Disusun oleh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertologan –Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang lebihnya kami mohon maaf. Atas segala
perhatiannya kami sampaikan pula terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................4
A. AYAT DAN HADITS EKONOMI.................................................................................................4
B. KONSEP PEMIKIRAN EKONOMI SYARIAH..........................................................................14
C. MANAJEMEN USAHA...............................................................................................................17
D. MARKETING...............................................................................................................................18
E. PERENCANAAN BISNIS (BUSINESS PLAN)..........................................................................20
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................25
A. Kesimpulan...................................................................................................................................25
B. Saran.............................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dunia ekonomi dalam Islam adalah dunia bisnis atau investasi. Hal ini dapat dicermati
mulai dari tanda-tanda eksplisit untuk melakukan investasi (ajakan bisnis dalam alqur’an dan
sunnah) sehingga tanda-tanda implicit untuk menciptakan system yang mendukung iklim
investasi (adanya sistem zakat, larangan riba, serta larangan maysir atau judi dan spekulasi).
Investasi syariah merupakan tempat atau sarana bertemunya penjual dan pembeli instrumen
keuangan syariah yang dalam bertransaksi berpedoman pada ajaran Islam dan menjauhi hal-hal
yang dilarang, seperti penipuan dan penggelapan. Efek-efek yang boleh diperdagangkan dalam
investasi syariah adalah yang hanya memenuhi kriteria syariah, seperti saham syariah, obligasi
syariah, dan reksadana syariah.
Banyak yang masih belum memahami apa perbedaannya transaksi keuangan syariah
dengan transaksi konvensional. Salah satu yang menjadi pembeda dasar antara transaksi syariah
dengan transaksi konvensional adalah akad. Dalam transaksi keuangan syariah, akad adalah
menentukan halal atau haramnya sebuah transaksi. Dengan akad yang berbeda akan memberikan
konsekuensi hukum yang berbeda, dalam koridor ilmu syariah. Akad – akad ini berlaku untuk
semua jenis transaksi keuangan tak terkecuali dalam melakukan transaksi investasi syariah.
Investasi syariah memiliki berbagai macam keunggulan dibandingkan dengan investasi
konvensional.
Dalam pandangan Al-Qur'an, perekonomian diatur dalam kerangka sosial yang bersifat
kolaboratif dan saling membantu antara individu. Hal ini terbukti dengan cara Al-Qur'an
menegaskan pentingnya menjaga keteraturan dalam pengelolaan aset serta bagaimana aset
tersebut dapat memberikan manfaat kepada pemiliknya, baik dalam kehidupan dunia maupun di
akhirat. Perekonomian dalam konteks ini bukan sekadar tentang mencari keuntungan semata,
tetapi juga tentang bagaimana individu saling mendukung dan membantu satu sama lain.
Berbeda dengan pandangan perekonomian yang umumnya dipahami oleh pelaku industri
keuangan, di mana orientasi utamanya adalah mencari keuntungan dan seringkali mengabaikan
kepentingan bersama serta nilai-nilai spiritual, perekonomian menurut ajaran Al-Qur'an
memiliki dimensi yang lebih luas. Perekonomian yang dijelaskan dalam Al-Qur'an menekankan
pentingnya membantu sesama, memberikan kompensasi yang adil, serta memastikan bahwa
keuntungan yang diperoleh tidak hanya menguntungkan secara materiil, tetapi juga membawa
manfaat spiritual dan moral bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan.
Islam dikenal sebagai agama yang memberikan pedoman dalam berbagai aspek
kehidupan manusia, termasuk dalam masalah ekonomi dan keuangan (al-iqtishad dan al-
1
maliyyah). Ekonomi merupakan bidang yang berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan dan
produksi barang untuk didistribusikan kepada pengguna akhir agar mereka dapat menikmati
manfaatnya. Dalam Islam, pemenuhan kebutuhan dianggap sebagai sesuatu yang penting dan
harus dilakukan dengan cara yang baik dan benar. "Baik" di sini berarti melakukan seleksi
terhadap produk-produk yang akan dikonsumsi untuk memastikan dampak positif bagi kesehatan
tubuh dan jiwa, serta mengonsumsi produk yang halal dan baik. Sedangkan "benar" mengacu
pada tindakan yang dilakukan dengan cara yang halal dan baik untuk memberikan manfaat
positif bagi diri sendiri dan orang lain di sekitar kita.
Teori pemasaran adalah proses menentukan keinginan dan kebutuhan konsumen serta
menyediakan barang dan jasa yang dirancang sesuai dengan harapan konsumen. Pemasaran
adalah proses yang berkelanjutan dan berkelanjutan. Dalam hal ini, perusahaan dan organisasi
harus senantiasa beradaptasi dengan pasar dan berusaha mengubah kebutuhan dan keinginan
pelanggan (Rizal & Harsono, 2022).
