Anda di halaman 1dari 325

www.boxnovel.blogspot.

com
Aku merasa menemukan
salah satu alasan mengapa Allah
masih memberikan kesempatan hidup ....

www.boxnovel.blogspot.com
Qanita membukakan jendela-jendela bagi Anda untuk
menjelajahi cakrawala baru, menemukan makna dari
pengalaman hidup dan kisah-kisah yang kaya inspirasi.

www.boxnovel.blogspot.com
www.boxnovel.blogspot.com
PeremPuan Cahaya:
Kisah sejati seorang gadis gagal ginjal Menggapai Cinta-nYa
Karya Lien auliya rachmach, © 2014

Penyunting: Budhyastuti r.h.


Proofreader: Kamus Tamar
Desainer sampul: rizkia Sadida
Digitalisasi: Ibn' maxum
Foto: Koleksi pribadi

hak cipta dilindungi undang-undang


all rights reserved

Januari 2015
Diterbitkan oleh Penerbit Qanita
PT mizan Pustaka
anggota IKaPI
Jln. Cinambo no. 135, Cisaranten Wetan, Bandung 40294
Telp. (022) 7834310 – Faks. (022) 7834311
e-mail: qanita@mizan.com
http://www.mizan.com

Perpustakaan nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Lien Auliya Rachmach

ISBn 978-602-1637-56-2
1. Fiksi Biografi 2. ginjal-penyakit i. judul. ii. Budhyastuti r.h.
899.221 308 2

e-book ini didistribusikan oleh


mizan Digital Publishing (mDP)
Jln. T. B. Simatupang Kv. 20,
Jakarta 12560 - Indonesia
Phone: +62-21-78842005 — Fax.: +62-21-78842009
website: www.mizan.com
e-mail: mizandigitalpublishing@mizan.com
twitter: @mizandotcom
facebook: mizan digital publishing

www.boxnovel.blogspot.com
Apresiasi atas Lien dan Perempuan Cahaya

Lewat buku ini Lien menunjukkan kepada kita bahwa bertahan


(bersabar) selalu menjadi pilihan terbaik.
—Fatih Zam, Penulis novel Perjalanan Mengalahkan Waktu

Lien Auliya telah menjalani cuci darah selama sembilan tahun. Cukup
lama, tetapi belum menjadi yang terlama. Tahun-tahun cuci darah
dilaluinya dengan tegar, ikhlas, dan ceria. Cuci darah dianggapnya
sebagai ibadah, tanda kepasrahan kepada Tuhan. Inilah yang
membedakan Lien dari banyak pasien cuci darah lainnya. Buku ini tak
hanya wajib dibaca oleh pasien cuci darah , tetapi semua pasien yang
menderita penyakit kronis. Pengobatan cuci darah hanya mengobati
badan, sedangkan jiwa dan semangat hidup harus diatasi oleh
pasiennya sendiri. Inilah yang patut dicontoh dari sosok
Lien Auliya Rachmach.
—Prof. Dr. Rully MA Roesli, Sp. PD KGH, Spesialis Ginjal dan
Hipertensi

Alur cerita buku ini menggambarkan penulisnya adalah pribadi yang


tegar dan salehah.
—Ibu Suprapti S. Kep. Ners, Kepala Ruang HD RS Gunung Jati,
Cirebon

Gagal ginjal bukanlah akhir dari segalanya. Cuci darah tidak selalu
berujung lara dan nestapa. Kisah inspiratif, merupakan titik balik saat
manusia harus lebih bersyukur pada Sang Pencipta atas takdir terindah-
Nya. Gambaran semangat yang begitu nyata atas kehidupan kakak,
sahabat, sekaligus mentorku Teh Lien Auliya Rachmach.
—Herni Hernawati, Teman Satu Jadwal HD di RS Gunung Jati, Cirebon

www.boxnovel.blogspot.com
Menjadi pribadi yang tetap berpikir positif dan terus berkarya dalam
kondisi keterbatasan adalah sebuah epik kehidupan. Mengenal pribadi
dan karya Teh Lien, bagi saya sama saja dengan membaca kisah
kepahlawanan yang sesungguhnya. Teh Lien tidak sekadar bergerak,
namun juga berkarya dengan luar biasa. Buku ini merangkum catatan
panjang yang tidak sekadar tumpah, namun juga membangkitkan jiwa
kepahlawanan siapa pun yang membacanya.
Agar terus berjuang, semampunya, lalu menyerahkan kepada Tuhan
apa yang menjadi sisanya.
—Tasaro GK, Novelis Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan

Sebuah kisah nyata inspiratif berbalut ilmu dan hikmah yang


mengingatkan betapa tipisnya batas kematian. Sangat dianjurkan
untuk dibaca sebagai cermin bagi kita bagaimana menggantikan
duka menjadi ceria, kufur menjadi syukur, dan putus asa menjadi roja,
sehingga mampu melepaskan diri dari sebuah tekanan melalui
beragam cara pembebasan.
—Yudhie Andriyana, M.Sc., Sahabat, Dosen Statistika Unpad,
Ketua FLP Wil. Jerman 2008-2010

Ini dia “Miss Cireng” yang selalu menjadi sumber inspirasi, penyemangat
hidup kami di G2K. Tulisannya menjadi bahan renungan, nasihat diri,
dan pengingat kebersamaan kami. Semoga G2K selalu menjadi
pelangi di hati.
—Dr. Rio Zakaria, Sp.PD, Sahabat, Dokter Penyakit Dalam RSUD 45,
Kuningan

www.boxnovel.blogspot.com
Tidak semua yang buruk pasti buruk, begitu pun sebaliknya. Menjadi
pasien penderita penyakit menahun itu bukan perkara yang mudah
dijalani karena tingkat tekanan dari lingkungan sekitar, keluarga,
bahkan diri sendiri. Banyak hal, informasi, motivasi yang bisa diambil
dari buku ini karena setiap manusia akan menunggu kejutan yang
diberikan penciptanya bagi yang mau bersabar. Selamat berjuang untuk
semua orang yang berjuang untuk kehidupannya. Semoga, jika tidak di
dunia, maka kelak di akhirat ada yang lebih indah menunggu.
—dr. Teguh Rasyid, Dokter Ruang HD RS Gunung Jati, Cirebon,
Penulis

Lien kerap dihadapkan pada pilihan yang sulit, tapi ia


merespons semua yang menimpanya dengan ikhlas, sabar, ikhlas
dan tetap husnudzdzon pada Rencana Besar Allah. Lien benar-benar
memberikan pelajaran kepada saya bagaimana menjadi aktor yang
hebat berdasar Skenario Indah-Nya. Lien selalu mampu memainkan
perannya dengan indah meski peran yang harus dijalaninya bukanlah
peran yang diinginkannya. Ini pasti tidak mudah,
tapi Lien selalu bisa melewatinya.
—Nida Nadia, S.Psi., Sahabat, Psikolog, Direktur PT Sancita,
Kuningan

Subhanallâh, memang luar biasa Teteh yang satu ini, selalu saja memberi
inspirasi melalui tulisannya. Terima kasih karena selalu mengingatkan
Rizka, banyak sekali pelajaran yang bisa Rizka ambil. Mungkin, itulah
salah satu tugas yang Allah berikan pada Teh Lien di dunia ini, memberi
kami inspirasi agar kami juga bisa mencari alasan mengapa Allah
masih memberi kami kesempatan hidup.
—Rizka Nurul Fitri, Anggota HGM, Pasien HD RS Dr. Harjono
Ponorogo, bekerja di Bagian Perencanaan RS Dr. Harjono Ponorogo

www.boxnovel.blogspot.com
Bagi penderita gagal ginjal, membaca kisah Lien seolah melihat
pengalaman dalam cara ia menghadapi berbagai masalah gagal
ginjal. Kendati ada satir yang getir, Lien mengajak tersenyum.
Buku ini sama sekali tak membawa kita meratapi kesedihan, atau
menyesali penderitaan. Bahkan dalam tekanan kesulitan, kita tetap
layak merayakan kebahagiaan. Lien punya cara yang indah, melalui
kisahnya, mengajak kita menyadari bahwa setiap penderitaan dan
kesulitan sering kali merupakan pintu untuk kita dapat melihat
kemurahan dan kemuliaan Tuhan. Dan kita layak untuk terus
bersyukur kepada-Nya.
—Amron Trisnardi Anggota HGM, Pasien HD RS Dr. Suyoto Jakarta,
Penulis Skenario

Membaca buku Lien, pikiran dan perasaan saya campur aduk.


Percampuran antara kisah Lien dan pengalaman saya sendiri. Beberapa
kali saya harus berhenti sejenak untuk menenangkan diri. Beberapa
kali pula butiran bening merambat dari sudut mata bersamaan dengan
lelehan yang mengucur dari hidung. Cinta kasih Mimih membawa saya
terbang untuk dekat dengan Mamak. Cinta tak bertepi, luas tak terbatas.
—Basyrah Nasution, Penulis 4 Ginjal di Tubuhku

Karya Lien ini menggugah relung kesadaran betapa berharganya


mensyukuri nikmat kehidupan. Ujian dan cobaan hidup sesungguhnya
bagian dari cinta-Nya yang sejati. Setiap penggal kisah di buku ini
memberikan pencerahan dan memperkaya jiwa.
—Ade Kadarisman, Sahabat, Dosen Prodi Humas Fikom Unpad/
Ph.D. Candidate, Communication, Universite Paris 2 Pantheon Assas,
Prancis

www.boxnovel.blogspot.com
Isi Buku ix

Aku berjuang keluar dari tekanan bukan karena aku kuat


Aku bertahan dalam hantaman bukan karena aku tangguh
Tapi, karena aku masih sedang mencari alasan
mengapa Allah masih memberiku kesempatan hidup

www.boxnovel.blogspot.com
Isi Buku

Kesempatan Hidup Kedua, Sebuah Pengantar — xii


Pertama - AKU, DIRIKU, RABB-KU — 1
Surat Keterangan Tidak Pipis — 3
Drakula Pengisap Darah — 11
Bukan Alien — 14
Sepatuku Tak Lagi Muat — 17
Nenek Belia — 22
Filosofi MD — 25
Apotek Berjalan — 28
Pencinta Laboratorium — 33
Tukar Ginjal Jin — 36
Denyut Ini Menyenangkan — 42
Madu dan Racun — 44
Piknik Selasa Jumat — 48
Menjadi Tahanan Kota — 52
Cuci Darah + Sabar = Cuci Dosa? — 56
Sendiri Itu Indah — 60
Di Ruang HD Aku Menikah — 63
Morning Sickness — 68
Standing Applause — 76
Aku Tak Punya Waktu untuk Mengasihani Diri Sendiri — 79
Menjadi Debu — 82
Memeluk Rabb-ku — 85
Nikmatnya Puasa — 89

www.boxnovel.blogspot.com
Isi Buku xi

Obat Hati Nomor Wahid — 94


Vitamin Hati Pagi Sore — 99
Siang dan Malam — 102
Rindu — 104

Kedua - TERSENYUMLAH DAN BEKERJALAH — 107


Konser Tunggal — 109
Kipas Kardus — 111
Trio HD — 113
Si Puma — 116
Mak Comblang — 118
Eh, Copot, Copot, … — 120
SMS Cinta — 122
Serasa di Pantai — 124
Menulis bagai Melahirkan — 126
Dosen Terselubung — 133
Asisten Psikolog — 141
Microphone Addict — 144
Berbagi Inspirasi — 148
Tukang Katalog — 151

Ketiga - CINTA CAHAYA — 157


Lingkaran Cahaya — 159
Hidup Ginjal Muda — 162
Tempat Paling Nyata Pembuktian Cinta — 167
Wanita yang Menyebut Namaku di Tanah Suci — 169
Malaikat Tanpa Sayap — 175
Dokter juga Manusia — 181
Bertahan Bersama — 185

www.boxnovel.blogspot.com
xii Perempuan Cahaya

Belajar Hidup dari MLM Online — 189


Pelangi di Hatiku — 192

Keempat - BATAS HIDUP DAN MATI ITU TERAMAT TIPIS — 195


Inikah Akhir Hidupku? — 197
Arisan — 205
Kematian yang Indah — 210
MPP — 212
Batas Hidup dan Mati Teramat Tipis — 214

Kelima - ALLAH BAIK BANGET SAMA AKU — 217


Mimih, Aku Bertahan berkat Ketangguhanmu — 219
Perpanjangan Tangan Allah — 225
Menulis untuk Berbagi — 231
25 vs. 9 — 234
Membirukan Langit — 236
Rumah Auliya — 239
Cinta Tanpa Kata — 244
Mencumbu Tanah Suci — 246
Allah Baik Banget sama Aku — 262
Karena Lelaki Cahaya Hanya untuk Perempuan Cahaya —
266

Keping Keberkahan, Sebuah Penutup — 273


Sempurna Sudah ... — 278
Lampiran — 283
Andai Lebih Dekat, Andai Ada Tempat — 283
Surat Terbuka untuk Ibu Menteri Kesehatan — 295
Tentang Penulis — 303

www.boxnovel.blogspot.com
Kesempatan Hidup Kedua
Sebuah Pengantar

Bismillâhirrahmanirrahîm

A ­

www.boxnovel.blogspot.com
xiv Perempuan Cahaya

kitar. Dari seseorang yang gesit berlari menjadi pesakitan yang


hanya sanggup merangkak. Dari seseorang yang punya sejuta
mimpi dan asa menjadi pribadi yang mengubur dalam mimpi-
mimpinya.
Berbagai tekanan dan tempaan hadir dalam hidupku. Satu
demi satu menekan dan terus menghantam. Rasanya, sudah
jatuh, tersungkur, tak sanggup bangun, kemudian tertimpa
tangga pula hingga nyaris kehilangan kesadaran.
Tekanan awal muncul dalam bentuk keluhan fisik. Berbagai
komplikasi kualami. Selain ginjalku yang sudah tak berfungsi,
hampir semua organ dalamku juga terganggu. Bengkak jan-
tung, infeksi lambung, paru-paru dan jantung terendam air,
hingga hepatitis C. Rambut rontok serta kulit pucat pasi, legam,
kering, dan bersisik seolah menjadi ciri khasku saat itu. Jantung
berdebar, sesak napas, mual, muntah, diare, pegal linu, gatal,
letih, lesu seolah menjadi makananku sehari-hari kala itu.
Kondisi fisik berimbas pada kondisi psikis dan ruhiyahku.
Mudah marah, cepat tersinggung, mudah curiga, kerap me-
nangis sendiri, berhenti berharap dan tak mau berdoa, menjadi
duniaku. Hidupku kelam. Gelap dan hampa.
Sejak tahun kedua, Allah mulai mentarbiahku menjadi
pembelajar di sekolah kehidupan. Perlahan tapi pasti, Allah
perlihatkan satu demi satu langkah yang harus kutempuh untuk
menghadapi tekanan. Perlahan tapi pasti, Allah perlihatkan
hikmah mengapa tekanan demi tekanan terus menderaku.
Dari sembilan tahun menjalani peran baru sebagai pasien
gagal ginjal yang menjalani cuci darah, Allah mengajarkan lima
cara keluar dari tekanan. Lima cara yang kutemukan dalam

www.boxnovel.blogspot.com
Kesempatan Hidup Kedua xv

pencarianku mengapa Allah masih memberiku kesempatan


hidup. Lima cara yang menjadi senjataku untuk bertahan dalam
hantaman dan terus berjuang keluar dari tekanan. Inilah lima
cara itu.

Aku, Diriku, dan Rabb-ku


Cara pertama adalah menerima apa pun ketentuan Allah atas
hidup kita (sabar tak berbatas). Langkah yang bisa ditempuh
dalam menghadirkan penerimaan ini adalah dengan cara me-
mahami kondisi tubuh (aku), menangguhkan jiwa (diriku), dan
membersihkan hati (mencintai Rabb-ku). Jika tubuh, jiwa, dan
hati terkondisi baik, ini akan memudahkan kita beranjak dari
fase penolakan ke fase penerimaan.

Tersenyumlah dan Bekerjalah


Yang kedua adalah pertahankan pikiran positif (tersenyumlah)
dan terus berkarya (bekerjalah). Dengan “tersenyumlah” kita
bisa melihat berbagai tekanan, baik dalam bentuk ujian, coba-
an, maupun musibah dari sisi positif sehingga akan terasa ri-
ngan. Dan dengan “bekerjalah” tekanan itu bisa membuat kita
semakin kreatif sehingga tak lagi mengasihani diri sendiri.

