dan Riyal-nya naik
pada saat hari keberangkatan Haji ke Arab Saudi. Padahal hukum asal
transaksi tersebut adalah Haram karena Riba Fadhl.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Riba Nasiah
Riba nasiah: syarat tambahan yang muncul karena adanya
pengakhiran atau penundaan pembayaran dalam transaksi jual
beli harta ribawi.

Transaksi Simpanan atau Kredit bersyarat Bunga, oleh Fatwa


MUI No. 1 tahun 2004 disebut Riba Nasiah. Solusi menurut
Fatwa tersebut adalah ke Lembaga Keuangan Syariah, kecuali
berada dalam kondisi Darurat.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Riba Yad #1
Riba yad adalah syarat tambahan yang terjadi pada pertukaran
harta ribawi karena penundaan dan pengakhiran dalam serah
terima serta [penundaan &pengakhiran] dalam pembayarannya.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Riba Yad #2
Pada Riba Nasiah sudah terjadi serah terima [qabdh] atas
pertukaran harta Ribawi, namun belum dibayar. Pada Riba
Yad terjadi selain karena pembayarannya diakhirkan/ di-
tunda, qabdh [serah terima] harta Ribawi yang diperjualbeli-
kan/ditukar tersebut juga dilakukan secara tunda. Serba tidak
yadan bi yadin. Misalnya forward, swap, option pada forex.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Riba Jahiliyah
Riba jahiliyah: riba yang terjadi karena adanya syarat tambahan atas
pinjaman [utang] yang tidak bisa dikembalikan tepat waktu oleh
peminjam [penghutang]. Contoh: Si A utang kepada si B, sudah jatuh
tempo. Ketika si A tidak mampu bayar tepat waktu, si B memberikan
kelonggaran tambahan waktu si A bayar utang kepada si B dengan
syarat ada tambahan jumlah pengembalian utang.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Riba Qardh #1
Kitab I’anah ath Thalibin [Syarah Fathul Mu’in] Juz 3 halaman
53 merumuskan Riba Qardh, yakni ketika ada: [1] pinjaman [2]
bersyarat [3] aliran manfaat [4] bagi pemberi pinjaman
dan/atau sekaligus bagi peminjam. Jika ada 1 poin di antara 4
kondisi tersebut tidak terjadi, maka tidak bisa disebut Riba
Qardh. Cermati, beda dikit, beda hukum.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Seperti Riba tapi Sunnah #1
Ketika ada pinjaman tidak bersyarat aliran manfaat bagi pemberi
pinjaman, ini bukan Riba. Ketika ada pinjaman bersyarat aliran manfaat
namun tidak dialirkan kepada pemberi pinjaman dan/atau tidak
dialirkan kepada semua pihak yang terlibat dalam transaksi, ini bukan
Riba. | Dalam hadits, dari Abu Raafi’ bahwa Rasulullah SAW pernah
meminjam dari seseorang unta yang masih kecil. Lalu ada unta zakat
yang diajukan sebagai ganti. Rasulullah SAW lantas menyuruh Abu
Raafi’ untuk mengganti unta muda yang tadi dipinjam. Abu Raafi’
menjawab, “Tidak ada unta sebagai gantian kecuali unta yang terbaik
(yang umurnya lebih baik).” Rasulullah SAW kemudian menjawab,
“berikan saja unta terbaik tersebut padanya. Ingatlah sebaik-baik
orang adalah yang baik dalam melunasi utangnya”. (HR. Bukhari dan
Muslim). Ketika berhutang, maka kembalikanlah utang itu dengan yang
lebih baik [dari sisi sifat maupun jumlah]. Berikan kelebihan bayar atas
pengembalian Utang. Dalam konteks masa kini, hal ini boleh dilakukan
asalkan tidak menimbulkan conflict of interest atau gratifikasi atau
transaksi sejenisnya.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Seperti Riba tapi Sunnah #2

Ketika berhutang, lebihkan pengembaliannya, baik [dari sisi sifat


maupun jumlah]. Asalkan tidak disyaratkan di awal dan bukan dalam
rangka gratifikasi, itu sunnah dari Rasulullah SAW

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Uang Elektronik #10
Alternatif Akad #01

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Alternatif Akad #01
Alternatif Akad #01
Titipan yang Diinvestasikan

Wadiah artinya titipan.


Wadiah Istitsmariyah [titipan investasi]: titipan
yang titipannya itu diinvestasikan oleh penerima
titipan, yang tentu saja dengan seizin pemilik
harta titipan.
Dalam konteks ini, ada juga sebutan Wadiah
Dhamanah [istilah yang populer] atau saya
menyebutnya dengan Wadiah Madhmunah,
yakni titipan yang dipergunakan [bisa
dipergunakan untuk investasi, bisa juga
dipergunakan untuk selain investasi].