2
penting untuk memastikan kesuksesan jangka panjang dalam menjalankan bisnis (Damis &
Harun, 2024).
Etika tidak lebih dari aturan perilaku, cara orang berinteraksi satu sama lain dan
menentukan apa yang benar dan apa yang salah. Kata etika sering disebut juga dengan kata etik
yang berasal dari Yunani “Ethos” yang berarti norma, nilai, kaidah dan perilaku manusia yang
baik (Muis, 2021). Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhikehidupan manusia.
Etika memberikanpetunjuk kepada manusia tentang bagaimana menjalani hidup melalui
serangkaiantindakan sehari-hari. Artinya etika membantu manusia untuk mengambilsikap dan
berperilaku benar selama hidup ini. Pada akhirnya, etika membantu kita membuatkeputusan
tentang tindakan apa yang harus diambil, dan kita semua perlu memahami bahwa etika ini dapat
diterapkan pada semua aspek kehidupan kita. Dengan demikian, etika ini dapat dibagi menjadi
beberapa bagian menurut aspek atau aspek kehidupan manusia (Muis, 2021).
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
dibolehkan Allah kecuali yang diharamkannya melalui lisan nabinya dan sumber
hukum yang semakna (Hidayatul, 2022).
Sedangkan dalil dari hadits adalah, sabda nabi s.a.w. yang artinya:
“Dua orang yang jual beli berhak untuk khiyar (memilih untuk melangsungkan
atau membatalkan transaksi) selama mereka belum berpisah”
عن جابر بن عبد هللا رضي هللا عنهما أنه سمع رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول عام الفتح وهو بمكة:
«، فإنه ُيطلى بها السفن، يا رسول هللا أرأيت شحوم الميتة: فقيل،»إن هللا ورسوله حرم بيع الخمر والميتة والِخ نزير واألصنام
«قاتل هللا: ثم قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عند ذلك، » هو حرام، «ال: وَيستصِبح بها الناس؟ قال،وُيدهن بها الجلود
فأكلوا ثمنه، ثم باعوه، فَأْج َم لوه، إن هللا حرم عليهم الشحوم،»اليهود.
5
d. Wajib menanggung seluruh kerugian usaha yang tidak disebabkan oleh
kelalaian, kesengajaan, dan/atau pelanggaran pengelola usaha atas
mudharabah;
e. Berhak meminta jaminan dari pihak pengelola usaha (mudharib) atau pihak
ketiga yang dapat digunakan apabila pihak pengelola usaha (mudharib)
melakukan pelanggaran atas mudharabah. Jaminan tersebut dapat berupa
jaminan kebendaan dan/atau jaminan umum, seperti jaminan perusahaan
(corporate guarantee) dan jaminan pribadi (personal guarantee); dan
f. Wajib menyatakan secara tertulis bahwa pihak pemilik modal (shahib al-
mal) menyerahkan modal kepada pihak pengelola usaha (mudharib) untuk
dikelola dalam suatu usaha sesuai dengan kesepakatan (pernyataan ijab).
2) Hak dan kewajiban pihak pengelola usaha (mudharib) adalah:
a. Wajib mengelola modal yang telah diterima dari pihak pemilik modal
(shahib al-mal) dalam suatu kegiatan usaha sesuai kesepakatan;
b. Berhak mengelola kegiatan usaha untuk tercapainya tujuan mudharabah
tanpa campur tangan pihak penyedia modal;
c. Berhak menerima bagian keuntungan tertentu sesuai yang disepakati dalam
mudharabah;
d. Wajib menanggung seluruh kerugian usaha yang disebabkan oleh kelalaian,
kesengajaan, dan/atau pelanggaran pihak pengelola usaha (mudharib); dan
e. Wajib menyatakan secara tertulis bahwa pihak pengelola usaha (mudharib)
menerima modal dari pihak pemilik modal (shahib al-mal) dan berjanji
untuk mengelola modal tersebut dalam suatu usaha sesuai dengan
kesepakatan (pernyataan qabul).
3) Persyaratan modal yang dikelola dalam Mudharabah Modal yang dikelola dalam
Mudharabah wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Berupa sejumlah uang dan/atau aset lainnya baik berwujud maupun tidak
berwujud yang dapat dinilai dengan uang;
b. Jika modal yang diberikan dalam bentuk aset selain uang, maka asset
tersebut tidak sedang dijaminkan atau tidak dalam status sengketa
c. Jika modal yang diberikan dalam bentuk aset selain uang, maka asset
tersebut harus dinilai oleh penilai, namun penentuan nilai aset selain uang
tetap berdasarkan kesepakatan para pihak pada waktu mudharabah;
d. Tidak berupa piutang atau tagihan di antara pihak-pihak dan/atau kepada
pihak lain; dan
e. Dapat diserahkan kepada pihak pengelola usaha (mudharib) baik seluruh
atau sebagian pada waktu dan tempat yang telah disepakati
4. Persyaratan kegiatan usaha dalam Mudharabah Kegiatan usaha yang dapat
dijalankan dalam Mudharabah wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal dan/atau
peraturan perundang-undangan; dan
b. Tidak dikaitkan (mu‟allaq) dengan sebuah kejadian di masa yang akan
datang yang belum tentu terjadi.