Cinta Cahaya
Cara ketiga, yaitu bergabung dalam komunitas (ukhuwwah).
Berkomunitas akan mengasah kepekaan sosial dan melatih
hubungan baik dengan sesama. Dalam komunitas, kita belajar
memahami bahwa setiap orang hadir dengan masalahnya ma-
sing-masing sehingga bisa saling menguatkan. Setiap orang hadir
dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing sehingga bisa
saling mengisi dan menginspirasi. Saat tekanan membuat kita

www.boxnovel.blogspot.com
xvi Perempuan Cahaya

merasa terpuruk dan hidup kita terasa hitam dan pekat, maka
teman-teman dalam komunitas akan menjadi pelangi di hati
yang akan membuat hidup kita jadi lebih berwarna. Semoga,
dalam ukhuwwah itu, kita menemukan cinta cahaya, cinta yang
akan menghantarkan kita kepada keridaan Rabb kita.

www.boxnovel.blogspot.com
Kesempatan Hidup Kedua xvii

sarku untuk bisa meninggalkan dunia dalam keadaan husnul


khâtimah bisa tercapai. Allâhumma âmîn.
Inilah aku, seorang hamba Allah yang masih dan sedang
mencari alasan mengapa Allah masih memberiku kesempatan
hidup.

Wallâhu a‘lam bish-shawâb

Lien Auliya Rachmach

www.boxnovel.blogspot.com
www.boxnovel.blogspot.com
I
Aku, Diriku, Rabb-ku

www.boxnovel.blogspot.com
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.
Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,
yaitu orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan
menemui Tuhannya
dan bahwa mereka akan kembali pada-Nya.”
QS Al-Baqarah (2): 45-46

www.boxnovel.blogspot.com
Surat Keterangan
Tidak Pipis

S elasa pagi Februari 2013, kulangkahkan kakiku tergesa


memasuki pelataran Kantor Pelayanan Kesehatan Pela-
buhan Kota Cirebon. Harus segera kutuntaskan urusanku di
sana karena siang harinya jadwal cuci darah menungguku di RS
Gunung Jati Cirebon. Di dalam ruangan 7 × 5 meter itu, tampak
duduk dua orang berseragam di belakang meja panjang. Di kursi
tunggu ada beberapa orang yang sedang menunggu antrean
untuk dilayani petugas.
Aku langsung menuju meja panjang, mendaftarkan diriku
untuk membuat Kartu Kuning yang berisi bukti bahwa aku su-
dah disuntik vaksin meningitis, salah satu syarat yang harus
kupenuhi sebelum berangkat umrah sebulan kemudian. Sele-
sai mendaftar, aku diminta mengisi biodata, menyerahkan fo-
tokopi paspor dan pasfoto ke petugas. Kemudian, aku diminta
menunggu beberapa saat hingga namaku dipanggil seorang
ibu berseragam dan berjilbab putih.
“Ibu Lien Auliya, sekarang tes urine dulu, ya. Silakan, kamar
mandinya di sebelah sana,” ujar si ibu sambil menyerahkan bo-
tol kecil kepadaku.
Aku terdiam, ada yang berkecamuk hebat di pikiranku.
“Ibu, maaf, tes urine ini untuk tes kehamilan, ya? Saya be-
lum menikah, Bu,” tanyaku terbata.

www.boxnovel.blogspot.com
4 Aku, Diriku, Rabb-ku

“Iya. Walau belum menikah, ini prosedur, Bu. Silakan, Bu,”


jawabnya datar.
“Tapi .... tapi, saya sudah tidak bisa pipis, Bu.” Kalimatku
kembali terbata-bata.
“Oh, ya? Kalau gitu, Ibu minum dulu yang banyak. Nanti
pasti pengen pipis. Saya tungguin, Bu.”
“Ibu, saya pasien gagal ginjal, pasien cuci darah. Udah lebih
dari tujuh tahun ini saya gak pernah pipis, Bu. Jadi, dipaksain
minum banyak juga, nggak akan keluar.” Hhhh, akhirnya kusam-
paikan juga kalimat pamungkasku, berharap ia akan mengerti.
“Hah?” Si ibu melongo sambil menatapku.
“Jadi, gimana, Bu?” Aku berusaha menetralkan keadaan.
“Ada surat keterangan?” tanyanya.
“Maksudnya, hasil lab, Bu?”
“Bukan, surat keterangan dari dokter bahwa Ibu tidak pipis.”
“Hah? Emang ada, Bu, surat keterangan kayak gitu?”
“Enggak ada sih. Tapi, intinya gini, ya, Bu. Saya tidak bisa
melanjutkan pelayanan suntik meningitis kalau belum ada
surat itu. Ini prosedur, Bu. Saya tidak mau bertanggung jawab
kalau ada apa-apa di kemudian hari. Silakan Ibu buat dulu. Nan-
ti, kembali lagi dengan surat keterangan, ya, Bu.”
“Mungkin, Jumat saya baru ke sini lagi, ya, Bu. Siang ini saya
jadwal cuci darah di RS Gunung Jati. Rumah saya jauh, Bu, di
Kuningan.”
Si ibu mengangguk seiring saya berlalu meninggalkannya
dengan air mata menggenang. Ya Allah, suntik vaksin doang
kok ribet amat, ya.

www.boxnovel.blogspot.com
Surat Keterangan Tidak Pipis 5

Sesampainya di RS Gunung Jati, kusampaikan masalahku


kepada dokter dan perawat ruang HD (hemodialisis). Mereka
tertawa mendengar ceritaku. Seumur-umur, tidak pernah ada
yang namanya Surat Keterangan Tidak Pipis. Setelah aku me-
mohon, akhirnya dibuatlah surat keterangan format baru yang
menyatakan bahwa aku pasien cuci darah dan sudah tidak pipis,
ditanda-tangani oleh dr. Dzulkifli, dokter Ruang HD. Nanti kita
lihat, ya, apakah surat ini nanti akan dibakukan menjadi surat
resmi nasional. Kalau iya, banggalah aku jadi sampel kasusnya,
he ... he ... he.
Tiga hari kemudian, aku kembali menyambangi Kantor KPP
Pelabuhan, kali ini dengan surat sakti di tanganku. Sesampainya
di sana, aku disambut ramah oleh ibu berjilbab yang kemarin
menemuiku. Ia menerima suratku, melihatnya sekilas, dan
langsung mempersilakan aku ke ruang suntik. Di sana, ia pun
menyapaku begitu hangat. Kami bicara banyak, bercerita
layaknya sahabat yang lama tak berjumpa. Dan, kisah Surat Ke-
terangan Tidak Pipis pun jadi perantara aku menemukan teman
baru di tempat yang baru.
***

I nilah salah satu kisah dari sekian banyak suka-dukaku


hidup tanpa pipis. Sukanya banyak, tak perlu ke kamar
mandi tengah malam, tak perlu antre di WC umum, tak perlu
bolak-balik ke kamar mandi saat di pesawat, tak perlu khawatir
saat naik bus jarak jauh, dan tentu saja peluang batal wudhu
lebih sedikit.
Tapi, dukanya tentu tak kalah seru. Suka bingung sendiri
saat menjelaskan kepada orang yang baru tahu, seperti si ibu

www.boxnovel.blogspot.com
6 Aku, Diriku, Rabb-ku

KPP Pelabuhan. Tak hanya itu, siap menanggung bengkak di


badan karena urine tak keluar dari tubuh. Dan, duka yang paling
menakutkan tentu adalah kematian karena urine yang tidak
keluar itu merendam paru-paru dan jantung hingga membuat
sesak dan gagal napas.
Hidup tanpa pipis itu bagai sayur tanpa garam, ada yang
kurang. Tapi, karena sudah telanjur, apa mau dikata? Kata Bang
Haji Rhoma Irama, kira-kira begini: “Kalau sudah begini, baru
terasaaaaaaaa.”
Pipis itu adalah anugerah, maka berbahagialah Anda yang
masih bisa pipis. ^_^
***

H ­

www.boxnovel.blogspot.com
­7

* Cuci darah adalah proses pembersihan racun tubuh dan pengeluaran cairan tubuh dengan
menggunakan mesin HD, dua atau tiga kali seminggu. Pelaksanaan hemodialisis berada di
bawah pengawasan dokter dan perawat karena proses pengeluaran dan pemasukan darah
pasien ke mesin HD dilakukan dengan cara menusukkan jarum ke pembuluh darah pasien (vena
dan arteri) selama 4-5 jam. Prinsip kerja hemodialisis adalah darah (kotor) dari dalam tubuh
dikeluarkan, dibersihkan di mesin HD, lalu darah yang sudah bersih dimasukkan kembali ke
dalam tubuh secara bertahap, tetes demi tetes, sehingga tak terasa oleh pasien.
** CAPD adalah proses membuang zat-zat beracun dalam tubuh dengan menggunakan cairan yang
dimasukkan melalui selang khusus (kateter). Cairan tersebut masuk melalui selaput alamiah
tipis yang menutupi rongga perut. Penukaran cairan dilakukan sendiri oleh pasien sekitar 4-5
kali setiap hari selama 10-15 menit.
*** Transplantasi ginjal adalah proses penggantian ginjal yang rusak dengan ginjal baru yang masih
sehat. Apabila transplantasi berlangsung dengan baik, pasien gagal ginjal terminal dinyatakan
sembuh dari penyakit ini dan tidak perlu lagi melakukan dialisis, baik hemodialisis maupun
CAPD.

www.boxnovel.blogspot.com
8 Aku, Diriku, Rabb-ku

buat kami memutuskan mencari pengobatan alternatif. Selama


dua minggu, aku menjalani pengobatan di sebuah rumah sakit
herbal berbasis medis di Purwakarta, Jawa Barat.
Oleh karena saat itu aku masih lancar buang air kecil, dok-
ter di sana menyarankan aku untuk menjalani diet makanan
dan terapi herbal. Lumayan banyak obat herbal yang harus
kuminum setiap harinya dalam rangka penolakanku terhadap
terapi pengganti ginjal. Namun, akhirnya, 11 Maret 2005, aku
pun menyerah, tubuhku sudah tak mampu lagi bertahan. Aku
menjalani cuci darah pertamaku di tempatku melarikan diri
dari cuci darah, RS Holistik Purwakarta. Meski mengobati pa-
siennya dengan herbal, rumah sakit ini tetap menyediakan per-
lengkapan medis yang lengkap untuk mengatasi kondisi darurat
pasiennya.
Hemodialisis atau cuci darah itulah yang kemudian men-
jadi bagian dari hidupku hingga detik ini. Ia menemaniku mele-
paskan diri dari luka yang telah merasuki setiap jengkal tubuhku.
Luka yang telah mengubah kondisi fisikku. Yang hampir saja
melumpuhkan pikir dan hatiku. Luka yang diakibatkan oleh me-
lemahnya fungsi ginjalku.
***

G injal adalah salah satu organ vital dalam tubuh yang me-
miliki fungsi begitu kompleks. Kegagalan fungsi ginjal
membuat tubuh tak mampu menjalankan beberapa fungsi vi-
talnya.

www.boxnovel.blogspot.com
Surat Keterangan Tidak Pipis 9

Fungsi Utama Ginjal yang Sangat Berpengaruh terhadap


Keseimbangan Tubuh
1. Menyaring darah, membersihkan darah dari kotoran yang di­
buang melalui urine.
2. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
3. Memproduksi tiga hormon penting dalam tubuh:
• Erythropoetin untuk merangsang sel­sel tulang belakang
dalam membentuk sel­sel darah merah,
• Renin untuk mengatur tekananan darah, dan
• Vitamin D aktif untuk mempertahankan kalsium dalam tu­
lang.

Oleh karena ginjalku sudah tidak berfungsi dengan baik,


di dalam tubuhku terjadi: penumpukan racun (ureum* dan
kreatinin**) dan elektrolit seperti kalium dan fosfat dalam darah,
berkurangnya sintesis vitamin D yang berakibat rendahnya ka-
dar kalsium, gangguan metabolisme protein dan lemak, serta
kekurangan erythropoetin sehingga hemoglobin cenderung
rendah.
Masalah-masalah tersebut akan menimbulkan gangguan-
gangguan tubuh seperti mual muntah, uremik, kembung, ga-
tal-gatal, kulit pucat akibat anemia, kaki pegal, rasa seperti
terbakar, lemah, tidak bisa tidur, tekanan darah yang berubah-
ubah dalam waktu cepat, nyeri dada, sesak napas, dan bengkak

* Ureum adalah racun akibat adanya zat sisa protein yang tidak diserap tubuh. Makin banyak
protein yang dikonsumsi, makin tinggi kadar racun.
** Kreatinin adalah racun dalam tubuh akibat rasa sakit yang dirasakan oleh penderita, semakin
sering merasakan sakit, semakin tinggi kadar kreatininnya.

www.boxnovel.blogspot.com
10 Aku, Diriku, Rabb-ku

pada beberapa bagian tubuh, seperti mata, wajah, perut, dan


kaki.
Ada beberapa penyakit yang menyebabkan menurunnya
fungsi ginjal yang bisa berakibat gagal ginjal apabila tidak di-
obati dengan baik, antara lain Glomerulonefritis kronis, infek-
si saluran kencing, diabetes melitus/kencing manis, lupus eri-
tematosus, dan hipertensi. Penyakit gagal ginjal umumnya diaki-
batkan oleh kelalaian penderitanya dalam melakukan medical
check up rutin, kurang istirahat, kurang minum air putih, suka
menahan kencing, tidak memperhatikan asupan makanan dan
konsumsi obat-obatan yang tidak sesuai aturan.
Mahasuci Allah yang telah menciptakan ginjal yang begitu
kecil dengan fungsi yang begitu kompleks. Mari sayangi ginjal
kita. Agar tak harus mengalami hidup tanpa pipis dan keaneh-
an-keanehan dalam tubuh seperti yang kurasakan. Kisah
“Drakula Pengisap Darah”, “Bukan Alien”, “Sepatuku Tak Lagi
Muat”, “Nenek Belia”, “Filosofi MD”, “Pencinta Laboratorium”,
“Apotek Berjalan”, dan “Tukar Ginjal Jin” adalah beberapa ki-
sah yang harus kujalani karena ginjalku tak lagi berfungsi sem-
purna. Kisah-kisah ini adalah gambaran caraku memahami
kondisi tubuhku dengan segala persoalannya. Memahami tu-
buh (kenali aku) dengan baik membantuku untuk berdamai
dengan keganjilan-keganjilan dalam tubuhku yang kadang
mencipta denyut kesakitan. Berdamai dengannya adalah satu-
satunya cara untuk membuat denyut itu indah dan terasa me-
nyenangkan.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Drakula Pengisap Darah

“L ien, Hb-nya berapa? Pasti rendah, ya? Darahnya sam-


pai berwarna pink gini,” tanya seorang perawat sua-
tu pagi di pengujung 2005.
Aku terdiam menatap selang-selang yang menggantung
di mesin kukuh di samping tempat tidurku. Ada cairan merah
pucat yang mengalir di dalamnya. Dari hasil cek darah, diketahui
bahwa Hb*-ku hanya 5,0 gr/dl, sementara Hb normal adalah
12,0 gr/dl. Maka, seusai cuci darah siang itu, aku harus pasrah
menerima kenyataan bahwa aku harus dirawat untuk transfusi
4 labu sel darah merah.
Itu transfusi darah keenamku. Transfusi pertama dilaksana-
kan di RS Holistik Purwakarta, Februari 2005. Setelah itu, trans-
fusi menjadi rutinitas bulananku. Dua kantung labu darah PRC**
atau sekitar 500 cc sel darah merah mampir di tubuhku setiap
bulan. Dan, hampir dapat dipastikan, sebulan kemudian habis
begitu saja. Bayangkan, misalnya Hb awalku 7,6 gr/dl. Setelah
ditransfusi, naik menjadi 9,0 gr/dl dan satu bulan kemudian Hb
kembali ke angka semula 7,6 gr/dl atau bahkan lebih rendah.
Ke manakah 500 cc yang dimasukkan setiap bulan itu?
Saat itu, aku memang bagai drakula pengisap darah yang
kelaparan dan kehausan sebulan sekali. Darah yang masuk ke
* Hb adalah kadar hemoglobin/sel darah merah.
** PRC (Pack Red Cell) adalah sel darah merah yang telah dipisahkan dari plasma darahnya. Sengaja
plasma darah tidak disertakan saat transfusi ke pasien hemodialisis untuk mengantisipasi
terlalu banyaknya cairan yang masuk ke tubuh pasien.