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Konsekuensi Hukum #1
a. Halal dilakukan, karena tidak ada dalil
keharamannya.
b. Wadiah Istitsmariyah [Wadiah Madhmunah]
dianggap sebagai Qardh [logika Madzhab
Hanafi].
c. Wadiah Istitsmariyah [Wadiah Madhmunah]
tidak dianggap Qardh [logika Madzhab
Syafi’i].
d. Ketika Wadiah Istitsmariyah [Wadiah
Madhmunah] diakui sebagai Qardh, maka
berlaku hukum Qardh.
e. Ketika Wadiah Istitsmariyah [Wadiah
Madhmunah] tidak diakui sebagai Qardh,
maka tidak berlaku hukum Qardh.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Konsekuensi Hukum #2
f. Pada dasarnya, Wadiah jenis apapun itu tidak
sama persis dengan Qardh. Dalam Wadiah,
orang butuh menitipkan sesuatu. Dalam Qardh,
orang butuh meminjam sesuatu. Dalam Wadiah
tidak lazim ditentukan jangka waktunya. Dalam
Qardh, lazim diatur berjangka waktu. Makanya,
secara alami, Bank Syariah tidak menyebut
Tabungan Qardh, tetapi Tabungan Wadiah,
meskipun Madzhab Hanafi atau Jumhur Ulama
Zaman Now alias DSN MUI menyatakan bahwa
Wadiah Madhmunah itu diperlakukan seperti
Qardh. Tentu kita tetap menghargai pendapat
bahwa Wadiah Istitsmariyah [Wadiah
Madhmunah] adalah Qardh. Dan pendapat
tersebut memang boleh digunakan untuk
berhukum. Jika ada beda pendapat di kalangan
Mujtahid kan yang enak ummat, ummat tinggal
pilih pendapat yang ringan. Sah.
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Konsekuensi atas Fitur e-Money #1
a. Jika statusnya dianggap sebagai Wadiah,
bukan Qardh [sesuai logika Madzhab Syafi’i,
Hanbali dan sebagian Maliki], maka pem-
berian bonus/cashback/manfaat lain untuk
Pengguna e-Money tidak dianggap sebagai
Riba.
b. Jika akad antara Pengguna dan Penerbit e-
Money dianggap Wadiah Istitsmariyah [titipan
yang digunakan/diinvestasikan], ternyata
anggapan tersebut tidak akurat oleh karena
secara Akuntansi, dana float tidak diper-
gunakan oleh pihak Penerbit. Penerbit tidak
boleh mengakui dana float sebagai dana yang
bisa dikelola. Ini harus ditaati Penerbit.
Dibuktikan dalam Laporan.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Konsekuensi atas Fitur e-Money #2
c. Jika statusnya dianggap sebagai Qardh
[sesuai logika Madzhab Hanafi dan sebagian
Maliki], maka pemberian bonus/cashback/
manfaat lain untuk Pengguna e-Money
dianggap sebagai Riba jika dijanjikan/
disyaratkan dan tidak dianggap sebagai Riba
jika tidak dijanjikan/disyaratkan. Itupun
dengan dalil penguat Hadits Dhaif sebagai-
mana yang telah terbahas di bagian Riba
Qardh. Tentu, pernyataan ini tidak sedang
menyalahkan Hadits Dhaif, karena peng-
gunaan Hadits Dhaif itu boleh, asalkan tidak
melawan nash sharih tafsiran Ulama Dewan.
d. Boleh ada biaya-biaya yang sesuai Syariah.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Simpulan atas Akad Alternatif #01
Jika akad antara Pengguna dan Penerbit e-Money
adalah Wadiah Istitsmariyah, maka:
[1] Skemanya bukan Riba meski ada janji diskon/
cashback/ promo kepada Pengguna.
[2] Silahkan Gunakan e-Money terbitan Lembaga
Keuangan Syariah [LKS] masih co-branding
dengan Lembaga Bisnis Konvensional [LKK].

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Uang Elektronik #11
Alternatif Akad #02

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Alternatif Akad #02
Wadiah Ghairu Istitsmariyah atau titipan yang tidak digunakan
untuk investasi adalah titipan yang titipannya itu tidak
diinvestasikan oleh penerima titipan. Dalam konteks ini, ada
juga sebutan Wadiah Amanah, yakni titipan yang tidak
dipergunakan.
------------------------------
Konsekuensi Hukum Akad Wadiah Ghairu Istitsmariyah adalah:
[1] Halal dilakukan, karena tidak ada dalil keharamannya. [2]
Akad ini tidak bisa dianggap sebagai Qardh.
------------------------------
Konsekuensi Wadiah Ghairu Istitsmariyah pada fitur e-Money:
[1] Ketika Akad pengguna dan penerbit e-Money meng-
gunakan akad Wadiah Ghairu Istitsmariyah, maka statusnya
bukan Qardh, sehingga pemberian bonus/cashback/manfaat
lain untuk Pengguna, tidak di-anggap Riba. [2] Boleh ada biaya-
biaya yang sesuai Syariah.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Simpulan atas Akad Alternatif #02
Simpulan, jika akad antara Pengguna dan Penerbit e-Money
adalah Wadiah Ghairu Istitsmariyah, maka: [1] Skemanya
bukan Riba meski ada janji diskon/cashback/promo kepada
Pengguna. [2] Gunakan e-Money terbitan LKS meski masih co-
branding dengan LKK.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Uang Elektronik #12
Alternatif Akad #03

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Alternatif Akad #03
Akad Qardh: Pinjaman dan masuk kategori Utang
Piutang. A memindahkan hak atau hartanya
kepada B, untuk nanti dikembalikan lagi kepada
A dengan ganti sesuai atau setara dengan
harta/haknya A.
----------------------------
Konsekuensi Hukum Akad Qardh: [1] Halal
dilakukan, karena tidak ada dalil keharamannya.
[2] Dalam Qardh, disunnahkan untuk memberi-
kan kelebihan pengembalian atas Qardh, asal
tidak disyaratkan dan tidak menimbulkan conflict
of interest [grativikasi].

