Anda di halaman 1dari 10

Namaku Nilam Tri Astuti, aku biasa dipanggil Nilam, aku anak ketiga dari empat

bersaudara. Ayahku adalah seorang wiraswasta dan ibuku adalah seorang guru Tk. Sekarang aku
bersekolah di SMP Negeri 2 Jaten, awalnya aku tidak mau masuk ke smp ini, tetapi orang tuaku
menyarankanku untuk masuk kesana karena nilai Ujian Nasionalku tidak terlalu tinggi.
Aku memang tipe orang yang pendiam ketika memasuki lingkungan baru. Kala itu Masa
Orientasi Siswa atau biasa disingkat MOS sedang berlangsung, dengan berat hati aku berkenalan
dengan seseorang yang berada disampingku karena aku memang tidak terbiasa memulai
pembicaraan dengan orang baru, dia seorang perempuan yang menurutku agak cuek dan pendiam.
“Hay namaku Nilam, siapa namamu?” Sapaku kepada perempuan disampingku.
“Halo Nilam, namaku Ayu.” Balasnya.
“Oh iya, nanti kalau istirahat kita ke kantin bareng ya.” Ajakku kepada Ayu.
“Iya.” Balasnya singkat.
Setelah percakapan singkat itu, tidak ada percakapan lagi. Bahkan pada waktu istirahat ia
pun seperti lupa atas ajakanku tadi, dia malah meninggalkanku bersama teman-teman lamanya.
Setelah kejadian itu aku mulai menjauhinya, aku memutuskan untuk pindah tempat duduk. Saat aku
pindah tempat duduk, aku malah mendapatkan teman baru, bahkan 3 orang sekaligus, mereka
sangat baik dan ramah kepadaku, namanya adalah Marisa, Elisa, dan Tya. Ketika kegiatan MOS
yang berlangsung selama 3 hari itu selesai, tiba saatnya pembagian kelas. Dengan tak disangka-
sangka ternyata kami mendapatkan kelas yang sama yaitu 7C. Namun nasib malang menimpa kami,
setelah seminggu KBM dimulai ternyata ada perubahan kelas lagi yang mengharuskan aku dan
Marisa terpisah dengan Elisa dan Tya. Aku dan Marisa dipindahkan ke kelas 7D, sedangkan Elisa
dan Tya tetap di kelas 7C.
Pemindahan kelas sudah selesai, dan pembelajaran pun kembali dilaksanakan seperti
sebelumnya. Pada waktu itu guru yang akan mengajar di kelas kami ternyata berhalangan untuk
hadir, dan kami diberikan tugas untuk mengerjakan soal latihan di buku paket.
“Lam kenapa sih kita harus dipindah kelas, kalo gini kan kita enggak bisa bareng-bareng
lagi.” Keluhnya kepadaku.
“Iya sih Mar, aku juga enggak suka, tapi mau bagaimana lagi, emang takdirnya kayak gini,
jadi kita harus bisa terima. Walaupun beda kelas, tapi kan kita masih bisa ke kantin bareng-bareng ”
Jawabku agar Marisa lebih bisa menerima keadaan.
“Hmm, iya juga sih, mau nggak mau kita harus bisa nerima. Ya udah deh lanjut ngerjain
soal yuk.” Balasnya kepadaku
“Oke.” Singkatku.
Pukul 09:00 WIB bel istirahat pun berbunyi, aku dan Marisa bergegas untuk segera keluar
dari kelas dan menuju kelas 7C untuk menghampiri Elisa dan Tya. Aku pun menunggu mereka
didepan kelas sambil ngobrol dengan Marisa.
“Mar nanti kamu di kantin mau beli apa?” Tanyaku.
“Aku pengen beli soto sama gorengan, dari pagi aku belum...” Belum selesai menjawab,
Elisa pun datang dan mencoba menggangguku dan Marisa.
“Permisi neng numpang lewat.” Candanya.
“Dih, apaan sih El, enggak lucu tau nggak.” Ketusku.
“Loh kok kamu sendiri? Tya mana?” Tambah Marisa.
“Wkwkwk, maafin kalii aku kan cuma bercanda. Tau tuh si Tya lama banget cuma ngambil
uang ditas, jadi aku tinggalin deh, hehehe.” Jawabnya. Tak lama Tya pun datang.
“Eh maafin ya kalo lama, yuk buruan kekantin keburu bel masuk.” Sahutnya.
Kami pun segera menuju ke kantin, disana suasananya sangat ramai. Marisa yang tadinya
ingin membeli soto, akhirnya tidak jadi dan memutuskan hanya membeli makanan ringan, kami
bertiga juga membeli makanan ringan dan minuman. Karena bangku di kantin sudah penuh, kami
kembali ke kelas dan makan di depan kelas, untung saja di depan masing masing kelas disediakan
tempat duduk, jadi kami bisa makan sambil menonton kakak kelas yang sedang bermain bola di
lapangan sepak bola.