www.boxnovel.blogspot.com
12 Aku, Diriku, Rabbku

tubuhku seakan terisap perlahan-lahan, sedikit demi sedikit


tanpa sisa. Jika sudah teramat haus darah, aku akan banyak
diam. Tubuhku lemas tak terkira. Jantungku berdebar kencang
dan kulitku pucat pasi.
Kadar hemoglobin rendah memang menjadi salah satu
masalah yang harus dihadapi dengan lapang dada oleh pasien
gagal ginjal yang menjalani hemodialisis seperti kami. Sel darah
merah dalam tubuh akan rusak dalam kurun waktu satu bulan,
sementara tubuh kami kesulitan memproduksi sel darah merah
akibat tak berfungsinya ginjal. Itulah alasan Hb kami cenderung
rendah.
Ada beberapa langkah untuk mengatasi Hb yang rendah
tanpa transfusi. Langkah pertama adalah memeriksakan kadar
zat besi kami. Jika kadar zat besi sudah cukup baik, maka kami
bisa memilih untuk disuntik EPO* agar tubuh bisa mempro-
duksi sel darah merah sendiri meski tanpa bantuan ginjal. Oleh
karena harga EPO yang lumayan mahal, aku hanya sempat
mencoba suntik EPO beberapa kali. Dan pada akhirnya, harus
pasrah menerima masuknya darah orang lain ke tubuhku sebu-
lan sekali. Meski berisiko terkena hepatitis B dan hepatitis C.
Sejak 2009, kualitas cuci darahku meningkat. Sebelumnya,
aku HD** dengan kecepatan putaran darah (QB)*** 180 cc/
menit, kemudian meningkat sedikit demi sedikit hingga kini

* EPO (Erythropoetin) adalah hormon esensial yang dibutuhkan untuk produksi sel darah merah.
Jika fungsi ginjal rusak, maka hormon ini tidak dihasilkan oleh tubuh dan harus disuntikkan dari
luar tubuh.
** HD = hemodialisis, cuci darah.
*** QB (Quick of Blood) atau dyalizer’s clearance adalah tingkatan seberapa banyak darah yang
dialirkan ke dalam dyalizer (tabung pencuci darah), biasanya dinyatakan dalam satuan ml/
menit.

www.boxnovel.blogspot.com
Drakula Pengisap Darah 13

jadi 275 cc/menit. Peningkatan QB berpengaruh pada kua-


litas hidupku. Tubuhku jadi lebih bersih dari racun. Nafsu ma-
kanku meningkat, badanku tidak mudah drop meski pola ma-
kanku lebih bebas. Hb-ku stabil di atas 10 gr/dl. Alhamdulillah,
akhirnya aku terlepas dari belenggu transfusi darah.
Seiring berjalannya waktu, keasyikan menikmati “kelong-
garan” diet ternyata membawa masalah baru pada kadar Hb-
ku. Dari pemeriksaan rutin, diketahui Hb-ku mencapai 15 gr/
dl. Nilai yang terlalu tinggi bagi pasien HD. Keluhan sakit dada
mulai menjalari tubuhku. Hb terlalu tinggi membuat darahku
kental hingga kerja jantung semakin berat. Maka, aku harus
menurunkan kadar Hb-ku agar tubuhku kembali nyaman. Sa-
yangnya, aku tak boleh menjadi donor untuk menurunkan kadar
Hb-ku, maka aku harus memperketat dietku dan membiarkan
sebagian darahku tersisa di selang seusai cuci darah.
Jika dahulu aku adalah drakula pengisap darah yang selalu
kelaparan dan kehausan, maka kini aku adalah mantan drakula
pengisap darah yang sedang kekenyangan.
Ah, memang betul Sunnah Rasulullah Saw. tentang keseim-
bangan dalam hidup. Jika kata Vetty Vera, kira-kira begini: “Ter-
lalu tinggi ... jangan, terlalu rendah ... jangan, yang sedang-se-
dang sajaaaaaaaaa.”[]

www.boxnovel.blogspot.com
Bukan Alien

“L ien? Your name is Lien?”


Lelaki putih bermata sipit berseragam biru itu mena-
tapku tajam sesaat setelah pesawat Etihad yang kutumpangi
dari Abu Dhabi landing di Bandara Changi tengah malam waktu
Singapura. Dahinya mengerut. Bolak-balik tatapan matanya
berpindah, sesekali menatap lekat wajahku, sesekali menatap
pasporku yang ada di tangannya.
“Yes, my name is Lien A ... u ... l ... i … y … a, Lien Auliya,”
ujarku perlahan sambil menatap kerutan tegas di dahinya. Aku
membaca keraguan di matanya. Mungkin, dia pikir, mustahil
gadis bermata belok dan berkulit cokelat ini bernama Lien.
Mungkin, dalam bayangannya, mestinya yang bernama Lien itu
berkulit putih dan bermata sipit.
“O, I see, Auuuliyaaaaa,” ujarnya sambil tersenyum lebar.
Aku ikut tersenyum.
Lien Auliya Rachmach adalah nama yang dititipkan padaku.
Teman yang lembut dan dirahmati, begitu harapan di balik nama
itu. Ah, mengenang nama Lien, mendadak mengingatkanku
pada suatu masa, masa ketika aku merasa namaku bukan Lien,
tapi Alien.
***

M asa itu begitu gulita bagiku. Tak hanya hatiku yang


gelap, fisikku juga. Menjelang tahun kedua menjalani

www.boxnovel.blogspot.com
Bukan Alien 15

cuci darah, ada yang berubah pada fisikku. Awalnya, di kulit


tangan kiriku, menjalar ke kaki, dan akhirnya ke wajah. Kulit
tangan dan kakiku menghitam. Hb yang rendah menjadikannya
pucat. Persis seperti tumpukan daging di pasar yang lama tak
terjual. Geuneuk begitu istilahnya dalam bahasa Sunda. Pucat
dan legam. Bagian dalam tubuhku basah berisi literan cairan
yang bertumpuk, sementara bagian tubuh luarku kering dan
layu.
Semakin lama, legam dan keringnya kulitku semakin pa-
rah. Betisku mulai bersisik mirip kulit salak. Ingin rasanya me-
ngelupaskannya. Allah, apa lagi ini? Tubuhku semakin hancur
saja rasanya. Sebegitu kejamkah penyakit ini menggerogoti
tubuhku?
Setelah berkonsultasi ke dokter, diketahui bahwa legam di
kulitku diakibatkan oleh banyak hal: bisa penumpukan zat besi,
efek transfusi, kulit terlalu kering, atau penumpukan fosfor dan
ureum. Duh, betapa banyak kemungkinan penyebabnya, entah
dari mana aku harus membenahinya.
Saat itu, bagai alien, aku kerap menyembunyikan tangan
dan kakiku di depan umum. Aku begitu khawatir orang-orang
di sekitarku akan kaget melihat tangan dan kakiku yang pucat
dan menghitam. Ketika berfoto bersama teman-temanku, aku
kerap menunduk. Jika tidak, maka akan kutemukan seraut wa-
jah pucat dan menghitam di antara wajah-wajah cerah ceria
di cetakan foto itu. Ya Allah, sampai kapan aku harus bertahan
seperti ini? Seumur hidupkah?
***

www.boxnovel.blogspot.com
16 Aku, Diriku, Rabbku

D i akhir tahun ke-4, kualitas cuci darahku semakin mem-


baik. Kenaikan QB dari 180 ml/menit menjadi 275 ml/
menit membawa perubahan positif pada tubuhku. Hb mem-
baik, kadar fosfat dan ureum dalam darahku tidak setinggi
sebelumnya. Kulitku mulai terlihat segar dan sisiknya berkurang
walau masih menghitam.
Dua tahun kemudian, seorang teman mengajakku ber-
gabung di sebuah bisnis MLM online produk kecantikan. Aku
menerima tawarannya dan mulai mencoba produk perawatan
tubuhnya. Tentu tanpa harapan apa-apa saat itu, hanya se-
kadar menuntaskan ikhtiarku. Setiap hari, kuoleskan krim ke
kulit kaki, tangan, dan wajahku. Seminggu dua kali kubersihkan
dengan scrub. Tanpa kuduga, perlahan tapi pasti, kulitku yang
semula kering mulai beranjak lembap.
Makin lama, kondisi kulitku mulai membaik, mendekati nor-
mal. Sisiknya sudah hilang, lebih mulus, lebih segar, dan tak lagi
menghitam. Aku tak lagi menyembunyikan kaki dan tanganku
saat berjumpa teman-temanku. Dan, aku tak lagi menunduk
saat menjumpai kamera foto. Alhamdulillah, dengan kuasa-
Nya, kini aku bisa berujar kepada dunia, “Heyyy, namaku Lien
dan aku bukan lagi alien!” []

www.boxnovel.blogspot.com
Sepatuku Tak Lagi Muat

P ertengahan Oktober 2010, aku diamanahi menjadi salah


satu pembicara talk show di salah satu fakultas di kampus
Unpad, Jatinangor. Sejak jauh-jauh hari, sudah kupersiapkan
kondisi tubuhku. Kupastikan tubuhku dalam kondisi terbaik saat
acara berlangsung. Aku menjaga makanku dan mempersiapkan
obat-obat seminggu sebelumnya. Namun, ada satu hal yang
kulalaikan saat itu, pola minumku.
Masalah bermula sepulang HD Jumat sore. Ada cairan
sebanyak setengah liter tersisa di tubuhku.* Malamnya, aku
minum segelas susu, bertambah lagi cairan di tubuhku. Sabtu
pagi, seorang teman lama yang baru pulang dari luar negeri
mengajakku berkumpul di rumahnya. Godaan pertama muncul
saat tuan rumah menyuguhkan segelas teh hangat; aduh, ma-
na bisa aku menolak teh hangat yang selalu menggoda? Selang
beberapa saat, segelas sirop Tjampolay pisang susu dengan
potongan buah-buahan, kolangkaling, dan nata de coco me-
lambai-lambai di depan mataku. Imanku rontok; awalnya, aku

* Sisa cairan adalah cairan yang tidak tertarik dari dalam tubuh pasien pada saat
HD. Misalnya, saat datang HD, berat pasien 53 kg. Sementara itu, berat kering
(berat nyaman tanpa penumpukan cairan di tubuh pasien) adalah 50 kg. Berarti,
ada sekitar 3 liter cairan di tubuh pasien yang harus dikeluarkan saat HD. Jika saat
pulang HD ternyata berat pasien menjadi 50,5 kg, berarti hanya 2,5 liter cairan
yang dikeluarkan dari target 3 liter. Dengan demikian, dapat dikatakan terdapat se-
tengah liter cairan yang bersisa di tubuh pasien. Biasanya, hal ini disebabkan oleh
efektivitas mesin yang kurang baik atau pasien terlalu banyak minum selama HD
berlangsung.

www.boxnovel.blogspot.com
18 Aku, Diriku, Rabbku

hanya memakan isinya, tapi lama-kelamaan kuseruput juga


setengah gelas air manis merah dingin yang menyegarkan
tenggorokanku itu.
Tak berapa lama, temanku mengajak kami keluar, menikmati
semangkuk mi ayam pedas langganan semasa SMA. Aku yang
tidak terlalu suka pedas akhirnya menghabiskan segelas air
untuk mengiringi mi ayam memasuki perutku. Sementara, ma-
lam harinya, hampir segelas air putih kuhabiskan tanpa kom-
promi.
Esoknya, menjelang berangkat pukul enam pagi, semangkuk
bubur sup ayam dan segelas teh manis panas kuhabiskan tanpa
beban. Di jalan, di dalam bus, berkali-kali kuteguk air mineral
dalam botol yang kubawa sebagai bekal. Di tempat istirahat
bus, kunikmati lontong dan tahu Sumedang dengan segelas teh
manis panas. Semakin menumpuklah cairan di tubuhku.
Sampai di Jatinangor pukul 10.30. Masih ada 2,5 jam se-
belum acara dimulai. Aku memutuskan beristirahat di asrama
Elsye, adik kelas SMA yang sedang kuliah di Kedokteran Unpad.
Ia tinggal di lantai empat asrama mahasiswa dengan tangga
yang lumayan curam. Beberapa kali turun naik tangga membuat
cairan yang menumpuk di tubuhku terjun bebas mengisi rongga
rongga kaki. Namun, aku belum juga menyadarinya. Saat ma-
kan siang, dengan santainya kupesan segelas es teh manis yang
selalu menggoda iman, haduuuuuuh.
Menjelang pukul satu siang, saat kulangkahkan kakiku me-
masuki tempat acara, baru kurasakan tubuhku terasa berat dan
tenggorokanku terasa kering. Berkali-kali kuteguk air mineral

www.boxnovel.blogspot.com
Sepatuku Tak Lagi Muat 19

yang disediakan panitia. Alhamdulillah, acara berlangsung


lancar meski betisku mulai terasa semakin kencang.
Selesai acara pukul tiga sore, aku memutuskan langsung pu-
lang ke Kuningan. Panitia mengantar sampai ke halte bus. Aku
berharap bisa mendapat bus Damri secepat mungkin, sudah
tak sabar ingin meluruskan betisku yang rasanya sudah sebesar
kaki gajah. Satu menit, dua menit, 15 menit, 30 menit, satu
jam kemudian, bus Damri Bandung-Kuningan yang kunanti tak
kunjung datang.
Jatinangor meredup, gelap bagai menjelang magrib. Tak
lama kemudian, hujan mengguyur begitu deras. Energi negatif
makin melingkupi hatiku. Sendirian, menanti bus yang tak kun-
jung tiba, di daerah orang, gelap, hujan, menjelang malam,
lelah, penat, segala ketidaknyamanan mendadak hadir di ha-
dapanku. Ditambah rasa menusuk di betis yang semakin me-
ngencang, bagai balon yang hampir pecah. Aku terdiam, mera-
tapi kesendirianku di halte bus depan kampus Unpad, sore itu.
Setelah mencoba bertahan, akhirnya kulepaskan juga se-
patuku, kucoba-naikkan kakiku ke tempat dudukku. Namun, tak
berapa lama, berhentilah sebuah sepeda motor di hadapanku.
Sepasang suami-istri dan anaknya ikut berteduh. Disusul se-
pasang kekasih yang numpang untuk memakai jas hujan. Di-
tambah beberapa mahasiswa yang juga turut berteduh. Maka,
kembali kuturunkan kakiku yang semakin mengeras. Kupakai
kembali sepatuku.
Tapi, … ow … ow … sepatuku tak lagi muat! Rupanya, air su-
dah semakin turun, tak hanya menggenangi betisku, tapi juga

www.boxnovel.blogspot.com
20 Aku, Diriku, Rabbku

telapak kakiku. Saat itu, di pikiranku langsung terngiang jingle


iklan: “Spatuku dulu tak begini, tapi kini tak cukup lagi …”
Beberapa ketika kemudian, ketika hujan sudah mulai reda,
halte kembali sepi. Aku masih sendiri mencoba mengusir segala
energi negatif yang melingkupiku. Alhamdulillah, ada tempat
berteduh; alhamdulillah, sudah makan; alhamdulillah, ada bus
alternatif ke Cirebon, dan yang terpenting, alhamdulillah, se-
bentar lagi aku bisa mengangkat kakiku di dalam bus dan bisa
kulelapkan tubuh lelah dan penatku itu.
Menjelang pukul lima sore, dari kejauhan, kulihat bus
Damri AC bertuliskan Kuningan-Bandung melaju kencang. Ah,
akhirnya, tak sia-sia aku menunggu hampir dua jam. Seperti
seorang pemenang, aku bangun dari tempat dudukku. Berlari
menuju pintu bus sambil kuseret sepatu hitam itu dan kuinjak
ujungnya. Salah sendiri, kenapa sepatu itu mendadak kekecilan!
Ups, maksudku, kakiku yang mendadak kebesaran, he he.
Ternyata, aku masih harus bersabar hingga empat jam ke-
mudian. Menahan penat dan nyut-nyutan di kakiku yang se-
makin kencang. Aku duduk di samping si bapak yang bertubuh
superbesar hingga tak bisa duduk dengan nyaman. AC bus yang
superdingin memaksaku memesan segelas teh manis panas di
tempat istirahat bus. Ah, semakin bertambah saja cairan di tu-
buhku.
Sesampai di rumah, kuluruskan betis yang sudah tak kukenali
lagi, bengkak dan keras, persis seperti betis ibu-ibu hamil 9
bulan. Bukan hanya betis, jari jari tanganku ikut bengkak. Kuta-
tap cermin di depanku, pipiku gembil, kantung mata tampak

www.boxnovel.blogspot.com
Sepatuku Tak Lagi Muat 21

membesar. Tubuhku menggembung. Ada penumpukan cairan


di beberapa bagian tubuhku.
Kuraih sepatu hitamku yang sudah tak jelas bentuknya.
Kurapikan ujungnya yang tadi kuinjak dan kuseret. Ah, rasanya
tak sabar menunggu jadwal cuci darahku. Ingin segera kulihat
kaki, pipi, perut, dan bagian tubuhku kembali ramping. Dan
yang tak kalah penting, tentu saja aku bisa memastikan bahwa
sepatu hitamku itu kembali muat di kakiku. He ... he ... he.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Nenek Belia

