Anda di halaman 1dari 9

Pengetahuan Tentang Pers dan Jurnalistik

Secara bahasa, Pers berarti media. Apakah media itu berarti hanya media cetak? Tentunya
tidak. Pada awal kemunculannya media memang terbatas hanya pada media cetak. Seiring
percepatan tekhnologi dan informasi, ragam media ini kemudian meluas. Muncul media
elektronik: Audio, audio visual (pandang-dengar) sampai internet. Jadi pers adalah sarana
atau wadah untuk menyiarkan produk-produk jurnalistik.
Sedang jurnalistik merupakan suatu aktifitas dalam menghasilkan berita maupun opini.
Mulai dari perencanaan, peliputan dan penulisan yang hasilnya disiarkan pada public atau
khalayak pembaca melalui media/pers. Dengan kata lain jurnalistik merupakan proses aktif
untuk melahirkan berita.
Hasil dari proses jurnalistik yang kemudian menjadi teks yang dimuat di media, berupa
berita maupun opini.
Fungsi Pers
1.
Menyiarkan informasi; hal inimerupakan fungsi yang pertama dan utama karena
khalayak pembaca memerlukan informasi mengenai berbagai hal di bumu ini.
2.
Mendidik (to educate); artinya sebagai sarana pendidikan massa (mass education).
Adapun isi dari media atau hal yang dimuat dalam media mengandung unsur pengetahuan
khalayak pembaca pengetahuannya.
3.
Menghibur (to entertaint), khalayak pembaca selain membutuhkan informasi juga
membutuhkan hiburan. Ini juga menyangkut minat insani.
4.
Mempengaruhi (control social); tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan ini ada
kejanggalan-kejanggalan, baik langsung ataupun tidak langsung, berdampak pada
kehidupan social. Pada fungsi ini media dimungkinkan menjadi control social, yang karena
isi dari media sendiri bersifat mempengaruhi.
Teori Pers
Fred S. Slebert, Thedorre Peterson dan Wilbur Schamm menyatakan bahwa pers di dunia
saat ini dapat dikatagorikan menjadi: Authorian Pers, social Responbility Pers dan Soviet
Communist Pers.
Adapun teori Soviet Communist Pers hanyalah perkembangan dari teori authoritarian Pers.
Pada teori itu fungsi pers sebagai media informasi kepada rakyat oleh pihak penguasa
mengenai apa yang mereka inginkan dan apa yang harus didukung rakyat.
Sedangkan teori Sosial Rseponbility merupakan perkembangan dari teori Lebertarian Pers.
Dan teori ini adalah kebalikan dari teori autoritarian pers, dimana pers bebas dari pengaruh
pemerintah dan bertindak sebagai Fouth State. Pada teori ini pers menempatkan posisinya
sebagai tanggung jawab sosial.
Apa Itu Berita?
Secara sederhana berita merupakan laporan seorang wartawan/jurnalis mengenai fakta.
Karena ada banyak fakta dalam kehidupan atau realitas social lantas apakah fakta/realitas
merupakan berita? Tidak? Fakta itu akan menjadi berita setelah dilaporkan oleh seorang
wartawan. Karena itu berita merupakan konstruksi dari sebuah fakta. Lantas seperti apa

