Anda di halaman 1dari 31

RESUME

Untuk Memenuhi Tugas Uji Komprehensif

Disusun oleh

Maya Ayu Ningsih (2020.2.9.1.01675)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON
Jln. Widarasari III Tupare Cirebon, Telepon (0234) 246215
Website : iaibbc.ac.id / Email : staicbbc.cirebon@gmail.com
2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertologan –Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi.

Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang lebihnya kami mohon maaf. Atas segala
perhatiannya kami sampaikan pula terima kasih.

Cirebon, Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................4
A. AYAT DAN HADITS EKONOMI.................................................................................................4
B. KONSEP PEMIKIRAN EKONOMI SYARIAH..........................................................................14
C. MANAJEMEN USAHA...............................................................................................................17
D. MARKETING...............................................................................................................................18
E. PERENCANAAN BISNIS (BUSINESS PLAN)..........................................................................20
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................25
A. Kesimpulan...................................................................................................................................25
B. Saran.............................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Dunia ekonomi dalam Islam adalah dunia bisnis atau investasi. Hal ini dapat dicermati
mulai dari tanda-tanda eksplisit untuk melakukan investasi (ajakan bisnis dalam alqur’an dan
sunnah) sehingga tanda-tanda implicit untuk menciptakan system yang mendukung iklim
investasi (adanya sistem zakat, larangan riba, serta larangan maysir atau judi dan spekulasi).
Investasi syariah merupakan tempat atau sarana bertemunya penjual dan pembeli instrumen
keuangan syariah yang dalam bertransaksi berpedoman pada ajaran Islam dan menjauhi hal-hal
yang dilarang, seperti penipuan dan penggelapan. Efek-efek yang boleh diperdagangkan dalam
investasi syariah adalah yang hanya memenuhi kriteria syariah, seperti saham syariah, obligasi
syariah, dan reksadana syariah.

Banyak yang masih belum memahami apa perbedaannya transaksi keuangan syariah
dengan transaksi konvensional. Salah satu yang menjadi pembeda dasar antara transaksi syariah
dengan transaksi konvensional adalah akad. Dalam transaksi keuangan syariah, akad adalah
menentukan halal atau haramnya sebuah transaksi. Dengan akad yang berbeda akan memberikan
konsekuensi hukum yang berbeda, dalam koridor ilmu syariah. Akad – akad ini berlaku untuk
semua jenis transaksi keuangan tak terkecuali dalam melakukan transaksi investasi syariah.
Investasi syariah memiliki berbagai macam keunggulan dibandingkan dengan investasi
konvensional.

Dalam pandangan Al-Qur'an, perekonomian diatur dalam kerangka sosial yang bersifat
kolaboratif dan saling membantu antara individu. Hal ini terbukti dengan cara Al-Qur'an
menegaskan pentingnya menjaga keteraturan dalam pengelolaan aset serta bagaimana aset
tersebut dapat memberikan manfaat kepada pemiliknya, baik dalam kehidupan dunia maupun di
akhirat. Perekonomian dalam konteks ini bukan sekadar tentang mencari keuntungan semata,
tetapi juga tentang bagaimana individu saling mendukung dan membantu satu sama lain.

Berbeda dengan pandangan perekonomian yang umumnya dipahami oleh pelaku industri
keuangan, di mana orientasi utamanya adalah mencari keuntungan dan seringkali mengabaikan
kepentingan bersama serta nilai-nilai spiritual, perekonomian menurut ajaran Al-Qur'an
memiliki dimensi yang lebih luas. Perekonomian yang dijelaskan dalam Al-Qur'an menekankan
pentingnya membantu sesama, memberikan kompensasi yang adil, serta memastikan bahwa
keuntungan yang diperoleh tidak hanya menguntungkan secara materiil, tetapi juga membawa
manfaat spiritual dan moral bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan.

Dengan demikian, pandangan perekonomian menurut Al-Qur'an menekankan pentingnya


memandang ekonomi sebagai alat untuk saling menolong dan memberikan manfaat kepada
sesama, bukan semata-mata untuk mencari keuntungan pribadi. Ini mencerminkan nilai-nilai
solidaritas dan keadilan sosial yang menjadi prinsip dasar dalam tatanan ekonomi Islam.
(Muhazir, 2021).

Islam dikenal sebagai agama yang memberikan pedoman dalam berbagai aspek
kehidupan manusia, termasuk dalam masalah ekonomi dan keuangan (al-iqtishad dan al-
1
maliyyah). Ekonomi merupakan bidang yang berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan dan
produksi barang untuk didistribusikan kepada pengguna akhir agar mereka dapat menikmati
manfaatnya. Dalam Islam, pemenuhan kebutuhan dianggap sebagai sesuatu yang penting dan
harus dilakukan dengan cara yang baik dan benar. "Baik" di sini berarti melakukan seleksi
terhadap produk-produk yang akan dikonsumsi untuk memastikan dampak positif bagi kesehatan
tubuh dan jiwa, serta mengonsumsi produk yang halal dan baik. Sedangkan "benar" mengacu
pada tindakan yang dilakukan dengan cara yang halal dan baik untuk memberikan manfaat
positif bagi diri sendiri dan orang lain di sekitar kita.

Ekonomi Islam didefinisikan sebagai "ilmu sosial yang mempelajari masalah-masalah


ekonomi suatu masyarakat yang didasari oleh nilai-nilai Islam." Dalam ekonomi Islam, kegiatan
ekonomi seperti produksi, konsumsi, dan distribusi diatur oleh prinsip-prinsip Islam. Konsep ini
tidak muncul secara tiba-tiba atau tanpa arah yang jelas, melainkan telah menjadi dasar
pemikiran teoritis dan praktis dalam beberapa periode sejarah. Pertanyaannya sekarang adalah
bagaimana kita dapat menemukan kembali bukti sejarah yang menjelaskan waktu dan tahapan
munculnya teori-teori ekonomi Islam sebagai panduan dalam kegiatan ekonomi syariah. Hal ini
menunjukkan pentingnya memperhatikan dan memahami sejarah untuk menerapkan ekonomi
syariah dengan berhati-hati (Muhazir, 2021).

Banyak pandangan mengemukakan bahwa pemasaran adalah kemampuan seorang


pemasar dalam mengenalkan produk kepada pelanggan, sementara yang lain menyatakan bahwa
keberadaan pemasaran adalah hasil dari periklanan. Namun, pemasaran sebenarnya jauh lebih
kompleks daripada sekadar menyampaikan produk atau periklanan. Pemasaran melibatkan
proses yang lebih luas yang bertujuan untuk mentransfer nilai kepada individu yang dapat
memengaruhi suatu transaksi. Secara esensial, pemasaran adalah serangkaian aktivitas
manajemen dan proses yang dirancang untuk merencanakan, menciptakan, mengkomunikasikan,
dan menyampaikan nilai kepada pelanggan (Rizal & Harsono, 2022).

Teori pemasaran adalah proses menentukan keinginan dan kebutuhan konsumen serta
menyediakan barang dan jasa yang dirancang sesuai dengan harapan konsumen. Pemasaran
adalah proses yang berkelanjutan dan berkelanjutan. Dalam hal ini, perusahaan dan organisasi
harus senantiasa beradaptasi dengan pasar dan berusaha mengubah kebutuhan dan keinginan
pelanggan (Rizal & Harsono, 2022).

Perkembangan bisnis di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat, terutama dalam


era baru ini. Bisnis adalah kegiatan ekonomi yang mencakup produksi barang atau pemberian
jasa yang dilakukan oleh individu atau organisasi dengan tujuan memperoleh keuntungan.
Berbagai sektor bisnis dapat dijalankan, termasuk industri manufaktur, pemasaran, dan jasa.
Namun, sebelum memulai suatu usaha, penting bagi para pengusaha untuk mempertimbangkan
prospek usaha mereka secara cermat guna menghindari pemborosan modal dan upaya dalam
membangun bisnis yang berpotensi terhambat oleh kesalahan dalam mengelola peluang dan
ancaman yang ada. Sebelum memulai bisnis, penting untuk memiliki rencana bisnis yang solid
guna mengurangi risiko-risiko yang mungkin timbul di masa mendatang. Kurangnya
pemahaman terhadap rencana bisnis dan strategi yang matang seringkali menjadi penyebab
kegagalan dalam menjalankan usaha. Oleh karena itu, sebuah rencana bisnis yang baik sangat

2
penting untuk memastikan kesuksesan jangka panjang dalam menjalankan bisnis (Damis &
Harun, 2024).

Etika tidak lebih dari aturan perilaku, cara orang berinteraksi satu sama lain dan
menentukan apa yang benar dan apa yang salah. Kata etika sering disebut juga dengan kata etik
yang berasal dari Yunani “Ethos” yang berarti norma, nilai, kaidah dan perilaku manusia yang
baik (Muis, 2021). Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhikehidupan manusia.
Etika memberikanpetunjuk kepada manusia tentang bagaimana menjalani hidup melalui
serangkaiantindakan sehari-hari. Artinya etika membantu manusia untuk mengambilsikap dan
berperilaku benar selama hidup ini. Pada akhirnya, etika membantu kita membuatkeputusan
tentang tindakan apa yang harus diambil, dan kita semua perlu memahami bahwa etika ini dapat
diterapkan pada semua aspek kehidupan kita. Dengan demikian, etika ini dapat dibagi menjadi
beberapa bagian menurut aspek atau aspek kehidupan manusia (Muis, 2021).

