Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MANAJEMEN OPERASI BISNIS SYARIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“MANAJEMEN SYARIAH”
Dosen Pengampu :
Rafika Meilia Sari, S.E., M.M.

Disusun oleh : MBS 1 G


Kelompok : 8
1. Meidy Yumna Ayu (12405183304)
2. Dika Catur Apriano (12405183306)
3. Desi Puspita Ramadani (12405183324)
4. Muh. Nashih Aliyyul Arif (12405183351)

JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Manajemen Operasi Bisnis Syariah.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah bekerja
sama dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan untuk
menyempurnakan dari makalah ini.

Tulungagung, 20 September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Sampul.....................................................................................................i

Kata Pengantar........................................................................................................ii

Daftar Isi.................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.....................................................................................................1

2. Rumusan Masalah................................................................................................1

3. Tujuan Masalah....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Manajemen Operasi dan Produksi..................................................3


2. Manajemen Operasi dan Produksi berdasarkan perspektif syariah..............5
3. Sistem Operasi dan Produksi dalam Islam..............................................6
4. Perencanaan Operasi dan Produksi dalam Islam......................................7
5. Keputusan Operasi dan Produksi dalam Islam.........................................9
6. Manajemen Kualitas Produk Secara Umum dan dalam Perspektif Islam......10
7. Penerapan Manajemen Operasi berbasis syariah......................................14

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan........................................................................................................17

2. Saran..................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................20


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Terdapat banyak alasan mengapa manjemen operasi menjadi hal yang penting
untuk dipelajari dalam aktivitas manajemen dan bisnis, yaitu (Heizer dan Render,
2008)

Manajemen operasi merupakan salah satu dari 3 fungsi mendasar dalam


sebuah persuahaan selain fungsi pemasaran dan fungsi keuangan dan terintegrasi
dengan fungsi-fungsi bisnis lainnya. Fungsi keuangan meliputi bagaimana
mengelola keuangan dalam suatu perusahaan yaitu mulai dari proses
pengumpulan dana hingga pelunasan kewajiban perusahaan, fungsi pemasaran
bertujuan untuk menciptakan berbagai permintaan dan memotivasi pelanggan
untuk memesan produk perusahaan, sedangkan manajemen operasi lebih
berfungsi sebagai inti dari bisnis atau inti secara teknis karena tanpa kegiatan
manajemen operasi ini, maka tidak akan ada produk yang dihasilkan. Tanpa
produk maka eksistensi perusahaan menjadi tidak ada.

B. Rumusan Masalah
8. Apa Pengertian Manajemen Operasi dan Produksi?
9. Bagaimana Manajemen Operasi dan Produksi berdasarkan perspektif
syariah?
10. Bagaimana Sistem Operasi dan Produksi dalam Islam?
11. Bagaimana Perencanaan Operasi dan Produksi dalam Islam?
12. Bagaimana Keputusan Operasi dan Produksi dalam Islam?
13. Bagaimana Manajemen Kualitas Produk Secara Umum dan dalam
Perspektif Islam?
14. Bagaimana Penerapan Manajemen Operasi berbasis syariah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Manajemen Operasi dan Produksi.
2. Untuk mengetahui Manajemen Operasi dan Produksi berdasarkan
perspektif syariah.
3. Untuk mengetahui Sistem Operasi dan Produksi dalam Islam.
4. Untuk mengetahui Perencanaan Operasi dan Produksi dalam Islam.
5. Untuk mengetahui Keputusan Operasi dan Produksi dalam Islam.
6. Untuk mengetahui Manajemen Kualitas Produk Secara Umum dan
dalam Perspektif Islam.
7. Untuk mengetahui Penerapan Manajemen Operasi berbasis syariah.
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI

MANAJEMEN OPERASI

Menurut Roger G. Schoeder, 2000, ‘Operations is responsible for


supplying the product or service of the organization. Operations managers make
decisions regarding the operations function and its connection with other
functions. The operation manager plan and control the production system and its
interfaces within the organization and with the extenal environment’. Fungsi
operasi bertanggung jawab untuk mensuplai produk atau jasa dalam organisasi.
Manajer operasi membuat keputusan bekenaan dengan fungsi operasi dan
kaitannya dengan fungsi-fungsi lainnya. Manajer operasi merencanakan dan
mengendalikan sistem produksi dan batasan-batasannya dalam organisasi dan
dalam lingkungan luar.