Aku merasa senang bisa sekolah di SMP ini dan mempunyai teman-teman sebaik mereka.
Banyak hal-hal menyenangkan yang aku dapatkan ketika sedang bersama mereka. Hingga tiba
saatnya Ulangan Kenaikan Kelas sudah didepan mata.
“Eh temen-temen, minggu depan udah mulai UKK nih, gimana kalo kita belajar bersama?
Ajak Marisa.
“Wahh, ide bagus tuh. Gimana kalau dirumahku saja? Kalian setuju enggak?” Sahut Elisa.
“Double ide bagus nih, aku sih setuju banget, kalo kamu Lam? Setuju nggak?” Jawab Tya.
“Hmm, kalo aku sih nggak bisa. Nggak bisa nolak maksudnya, hahaha.” Jawabku dengan
tawa.
“Oke kalo gitu, hari minggu jam 9 kita ketemuan di rumah Elisa ya.” Kata Marisa.
“Oke, siap komandan.”sahutku berbarengan dengan Tya.
Aku adalah tipe orang yang agak pemalas, aku jarang belajar bersama, sekalipun belajar itu
pun jika mau ulangan, tapi itu semua adalah aku yang dulu, aku yang sekarang adalah orang yang
rajin dan sering mendapatkan peringkat 3 besar dikelas. Perubahan itu terjadi ketika aku mulai
mengenal teman-temanku yaitu Marisa, Elisa, dan Tya. Dari situlah aku menghargai sebuah
persahabatan, karena bagiku sahabat adalah mereka yang mampu membawaku menuju perubahan
yang positif, serta mereka yang selalu bersamaku dalam keadaan apapun.
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, aku dan teman-temanku berkumpul dirumah Elisa,
hari itu kami benar-benar serius belajar karena UKK memang sudah tinggal menghitung hari. Kami
banyak berlatih mengerjakan soal, kami juga saling membantu ketika salah satu diantara kami ada
yang kesulitan. Hari itu memang cukup melelahkan dan kami pun akhirnya memutuskan
mengakhiri kegiatan hari itu, kami juga berdo’a bersama agar hasil Ulangan Kenaikan Kelas kami
memuaskan.
Hari Senin tanggal 25 Mei 2015 Ulangan Kenaikan Kelas dimulai, hari itu adalah hari yang
kami tunggu-tunggu, karena hasil ulangan kali ini menunjukkan serius tidaknya kami belajar selama
satu tahun ini. Ulangan berlangsung selama 6 hari, kegiatan kami selama seminggu itu hanya
belajar dan belajar, karena kami menginginkan hasil maksimal. Kadang kami juga sering belajar
bersama, jika kami tak bisa berkumpul pun kami masih bisa saling berdiskusi melalui
BBM(BlackBerry Messenger). Ya memang jaman dulu kami belum mengenal Whatsapp seperti
sekarang, namun BBM pada masa itu sudah merupakan aplikasi yang sangat bermanfaat, tak hanya
dapat berkirim chat, kami juga bisa saling berkirim gambar, hal ini semakin mempermudah kami
dalam belajar.
Hari demi hari sudah kami lalui, hingga hari terakhir UKK pun tiba, hari itu mata pelajarn
yang diujikan ada 2 yaitu Seni Budaya dan Penjas, dibandingkan hari-hari sebelumnya, mapel hari
itu adalah mapel yang tak begitu sulit sehingga kami dapat lebih santai ketika belajar.
“Mar, kamu bawa buku paket Seni Budaya tidak?” tanyaku kepada Marisa.
“Bawa, memang kenapa Lam?” jawabnya
“Ternyata buku paketku tertinggal dimeja belajar ketika aku belajar tadi pagi. Mar, boleh
tidak kalau aku ikut belajar bersama?”
“Ya tentu saja boleh, lain kali kalau ada masalah lagi bilang saja ke aku, jika aku bisa bantu
pasti akan aku bantu.” Jelas Marisa.
“Oke Mar, terimaksih sudah mau berbagi buku paket denganku.” jawabku.
“Iya sama-sama”balas Marisa.
Hari itu ulangan berjalan lancar, aku bisa mengerjakan soal-soal dengan lancar begitu pula
semua teman-temanku termasuk, Marisa, Tya, dan Elisa. Itu semua berkat kerja keras kami, dan
kami yakin jika usaha tak akan mengkhianati hasil. Rapor akan dibagikan seminggu setelah
ulangan, itu artinya naik atau tidaknya kami ditentukan oleh hasil ulangan kami. Selama seminggu
sebelum penerimaan rapor, sekolah kami mengadakan kegiatan jeda, tapi khusus kelas 7 ada
kegiatan outing class, outing class kali ini tujuannya adalah Goa Tabuhan, Museum Karst, dan
Pantai Teleng Ria.