fakta yang semestinya dilaporkan wartawan lalu menjadi berita? Secara teoritis ada banyak
sekali ukuran, namun secara umum ukuran itu dibagi dua, yakni penting dan menarik.
Kemudian, seberapa penting dan menarikkah suatu peristiwa itu layak dijadikan berita?
Maka untuk mempertimbangkan hal tersebut dibutuhkan nilai-nilai sebagai pertimbangan
untuk menentukan suatu peristiwa itu layak dijadikan berita. Dalam jurnalistik nilai-nilai
tersebut disebut dengan News Value (nilai berita).
Objek Berita
Karena berita adalah laporan fakta yang ditulis oleh seorang jurnalis, maka objek beritanya
adalah fakta. Dan fakta dalam jurnalsitik dikenal dalam beberapa kriteria, yaitu:
1.
Peristiwa, adalah suatu kejadian yang baru terjadi, artinya kejadian itu hanya sekali
terjadi.
2.
Kasus, adalah merupakan kejadian yang tidak selesai setelah peristiwa terjadi.
Maksudnya kejadian tersebut meninggalkan kejadian selanjutnya, peristiwa melahirkan
peristiwa berikatnya. Maka kejadian demi kejadian tersebut disebut dengan kasus.
3.
Fenomena, adalah merupakan suatu kasus yang ternyata tidak terjadi hanya pada
batas teritorial tertentu, artinya kasus tersebut sudah mewabah, terjadi dimana-mana.
Nilai-nilai Berita (News Value)
Secara umum nilai berita ditentukan oleh 10 komponen. Semakin banyak komponen
tersebut dalam berita maka semakin besar nilai khalayak pembaca terhadap berita tersebut,
secara lebih rinci dapat diringkaskan sebagai berikut:
1. Kedekatan (Proximity), peristiwa yang memiliki kedekatan dengan khalayak, baik
secara geografis maupun psikis.
2. Bencana (Emergency), tiap manusia membutuhkan rasa aman. Dan setiap rasa aman
akan menggugah perhatian setiap orang.
3. Konflik (Conflict), ancaman terhadap rasa aman yang ditimbulkan manusia. Konflik
antar individu, kelompok maupun Negara tetap akan mengugah perhatian setiap orang.
4. Kemashuran (Prominence), biasanya rasa ingin tahu terhadap seseorang yang
menjadi Public figure cukup besar.
5. Dampak (Impact), peristiwa yang memiliki dampak langsung dalam kehidupan
khalayak/masyarakat.
6. Unik, manusia cenderung ingin tahu tentang segala hal yang unik, aneh dan lucu. Hal-hal
yang belum pernah atau tak bias ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan menarik
perhatian.
7. Baru (Actual), suatu peristiwa yang baru terjadi akan memancing minat orang untuk
mengetaui.
8. Kontroversial, suatu peristiwa yang bersifat controversial akan menarik untuk diketahui
karena mengandung kejanggalan.

9. Human Interest, derita cenderung dijahui manusia, dan derita sesame cenderung menarik
minat untuk mengetahui. Karena manusia menyukai suguhan informasi yang mengesek sisi
kemanusiaan.
10. Ketegangan (Suspense), sesuatu yang membuat manusia ingin mengetahui apa yang
terjadi cenderung menarik minat, karena orang ingin tahu akhir dari peristiwa.
Namun sering kali ditemui dalam beberapa media yang melaporkan peristiwa yang sama.
Ini karena perbedaan sudut pandang (angel) yang diambil wartawan dalam menulis berita.

Unsur Berita
Diketahui bahwa berita merupakan hasil rekonstruksi dari fakta (peristiwa) oleh wartawan,
maka doperlukan perangkat untuk merekonstruksi peristiwa tersebut. Berangkat dari
pemikiran bahwa pada umumnya manusia membutuhkan jawaban atas rasa ingin tahunya
dalam enam hal. Maka dari itu materi berita digali melalui enam pokok unsure tersebut;
meliputi
apa (what), siapa (who), dimana (where), kapan (when), mengapa (why), bagaimana (how).
Kemudian dikenal sebagai 5W+1H.
Sifat Berita
1. Mengarahkan (Directive), karena berita ini dapat mempengaruhi khalayak, baik disengaja
atau tidak. Maka berita ini sifatnya mengarahkan
2. Menbangkitkan Perasaan (effectife), melalui berita ini dapat membangkitkan perasaan
public
3. Memberi Informasi (Informatife), berita in harus memberi informasi tentang keadaan
yang terjadi sehingga memberi gambaran jelas dan menjadi pengetahuan public.
Kaidah-kaidah Penulisan Berita
Dalam penulisan berita, dalam hal ini menkonstruk peristiwa (fakta) tidaklah semena-mena.
Penulisan berita didasarkan pada kaidah-kaidah jurnalistik. Kaidah-kaidah tersebut biasa
dikenal dengan konsep ABC (Accuracy, Balance, Clarity).
1. Accuracy (akurasi)
Disebut sebagai pondasi segala macam penulisan bentuk jurnalistik. Apabila penulis
ceroboh dalam hal ini, artinya sama dengan melakukan pembodohan dan membohongi
khalayak pembaca. Untuk menjaga akurasi dalam penulisan berita, bila perlu perhatikan
beberapa hal berikut:
1. Dapatkan berita yang benar
2. Lakukan recek terhadap data yang diperoleh
3. Jangan mudah berspekulasi denga isu atau desas-desus
4. Pastikan semua informasi dan data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan
kewenangan dan keabsahannya.