“L ­

www.boxnovel.blogspot.com
Nenek Belia 23

lang, yang mengakibatkan bagian tengah tulang menjadi ko-


song. Lama-kelamaan, tulang akan semakin rapuh dan keropos
hingga benturan atau tekanan yang kecil pun bisa mengakibat-
kan tulang patah.
Patah tulang merupakan dampak dan tanda paling fatal
pengeroposan tulang. Dampak lain yang tidak kalah menakut-
kan bagi kami adalah rasa sakit di tulang yang dikenal dengan
istilah osteodistrofi. Rasa sakit yang cukup mengganggu kerap
muncul saat bangkit dari duduk ke berdiri atau dari posisi diam
ke bergerak. Oleh karena itu, jangan heran jika melihat pasien
HD yang sudah lebih dari empat tahun berjalan tertatih-tatih
walau tidak pernah mengalami kecelakaan. Itu merupakan tan-
da awal pengeroposan tulang.
Aku yang sudah menjalani HD hampir sepuluh tahun pun
tidak bisa berpaling dari risiko ini. Aku harus belajar tua lebih
awal. Jika teman-temanku baru mulai siaga terhadap risiko-
risiko penuaan dini, maka aku sudah masuk tahap waspada.
Jika teman-teman di usia 30 mulai khawatir dengan kulit keri-
put, maka aku sudah melewati tahap itu. Bukan lagi kulit keri-
put yang yang harus kupikirkan, tapi kewaspadaan terhadap
keropos tulang yang bisa berdampak fatal pada tubuhku.
Kekurangpekaanku pada risiko pengeroposan tulang akhir-
nya menimbulkan dampak yang cukup berat bagiku. Beberapa
bulan yang lalu, aku mengalami keluhan sakit tulang jika harus
berpijak pada posisi lebih tinggi. Jadi, saat mengisi acara bedah
buku di panggung dengan pijakan yang cukup tinggi, aku harus
berputar-putar dahulu mencari pijakan yang lebih rendah. Aku

www.boxnovel.blogspot.com
24 Aku, Diriku, Rabb-ku

juga kerap tertatih-tatih saat naik dan turun angkutan kota.


Persis seperti nenek-nenek belia.
Dari pemeriksaan laboratorium, akhirnya diketahui bahwa
aku mengalami hipokalsemia. Kadar kalsium dalam tubuhku
sangat rendah. Dokter menyarankan agar aku mengonsumsi
suplemen vitamin D aktif agar tubuhku memiliki vitamin D
yang cukup untuk efektivitas penyerapan kalsium. Setelah
mengonsumsi suplemen vitamin D aktif, alhamdulillah, kadar
kalsiumku perlahan mulai naik. Walau belum mencapai angka
normal, paling tidak, sekarang aku tak lagi berjalan tertatih-
tatih.
Begitulah Teman, menjadi nenek belia adalah salah satu
risiko yang harus kuhadapi saat ini. Seandainya sejak sembilan
tahun yang lalu aku lebih rajin berjemur sinar matahari sebagai
sumber vitamin D dari luar, dan seandainya sejak awal aku
lebih kuat menahan diri dari godaan makan makanan berfosfor
tinggi, tentu tidak akan secepat ini risiko itu hadir di hidupku.
Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Semoga, menjadi nenek belia
bisa membuatku tersadar, betapa selama ini teramat banyak
nikmat Allah yang kusia-siakan. Dan, semoga saja Allah mem-
beriku kekuatan untuk tetap memiliki jiwa dan semangat belia
meski fisikku kadang serapuh nenek-nenek.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Filosofi MD

P ulang HD sore itu, tubuhku terasa melayang. Kepala bagai


digantungi beban puluhan kilogram. Perut bergolak. Ka-
ki kram hebat. Mata berkunang. Pikiran mengembara ke alam
maya. Bertahan untuk tetap sadar, paling tidak, hingga waktu
isya datang agar segera bisa terlelap, usai menunaikan kewa-
jiban.
Namun, tengah malam, kepala semakin berat, perut makin
bergolak, kram kaki menghebat. Tak lagi kuasa kutahan tum-
pahnya cairan kuning pekat asam pahit dari lambungku. Cairan
yang semenjak siang mengaduk-aduk perutku. Asam lambung.
Tak berapa lama, perutku kembali terasa bergolak. Kali ini, pa-
nasnya bukan meluap ke atas, tapi menjalar ke bawah. Segera
aku berlari ke kamar mandi. Diare menerpaku. Selepas itu, pe-
rutku mulai tenang dan aku pun terkapar.
Bukan sekali dua kali aku mengalami muntah, kram, dan
diare selama sembilan tahun terakhir. Muntah, kram, dan diare
menjadi kawan akrabku. Selain karena uremik* dan produksi
asam lambung berlebih, juga ditambah dengan cukup seringnya
aku mengalami dysequilibrium syndrome** di awal-awal HD.
* Uremik adalah kadar racun (urea) yang tinggi dalam darah, biasanya mengakibatkan mual, pu-
sing, mata buram, dan napas berbau urine.
** Dysequilibrium syndrome adalah perasaan seperti mabuk kendaraan selepas HD, biasanya
ditandai dengan perasaan melayang, mual berat, kadang hingga muntah dan sakit kepala
berat.

www.boxnovel.blogspot.com
26 Aku, Diriku, Rabbku

Kalau boleh kuhitung, mungkin aku pernah mengalami ratusan


kali muntah dan puluhan kali diare. Angka ratusan dan puluhan
itulah yang pada akhirnya memaksaku belajar banyak dari
muntah dan diare. Pelajaran ini yang kemudian membuatku
memahami untuk tak terlalu panik menghadapi keduanya. Pel-
ajaran ini kunamai filosofi MD atau filosofi muntah dan diare.
Memahami filosofi muntah dan diare membuatku tidak la-
gi panik menghadapinya. Karena, aku tahu, seberat apa pun
muntah dan diare yang harus kuhadapi, maka selepasnya akan
ada kenyamanan yang akan kudapat.

Filosofi MD
 Muntah dan diare itu ibarat peristiwa dirampok. Kita dipaksa un­
tuk melepaskan seluruh harta benda kita, padahal kita sedang
tidak ingin melepaskannya.
 Setelah kerampokan, biasanya kita harus introspeksi, barangkali
ada barang haram atau ada hak orang lain yang masih kita
simpan. Begitu pun setelah muntah dan diare, aku juga kerap
introspeksi diri tentang makanan “kurang baik” yang kukonsumsi
sebelumnya.
 Selepas kehilangan, biasanya Allah akan mengganti dengan
yang lebih baik. Begitu pula selepas melewati masa kritis da­
lam muntah dan diare hebat. Biasanya, atas izin Allah, kita akan
merasa jauh lebih nyaman. Ini karena muntah membuat ber­
kurangnya kadar racun dan asam lambung dari tubuh kita, dan
diare juga mengurangi kadar racun dan cairan dari tubuh kita.

www.boxnovel.blogspot.com
Filosofi MD 27

Begitulah Teman, dari fiosofi muntah dan diare, aku bel-


ajar bahwa terkadang Allah menghadirkan tempaan hebat da-
lam hidup kita. Bukan untuk menyiksa kita, melainkan untuk
menempatkan kita pada posisi yang jauh lebih nyaman dari-
pada sebelumnya. Dan dari filosofi muntah dan diare pula,
kita bisa memahami bahwa kehilangan itu mestinya tidaklah
menyesakkan, tetapi melapangkan.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Apotek Berjalan

S iang hari yang terik di Kota Madinah Al-Munawwarah. Se-


lepas zhuhur, kulangkahkan kakiku menuju pintu keluar
Hotel Dallah Taibah. Melangkah perlahan melewati bangunan-
bangunan megah diiringi suara tilawah Al-Quran dari Masjid
Nabawi. Masjid yang di dalamnya terdapat tempat istirahat
terakhir Kekasih Allah. Masjid yang membuat lututku lunglai
saat pertama kali melihatnya, sehari sebelumnya.
Jantungku berdebar kencang melewati keramaian yang be-
gitu asing bagiku. Di depanku, berseliweran wajah-wajah lelaki
Timur Tengah yang berbadan tegap. Kebanyakan bergamis putih
dan ber-kafiyeh. Ada pula ibu-ibu bermukena dan berkerudung
panjang yang bergegas menuju masjid. Sementara, aku dengan
gamis dan kerudung biru donker-ku berusaha memupuk keper-
cayaan diri untuk berjalan sendirian di rute yang baru kulewati.
Setelah satu hari berada di Madinah, rute yang kuhafal hanyalah
rute dari Hotel Dallah Taibah ke Masjid Nabawi. Sementara,
tujuanku siang itu adalah sebuah apotek di seberang jalan
Masjid Nabawi. Ada obat yang harus kubeli.
Menjelang umrah, aku sudah mempersiapkan semua obat
yang kubutuhkan di Tanah Suci. Tas kecil bergambar gadis-gadis
Tiongkok yang kupakai sebagai tempat obat pun penuh tak
terkira. Namun, rupanya Allah punya rencana lain atasku. Aku
lupa membawa satu obat yang biasa kupakai dalam keadaan

www.boxnovel.blogspot.com
Apotek Berjalan 29

darurat: metyl prednisolon. Obat ini biasanya diresepkan dok-


terku bersama meloxicam jika aku mengalami radang sendi
atau mengalami sakit tak terkira di sendi tangan atau kakikku.
Saat kram hebat di pesawat, aku baru menyadari bahwa metyl
prednisolon-ku tertinggal.
Berjalan sendiri di Madinah, dan bukan bertujuan ke mas-
jid, ternyata membuat tidak nyaman. Wilayah itu asing bagiku,
sangat berbahaya apabila aku tersesat. Satu-satunya tempat
kembali yang jadi patokan kalau aku tersesat adalah Masjid
Nabawi. Dari sana, lebih mudah bagiku mencari Hotel Dallah
Taibah tempatku menginap.
Di perjalanan, kutemui beberapa pemuda Arab sedang
berkumpul di trotoar. Mereka duduk melingkar. Di tengah
mereka tersaji nasi berbulir besar berwarna kuning bersama
potongan daging besar-besar. Kira-kira, mirip nasi kebuli di In-
donesia. Dan, mereka dengan santainya menikmati makanan
itu bersama-sama dalam satu nampan besar. Mereka tertawa
riang, lesehan di trotoar tanpa memedulikan mobil dan orang-
orang yang lalu lalang di samping mereka.
Tak jauh dari tempat berkumpul pemuda itu, kutemui ju-
ga apotek yang kumaksud. Perlahan, kumasuki apotek itu.
Kuucapkan salam. Seorang lelaki Arab penjaga apotek menya-
paku ramah.
“Apaa khabarrrr?” tanyanya sambil tersenyum.
Aku tersenyum geli mendengar ia berbicara bahasa Indone-
sia seperti orang mengaji. Rupanya, ia langsung menduga aku
orang Melayu.
“Fine, thanks,” ujarku

www.boxnovel.blogspot.com
30 Aku, Diriku, Rabbku

“Oh, do you speak English. What do you want?” tanyanya


lagi masih dengan senyumnya yang lebar. Terlalu lebar, malah,
menurutku.
“Methylprednisolone, please,” jawabku datar. Aku mulai
ketakutan melihat ekspresinya yang menurutku lebay.
“Wait a moment, please,” ujarnya lagi sambil mengambil
botol kecil dari dalam etalase. Kali ini, matanya berkedip. Ha-
duuuh, aku makin takut!
“Tarrrraaaaaa, here is your methylprednisolone!” Dia mulai
berteriak. Aku semakin panik. Sementara, teman lelakinya ter-
tawa di ujung etalase lain.
“How much?” Aku bertanya dengan denyut jantung yang
makin tak teratur.
“Twenty riyal.” Matanya semakin sering berkedip.
Segera kuserahkan 20 riyal dari dompetku. Lumayan mahal
juga ternyata. Sekitar Rp50.000,00 untuk 30 tablet obat di dalam
botol kecil. Di Indonesia, aku biasa membelinya Rp5.000,00 un-
tuk 10 tablet.
“Thank you, assalamu ‘alaikum!” Segera aku beranjak pergi
selepas memberikan uang 20 riyalku. Tak ingin berlama-lama
di sana. Takut melihat penjaga apotek yang terus menggodaku.
Di perjalanan pulang, aku mendapati para pemuda yang tadi
makan bersama sudah bubar.
Alhamdulillah, cerita yang sama tak terjadi di Makkah. Ada
apotek lumayan besar yang kulewati saat aku berjalan dari Sa-
raya Eman Hotel menuju Masjidil Haram. Saat kehabisan ra-
nitidin, obat untuk mengatasi keluhan di perut, aku tinggal
mampir ke apotek itu sambil berjalan menuju Masjidil Haram.

www.boxnovel.blogspot.com
Apotek Berjalan 31

Di sana, aku diberi sekotak obat. Kotak berwarna kuning biru


putih itu bertuliskan huruf-huruf za, alif, ya, dal, alif, kaf, dan
angka 75 dalam tulisan Arab. Satu-satunya yang membuatku
yakin itu obat yang kumaksud adalah tulisan “acid control”
di kotak. Setelah kubuka, baru kutemukan tulisan ranitidine
75 mg. Harganya juga lumayan mahal, 10 riyal, atau sekitar
Rp25.000,00 untuk 20 tablet. Di Indonesia, 20 tablet ranitidin
hanya Rp6.000,00!
Itulah salah satu bagian hidupku. Seorang teman menye-
butku “apotek berjalan” karena di dalam tasku selalu tersedia
berbagai macam obat, sekadar untuk jaga-jaga. Saat aku me-
nuntaskan tulisan ini, dalam tas obatku terdapat: 14 tablet ra-
nitidin dan 15 tablet vitazym untuk obat perut dan lambung,
13 butir bicnat untuk mengatasi keasaman darah atau asidosis,
2 ampul neurobion inject 5000 untuk suplemen vitaminku, 9
tablet ambroxol untuk jaga-jaga kalau batuk, 9 butir allopurinol
untuk menurunkan asam urat, 6 tablet osteocal sebagai suple-
men kalsium pengikat fosfor, 4 tablet parasetamol untuk jaga-
jaga kalau demam, 3 tablet meloxicam dan 5 tablet metyl pred-
nisolon jika radang sendi, 7 butir imodium untuk menghentikan
diare, 4 tablet interhistin untuk gatal, 6 table heptamyl untuk
menaikkan tensiku yang kadang sangat rendah, 1 tablet pa-
ratusin untuk flu berat, 2 sachet kalitake untuk mengantisipasi
hiperkalemia, dan 28 butir kapsul lunak ostriol, suplemen vita-
min D untuk tulangku.
Begitulah kisahku dengan obat-obatan yang menjadi saha-
bat karibku. Sekarang, aku adalah si apotek berjalan yang se-
lalu siaga membawa etalasenya ke mana pun melangkah. Ya,

www.boxnovel.blogspot.com
32 Aku, Diriku, Rabbku

tas kecil bergambar gadis-gadis Tiongkok itu etalaseku. Jika


apotek lain terus berusaha menambah ragam obat-obatan di
tokonya, maka aku adalah apotek yang tak penah berharap
ragam obat di tokonya akan bertambah. Semakin sedikit ragam
obat yang tersimpan di apotek, itu berarti semakin sukses dan
berkualitaslah hidupku, si apotek berjalan.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Pencinta Laboratorium