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. AYAT DAN HADITS EKONOMI

1. Definisi Jual Beli


Transaksi jual beli adalah proses pengalihan kepemilikan suatu barang dengan
kesepakatan saling mengganti. Dalam konteks ini, "saling mengganti" mengacu pada
pertukaran harta yang berdampak pada kepemilikan barang atau manfaat atasnya secara
permanen. Namun, istilah tersebut tidak mencakup hibah atau transaksi lain yang tidak
melibatkan pertukaran barang secara langsung. Selain itu, istilah "harta" tidak termasuk
dalam konteks akad nikah karena dalam pernikahan, meskipun terjadi pertukaran, yang
terjadi bukanlah pertukaran harta melainkan hak untuk menikmati kebahagiaan bersama
pasangan. Lebih lanjut, ketika menyebut "kepemilikan barang dan manfaatnya untuk
selamanya", transaksi sewa tidak termasuk di dalamnya karena dalam sewa, hak
kepemilikan bukan pada barang itu sendiri tetapi pada manfaat yang diperoleh dari
barang tersebut (Azam, 2010).
Sedangkan menurut (Hidayatul, 2022) Jual beli merupakan proses pertukaran
barang atau jasa yang memiliki nilai dan manfaat yang dianggap baik. Melalui
pertukaran uang, pihak yang terlibat memperoleh kepemilikan penuh dan hak atas
barang yang ditukarkan untuk selamanya, selama transaksi tersebut tidak melibatkan
unsur riba atau hutang yang melanggar aturan agama atau hukum.

2. Dasar Hukum Jual Beli


Abu Sa’id bin Abu Amr mengabarkan kepada kami, Abu Abbas Al Asham
mengabarkan kepada kami, Ar-Rabi’ mengabarkan kepada kami, Syafi’i mengabarkan
kepada kami, dia berkata, Allah berfirman:
‫ۚ َو َأَح َّل ٱُهَّلل ٱْلَبْيَع َو َح َّر ٱلِّر َبٰو ۟ا‬
‫َم‬
“padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. al-
Baqarah [2]: 275)
Menurut (Syafi’i, 2012) penghalalan jual beli oleh Allah itu mengandung dua
kemungkian makna, yaitu:
Pertama, Allah menghalalkan setiap jual beli yang biasa diteransaksikan manusia
dengan sikap saling rela dengan keduanya. Ini adalah maknanya yang paling kuat.
Kedua, Allah menghalalkan jual beli apa bila tidak dilarang oleh Rasulullah
s.a.w. sebagai penerang dari Allah tentang makna yang dia kehendaki.
Dengan demikian, jual beli itu termasuk hukum mujmal yang telah ditetapkan
hukumnya oleh Allah dalam kitabnya dan dijelaskan tata caranya melalui lisan Nabinya
atau termasuk hukum umum yang dimaksudkan berlaku khusus, lalu Rasulullah s.a.w.
menjelaskan apa yang dimaksud dengan kehalalannya serta apa yang diharamkam
darinya; atau dia masuk ke katagori keduanya; atau termasuk hukum umum yang

4
dibolehkan Allah kecuali yang diharamkannya melalui lisan nabinya dan sumber
hukum yang semakna (Hidayatul, 2022).

Sedangkan dalil dari hadits adalah, sabda nabi s.a.w. yang artinya:

“Dua orang yang jual beli berhak untuk khiyar (memilih untuk melangsungkan
atau membatalkan transaksi) selama mereka belum berpisah”

Hadis lain yang menerangkan tentang jual beli yaitu :

‫عن جابر بن عبد هللا رضي هللا عنهما أنه سمع رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول عام الفتح وهو بمكة‬:

«،‫ فإنه ُيطلى بها السفن‬،‫ يا رسول هللا أرأيت شحوم الميتة‬:‫ فقيل‬،»‫إن هللا ورسوله حرم بيع الخمر والميتة والِخ نزير واألصنام‬
‫ «قاتل هللا‬:‫ ثم قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عند ذلك‬، »‫ هو حرام‬،‫ «ال‬:‫ وَيستصِبح بها الناس؟ قال‬،‫وُيدهن بها الجلود‬
‫ فأكلوا ثمنه‬،‫ ثم باعوه‬،‫ فَأْج َم لوه‬،‫ إن هللا حرم عليهم الشحوم‬،‫»اليهود‬.

[‫ ]صحيح‬- [‫]متفق عليه‬

Artinya: dari Jabir bin Abdullah r.a bahwasanya ia mendengar Rasululloh


bersabda pada tahun kemenangan di Mekah: Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya
mengharamkan menjual minuman yang memabukkan (Khamr), bangkai, babi dan
berhala. Lalu ada orang bertanya, “ya, Rasululloh bagai manakah tentang lemak
bangkai, karena dipergunakan mengecat perahu-perahu supaya tahan Air, dan
meminyaki kulit-kulit, dan orang-orang mempergunakannya, untuk penerangan
lampu ? beliau menjawab, “ tidak boleh, itu haram” kemudian diwaktu itu Rasulullah
saw., bersabda: Allah melaknat orang-orang yahudi, sesungguhnya Allah tatkala
mengharamkan lemaknya bagi mereka, mereka cairkan lemak itu kemudian dijualnya
kemudian mereka makan harganya (HR Bukhari).

3. Prinsip-prinsip Produk Syari’ah


a) Mudharabah
Mudharabah (qiradh) adalah perjanjian (akad) kerjasama antara pihak pemilik
modal (shahib al-mal) dan pihak pengelola usaha (mudharib) dengan cara pemilik
modal (shahib al-mal) menyerahkan modal dan pengelola usaha (mudharib)
mengelola modal tersebut dalam suatu usaha. Persyaratan pihak-pihak dalam
Mudharabah Pihak pemilik modal (shahib al-mal) dan pihak pengelola usaha
(mudharib) wajib memiliki kecakapan dan kewenangan untuk melakukan
perbuatan hokum menurut ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.
Hak dan kewajiban pihak-pihak dalam Mudharabah
1) Hak dan kewajiban pihak pemilik modal (shahib al-mal) adalah:
a. Wajib menyediakan dan menyerahkan seluruh modal yang disepakati;
b. Berhak mengawasi pelaksanaan kegiatan usaha yang dilakukan oleh pihak
pengelola usaha (mudharib);
c. Berhak menerima bagian keuntungan tertentu yang disepakati dalam
mudharabah;

5
d. Wajib menanggung seluruh kerugian usaha yang tidak disebabkan oleh
kelalaian, kesengajaan, dan/atau pelanggaran pengelola usaha atas
mudharabah;
e. Berhak meminta jaminan dari pihak pengelola usaha (mudharib) atau pihak
ketiga yang dapat digunakan apabila pihak pengelola usaha (mudharib)
melakukan pelanggaran atas mudharabah. Jaminan tersebut dapat berupa
jaminan kebendaan dan/atau jaminan umum, seperti jaminan perusahaan
(corporate guarantee) dan jaminan pribadi (personal guarantee); dan
f. Wajib menyatakan secara tertulis bahwa pihak pemilik modal (shahib al-
mal) menyerahkan modal kepada pihak pengelola usaha (mudharib) untuk
dikelola dalam suatu usaha sesuai dengan kesepakatan (pernyataan ijab).
2) Hak dan kewajiban pihak pengelola usaha (mudharib) adalah:
a. Wajib mengelola modal yang telah diterima dari pihak pemilik modal
(shahib al-mal) dalam suatu kegiatan usaha sesuai kesepakatan;
b. Berhak mengelola kegiatan usaha untuk tercapainya tujuan mudharabah
tanpa campur tangan pihak penyedia modal;
c. Berhak menerima bagian keuntungan tertentu sesuai yang disepakati dalam
mudharabah;
d. Wajib menanggung seluruh kerugian usaha yang disebabkan oleh kelalaian,
kesengajaan, dan/atau pelanggaran pihak pengelola usaha (mudharib); dan
e. Wajib menyatakan secara tertulis bahwa pihak pengelola usaha (mudharib)
menerima modal dari pihak pemilik modal (shahib al-mal) dan berjanji
untuk mengelola modal tersebut dalam suatu usaha sesuai dengan
kesepakatan (pernyataan qabul).
3) Persyaratan modal yang dikelola dalam Mudharabah Modal yang dikelola dalam
Mudharabah wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Berupa sejumlah uang dan/atau aset lainnya baik berwujud maupun tidak
berwujud yang dapat dinilai dengan uang;
b. Jika modal yang diberikan dalam bentuk aset selain uang, maka asset
tersebut tidak sedang dijaminkan atau tidak dalam status sengketa
c. Jika modal yang diberikan dalam bentuk aset selain uang, maka asset
tersebut harus dinilai oleh penilai, namun penentuan nilai aset selain uang
tetap berdasarkan kesepakatan para pihak pada waktu mudharabah;
d. Tidak berupa piutang atau tagihan di antara pihak-pihak dan/atau kepada
pihak lain; dan
e. Dapat diserahkan kepada pihak pengelola usaha (mudharib) baik seluruh
atau sebagian pada waktu dan tempat yang telah disepakati
4. Persyaratan kegiatan usaha dalam Mudharabah Kegiatan usaha yang dapat
dijalankan dalam Mudharabah wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal dan/atau
peraturan perundang-undangan; dan
b. Tidak dikaitkan (mu‟allaq) dengan sebuah kejadian di masa yang akan
datang yang belum tentu terjadi.
6
5. Pembagian keuntungan dalam Mudharabah Pembagian keuntungan dalam
Mudharabah wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Keuntungan Mudharabah merupakan selisih lebih dari kekayaan
Mudharabah dikurangi dengan modal Mudharabah dan kewajiban kepada
pihak lain yang terkait dengan kegiatan Mudharabah;
b. Keuntungan Mudharabah dibagikan kepada pihak pemilik modal (shahib al-
mal) dan pihak pengelola usaha (mudharib) dengan besarnya bagian sesuai
rasio/nisbah yang disepakati; dan
c. Besarnya bagian keuntungan masing-masing pihak wajib dituangkan secara
tertulis dalam bentuk rasio/nisbah.
6. Ketentuan lain yang dapat diatur dalam Mudharabah Selain wajib memenuhi
ketentuan di atas, dalam Mudharabah dapat disepakati antara lain hal-hal
sebagai berikut:
a. Pihak pengelola usaha (mudharib) menyediakan biaya operasional
sesuaikesepakatan dalam Mudharabah; Jangka waktu berlakunya
Mudharabah;
b. Tidak boleh ada ketentuan yang memastikan pemilik modal akan
memperoleh keuntungan; dan/atau
c. Penunjukan pihak lain untuk menyelesaikan perselisihan antar para pihak
dalam Mudharabah.