6
5. Pembagian keuntungan dalam Mudharabah Pembagian keuntungan dalam
Mudharabah wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Keuntungan Mudharabah merupakan selisih lebih dari kekayaan
Mudharabah dikurangi dengan modal Mudharabah dan kewajiban kepada
pihak lain yang terkait dengan kegiatan Mudharabah;
b. Keuntungan Mudharabah dibagikan kepada pihak pemilik modal (shahib al-
mal) dan pihak pengelola usaha (mudharib) dengan besarnya bagian sesuai
rasio/nisbah yang disepakati; dan
c. Besarnya bagian keuntungan masing-masing pihak wajib dituangkan secara
tertulis dalam bentuk rasio/nisbah.
6. Ketentuan lain yang dapat diatur dalam Mudharabah Selain wajib memenuhi
ketentuan di atas, dalam Mudharabah dapat disepakati antara lain hal-hal
sebagai berikut:
a. Pihak pengelola usaha (mudharib) menyediakan biaya operasional
sesuaikesepakatan dalam Mudharabah; Jangka waktu berlakunya
Mudharabah;
b. Tidak boleh ada ketentuan yang memastikan pemilik modal akan
memperoleh keuntungan; dan/atau
c. Penunjukan pihak lain untuk menyelesaikan perselisihan antar para pihak
dalam Mudharabah.
a) Musyarakah
Musyarakah adalah perjanjian (akad) kerjasama antara dua pihak atau lebih
(syarik) dengan cara menyertakan modal baik dalam bentuk uang maupun bentuk
aset lainnya untuk melakukan suatu usaha.
1. Persyaratan pihak-pihak dalam Musyarakah Pihak-pihak dalam Musyarakah
wajib memiliki kecakapan dan kewenangan untuk melakukan perbuatan
hukum menurut ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.
7
dan Berhak meminta jaminan kepada pihak lain dalam musyarakah untuk
menghindari terjadinya penyimpangan.
8
f. Kerugian Musyarakah harus dibagi di antara para pihak secara
proporsional berdasarkan kontribusi modal.
5. Ketentuan lain yang dapat diatur dalam Musyarakah Dalam Musyarakah dapat
disepakati antara lain hal-hal sebagai berikut:
1. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama;
2. Jangka waktu berlakunya Musyarakah; dan/atau
3. Penunjukan pihak lain untuk menyelesaikan perselisihan antar para pihak
dalam Musyarakah.
b) Ijarah
Ijarah adalah perjanjian (akad) antara pihak pemberi sewa/pemberi jasa
(mu’jir) dan pihak penyewa/pengguna jasa (musta’jir) untuk memindahkan hak
guna (manfaat) atas suatu objek Ijarah yang dapat berupa manfaat barang dan/atau
jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa dan/atau upah (ujrah) tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan objek Ijarah itu sendiri.
9
b) Berhak menerima dan memanfaatkan barang dan/atau jasa sesuai
yang disepakati dalam Ijarah;
c) Wajib menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan
(tidak material) sesuai yang disepakati dalam Ijarah;
d) Wajib bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan barang serta
menggunakannya sesuai yang disepakati dalam Ijarah;
e) Wajib bertanggung jawab atas kerusakan barang yang disewakan
yang disebabkan oleh pelanggaran dari penggunaan sesuai yang
disepakati dalam Ijarah atau karena kelalaian pihak penyewa; dan
f) Wajib menyatakan secara tertulis bahwa pihak penyewa atau
pengguna jasa menerima hak penggunaan atau pemanfaatan atas suatu
barang dan/atau jasa dari pihak pemberi sewa/pemberi jasa (mu’jir)
(pernyataan qabul).
10
3. Penggantian barang yang mendasari Ijarah; dan/atau Penunjukan pihak
lain untuk menyelesaikan perselisihan antar para pihak dalam Ijarah.
(Karim, 2008)
d. Wakalah
Wakalah adalah perjanjian (akad) antara pihak pemberi kuasa (muwakkil) dan
pihak penerima kuasa (wakil) dengan cara pihak pemberi kuasa (muwakkil)
memberikan kuasa kepada pihak penerima kuasa (wakil) untuk melakukan tindakan
atau perbuatan tertentu. (Soemitra, 2012)
1. Persyaratan pihak-pihak dalam Wakalah Pihak pemberi kuasa (muwakkil) dan
pihak penerima kuasa (wakil) wajib memiliki kecakapan dan kewenangan
untuk melakukan perbuatan hokum menurut ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan.