“S ilakan ditunggu, ya, Bu. … total semuanya jadi 650


ribu,” suara lembut ibu petugas loket RS Hasan Sa-
dikin, Bandung menyentakku suatu pagi Februari 2005.
Aku datang sendiri dengan kondisi badan yang remuk
redam setelah meninggalkan kewajibanku di Philanthropy
Center Rumah Zakat Indonesia. Uang yang kubawa pagi itu
tak lebih dari setengahnya dari nilai yang disebut ibu petugas
loket. Dengan air mata berlinang, kuputuskan menghubungi ke-
luargaku. Meminta transfer uang untuk menambah kekurang-
an tagihanku. Ya Allah, memangnya aku sakit apa? Mengapa
pemeriksaan lab-nya begitu mahal?
Aku berjalan perlahan menuju ATM di bagian belakang ru-
mah sakit. Rabb, aku tiba-tiba merasa sesak saat menyadari ada
yang salah dengan tubuhku, hingga membutuhkan pemeriksaan
lab yang begitu mahal. Kematian terasa begitu dekat.
Selesai mengambil uang, aku segera melunasi tagihanku.
Dan esok paginya, aku datang kembali setelah, lagi-lagi, minta
izin dari tempat kerjaku. Bagai penentu jalan hidupku ke depan,
mengambil hasil laboratorium sama menegangkannya dengan
saat aku menerima rapor kenaikan kelas.
Pagi itu, selepas mengambil hasil dari lab, aku segera men-
cari kamar mandi. Kurasa, itulah tempat paling tepat untukku
menumpahkan air mata jika ternyata hasil lab-ku tak sesuai

www.boxnovel.blogspot.com
34 Aku, Diriku, Rabbku

harapan. Tempat paling tepat pula untuk tersenyum riang jika


hasil lab-ku termasuk kategori normal.
***

D an, kisah dua hari itu ternyata bukan akhir, melainkan


awal kisah hidupku yang baru. Dua hari setelah hari itu,
aku divonis dokter menderita gagal ginjal stadium 5 dan harus
menjalani cuci darah seumur hidup. Itu artinya, aku berstatus
pasien seumur hidup yang harus rutin melakukan pemeriksaan
laboratorium. Itu berarti pula aku akan sering datang ke bagian
laboratorium, bagian yang selalu membuat jantungku berdebar
kencang saat mengunjunginya. Mengapa?
 Tusukan si jarum imut yang siap menusuk lenganku, meski
imut, bagiku tusukannya lebih menegangkan daripada
tusukan jarum cuci darah yang segede gaban itu.
 Hasil cek lab yang seolah jadi penentu hidupku. Menunggu
hasil dan membuka kertas bertuliskan angka-angka dan gra-
fik perkembangan kesehatanku itu selalu sukses membuat
jantungku berdegup kencang. Hasil lab paling mendebarkan
adalah saat aku cek anti-HIV, anti–HCV, anti-HBSag, serta tes
antibodi ANA dan DS DNA. Badanku kaku bagai menunggu
keputusan akhir hidupku saat itu.
 Ini yang paling bikin deg-degan: bayar tagihan! He ... he
... he. Meskipun sudah dipersiapkan sejak awal, tetap saja
kadang menyesakkan saat harus mengeluarkan biaya cukup
besar yang cukup menguras isi dompetku.

www.boxnovel.blogspot.com
Pencinta Laboratorium 35

Kini, laboratorium menjadi kawan dekatku. Aku mengun-


jungi paling tidak sebulan sekali selama sembilan tahun ter-
akhir. Kujajaki setiap lab yang ada, dari mulai lab swasta yang
supermahal karena pelayanannya prima, lab rumah sakit de-
ngan harga standar, dan lab “kaki lima” di lahan car free day
yang lumayan murah. Dari petugas lab yang super-ramah, ber-
usaha mengalihkan perhatian kita saat mengambil darah, sam-
pai petugas lab superjutek yang kejutekannya menyakitkan hati,
bahkan lebih menyakitkan daripada jarum yang dia tusukkan
ke lenganku. He ... he ... he.
Kedekatanku kini dengan laboratorium klinik bagai pencinta
dan yang dicinta. Akulah pencintanya. Mataku berbinar setiap
kali menemukan laboratorium klinis; bawaannya pengen cek
lab aja. Jantungku berdebar kencang setiap kali menemuinya
bagai seorang pencinta yang menemui kekasihnya. Setiap kali
berpisah dengannya, aku kadang tersenyum riang bagai pen-
cinta yang sedang berbahagia, namun tak jarang merengut pe-
nuh duka bagai pencinta yang tengah putus asmara.
Begitulah kisahku, si pencinta laboratorium. Hmmm, kira-
kira, laboratoriumnya cinta, ga, ya, sama aku? He ... he ... he.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Tukar Ginjal Jin

“N aha anu udur teh meni sura-seuri bae?”*


Pertanyaan itu kerap terlontar dari para tetangga
yang keheranan melihat keceriaanku. Jika ada pertanyaan se-
perti itu, biasanya akan kujawab ringan saja.
“Kalau nangis terus, kapan bisa tertawanya?”
Berbagai reaksi orang-orang terdekat atas sakitku menjadi
warna tersendiri dalam hidupku sembilan tahun terakhir. Para
tetangga yang kerap menangis saat bertemu denganku. Saudara
dekat yang berusaha mencarikan pengobatan alternatif untuk
mengatasi keluhan-keluhanku. Hingga sahabat yang senantiasa
menghibur, menemani, dan memberikan dukungannya untuk-
ku.
Situasi paling sulit yang kuhadapi adalah saat seseorang
datang menawarkan terapi alternatif untuk ginjalku. Bagai buah
simalakama; ditolak berisiko, diterima pun berisiko. Jika aku
menolaknya, kemungkinan akan menimbulkan ketidakenakan
hati pada yang menawarkan. Mungkin, cap sombong atau tak
tahu diri bakal mampir di telingaku. Cap paling berat yang per-
nah kudengar adalah pernyataan bahwa kami para pasien ga-
gal ginjal yang menjalani HD adalah orang-orang yang tidak
ingin sembuh dan tidak ingin hidup normal. Ini tentu saja me-
nyakitkan bagi kami. Berada pada situasi ini bukan keinginan

* “Mengapa yang sakit, kok, tertawa saja?”

www.boxnovel.blogspot.com
Tukar Ginjal Jin 37

kami. Dan, jika kami bertahan, bukan berarti kami tak ingin
hidup yang lebih baik.
Situasi lain tak kalah peliknya. Menerima tawaran alter-
natif membuat kami harus menyiapkan fisik dan mental meng-
hadapi situasi baru di tubuh kami. Situasi yang kadang di luar
kontrol dan menyerempet bahaya, baik bahaya secara fisik
maupun akidah. Beberapa orang yang menawarkan terapi
alternatif kepada kami kebanyakan tidak mengerti pola diet
kami. Kebanyakan menggeneralisasi pola mereka. Dikiranya,
hal yang bagus bagi pasien lain akan bagus pula bagi pasien
HD. Kebanyakan mereka tidak mengerti bahwa ginjal bekerja
berhubungan dengan sistem sekresi atau pengeluaran racun
tubuh, yang semestinya menjadi pertimbangan tersendiri ke-
tika menawarkan terapi.
Setelah melewati berbagai situasi sulit akibat tawaran te-
rapi alternatif, aku menjadi sangat selektif. Jika ada yang me-
yakinkanku bahwa ada pasien lain yang bisa sembuh dan tidak
perlu cuci darah lagi, aku akan minta dipertemukan dengan
pasiennya atau, paling tidak, bicara di telepon. Ada beberapa
pertanyaan yang akan kuajukan kepadanya. Daftar pertanyaan
ini kutemukan di bukunya Pak Djoko Witarko, seorang teman
dunia mayaku. Menurutku, daftar pertanyaan berikut ini cukup
sahih untuk menguji efektivitas sebuah terapi alternatif yang
kerap kali begitu menjanjikan.
 Apakah pasien yang bersangkutan menderita gagal ginjal
kronis dan bukan gagal ginjal akut?
 Apakah fungsi ginjalnya sudah di bawah 10%?
 Apakah pasien pernah menjalani cuci darah?

www.boxnovel.blogspot.com
38 Aku, Diriku, Rabbku

 Apakah pasien dinyatakan sembuh oleh dokter?


 Apakah ada hasil lab darah dan urine yang menjadi rujukan
kesembuhan?
 Apakah kesembuhan sudah melewati waktu satu tahun
dan tanpa gangguan apa-apa lagi?
 Apakah sejalan dengan itu kualitas hidup pasien mening-
kat?

Jika dari ketujuh pertanyaan itu dijawab ya semua, maka


insya Allah aku siap menjalani terapi alternatif itu seberat apa
pun. Tapi, jika ada satu saja yang dijawab tidak, maka sepertinya
aku bakal berpikir 1.000 kali sebelum menerimanya.
Bukan tanpa alasan aku mengambil batasan seperti ini. Aku
belajar dari pengalaman yang telah lalu. Di awal HD, aku per-
nah menjalani terapi minum jus apel dua gelas besar sehari
yang menyebabkan hiperkalemia dan kelebihan cairan. Saat
itu, aku mesti dirawat karena jantung bengkak dan paru-paru
terendam air.
Pernah datang pula ke ahli pengobatan alternatif yang sem-
pat membuatku tercengang. Bayangkan, begitu aku datang,
tanpa bertanya sakit apa, tiba-tiba ia mengeluarkan selembar
kertas A4 putih kosong. Kemudian, ia menempelkan kertas itu
di pinggangku. Lalu, menyiram kertas putih itu dengan segelas
air. Ajaibnya, tiba-tiba terbentuklah gambar ginjal di kertas
tersebut. Aku pun terpesona saat itu. Namun, ujung-ujungnya,
ternyata terapi yang ditawarkan adalah terapi herbal dan air
putih. Dua hal yang justru secara medis harus dihindari oleh
pasien sepertiku. Konsumsi herbal dan air putih bisa menjadi

www.boxnovel.blogspot.com
Tukar Ginjal Jin 39

penyebab drop karena tensi darah turun, gula darah turun, ka-
lium, purin, dan cairan meningkat pesat. Akibatnya, selepas
menjalani terapi herbal, aku kerap hiperkalemia, kelebihan
cairan, mudah drop, dan mengalami radang sendi karena kadar
asam uratnya meningkat. Oleh karena tubuhku cenderung sen-
sitif pada terapi herbal, maka aku hanya bisa menjalani terapi
fisik berupa refleksi atau akupresur dengan tujuan membuat
tubuhku lebih nyaman saja.
Terapi alternatif paling ekstrem yang kuketahui adalah
terapi yang pernah dijalani oleh Pak Toto, salah satu teman
yang pernah satu jadwal HD denganku. Suatu saat, ia dilarikan
ke rumah sakit karena Hb-nya drop, hanya 4 gr/dl. Kemudian,
diketahui bahwa ia menjalani terapi alternatif operasi ginjal di
dukun. Jadi, tanpa basa-basi, si bapak dukun merobek pinggang
Pak Toto dengan pisau, dengan tujuan memperbaiki fungsi
ginjalnya. Alih-alih membaik, Pak Toto malah lemas karena ke-
hilangan banyak darah. Bersyukur, saat itu nyawanya masih da-
pat diselamatkan.
Meskipun tidak seekstrem Pak Toto, aku pernah meng-
alami juga tawaran terapi alternatif bertitel operasi. Kali ini,
operasinya bukan operasi fisik, melainkan operasi gaib. Seorang
saudara dekat menawariku saat itu. Sejak awal pun, sebenarnya
aku menolak karena menurutku sangat tidak rasional. Namun,
karena saudaraku memohon dan mengatakan akan menang-
gung semua biayanya, akhirnya kuterima tawaran itu lebih
karena ketidakenakan hati. Lokasi terapi yang dekat dengan
rumah juga menjadi pertimbangan lainku.

www.boxnovel.blogspot.com
40 Aku, Diriku, Rabbku

“Orang pintar” yang mengobatiku itu ternyata usianya


masih sangat muda, kira-kira seusiaku. Hari pertama datang,
ia memintaku meminum segelas air putih darinya. Sejak awal
masuk, tak henti aku berzikir. Kekhawatiran akan kata “gaib” itu
membuatku menjadi sangat suudzdzon padanya. Kemudian, aku
diminta tidur telentang di suatu ruangan beserta saudaraku.
Si Aa menggerak-gerakkan tangannya di atas tubuhku dan ke-
mudian berhenti agak lama di atas pinggang. Selepas itu, dia
katakan ginjalku mengecil. Suudzdzon-ku saya berkurang saat
itu karena menganggap “konsep gaib” yang ditawarkan masih
rasional.
Pertemuan selanjutnya, aku kembali diberi air putih dan
diperlihatkan contoh-contoh pasiennya yang konon bisa sem-
buh dan ginjalnya kembali normal. Bagai terbius, aku pun mulai
percaya kata-katanya. Namun, di hari ketiga aku datang, saat
itu menjelang magrib. Kulihat ia tak Shalat Maghrib. Bahkan,
saat aku minta izin ikut shalat pun, ia bergeming. Setelah me-
nunjukkan tempat untukku shalat, ia kembali asyik duduk dan
menikmati kepulan asap putih di mulutnya.
Pada hari keempat setelah konflik batin yang tak kunjung
reda, akhirnya kuberanikan bertanya kepadanya. Konsep pengo-
batan seperti apa yang sebenarnya dia tawarkan. Akhirnya, ke-
luarlah kata-kata yang membuatku syok setengah mati.
“Jadi, gini, Teh. Ginjal Teteh kan udah mengecil, ya, sudah
tidak berfungsi lagi. Saya akan membantu Teteh untuk men-
dapatkan ginjal yang baru dan masih berfungsi baik. Caranya,
saya akan menukar ginjal Teteh dengan ginjal jin. Saya pastikan,

www.boxnovel.blogspot.com
Tukar Ginjal Jin 41

setelah itu, Teteh akan sehat seperti sediakala. Teteh ingin se-
hat, kan?“ Begitu ringan ia berujar.
Dan, aku hanya bisa melongo sambil beristighfar dalam
hati. Seketika, aku langsung pamit dengan lutut bergetar hebat.
Allah, mana mungkin kuizinkan tubuhku dimasuki bagian tu-
buh makhluk-Mu yang lain. Untuk apa? Kesembuhan macam
apa itu? Ingin rasanya aku menjerit dan menangis meraung-
raung saat itu. Tukaran ginjal dengan jin? Oh, tidak ... tidak ...
tidak![]

www.boxnovel.blogspot.com
Denyut Ini Menyenangkan

D enyut ini menyenangkan. Kalimat inilah yang paling


membekas di hatiku setelah tuntas membaca alunan-
alunan indah yang mengalir di softcopy novel Pingkan, Seperti
Daisy di Musim Semi, beberapa bulan lalu. Entah apa yang
tebersit di pikiran Teh Maimon Herawati saat menulis kalimat
itu di novel terbarunya tersebut.
Denyut ini menyenangkan. Sepintas, mungkin tak bermakna
apa-apa. Tapi, tahukah Teman, bagiku ada makna sangat da-
lam di sana. Makna yang kemudian selalu berhasil membuat
hidupku terasa begitu berharga.
Mengapa menyenangkan? Bukankah denyut adalah masa-
lah? Bukankah denyut adalah tanda bahwa ada yang tak beres
dengan kita? Bukankah denyut adalah kesakitan? Bukankah
denyut adalah keresahan? Dan, bukankah denyut adalah ga-
lau dalam bahasa anak sekarang? Mengapa bisa dikatakan me-
nyenangkan?
Ketika sakit kepala, ada yang berdenyut di kepala kita. Saat
itulah kita menyadari bahwa kita punya kepala. Saat perut kita
bergolak, ada denyut yang meremas-remas di sana. Saat itulah
kita mengerti betapa bermaknanya perut kita. Pun saat resah,
gelisah, musibah, luka, galau, atau apa pun namanya melanda
hidup kita. Saat itu, baru kita menyadari betapa berharganya
hati kita.

www.boxnovel.blogspot.com
Denyut Ini Menyenangkan 43

Lantas, untuk apa Allah mencipta denyut dalam hidup kita?