a) Musyarakah
Musyarakah adalah perjanjian (akad) kerjasama antara dua pihak atau lebih
(syarik) dengan cara menyertakan modal baik dalam bentuk uang maupun bentuk
aset lainnya untuk melakukan suatu usaha.
1. Persyaratan pihak-pihak dalam Musyarakah Pihak-pihak dalam Musyarakah
wajib memiliki kecakapan dan kewenangan untuk melakukan perbuatan
hukum menurut ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

2. Hak dan kewajiban pihak-pihak dalam Musyarakah Setiap pihak dalam


Musyarakah memiliki hak dan kewajiban yang sama, yaitu:
a. Wajib menyediakan modal sesuai dengan tujuan Musyarakah, baik dalam
porsi yang sama atau tidak sama dengan pihak lainnya;
b. Wajib menyediakan tenaga dalam bentuk partisipasi dalam kegiatan usaha
Musyarakah. Dalam hal satu atau lebih pihak tidak dapat berpartisipasi
dalam kegiatan usaha Musyarakah, maka hal ini wajib disepakati dalam
musyarakah;
c. Berhak menerima bagian keuntungan tertentu sesuai dengan
rasio/nisbahyang disepakati dalam musyarakah atau proporsional;
d. Wajib menanggung kerugian secara proporsional berdasarkan kontribusi
modal masing-masing pihak;
e. Berhak mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu,
maka kelebihan dimaksud dapat diberikan kepada satu atau lebih pihak;

7
dan Berhak meminta jaminan kepada pihak lain dalam musyarakah untuk
menghindari terjadinya penyimpangan.

3. Persyaratan modal dalam Musyarakah Modal yang disetorkan dalam


Musyarakah wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Berupa sejumlah uang dan/atau aset lainnya baik berwujud maupun tidak
berwujud yang dapat dinilai dengan uang;
b. Jika modal yang diberikan dalam bentuk aset selain uang, maka asset
tersebut harus dinilai oleh Penilai, namun penentuan nilai aset selain uang
tetap berdasarkan kesepakatan para pihak pada waktu Musyarakah;
c. Jika modal yang diberikan dalam bentuk aset selain uang, maka asset
tersebut tidak sedang dijaminkan atau tidak dalam status sengketa; dan
d. Tidak berupa piutang atau tagihan di antara pihak-pihak dan/atau kepada
pihak lain.
e. Persyaratan kegiatan usaha dan cara pengelolaan dalam Musyarakah
f. Kegiatan usaha yang dapat dijalankan dalam Musyarakah tidak
bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal dan/atau
peraturan perundang-undangan;
g. Kewajiban pengelolaan aset sesuai dengan Musyarakah; dan
h. Pihak yang mengelola Musyarakah dilarang mengelola modal di luar yang
telah disepakati dalam Musyarakah, kecuali atas dasar kesepakatan.

4. Pembagian keuntungan dan kerugian Pembagian keuntungan dan kerugian


dalam Musyarakah wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Keuntungan Musyarakah merupakan selisih lebih dari kekayaan
Musyarakah setelah dikurangi dengan modal Musyarakah dan kewajiban
kepada pihak lain yang terkait dengan kegiatan Musyarakah;
b. Untuk kepentingan pembagian keuntungan secara periodik, maka
keuntungan Musyarakah dihitung berdasarkan selisih lebih dari kekayaan
Musyarakah akhir periode setelah dikurangi dengan modal Musyarakah
awal periode dan kewajiban akhir periode kepada pihak lain yang terkait
dengan kegiatan Musyarakah;
c. Seluruh keuntungan Musyarakah harus dibagikan kepada para pihak
secara proporsional berdasarkan kontribusi modal atau sesuai nisbah yang
disepakati, dan tidak diperkenankan menentukan jumlah nominal
keuntungan atau persentase tertentu dari modal bagi satu atau lebih pihak
pada awal kesepakatan;
d. Dalam hal terdapat satu atau lebih pihak yang memberikan kontribusi
lebih dalam pengelolaan, maka pihak tersebut dapat menerima bagi hasil
tambahan sesuai dengan kesepakatan;
e. Besarnya bagian keuntungan masing-masing pihak wajib dituangkan
secara tertulis dalam bentuk rasio/nisbah; dan

8
f. Kerugian Musyarakah harus dibagi di antara para pihak secara
proporsional berdasarkan kontribusi modal.

5. Ketentuan lain yang dapat diatur dalam Musyarakah Dalam Musyarakah dapat
disepakati antara lain hal-hal sebagai berikut:
1. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama;
2. Jangka waktu berlakunya Musyarakah; dan/atau
3. Penunjukan pihak lain untuk menyelesaikan perselisihan antar para pihak
dalam Musyarakah.

b) Ijarah
Ijarah adalah perjanjian (akad) antara pihak pemberi sewa/pemberi jasa
(mu’jir) dan pihak penyewa/pengguna jasa (musta’jir) untuk memindahkan hak
guna (manfaat) atas suatu objek Ijarah yang dapat berupa manfaat barang dan/atau
jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa dan/atau upah (ujrah) tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan objek Ijarah itu sendiri.

1. Persyaratan pihak-pihak dalam Ijarah


Pihak pemberi sewa/pemberi jasa (mu’jir) dan pihak penyewa/pengguna jasa
(musta’jir) wajib memiliki kecakapan dan kewenangan untuk melakukan
perbuatan hukum menurut ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

2. Hak dan kewajiban pihak-pihak dalam Ijarah


1. Hak dan kewajiban pihak pemberi sewa/pemberi jasa (mu’jir) adalah:
berhak menerima pembayaran harga sewa atau upah (ujrah) sesuai yang
disepakati dalam Ijarah.

a. Wajib menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan


sesuai yang disepakati dalam Ijarah;
b. Wajib menanggung biaya pemeliharaan barang yang disewakan;
c. Wajib bertanggung jawab atas kerusakan barang yang disewakan
yang bukan disebabkan oleh pelanggaran dari penggunaan sesuai
yang disepakati dalam Ijarah atau bukan karena kelalaian pihak
penyewa;
d. Wajib menjamin bahwa barang yang disewakan atau jasa yang
diberikan dapat digunakan sesuai dengan maksud dan tujuan yang
disepakati dalam Ijarah; dan
e. Wajib menyatakan secara tertulis bahwa pihak pemberi sewa/pemberi
jasa (mu‟jir) menyerahkan hak penggunaan atau pemanfaatan atas
suatu barang dan/atau memberikan jasa yang dimilikinya kepada
pihak penyewa/pengguna jasa (musta’jir) (pernyataan ijab).

2. Hak dan kewajiban pihak penyewa/pengguna jasa (musta’jir) adalah :


a) Wajib membayar harga sewa atau upah (ujrah) sesuai yang disepakati
dalam Ijarah;

9
b) Berhak menerima dan memanfaatkan barang dan/atau jasa sesuai
yang disepakati dalam Ijarah;
c) Wajib menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan
(tidak material) sesuai yang disepakati dalam Ijarah;
d) Wajib bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan barang serta
menggunakannya sesuai yang disepakati dalam Ijarah;
e) Wajib bertanggung jawab atas kerusakan barang yang disewakan
yang disebabkan oleh pelanggaran dari penggunaan sesuai yang
disepakati dalam Ijarah atau karena kelalaian pihak penyewa; dan
f) Wajib menyatakan secara tertulis bahwa pihak penyewa atau
pengguna jasa menerima hak penggunaan atau pemanfaatan atas suatu
barang dan/atau jasa dari pihak pemberi sewa/pemberi jasa (mu’jir)
(pernyataan qabul).

3. Persyaratan Objek Ijarah


Objek Ijarah dapat berupa manfaat barang dan/atau jasa yang memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
1. Manfaat barang atau jasa tidak bertentangan dengan Prinsipprinsip Syariah
di Pasar Modal dan peraturan perundangundangan;
2. Manfaat barang atau jasa harus dapat dinilai dengan uang;
3. Manfaat atas barang atau jasa dapat diserahkan atau diberikan kepada
pihak penyewa atau pengguna jasa;
4. Manfaat barang atau jasa harus ditentukan dengan jelas; dan
5. Spesifikasi barang atau jasa harus dinyatakan dengan jelas, antara lain
melalui identifikasi fisik, kelaikan, spesifikasi pelayanan, dan jangka
waktu pemanfaatan.

4. Persyaratan Penetapan Harga Sewa atau Upah (Ujrah)


Penetapan harga sewa atau upah (ujrah) wajib memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
1. Besarnya harga sewa atau upah (ujrah) serta waktu dan cara
pembayarannya ditetapkan secara tertulis dalam Ijarah; dan
2. Alat pembayaran harga sewa atau upah (ujrah) adalah dalam bentuk uang.