2. Kewajiban pihak-pihak dalam Wakalah
3. Kewajiban pihak pemberi kuasa (muwakkil) adalah sebagai berikut:
a. Wajib memiliki kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap
hal-hal yang dapat dikuasakan; dan
b. Wajib menyatakan secara tertulis bahwa pihak pemberi kuasa (muwakkil)
memberikan kuasa kepada pihak penerima kuasa (wakil) untuk melakukan
tindakan atau perbuatan hukum tertentu (pernyataan ijab).
4. Kewajiban pihak penerima kuasa (wakil) adalah sebagai berikut:
a. Wajib memiliki kemampuan untuk melaksanakan perbuatan hukum yang
dikuasakan kepadanya;
b. Melaksanakan perbuatan hukum yang dikuasakan kepadanya serta
dilarang memberi kuasa kepada pihak lain kecuali atas persetujuan pihak
pemberi kuasa (muwakkil); dan
c. Wajib menyatakan secara tertulis bahwa pihak penerima kuasa (wakil)
menerima kuasa dari pihak pemberi kuasa (muwakkil) untuk melakukan
tindakan atau perbuatan hukum tertentu (pernyataan qabul).
5. Persyaratan objek Wakalah Objek Wakalah adalah perbuatan hukum yang
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Diketahui dengan jelas jenis perbuatan hukum yang dikuasakan serta cara
melaksanakan perbuatan hukum yang dikuasakan tersebut;
b. Tidak bertentangan dengan syariah Islam; dan
c. Dapat dikuasakan menurut syariah Islam.
6. Ketentuan lain yang dapat diatur dalam Wakalah Selain wajib memenuhi
ketentuan di atas, dalam Wakalah dapat disepakati antara lain hal-hal sebagai
berikut:
a. Para pihak dapat menetapkan besarnya imbalan (fee) atas pelaksanaan
perbuatan hukum yang dikuasakan. Dalam hal para pihak menyepakati
adanya imbalan (fee), maka Wakalah tersebut bersifat mengikat dan tidak
dapat dibatalkan secara sepihak;
b. Jangka waktu berlakunya pemberian kuasa dalam Wakalah; dan/atau
11
c. Penunjukan pihak lain untuk menyelesaikan perselisihan antar para pihak
dalam Wakalah.
Wakalah boleh menggunakan ongkos atau tidak karena wakalah merupakan akad
yang bersifat jaiz (wakil tidak wajib menerima perwakilan). Karena itulah mudah
diperbolehkan mengambil ongkos sebagai imbalan. Jika dalam akad wakalah si
wakil meminta ongkos, maka hukumnya sebagai mana ijarah dalam arti wakil
berhak menerima ongkos ketika menyerahkan barang yang diwakilkan atau setelah
tugasnya selesai.
d. Kafalah
Kafalah adalah perjanjian (akad) antara pihak penjamin (kafiil/guarantor) dan
pihak yang dijamin (makfuul ‘anhu/ashiil/orang yang berutang) untuk menjamin
kewajiban pihak yang dijamin kepada pihak lain (makfuullahu/orang yang
berpiutang).
12
6. Persyaratan objek Kafalah Objek Kafalah adalah kewajiban (utang) pihak yang
dijamin kepada pihak yang dijaminkan (makfuul lahu/orang yang berpiutang)
yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
7. Ketentuan lain yang dapat diatur dalam Kafalah Selain wajib memenuhi
ketentuan di atas, dalam Kafalah dapat disepakati antara lain hal-hal sebagai
berikut:
a. Para pihak dapat menetapkan besarnya imbalan (fee) atas pelaksanaan
penjaminan yang dilakukan oleh pihak penjamin (kafiil/guarantor). Dalam
hal para pihak menyepakati adanya imbalan (fee), maka Kafalah tersebut
bersifat mengikat dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak;
b. Jangka waktu berlakunya penjaminan dalam Kafalah; dan/atau penunjukan
pihak lain untuk menyelesaikan perselisihan antar para pihak dalam
Kafalah.
e. Istishna
Istishna adalah perjanjian (akad) antara pihak pemesan/pembeli (mustashni’)
dan pihak pembuat/penjual (shani’) untuk membuat objek Istishna yang dibeli oleh
pihak pemesan/pembeli (mustashni’) dengan kriteria, persyaratan, dan spesifikasi
yang telah disepakati kedua belah pihak.
13
e. Memiliki hak memilih (khiyar) untuk melanjutkan atau membatalkan
Istishna apabila terdapat cacat atau barang yang tidak sesuai dengan
spesifikasi yang diperjanjikan.
14
5. Kebebasan Individu
Mereka menganjurkan prinsip kebebasan individu dalam mengambil keputusan
ekonomi, dengan keyakinan bahwa kepentingan individu yang merdeka akan
mengarah pada kesejahteraan sosial secara keseluruhan.