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Konsekuensi atas Fitur e-Money #1
a. Pemberian bonus/cashback/manfaat lain
untuk Pengguna e-Money dianggap sebagai
Riba jika dijanjikan/disyaratkan dan tidak
dianggap Riba jika tidak dijanjikan/ disyarat-
kan. Itupun dengan dalil Hadits Dhaif sebagai-
mana yang telah terbahas di bagian Riba
Qardh. Ini tidak sedang menyalahkan Hadits
Dhaif, oleh karena penggunaan Hadits Dhaif
itu boleh, asalkan tidak melawan nash sharih
dan malah memperkuat nash sharih. Peng-
gunaan Hadits Dhaif tersebut memperkuat
pelarangan Riba. Faktanya, Hadits Dhaif ter-
sebut juga dipergunakan oleh Ulama Klasik
sampai Kontemporer dalam mendefinisi-kan
Riba Qardh.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Konsekuensi atas Fitur e-Money #2
b. Jika akad antara Pengguna dan Penerbit e-
Money yang saat ini ada ingin dianggap
sebagai Qardh, maka ternyata anggapan
tersebut tidak akurat oleh karena secara
Akuntansi, dana float tidak dipergunakan oleh
pihak Penerbit. Penerbit tidak boleh meng-
akui dana float sebagai dana yang bisa
diinvestasikan atau bisa dikelola. Ini harus
ditaati Penerbit, dibuktikan pada Laporan.
c. Boleh ada biaya-biaya yang sesuai Syariah

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Konsekuensi atas Fitur e-Money #3
d. Jika akad antara Pengguna dan Penerbit e-
Money ingin dianggap sebagai Qardh, maka
PBI dan Fatwa DSN MUI-nya harus direvisi ter-
lebih dahulu: [1] Pos akuntansi dana float
yang semula masuk dalam pos kewajiban
segera atau rupa-rupa pasiva, diganti dengan
adanya pos baru dalam neraca yang me-
nunjukkan adanya skema pinjam meminjam.
[2] Pernyataan regulasi bahwa “nilai uang
elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan
merupakan simpanan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai perbankan”, harus dihilangkan dari
PBI dan Fatwa DSN MUI, diganti dengan
pernyataan sesuai logika Qardh. Dan hal itu
memang tidak perlu dilakukan.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Simpulan atas Akad Alternatif #03
Jika akad antara Pengguna dan Penerbit e-Money
ingin dianggap sebagai Qardh, maka:

[1] PBI dan Fatwa DSN MUI-nya harus direvisi


terlebih dulu, terutama terkait perlakuan e-
Money sebagai Pinjaman dan pos akuntansi [yang
saat ini disebut Dana Float], bukan lagi ditempat-
kan pada pos Kewajiban Segera atau Rupa-Rupa
Pasiva, namun diatur adanya pos baru yakni
Pinjaman. Skema e-Money saat ini bukan Riba
meskipun ada janji diskon/cashback/promo
sejenisnya dari Penerbit.

2] Gunakan e-Money, terutama e-Money terbit-


an LKS meskipun masih co-branding dengan LKK

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Uang Elektronik #13
Alternatif Akad #04

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Alternatif Akad #04
Alternatif akad berikutnya adalah Sharf [Jual Beli Mata Uang]
dengan Mata Uang Sejenis.
------------------------------
Konsekuensi Hukum Akad Sharf Mata Uang Sejenis:
[1] Halal dilakukan, karena tidak ada dalil keharamannya.
[2] Dalam Akad Sharf Mata Uang Sejenis, tidak boleh ada
syarat selisih lebih dan tidak boleh ada penundaan dalam
penyerahannya. Harus tunai, maksimal 2 x 24 jam. Boleh
dilakukan Forward Agreement jika terjadi kondisi Hajiyat atau
Dharuriyat.
[3] Ada yang menganggap pertukaran antara Uang Rupiah baik
uang fisik maupun Uang melalui Rekening Bank dengan Uang
pada Saldo Uang Elektronik merupakan pertukaran Uang
dengan Mata Uang Sejenis, meski terjadi perbedaan Media
yang berisi Saldo berupa Uang tersebut.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Konsekuensi Akad pada e-Money
Konsekuensi Sharf Mata Uang Sejenis pada fitur e-Money: [1]
Per-tukaran Uang harus dilakukan secara tunai, yakni maksimal
temponya adalah 2 x 24 jam. [2] Pertukaran Uang harus
dilakukan dengan nominal senilai. [3] Dilarang minta dan/atau
ada syarat kelebihan bayar atas nominal uang yang ditukar. [4]
Dilarang ada janji cashback atau diskon sejumlah Rupiah
tertentu, oleh karena transaksinya didefinisikan sebagai Sharf
Mata Uang Sejenis yang sama-sama Rupiah-nya. [5] Boleh ada
promo asalkan tidak berupa uang. [6] Boleh ada biaya-biaya
yang sesuai Syariah. [7] Perlakuan akuntansinya bisa disesuai-
kan, dengan tetap ada sejenis rekening penampungan dalam
pos sejenis dengan kewajiban segera atau rupa-rupa pasiva.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Simpulan atas Alternatif Akad #04
Simpulan, jika akad antara Pengguna dan Penerbit e-Money
ingin dianggap Sharf Mata Uang Sejenis, maka: [1] Tidak ada
Riba pada top up saldo e-Money yang dilakukan kontan
[maksimal 2 x 24 jam] dan senilai. [2] Potensial ada Riba ketika
ada janji cashback berupa sejumlah Rupiah tertentu [karena
pertukarannya terjadi pada Mata Uang yang Sejenis]. [3] Tidak
ada Riba pada e-Money ketika ada janji diskon dan/atau
promo sejenisnya terkait penggunaan e-Money. [4] Gunakan
e-Money terbitan Lembaga Keuangan Syariah meski masih co-
branding dengan Lembaga Bisnis Konven.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Fatwa No 28 tentang Sharf #1
Jual beli mata uang boleh dilakukan jika: [a] Tidak untuk
spekulasi (untung-untungan), [b] Ada kebutuhan transaksi atau
untuk berjaga-jaga (simpanan), [c] Apabila transaksi dilakukan
terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan
secara tunai (at-taqabudh). [d] Apabila berlainan jenis maka
harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku saat
transaksi dilakukan dan secara tunai.