2. Balance (Keseimbangan)
Ini juga menjadi kaidah dalam penulisan berita. Sering terjadi sebuah karya jurnalistik
terkesan berat sebelah dengan menguntungkan satu pihak tertentu sekaligus merugikan
pihak lain. Keseimbangan dimungkinkan dengan mengakomodir kedua golongan (misalnya
dalam penulisan berita tentang konflik). Hal demikian dalam jurnalistik disebut
dengan Both Side Covered.
3. Clarity (Kejelasan)
Factor kejelasan bisa diukur apakah khalayak mengerti isi dan maksud berita yang
disampaikan, bukan jelas dalam konteks teknis, namun lebih condong pada factor topic, alur
pemikiran, kejelasan kalimat, kemudian pemahaman bahasa dan pernyaratan penulisan
lainnya.
Struktur/Susunan Penulisan Berita
Dalam berita terdapat struktur atau susunan berita juga memiliki bagian-bagian. Maka
sebelum mengenal struktur penulisan berita terlebih dulu kita mengenal bagian-bagian
berita. Dimana bagian-bagian tersebut dari Kepala Berita atau Judul (Head News). Topi
Berita, menunjukan lokasi peristiwa dan identitas media (misalnya, Surabay SP) biasanya
digunakan dalam penulisan Straight News, intro diletakkan setelah judul berfungsi sebagai
penjelas judul dan gambaran umum isi berita. Tubuh berita (news body), bisa dikatakan
sebagai isi berita.
Adapun strukrur penulisan berita sebagai berikut:
1.
Piramida Terbalik: artinya pokok atau inti berita diletakkan di awal-awal paragraph
(1-2 paragraf) dan bukan berarti paragraph selanjtnya tidak penting. Cumin bukan
merupakan inti berita. Biasanya ini digunakan dalam penulisan staright news.
2.
Balok tegak: artinya pokok atau inti berita tidak hanya diletakkan di awal paragraph.
Terdapat di awal, tengah dan akhir paragraph. Biasanya ini digunakan dalam penulisan
depth news (Indepth reporting ataupun investigasi reporting).
Metode Penggalian Data
Dalam membuat berita, data menempati posisi penting, karena melalui datalah peristiwa
(fakta) dapat dilaporkan. Data merupakan mind (rekaman) dari suatu peristiwa. Dan
penulis (jurnalis) menyajikan knstruksi dari peristiwa/fakta tersebut yang disusun dari
berbagai data. Ada beberapa cara untuk penggalian data tersebut. Pertama, melalui
pengamatan langsung penulis (observasi) untuk mendapatkan data tentang
kejadian. Kedua, melakukan wawancara terhadap seseorang yang terlibat langsung
(sekunder) dalam suatu kejadian. Wawancara juga dimaksudklan untuk melakukan Cross
Chek demi akurasi data yang diperoleh melalui pengamatan (observasi). Ketiga, selain dua
perangkat tersebut data juga bisa diperoleh melalui data literary terhadap dokumendokumen dengan suatu fakta kejadian ataupun fenomena (jika dimungkinkan) data
demikian dianggap penting.
Obeservasi
Ini dilakukan pada tahap awal pencarian data tentang sesuatu. Dalam pengamatan sangat
mengandalkan kepekaan inderawi (lihat, dengar, cium, sentuh) dalam mengamati realitas.