Ada tiga hal yang penting dalam definisi tersebut yang perlu mendapatkan
penekaan yaitu:

1) Pengambilan keputusan yang meliputi empat keputusan utama dari


manajemen operasi yaitu: proses, kualitas, kapasitas dan persediaan
2) Fungsi dimana operasi merupakan fungsi utama dalam setiap organisasi
bersama-sama dengan pemasaran dan keuangan.
3) Sistem dimana manajer operasi bertugas merencanakan dan
mengendalikan sistem produksi dan lingkungan disekitarnya. Berdasarkan
konsep sistem ini, tugas manajer operasi tidak hanya menjalankan operasi
produk dan jasa sebagai sistem transformasi tetapi juga mendesain dan
menganalisis proses operasi. Manajer operasi dipandang sebagai manajer
dari proses konversi dalam perusahaan.

Menurut Jay Heizirdan Barri Render, 2008, definisi dari manajemen operasi
adalah “ the set of activities that creates value in the form of goods and services
by transforming inputs into outputs” ( kumpulan aktivitas yang menciptakan nilai
dari dalam bentuk barang dan jasa melalui proses transformasi input menjadi
output).

Dapat disimpulkan bahwa manajemen operasi adalah proses untuk


menghasilkan produk secara efektif ( berhasil guna ) dan efisien (berdaya guna)
melalui optimalisasi sumber daya yang ada.

Fungsi operasi bertanggung jawab untuk menyediakan dan menghasilkan


barang atau jasa dalam aktivitas bisnis. Dalam perusahaan manufaktur, fungsi
operasi biasanya disebut departemen manufaktur atau produksi. Sedangkan dalam
organisasi jasa, fungsi operasi disebut departemen atau beberapa nama yang khas
untuk industri tertentu ( misalnya departemen jasa polisi dalam perusahaan
asuransi). Secara umum, istilah generik untuk ‘operasi’ mengacu pada fungsi yang
menghasilkan barang atau jasa.

MANAJEMEN PRODUKSI

Kegiatan memproduksi barang dan jasa merupakan salah satu kegiatan penting
dalam mengelola perusahaan bisnis. R. W. Griffin (2004) memberikan definisi
bahwa produksi barang adalah memproduksi produk-produk berwujud, seperti
radio, surat kabar, dan buku teks.

Basu Swasta (2002) memberikan definisi bahwa produksi adalah pengubahan


bahan baku dari sumber-sumber menjadi hasil yang diinginkan oleh konsumen.
Hasilnya dapat berupa baerang atau jasa.

Kegiatan Produksi akan menciptakan kegunaan (utility), yaitu kemampuan


produk memuaskan keinginan manusia. Kegunaan (utility) yang diciptakan dalam
produksi adalah kegunaan bentuk, kegunaan waktu, kegunaan tempat, dan
kegunaan kepemilikan. Manajemen produksi/ operasi bertanggun jawab
memastikan bahwa proses produksi menciptakan nilai dan memberikan manfaat.
Dengan demikian, manajer produksi/ operasi harus mampu menciptakan barang
dan jasa berkualitas sehingga dibutuhkan dan diinginkan konsumen. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa manajemen produksi adalah aktivitas untuk
mengoordinasikan sumber daya untuk menciptakan dan menambah kegunaan
barang atau jasa.

2. MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI BERDASARKAN


PERSPEKTIF SYARIAH

Pada prinsipnya, manajemen operasi dalam perspektif syariah merupakan


implementasi prinsip-prinsip syariah dan etika bisnis islam dalam bidang
manajemen operasi.

= + +
Manajemen Manajemen
Operasi Prinsip Etika Bisnis
Operasi
Syariah Syariah Islam
Umum

Prinsip syariah dalam manajemen operasi dalam perspektif syariah diawali


dengan islam sebagai agama rahmatal-lil-‘alamin (agama yang diperuntukkan
bagi semua manusia). Pada dasarnya da dua aspek penting dalam islam yaitu
ibadah dan mu’amalah ( hubungan antar manusia). Dalam konteks ibadah, prinsip
atau hukum asalnya adalah segala sesuatunya dilarang untuk dikerjakan, kecuali
yang ada petunjuknya dala al Qur’an dan hadist. Dalam konteks mu’amalah,
prinsip atau hukum asalnya adalah segala sesuatunya diperbolehkan, kecuali jika
ada larangan dalam al Qur’an dan hadist. Dalam konteks mu’amalah inilah
manajemen operasi di aplikasikan.