6. Minimal Campur Tangan Pemerintah
Para pemikir klasik cenderung mendukung campur tangan pemerintah yang
minimal dalam ekonomi, percaya bahwa pasar akan secara efisien mengatur dirinya
sendiri tanpa intervensi eksternal yang berlebihan.
15
Pemikiran ekonomi modern terus berkembang seiring dengan perkembangan
teknologi dan perubahan sosial, dengan berbagai pendekatan baru yang terus muncul
untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku ekonomi dalam konteks yang semakin
kompleks.
16
Pemikiran ekonomi kontemporer terus berkembang seiring dengan dinamika
sosial, teknologi, dan lingkungan yang terus berubah. Berbagai pendekatan dan teori
tersebut bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang fenomena
ekonomi yang kompleks dalam konteks zaman sekarang.
C. MANAJEMEN USAHA
Strategi kelayakan usaha atau bisnis berdasarkan analisis SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Threats) melibatkan pengidentifikasi faktor-faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi usaha atau bisnis, serta pengembangan strategi yang tepat
untuk memanfaatkan kekuatan, mengatasi kelemahan, menangkap peluang, dan menghadapi
ancaman. Di era 4.0, strategi kelayakan usaha perlu mengintegrasikan aspek digital dan
teknologi informasi untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Berikut
adalah langkah-langkah yang dapat diambil:
1. Analisis SWOT
Melakukan analisis SWOT berguna untuk mengevaluasi kekuatan (Strengths),
kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dari usaha
atau bisnis.
a) Kekuatan: Identifikasi aspek-aspek unik dari bisnis yang dijalankan seperti produk
atau layanan berkualitas tinggi, merek yang kuat, atau tim manajemen yang
terampil.
b) Kelemahan: Tinjau area-area di mana bisnis yang dijalani mungkin kurang
kompetitif seperti kurangnya akses modal, kurangnya kehadiran online, atau sistem
operasi yang tidak efisien.
c) Peluang: Identifikasi tren pasar yang berkembang, perubahan regulasi, atau
perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan bisnis.
d) Ancaman: Tinjau persaingan yang ketat, perubahan kebijakan pemerintah, atau
risiko-risiko lain yang dapat mengganggu bisnis.
17
3. Pengembangan Usaha di Era 4.0:
a) Digitalisasi: Adopsi teknologi digital seperti e-commerce, pemasaran digital, dan
pengelolaan data untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mencapai pasar
yang lebih luas.
b) Inovasi: Fokus pada inovasi produk, layanan, dan proses bisnis menggunakan
teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan
blockchain untuk meningkatkan daya saing dan relevansi bisnis.
c) Pelanggan Berbasis Data: Manfaatkan analisis data untuk memahami preferensi
pelanggan, perilaku pembelian, dan tren pasar untuk meningkatkan pengambilan
keputusan bisnis dan meningkatkan pengalaman pelanggan.
d) Kemitraan dan Kolaborasi: Jalin kemitraan strategis dengan perusahaan teknologi
atau startup untuk mengakses keahlian dan teknologi terbaru, serta berkolaborasi
dengan pemangku kepentingan lain untuk menciptakan ekosistem bisnis yang kuat
dan berkelanjutan.
D. MARKETING
1. Konsep Marketing
Konsep pemasaran (marketing) adalah kerangka kerja yang digunakan oleh
perusahaan untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mencapai tujuan
bisnis yang ditetapkan. Konsep ini mencakup berbagai aspek, termasuk pemahaman
pasar, pengembangan produk, penetapan harga, distribusi, dan promosi. Berikut adalah
detail tentang konsep pemasaran:
a) Pemahaman Konsumen, Konsep pemasaran dimulai dengan pemahaman mendalam
tentang kebutuhan, keinginan, dan perilaku konsumen. Ini melibatkan penelitian
pasar untuk mengidentifikasi segmen pasar, profil demografis, psikografis, dan
perilaku pembelian konsumen.
b) Penetapan Tujuan dan Sasaran, Berdasarkan pemahaman konsumen, perusahaan
menetapkan tujuan dan sasaran pemasaran yang jelas. Tujuan ini dapat berupa
peningkatan pangsa pasar, pertumbuhan penjualan, profitabilitas, atau citra merek
yang lebih baik.
c) Pengembangan Produk, Konsep pemasaran menekankan pentingnya
mengembangkan produk atau layanan yang memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen. Ini meliputi identifikasi fitur dan manfaat produk, diferensiasi dari
pesaing, dan inovasi untuk memenuhi permintaan pasar yang berkembang.
d) Penetapan Harga, Penetapan harga adalah proses menetapkan harga yang sesuai
untuk produk atau layanan yang ditawarkan. Ini melibatkan mempertimbangkan
biaya produksi, permintaan pasar, harga pesaing, dan nilai yang diberikan kepada
konsumen.