Namun dalam pengamatan tersebut seorang observator tidak boleh melakukan penilain
terhadap realitas yang diamati.
Kegiatan observasi terkait dengan pekerjaan memahami realitas detail-detail kejadian yang
berlangsung. Untuk itu diperlukan upaya memfokuskan pengamatan pada obyek-obyek
yang tengah diamati.
Observasi memerlukan daya amatan yang kritis, luas. Namun tetap tajam dalam
mempelajari rincian obyek yang ada dihadapannya. Untuk mendapatkan pengamatan yang
obyektif si pengamat harus bisa mengontrol emosional dan mampu menjaga jarak dengan
segala rincian obyek yang diamati.
Dalam penggalian data melalui observasi ini sifatnya langsung dan orsinil. Langsung
artinya dalam pengamatannya tidak berdasarkan teori, pikiran dan pendapat. Ia menemukan
langsung apa yang hendak dicarinya. Orsinil artinya hasil amatannya merupakan hasil
serapan indranya bukan yang dilaporkan orang lain. Dan untuk selanjutnya akan dibahas
secara lengkap mengenai jenis pengamatan, mulai pengamatan I, II, III dan IV.
1. Pengamatan I
Tahap ini merupakan langkap untuk memfokuskan kesadaran dan kepekaan penginderaan
pada suatu obyek yang telah ditentukan agar mampu untuk mendeskripsikannya. Hal ini
dimaksudkan untuk membedah kesadaran antara obyektifitas dan subjektifitas, antara fakta
dan imajinasi sebagai bagian dari news. Dari sini diusahakan untuk mampu
mendeskripsikan keberadaan benda mati ke dalam bentuk sebuah tulisan.
Maksimalisasi panca indera sangat ditonjolkan untuk memfokuskan kesadaran dan
kepekaan penginderaan secara deskriptif. Dalam pendeskripsian ini harus mengoptimalkan
kemampuan indera dalam meggambarkan sebuah benda tanpa menyebutkan sifat objek.
Sebab jika mengungkapkan sifat pada sebuah objek, maka deskripsi akan bersifat subjektif.
Karena itu diperlukan batasan antara objektifitas dan subjektifitas. Objektifitas dapat
berpatokan pada: posisi letak, ukuran, warna, bahan, kedudukan, akurasi, identitas, dan non
justification. Sedangkan subjektifitas dalam pendeskripsian dapat di lihat dari: keadaan,
agak/ kemiripan, imajinasi pendapat pribadi, gaya bahasa banyak mengulas mengulas,
mengungkapkan sifat, fungsi/ normative dan suasana.
Keduanya dapat dijadikan pisau dalam menganalisa suatu objek. Selanjutnya dari hasil
deskripsi, seorang yang membacanya dapat menyimpulkan sendiri berdasarkan data.
1. Pengamatan II
Dalam tahap ini deskripsi objek lebih di tingkatkan lagi pada benda bergerak/ hidup.
Dengan prinsip yang tidak jauh berbeda dengan pengamatan I. kemampuan indera lebih
dipertajam untuk memperoleh deskripsi yang maksimal. Pembatasan wilayah objektifitas
dan subjektifitas tetap ditekankan, namun disini lebih di kembangkan untuk penentuan
fokus pengamatan pada objek.
Dengan demikian selanjutnya akan lebih mengarahkan deskripsi pada focus benda (supaya
tidak meluas). Pengungkapan kondisi dan suasana lingkungan dapat dimasukkan dalam
pengamatan ini yang berusaha untuk memberikan deskripsi secara utuh (holistic)
1. Pengamatan III

tahap ini akan mengamati sebuah gambar atau foto dari sebuah peristiwa. Praktisnya adalah
berusaha untuk membangun analisis dan deskripsi objektif dari sebuah gambar atau foto
yang dianggap sebagai dunia nyata sekaligus pengamat diposisikan seolah-olah berada
dalam keadaan tersebut.
Dalam penagmatan ini diupayakan untuk memfokuskan kesadaran dan kepekaan
penginderaan pada peristiwa dunia dalam gambar tersebut. Aktualisasi analisis dapat
dilakukan dengan mengajukan dan menuliskan pernyataan sebanyak-banyaknya tentang
peristiwa yang diamati. Selanjutnya dapat diminta untuk mengajukan dan menuliskan
kemungkinan jawaban atas setiap pertanyaannya.
Focus kesadaran penginderaan benar-benar harus dicurahkan untuk mendapatkan deskripsi
yang detail dan akurat. Hasil pengamtan ini dapat dijadikan tolak ukur sehingga kekuatan
dan kemampuan seseorang jurnalis dalam menganalisa memecahkan persoalan sekaligus
kemudian menuangkannya dalan tulisan. Untuk mempertajam analisa dapat ditambah
dengan perinsip 5 W + 1 H.
1. Pengamatan IV
Pengamatan ini akan memfokuskan kesadaran dan kepekaan indera pada sebuah peristiwa
nyata untuk kemudian dideskripsikan. Di sini para calon jurnalis dapat menggali data
dengan alat bantu wawancara maupun cara lain yang berkaitan dengan perristiwa tersebut.
Hanya saja titik tekan lebih pada proses pengamatan (indera). Yang kemudian prinsip 5 W +
1 H dalam tahap ini dapat di aplikasikan secara langsung dan menyeluruh.
Dalam tahap ini sebanarnya dinding pemisah antara subjektifitas dan objektifitas sangat
tipis. Apa yang di anggap objektifitas oleh seseorang bisa dianggap subjektifitas oleh orang
lain, begitu pula sebaliknya. Misalnya kita analogikan dengan sebuah pernyataan agama
itu baik bagi manusia atau agama itu tidak baik bagi manusia. Sehingga kemungkinan
orang akan mengatakan pernyataan pertama benar dan objektif dengan alasan misalnya
banyak orang telah membuktikan kebaikan agama. Tetapi dengan alasan dan bukti berbeda,
orang lain akan membenarkan pernyataan kedua.
Begitu pula dalam subuah peristiwa, bahwa objektifitas dan subjektifitas pendapat orang
akan bersifat relative, tergantung pada siapa yang mengatakan dan dalam kondisi
bagaimana. Subjektifitas akan dikatakan objektif apabila dikautkan dengan pendapat
seseorang, dalam arti bukan pendapat penulis/ jurnalis.
Wawancara
Wawancara merupakan aktifitas yang dilakukan dalam jurnalistik untuk memperoleh data.
Dalam menggali data tidak mungkin bag seorang jurnalis untuk menulis berita.
Hanya mengandalkan hasil observasi, tanpa melakukan wawancara. Karena dengan
wawancara bisa memperoleh kelengkapan data tentang peristiwa atau fenomena. Juga
dengan wawancara seorang jurnalis melakukan cross chek atau recheck dari data yang
diperoleh sebelumnya demi akurasi data.
Perlu diperhatikan bahwa wawancara bukanlah proses Tanya jawab saya bertanya-anda
menjawab wawancara lebih luas dari proses tanya jawab. Pewawancara dan yang
diwawancarai berbagi pekerjaan membagun ingatan tujuan umumnya merekonstruksi