Hari Senin tanggal 1 Juni kegiatan jeda dimulai, kegiatan hari ini adalah pertandingan
olahraga voli, kali ini kelas kami yaitu 7D bertanding melawan kelas 7E. Kala itu anggota kelas
kami yang tidak ikut tanding diwajibkan menjadi supporter. Pertandingan kala itu berlangsung
sangat sengit, awalnya kami sempat ragu apakah kelas kami bisa menang mengalahkan kelas 7E
karena poin kami terpaut lumayan jauh dari poin mereka, namun tim kami terus berusaha, dan pada
akhirnya kelas kami yang menjadi juara.
Kegiatan untuk hari Selasa adalah pentas seni, setiap kelas diwajibkan tampil. Kelasku
menampilkan musik akustik, alasan kami memilih menampilkan musik akustik adalah karena waktu
yang dibutuhkan untuk latihan hanya sebentar, dan tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk
kostum. Hari itu aku dan teman-teman sekelasku terutama teman-temanku yang akan tampil agak
sedikit tegang, karena kelas kami mendapatkan giliran pertama untuk tampil. Sebelum tampil tak
lupa kami berdo’a bersama agar semua berjalan dengan lancar. Selang waktu 5 menit kelas kami
dipanggil untuk segera naik panggung. Aku dan Marisa ditugaskan untuk menjadi seksi
dokumentasi, ketika teman-temanku sudah naik panggung, saya dan Marisa segera menuju depan
panggung untuk mengabadikan penampilan kami dengan mengambil foto dan merekamnya
menggunakan kamera hp. Penampilan kali ini berjalan dengan lancar, penonton banyak yang
bersorak dan bertepuk tangan, kami pun ikut bahagia, karena kami dapat menampilkan yang terbaik
didepan mereka.
Tak terasa kegiatan Jeda hampir selesai, kegiatan jeda tinggal satu hari lagi yaitu hari Rabu,
hari itu kelas 7 berangkat outing class, sedangkan kelas 8 dan 9 kegiatannya adalah lomba
kebersihan kelas. Sebenarnya kelas 7 juga ikut lomba kebersihan, namun h-1 sebelum berangkat
outing class kelas 7 diwajibkan membersihkan kelas terlebih dahulu, sehingga kelas tetap dapat
dinilai meskipun kami sudah berangkat outing class. Kami berangkat outing class pukul 08.00 WIB,
sebelum berangkat kami semua siswa kelas 7 dan guru mengadakan do’a bersama agar kami dapat
sampai ke tempat tujuan dan bisa pulang kerumah masing-masing dalam keadaan selamat.
“ Mar, jangan lupa minum antimo dulu biar nanti tidak mabuk.“ pesanku kepada Marisa.
“Iya siapp Nilam,” jawab Marisa.
“Btw udah bawa antimo kan? Kalo belum aku bawa banyak, kalo kamu gk bawa minta ke
aku aja.” tanyaku.
“Aku udah bawa kok Lam, tadi udah dibelikan ibu aku.”
“Yasudah kalau begitu.” Jawabku.
Perjalanan menuju objek berjalan lancar, tak ada macet, sehingga kami sampai di objek
tepat sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Kami sampai di objek pertama yaitu Goa Tabuhan,
disana kami harus menyewa senter, karena keadaan didalam goa sangat gelap, namun aku dan
Marisa tak tertarik untuk masuk lebih jauh kedalam goa, karena semakin masuk kedalam goa udara
semakin sedikit sehingga membuat kita sesak nafas, oleh karena itu aku dan Marisa segera keluar
dari goa. Ketika sampai di luar goa aku dan Marisa bertemu Elisa dan Tya. Ternyata Elisa dan Tya
juga tak tertarik untuk masuk kedalam goa, akhirnya aku, Marisa, Elisa dan Tya memutuskan untuk
berkeliling sekitar dan melihat lihat cindera mata. Tak lupa kami membeli gantungan kunci yang
bertuliskan goa Tabuhan untuk kenang-kenangan.
Perjalanan berlanjut ke objek yang ke-2 yaitu Museum Karst. Ketika sampai di objek, kami
segera turun dari bus dan masuk kedalam museum, disana aku banyak memfoto benda-benda
bersejarah, hal ini aku lakukan karena foto tadi akan aku gunakan sebagai data untuk membuat
laporan perjalanan yang akan dikumpulkan 2 minggu setelah kegiatan outing class dilaksanakan.
“Lam boleh minta tolong fotoin aku dideket patung itu nggak?” tanya Marisa kepadaku.
“Ehh boleh kok, dengan senang hati malah. Gih buruan pose nanti aku fotoin.”jawabku.
“Oke, btw makasih yaa, nanti gantian kamu aku fotoin.”
“Oke.”jawabku singkat.