Jenis-jenis Transaksi Valuta Asing


Spot: transaksi jual beli valuta asing (valas) untuk penyerahan
pada saat itu (over the counter) atau penyelesaiannya paling
lambat dalam jangka waktu dua hari. Hukumnya boleh, karena
dianggap tunai. Waktu dua hari dianggap sebagai proses
penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan
transaksi internasional.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Fatwa No 28 tentang Sharf #2
Forward: transaksi jual beli valas yang nilainya ditetapkan pada
saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang,
antara 2 x 24 jam sampai satu tahun. Hukumnya haram, karena
harga yang digunakan adalah harga yang diperjanjikan (muwa-
'adah) dan penyerahannya dilakukan di kemudian hari, padahal
harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan
nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk forward
agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari (lil hajah).
Swap: kontrak jual beli valas dengan harga spot yang
dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas yang
sama dengan harga forward. Hukumnya haram, karena ada maisir.
Option: kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli
atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah
unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir
tertentu. Hukumnya haram, karena mengandung maisir
(spekulasi).

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Uang Elektronik #14
Alternatif Akad #05

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Alternatif Akad #05
Akad Sharf Mata Uang Tidak Sejenis, pertukaran uang
sama-sama rupiah, namun beda media uang rupiah-
nya, yakni uang kertas/logam atau yang ada pada saldo
rekening Bank ditukar dengan e-Money, baik berupa
aplikasi maupun kartu.
Konsekuensi Hukum Sharf Mata Uang Tidak Sejenis: [1]
Halal dilakukan, karena tidak ada dalil keharamannya.
[2] Dalam Akad Sharf Mata Uang Tidak Sejenis, tentu
saja ada perbedaan nilai. Satu Rupiah dengan satu
Dollar kan nilainya berbeda. Transaksi ini boleh dilaku-
kan dengan skema Spot atau Forward Agreement.
Spot/tunai menurut Fatwa DSN MUI No. 28 ada
kelonggaran waktu penundaan dalam penyerahannya
maksimal 2 x 24 jam. [3] Ada yang menganggap per-
tukaran antara Rupiah baik uang fisik maupun uang
melalui Rekening Bank dengan uang pada Saldo e-
Money merupakan pertukaran Uang dengan Mata
Uang Tidak Sejenis karena perbedaan Media yang diisi
oleh Saldo berupa Uang tersebut, meskipun Mata Uang
yang@Ngaji.Bisnis
ditukarkan sama-samaContact:
RupiahZahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Konsekuensi Fitur dan Simpulan
Konsekuensi Sharf Mata Uang Tidak Sejenis di fitur e-
Money: [1] Pertukaran harus dilakukan tunai, maksimal
temponya adalah 2 x 24 jam, kecuali dalam kondisi
Hajiyat. Dalam kondisi hajiyat yang sulit dihindarkan,
maka forward agreement menjadi boleh dilakukan. [2]
Boleh ada janji cashback berupa sejumlah Rupiah
tertentu, oleh karena transaksinya didefinisikan sebagai
Sharf Mata Uang Tidak Sejenis. [3] Boleh ada janji
cashback/diskon/promo sejenisnya. [4] Boleh ada biaya-
biaya yang sesuai Syariah. [5] Perlakuan akuntansinya
bisa disesuaikan, dengan tetap ada sejenis rekening
penampungan dalam pos sejenis dengan kewajiban
segera atau rupa-rupa pasiva.
Simpulan, jika akad antara Pengguna dan Penerbit e-
Money ingin dianggap Sharf Mata Uang Tidak Sejenis,
maka: [1] Tidak ada Riba pada top up saldo yang
dilakukan secara kontan [maksimal 2 x 24 jam] dan
senilai. [3] Tidak ada Riba jika ada diskon/cashback/
promo. [4] Gunakan e-Money terbitan LKS meski masih
co-branding dengan LKK. Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
@Ngaji.Bisnis
@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Uang Elektronik #15
Alternatif Akad #06

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Alternatif Akad #06
Akad Ijarah: Jual Beli Manfaat. Manfaat ini bisa berupa
Manfaat Barang, bisa juga berupa Manfaat perbuatan.
-----------------------------
Konsekuensi Hukum Akad Ijarah: [1] Halal dilakukan, oleh
karena tidak ada dalil keharamannya. [2] Berlaku hukum Jual
Beli. Objeknya berupa Manfaat. Tentu saja kondisi ini akan
disesuaikan dengan Manfaat yang diperjualbelikan.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Konsekuensi Akad pada e-Money #1
1. Boleh ada janji cashback/diskon/promo sejenisnya.
2. Letak akad Ijarah dari sisi kelaziman adalah ketika terjadi
Top Up Saldo, yakni Pertukaran Uang dengan Fasilitas
Aplikasi e-Money yang di dalamnya ada saldo uang.
3. Secara esensi [logika Madzhab Hanafi], skema ini bisa
disamakan dengan Jual Beli Pulsa. Salah satu Bank Syariah
punya fitur Rekening Ponsel, rekening Pulsa, yang rekening
itu bisa dijadikan Pulsa, bisa juga difungsikan sebagai e-
Money, bisa juga difungsi-kan sebagai Saldo Tabungan yang
berlaku hukum sebagaimana skema Rekening Tabungan.
4. Dan secara esensi, bisa juga skema Jual Beli Pesanan
Manfaat yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi
tersebut disebut sebagai akad Ijarah. Jadi, akad Ijarahnya
bisa melingkupi serangkaian akad sejak terjadi Top Up
Saldo sampai dengan pembelian manfaat [sewa atau jasa].