Secara prinsip, aspek kesyariahan dalam manajemen meliputi 3 bidang


yaitu:

 Haram zat ( barang ) yang diperdagangkan, misalnya mengandung:


daging, babi, khamar, bangkai, dan darah.
 Haram untuk dilakukan (selain zatnya), misalnya: tadlis(penipuan),
gharar(ketidakpastian), ikhtikar (rekayasa pasar dalam suplai), ba’i najasy
(rekayasa pasar dalam permintaan), riba (3 macam), maysir ( perjudian),
dan risywah (suap menyuap).
 Tidak sahnya akad (perjanjian) karena tidak terpenuhinya hal-hal antara
lain: rukun (pelaku,obje, dan ijab kabul), syarat (kondisi melengkapi
rukun), terjadi ta’alluq (dua akad yang saling dikaitkan/disyaratkan),
terjadi “2 in 1” (terjadi 2 akad sekaligus sehingga timbul gharar)
3. SISTEM OPERASI DAN PRODUKSI DALAM ISLAM

Istilah sistem operasi dan produksi mengacu pada sistem transformasi yang
menghasilkan barang/jasa. Dalam sistem operasi dan produksi islami yaitu
menjamin kehalalan bagi setiap input, proses dan output, serta mengedepankan
produktivitas dalam koridor syariah. Semua yang menjadi masukan (input) adalah
energy, material, tenaga kerja, modal dan informasi yang sesuai dengan ketentuan
syariah. Semua input diubah menjadi barang/jasa melalui teknologi proses yang
halal, yaitu metode tertentu yang digunakan untuk melakukan transformasi
dengan ketentuan halal, sehingga menghasilkan output yang sesuai dengan kaidah
islam.

Pada prinsipnya sistem operasi dan produksi islam terkait seluruhnya dengan
syariat Islam, dimana seluruh kegiatan produksi harus sejalan dengan tujuan dari
konsumsi itu sendiri. Konsumsi seorang muslim dilakukan untuk mencari
kebahagiaan (falah), demikian pula produksi dilakukan untuk menyediakan
barang dan jasa guna falah tersebut. Berikut adalah beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam kegiatan operasi dan produksi yang dikemukakan oleh
Muhammad Al-Mubarak dalam kitabnya ”Nizam Al-Islami Al-Iqtisadi: “Mabadi
Wa Qawa’id ‘Ammah”:

1. Dilarang memproduksi dan memperdagangkan komoditas sekumpulan yang


tercela atau haram karena bertentangan dengan syari’ah.

2. Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial-kemasyarakatan, dan


memenuhi kewajiban zakat, sedekah, infak atau wakaf.
3. Kegiatan produksi harus menjaga nilai-nilai keseimbangan dan harmoni
dengan lingkungan sosial dan lingkungan hidup dalam masyarakat dalam skala
yang luas.

4. PERENCANAAN OPERASI DAN PRODUKSI DALAM ISLAM

R.W. Griffin mengemukakan bahwa setiap operasi dimulai dengan perencanaan.


Perencanaan operasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Rencana dan ramalan bisnis

Rencana operasi jangka panjang(kapasitas lokasi,tata ruang,kualitas


metode)

Jadwal operasi(jadwal operasi induk,jadwal terperici)

Kontrol operasi (pengendalian kualitas,manajemen bahan produksi)

Output untuk pelanggan

Gambar: Perencanaan dan Pengendalian Operasi

Berdasarkan gambar tersebut, dalam merencanakan operasi, ada beberapa


hal yang mesti diperhatikan. Pertama, rencana ramalan bisnis yang dilakukan oleh
eksekutif puncak. Rencana bisnis dibuat menurut garis besar tujuan dan sasaran
perusahaan, yaitu memproduksi barang dan jasa yang akan ditawarkan oleh
perusahaan kepada konsumen.

Selanjutnya manajer menyusun rencana produksi jangka panjang melalui


ramalan. Rencana panjang ini membutuhkan waktu dua sampai lima tahun.
Ramalan adalah serangkaian rencana produksi jangka panjang produksi jangka
panjang yang memperkirakan permintaan masa mendatang. Jadwal operasi, baik
operasi indukmaupun jadwal terperinci disusun. Manajer melakukan kontrol
operasi berupa pengendalian kualitas dan manajemen bahan produksi. Akhirnya
dihasilkan output yang benar-benar dibutuhkan dan diinginkan pelanggan.