5. Ketentuan Lain Yang Dapat Diatur Dalam Ijarah


Selain wajib memenuhi ketentuan di atas, dalam Ijarah dapat disepakati antara
lain hal-hal sebagai berikut:
1. Harga sewa atau upah (ujrah) untuk periode waktu tertentu dan peninjauan
kembali harga sewa atau upah (ujrah) tersebut yang berlaku untuk periode
berikutnya;
2. Adanya uang muka Ijarah;

10
3. Penggantian barang yang mendasari Ijarah; dan/atau Penunjukan pihak
lain untuk menyelesaikan perselisihan antar para pihak dalam Ijarah.
(Karim, 2008)

d. Wakalah
Wakalah adalah perjanjian (akad) antara pihak pemberi kuasa (muwakkil) dan
pihak penerima kuasa (wakil) dengan cara pihak pemberi kuasa (muwakkil)
memberikan kuasa kepada pihak penerima kuasa (wakil) untuk melakukan tindakan
atau perbuatan tertentu. (Soemitra, 2012)
1. Persyaratan pihak-pihak dalam Wakalah Pihak pemberi kuasa (muwakkil) dan
pihak penerima kuasa (wakil) wajib memiliki kecakapan dan kewenangan
untuk melakukan perbuatan hokum menurut ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan.
2. Kewajiban pihak-pihak dalam Wakalah
3. Kewajiban pihak pemberi kuasa (muwakkil) adalah sebagai berikut:
a. Wajib memiliki kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap
hal-hal yang dapat dikuasakan; dan
b. Wajib menyatakan secara tertulis bahwa pihak pemberi kuasa (muwakkil)
memberikan kuasa kepada pihak penerima kuasa (wakil) untuk melakukan
tindakan atau perbuatan hukum tertentu (pernyataan ijab).
4. Kewajiban pihak penerima kuasa (wakil) adalah sebagai berikut:
a. Wajib memiliki kemampuan untuk melaksanakan perbuatan hukum yang
dikuasakan kepadanya;
b. Melaksanakan perbuatan hukum yang dikuasakan kepadanya serta
dilarang memberi kuasa kepada pihak lain kecuali atas persetujuan pihak
pemberi kuasa (muwakkil); dan
c. Wajib menyatakan secara tertulis bahwa pihak penerima kuasa (wakil)
menerima kuasa dari pihak pemberi kuasa (muwakkil) untuk melakukan
tindakan atau perbuatan hukum tertentu (pernyataan qabul).
5. Persyaratan objek Wakalah Objek Wakalah adalah perbuatan hukum yang
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Diketahui dengan jelas jenis perbuatan hukum yang dikuasakan serta cara
melaksanakan perbuatan hukum yang dikuasakan tersebut;
b. Tidak bertentangan dengan syariah Islam; dan
c. Dapat dikuasakan menurut syariah Islam.
6. Ketentuan lain yang dapat diatur dalam Wakalah Selain wajib memenuhi
ketentuan di atas, dalam Wakalah dapat disepakati antara lain hal-hal sebagai
berikut:
a. Para pihak dapat menetapkan besarnya imbalan (fee) atas pelaksanaan
perbuatan hukum yang dikuasakan. Dalam hal para pihak menyepakati
adanya imbalan (fee), maka Wakalah tersebut bersifat mengikat dan tidak
dapat dibatalkan secara sepihak;
b. Jangka waktu berlakunya pemberian kuasa dalam Wakalah; dan/atau

11
c. Penunjukan pihak lain untuk menyelesaikan perselisihan antar para pihak
dalam Wakalah.
Wakalah boleh menggunakan ongkos atau tidak karena wakalah merupakan akad
yang bersifat jaiz (wakil tidak wajib menerima perwakilan). Karena itulah mudah
diperbolehkan mengambil ongkos sebagai imbalan. Jika dalam akad wakalah si
wakil meminta ongkos, maka hukumnya sebagai mana ijarah dalam arti wakil
berhak menerima ongkos ketika menyerahkan barang yang diwakilkan atau setelah
tugasnya selesai.

d. Kafalah
Kafalah adalah perjanjian (akad) antara pihak penjamin (kafiil/guarantor) dan
pihak yang dijamin (makfuul ‘anhu/ashiil/orang yang berutang) untuk menjamin
kewajiban pihak yang dijamin kepada pihak lain (makfuullahu/orang yang
berpiutang).

1. Persyaratan Pihak-Pihak dalam Kafalah


Pihak penjamin (kafiil/ guarantor) dan pihak yang dijamin (makfuul‘anhu/
ashiil/ orang yang berutang) wajib memiliki kecakapan dan kewenangan untuk
melakukan perbuatan hukum menurut ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan.

2. Kewajiban Pihak-Pihak dalam kafalah


3. Kewajiban pihak penjamin (kafiil/guarantor) adalah sebagai berikut:
e. Wajib memiliki harta yang cukup untuk menjamin kewajiban pihak yang
dijamin kepada pihak yang dijaminkan (makfuul lahu/orang yang
berpiutang);
f. Wajib memiliki kewenangan penuh untuk menggunakan hartanya sebagai
jaminan atas pemenuhan kewajiban pihak yang dijamin kepada pihak yang
dijaminkan (makfuul lahu/orang yang berpiutang); dan
g. Wajib menyatakan secara tertulis bahwa pihak penjamin (kafiil/ guarantor)
menjamin kewajiban pihak yang dijamin kepada pihak yang dijaminkan
(makfuul lahu/orang yang berpiutang) (pernyataan ijab).
4. Kewajiban Pihak Yang Dijamin (Makfuul ‘anhu/ashiil/orang yang berutang)
adalah sebagai berikut :
a) Wajib menyerahkan kewajiban (utang) pihak yang dijamin (makfuul‘anhu/
ashiil/ orang yang berutang) kepada pihak penjamin (kafiil/guarantor); dan
b) Wajib menyatakan secara tertulis bahwa pihak yang dijamin
(makfuul‘anhu/ ashiil/ orang yang berutang) menerima jaminan dari pihak
penjamin (kafiil/guarantor) (pernyataan qabul).
5. Bentuk penjaminan dalam Kafalah
Penjaminan dalam Kafalah dapat berupa jaminan kebendaan dan/atau jaminan
umum, seperti jaminan perusahaan (corporate guarantee) dan jaminan pribadi
(personal guarantee).

12
6. Persyaratan objek Kafalah Objek Kafalah adalah kewajiban (utang) pihak yang
dijamin kepada pihak yang dijaminkan (makfuul lahu/orang yang berpiutang)
yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
7. Ketentuan lain yang dapat diatur dalam Kafalah Selain wajib memenuhi
ketentuan di atas, dalam Kafalah dapat disepakati antara lain hal-hal sebagai
berikut:
a. Para pihak dapat menetapkan besarnya imbalan (fee) atas pelaksanaan
penjaminan yang dilakukan oleh pihak penjamin (kafiil/guarantor). Dalam
hal para pihak menyepakati adanya imbalan (fee), maka Kafalah tersebut
bersifat mengikat dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak;
b. Jangka waktu berlakunya penjaminan dalam Kafalah; dan/atau penunjukan
pihak lain untuk menyelesaikan perselisihan antar para pihak dalam
Kafalah.

e. Istishna
Istishna adalah perjanjian (akad) antara pihak pemesan/pembeli (mustashni’)
dan pihak pembuat/penjual (shani’) untuk membuat objek Istishna yang dibeli oleh
pihak pemesan/pembeli (mustashni’) dengan kriteria, persyaratan, dan spesifikasi
yang telah disepakati kedua belah pihak.

1. Persyaratan Pihak-Pihak Dalam Istishna


Pihak pemesan/pembeli (mustashni’) dan pihak pembuat/penjual (shani’) wajib
memiliki kecakapan dan kewenangan untuk melakukan perbuatan hokum
menurut ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.
2. Hak dan Kewajiban Pihak-Pihak Dalam Istishna
1) Hak dan kewajiban pihak pembuat/penjual (shani’) adalah:
a. Berhak memperoleh pembayaran dengan jumlah, cara, dan waktu yang
telah disepakati dalam Istishna;
b. Wajib mengetahui spesifikasi objek Istishna secara jelas;
c. Wajib menyediakan objek Istishna sesuai dengan spesifikasi yang telah
disepakati dalam Istishna;
d. Wajib menjamin objek Istishna berfungsi dengan baik dan/atau tidak
cacat; dan
e. Wajib menyerahkan objek Istishna sesuai dengan waktu yang telah
disepakati dalam Istishna.
2) Hak dan kewajiban pihak pemesan/pembeli (mustashni’) adalah:
a. Wajib melakukan pembayaran (pokok dan/atau biaya lain) atas objek
Istishna sesuai yang telah disepakati dalam Istishna;
b. Wajib mengetahui dan menerangkan spesifikasi objek Istishna secara
jelas;
c. Berhak menerima objek Istishna sesuai dengan spesifikasi yang telah
disepakati dalam Istishna;
d. Berhak menerima objek Istishna sesuai dengan waktu dan tempat yang
telah disepakati dalam Istishna; dan

13
e. Memiliki hak memilih (khiyar) untuk melanjutkan atau membatalkan
Istishna apabila terdapat cacat atau barang yang tidak sesuai dengan
spesifikasi yang diperjanjikan.

4. KHES Tentang Ekonomi Syariah


Dalam pasal 22 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, rukun dan syarat akad
hampir sama engan syarat sahnya suatu perjanjian berdasarkan pasal 1320 KUHP,
yaitu:

a. Pihak-pihak yang berakad harus memiliki kecakapan dalam melakukan perbuatan


hukum.dalam hukum positif disebut sebagai “cakap”. Kriteria “cakap” menurut
buku I pasal 2 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah adalah “individu yang sudah
berusia 18 tahun atau sudah pernah menikah”.
b. Objek akad harus amwal atau menawarkan jasa yang dihalalkan yang dibuat oleh
masing-masing pihak. Dalam hukum syariah berarti harus halal, tidak boleh haram.
c. Tujuan pokok akad. Akad bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
pengembangan usaha masing-masing pihak yang mengadakan akad.
d. Adanya kesepakatan. Kesepakatan menjadi syarat mutlak dalam akad syariah.
Bahkan dalam hukum kebiasaan Arab, kesepakatan tersebut harus dilaksanakan
secara lisan dan tegas.