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Konsekuensi Akad pada e-Money #2
5. Boleh ada selisih antara harga yang dibayarkan [top up
saldo] dengan jumlah saldo, sehingga halal ada janji
cashback dan/atau sejenisnya.
6. Uang yang dibayarkan oleh Konsumen pada saat Top Up
Saldo, langsung bisa diakui menjadi miliknya Penerbit,
namun tetap bisa diatur agar Penerbit tetap menyediakan
modal disetor sesuai regulasi yang saat ini ada dan
sekaligus menyediakan dana pada rekening penampungan
tertentu sebesar dana float.
7. Boleh ada biaya-biaya yang sesuai Syariah.
8. Perlakuan akuntansinya bisa disesuaikan, dengan tetap ada
sejenis rekening penampungan dalam pos sejenis dengan
kewajiban segera atau rupa-rupa pasiva.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Simpulan atas Alternatif Akad #06
Simpulan, jika akad antara Pengguna dan Penerbit e-Money
dianggap Ijarah, maka: [1] Tidak ada Riba pada top up saldo e-
Money. [2] Tidak ada Riba ketika ada diskon/cashback/ promo.
[3] Gunakan e-Money terbitan LKS meski masih co-branding
dengan LKK.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Uang Elektronik #16
Alternatif Akad #07

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Alternatif Akad #07
Akad Bay’ Maushuf fi Dzimmah: akad Jual Beli
Pesanan Barang atau Jual Beli Salam. Bisa
disepakati dibatalkan jika pesanan tidak bisa
diserahkan sesuai pesanan yang disepakati.
Konsekuensi Hukum: [1] Halal dilakukan, oleh
karena tidak ada dalil keharamannya. [2] Pada
Bay’ Maushuf fi Dzimmah, berlaku hukum Jual
Beli, objeknya berupa Barang [pesanan].

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Konsekuensi Akad terhadap Fitur #1
1. Terjadi transaksi Pesanan Barang.
2. Boleh ada janji cashback/diskon/promo sejenis-
nya.
3. Boleh ada biaya-biaya yang sesuai Syariah.
4. Letak akad Bay’ Maushuf fi Dzimmah adalah
ketika Top Up Saldo sudah dilakukan yang
dilanjutkan dengan Pesanan [Jual Beli Pesan]
Barang menggunakan instrumen Uang Elektronik
tersebut. Jika Top Up Saldo dilakukan hanya
dalam rangka langsung Jual Beli Barang tertentu
yang sudah jelas, maka bisa dihukumi Bay’
Maushuf fi Dzimmah saja tanpa didahului akad
Ijarah. Namun, tashowwur ini belum tentu
akurat karena pada saat Top Up Saldo,
Konsumen biasanya tidak sekaligus langsung
pesan barang tertentu yang sudah jelas. Bisa jadi
konsumen memang cuma ada keperluan Top Up
Saldo saja tidak langsung Pesan Barang.
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Konsekuensi Akad terhadap Fitur #2
5. Boleh ada selisih antara harga yang dibayar-
kan [top up saldo] dengan jumlah saldo. Halal
ada janji cashback atau sejenisnya.
6. Uang yang dibayarkan oleh Konsumen pada
saat Top Up Saldo, langsung bisa diakui men-
jadi milik Penerbit, namun tetap bisa diatur
agar Penerbit tetap menyediakan modal di-
setor sesuai regulasi dan sekaligus menyedia-
kan dana pada rekening penampungan ter-
tentu sebesar dana float.
7. Perlakuan akuntansinya bisa disesuaikan,
dengan tetap ada sejenis rekening pe-
nampungan dalam pos sejenis dengan
kewajiban segera atau rupa-rupa pasiva.
8. Pesanan Konsumen bisa dibatalkan dan tidak
ada dana yang dibayarkan Konsumen kepada
penerbit.
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Simpulan atas Alternatif Akad #07
Simpulan, jika akad antara Pengguna dan
Penerbit e-Money ingin dianggap Bay’ Maushuf fi
Dzimmah, maka: [1] Tidak ada Riba pada
transaksi e-Money. [2] Tidak ada Riba ketika ada
diskon/cashback/ promo. [3] Gunakan e-Money
terbitan LKS meski masih co-branding dengan
LKK.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Uang Elektronik #17
Alternatif Akad #08

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Alternatif Akad #08
Akad Ijarah Maushufah fi Dzimmah: Jual Beli Pesanan
Manfaat [Manfaat Barang atau Manfaat Perbuatan].
Berlaku logika jual beli pesanan. Ada hak pembatalan akad.
-----------------------------------
Konsekuensi Hukum: [1] Halal dilakukan, oleh karena tidak
ada dalil keharamannya. [2] Berlaku hukum Jual Beli
Manfaat. Kondisi ini akan disesuaikan dengan Manfaat yang
dijual.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Konsekuensi Akad pada e-Money #1
1. Boleh ada janji cashback/diskon/promo sejenisnya atas
peng-gunaan instrumen e-Money tersebut.
2. Letak Ijarah Maushufah fi Dzimmah adalah ketika Top Up
Saldo sudah dilakukan yang dilanjutkan dengan Pesanan
[Jual Beli Pesan] Manfaat Jasa. Jika Top Up Saldo dilakukan
hanya dalam rangka langsung Jual Beli Manfaat tertentu
yang sudah jelas, maka bisa langsung dihukumi Ijarah
Maushufah fi Dzimmah saja tanpa didahului akad Ijarah.
Namun, tashowwur ini belum tentu akurat oleh karena
pada saat Top Up Saldo, Konsumen biasanya tidak sekaligus
langsung pesan jasa tertentu yang sudah jelas. Bisa jadi
konsumen memang cuma ada keperluan Top Up Saldo saja
tidak otomatis langsung Pesan Jasa persis saat top up
dilakukan.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Konsekuensi Akad pada e-Money #2
3. Boleh ada biaya-biaya yang sesuai Syariah.
4. Uang yang dibayarkan oleh Konsumen pada saat Top Up
Saldo, langsung bisa diakui menjadi milik Penerbit,
namun tetap bisa diatur agar Penerbit tetap menyedia-
kan modal disetor sesuai regulasi dan sekaligus me-
nyediakan dana pada rekening penampungan tertentu
sebesar dana float.
5. Perlakuan akuntansinya bisa disesuaikan, dengan tetap
ada sejenis rekening penampungan dalam pos sejenis
dengan kewajiban segera atau rupa-rupa pasiva.
6. Pesanan Konsumen bisa dibatalkan dan tidak ada dana
yang dibayarkan Konsumen kepada penerbit.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Simpulan atas Alternatif Akad #08
Simpulan, jika akad antara Pengguna dan Penerbit e-Money
ingin dianggap Ijarah Maushufah fi Dzimmah, maka: [1] Tidak
ada Riba pada transaksi e-Money. [2] Tidak ada Riba ketika
ada diskon/ cashback/promo. [3] Gunakan e-Money terbitan
LKS meski masih co-branding dengan LKK.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Uang Elektronik #18
Alternatif Akad #09