1. Kegiatan Perencanaan Operasi dan Produksi


1. Perencanaan Kapasitas

Kapasitas adalah jumlah produk yang dapat diproduksi perusahaan pada


kondisi kerja normal. Perencanaan kapasitas ini terdiri atas perencanaan kapasitas
untuk memproduksi barang dan perencanaan kapasitas untuk memproduksi jasa.

2. Perencanaan lokasi

Lokasi harus direncanakan dengan cermat. Manajer harus


mempertimbangkan apakah lokasi tempat memproduksi barang (pabrik) dekat
dengan pasar, apakah dekat dengan sumber bahan mentah atau dekat dengan
sumber tenaga kerja? Memang, lebih baik apabila ketiga faktor tersebut terpenuhi.
Jika tidak, manajer memilih alternatif yang lebih efektif. Dalam penentuan lokasi,
diperlukan metode untuk pemilihan lokasi agar pihak manajemen tidak salah
langkah dalam pengambilan keputusan pemilihan lokasi. Apakah manajer akan
menggunakan metode kualitatif ataukah menggunakan metode kualitatif ataukan
menggunakan metode kuantitatif?

3. Perencanaan tata ruang

Tata ruang harus direncanakan tersebut adalah sebagai berikut.

 Fasilitas produksi: misalnya, bengkel kerja dan peralatan untuk


mengolah bahan mentah.
 Fasilitas non-produktif: tempat penyimpanan dan tempat
pemeliharaan.
 Fasilitas pendukung: kantor, toilet, area parkir kafetaria, dll.
 Tata ruang proses: pengaturan mengenai kegiatan produksi yang
mengelompokkan peralatan dan oramg-orangnya berdasarkan
fungsinya.
 Tata ruang seluler: pengaturan kegiatan produksi yang dirancang
untuk memindahkan satu produk melalui alur yang sejenis.
 Tata ruang produk: pengaturan mengenai kegiatan produksi yang
dirancang untuk membuat satu jenis produk melalui serangkaian
tahap yang lancar.
4. Perencanaan kualitas
Rencana operasi harus memastikan bahwa produk memenuhi
standar kualitas perusahaan.
5. Perencanaan metode
Dalam merancang sistem operasi, manajer harus secara jelas
mengidentifikasi setiap tahap produksi dan metode spesifik untuk
melaksanakannya. Mereka dapat mengurangi pemborosan dan
efisiensi, dengan cara meneliti prosedur-prosedur tahap demi
tahap.

5. KEPUTUSAN OPERASI DAN PRODUKSI DALAM ISLAM

1. Keputusan berkaitan dengan proses.

Keputusan mengenai proses yaitu berkenaan dengan fasilitas yang akan


digunakan untuk memproduksi barang atau jasa, serta menyangkut tipe peralatan
dan teknologi, arus proses, dan aspek-aspek lain. Dalam bisnis islam, maka
keputusan yang berkaitan dengan proses yaitu harus halal.

2. Keputusan berkaitan dengan kapasitas.

Keputusan mengenai kapasitas diperlukan untuk menghasilkan jumlah


produk yang tepat, di tempat yang tepat dan waktu yang tepat pula. Dalam
konteks bisnis islam yaitu tidak boleh meproduksi secara berlebihan, sehingga
menimbulkan kemubadziran. Selain itu, tidak boleh memasarkan produk dalam
keadaan kadaluarsa.

3. Keputusan berkaitan dengan persediaan

Keputusan berkaitan dengan persediaan ini mencakup apa yang akan


dipesan, berapa banyak dan kapan dipesan. Dalam bisnis islam, maka dalam
menentukan keputusan tersebut harus dengan hati-hati agar tidak menimbulkan
pemborosan dan menimbulkan kerugian.

4. Keputusan berkaitan dengan tenaga kerja.

Keputusan berkaitan dengan tenaga kerja mencakup bagaimana rekrutmen


dilakukan. Dalam bisnis islam maka ada kategori tenaga kerja yang bisa direkrut
yaitu dengan karakteristik; islam, iman, shiddiq, amanah, tabligh, fatanah, itqan,
ihsan, istiqamah, jihad, dan ta’awun.