B. KONSEP PEMIKIRAN EKONOMI SYARIAH


1. Konsep Ekonomi Klasik
Konsep pemikiran ekonomi klasik merujuk pada pandangan dan teori-teori yang
dikembangkan oleh para pemikir ekonomi pada abad ke-18 dan ke-19, seperti Adam
Smith, David Ricardo, dan John Stuart Mill. Beberapa karakteristik utama dari ekonomi
klasik adalah:
1. Pasar Bebas
Para pemikir klasik meyakini dalam konsep pasar bebas di mana harga dan alokasi
sumber daya ditentukan oleh mekanisme pasar yang tidak terganggu oleh campur
tangan pemerintah yang berlebihan.
2. Hukum Permintaan dan Penawaran
Mereka mendukung ide bahwa harga suatu barang atau jasa akan diatur oleh
keseimbangan antara penawaran dan permintaan di pasar.
3. Teori Nilai Kerja
Salah satu aspek penting dari pemikiran klasik adalah teori nilai kerja, yang
menyatakan bahwa nilai suatu barang atau jasa ditentukan oleh jumlah tenaga kerja
yang diperlukan untuk menghasilkannya.
4. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pemikir klasik juga memberikan perhatian pada teori pertumbuhan ekonomi,
dengan fokus pada akumulasi modal, investasi, dan perkembangan teknologi
sebagai pendorong utama pertumbuhan jangka panjang.

14
5. Kebebasan Individu
Mereka menganjurkan prinsip kebebasan individu dalam mengambil keputusan
ekonomi, dengan keyakinan bahwa kepentingan individu yang merdeka akan
mengarah pada kesejahteraan sosial secara keseluruhan.
6. Minimal Campur Tangan Pemerintah
Para pemikir klasik cenderung mendukung campur tangan pemerintah yang
minimal dalam ekonomi, percaya bahwa pasar akan secara efisien mengatur dirinya
sendiri tanpa intervensi eksternal yang berlebihan.

2. Konsep Ekonomi Modern


Konsep pemikiran ekonomi modern melibatkan berbagai pendekatan dan teori
yang berkembang setelah era ekonomi klasik. Berikut adalah beberapa karakteristik
utama dari pemikiran ekonomi modern:

a) Teori Mikroekonomi dan Makroekonomi, Pemikiran ekonomi modern mencakup


dua bidang utama, yaitu mikroekonomi dan makroekonomi. Mikroekonomi
mempelajari perilaku individual dalam pengambilan keputusan ekonomi, sementara
makroekonomi mempelajari keseluruhan perilaku ekonomi suatu negara atau
wilayah.
b) Teori Pasar Tak Sempurna, Ekonomi modern mengakui bahwa pasar tidak selalu
mencapai keseimbangan sempurna seperti yang diajukan dalam pemikiran klasik.
Konsep pasar tak sempurna, termasuk keberadaan monopoli, oligopoli, dan
informasi asimetris, menjadi fokus utama dalam menganalisis perilaku pasar.
c) Teori Perilaku, Pendekatan ekonomi modern sering kali mencakup elemen
psikologi dan sosiologi dalam menganalisis perilaku ekonomi. Teori perilaku
ekonomi mengakui bahwa keputusan ekonomi seringkali dipengaruhi oleh faktor-
faktor emosional, kognitif, dan sosial.
d) Ekonomi Perilaku, Cabang khusus dari pemikiran ekonomi modern, yaitu ekonomi
perilaku, menekankan pentingnya perilaku individual dalam pengambilan
keputusan ekonomi dan menganalisis dampaknya terhadap pasar dan kebijakan
ekonomi.
e) Model Matematika dan Statistik, Pemikiran ekonomi modern sering menggunakan
pendekatan matematika dan statistik yang kompleks dalam analisis ekonomi.
Penggunaan model matematika dan teknik statistik membantu para ekonom dalam
memahami hubungan antara variabel ekonomi dan membuat prediksi tentang
perilaku pasar di masa depan.
f) Perhatian pada Kebijakan Ekonomi, Ekonomi modern seringkali berfokus pada
pembuatan kebijakan ekonomi untuk mengatasi masalah-masalah sosial dan
ekonomi tertentu. Ini melibatkan analisis dampak kebijakan fiskal, moneter,
perdagangan, dan kebijakan lainnya terhadap pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat.

15
Pemikiran ekonomi modern terus berkembang seiring dengan perkembangan
teknologi dan perubahan sosial, dengan berbagai pendekatan baru yang terus muncul
untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku ekonomi dalam konteks yang semakin
kompleks.

3. Konsep Ekonomi Kontemporer


Konsep pemikiran ekonomi kontemporer mencakup beragam pendekatan dan
teori yang terus berkembang untuk memahami dan menjelaskan fenomena ekonomi
yang kompleks pada zaman sekarang. Beberapa karakteristik utama dari pemikiran
ekonomi kontemporer meliputi:

a) Ekonomi Perilaku, Pendekatan ekonomi perilaku terus berkembang sebagai bagian


penting dari pemikiran ekonomi kontemporer. Ini menekankan pentingnya faktor-
faktor psikologis, sosial, dan kognitif dalam pengambilan keputusan ekonomi, serta
dampaknya terhadap perilaku individu dan pasar.
b) Ekonomi Sumber Daya Manusia, Konsep ekonomi sumber daya manusia
memperhitungkan peran manusia sebagai sumber daya ekonomi yang penting. Ini
mencakup analisis tentang investasi dalam pendidikan, pelatihan, dan kesehatan
manusia serta dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat.
c) Ekonomi Lingkungan, Pemikiran ekonomi kontemporer semakin memperhatikan
isu-isu lingkungan, termasuk dampak ekonomi dari perubahan iklim, degradasi
lingkungan, dan keberlanjutan sumber daya alam. Pendekatan ini mencari
keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan.
d) Ekonomi Kesejahteraan, Ekonomi kesejahteraan membahas tentang bagaimana
alokasi sumber daya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan, bukan hanya pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan angka GDP.
Hal ini melibatkan analisis efisiensi dan keadilan dalam distribusi pendapatan dan
kebijakan sosial.
e) Ekonomi Perdagangan Internasional, Dalam era globalisasi, pemikiran ekonomi
kontemporer memperhatikan dampak perdagangan internasional terhadap
pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan, dan kesejahteraan masyarakat.
Hal ini mencakup analisis tentang kebijakan perdagangan, investasi asing, dan
integrasi ekonomi global.
f) Ekonomi Teknologi dan Inovasi, Perkembangan teknologi dan inovasi menjadi
fokus penting dalam pemikiran ekonomi kontemporer. Analisis tentang peran
teknologi dalam meningkatkan produktivitas, menciptakan lapangan kerja baru,
dan merubah struktur industri merupakan bagian penting dari studi ekonomi
modern.
g) Ekonomi Digital, Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi,
ekonomi digital menjadi topik yang semakin relevan dalam pemikiran ekonomi
kontemporer. Ini meliputi analisis tentang ekonomi platform, e-commerce, big
data, dan dampaknya terhadap struktur pasar dan perilaku konsumen.

16
Pemikiran ekonomi kontemporer terus berkembang seiring dengan dinamika
sosial, teknologi, dan lingkungan yang terus berubah. Berbagai pendekatan dan teori
tersebut bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang fenomena
ekonomi yang kompleks dalam konteks zaman sekarang.

C. MANAJEMEN USAHA
Strategi kelayakan usaha atau bisnis berdasarkan analisis SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Threats) melibatkan pengidentifikasi faktor-faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi usaha atau bisnis, serta pengembangan strategi yang tepat
untuk memanfaatkan kekuatan, mengatasi kelemahan, menangkap peluang, dan menghadapi
ancaman. Di era 4.0, strategi kelayakan usaha perlu mengintegrasikan aspek digital dan
teknologi informasi untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Berikut
adalah langkah-langkah yang dapat diambil:

1. Analisis SWOT
Melakukan analisis SWOT berguna untuk mengevaluasi kekuatan (Strengths),
kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dari usaha
atau bisnis.
a) Kekuatan: Identifikasi aspek-aspek unik dari bisnis yang dijalankan seperti produk
atau layanan berkualitas tinggi, merek yang kuat, atau tim manajemen yang
terampil.
b) Kelemahan: Tinjau area-area di mana bisnis yang dijalani mungkin kurang
kompetitif seperti kurangnya akses modal, kurangnya kehadiran online, atau sistem
operasi yang tidak efisien.
c) Peluang: Identifikasi tren pasar yang berkembang, perubahan regulasi, atau
perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan bisnis.
d) Ancaman: Tinjau persaingan yang ketat, perubahan kebijakan pemerintah, atau
risiko-risiko lain yang dapat mengganggu bisnis.

2. Strategi Pengembangan Berbasis SWOT:


a) Memanfaatkan Kekuatan: Meningkatkan bisnis dapat dilakukan dengan
memanfaatkan kekuatan internal seperti fokus pada inovasi produk, pelayanan
pelanggan yang unggul, atau keunggulan operasional.
b) Mengatasi Kelemahan: Identifikasi dan perbaiki kelemahan internal seluruh
karyawan seperti meningkatkan efisiensi operasional, meningkatkan kualitas
produk atau layanan, atau meningkatkan kehadiran online dan pemasaran digital.
c) Menangkap Peluang: Manfaatkan peluang eksternal dengan mengembangkan
produk atau layanan baru yang sesuai dengan tren pasar, berinovasi dalam proses
bisnis, atau memperluas pangsa pasar melalui penetrasi pasar atau diversifikasi
produk.
d) Menghadapi Ancaman: Menyiapkan strategi untuk mengurangi dampak ancaman
eksternal seperti memperkuat hubungan dengan pelanggan, melakukan diversifikasi
bisnis, atau memperkuat strategi manajemen risiko.

