Menurut pandangan keadilan kapitalis, saat orang-orang terlibat dalam pertukaran ekonomi, apa yang
diperoleh seseorang dari pertukaran ini setidaknya haruslah sama nilainya dengan yang dia
kontribusikan atau sumbangkan. Jadi, keadilan mensyaratkan bahwa manfaat yang diperoleh
seseorang haruslah proporsional dengan nilai kontribusi/sumbangan yang diberikannya. Pendek kata:
Manfaat haruslah didistribusikan sesuai dengan nilai sumbangan individu yang diberikan pada
masyarakat, tugas, kelompok, atau pertukaran.
Prinsip kontribusi atau sumbangan ini merupakan prinsip kewajaran yang paling banyak digunakan
dalam menentukan gaji dan upah di perusahaan-perusahaan Amerika. Para pekerja di negara-negara
yang dikarakteristikkan memiliki budaya yang lebih individualistik, seperti Amerika, lebih memilih
prinsip kontribusi ini dibandingkan para pekerja di negara-negara budaya kolektivitas, seperti Jepang.
Masalah utama dari prinsip kontribusi keadilan distributif ini adalah bagaimana “menilai kontibusi”
(“value of the contribution”) masing-masing individu. Salah satu cara adalah dengan menilainya
menurut jumlah usaha (work effort). Semakin besar usaha yang dilakukan seseorang dalam
melaksanakan pekerjaannya, maka semakin besar pula bagian manfaat yang berhak diperolehnya.
Semakin keras kerja seseorang, semakin banyak yang berhak dia dapatkan. Ini adalah asumsi dibalik
Etika puritan (Puritan ethic), yang menyatakan bahwa semua individu memiliki kewajiban religius
untuk bekerja keras sesuai dengan panggilannya (sesuai dengan karier yang diberikan Tuhan pada
mereka) dan bahwa orang-orang yang bekerja keras, oleh Tuhan akan dianugerahi kekayaan dan
kesuksesan, dan Dia akan menghukum orang-orang yang malas dengan kemiskinan dan kegagalan. Di
Amerika, etika puritan ini telah berkembang menjadi etika kerja (work ethic) sekuler, yang
menempatkan nilai tinggi pada usaha individu dan mengasumsikan bahwa kerja keras akan
memberikan keberhasilan dan kemalasan akan mendapatkan hukuman.
Sistem ekonomi kapitalis adalah sistem ekonomi yang aset-aset produktif dan atau faktor-faktor
produksinya sebagian besar dimiliki oleh sektor individu/swasta. Sistem kapitalis dipengaruhi oleh
semangat mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dengan sumber daya yang terbatas. Sistem
ekonomi kapitalis memiliki beberapa kecenderungan antara lain : kebebasan memiliki harta secara
perorangan, kebebasan ekonomi dan persaingan bebas, serta ketimpangan ekonomi.
Menurut Milton H. Spencer, penulis buku Contemporary Economics (1977), kapitalis merupakan
sistem organisasi ekonomi yang dicirikan oleh hak milik individu (private ownership) atas alat-
alat produksi dan distribusi dan pemanfaatannya untuk mencapai laba dalam kondisi yang
kompetitif.
Prinsip “Keadilan” yang dianut oleh ekonomi kapitalis adalah setiap orang menerima imbalan
berdasarkan prestasi kerjanya. Dalam hal ini campur tangan pemerintah sangat minim, sebab
pemerintah berkedudukan sebagai “Pengamat” dan “Pelindung” dalam perekonomian
Tokoh pendiri system ekonomi kapitalis adalah Adam Smith.
Pengasingan
Berkenaan dengan teori distribusi, dalam ekonomi kapitalis dilakukan dengan cara memberikan
kebebasan memiliki, dan kebebasan berusaha bagi semua individu masyarakat sehinga setiap
individu masyarakat bebas memperoleh kekayaan sejumlah yang ia mampu dan sesuai dengan
faktor produksi yang dimilikinya tanpa memerhatikan apakah pendistribusian tersebut merata
dirasakan oleh semua individu masyarakat atau hanya sebagian saja. Teori yang diterapkan oleh
sistem kapitalis ini tidak dibenarkan dan dalam pandangan ekonomi islam adalah dzulm
(jauhilah segala kezaliman (adz-dzulm) karena kezaliman itu adalah kegelapan(dzulumat) pada
hari kiamat H.R Muslim).
Demo atau aksi ini sebenarnya bisa tidak terjadi pak, karena sebelum malakukan aksi beberapa
elemen kampus seperti eksekutif mahasiwa pasti melakukan kajian terlebih dahulu, setelah
melakukan kajian kemudian mengirim surat key g dituju,