Karena aku dan Marisa sudah puas mengelilingi museum, kami akhirnya memutuskan untuk
keluar dari museum. Ketika diluar museum aku dan Marisa membeli minuman karena kami
merasa haus setelah mengelilingi museum itu. Tak lama kemudian perjalanan dilanjutkan ke objek
yang terakhir yaitu pantai Teleng Ria, perjalanan dari museum Karst menuju Pantai Teleng Ria
tak terlalu lama, kami tiba di pantai sekitar pukul 03.00 WIB. Sebelum semua siswa keluar dari
bus, bapak ibu
guru memberi kami wejangan agar tidak bermain air terlalu dekat, karena takut kalau terjadi hal-
hal yang tidak di inginkan. Ketika aku dan Marisa turun dari bus, ternyata Elisa dan Tya sudah
menunggu kami didekat bus, akhirnya aku, Marisa, Elisa, dan Tya berjalan menuju pantai
bersama. Kala itu ombak tak terlalu tinggi, jadi kami masih bisa bermain air di tepi. Kami
memang sengaja hanya bermain air ditepi, karena kami tak mau ribet ganti baju. Kami juga
menikmati senja di sana, melihat matahari tenggelam di bumi bagian barat, langit tampak indah,
duduk bersama dengan ditemani suara deburan ombak dan angin yang berhembus sangat kencang.
“Teman ayok foto bersama, yakali kita liburan kesini nggak foto, kan mubazir,, kuy kesana,
mumpung ada sunset” ajak Elisa.
“Iya El bener mubazir banget sih kalo sampai nggak foto, ayok lahh buruann.”tambah Tya
meyakinkan.
“Lah iya ya mubazir banget, udah jauh-jauh kesini masa nggak foto, kuy lah kesana. Ayok
Mar” jawabku.
“Kuy.” Jawab Marisa singkat.
“Ehh itu ada mas-mas lewat, minta tolong gih buat ngefotoin kita.” Suruhku kepada Elisa.
“Oke, bentar aku samperin dulu. Semoga dia mau.” Jawab Elisa.
Tak lama Elisa kembali bersama mas-mas yang tadi, kemudian kami segera mencari tempat
yang bagus dan berfoto bersama. Hari itu aku sangat senang, banyak kenangan indah yang tak
akan terlupakan. Menghabiskan senja bersama mereka sangat membuatku bahagia, hingga sore itu
tak terasa sudah mulai gelap. Langit yang tadinya berwarna oranye berubah menjadi hitam, itu
pertanda malam akan segera tiba. Aku, Marisa, Elisa, dan Tya akhirnya kembali ke bus masing
masing. Dan perjalanan pulang dilanjutkan.
Perjalanan pulang tak begitu lama, namun aku tak tau pasti berapa jam perjalanannya, yang
jelas kami tiba di smp pukul 21.30 WIB. Ketika sampai di smp aku segera menghubungi bapakku
agar aku segera dijemput. Sekitar 15 menit bapakku tiba dan aku akhirny bisa sampai dirumah
dalam keadaan selamat. Karena aku sangat lelah, maka malam itu aku segera mandi dan bergegas
tidur.
Pagi tiba dan tak terasa hari ini adalah hari penerimaan rapor, hari itu aku merasa sangat
tegang, aku terus berdo’a dan berharap semoga nilai UAS ku hasilnya maksimal. Dan ternyata
do’a ku terkabul, aku mendapatkan rangking 2 dari 36 siswa, aku sangat bangga dan bahagia,
karena usahaku kali ini tak mengkhianatiku. Begitu pula teman-temanku yaitu Marisa, Elisa, dan
Tya, mereka juga mendapatkan hasil yang maksimal. Hari itu memang hari yang membuat kami
sangat senang dan sangat bahagia. Dan mulai hari itu kami mempunyai semboyan “ Usaha tak
akan mengkhianati hasil” karena kata-kata ini memang sudah terbukti, dengan semboyan kami ini,
kami menjadi semangat untuk selalu berusaha dalam melakukan sesuatu. Setelah penerimaan
rapor kami libur akhir semester selama 2 minggu.
Saat liburan aku tak terlalu sering menghabiskan waktu diluar rumah, aku memilih
membaca novel di wattpad dan beraktivitas dirumah seperti biasa. Hingga tak terasa liburan hampir
selesai, 2 hari lagi akan masuk sekolah seperti biasa, oleh karena itu sebelum masuk sekolah lagi,
aku menyiapkan perlengkapan sekolahku yang sudah hampir 2 minggu tak kusentuh. Tak lupa, aku
juga mempelajari sediki materi pelajaran kelas 8 agar aku lebih mudah berkonsentrasi ketika sudah
masuk sekolah lagi.