5. Keputusan berkaitan dengan mutu/kualitas.

Keputusan yang menyangkut penentu mutu produk ini harus selalu


menjadi orientasi bersama dalam setiap proses operasi yaitu meliputi penetapan
standar, desain peralatan, pemilihan orang-orang terlatih dan pengawasan
terhadap produk yang dihasilkan.

6. MANAJEMEN KUALITAS PRODUK SECARA UMUM DAN


DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Konsep kualitas dalam perspektif islam bersifat komprehensif, yang


sebaiknya ditinjau sebagai sebuah proses yang memberikan perubahan positif
menuju kinerja terbaik atau “excellent” untuk semua jenis usaha, dimana tujuan
akhirnya adalah meningkatnya kualitas kehidupan manusia. Ini tentu saja
merupakan proses jangka panjang melalui peningkatan yang dilakukan secara
terus-menerus selama proses berlangsung. Kinerja kualitas tidak diukur
berdasarkan output yang diproduksi oleh seorang karyawan, tapi dimulai dari
pebisnis atau produsen itu sendiri. Jika produsennya berkualitas, maka diharapkan
hasil produksinya juga akan berkualitas. Jadi ada dua hal penting, yaitu kualitas
hasil dan kualitas manajemen yang melakukan produksi. Islam mensyaratkan
kualitas yang tinggi untuk keduanya ( Sadeq, 2005).

Manajemen kualitas dalam islam tidak berarti hanya memproduksi produk


berkualitas agar konsumen merasa puas, tapi lebih dari itu mencakup keseluruhan
aspek kualitas individu, organisasi dan masyarakat, sehingga hasilnya dapat
bermanfaat untuk kesejahteraan seluruh umat manusi. Sarker (1999) menjabarkan
tujuan dari islami yaitu “memaksimasi profit dan sekaligus falah (kesuksesan di
dunia dan di akhirat)”. Dalam islam, kemampuan berkompetisi tidah digunakan
untuk mengeksploitasi yang lain, tapi justru untuk saling membantu dalam
meningkatkan kualitas kehidupan. Kualitas ekonomi islam membutuhkan semua
jenis produksi. Jadi ada kebutuhan untuk bekerja sama di antara semua
perusahaan dalam mencapai ekonomi yang berkualitas dan kemakmuran bersama.
Perkembangan suatu negara hanya dapat dicapai melalui peningkatan kinerja
kualitas dari semua perusahaan di negara tersebut. “Together we develop” harus
menjadi strategi dan “Together we share our quality living” haru s menjadi tujuan
perjuangan ( Hassan, 2005).

Ada 4 filosofi yang mendasari manajemen dalam islam, yaitu:

1) Tawhid
2) Risalah
3) Khilafah
4) Akhirah (Sadeq, 1996).

Setiap muslim harus meyakini bahwa Allah swt adalah Sang pencipta alam
semesta beserta isinya yang tunduk terhadap hukumNya (tawhid). Jadi islam
memiliki pendekatan tersendiri dalam mengelola semua urusan di muka bumi,
termasuk urusan bisnis dan ekonomi.

Selanjutnya muslim perlu menyadari tugasnya sebagai Khalifah (wakil)


Allah SWT di muka bumi yaitu mengelola berbagi urusan di dunia seefisien
mungkin sesuai kehendak, norma dan nilai-Nya. Allah swt ingin melihat seberapa
baik usaha yang dilakukan manusia , dan menganugerah kehidupan yang akan
diakhiri dengan sebuah kematian untuk menguji siap yang terbaik kinerjanya
(ahsan ‘amal) melalui pemberian ganjaran (reward) yang sesuai di alam akhirat.

Dalam sistem islam, kualitas lebih penting dibandingkan dengan kuantitas.


Kualitas merupakan persyaratan yang harus dipenuhi bukan saja pada masalah
yang besar, tapi juga masalah yang kecil seperti ketika menyembelih hewan,
kondisi kualitas yang tinggi diterapkan dengan cara memakai pisau yang tajam
agar tidak membuat hewan menderita. Tapi berdasarkan kondisi ini bukan berarti
kuantitas tidak diperhitungkan. Kuantitas tetap diperhitungkan jika telah
memenuhi kriteria kualitas, yaitu dilakukan sesuai dengan risalah, Al Qur’an dan
Hadis. Pada hari akhir (akhirah), manusia akan mempertanggung-jawabkan semua
perbuatannya di dunia dan mendapatkan balasan sesuai kualiats perbuatannya.