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Alternatif Akad #09
Definisi Akad Ijarah adalah Jual Beli Manfaat.
Sedangkan Ijarah Maushufah fi Dzimmah adalah
Jual Beli Pesanan Manfaat. Pada jual beli ini, bisa
disepakati dibatalkan jika pesanan tidak bisa
diserahkan sesuai pesanan yang disepakati.
--------------------------------------
Konsekuensi Hukum: [1] Halal dilakukan, oleh
karena tidak ada dalil keharamannya. [2] Pada
Ijarah wal Ijarah Maushufah fi Dzimmah, berlaku
hukum Jual Beli. Objeknya berupa Manfaat.
Kondisi ini akan disesuaikan dengan Manfaat
yang dijual.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Konsekuensi Akad terhadap Fitur #1
1. Boleh ada janji cashback/diskon/promo
sejenisnya.
2. Boleh ada biaya-biaya yang sesuai Syariah.
3. Letak akad Ijarah ada pada saat terjadi Top Up
Saldo. Letak akad Ijarah Maushufah fi
Dzimmah ada ketika Top Up Saldo sudah
dilakukan yang dilanjutkan dengan Pesanan
[Jual Beli Pesan] Manfaat Jasa.
4. Karena akadnya adalah Ijarah wal Ijarah
Maushufah fi Dzimmah, maka boleh ada
selisih antara harga yang dibayarkan [top up
saldo] dengan jumlah saldo, sehingga halal
ada janji cashback dan/atau sejenisnya.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Konsekuensi Akad terhadap Fitur #2
5. Uang yang dibayarkan Konsumen saat Top Up
Saldo, bisa langsung diakui menjadi milik
Penerbit, namun bisa diatur agar Penerbit
tetap menyediakan modal disetor sesuai
regulasi yang saat ini ada dan sekaligus me-
nyediakan dana pada rekening penampungan
tertentu sebesar dana float.
6. Perlakuan akuntansinya bisa disesuaikan,
dengan tetap ada sejenis rekening pe-
nampungan dalam pos sejenis dengan
kewajiban segera atau rupa-rupa pasiva.
7. Pesanan Konsumen bisa dibatalkan dan tidak
ada dana yang dibayarkan Konsumen kepada
penerbit.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Simpulan atas Alternatif Akad #09
Simpulan, jika akad antara Pengguna dan
Penerbit e-Money dianggap Ijarah wal Ijarah
Maushufah fi Dzimmah, maka: [2] Tidak ada Riba
pada transaksi e-Money. [2] Tidak ada Riba ketika
ada diskon/cashback/promo. [3] Gunakan e-
Money, terbitan LKS meski masih co-branding
dengan LKK.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Uang Elektronik #19
Alternatif Akad #10

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Alternatif Akad #10
Mudharabah/Qiradh adalah Investasi. Mudharabah bagian
dari Syirkah. Di dalam Investasi berarti harus ada [1]
Investor, [2] Pengusaha, [3] Modal, [4] Usaha, [5] Ijab
Qabul. Hasilnya akan ada 3 kemungkinan, yakni [1] Rugi, [2]
Untung, atau [3] Impas.
-------------------------------------
Konsekuensi Hukum: [1] Halal dilakukan, karena tidak ada
dalil keharamannya. [2] Berlaku hukum kongsi investasi.
Ada nisbah bagi hasil. Ada skema bagi hasil [revenue
sharing] atau skema bagi untung atau bagi beban rugi
[profit/loss sharing].