Akhirnya hari yang kutunggu-tunggu tiba, yaitu hari Senin, hari ini aku sangat bahagia
karena sudah lama aku tak bertemu teman-temanku, aku sangat merindukan mereka. Namun ada
satu hal yang membuat aku sedikit sedih yaitu terjadi pertukaran anggota kelas, setengahnya kelas
kami digabungkan dengan setengah anggota kelas 8E, aku dan Marisa tetap dikelas 8D dan
mendapatkan setengah anggota dari kelas 8E. Tapi mau tak mau kami harus mau menerima
perubahan anggota kelas ini, karena ini sudah kebijakan dari sekolah, salah satunya dilakukan
program ini adalah agar siswa saling mengenal dan tak hanya mengenal teman satu kelasnya saja.
Hari kedua setelah masuk sekolah, kegiatan belajar mengajar mulai berlangsung seperti
biasaya. Aku dan teman-teman baruku mulai beradaptasi, dan sudah menjadi kebiasaan guru-guru
saat tahun ajaran baru yaitu siswa diminta untuk mengenalkan diri didepan kelas. hingga tiba
urutanku untuk maju kedepan memperkenalkan diri.
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan nama saya Nilam Tri Astuti,
saya biasa dipanggil Nilam. Rumah saya di Nglaroh rt 01 rw 06 kecamatan kebakkramat, saya anak
ke-3 dari 4 bersaudara, ayah saya bekerja sebagai wiraswasta, dan ibu saya bekerja sebagai guru
TK. Mungkin itu saja yang dapat saya perkenalkan, apabila ada kesalahan mohon dimaafkan,
sekian. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.” Kenal ku kepada teman-teman.
“Wa’alaikumusallam warahmatullahi wabarakatuh. Hallo Nilam salam kenal.” Sapa teman-
temanku. Dan aku pun membalasnya dengan senyuman.
Dari sekian banyak teman baruku ada satu cowok yang membuatku tertarik dan kagum,
nama dia Arya, dia sedikit konyol dan banyak berbicara yang nggak berguna, namun kelebihan dia,
dia rajin dan bisa dibilang kalo dia termasuk cowok yang pandai. Dia sering maju mengerjakan soal
didepan papan tulis, hal itu membuatku lebih tertarik lagi kepada dia. Hingga suatu saat kami satu
kelas mendapatkan tugas dari bu Ndari yaitu guru mapel bahasa indonesia untuk mewawancarai
siswa yang mendapat rangking 3 besar, kami diharuskan bertanya kepada mereka tips dan trik
mereka dalam belajar hingga mereka bisa mendapat rangking 3 besar dan berprestasi di kelas.
mungkin sudah takdir dari Allah, salah satu yang harus diwawancarai adalah aku karena pada saat
kenaikan kelas kemarin aku mendapat rangking 2.
Ketika bel istirahat berbunyi, aku mendengar dari kejauhan Arya berkata,
“Aku mau mewawancarai Nilam dulu ah.” Dan tanpa disangka-sangka Arya mendatangiku,
saat itu aku sedang mengobrol dengan Marisa, Arya pun menyodorkan sebuah buku tulis dan
berkata
“Lam aku boleh wawancara kan? Tapi pertanyaannya sudah aku tulis dibuku ini, kamu bisa
menjawabnya kan?” tanya Arya kepadaku.
Aku yang saat itu sedikit kaget dan bingung pun hanya bisa meng-iya kan permintaan Arya.
Kemudian aku mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah Arya tulis dibukunya. Dan
setelah aku selesai menjawabnya aku segera mengembalikan buku itu kepada Arya. Dari kejadian
itu tadi, aku mulai menyukai Arya.
Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung aku sering curi-curi pandang kepada Arya, dari
kejauhan dia terlihat sangat keren, dia juga terlihat manis ketika tersenyum. Dan tiba-tiba entah ada
angin apa yang lewat, ketika aku sedang curi-curi pandang, tak sengaja Arya melihatku juga, saat
itu aku berfikir mungkin Arya akan ilfeel kepadaku, tapi pikiranku tadi ternyata salah, Arya tidak
ilfeel, bahkan dia malah tersenyum kepadaku. Hatiku terasa sesak karena bunga-bunga dihatiku
tumbuh bermekaran memenuhi ruang disana, tubuhku serasa melayang diatas awan, aku tersenyum
sendiri membayangkannya, karena kali ini Arya memberikan respon positif kepadaku.
Hari-hari berlalu dan hubungan kami semakin dekat, tapi kami tak mau menunjukkan
kedekatan kami kepada orang-orang, hubungan kami bahkan belum ada status yang pasti. Ketika
dikelas pun Arya sering membullyku, aku menganggap hal itu biasa, dan mungkin Arya melakukan
itu agar kami bisa selalu berkomunikasi. Dia sering meledekku, namun dari semua perlakuannya
kepadaku itu membuatku semakin menyukainya. Kami sering pulang bersama, namun kami tetap
jaga jarak, dia pulang bersama teman-temannya dan aku pulang bersama teman-temanku, ketika aku
belum melihat Arya keluar dari gerbang sekolah, aku pun mencari-cari alasan kepada temanku agar
aku bisa menunggu Arya. Begitu pula dengan Arya, dia akan menunggu jika aku belum keluar dari
sekolah. Sebenarnya kami tak merencanakan itu, tapi entah kenapa kami memang suka melakukan
hal itu.