18
e) Distribusi (Penyaluran), Distribusi atau penyaluran melibatkan cara produk atau
layanan disampaikan kepada konsumen akhir. Ini mencakup strategi distribusi
seperti penjualan langsung, melalui pengecer, lembaga keuangan, atau melalui
kanal online.
f) Promosi, Promosi adalah upaya untuk mengkomunikasikan nilai produk atau
layanan kepada konsumen potensial. Ini melibatkan berbagai elemen seperti
periklanan, penjualan langsung, pemasaran langsung, promosi penjualan, dan
strategi komunikasi digital.
g) Pelayanan Pelanggan, Konsep pemasaran tidak hanya fokus pada penjualan produk
atau layanan, tetapi juga pada pelayanan pelanggan. Pelayanan pelanggan yang
baik dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan loyalitas merek, dan
menghasilkan pengulangan bisnis.
h) Evaluasi dan Pengendalian, Terakhir, konsep pemasaran melibatkan evaluasi terus-
menerus atas kinerja pemasaran dan pengendalian untuk memastikan bahwa tujuan
dan sasaran yang ditetapkan tercapai. Ini melibatkan pengukuran kinerja, analisis
tren pasar, dan penyesuaian strategi pemasaran sesuai kebutuhan.
19
memungkinkan perusahaan untuk berinteraksi langsung dengan audiens,
mempromosikan produk atau layanan, serta membangun dan mempertahankan
hubungan dengan pelanggan.
e) Periklanan Online, Periklanan online termasuk berbagai bentuk iklan seperti iklan
display, iklan video, iklan pencarian, dan iklan media sosial. Ini memungkinkan
perusahaan untuk menargetkan audiens yang spesifik, mengukur kinerja iklan
secara real-time, dan mengoptimalkan strategi periklanan berdasarkan data.
f) Email Marketing, Email marketing tetap menjadi alat yang efektif dalam
pemasaran digital. Mengirimkan email yang relevan, personal, dan terjadwal
kepada pelanggan dan prospek dapat membantu dalam membangun hubungan,
mempromosikan penawaran khusus, dan meningkatkan konversi.
g) Analisis Data dan Pengukuran Kinerja, Salah satu keunggulan pemasaran digital
adalah kemampuannya untuk mengukur kinerja kampanye dengan tepat. Analisis
data dan pengukuran kinerja membantu dalam memahami perilaku konsumen,
mengevaluasi efektivitas kampanye, dan membuat keputusan yang didasarkan pada
data.
h) Optimasi Pengalaman Pengguna (UX), Pengalaman pengguna yang baik adalah
kunci dalam pemasaran digital. Memastikan situs web yang responsif, navigasi
yang intuitif, konten yang relevan, dan proses pembelian yang mudah
meningkatkan tingkat retensi pengunjung dan konversi pelanggan.
20
3. Perlindungan konsumen, Undang-Undang tersebut mungkin juga memuat
ketentuan perlindungan konsumen dalam transaksi online, seperti hak untuk
mendapatkan informasi yang jelas tentang barang atau layanan, serta prosedur
pengaduan jika terjadi masalah.
4. Kewajiban penyelenggara layanan, UU ini mungkin menetapkan kewajiban bagi
penyelenggara layanan elektronik, seperti penyedia platform online, untuk
memastikan bahwa layanan mereka mematuhi standar tertentu dan tidak digunakan
untuk tujuan ilegal.
5. Penegakan hukum dan sanksi, UU ini biasanya menyertakan ketentuan tentang
penegakan hukum terhadap pelanggaran yang terkait dengan informasi dan
transaksi elektronik, serta sanksi yang dapat dikenakan terhadap pelanggar.
6. Pengaturan tentang privasi dan perlindungan data, Dalam mengantisipasi risiko
penyalahgunaan data, UU ini mungkin juga memuat ketentuan tentang privasi dan
perlindungan data pribadi pengguna layanan elektronik.
7. Pengaturan tentang sertifikasi elektronik dan tanda tangan digital, UU ini mungkin
juga mengatur tentang prosedur sertifikasi elektronik dan penggunaan tanda tangan
digital untuk memastikan keamanan dan keabsahan transaksi online.
8. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan perkembangan teknologi
informasi dan transaksi elektronik, UU ini juga dapat mencakup berbagai ketentuan
lain yang relevan dengan perkembangan teknologi informasi dan transaksi
elektronik, seperti perdagangan elektronik lintas batas, transaksi keuangan digital,
dan sebagainya.