Padahal, kita tahu, Allah tak akan pernah menzalimi hamba-
Nya. Untuk apa Allah kondisikan kita dalam perih dan resah,
padahal kita tahu Allah begitu menyayangi hamba-Nya?
Karena Allah ingin kita mengoptimalkan seluruh potensi
kita. Allah ingin kita bergerak cepat mengatasinya. Allah ingin
kita berpikir keras untuk mengobatinya. Dan, Allah ingin kita
semakin kreatif mencari penawarnya.
Bukankah tak ada yang sia-sia dari sekecil apa pun rencana
Allah atas hidup kita?
Terkadang, Allah juga mencipta denyut untuk membuat
kita merapat ke dalam dekapan-Nya. Allah hadirkan denyut
untuk meluruhkan dosa kita. Allah datangkan denyut untuk
menghapuskan maksiat-maksiat kita pada-Nya.
Maka, jika denyut itu datang menghampiri kita, tersenyum-
lah. Sambutlah ia dengan mesra. Katakan padanya, “Terima
kasih sudah hadir, kau membuat hidupku menjadi lebih hidup.
Temani aku hingga dosaku luruh. Temani aku hingga aku merasa
nyaman berada di pelukan Rabb-ku. Setelah itu, pergilah, biar-
kan aku merasakan kesyukuran yang tak berujung.”
Pejamkan mata kita, rasakan setiap denyut kepedihan itu
meluruhkan dosa-dosa kita. Dan, rasakan Allah sedang menarik
kita ke dalam pelukan-Nya. Perlahan, akan kita rasakan luka itu
menyusut, perih itu berkurang, dan sesak berubah menjadi
lapang. Dan saat itulah, akan kita katakan pada diri kita, denyut
ini menyenangkan.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Madu dan Racun

I ­

www.boxnovel.blogspot.com
Madu dan Racun 45

lam selimut bagi kami. Ia hadir dan begitu dekat dengan kami.
Namun, sedikit saja kami membiarkannya berkuasa, maka per-
lahan tapi pasti ia akan membunuh kami.
Satu-satunya cara untuk membuat kami bertahan dari do-
minasi racun adalah mengupayakan madu sebagai sahabat se-
jati bagi ruh kami, menjadi peneguh batin kami, dan menjadi
penenang jiwa kami. Jiwa yang berkawan baik dengan madu
akan memiliki sifat-sifat madu. Ia akan semanis dan selembut
madu. Ia akan seteguh dan setenang madu. Ia pun akan ber-
manfaat untuk sekitarnya sebesar manfaat madu bagi semes-
ta. Ia akan menghadirkan kebaikan bagi diri dan lingkungannya.
Ia akan menjadi cahaya yang menerangi alam raya.
Hanya jiwa yang manis, lembut, dan teguh seperti madu
yang akan menjadi penenteram, penenang, dan pemberi ke-
nyamanan bagi raga yang berlumur racun. Ya, hanya jiwa ber-
madu yang akan menjadi pasangan terbaik bagi raga beracun.
Maka, saat kami sadari raga kami berdenyut karena ber-
tumpuknya racun, satu-satunya pilihan bagi kami untuk bisa
bertahan adalah menjadikan jiwa kami seperti madu: manis,
lembut, dan bermanfaat bagi semesta.
***

B egitulah Teman, dalam menjalani peran kehidupan se-


bagai pasien cuci darah, Allah mengajariku bahwa satu-
satunya cara untuk mengimbangi ragaku yang selalu berlumur
racun adalah menjadikan jiwaku seperti madu: manis, lembut,
dan bermanfaat bagi sesama.
Dalam praktiknya, tentu bukan perkara mudah melatih jiwa
menjadi sehebat itu. Kebosanan dan kelelahan begitu sering

www.boxnovel.blogspot.com
46 Aku, Diriku, Rabbku

melanda. Bertahun-tahun berkawan akrab dengan cairan me-


rah kental berbau amis yang dahulu kutakuti setengah mati
kadang membuatku merasa sendiri, minder, dan tak lagi peduli
pada sekitar. Bertahun-tahun menghabiskan hari Selasa dan
Jumatku dengan terbaring di ranjang rumah sakit kadang mem-
buatku mengasihani diri sendiri. Bertahun-tahun berusaha
berdamai dengan denyut di tubuh kadang membuatku merasa
tak sanggup melanjutkan hidup. Berbagai masalah psikologis
menderaku.
­

www.boxnovel.blogspot.com
Madu dan Racun 47

bosankan. Mencoba memahami bahwa dalam setiap ujian ada


hikmah besar yang tersimpan. Dan, mencoba menata diri un-
tuk tak lagi minder dan terpuruk karena kekurangan, hingga tak
lagi perlu mengasihani diri sendiri.
Kisah “Piknik Selasa Jumat”, “Menjadi Tahanan Kota”, dan
“Cuci Darah + Sabar = Cuci Dosa” adalah caraku berdamai de-
ngan rutinitas cuci darah. Sementara, kisah “Sendiri Itu Indah”,
“Di Ruang HD Aku Menikah”, dan “Morning Sickness” adalah
caraku memahami hikmah besar di balik ujian agar tak pernah
ada lagi kata minder dan merasa sial dalam kamus kehidupanku.
Kisah “Standing Applause” dan “Maaf, Aku Tak Punya Waktu
untuk Mengasihani Diri Sendiri” adalah caraku untuk memberi
semangat dan optimisme baru pada diriku dalam menghadapi
tekanan agar aku semakin yakin dan percaya bahwa atas izin-
Nya aku bisa lebih kuat dari yang kubayangkan.
Besar harapanku, kisah-kisah ini akan menjadi tonggak ba-
giku untuk terus berjuang meneguhkan jiwa. Agar jasad yang
ringkih ini tetap penuh semangat, terus bergerak, selalu manis
dan bersahabat kepada sekitar. Agar raga yang kadang tanpa
daya ini selalu berhati lembut dan bermanfaat bagi sesama.
Agar tubuh yang rapuh ini bisa makin teguh berdiri karena di-
topang oleh jiwa yang tangguh, jiwa yang tak pernah runtuh
oleh keluh dan tetap tegar meski dihantam badai. Semoga, se-
moga, dan semoga.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Piknik Selasa Jumat

T ahukah Teman, sembilan tahun terakhir ini, aku diberi


kesempatan oleh Allah untuk merasakan rekreasi fisik
dan jiwa dua kali seminggu. Setiap Selasa dan Jumat, Allah
izinkan aku berlibur dari rutinitas harianku. Men-charge tubuh,
jiwa, dan ruhiyahku. Aku menyebutnya Piknik Selasa Jumat.
Dan inilah agenda rutin Piknik Selasa Jumatku:
 Pagi, aku masih melakukan rutinitas harian seperti biasa.
Beres-beres rumah, memasak untuk sarapan, lantas me-
nuntaskan pekerjaan yang tertunda hingga pukul 09.30.
Kadang menulis, menganalisis data, atau merekap orderan
barang.
 Pukul 09.30 mandi dan bersiap-siap. Jadwal keberangkatan
bervariasi. Jika diantar oleh sepupu, biasanya berangkat
sekitar pukul 10.00-10.30. Tapi, jika diantar kakak, biasanya
berangkat pukul 11.00, menunggu kakak pulang kantor.
 Adakalanya, aku juga berangkat sendiri, sekitar pukul 07.00
atau 08.00. Menunaikan agenda lain di Cirebon sebelum
piknikku dimulai. Kadang, janjian bertemu teman, me-
nengok kerabat yang sakit, periksa ke laboratorium, jualan,
atau menjadi pembicara talk show dahulu di salah satu se-
kolah tinggi di Cirebon.
 Terkadang, aku membawa bekal nasi agar tak perlu makan
siang di tempat piknikku. Bekal itu kunikmati di perjalanan.

www.boxnovel.blogspot.com
Piknik Selasa Jumat 49

Sampai di tempat piknik, aku tinggal bersantai dengan pe-


rut kenyang.
 Perlengkapan piknik yang wajib kubawa adalah:
• Termos aluminium berisi teh manis panas.
• Al-Quran & Al-Ma'tsurat.
• Buku bacaan.
• Tas obat lengkap dengan isinya.
• Ponsel.
• Kipas/selimut (bergantung cuaca dan sikon di tempat
piknik).
• Madu, permen, camilan ringan, dan air putih 600 ml.
• Buku tulis + pulpen, jika mendadak ada ide tulisan. 
• Dompet lengkap dengan isinya karena di tempat pik-
nikku sering ada kebutuhan mendadak. he ... he ... he.
 Setelah semua perlengkapan tersedia, kami pun berangkat
menyusuri jalanan Kuningan-Cirebon selama kurang le-
bih 1-1,5 jam. Melewati jalanan yang sama, menyusuri
pemandangan yang sama, berlibur di tempat yang sama,
alhamdulillah, tak pernah membuatku bosan. Aku tahu,
di tempat itu, Allah mengajariku banyak hal tentang kehi-
dupan.
 Sesampainya di tempat piknik, aku bersilaturahim dengan
teman-teman yang juga punya agenda Piknik Selasa Jumat.
Aku biasanya Shalat Zhuhur dahulu di mushala Ruang Tung-
gu sambil menanti namaku dipanggil.
 Begitu namaku dipanggil, kumasuki ruangan harum, dingin,
bersih, dan bersahabat walau kadang gerah minta ampun
saat AC-nya error :D

www.boxnovel.blogspot.com
50 Aku, Diriku, Rabbku

 Tujuan pertamaku adalah timbangan. Peserta piknik harus


menimbang berat badan sebelum dan sesudah piknik. Hal
ini dilakukan karena salah satu tujuan piknik ini adalah me-
nurunkan berat badan peserta sesuai target masing-ma-
sing. Asyik, bukan?
 Selesai ditimbang, aku langsung merebahkan diri dengan
cantik di tempat bersantai yang sudah disediakan. Di sana,
sudah tersedia map hijau bertuliskan namaku.
 Di samping tempatku bersantai, ada mesin untuk charge
fisikku. Antara aku dan mesin itu terhubung oleh selang-
selang bening yang bergantungan. Mesin itu berfungsi mem-
bersihkan darahku, melangsingkan tubuhku, meringan-
kan keluhan-keluhan tubuhku. Mesin ini di-setting sesuai
dengan kemampuan tubuhku oleh “petugas” yang sudah
kukenal seperti keluargaku sendiri.
 Setelah selang bening itu menjadi penghubung aku dan
mesin charge, selanjutnya aku menikmati empat jam pik-
nikku siang itu. Biasanya, kunikmati empat jamku untuk:
• Tidur siang sepuasnya
• Membaca buku
• Membalas sandek (SMS) yang belum sempat dibalas
• Santai online
• Tilawah dan menghafal Al-Quran
• Mendengarkan radio/murotal/musik sepuasnya
• Mencari inspirasi untuk menulis, mengedit naskah,
atau kadang membaca tulisan peserta lomba menulis
saat aku tengah menjadi juri

www.boxnovel.blogspot.com
Piknik Selasa Jumat 51

• Melayani konsultasi statistik untuk klien yang sengaja


datang ke tempat piknikku.
 Setelah empat jam piknikku hari itu usai, selepasnya kupas-
tikan semua targetku tercapai. Bateraiku sudah kembali full,
tubuhku sudah kembali ramping, dan aku kembali bersiap
menjalani rutinitas harianku esok harinya.
 Tiga hari kemudian, aku akan datang berpiknik kembali pa-
da jam yang sama masih di tempat yang sama.

Begitulah agenda Piknik Selasa Jumatku. Tujuan utamaku


menjalaninya adalah men-charge fisikku yang sudah lowbatt.
Tapi, Allah Yang Mahabaik memberikan bonus. Di sana, aku ju-
ga bisa men-charge jiwa dan ruhiyahku karena, di sana, Allah
melatih jiwaku untuk kuat dan semakin tangguh, dan di sana
pula, Allah terus ingatkan aku tentang satu hal yang kulupakan:
kematian.
Tempat piknikku ini bernama Ruang Hemodialisis alias Ru-
ang Cuci Darah. Sejak mengenal tempat ini, Allah ajarkan aku
tekanan demi tekanan dalam hidup dan bagaimana aku bisa
keluar darinya.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Menjadi Tahanan Kota

“S elamat siang. Dengan RSUD Dr. Moewardi Solo? Bisa


minta disambungkan ke Ruang Hemodialisis, Pak?”
tanyaku kepada seseorang di ujung telepon, suatu siang awal
Agustus 2009.
Tak berapa lama, setelah bunyi nada tunggu menemaniku,
terdengar suara lelaki muda, kurasa.
“Selamat siang. Ruang HD. Ada yang bisa dibantu?”
“Siang, Pak. Saya Lien dari Kuningan, Jawa Barat. Mau me-
nanyakan jadwal HD untuk hari Jumat, 14 Agustus, barangkali
ada yang kosong? Kalau ada, saya berniat HD di sana.”
“Oh, sebentar, ya, Bu. Maaf, pakai fasilitas apa?”
“Jamkemas, Pak.”
“Sebentar, saya cek dulu .... Hmmm, .... Mohon maaf, Bu,
jadwalnya penuh untuk hari itu.”
“Gitu, ya, Pak, terima kasih.” Dengan sedikit kecewa, kule-
takkan gagang teleponku siang itu.
Tak mau menyerah, kucoba ke rumah sakit lain. Aku juga
menghubungi teman-teman lamaku di Solo, minta dicarikan
rumah sakit yang bisa kukunjungi untuk jadwal cuci darahku.
Setelah mencoba ke sana kemari, akhirnya aku menyerah. Tak
ada rumah sakit yang bisa kukunjungi pada hari itu. Kuputuskan
untuk berangkat ke Solo tanpa cuci darah di sana.
***

www.boxnovel.blogspot.com
Menjadi Tahanan Kota 53

B egitulah, kami pasien cuci darah kerap harus menjalani


peran sebagai “tahanan kota”. Yang memiliki wajib lapor.
Bukan ke kantor polisi, melainkan ke rumah sakit. Tak sebulan
sekali, tapi seminggu dua kali. Bukan untuk membubuhkan
tanda tangan di berkas administrasi, melainkan untuk dibubuhi
tanda baru di tangan oleh sebuah tusukan jarum.
Dengan status “tahanan kota” inilah kami mesti mengatur
jadwal keberangkatan kami ke luar kota. Jika terpaksa kami harus
“melapor” ke rumah sakit lain di luar daerah, maka kami harus
membawa surat perjalanan yang biasa disebut Surat Travelling
Dialysis. Dalam surat itu, akan dijelaskan dengan detail kondisi
kami, aturan mesin yang biasa kami pakai, dan dilengkapi
dengan hasil laboratorium terakhir. Surat ini dimaksudkan agar
pihak rumah sakit yang dituju tidak perlu melakukan observasi
awal terhadap kondisi kami, para pasien.
Aku sendiri baru dua kali memegang Surat Travelling Dia-
lysis. Yang pertama saat pindah dari RS Al-Islam Bandung,
April 2005 ke RS Gunung Jati Cirebon. Dan yang kedua saat
melaksanakan umrah, Maret 2013. Surat Travelling Dialysis
dan hasil laboratorium bagiku sama pentingnya dengan paspor.
Kusimpan baik-baik di tasku koperku. Dan begitulah akhirnya,
keduanya menjadi pengantar kelancaran cuci darahku di Tanah
Suci.
Menjadi “tahanan kota” pada akhirnya melatihku belajar
untuk disiplin waktu, kapan saatnya aku bepergian dan kapan
saatnya harus pulang. Tak ada lagi berlaku menunda kepu-
langan dari liburan. Sehari saja aku menunda, itu berarti aku
harus mencari tempat HD di kota lain atau menunda jadwal

www.boxnovel.blogspot.com
54 Aku, Diriku, Rabbku

cuci darah sampai hari berikutnya. Dengan risikonya masing-


masing, tentu saja.
***

R isiko itu kualami saat aku mengikuti Munas Forum Ling-


kar Pena di Solo. Aku mempercepat jadwal HD-ku dari
Jumat sore ke Kamis sore, 13 Agustus 2013. Kamis malam,
sepulang HD, aku duduk manis di ruang tunggu Terminal Har-
jamukti, Cirebon, menunggu bus malam Jakarta-Solo, yang akan
membawaku menuju tempat acara di Kota Solo. Aku datang
sebagai utusan FLP Jawa Barat mewakili FLP Kuningan. Jumat pagi,
aku sudah sampai di Solo dan mengikuti kegiatan hingga Minggu.
Idealnya, Senin, atau paling lambat Selasa, aku sudah harus cuci
darah kembali. Sementara, saat itu, karena tidak mendapat bus
Solo-Cirebon, akhirnya kuputuskan untuk menginap di rumah
seorang teman di perbatasan Klaten-Sukoharjo.
Keesokan harinya, Senin 17 Agustus, aku masih sempat
jalan-jalan di perbatasan Klaten-Sukoharjo bersama teman-
teman FLP Jawa Barat. Menjelang zuhur, kami pun merapat
ke Stasiun Purwosari, Solo, mengejar kereta ekonomi yang
akan membawa kami ke Bandung. Aku lebih memilih untuk
naik kereta ekonomi Solo-Bandung bersama teman-temanku
daripada pulang sendiri naik kereta eksekutif Solo-Jakarta via
Cirebon yang berongkos selangit. Selain lebih seru, tentunya
juga lebih efisien.
Berhubung statusku adalah “tahanan kota”, maka saat te-
man-teman yang lain asyik bercengkerama di ruang tunggu
Stasiun Purwosari, aku menyelinap ke sebuah wartel. Menele-
pon Ruang HD RS Gunung Jati, Cirebon, minta dipindah jadwal