Kegiatan belajar megajar disekolah berjalan lancar, tak banyak hal menarik yang terjadi.
Namun seiring berjalannya waktu, aku dan Marisa mendapatkan banyak teman baru yaitu Rahma,
Punky, Vera, Isna. Hubungan pertemanan kami semakin lama semakin dekat, kami sering
menghabiskan waktu bersama, mulai berkumpul dirumah salah satu dari kami hingga pergi ke mall
brsama-sama, dan aku merasa aku sangat cocok berteman dengan mereka. Hingga suatu hari ada
pemilihan anggota paskibraka, aku dan teman-temanku tertarik untuk mengikutinya,
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Siang anak-anak, bapak disini mau
memberi pengumuman, berhubung tahun ini yang mendapatkan tugas untuk mengibarkan bendera
adalah sekolah kita, maka saya akan mengadakan pemilihan anggota paskibraka, dan bagi yang
ingin ikut silahkan menuliskan namanya dikertas ini dan nanti setelah bel pulang sekolah diharap
berkumpul dihalaman sekolah untuk mendapatkan pengarahan lebih lanjut. ” kata pak Sarwanto
selaku guru pendidikan olahraga di sekolahku
“Bapak tak bisa lama-lama disini, karena bapak harus berkeliling ke kelas-kelas yang lain,
kalau ada pertanyaan bisa temui saya di ruang guru nanti saat istirahat. Sekian wasalamu’alaikum
awarahmatullahi wabarakatuh.” Lanjutnya.
“Wa’alakumusallam warahmatullahi wabarakatuh” jawab kami satu kelas.
Aku dan teman-temanku tanpa berpikir panjang langsung menulis nama kami dikertas yang
telah diberikan pak Sarwanto tadi. Kemudian kegiatan belajar-mengajar berlanjut lagi seperti biasa.
Bel pulang sekolah berbunyi, aku dan teman-temanku segera bergegas menuju halaman
untuk megikuti pemilihan paskibraka. Ketika kami sampai di halaman, sudah banyak siswa yang
berkumpul dan berbaris. Kami pun segera ikut berbaris dan mulai mendengarkan penjelasan dari
pak Sarwanto. Selama 2 hari kami dilatih baris berbaris, dan hari penyisihan pun tiba. Kala itu aku
termasuk salah satu siswa yang terelimiasi, aku tak tau apa kesalahanku, aku merasa aku sudah
melakukan yang terbaik, dan tak pernah salah ketika diberi aba-aba dari pelatih. Namun apa daya
aku harus menerimanya dengan lapang dada, sebenarnya dari dulu aku sangat ingin mengikuti
paskibraka, namun takdir tak berpihak kepadaku kali ini.
Kecewa? Ya itu pasti, ditambah lagi Rahma, Punky, Vera, Isna, dan Marisa tak ikut
tereliminasi. Semua teman dekatku harus dispen untuk latihan paskibraka, setiap hari aku sendiri,
bahkan aku tak akan kekantin jika tidak diajak teman-temanku yang lain. Hingga suatu hari aku
muak dengan kesendirianku ini, aku mulai menjauhi teman-teman dekatku, aku selalu beralasan jika
mereka mengajakku kumpul bersama, aku juga selalu menolak jika mereka ingin menitipkan buku
tugas mereka kepadaku, dan aku bahkan melarang mereka untuk datang kerumahku. Mungkin
karena perlakuanku yang buruk ini kepada mereka, mereka marah kepadaku, dan mereka bilang jika
mereka tak ingin berteman denganku lagi.
Aku tau yang aku lakukan ini salah, seharusnya aku tak melakukan ini kepada mereka,
mereka tak salah, mereka meninggalkanku karena tuntutan paskibraka, mereka dituntut untuk
latihan setiap hari dan harus merelakan jam belajar mereka untuk latihan. Namun apadaya nasi
sudah menjadi bubur, mereka terlanjur marah kepadaku, aku sudah mencoba meminta maaf kepada
mereka baik secara langsung ataupun melalui BBM. Tetapi mereka tetap tak mau memaafkanku,
karena hal yang kulakukan sudah sangat keterlaluan. Aku pun merasa semakin terkucilkan, teman-
teman dekatku sudah tak mau berteman denganku lagi, dan aku tak mempunyai teman lagi selain
mereka. Hari-hariku sangat kalut, aku merasa aku tak semangat berangkat sekolah lagi, aku menjadi
pendiam dan tak pernah keluar kelas, aku menutupi kesedihanku dengan pura-pura membaca novel.