Beberapa penulis telah mengajukan konsep manajemen kualitas


berdasarkan perspektif Islam, diantaranya adalah “The Model of Islamic Tota
Quality” (Musa dan Salleh, 1996). Ada 8 elemen yang mempengaruhi kualitas
total dalam sebuah perusahaan yaitu desain, proses, manajemen, karyawan,
hukum dan peraturan, konsumen, lingkungan, dan publik. Semua elemen ini harus
memiliki satu tujuan yaitu memperoleh keridhaan Alllah swt.

Total Quality Product atau Service diawali dengan desain kualitas yang
sesuai dengan islam, misalnya prosedur dalam melakukan proses produksi.
Sebagai contoh, perusahaan yang akan menyiapkan ayam halal, maka doa pada
saat penyembelihan harus diucapkan sendiri oleh penyembelih, bukan berasal dari
rekaman CD. Contoh lain, tanggung jawab perusahaan atas pengaruh proses
produksinya terhadap lingkungan di sekitarnya. Sebagai landasannya adalah
firman Allah swt dalam Qs. Al-Qasas ayat 77: “Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Keleluasaan dalam beribadah juga harus diperhatikan oleh perusahaan.


Ketika telah masuk waktu Dhuhur dan ashar, perusahaan harus mengizinkan
karyawan muslim untuk mendirikan shalat. Kewajiban menutup aurat bagi
karayawan wanita muslim mengenakan busana muslimah.

Lebih jauh, pihak manajemen juga bertanggung jawab untuk mengadakan


pelatihan religius bagi karyawan muslim. Melalui pendidikan yang kontinu atau
tarbiyyah, diharapkan semua pegawai akan memiliki tujuan yang sama yaitu
bekerja dalam mencari keridhaan Allah SWT, sehingga terjalin hubungan yang
baik antara pihak manajemen dan karyawan, dan karenanya lingkungan kerja
menjadi harmonis dan kondusif. Dalam perspektif islam, karayawan akan
menyadari bahwa pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik hanya jika dikerjakan
sesuai denagn syariah islam. Setiap individu-pihak manajemen dan karyawan-
memiliki kewajiban untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya secara
kontinu, tetapi tanggung jawab penyediaan fasilitasnya tetap berada di pihak
manajemen.

Konsep lain yang dikemukakan adalah “Model Manajemen Kualitas”


oleh Sadeq (1996). Menurut konsep ini atribut manajemen kualitas dibagi dalam 2
kategori, yaitu atribut yang di persyaratkan untuk mengelola kualitas dan atribut
yang bersifat interaktif.

Atribut yang dipersyaratkan untuk mengelola kualitas, diantaranya


adalah:

(a) Komitmen untuk menerapkan syariah Allah SWT dalam mengelola


perusahaan secara profesional.
(b) Pengetahuan dan Keterampilan dalam menjalankan bianis.
(c) Integritas berupa kejujuran dan keikhlasan dalam bekerja.
(d) Perencanaan, mulai dari penetapan tujuan, prioritas, target hingga
metode yang efektif untuk mencapainya disertai antisipasi terhadap
berbagai kemungkinan terjadinya prubahan.
(e) Perubahan dalam arti kedinamisan berpikir dan, melakukan ijtihad
untuk menyelesaaikan masalah yang tidak dapat diekspetasi
sebelumnya atau dengan kata lain melakukan “continous
improvement”.

Atribut yang bersifat interaktif adalah atribut yang diterapkan diseluruh


perusahaan, diantaranya adalah:

(a) Model peran dimana norma islam bersifat universal, tidak dibatasi
oleh ras, bahasa, warna kulit, dan dapat direfleksikan dalam mengelola
bisnis atau perusahaan.
(b) Motivasi yang terdiri dari motivasi positif berupa pemberian
penghargaan untuk karyawan yang memliki kinerja baik dan motivasi
negatif berupa hukuman bagi karyawan yang tidak bisa melaksanakan
kewajiban.
(c) Konsultasi yaitu melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan.
(d) Keadilan dimana karyawan berhak mendapatkan apa yang layak
didapatkan atas apa yang telah dikerjakannya.
(e) Persaudaraan, yaitu hubungan yang baik antara pihak karyawan dan
manajemen.