17
3. Pengembangan Usaha di Era 4.0:
a) Digitalisasi: Adopsi teknologi digital seperti e-commerce, pemasaran digital, dan
pengelolaan data untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mencapai pasar
yang lebih luas.
b) Inovasi: Fokus pada inovasi produk, layanan, dan proses bisnis menggunakan
teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan
blockchain untuk meningkatkan daya saing dan relevansi bisnis.
c) Pelanggan Berbasis Data: Manfaatkan analisis data untuk memahami preferensi
pelanggan, perilaku pembelian, dan tren pasar untuk meningkatkan pengambilan
keputusan bisnis dan meningkatkan pengalaman pelanggan.
d) Kemitraan dan Kolaborasi: Jalin kemitraan strategis dengan perusahaan teknologi
atau startup untuk mengakses keahlian dan teknologi terbaru, serta berkolaborasi
dengan pemangku kepentingan lain untuk menciptakan ekosistem bisnis yang kuat
dan berkelanjutan.

D. MARKETING
1. Konsep Marketing
Konsep pemasaran (marketing) adalah kerangka kerja yang digunakan oleh
perusahaan untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mencapai tujuan
bisnis yang ditetapkan. Konsep ini mencakup berbagai aspek, termasuk pemahaman
pasar, pengembangan produk, penetapan harga, distribusi, dan promosi. Berikut adalah
detail tentang konsep pemasaran:
a) Pemahaman Konsumen, Konsep pemasaran dimulai dengan pemahaman mendalam
tentang kebutuhan, keinginan, dan perilaku konsumen. Ini melibatkan penelitian
pasar untuk mengidentifikasi segmen pasar, profil demografis, psikografis, dan
perilaku pembelian konsumen.
b) Penetapan Tujuan dan Sasaran, Berdasarkan pemahaman konsumen, perusahaan
menetapkan tujuan dan sasaran pemasaran yang jelas. Tujuan ini dapat berupa
peningkatan pangsa pasar, pertumbuhan penjualan, profitabilitas, atau citra merek
yang lebih baik.
c) Pengembangan Produk, Konsep pemasaran menekankan pentingnya
mengembangkan produk atau layanan yang memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen. Ini meliputi identifikasi fitur dan manfaat produk, diferensiasi dari
pesaing, dan inovasi untuk memenuhi permintaan pasar yang berkembang.
d) Penetapan Harga, Penetapan harga adalah proses menetapkan harga yang sesuai
untuk produk atau layanan yang ditawarkan. Ini melibatkan mempertimbangkan
biaya produksi, permintaan pasar, harga pesaing, dan nilai yang diberikan kepada
konsumen.

18
e) Distribusi (Penyaluran), Distribusi atau penyaluran melibatkan cara produk atau
layanan disampaikan kepada konsumen akhir. Ini mencakup strategi distribusi
seperti penjualan langsung, melalui pengecer, lembaga keuangan, atau melalui
kanal online.
f) Promosi, Promosi adalah upaya untuk mengkomunikasikan nilai produk atau
layanan kepada konsumen potensial. Ini melibatkan berbagai elemen seperti
periklanan, penjualan langsung, pemasaran langsung, promosi penjualan, dan
strategi komunikasi digital.
g) Pelayanan Pelanggan, Konsep pemasaran tidak hanya fokus pada penjualan produk
atau layanan, tetapi juga pada pelayanan pelanggan. Pelayanan pelanggan yang
baik dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan loyalitas merek, dan
menghasilkan pengulangan bisnis.
h) Evaluasi dan Pengendalian, Terakhir, konsep pemasaran melibatkan evaluasi terus-
menerus atas kinerja pemasaran dan pengendalian untuk memastikan bahwa tujuan
dan sasaran yang ditetapkan tercapai. Ini melibatkan pengukuran kinerja, analisis
tren pasar, dan penyesuaian strategi pemasaran sesuai kebutuhan.

Dengan memahami dan menerapkan konsep pemasaran secara efektif,


perusahaan dapat membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, menciptakan
nilai yang berkelanjutan, dan mencapai keberhasilan jangka panjang dalam pasar yang
kompetitif.

2. Konsep Digital Marketing


Konsep pemasaran digital adalah pendekatan strategis dalam pemasaran yang
menggunakan platform dan teknologi digital untuk berinteraksi dengan konsumen
target, membangun kesadaran merek, mempromosikan produk atau layanan, dan
meningkatkan penjualan. Berikut adalah detail tentang konsep pemasaran digital:

a) Pemahaman Target Audien, Seperti dalam pemasaran tradisional, pemahaman yang


mendalam tentang target audiens tetap penting dalam pemasaran digital. Ini
melibatkan analisis demografis, psikografis, perilaku online, preferensi, dan
kebutuhan konsumen potensial.
b) Pengembangan Situs Web dan Optimalisasi Mesin Pencari (SEO), Situs web
adalah basis dari strategi pemasaran digital. Pengembangan situs web yang
responsif, informatif, dan menarik, serta optimasi untuk mesin pencari (SEO),
membantu meningkatkan visibilitas online dan menarik lebih banyak pengunjung
organik.
c) Pemasaran Konten, Konten berkualitas tinggi seperti artikel, blog, video, infografis,
dan konten media sosial digunakan untuk menarik, mengedukasi, dan
mempengaruhi audiens. Pemasaran konten membantu dalam meningkatkan
kredibilitas merek, meningkatkan kesadaran, dan membangun hubungan dengan
konsumen.
d) Media Sosial, Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter,
LinkedIn, dan YouTube menjadi sarana penting dalam pemasaran digital. Mereka

19
memungkinkan perusahaan untuk berinteraksi langsung dengan audiens,
mempromosikan produk atau layanan, serta membangun dan mempertahankan
hubungan dengan pelanggan.
e) Periklanan Online, Periklanan online termasuk berbagai bentuk iklan seperti iklan
display, iklan video, iklan pencarian, dan iklan media sosial. Ini memungkinkan
perusahaan untuk menargetkan audiens yang spesifik, mengukur kinerja iklan
secara real-time, dan mengoptimalkan strategi periklanan berdasarkan data.
f) Email Marketing, Email marketing tetap menjadi alat yang efektif dalam
pemasaran digital. Mengirimkan email yang relevan, personal, dan terjadwal
kepada pelanggan dan prospek dapat membantu dalam membangun hubungan,
mempromosikan penawaran khusus, dan meningkatkan konversi.
g) Analisis Data dan Pengukuran Kinerja, Salah satu keunggulan pemasaran digital
adalah kemampuannya untuk mengukur kinerja kampanye dengan tepat. Analisis
data dan pengukuran kinerja membantu dalam memahami perilaku konsumen,
mengevaluasi efektivitas kampanye, dan membuat keputusan yang didasarkan pada
data.
h) Optimasi Pengalaman Pengguna (UX), Pengalaman pengguna yang baik adalah
kunci dalam pemasaran digital. Memastikan situs web yang responsif, navigasi
yang intuitif, konten yang relevan, dan proses pembelian yang mudah
meningkatkan tingkat retensi pengunjung dan konversi pelanggan.

Dengan memahami dan menerapkan konsep pemasaran digital secara


komprehensif, perusahaan dapat memanfaatkan potensi penuh teknologi dan platform
digital untuk mencapai tujuan pemasaran mereka, meningkatkan keterlibatan
pelanggan, dan menciptakan pengalaman yang berharga bagi konsumen.

E. PERENCANAAN BISNIS (BUSINESS PLAN)


1. (Dokumen bussines plan terlampir)

2. Informasi dan Transaksi Elektronik


Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah
sebuah revisi terhadap Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 yang mengatur aspek-
aspek hukum yang berkaitan dengan informasi dan transaksi elektronik di Indonesia.
Berikut adalah beberapa poin yang umumnya diatur dalam UU tersebut:

1. Pengakuan hukum transaksi elektronik, UU ini mengakui keabsahan transaksi yang


dilakukan secara elektronik, memberikan dasar hukum yang jelas untuk
perdagangan elektronik dan transaksi online di Indonesia.
2. Pengaturan keamanan informasi elektronik, UU ini biasanya mengatur tentang
standar keamanan yang harus dipatuhi oleh penyedia layanan, serta memberikan
kerangka kerja untuk melindungi informasi pribadi pengguna.

20
3. Perlindungan konsumen, Undang-Undang tersebut mungkin juga memuat
ketentuan perlindungan konsumen dalam transaksi online, seperti hak untuk
mendapatkan informasi yang jelas tentang barang atau layanan, serta prosedur
pengaduan jika terjadi masalah.
4. Kewajiban penyelenggara layanan, UU ini mungkin menetapkan kewajiban bagi
penyelenggara layanan elektronik, seperti penyedia platform online, untuk
memastikan bahwa layanan mereka mematuhi standar tertentu dan tidak digunakan
untuk tujuan ilegal.
5. Penegakan hukum dan sanksi, UU ini biasanya menyertakan ketentuan tentang
penegakan hukum terhadap pelanggaran yang terkait dengan informasi dan
transaksi elektronik, serta sanksi yang dapat dikenakan terhadap pelanggar.
6. Pengaturan tentang privasi dan perlindungan data, Dalam mengantisipasi risiko
penyalahgunaan data, UU ini mungkin juga memuat ketentuan tentang privasi dan
perlindungan data pribadi pengguna layanan elektronik.
7. Pengaturan tentang sertifikasi elektronik dan tanda tangan digital, UU ini mungkin
juga mengatur tentang prosedur sertifikasi elektronik dan penggunaan tanda tangan
digital untuk memastikan keamanan dan keabsahan transaksi online.
8. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan perkembangan teknologi
informasi dan transaksi elektronik, UU ini juga dapat mencakup berbagai ketentuan
lain yang relevan dengan perkembangan teknologi informasi dan transaksi
elektronik, seperti perdagangan elektronik lintas batas, transaksi keuangan digital,
dan sebagainya.