Ketika sampai dirumah pun aku sering menangis jika mengingat kenangan-kenangan bersama
mereka.
Masalahku tak berhenti sampai disitu, Arya yang dulu dekat denganku, sekarang pun mulai
berubah, dia sudah jarang berkomunikasi denganku, bahkan ketika pulang sekolah, Arya yang dulu
biasanya akan menungguku saat pulang sekolah sudah tak lagi menungguku seperti dulu. Aku tidak
tau apa yang terjadi kepadanya, yang jelas Arya yang sekarang tak seperti Arya yang kukenal dulu.
Hubungan kami mulai jauh.
Aku tidak tau kenapa Allah memberi cobaan begitu berat kepadaku, ibarat sudah jatuh
tertimpa tangga pula, mungkin perumpamaan itu yang sekarang pas dengan keadaanku. Aku tak
bisa fokus belajar, hingga saat ulangan tengah semester satu nilaiku anjlok peringkatku menjadi 13.
Aku tidak tau apa lagi yang harus aku lakukan, yang jelas kala itu aku benar-benar sangat kalut, aku
hanya bisa memendam masalahku sendiri, aku menjadi sering melamun, tak ada semangat belajar
sama sekali.
Untuk kedua kalinya aku mencoba meminta maaf kepada teman-temanku lagi, namun apa
daya mereka tetap tak mau memaafkanku, mereka tetap menjauhiku. Aku juga mencoba meminta
kejelasan kepada Arya, Arya bilang jika ia ingin fokus belajar dan tak mau berhubungan denganku
lagi, aku pun tak bisa berharap lagi kepada Arya. Aku benci Arya, dia bukan siapa siapaku lagi
baik dulu maupun sekarang. Emosiku tak tertahankan kala itu, namun aku tak bisa mencurahkannya
kepada siapapun, dan aku hanya bisa menangis dan menangis, aku tak tau kenapa cobaan yang
menimpaku kali ini sangat berat dan bertubi-tubi.
Aku bahkan sempat berpikir untuk pindah sekolah, namun aku berpikir jika aku
menghindari masalah, maka masalah itu tak akan selesai namun akan semakin menjadi besar.
Akhirnya aku menerima takdirku ini dengan lapang dada. Aku tak mau ambil pusing lagi masalah
dengan teman-temanku, aku rela mereka menjauhiku atas kesalahanku itu, setidaknya aku sudah
mencoba meminta maaf agar masalah diantara kami segera selesai, namun mereka tetap tak mau
memaafkanku, mulai saat itu aku akan berubah menjadi Nilam yang kuat, Nilam yang tak peduli
dengan kesendirian dan aku akan kembali mejadi aku yang berprestasi lagi, karena aku tak ingin
mengecewakan orang tuaku. Aku sudah melupakan Arya, tak ada lagi ruang dihatiku untuknya.
Aku sudah muak dengan semua kesedihanku, sekarang tak masalah bagiku untuk kemana-mana
sendiri, tak masalah aku harus menjadi pendiam karena memang teman-teman sekelasku tak ada
yang mau menjadi teman dekatku.
Hingga suatu ketika Anisa, salah satu teman sekelasku yang pendiam mengajakku kekantin
bersama, Anisa memang pandai bahkan dia selalu mendapat rangking 1, namun Anisa adalah anak
yang pendiam dan tak suka berbaur dengan teman-teman yang lain. Aku tak tau kenapa dia mau
mengajakku ke kantin, padahal sebelumnya kami tak pernah kekantin bersama, mungkin ini sudah
jalan dari Allah, aku pun meng-iyakan ketika diajak kekantin bersama. Saat dikantin aku dikenalkan
Anisa kepada temannya yang bernama Nisa. Ya nama mereka hampir sama, aku baru tau jika Anisa
mempunyai teman dekat, dan ternayata Nisa adalah teman lama Anisa sewaktu dikelas 7E.
“Nilam kenalin dia Nisa, dia teman dekatku sewaktu kelas 7 dulu.” Ucap Anisa kepadaku.
“Nisa kenalin ini Nilam teman sekelasku.” Ucap Anisa kepada Nisa. Aku dan Nisa pun
segera berjabat tangan dan berkenalan.
“Hallo Nisa aku Nilam, salam kenal yaa.” Ucapku kepada Nisa.
“Hallo juga Nilam, senang bisa berkenalan denganmu. Semoga kita bisa menjadi teman baik
kedepannya nanti.” Ucap Nisa kepadaku.
Setelah perkenalan itu kami menjadi sering kemana-mana bersama, pertemanan kami
semakin dekat,kami sering pulang bersama dan sering berkumpul di rumah Anisa untuk sekedar
berkumpul dan bercerita.