21
d) Kepemimpinan Berbasis Etika, Entrepreneur Islam mengembangkan model
kepemimpinan yang berbasis pada etika Islam, dengan memperhatikan
integritas, kejujuran, dan tanggung jawab sosial dalam mengelola bisnis mereka.
e) Berorientasi pada Pemecahan Masalah Sosial, Mereka seringkali memiliki
kesadaran yang tinggi terhadap masalah-masalah sosial dan ekonomi dalam
masyarakat, dan berusaha untuk menjadi bagian dari solusi melalui bisnis
mereka. Hal ini dapat mencakup program-program amal, kemitraan dengan
lembaga-lembaga sosial, atau praktik bisnis yang berkelanjutan secara
lingkungan.
f) Investasi yang Patuh Syariah, Entrepreneur Islam cenderung memilih investasi
dan sumber pendanaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah, yang
melarang riba (bunga), maysir (spekulasi), dan kegiatan bisnis yang
bertentangan dengan hukum Islam lainnya.
g) Pendidikan dan Pemberdayaan, Entrepreneur Islam juga sering mengedepankan
pendidikan dan pemberdayaan komunitas, terutama dalam konteks ekonomi.
Mereka mendorong pengembangan keterampilan dan pengetahuan ekonomi
Islam di kalangan masyarakat agar dapat menjadi penggerak ekonomi yang
berkelanjutan.
22
dan komitmen Anda. Hindari perilaku yang merugikan kepercayaan, seperti
gossip, pengkhianatan, atau manipulasi.
e) Memperluas Jaringan, Manfaatkan kesempatan untuk memperluas jaringan
profesional Anda di tempat kerja. Terlibatlah dalam acara-acara perusahaan,
seminar, atau pelatihan untuk bertemu dengan orang-orang dari berbagai
departemen atau divisi. Jalinlah hubungan yang positif dengan berbagai level
hierarki dan fungsi di perusahaan.
f) Menunjukkan Dukungan dan Peduli, Tunjukkan dukungan dan perhatian
terhadap kesejahteraan rekan kerja Anda. Tanyakan kabar mereka secara
pribadi, hargai kebutuhan mereka, dan berikan bantuan jika diperlukan.
Menunjukkan peduli akan menciptakan ikatan yang lebih kuat di antara tim.
g) Memperbaiki Konflik dengan Bijak, Konflik tidak dapat dihindari dalam
lingkungan kerja, tetapi yang penting adalah bagaimana kita menanganinya.
Selalu prioritaskan penyelesaian konflik secara konstruktif dan hormati sudut
pandang orang lain. Hindari konfrontasi yang memicu emosi negatif dan
upayakan solusi yang memuaskan semua pihak.
h) Pikirkan Keberagaman, Hormati dan hargai keberagaman budaya, latar
belakang, dan pandangan di tempat kerja. Jalin hubungan yang inklusif dan
hormati perbedaan pendapat serta perspektif orang lain.
23
c) Regulasi Jam Kerja dan Istirahat: Ketentuan mengenai jam kerja, istirahat, dan
libur nasional merupakan bagian penting dari undang-undang ini. Analisis dapat
dilakukan terhadap fleksibilitas jam kerja yang diberikan kepada pekerja dan
bagaimana hal ini mempengaruhi produktivitas dan kesejahteraan mereka.
d) Jaminan Sosial: Undang-Undang ini mengatur tentang jaminan sosial bagi
pekerja, termasuk jaminan pensiun, jaminan kesehatan, dan jaminan kecelakaan
kerja. Analisis dapat dilakukan terhadap kecukupan dan keadilan dalam sistem
jaminan sosial yang diatur oleh undang-undang ini.
e) Hak Serikat Pekerja: Undang-Undang ini memberikan hak kepada pekerja untuk
bergabung dalam serikat pekerja. Analisis dapat dilakukan terhadap kebebasan
berserikat dan bagaimana peran serikat pekerja dalam menjaga kepentingan dan
kesejahteraan pekerja.
f) Penegakan Hukum: Mekanisme penegakan hukum yang terdapat dalam undang-
undang ini juga penting untuk dianalisis. Efektivitas penegakan hukum dapat
mempengaruhi kepatuhan pengusaha dan pekerja terhadap ketentuan undang-
undang.
g) Revisi dan Perubahan: Selain itu, analisis juga dapat dilakukan terhadap
kebutuhan akan revisi atau perubahan undang-undang ini sesuai dengan
perkembangan zaman, termasuk perubahan dalam dinamika pasar kerja dan
perkembangan teknologi.
24
d) Konservasi dan Restorasi Lingkungan: Memberikan landasan hukum untuk
upaya konservasi dan restorasi lingkungan, termasuk pembentukan kawasan
konservasi dan rehabilitasi lahan-lahan yang terdegradasi.
e) Pengembangan Teknologi Ramah Lingkungan: Mendorong pengembangan
dan penerapan teknologi yang ramah lingkungan melalui insentif, regulasi,
dan dukungan kebijakan lainnya.
f) Partisipasi Masyarakat: Mengatur partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan, termasuk hak untuk mendapatkan informasi, berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan, dan mengajukan gugatan lingkungan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut:
1. Dunia ekonomi dalam Islam tidak sekadar tentang bisnis atau investasi semata, tetapi
juga melibatkan aspek-aspek seperti menciptakan sistem yang mendukung iklim
investasi yang sesuai dengan ajaran Islam. Investasi syariah menekankan pentingnya
bertransaksi dengan mematuhi prinsip-prinsip Islam dan menjauhi hal-hal yang
dilarang seperti riba dan maysir.