kejadian yang entah baru terjadi atau lampau. Dalam aktifitas ini (wawancara) pewawancara
dan yang diwawancarai akan membangun kembali ingatan-ingatan tersebut.
Tekhnik Wawancara

Menguasai permasalahan

Ajukan pertanyaan yang lebih spesifik

Pertanyaan yang lebih spesifik akan lenbih membantu dan mempermudah dalam
mengarahkan topic pembicaraan

Jangan menggurui

Karena wawancara bukan proses tanya jawab, tetapi aktifitas membangun ingatan
terhadap peristiwa yang baru terjadi atau telah lampau.

Study Literary
Suatu data tidak hanya di peroleh melalui pengamatan dan wawancara tetapi bisa juga
memanfaatkan (melacak) data-data yang terdokumentasikan. Pencarian data-data yang
terdokumentasikan juga sangat dipertimbangkan keabsahannya (valid) dan dapat
dipertanggung jawabkan, misalnya Keppres, Tap MPR, Undang-undang. Tidak mungkin di
dapatkan melalui didapatkan melalui pengamatan ataupun wawancara. Kebutuhan data yang
seperti itulah sangat memungkinkan dan merupakan keharusan untuk pencarian data yang
terdokumentasikan. Dan biasanya data-data yang seperti itu validitasnya dapat
dipertanggungjawabkan.
Karena tingkat validitas data itu harus dipertanggungjawabkan maka dalam pencarian dan
seseorang jurnalis harus hati-hati memanfaatkan dokomentasi yang sudah ada pemanfaatan
data yang terdokumentasikan tidak terbatas pada Keppres, Tap MPR, Undang-undang, hasil
dari penelitian, berita di media, arsip, buku, juga bisa dijadikan sebagai dokumen, tetapi
juga harus mempertimbangkan validitas dari data-data tersebut.
BENTUK PENULISAN BERITA
STRAIGHT NEWS
Straight news atau sering juga disebut berita langsung merupakan bentuk penulisan berita
yang paling sederhana, hanya dengan menyajikan unsure 4W(what, who, when,
where) maka tulisan tersebut bisa langsung menjadi berita. Namun bukan berarti straight
news menafikan unsure why dan how. Karena itu bentuk penyajiannya pun juga diatur
sedemikian rupa, sehingga khalayak pembaca bisa mengetahui pesan utama yang
terkandung dalam berita itu tanpa perlu membaca seluruh isi berita. Pola penulisan straight
news sering dipakai oleh media-media massa yang punya masa edar harian. Selanjutnya
untuk media-media massa yang terbit berkala banyak memakai pola penulisan feature,
depth news (indepht reporting maupun investigative reporting).
Permasalahnnya sekarang fakta yang bagaimana yang biasanya ditulis dengan bentuk
straight news. Tidak semua fakta bisa ditulis dengan bentuk straight news. karena straight
news sangat terikat dengan unsure kebaruan (aktualita). Maka suatu fakta itu dituls dengan
bentuk straight news;

1.
informasi/berita tentang peristiwa dan buku fenomena ataupun kasus. Akhirnya
kejadian yang hanya sekali itu saja terjadi. Bukan kejadian yang terjadi secara berlanjutan.
Misalnya kecelakaan lalu lintas, kejahatan, pergantian pejabat, dsb.
2.