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Konsekuensi Akad pada e-Money #1
1. Boleh ada janji diskon/cashback/promo.
2. Boleh ada biaya-biaya yang sesuai Syariah.
3. Mudharabah terjadi pada saat Top Up Saldo. Ketika ingin
melaku-kan transaksi pemesanan jasa/fasilitas, bisa dilanjutkan
dengan jual beli pesanan barang [Bay Maushuf fi Dzhimmah]
atau jual beli pesanan manfaat [Ijarah Maushufah fi Dzimmah].
Ketika Jual Beli tersebut dilakukan, maka akan mengurangi
Saldo Investasi.
4. Sepertinya aneh, namun faktanya Tabungan Mudharabah Bank
Syariah atau LKS lainnya, saldonya bisa dipergunakan sebagai
saldo pembayaran via kartu ATM atau transfer atau kliring.
5. Jika akad antara Pengguna dan Penerbit e-Money yang saat ini
ada ingin dianggap sebagai Mudharabah, ternyata anggapan
tersebut tidak akurat oleh karena secara Akuntansi, dana float
tidak dipergunakan oleh pihak Penerbit. Penerbit tidak
mengakui dana float sebagai dana yang bisa diinvestasikan
atau bisa dikelola. Dan ini ditaati Penerbit. Dibuktikan dalam
Laporan.
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
Konsekuensi Akad pada e-Money #2
Boleh saja akad antara Pengguna dan Penerbit e-Money ditata
menggunakan akad Mudharabah, asalkan Peraturan BI dan Fatwa DSN
MUI-nya harus direvisi terlebih dahulu:
a. Pos akuntansi dana float yang semula masuk dalam pos kewajiban
segera atau rupa-rupa pasiva, diganti dengan adanya pos baru
dalam neraca yang menunjukkan adanya skema kongsi
mudharabah.
b. Regulasi, “nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan
merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang yang mengatur mengenai perbankan”, harus dihilangkan
dari PBI dan Fatwa DSN MUI, diganti dengan pernyataan sesuai
logika Mudharabah. Dan hal itu memang tidak perlu dilakukan.
c. Konsekuensi: dana Pengguna Uang Elektronik bisa diperguna-kan
oleh Penerbit untuk dikelola. Namun, harus diatur sedemikian
rupa sehingga ketika Uang yang ada pada Saldo e-Money-nya akan
digunakan oleh Pengguna e-Money, maka saldonya tetap bisa
dipergunakan sesuai keinginan Pengguna.
d. Secara bisnis, tidak mudah dilakukan, juga tidak disarankan. Andai
dipilih, skemanya halal.
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
Simpulan atas Alternatif Akad #10
Simpulan, jika akad antara Pengguna dan Penerbit e-Money
ingin dianggap Mudharabah, maka: [1] Tidak ada Riba pada
transaksi e-Money. [2] Tidak ada Riba ketika ada diskon/
cashback/promo. [3] Gunakan e-Money terbitan LKS meski
masih co-branding dengan LKK.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Uang Elektronik #20
Alternatif Akad #11

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Alternatif Akad #11
Mudharabah Musytarakah: Investasi di mana
pengusahanya sekaligus ikutan share modal
dalam investasi. Pengusaha andil modal.
--------------------
Konsekuensi Hukum: [1] Halal dilakukan, oleh
karena tidak ada dalil keharamannya. [2] Berlaku
hukum kongsi investasi. Ada nisbah bagi hasil.
Ada skema bagi hasil [revenue sharing], skema
bagi untung atau bagi beban rugi [profit/loss
sharing].

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Konsekuensi Akad terhadap Fitur #1
1. Boleh ada janji diskon/cashback/promo.
2. Boleh ada biaya-biaya yang sesuai Syariah.
3. Mudharabah terjadi pada saat Top Up Saldo. Ketika
ingin melakukan transaksi pemesanan jasa/fasilitas,
bisa dilanjutkan dengan jual beli pesanan barang
[Bay Maushuf fi Dzhimmah] atau jual beli pesanan
manfaat [Ijarah Maushufah fi Dzimmah]. Ketika Jual
Beli tersebut dilakukan, maka akan mengurangi
Saldo Investasi.
4. Sepertinya aneh, namun faktanya Tabungan
Mudharabah Bank Syariah atau LKS lainnya, saldo-
nya bisa dipergunakan sebagai saldo pembayaran
via kartu ATM atau transfer atau kliring.
5. Jika akad antara Pengguna dan Penerbit e-Money
yang saat ini ada ingin dianggap sebagai
Mudharabah, ternyata anggapan tersebut tidak
akurat oleh karena secara Akuntansi, dana float
tidak dipergunakan oleh pihak Penerbit. Penerbit
tidak mengakui dana float sebagai dana yang bisa
diinvestasikan atau bisa dikelola. Dan ini ditaati
@Ngaji.Bisnis Contact:
Penerbit. Dibuktikan dalam Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
Laporan. @Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Konsekuensi Akad terhadap Fitur #2
Boleh saja akad antara Pengguna dan Penerbit e-Money
ditata menggunakan akad Mudharabah Musytarakah,
asalkan Peraturan BI dan Fatwa DSN MUI-nya harus direvisi
terlebih dahulu:
a. Pos akuntansi dana float yang semula masuk dalam pos
kewajiban segera atau rupa-rupa pasiva, diganti
dengan adanya pos baru dalam neraca yang
menunjukkan adanya skema kongsi mudharabah.
b. Regulasi, “nilai uang elektronik yang dikelola oleh
penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai perbankan”, harus dihilangkan dari PBI dan
Fatwa DSN MUI, diganti dengan pernyataan sesuai
logika Mudharabah. Dan hal itu memang tidak perlu
dilakukan.
c. Konsekuensi: dana Pengguna Uang Elektronik bisa
diperguna-kan oleh Penerbit untuk dikelola. Namun,
harus diatur sedemikian rupa sehingga ketika Uang
yang ada pada Saldo e-Money-nya akan digunakan oleh
Pengguna e-Money, maka saldonya tetap bisa diper-
gunakan sesuai keinginan Pengguna.
d. @Ngaji.Bisnis
Secara bisnis, tidak mudah Contact: dilakukan, juga tidak
Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
@Ngaji.Bisnis
disarankan. Andai dipilih, skemanya halal.
www.AmanaSharia.com
Simpulan atas Alternatif Akad #11
Simpulan, jika akad antara Pengguna dan
Penerbit e-Money ingin dianggap Mudharabah,
maka: [1] Tidak ada Riba pada transaksi e-Money.
[2] Tidak ada Riba ketika ada diskon/
cashback/promo. [3] Gunakan e-Money terbitan
LKS meski masih co-branding dengan LKK.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


@Ngaji.Bisnis
www.AmanaSharia.com
Uang Elektronik #21
Hasil Analisis Fitur e-Money