2. Perbedaan mendasar antara transaksi keuangan syariah dan transaksi konvensional
terletak pada akad, di mana akad dalam transaksi keuangan syariah menentukan halal
atau haramnya suatu transaksi. Investasi syariah memiliki keunggulan dibandingkan
dengan investasi konvensional karena mematuhi prinsip-prinsip syariah.
3. Pandangan ekonomi menurut Al-Qur'an menekankan pentingnya ekonomi sebagai
alat untuk saling menolong dan memberikan manfaat kepada sesama, bukan semata-
25
mata untuk mencari keuntungan pribadi. Ini mencerminkan nilai-nilai solidaritas dan
keadilan sosial yang menjadi prinsip dasar dalam tatanan ekonomi Islam.
4. Ekonomi Islam memegang prinsip bahwa pemenuhan kebutuhan harus dilakukan
dengan cara yang baik dan benar, dengan memperhatikan aspek kesehatan tubuh,
jiwa, dan kehalalan produk. Pemahaman sejarah dan hati-hati dalam menerapkan
ekonomi syariah menjadi penting untuk menghindari kesalahpahaman dan kesalahan
dalam praktik ekonomi syariah.
5. Pemasaran dalam Islam harus memperhatikan nilai-nilai etika yang ditanamkan
dalam agama, seperti kejujuran, keadilan, dan manfaat bagi sesama. Pemasaran yang
efektif dalam Islam adalah yang tidak hanya menciptakan transaksi, tetapi juga
memberikan nilai positif kepada pelanggan dan masyarakat secara keseluruhan.
6. Pentingnya memiliki rencana bisnis yang solid dan strategi yang matang sebelum
memulai bisnis untuk mengurangi risiko kegagalan. Etika bisnis Islam menekankan
pentingnya perilaku yang baik dan benar dalam berinteraksi dalam kegiatan bisnis,
sejalan dengan nilai-nilai agama Islam.
B. Saran
Berikut adalah beberapa saran untuk pembahasan tersebut:
26
5. Pengembangan Rencana Bisnis Syariah: Pengusaha perlu mengembangkan rencana
bisnis yang mencerminkan prinsip-prinsip ekonomi syariah dan nilai-nilai etika
bisnis Islam. Ini termasuk menyusun strategi bisnis yang berkelanjutan dan
mempertimbangkan dampak sosial dari kegiatan bisnis mereka.
6. Kampanye Pemasaran Berbasis Nilai: Perusahaan dapat mengadopsi strategi
pemasaran yang berbasis pada nilai-nilai Islam dan etika bisnis. Ini termasuk
menyampaikan pesan-pesan yang mengedepankan kejujuran, keadilan, dan manfaat
bagi masyarakat dalam semua aspek pemasaran mereka.
Demikian resume yang dapat kami sajikan. Kritik dan saran yang konstruktif sangat
kami harapkan demi perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
dapat menambah khasanah pengetahuan, manfaat untuk kita semua. Aamiin...
27
DAFTAR PUSTAKA
Damis, S., & Harun, H. (2024). Peningkatan Pendapatan Usaha Umkm Asoka Desa Tanra Tuo
Kecamatan Cempa Kabupaten Pinrang Melalui Digitalisasi Bisnis. 5(1).
Karim, A. (2008). Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (3rd ed.). Raja Grafindo Persada.
Muhazir, M. (2021). Ekonomi Dalam Kajian Al-Qur’an. Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur’an dan
Hadist, 4(2), 159–173. https://doi.org/10.35132/albayan.v4i2.127
Muis, B. (2021). ETIKA BISNIS DALAM PRESPEKTIF EKONOMI ISLAM. TAJDID: Jurnal
Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan, 5(1), 32–44. https://doi.org/10.52266/tadjid.v5i1.628
Rizal, Moch., & Harsono, M. (2022). GREEN MARKETING DALAM KAJIAN FILSAFAT
ILMU. Jurnal Ekobis : Ekonomi Bisnis & Manajemen, 12(1), 116–136.
https://doi.org/10.37932/j.e.v12i1.547
Rodoni, A., & Hamid, A. (2008). Lembaga Keuangan Syariah. Dzikrul Hakim.
Syafi’i, I. (2012). Tafsir Ayat-Ayat Hukum Imam Syafi’i (Penerjemah Beni Hamzah dan Solihin (ed.)).
Pustaka Amzah.
28