www.boxnovel.blogspot.com
Menjadi Tahanan Kota 55

HD ke Selasa siang. Jadwal rutinku adalah Selasa pagi, atau


kurang dari 18 jam lagi. Sementara, siang itu kami masih ber-
tahan di Stasiun Purwosari guna menempuh perjalanan 11 jam
Solo-Bandung. Artinya, ada waktu 7 jam untukku berlari dari
Bandung ke Cirebon.
Masalah lain muncul. Kami baru akan sampai di Bandung
pukul 11 malam. Cukup beranikah aku naik bus Bandung-Ci-
rebon semalam itu? Nah, satu-satunya solusi, aku minta jad-
wal wajib laporku diundur ke jadwal siang sehingga aku bisa
berangkat Selasa pagi dari Bandung.
Singkat cerita, jadilah HD-ku dipindah ke Selasa siang. Ta-
hukah Teman, apa yang terjadi kemudian? Jarak yang terlalu
lama dari Kamis ke Selasa, ditambah kelelahan selama di Solo,
tampaknya membawa efek padaku. Aku drop berat saat HD,
terkapar lemas di rumah sakit.
Bersyukur, semua kelelahanku enam hari itu terobati oleh
pengalaman luar biasa bertemu dan berinteraksi dengan para
penulis favoritku di Forum Lingkar Pena. Ada Habiburrahman El
Shirazy, Asma Nadia, Maimon Herawati, Irfan Hidayatullah, Sinta
Yudisia, Afifah Afra, dan masih banyak yang lainnya. Dan yang
tak kalah penting adalah pengalaman berdiri dan duduk tumpuk-
tumpukan di kereta ekonomi, melihat realitas rakyat bertaraf
ekonomis di hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia.
Begitulah Teman, tahanan kota harus mendapat tambahan
hukuman saat melanggar jadwal wajib lapornya. Demikian pula
kami. Bedanya, hukuman bagi kami bukan penambahan masa
tahanan, melainkan dropnya kondisi badan karena menolak
berkawan terlalu lama dengan racun yang bagai musuh dalam
selimut bagi tubuh kami.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Cuci Darah + Sabar =
Cuci Dosa?

M enjalani cuci darah 1 kali, 2 kali, 1 tahun, 2 tahun,


10 tahun, bahkan 21 tahun adalah pengalaman yang
sangat berharga bagi siapa pun. Tak akan tergantikan oleh apa
pun. Saat kita terbaring dan menyadari ada dua jarum besar di
bawah permukaan kulit kita. Dan kemudian, dengan jelas kita
bisa melihat darah kita keluar masuk selang-selang besar yang
tergantung pada sebuah mesin yang berdiri kukuh di samping
pembaringan kita selama lebih dari 4 jam × 2 × 4 minggu × 12
bulan x seumur hidup kita. Apa yang bisa kita lakukan jika da-
lam keadaan seperti itu tiba-tiba berbagai kekhawatiran dan
ketakutan muncul? Bagaimana jika mesinnya rusak? Bagaimana
jika jarumnya lepas? Bagaimana jika listrik mati? Bagaimana
jika tak punya ongkos untuk pergi ke rumah sakit? Bagaimana
jika banjir? Bagaimana jika kita bosan, malas, dan capai?
Lantas, dengan apa kita menghalau semua khawatir itu?
Dengan apa kita mengalkulasi semua biaya yang dikeluarkan
selama proses cuci darah itu? Dengan apa kita mengobati se-
mua kesakitan, kejenuhan, dan kelelahan itu? Dan dengan apa
kita menghapus air mata yang tak terbendung itu?
Tentu, setiap orang memiliki jawabannya masing-masing.
Dengan keyakinan bahwa Allah telah membuat ketentuan atas

www.boxnovel.blogspot.com
Cuci Darah + Sabar = Cuci Dosa? 57

segala sesuatu, maka kita semua berusaha meyakini bahwa


bencana itu memiliki batas waktu dan musibah itu memiliki
batas masa, sehingga kita senantisa berpasrah dan bertawakal
sambil terus memohon, “Ya Allah, jangan bebankan kepada
kami beban yang tak sanggup kami menanggungnya.”
Lantas, jika sebagai manusia biasa kita merasa sudah ti-
dak sanggup menanggung semua beban itu, dengan apa kita
mampu bertahan? Tentu dengan doa dan harapan, semoga
Allah Swt. akan memasukkan kita ke dalam golongan orang-
orang yang sabar.
Sabar? Sampai kapan kita harus sabar? Kurang sabar apa
lagi? Sabar juga ada batasnya! Bagaimana bisa sabar jika tahu
harus menjalaninya seumur hidup?
Berbagai reaksi muncul saat kata sabar disampaikan. Men-
jalani kesabaran tentu tak semudah mengucapkannya di depan
orang lain. Menjalani kesabaran perlu banyak dukungan, men-
jalani kesabaran akan menguras air mata, dan menjalani ke-
sabaran butuh banyak cinta dan pengorbanan. Sabar memang
tak pernah bisa diukur oleh lamanya waktu atau tuanya usia,
hanya Allah yang tahu batas kesabaran kita.
Menjalani kesabaran tentu bukanlah sesuatu yang mudah
bagi siapa pun. Bagi pasien cuci darah, kondisi psikologis yang
tidak stabil akibat beban ekonomi, komplikasi proses cuci da-
rah, ketergantungan terhadap mesin, aturan diet ketat dan pe-
ngurangan asupan cairan, mobilitas yang terbatas, kehilangan
pekerjaan dan penghasilan, status finansial, efek samping obat,
perasaan kelelahan, perubahan suasana hati, sulit menemukan
teman yang mengerti penyakitnya, kekacauan suasana keluarga,

www.boxnovel.blogspot.com
58 Aku, Diriku, Rabbku

serta hubungan sosial yang kurang baik dapat mengakibatkan


kecemasan, depresi, atau stres jika tidak mendapat dukungan
dan perhatian orang-orang sekitarnya. Pasien yang mendapat
dukungan dan perhatian penuh dari keluarga dan orang-orang
di sekitarnya akan memiliki kondisi psikologis yang relatif
lebih baik sehingga diharapkan dapat berdampak baik dalam
mempercepat pemulihan kondisi fisiknya.
Kesabaran dalam proses cuci darah tentu tak hanya harus
dimiliki oleh pasien, tapi juga harus dimiliki oleh keluarga pasien,
perawat, dan dokter Ruang HD. Pernahkah kita bayangkan jika
keluarga pasien, perawat, dan dokter Ruang HD tidak memi-
liki kesabaran yang minimal sama dengan pasien cuci darah?
Sementara, mereka adalah orang-orang yang menjadi tem-
pat bergantung pasien cuci darah saat proses cuci darah ber-
langsung. Tentu, pasien akan merasa sendirian dan dapat ber-
dampak negatif pada kondisi psikologisnya.
Kesabaran dalam menemani dan merawat pasien tidaklah
semudah yang dibayangkan. Perubahan suasana hati pasien
yang sangat cepat kadang membuat emosi pasien menjadi ti-
dak terkontrol dan, tentu, hal ini menjadi ujian berat bagi kesa-
baran orang-orang di sekitarnya. Tidaklah mengherankan jika
diperlukan kesabaran ekstra untuk bisa menjadi teman yang
baik bagi seorang pasien cuci darah.
Kesabaran yang tak berbatas adalah milik semua orang yang
terlibat dalam proses cuci darah, walau kesabaran itu berat dan
perlu banyak pengorbanan. Namun, dengan keyakinan bahwa
kesabaran akan mampu menjadikan proses cuci darah lebih
bermakna dan hidup lebih berarti, mudah-mudahan kesabaran

www.boxnovel.blogspot.com
Cuci Darah + Sabar = Cuci Dosa? 59

akan menjadi lebih ringan dijalani. Dan dengan sejumput doa,


semoga dan semoga, cuci darah yang kita jalani 1 kali, 2 kali, 1
tahun, 2 tahun, 10 tahun, 21 tahun atau lebih, itu bisa menjadi
sarana untuk mencuci dosa-dosa kita. Dengan demikian, tentu
kita juga selalu berharap, semoga rumusan:

CUCI DARAH + SABAR = CUCI DOSA

akan menjadi sumber motivasi bagi pasien, keluarga pasien,


perawat, dokter, dan semua orang yang berukhuwah di ruang-
an cuci darah untuk berusaha menjalani kesabaran dalam hi-
dupnya, seberat apa pun itu. Karena, sabar itu tak pernah ber-
batas.

Wallâhu a‘lam bish-shawâb

www.boxnovel.blogspot.com
Sendiri Itu Indah

Kesendirian adalah sesuatu antara aku dan Rabb-ku


Kesendirian adalah ketika aku berlepas dari cinta selain cinta-Nya
Kesendirian adalah kehampaan
Kesendirian adalah kesepian
Tapi, terkadang kesendirian adalah ketenangan
Aku mencari kesendirian
Ketika aku ingin menyepi dengan Rabb-ku
Aku mengharap kesendirian
Ketika aku menyapa diriku sendiri
Aku membenci kesendirian
Ketika aku ingin berbagi suka dan duka
Dan aku menangisi kesendirian
Ketika aku merindukan kebersamaan
Maka, aku mendekap Rabb-ku
Ketika kesendirian menghampiriku

S uatu hari, aku berjumpa dengan seorang teman lama di


luar kota, dia sudah menikah dan memiliki dua anak. Kami
janjian bertemu di tempat kerjanya karena kebetulan aku ada
ada urusan ke sana. Kami berbincang panjang lebar, melepas
kerinduan kami masing-masing. Di mataku, dia sudah begitu
sempurna sebagai wanita: punya suami yang mencintai, punya

www.boxnovel.blogspot.com
Sendiri Itu Indah 61

anak-anak yang menyejukkan hati, punya pekerjaan yang baik,


punya rumah. Sementara aku? Kabar baik apa yang bisa ku-
sampaikan kepadanya tentangku? Belum ada bagian baru dari
hidupku yang bisa kukenalkan kepadanya.
Sesaat, tenggorokanku tersekat, aku terkungkung dalam
diam membayangkan betapa bahagianya jadi dia. Betapa in-
dah hidupnya. Jika aku berada di posisinya, aku pasti akan
menjadi orang paling berbahagia di dunia. Aku tak perlu lagi
mencari sumber kebahagiaan yang lain. Aku tertegun dan terus
tertegun.
Namun kemudian, semua bayanganku buyar, ketika tanpa
kuduga, tiba-tiba dia berujar, “Enak banget ya, jadi kamu, be-
bas, bisa ke mana-mana sendiri. Kalau pengen ngumpul sama
teman-teman tak perlu minta izin sama suami. Tak perlu mi-
kirin masalah anak-anak yang bertumpuk. Sementara aku,
mau pergi sebentar aja untuk menikmati hidupku sendiri ka-
dang sulit karena aku sudah terikat. Kadang, aku merindukan
kesendirianku ….”
Aku melongo mendengar kata-katanya, tak ada yang bisa
kukatakan selain mengusap pundaknya sambil tersenyum.
Tahukah dia bahwa aku iri kepadanya? Tahukah dia bahwa aku
kadang terluka dengan kesendirianku?
Itulah manusia dengan segala keinginannya. Terkadang, Allah
memberi kita ujian hidup lewat keinginan-keinginan kita. Kita
begitu ingin merasakan keindahan yang orang lain rasakan
tanpa pernah mau menanggung masalahnya. Kita selalu ingin
mendapat kemudahan, tapi tak pernah mau melewati proses
sulit untuk mendapat kemudahan itu. Padahal, Allah selalu

www.boxnovel.blogspot.com
62 Aku, Diriku, Rabbku

menurunkan keindahan satu paket dengan ujiannya, seperti


Allah selalu menurunkan masalah satu paket dengan solusinya.
Nah, saat kita bertemu seseorang dan kita merasa tak berarti
melihat kelebihan yang Allah berikan kepadanya, tahukah kita
bahwa bisa jadi pada saat yang sama orang itu juga sedang
merasa tak berarti melihat kelebihan pada diri kita yang kadang
lupa kita syukuri?
Setelah pertemuan pagi itu, aku pulang naik bus kota,
masih sendiri. Sebuah pertemuan singkat bermakna besar.
Pertemuan yang membuatku tersadar untuk mulai mensyukuri
kesendirianku, kesendirian yang kadang kubenci setengah ma-
ti.
Sendiri memberiku kebebasan memilih dan berkehendak.
Sendiri memberiku banyak inspirasi. Sendiri memberiku kesem-
patan untuk lebih kreatif. Sendiri memberiku kesempatan lebih
untuk bisa membahagiakan orang-orang yang kucintai. Sendiri
memberiku lebih banyak waktu luang untuk berpikir tentang
arah dan tujuan hidupku. Dan yang terpenting, sendiri mem-
beriku banyak kesempatan untuk lebih mencintai Rabb-ku.
Saat seorang teman mengirimiku sandek, “Pulangnya sen-
diri, ya? Hati-hati. Gimana kalau ada apa-apa di jalan?”
Kujawab dengan sangat yakin, “Kan ada Allah yang men-
jagaku.”
Aku tersenyum, masih sendiri, hanya ada aku dan Rabb-ku.
Maka, aku mendekap Rabb-ku, ketika kesendirian mengham-
piriku ….[]

www.boxnovel.blogspot.com
Di Ruang HD
Aku Menikah

P agi itu, aku terbaring di ranjang Ruang HD dengan mata


berkaca. Beberapa pertanyaan dari seorang wanita
seusiaku yang sedang hamil besar menyesakkan dada. Ber-
syukur, cuma sekali itu saja aku bertemu dengannya. Ia adalah
satu dari sekian banyak perawat praktik yang sedang tugas
belajar di rumah sakit tempatku menjalani cuci darah.
“Hah, nona? Ibu belum menikah?” tanyanya sambil mena-
tap map hijau berisi status kesehatanku.
Aku mengangguk sambil tersenyum, bersiap mengiyakan
jika ia kemudian memotivasiku untuk sabar. Ternyata, tidak. Ia
menatapku semakin tajam.
“Kerja di mana?”
Aku mulai terganggu dengan ekspresi wajahnya, tak ada
seulas pun senyum di bibirnya.
“Oh, ... e ... di rumah, punya usaha kecil-kecilan,” ujarku
terbata, mulai merasa terintimidasi.
“Oh, jualan, ya?” ujarnya sambil ngeloyor pergi, separuh
bibirnya bergerak ke atas.
Rabb, dadaku menyesak seketika. Aku tak mengerti apa
yang terjadi saat itu. Entah aku atau dia yang sedang sensitif.

www.boxnovel.blogspot.com
64 Aku, Diriku, Rabbku

Air mataku menggenang, kemudian mengalir. Tak mampu ku-


bendung.
Ah, mengapa juga aku mesti semarah itu? Bukankah setiap
orang berhak berekspresi apa pun atas apa yang kualami?
Mungkin, itu cuma ekspresi kagetnya atau ekspresi simpati atas
“ketidakberuntungan” dalam hidupku. Mungkin, dia sendiri ti-
dak sadar dengan ekspresinya saat itu.
Adanya sebutan Nn./Ny. di status pasien rumah sakit me-
mang kerap membangkitkan rasa sensitifku. Pertanyaan ten-
tang pernikahan kerap kutemui setiap kali aku terbaring di ran-
jang rumah sakit. Namun, rasanya baru kali ini pertanyaan itu
mampu meluluhkan air mataku.
Jodo, pati, bagja, cilaka anging Allah nu uninga*. Begitu se-
lalu coba kutanamkan dalam hatiku. Agar, aku tak lantas ber-
pikir bahwa gara-gara cuci darah, jodohku tak kunjung tiba.
Tak ada korelasinya. Hal ini terbukti dari beberapa teman yang
menggenapkan separuh dien-nya setelah mereka menjalani
cuci darah bertahun-tahun.
Ada Mas Endi (almarhum) yang menemukan belahan
jiwanya justru setelah melewati masa cuci darah bertahun-
tahun dan Allah memberi mereka amanah seorang lelaki kecil.
Ada Teh Elmi yang menikah setelah enam tahun menjalani
cuci darah. Ada Dede dan Eri, adik-adikku di Ruang HD, yang
disunting kekasih hatinya justru setelah melewati saat-saat
kritis dalam hidupnya. Ada Mas Wawan di grup HGM yang
menikahi kekasihnya setelah dua belas tahun menjadi pasien
cuci darah. Bahkan, ada Mbak Ros dan Mas Sigit yang menikah