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Hasil Analisis #1
1. Ternyata, tuduhan haram pada fitur e-Money itu
tidak akurat, karena [1] beda sudut pandang, [2] beda
madzhab yang digunakan, ditambah dengan [3] kurang
cermatnya penuduh dalam memahami tashowwur
atau fitur e-Money secara komprehensif. Beda
pendapat karena beda sudut pandang, itu masih wajar.
Beda pendapat karena beda madzhab, itu masih wajar.
Tapi kalau terjadi salah tashawwur, itu bisa sesat
menyesatkan.
2. Sejauh ini, tidak perlu ada yang diubah dari regulasi
terkait skema Uang Elektronik yang saat ini sudah ada,
baik dari sisi Fatwa DSN MUI No 116/DSN-
MUI/IX/2018 tentang Uang Elektronik Syariah dan
Peraturan Bank Indonesia 20/6/PBI/2018 tentang Uang
Elektronik.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Hasil Analisis #2
3. Makna Top Up [Deposit] Saldo e-Money itu ternyata
bermacam-macam: [1] Wadiah Istitsmariyah, [2]
Wadiah Ghairu Istitsmariyah, [3] Qardh, [4] Sharf Mata
Uang Sejenis, [5] Sharf Mata Uang Tidak Sejenis, [6]
Ijarah, [7] Bay’ Masushuf fi Dzimmah, [8] Ijarah
Maushufah fi Dzimmah, [9] Ijarah wal Ijarah
Maushufah fi Dzimmah, [10] Mudharabah, atau [11]
Mudharabah Musytarakah.
4. SEMUA Alternatif akad tersebut bisa dipilih salah satu
untuk selanjutnya dipergunakan dalam Akad antara
Pengguna dan Penerbit Uang Elektronik, asalkan siap
dengan segala konsekuensi atas pilihan akadnya.
Sebagai catatan, regulasinya harus direvisi terlebih
dulu ketika akad yang diper-gunakan adalah Qardh
atau Qiradh. Simak lagi bahasannya.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Hasil Analisis #3
5. Silahkan gunakan e-Money yang ada. Untuk yang
berbasis Kartu, gunakan e-Money terbitan Bank
Syariah meski co-branding dengan Bank Induknya.
Boleh juga pake e-Money terbitan Lembaga Nonbank:
Gopay, OVO, DANA, Paytren, dan/atau yang sejenisnya.
Andai ada pro kontra dalam hukum e-Money, tidak
usah galau. Pilih yang membolehkan, lebih aman,
karena hukum asal dari Muamalah adalah boleh.
6. Simak kembali bahasan Dharuriyat dan Hajiyat.
Cermati logikanya. Kriteria hukum itu jelas, judgement
hukumnya akan ada sebanyak nyawa manusia,
tergantung kondisinya dharuriyat atau hajiyat.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Hasil Analisis #4
7. Untuk berbagai pihak yang terlibat dalam lingkaran bisnis
e-Money, silahkan jalan. Andai ada pihak yang
mengharamkan, tetap boleh meng-gunakan e-Money
karena levelnya ada dalam kondisi HAJIYAT.
8. Akad yang digunakan antara Penerbit atau Pengguna e-
Money dengan para pihak pada penggunaan e-Money
(principal, acquirer, Pedagang (merchant), penyelenggara
kliring, penyelenggara penyelesai akhir, agen layanan
keuangan digital: Ijarah, Ju’alah dan Wakalah bi al-Ujrah.
Semua akadnya mu’awadhat [jual beli], sehingga ketika
berbagai pihak tersebut ingin memberikan program loyalty
untuk customer seperti hadiah, diskon, cashback, bonus,
atau fasilitas lainnya, hukumnya boleh. Konsekuensi atas
akad-akad tersebut menyebabkan semua pihak terkait
boleh membuat kesepakatan ambil untung dengan basis
hitungan fee per transaksi.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Hasil Analisis #5
9. Sembari menggunakan Uang Elektronik dengan skema
yang ada saat ini [karena masih diatur hanya boleh
diterbitkan oleh Bank Buku IV atau Lembaga Nonbank
dengan dana yang harus ditempatkan di Bank Buku IV], ayo
kampanye hanya pake rekening Bank Syariah saja dalam
bertransaksi. Mari gunakan e-Money produk Bank Syariah
yang co-branding dengan bank induknya. Kampanye ini
bisa berdampak besar bagi Muamalah Kontemporer secara
keseluruhan oleh karena jantungnya sistem ekonomi di
negeri ini adalah Uang dan Rekening yang jadi tempat
aliran Uang.
10. Untuk urusan Muamalah, paling aman adalah menghalal-
halalkan sesuatu, bukan mengharam-haramkan sesuatu.
Ingat, menyatakan Riba atas Jual Beli yang sah, oleh Ibnu
Katsir dikategorikan sebagai MUSYRIK. Dosa terbesar.
Namun menghalalkan hal haram dalam Muamalah, jika
salah, tidak sampai pada derajat MUSYRIK.
@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com
Hasil Analisis #6
11. Ada kaidah maa laa yudraku kulluhu laa yutraku
kulluhu. Sesuatu yang tidak bisa disempurnalengkap-
kan semua, janganlah tinggalkan semuanya, jangan
tinggalkan yang [katakanlah] tidak sempurna itu
dengan malah melestarikan hal yang ‘sempurna tidak
Syariahnya’.
------------------------------------------------------------------------------
SIMPULAN: Gunakan e-Money terbitan Lembaga
Keuangan Syariah meskipun masih sebatas co-branding
dengan Lembaga Bisnis Konvensional. Promo, janji,
cashback, diskon atau sejenisnya atas penggunaan e-
Money tersebut, hukumnya halal.

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com


Tebal: 500 halaman, Harga 125 rb [belum ongkir].
Buku ini hanya bisa dibeli Via WA Zahra: 0812-9901-3788

@Ngaji.Bisnis Contact: Zahra (0812-9901-3788) | www.AmanaSharia.com

Anda mungkin juga menyukai