F. ETIKA BISNIS ISLAM


1. Entrepreneur Islam
Entrepreneur Islam merujuk pada individu atau kelompok yang berusaha
menjalankan bisnis atau usaha ekonomi dengan memperhatikan prinsip-prinsip Islam
dalam segala aspek operasional dan pengambilan keputusan. Berikut adalah
beberapa ciri dan karakteristik yang umumnya terkait dengan Entrepreneur Islam:

a) Ketaatan terhadap Prinsip-prinsip Islam, Entrepreneur Islam berkomitmen untuk


menjalankan bisnis mereka sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam.
Mereka mempertimbangkan aspek etika, moralitas, dan keadilan dalam setiap
aspek bisnis mereka.
b) Keadilan dan Keseimbangan, Mereka berusaha untuk memastikan bahwa
aktivitas bisnis mereka adil dan seimbang, baik dalam hubungan dengan
pelanggan, karyawan, maupun mitra bisnis. Prinsip keseimbangan antara
keuntungan dan keadilan sosial sangat penting dalam pandangan Entrepreneur
Islam.
c) Kreativitas dan Inovasi, Meskipun berpegang pada prinsip-prinsip Islam,
Entrepreneur Islam juga mendorong kreativitas dan inovasi dalam bisnis
mereka. Mereka mencari solusi-solusi baru yang sesuai dengan prinsip-prinsip
Islam untuk memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan pasar.

21
d) Kepemimpinan Berbasis Etika, Entrepreneur Islam mengembangkan model
kepemimpinan yang berbasis pada etika Islam, dengan memperhatikan
integritas, kejujuran, dan tanggung jawab sosial dalam mengelola bisnis mereka.
e) Berorientasi pada Pemecahan Masalah Sosial, Mereka seringkali memiliki
kesadaran yang tinggi terhadap masalah-masalah sosial dan ekonomi dalam
masyarakat, dan berusaha untuk menjadi bagian dari solusi melalui bisnis
mereka. Hal ini dapat mencakup program-program amal, kemitraan dengan
lembaga-lembaga sosial, atau praktik bisnis yang berkelanjutan secara
lingkungan.
f) Investasi yang Patuh Syariah, Entrepreneur Islam cenderung memilih investasi
dan sumber pendanaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah, yang
melarang riba (bunga), maysir (spekulasi), dan kegiatan bisnis yang
bertentangan dengan hukum Islam lainnya.
g) Pendidikan dan Pemberdayaan, Entrepreneur Islam juga sering mengedepankan
pendidikan dan pemberdayaan komunitas, terutama dalam konteks ekonomi.
Mereka mendorong pengembangan keterampilan dan pengetahuan ekonomi
Islam di kalangan masyarakat agar dapat menjadi penggerak ekonomi yang
berkelanjutan.

Dalam keseluruhan, Entrepreneur Islam tidak hanya berfokus pada pencapaian


keuntungan materi, tetapi juga pada pencapaian keberkahan dan keadilan dalam
bisnis mereka, sejalan dengan nilai-nilai Islam yang mereka anut.

2. Membangun Human Relationship Dalam Dunia Kerja


Membangun hubungan antarpribadi yang kuat dan positif di tempat kerja
sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif, kolaboratif, dan
berdaya saing. Berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu Anda
membangun hubungan manusia (human relationships) yang baik dalam dunia kerja:

a) Komunikasi yang Terbuka dan Jujur, Penting untuk berkomunikasi secara


terbuka dan jujur dengan rekan kerja Anda. Dengarkan dengan baik,
berbicaralah dengan sopan, dan hindari konflik yang tidak perlu. Terbuka untuk
menerima umpan balik dan bersedia berdiskusi untuk menyelesaikan perbedaan
pendapat.
b) Empati dan Penghargaan, Tunjukkan empati terhadap rekan kerja Anda dengan
memahami perspektif mereka, tantangan yang mereka hadapi, dan kebutuhan
mereka. Hargai kontribusi dan prestasi mereka dengan memberikan pujian dan
pengakuan yang pantas.
c) Kolaborasi dan Tim Kerja, Ajak rekan kerja Anda untuk berkolaborasi dalam
proyek-proyek dan tugas-tugas tim. Berbagi pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman untuk mencapai tujuan bersama. Berikan dukungan dan dorongan
kepada anggota tim untuk mendorong semangat kerjasama.
d) Membangun Kepercayaan, Kepercayaan adalah fondasi utama dari hubungan
yang kuat. Jadilah dapat diandalkan, tepat waktu, dan konsisten dalam tindakan

22
dan komitmen Anda. Hindari perilaku yang merugikan kepercayaan, seperti
gossip, pengkhianatan, atau manipulasi.
e) Memperluas Jaringan, Manfaatkan kesempatan untuk memperluas jaringan
profesional Anda di tempat kerja. Terlibatlah dalam acara-acara perusahaan,
seminar, atau pelatihan untuk bertemu dengan orang-orang dari berbagai
departemen atau divisi. Jalinlah hubungan yang positif dengan berbagai level
hierarki dan fungsi di perusahaan.
f) Menunjukkan Dukungan dan Peduli, Tunjukkan dukungan dan perhatian
terhadap kesejahteraan rekan kerja Anda. Tanyakan kabar mereka secara
pribadi, hargai kebutuhan mereka, dan berikan bantuan jika diperlukan.
Menunjukkan peduli akan menciptakan ikatan yang lebih kuat di antara tim.
g) Memperbaiki Konflik dengan Bijak, Konflik tidak dapat dihindari dalam
lingkungan kerja, tetapi yang penting adalah bagaimana kita menanganinya.
Selalu prioritaskan penyelesaian konflik secara konstruktif dan hormati sudut
pandang orang lain. Hindari konfrontasi yang memicu emosi negatif dan
upayakan solusi yang memuaskan semua pihak.
h) Pikirkan Keberagaman, Hormati dan hargai keberagaman budaya, latar
belakang, dan pandangan di tempat kerja. Jalin hubungan yang inklusif dan
hormati perbedaan pendapat serta perspektif orang lain.

Dengan mempraktikkan prinsip-prinsip ini secara konsisten, Anda dapat


membantu membangun hubungan manusia yang kuat dan positif dalam dunia kerja,
yang pada gilirannya akan meningkatkan kepuasan kerja, produktivitas, dan
kolaborasi di tempat kerja.

3. Etika Perlindungan, Pengupahan dan Kesejahteraan Berdasarkan UU No. 13


Tahun 2003
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah peraturan
yang mengatur berbagai aspek terkait dengan ketenagakerjaan di Indonesia. Di
antara banyak ketentuan yang terdapat di dalamnya, terdapat aspek perlindungan,
pengupahan, dan kesejahteraan bagi pekerja yang diatur. Berikut adalah beberapa
poin utama yang berkaitan dengan etika perlindungan, pengupahan, dan
kesejahteraan berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003:
a) Perlindungan Hak-hak Pekerja: Undang-Undang ini memberikan landasan
hukum yang kuat untuk melindungi hak-hak dasar pekerja, seperti hak untuk
tidak diskriminasi, hak atas upah yang layak, dan hak untuk bekerja dalam
lingkungan yang aman dan sehat. Analisis dapat dilakukan terhadap efektivitas
perlindungan yang diberikan oleh undang-undang ini dalam praktik sehari-hari
di tempat kerja.
b) Pengaturan Upah Minimum: Undang-Undang ini menetapkan upah minimum
yang harus dipatuhi oleh pengusaha. Analisis dapat dilakukan terhadap relevansi
upah minimum dengan kondisi ekonomi saat ini, serta dampaknya terhadap
kehidupan ekonomi pekerja.

23
c) Regulasi Jam Kerja dan Istirahat: Ketentuan mengenai jam kerja, istirahat, dan
libur nasional merupakan bagian penting dari undang-undang ini. Analisis dapat
dilakukan terhadap fleksibilitas jam kerja yang diberikan kepada pekerja dan
bagaimana hal ini mempengaruhi produktivitas dan kesejahteraan mereka.
d) Jaminan Sosial: Undang-Undang ini mengatur tentang jaminan sosial bagi
pekerja, termasuk jaminan pensiun, jaminan kesehatan, dan jaminan kecelakaan
kerja. Analisis dapat dilakukan terhadap kecukupan dan keadilan dalam sistem
jaminan sosial yang diatur oleh undang-undang ini.
e) Hak Serikat Pekerja: Undang-Undang ini memberikan hak kepada pekerja untuk
bergabung dalam serikat pekerja. Analisis dapat dilakukan terhadap kebebasan
berserikat dan bagaimana peran serikat pekerja dalam menjaga kepentingan dan
kesejahteraan pekerja.
f) Penegakan Hukum: Mekanisme penegakan hukum yang terdapat dalam undang-
undang ini juga penting untuk dianalisis. Efektivitas penegakan hukum dapat
mempengaruhi kepatuhan pengusaha dan pekerja terhadap ketentuan undang-
undang.
g) Revisi dan Perubahan: Selain itu, analisis juga dapat dilakukan terhadap
kebutuhan akan revisi atau perubahan undang-undang ini sesuai dengan
perkembangan zaman, termasuk perubahan dalam dinamika pasar kerja dan
perkembangan teknologi.