informasi atau berita itu penting untuk segera diketahui khalayak

3.

baru (actual)

DEPTH NEWS
tulisan ini lazim disebut laporan mendalam, di gunakan untuk menuliskan permasalahan
(yang penting dan menarik) secara lebih lengkap, bersifat mendalam dan analitis,
dimensinya lebih luas, yang di jadikan berita biasanya suatu kasus maupun fenomena.
Laporan ini ditulis berdasarkan hasil liputan terencana, dan membutuhkan waktu panjang.
Karena merupakan hasil liputan terencana, maka diperlukan persiapan yang matang,
sehingga dalam penuilsan in-Depth reporting ini membutuhkan out line sebagai kerangka
acuan dalam penggalian data sampai analisa data.
Dalam Depth news materi penulisan berita penekanannya pada unsur How (bagaimana)
dan why (mengapa). Mencari dan memaparkan jawaban How danWay secara lebih rinci dan
banyak dimensi
Karakteristik Depth News
1. Srukturnya balok tegak
2. Deskripsinya analitis, banyak mengungkapkan fakta-fakta penting dan pendukung untuk
kejelasan berita
3. lenggang cerita mengikat (berkesinambungan) antara paragraph sebelum dan sesudahnya
4. Lebih mendalam dalam menguraikan fakta.
FEATURES
Penulisan ini lazim di sebut berita kisah (narasi) atau cerita pendek non fiksi. Dikatakan non
fiksi karena tetap berdasarkan pula fakta. Features juga sering disebut berita ringan (soft
news) karena gaya penulisannya yang indah memikat, naratif, proasis, imajinatif dan
bahasanya lugas.
Biasanya featuers ini mengggunakan suatu peristiwa (realitas social) yang biasanya tidak
terlalu menjadi perhatian public dan isinya lebih menekankan pada sisi human interest
(menarik minat dan perasaan khalayak pembaca) model features dalam penulisan berita
tidak terikat aktualitas.
Namun dalam menulis features dibutuhkan kepekaan dan ketajaman menangkap fenomena
dalam realitas social melalui pengamatan dan wawancara yang mendalam, serta riset
dokumentasi yang cermat.
Ragam Features
1. Historikal Features
Menceritakan kejadian-kejadian yang menonjol pada waktu yang telah lewat, tetapi mesih
mempunyai nilai human interest.

2. Profile Feature
Mengemukakan pengalaman pribadi seseorang atau kelompok. Khalayak pembaca bisa
mengetahui sepak terjang tokoh tersebut, motivasinya, wawasannya, kerangka berfikirnya.
Dan dikemas seolah-olah kisah pengakuan diri dari orang yang bersangkutan.
3. Adventures Features
Menyajikan kejadian unik dan menarik yang dialami seseorang atau kelompok dalam
perjalanan kesuatu daerah tertentu, baik tentang alam maupun masyarakat.
4. Trend features
Mengungkapkan kisah tentang kehidupan sekelompok anak manusia ataupun perubahan
gaya hidupnya dalam proses transformasi social.
5. Seasonal Features
Mengisahkan aspek baru dari suatu peristiwa teragenda, seperti saat lebaran, natal,
peringatan hari lahir tokoh nasional dan sebagainya.
6. How-to-do-it Feature
Mengungkapkan bagaimana suatu perbuatan atau kegiatan dilakukan, seperti tulisan tentang
pemanfaatan daun sereh sebagai obat keluarga atau bagaimana cara menghapuskan virus
computer.
7. Explanatori/Backgrounder Feature
Mengisahkan suatu yang terjadi dibalik peristiwa atau penjelasan mengapa hal itu terjadi,
misalkan tentang pemogokan buruh, mengapa pemogokan itu terjadi, sebab apa yang
melatar belakangi pemogokan.

Karakteristik Features
1. Teras Berita (Lead) bebas asal tetap menarik
2. Strukturnya bebas tapi tetap ringkas dan terus menarik
3. Bagian akhir tulisan dapat meningalkan pesan pada pembaca, artinya dapat membuat
pembaca tersenyum, tertawa, berdecap, bagian akhir yang demikian disebut Punch.
4. Lenggang cerita terkesan santai
5. Deskripsi bervariasi, mengungkapkan
membangkitkan emosi.

detil-detil

yang

menyentuh

atau

yang

Anda mungkin juga menyukai