7. PENERAPAN MANAJEMEN OPERASI BERBASIS SYARIAH

Beberapa standar kualitas sebagaimana yang telah kita kenal seperti


ISO untuk produk barang dan jasa secara umum, serta SNI dari BPOM
untuk produk makanan, obat, dan kosmetik. Standar tersebut baru
memenuhi aspek thayyib dlam lingkup syariah. Selain itu, beberapa
standar halal secara syariah misalnya sertifikat halal dari LPPOM, MUI
untuk produk makanan, obat dan kosmetik serta Dewan Pengawas Syariah
(DPS) untuk manajemen perbankan syariah.

Prinsip Syariah dalam bentuk halal dan thayyib tersebut perlu


dipertimbangkan untuk pengambilan keputusan dalam lingkup manajemen
operasi (Jay dan render, 1997) yaitu dalam aspek kualitas, desain produk,
desain proses, penentuan lokasi, tata letak (layout), sumber daya manusia,
manajemen rantai pasokan, persediaan, penjadwalan dan pemeliharaan.

Beberapa aplikasi syariah dalam manajemen operasi dapat


dipaparkan dalam tabel berikut ini.

NO. LINGKUP PENGERTIAN APLIKASI SYARIAH


TERKAIT
1. Kualitas Harapan konsumen Prinsip halal dan thayyib
terhadap kualitas pada produk yang
produk dikonsumsi masyarakat.
2. Desain produk Merancang produk Komitmen pada kualitas
barang dan jasa sesuai dengan standar yang ditetapkan
kualitas, kendala
biaya, dan SDM
3. Desain proses dan Merancang proses Komitmen pada kualitas
kapasitas untuk mewujudkan yang ditetapkan.
produk dan estimasi Menghindari kapasitas
kapasitas produk yang berlebihan (mubazir)
4. Pemilihan lokasi Kedekatan lokasi Memilih lokasi yang
dengan material, minimal mudharatnya,
SDM atau konsumen baik aspek sosial maupun
syariah
5. Desain tata letak Merancang sistem Merancang aspek
produksi agar efisien kenyamanan SDM dalam
dan efektif bekerja dan beribadah
6. Sistem kerja dan Penentuan sistem Merancang sistem kerja
SDM kerja dan SDM yang yang sesuai dengan
dibutuhkan reward and punishment
dan dapat
mengakomodasi ibadah
SDM
7. Manajemen rantai Pengelolaan Pemilihan bahan produksi
pasokan penyediaan (suplai) yang memenuhi halal dan
bahan produksi thayyib.
(bahan mentah, bahan Proses distribusi yang
setengah jadi, memenuhi prinsip
peralatan) keadilan
8. persediaan Pengelolaan Cara penyimpanan bahan
penyimpanan bahan dan produk yang tidak
mentah, setengah jadi terkontaminasi dengan
dan produk jadi bahan lain yang tidak
halal dan thayyib
9. Penjadualan Pengelolaan jadual Penjadualan harus sesuai
produksi yang layak, dengan kenyamanan
efisien waktu istirahat-ibadah-
makan para karyawan
10. Pemeliharaan Pengelolaan Perawatan fasilitas dan
penggunaan fasilitas alat yang baik untuk
dan peralatan menghindari aspek
mubazir
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aspek syariah sebenarnya tidak hanya untuk memaksimalkan


kesempatan karyawan untuk beribadah dan kehalalan produk yang
dikonsumsi oleh masyarakat, namun juga melindungi kenyamanan
karyawan dalam bekerja, melindungi masyarakat dari produk yang kurang
baik kualitasnya dan memperhatikan lingkungan disekitar tempat bisnis.

Kesimpulan ini perlu dikemukakan agar image penerapan syariah pada


aspek ekonomi dan manajemen lebih bisa diterima oleh masyarakat luas,
bukan hanya kalangan muslim.

B. SARAN
Semoga dengan selesainya makalah ini, diharapkan pada para
mahasiswa dapat lebih mengetahui dan memahami tentang Manajemen
Operasi Bisnis Syariah. Dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Herdiana,Abdurrahaman Nana. 2013. Manajemen Bisnis Syariah &


Kewirausahaan.Bandung:CV Pustaka Setia.

Trisnawati,Sule Ernie. 2016. Manajemen Bisnis Syariah. Bandung: PT Refika


Aditama.

Hery Prasetya dan Fitri Lukiastuti.2009. Manajemen


Operasi.Yogyakarta:MedPress.

vinorika.blogspot.com/2017/09/analisis-manajemen-operasi-dan-produksi.html?
m=1

Anda mungkin juga menyukai