4. Pengembangan Teknologi dan Pelestarian Lingkungan Berdasarkan UU No. 20


Tahun 2008
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) tidak secara langsung mengatur tentang pengembangan
teknologi dan pelestarian lingkungan. UU ini lebih berfokus pada pengaturan
terhadap UMKM. Mungkin Anda bermaksud untuk menyebut UU yang berbeda.
Namun, jika kita berbicara tentang pengembangan teknologi dan pelestarian
lingkungan dalam konteks UU, kita dapat mengacu pada Undang-Undang No. 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH).
Undang-Undang ini menyediakan kerangka kerja untuk perlindungan, pengelolaan,
dan restorasi lingkungan hidup di Indonesia. Berikut adalah beberapa poin yang
dapat dianalisis dalam konteks pengembangan teknologi dan pelestarian lingkungan
berdasarkan UU PPLH:

a) Perlindungan Lingkungan: UU PPLH menetapkan ketentuan-ketentuan yang


bertujuan untuk melindungi lingkungan hidup dari kerusakan, pencemaran,
dan degradasi.
b) Pengelolaan Sumber Daya Alam: Undang-undang ini mengatur pengelolaan
sumber daya alam yang berkelanjutan, termasuk penggunaan yang efisien
dan efektif serta restorasi sumber daya alam yang rusak.
c) Pengendalian Pencemaran: UU PPLH mengatur tentang pengendalian
pencemaran udara, air, dan tanah serta pengelolaan limbah agar sesuai
dengan standar lingkungan yang ditetapkan.

24
d) Konservasi dan Restorasi Lingkungan: Memberikan landasan hukum untuk
upaya konservasi dan restorasi lingkungan, termasuk pembentukan kawasan
konservasi dan rehabilitasi lahan-lahan yang terdegradasi.
e) Pengembangan Teknologi Ramah Lingkungan: Mendorong pengembangan
dan penerapan teknologi yang ramah lingkungan melalui insentif, regulasi,
dan dukungan kebijakan lainnya.
f) Partisipasi Masyarakat: Mengatur partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan, termasuk hak untuk mendapatkan informasi, berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan, dan mengajukan gugatan lingkungan.

g) Sanksi dan Penegakan Hukum: Menetapkan sanksi bagi pelanggaran


terhadap ketentuan-ketentuan lingkungan hidup serta mekanisme penegakan
hukum untuk menjamin kepatuhan.
h) Analisis UU PPLH dapat dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas
peraturan-peraturan yang ada dalam mendorong pengembangan teknologi
yang ramah lingkungan, menjaga keberlanjutan lingkungan hidup, dan
melindungi sumber daya alam untuk generasi yang akan datang.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut:

1. Dunia ekonomi dalam Islam tidak sekadar tentang bisnis atau investasi semata, tetapi
juga melibatkan aspek-aspek seperti menciptakan sistem yang mendukung iklim
investasi yang sesuai dengan ajaran Islam. Investasi syariah menekankan pentingnya
bertransaksi dengan mematuhi prinsip-prinsip Islam dan menjauhi hal-hal yang
dilarang seperti riba dan maysir.
2. Perbedaan mendasar antara transaksi keuangan syariah dan transaksi konvensional
terletak pada akad, di mana akad dalam transaksi keuangan syariah menentukan halal
atau haramnya suatu transaksi. Investasi syariah memiliki keunggulan dibandingkan
dengan investasi konvensional karena mematuhi prinsip-prinsip syariah.
3. Pandangan ekonomi menurut Al-Qur'an menekankan pentingnya ekonomi sebagai
alat untuk saling menolong dan memberikan manfaat kepada sesama, bukan semata-

25
mata untuk mencari keuntungan pribadi. Ini mencerminkan nilai-nilai solidaritas dan
keadilan sosial yang menjadi prinsip dasar dalam tatanan ekonomi Islam.
4. Ekonomi Islam memegang prinsip bahwa pemenuhan kebutuhan harus dilakukan
dengan cara yang baik dan benar, dengan memperhatikan aspek kesehatan tubuh,
jiwa, dan kehalalan produk. Pemahaman sejarah dan hati-hati dalam menerapkan
ekonomi syariah menjadi penting untuk menghindari kesalahpahaman dan kesalahan
dalam praktik ekonomi syariah.
5. Pemasaran dalam Islam harus memperhatikan nilai-nilai etika yang ditanamkan
dalam agama, seperti kejujuran, keadilan, dan manfaat bagi sesama. Pemasaran yang
efektif dalam Islam adalah yang tidak hanya menciptakan transaksi, tetapi juga
memberikan nilai positif kepada pelanggan dan masyarakat secara keseluruhan.
6. Pentingnya memiliki rencana bisnis yang solid dan strategi yang matang sebelum
memulai bisnis untuk mengurangi risiko kegagalan. Etika bisnis Islam menekankan
pentingnya perilaku yang baik dan benar dalam berinteraksi dalam kegiatan bisnis,
sejalan dengan nilai-nilai agama Islam.

Dengan demikian, pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip ekonomi syariah serta


nilai-nilai etika bisnis Islam sangat penting dalam menjalankan bisnis dan investasi, demi
menciptakan lingkungan ekonomi yang adil, berkelanjutan, dan bermanfaat bagi individu
dan masyarakat secara keseluruhan.

B. Saran
Berikut adalah beberapa saran untuk pembahasan tersebut:

1. Mendalami Pemahaman Ekonomi Syariah: Saran pertama adalah mendalami


pemahaman tentang prinsip-prinsip ekonomi syariah, baik dari segi teori maupun
praktiknya. Ini dapat dilakukan melalui studi mendalam tentang ayat, hadis, fatwa
DSN MUI, serta KHES yang mengatur prinsip-prinsip ekonomi syariah, serta
mempelajari konsep-konsep ekonomi syariah dari para pakar dan praktisi di bidang
tersebut.
2. Penerapan Konsep Ekonomi Syariah dalam Bisnis: Penting untuk menerapkan
konsep-konsep ekonomi syariah dalam praktik bisnis sehari-hari. Ini termasuk
memahami dan mengimplementasikan prinsip-prinsip seperti larangan riba, maysir,
dan praktik bisnis yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Perusahaan dapat
mengadopsi model bisnis syariah yang sesuai dengan prinsip-prinsip ini.
3. Edukasi Masyarakat tentang Keunggulan Investasi Syariah: Masyarakat perlu dididik
tentang keunggulan investasi syariah dibandingkan dengan investasi konvensional.
Ini termasuk menyampaikan informasi tentang produk-produk keuangan syariah
yang tersedia dan bagaimana mereka dapat memberikan manfaat yang baik secara
finansial dan moral.
4. Pelatihan Etika Bisnis Islam: Pelaku bisnis perlu mendapatkan pelatihan tentang
etika bisnis Islam dan bagaimana menerapkannya dalam praktik bisnis mereka. Ini
dapat dilakukan melalui workshop, seminar, atau kursus yang membahas tentang
prinsip-prinsip etika bisnis Islam dan bagaimana mengintegrasikannya dalam
pengambilan keputusan bisnis sehari-hari.

26
5. Pengembangan Rencana Bisnis Syariah: Pengusaha perlu mengembangkan rencana
bisnis yang mencerminkan prinsip-prinsip ekonomi syariah dan nilai-nilai etika
bisnis Islam. Ini termasuk menyusun strategi bisnis yang berkelanjutan dan
mempertimbangkan dampak sosial dari kegiatan bisnis mereka.
6. Kampanye Pemasaran Berbasis Nilai: Perusahaan dapat mengadopsi strategi
pemasaran yang berbasis pada nilai-nilai Islam dan etika bisnis. Ini termasuk
menyampaikan pesan-pesan yang mengedepankan kejujuran, keadilan, dan manfaat
bagi masyarakat dalam semua aspek pemasaran mereka.

Dengan mengimplementasikan saran-saran tersebut, diharapkan masyarakat dan


pelaku bisnis dapat lebih memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi syariah
serta nilai-nilai etika bisnis Islam dalam kegiatan bisnis dan investasi mereka. Hal ini dapat
membawa dampak positif bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif,
serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Demikian resume yang dapat kami sajikan. Kritik dan saran yang konstruktif sangat
kami harapkan demi perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
dapat menambah khasanah pengetahuan, manfaat untuk kita semua. Aamiin...

27
DAFTAR PUSTAKA

Azam, A. A. M. (2010). Fiqih Muamalat (Penerjemah Nadirsyah Hawari (ed.)). Amzah.

Damis, S., & Harun, H. (2024). Peningkatan Pendapatan Usaha Umkm Asoka Desa Tanra Tuo
Kecamatan Cempa Kabupaten Pinrang Melalui Digitalisasi Bisnis. 5(1).

Hidayatul, A. (2022). Jual Beli Dalam Perspektif Islam. Al-Rasyad, 1, 7823–7830.

Karim, A. (2008). Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (3rd ed.). Raja Grafindo Persada.

Muhazir, M. (2021). Ekonomi Dalam Kajian Al-Qur’an. Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur’an dan
Hadist, 4(2), 159–173. https://doi.org/10.35132/albayan.v4i2.127

Muis, B. (2021). ETIKA BISNIS DALAM PRESPEKTIF EKONOMI ISLAM. TAJDID: Jurnal
Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan, 5(1), 32–44. https://doi.org/10.52266/tadjid.v5i1.628

Rizal, Moch., & Harsono, M. (2022). GREEN MARKETING DALAM KAJIAN FILSAFAT
ILMU. Jurnal Ekobis : Ekonomi Bisnis & Manajemen, 12(1), 116–136.
https://doi.org/10.37932/j.e.v12i1.547

Rodoni, A., & Hamid, A. (2008). Lembaga Keuangan Syariah. Dzikrul Hakim.

Soemitra, A. (2012). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.

Syafi’i, I. (2012). Tafsir Ayat-Ayat Hukum Imam Syafi’i (Penerjemah Beni Hamzah dan Solihin (ed.)).
Pustaka Amzah.

28

Anda mungkin juga menyukai