Waktu tak terasa kenaikan kelas hampir tiba, mungkin waktuku terasa cepat akibat masalah
yang bertubi-tubi datang menimpaku. Kami menghadapi UKK dengan lancar dan seperti biasa aku
mendapatkan peringkat 2 lagi, dan jangan tanya siapa yang mendapat peringkat 1, itu sudah pasti
Anisa yang menempatintya.
Aku senang karena masa-masa kalut ku sudah berlalu dan aku bisa menghadapinya selama
kurang lebih setengah tahun ini. Ya, mereka sudah memaafkanku dan aku pun juga sudah
memaafkan mereka, namun tetap saja hubungan pertemanan kami tak bisa kembali seperti dulu, aku
sudah hidup bahagia dengan teman-teman baruku yaitu Anisa dan Nisa, sedangkan mereka hidup
sepeti biasanya tanpa aku diantara mereka. Mungkin ini cara Allah menunjukkan kepadaku mana
teman yang pantas bersamaku dan teman yang hanya mendekatiku ketika mereka butuh saja.
Tak terasa sekarang aku sudah kelas 9, itu artinya sebentar lagi aku akan lulus dan masuk
sma. Anisa dan Nisa adalah teman dekatku sekarang, aku senang bisa mengenal mereka, mereka
sangat berpengaruh positif dalam kehidupanku, hidupku berubah 180 derajat dari sebelumnya.
Sejak kenal mereka aku menjadi semangat belajar. Kami sering pulang terlambat karena setelah
pulang sekolah kami selalu menyisakan sedikit waktu untuk belajar bersama, ditambah lagi ada
program untuk siswa yang mendapat ranking 3 besar. Bagi siswa yang mendapat rangking 3 besar
akan mendapatkan les tambahan gratis dari sekolah, program ini disebut pemberdayaan. 3 siswa per
kelas tadi akan di jadikan satu kelas, setiap pulang sekolah mereka wajib mengikuti pemberdayaan
yang berlangsung kurang lebih 2 jam setiap hari. Program ini dilaksanakan dengan tujuan agar
siswa yang berprestasi tadi semakin unggul, dan diharap dapat meningkatkan nama baik sekolah.
Aku, Nisa, dan Anisa menjadi bagian dari siswa yang ikut pemberdayaan tadi. Setiap hari
kami mengikuti program ini dengan semangat, kami sangat terbantu dengan adanya program ini,
masa depan kami menjadi lebih terarah lagi. Suatu ketika kita bertiga memutuskan untuk membolos
tidak ikut pemberdayaan, karena ada tugas membuat klipping yang deadline dekat. Namun kami
malah mendapat teguran dari Allah, kami dihukum bu Ndari guru bahasa indonesia untuk
mengerjakan 50 soal latihan UN dan waktu pengerjaannya hanya 2 hari, kami benar-benar merasa
menyesal atas perbuatan kami itu dan kami berjanji tak akan lagi membolos untuk hal yang sepele.
Uji coba Ujian Nasional sudah berlalu, bahkan Ujian Nasional pun sudah selesai hari ini.
Kami menunggu hasil Ujian Nasional kurang lebih selama 1 bulan, dalam waktu satu bulan tersebut
kami mengistirahatkan otak kami dengan selalu berkunjung ke perpustakaan untuk membaca,
karena sebelumnya otak kami sudah bekerja keras mengerjakan soal-soal UN.
Hari jum’at tanggal 2 Juni 2017 adalah hari penerimaan hasil nilai Ujian Nasional, hari itu
pukul 03.00 WIB kami yang mendapat peringkat 10 besar Ujian Nasional diminta untuk datang
kesekolah dan datang bersama orang tua untuk menerima hasil ujian. Aku mendapat peringkat 7,
Anisa mendapat peringkat 3 dan Nisa mendapat peringkat 5. Aku dan Nisa akhirnya bersekolah di
sma yang sama yaitu SMAN Kebakkramat, sedangkan Anisa bersekolah di MAN 2 Surakarta,
ketika ada waktu libur kami sering menyempatkan waktu untuk bertemu dan berkumpul, hal ini
kami lakukan agar hubungan pertemanan kami tidak putus. Dan kami berharap kami akan terus
berteman sampai maut memisahkan kelak.
Pelajaran yang dapat diambil dari kisahku ini adalah, seorang teman sejati adalah mereka
yang selalu menemani kita dalam keadaan susah maupun senang. Dan Setiap cobaan pasti
mempunyai solusinya masing-masing, tinggal bagaimana kita harus bersikap menghadapinya,
seberat beratnya cobaan yang engkau terima, kau harus mau menghadapinya dan jangan malah
bersembunyi darinya. Allah tidak akan memberi cobaan kepada hamba-Nya melampaui batas
kemampuan mereka. So always positif thinking my friend

Anda mungkin juga menyukai