* Jodoh, maut, suka, duka hanya Allah yang tahu.

www.boxnovel.blogspot.com
Di Ruang HD Aku Menikah 65

setelah dua-duanya menjadi pasien cuci darah dan bertemu di


Ruang HD. Dari sanalah, semakin kuyakini keindahan skenario
Allah yang akan hadir indah pada saatnya.
Sebuah pertanyaan hadir dalam benakku, akankah aku
menjadi bagian dari kisah itu? Ah, sepertinya aku masih harus
belajar banyak sebelum bisa menjadi bagian dari kisah itu. Ter-
masuk, belajar untuk mengendalikan diri saat suatu kejadian
tak terduga menimpaku beberapa tahun yang lalu, di Ruang
HD.
Seorang lelaki muda, usianya mungkin sepuluh tahun di ba-
wah usiaku, kutemui beberapa kali di Ruang HD. Yang aku tahu,
ia adalah pengantar salah satu pasien yang satu jadwal de-
nganku. Aku sama sekali tak tak kenal lelaki muda itu, bahkan
namanya pun aku tak tahu.
Namun, siang itu, lelaki muda itu menemuiku yang sedang
terbaring di ranjang Ruang HD. Tanpa basa-basi dan tanpa
memperkenalkan diri, tiba-tiba ia berkata, “Mbak, Mbak tuh
belum nikah, ya? Nikah sama aku aja, Mbak. Mau enggak?”
“Kenapa, Mas?” aku melongo, dahiku berkerut.
“Nikah aja sama aku, mau enggak?”
Aku diam, syok, tak tahu harus menjawab apa. Rupanya,
diamku berguna juga. Lelaki itu ngeloyor pergi. Huh, … lega ra-
sanya.
Tapi, tiba-tiba, sepuluh menit menjelang cuci darahku ber-
akhir, lelaki muda itu kembali menghampiriku. Aku masih di-
am.
“Mbak, gimana, mau enggak?” Kali ini, suara lelaki muda
itu sedikit meninggi, alisnya terangkat, matanya melotot persis

www.boxnovel.blogspot.com
66 Aku, Diriku, Rabbku

debt collector yang sedang menagih utang nasabah yang tak


kunjung membayar.
Seketika dadaku sesak, ingin rasanya kuberteriak mengusir
lelaki itu dari depan mataku. Tapi, aku masih sadar, aku berada
di Ruang HD yang dipenuhi pasien dengan kondisi psikis yang
berbeda-beda. Aku khawatir, jeritanku akan memengaruhi psi-
kis mereka.
Satu-satunya yang bisa kulakukan hanyalah membalikkan
badan, mengambil Al-Quran dari dalam tasku. Aku berharap,
tilawah Al-Quran bisa membuatku sedikit tenang. Namun, saat
dari ujung mataku kulihat lelaki muda itu masih menatapku
dengan wajah tanpa rasa bersalah, mendadak emosiku kem-
bali memuncak. Tak mampu menahan emosi yang semakin
menekan dadaku, aku pun menangis sesenggukan.
Saat itulah, perhatian seluruh ruangan berpindah padaku.
Beberapa pengantar pasien dan perawat menghampiri ran-
jangku. Aku merasa sedang dilindungi keluargaku sendiri. Ada
yang mencoba menghiburku. Ada yang memarahi lelaki muda
itu. Bahkan, perawat meminta lelaki muda itu keluar ruangan
karena dianggap sudah mengganggu kenyamanan pasien. Sejak
kejadian itu, tak lagi kutemui lelaki muda itu di Ruang HD.
Begitulah Teman, menjadi bagian dari kisah ini ternyata ti-
dak semudah yang kubayangkan. Aku kembali diingatkan Allah
bahwa pernikahan bukan semata untuk status sosial, per-
nikahan bukan hanya agar dianggap sebagai manusia normal,
pernikahan bukan hanya untuk memenuhi naluri dasar. Ada
makna besar di balik pernikahan, yaitu niat yang lurus untuk
menggapai ridha Allah Swt.

www.boxnovel.blogspot.com
Di Ruang HD Aku Menikah 67

Nah, jika hingga hari ini Allah belum juga mempertemukan


aku dengan lelaki pilihan-Nya, mungkin Allah ingin aku bel-
ajar meluruskan niat. Mungkin, Allah ingin aku berusaha me-
nyempurnakan ikhtiarku. Aku yakin dan percaya, suatu saat,
Sang Sutradara Kehidupan dengan skenario-Nya yang selalu
indah akan mengizinkanku berlakon dalam episode “Di Ruang
Cuci Darah Aku Menikah”. Mungkin, di sini atau di alam keaba-
dian kelak.

Wallâhu a‘lam bish-shawâb

www.boxnovel.blogspot.com
Morning Sickness

S iang hari yang terik di sebuah Ruang Ibu dan Anak di salah
satu rumah sakit di kotaku. Aku dan beberapa teman du-
duk melingkari seorang ibu muda yang tengah menyusui bayi
cantik yang baru dilahirkannya beberapa jam sebelumnya. Ia
menatap teduh si mungil dalam dekapannya.
Entah mengapa, tiba-tiba saja ada rasa lain melingkupi
hatiku. Rabb, ini bukan iri, bukan pula cemburu. Toh, aku be-
gitu menyayangi ibu muda itu. Ia adalah teman baikku. Baha-
gianya adalah bahagiaku, dukanya adalah dukaku. Tapi, meng-
apa dalam bahagianya tiba-tiba ada yang menusuk dadaku?
Sekelebat pertanyaan tebersit di hatiku, "Allah, kapan aku me-
rasakan kebahagiaan seperti ini?"
Saat itu, tengah bergulir pembicaraan tentang proses per-
salinan di ruangan itu. Satu per satu temanku yang lain me-
nimpali sambil bercerita seru tentang proses persalinan yang
pernah dijalani. Aku yang tak pernah punya pengalaman hamil
dan melahirkan, mendadak merasa terasing. Usiaku hampir 35
tahun, sangat wajar jika semua temanku pernah merasakan
keindahan titipan-Nya bernama anak. Allah, perasaan apa ini?
Aku merasa terasing di antara teman-temanku sendiri. Aku me-
rasa jadi “makhluk” tak wajar saat itu. Kemudian, aku terbuai
dalam pikiranku sendiri hingga tak lagi kudengar jelas apa yang
diperbincangkan teman-temanku.

www.boxnovel.blogspot.com
Morning Sickness 69

Sepulangnya dari sana, aku masih disibukkan oleh pikiran-


ku sendiri. Sesak di dada semakin menjalar. Kepedihan sema-
kin menekan. Tiba-tiba, terbayang masa-masa kuliah dahulu.
Teman-teman yang berbadan bongsor sepertiku memilih obat-
obatan diet untuk menurunkan berat badannya. Banyak yang
menawariku, tapi selalu kutolak. Aku takut obat-obatan itu akan
menyulitkanku punya anak. Tiba-tiba, terbayang juga saat aku
diduga berpenyakit lupus oleh dokter karena memiliki kelain-
an ginjal di usia muda. Hal pertama yang kulakukan adalah
browsing mencari informasi bagaimana pengaruh kehamilan
terhadap penderita lupus.
Allah, Engkau Mahatahu bahwa hal paling kuinginkan da-
lam hidupku adalah menjadi ibu yang baik bagi anak-anakku.
Dan, kenyataannya, saat ini aku adalah perempuan hampir 35
tahun yang belum Engkau izinkan merasakan peran mulia itu.
Adakah Engkau sedang menguji dengan sesuatu yang paling
kuinginkan itu, Rabb?
Episode tak bersyukurku terus berlanjut. Air mata mengalir
deras di pipi saat terbayang bagaimana pedihnya hati saat
kudengar tentang risiko besar kehamilan pada pasien cuci
darah. Berhari-hari, aku browsing mencari info yang bisa ku-
percaya. Dari semua sumber bacaanku saat itu, yang inilah
yang masih kusimpan:

KEHAMILAN PADA PASIEN CUCI DARAH*


Kehamilan pada gagal ginjal yang menjalani dialisis (CAPD
dan cuci darah) dilaporkan dapat berlangsung baik dan anak

* Dikutip dari www.ikcc.or.id, dengan penyesuaian seperlunya.

www.boxnovel.blogspot.com
70 Aku, Diriku, Rabbku

lahir sehat sebanyak 52%. Namun, kejadian lahir prematur


dilaporkan lebih tinggi. Risiko lain yang mungkin terjadi adalah
janin kurus (intrauterine growth retardation) dan keguguran
spontan. Untuk berlangsungnya kehamilan yang baik pada
pasien dialisis, ada beberapa parameter yang harus dicapai,
di antaranya:
1. Kadar ureum 50 mg/dl, bahkan kadang 45 mg/dl.
2. Kadar hemoglobin 10-11 gr/dl.
3. Gangguan keasaman darah (asidosis) dan kekurangan kal-
sium harus diatasi.
4. Proses hemodialisis dilakukan lebih perlahan untuk men-
cegah turunnya tekanan darah yang dapat merangsang
timbulnya kontraksi rahim yang berakibat keguguran.
5. Pemantauan janin oleh dokter kebidanan mutlak dilaku-
kan.
6. Segera dilakukan tindakan kedokteran untuk mengakhiri
kehamilan apabila terdapat keracunan kehamilan (preek-
lampsia) berat, bayi kurus, dan terdapat kegawatan pada
janin.

Selesai membacanya saat itu, terdiamlah aku. Aku hanya bisa


pasrah. Apa pun yang terjadi, biarlah Allah yang mengatur.
Hingga akhirnya, beberapa bulan yang lalu, aku dikenalkan
Allah kepada Teh Yanie di grup FB Hidup Ginjal Muda. Darinya,
aku belajar kisah yang luar biasa.
***

B ­

www.boxnovel.blogspot.com
Morning Sickness 71

rah. Vonis dokter itu bagaikan petir di siang bolong baginya.


Ia, suami, dan seluruh keluarganya seakan putus harapan kala
itu. Seluruh mimpi masa depan pasangan pengantin baru itu
seolah sirna begitu saja. Tak ada jalan lain selain menerima
semua takdir dan ketentuan-Nya.
Namun, pada 18 Maret 2014 atau menjelang usia perni-
kahannya menginjak tujuh bulan, Allah memberikan hadiah
yang sangat indah. Hadiah atas kesabarannya menjalani ruti-
nitas cuci darah selama enam bulan sebelumnya. Teh Yanie di-
nyatakan positif hamil oleh dokter. Syukur tiada terkira dipan-
jatkan atas hadiah luar biasa yang tak terduga itu.
Belum puas mengekspresikan kebahagiaannya, Teh Yanie
kembali tersentak oleh pilihan yang diajukan oleh dokter ginjal-
nya. Risiko kehamilan pada pasien cuci darah begitu besar dan
ia diminta memilih: meneruskan atau menggugurkan kandung-
annya. Nurani keibuannya bicara, tak mungkin ia menggugurkan
hadiah terindah dari Allah untuknya. Apa pun risikonya, ia akan
melanjutkan kehamilannya. Biarlah Allah yang mengatur sega-
lanya.
Dan, sejak hari itu, ia menjadi pasien khusus di rumah sa-
kit tempatnya menjalani HD. Teh Yanie mendapat jadwal cuci
darah 5 kali seminggu. Setiap Senin hingga Jumat, ia harus
menjalani cuci darah selama 3 jam dengan QB 150-155 ml/
menit dan tarikan cairan tidak boleh lebih dari 1.000 ml.
Jadwal HD yang setiap hari, membuat pola makan Teh
Yanie jauh lebih bebas sekarang meski konsumsi minumnya
tetap dibatasi, yaitu 500 ml air putih dan 100 ml susu khusus
untuk gangguan ginjal per hari. Dengan pola minum yang tepat

www.boxnovel.blogspot.com
72 Aku, Diriku, Rabbku

dan pola makan bebas, diharapkan asupan gizi bagi sang janin
terpenuhi.
Demi mempertahankan Debay, panggilan Teh Yanie pada
sang janin, sang calon ibu ini sempat menjalani perawatan di
rumah sakit, dua kali. Pertama, karena ada flek akibat kelelahan
sebab Teh Yanie sempat muntah-muntah seharian memasuki
bulan ketiga kehamilan. Dan yang kedua, karena sesak hebat.
Pada drop yang kedua ini, Teh Yanie bahkan sempat dirawat di
ruang HCU dan ICU. Saat itu, pertahanan Teh Yanie dan sua-
mi sudah hampir runtuh. Mereka sudah mengikhlaskan Debay
karena digempur oleh obat-obatan yang begitu banyak. Di-
tambah dengan penjelasan dokter bahwa semua tindakan
dokter saat itu hanya ditujukan untuk keselamatan ibunya, bu-
kan bayinya. Namun, kuasa Allah lagi-lagi yang bicara. Setelah
dilakukan USG, diketahui kondisi Debay baik-baik saja. Harapan
kembali mekar di hati Teh Yanie dan suami.
Perjuangan Teh Yanie tidak semata tentang cuci darah 5
kali seminggu, tapi juga tentang berbagai keluhan tubuh yang
kerap menderanya. Keluhan bengkak, sesak, mual muntah,
hingga sakitnya tusukan jarum yang harus tiap hari dia rasakan,
tak menghalangi tekadnya. Seberat apa pun risiko yang harus
dihadapi, ia tak akan menyerah. Niatnya yang bulat untuk me-
nyelamatkan sang Debay mengalahkan semua kelelahan yang
dia rasakan.
Bersyukur Teh Yanie menjalani HD di sebuah rumah sakit
yang cukup lengkap. Dengan demikian, keberadaan sejumlah
dokter spesialis berkenaan dengan kondisinya dan perawatan
yang diterima menjadi lebih optimal. Dengan semangat tinggi, ia

www.boxnovel.blogspot.com
Morning Sickness 73

jalani pemeriksaan rutin kandungan plus USG setiap dua minggu


sekali ditambah pemeriksaan oleh dokter ginjal setiap bulan.
Dukungan keluarga, khususnya suami dan ibunya, adalah
fondasi terkuat bagi benteng pertahanannya. “Tugas kita hanya
berusaha, sisanya kita serahkan kepada Allah. Kalau memang
rezeki kita, Debay pasti selamat dan kalau bukan rezeki kita,
harus kita ikhlaskan,” pesan mama tercinta yang selalu men-
jadi energi bagi kepasrahan Teh Yanie dalam berikhtiar menye-
lamatkan Debay. Tidak menyerah pada keadaan, tetap berse-
mangat, bersabar, dan terus percaya pada kuasa Allah adalah
kunci utama Teh Yanie untuk bertahan.
Hari ini, menjelang bulan ke-5 usia Debay dalam kandung-
annya, Teh Yanie sudah memutuskan untuk tak ingin kalah
sebelum berperang. Ia akan terus berjuang untuk memper-
tahankan Debay, apa pun risikonya, meski hasil akhirnya tetap
ia pasrahkan pada Allah, Sang Pemilik Jiwa.
***

D ari Teh Yanie aku belajar tentang perjuangan tanpa


batas. Ia bertarung di dua medan pertempuran pada
waktu bersamaan. Medan pertempuran di Ruang Hemodialisis
dan medan perjuangan untuk menjadi seorang ibu. Kaki beng-
kak, Hb yang sering turun hingga harus transfusi darah, obat
tensi yang harus diperbanyak karena tensinya tak boleh me-
lebihi 150 mmHg, menjadi kawan akrabnya setiap hari seka-
rang.
“Intinya, pasien HD yang hamil itu harus mau makan ba-
nyak, jangan bosan menjalani HD tiap hari, selalu menuruti

www.boxnovel.blogspot.com
74 Aku, Diriku, Rabbku

nasihat dokter, dan tentu saja, kuatkan doa,” ujar Teh Yanie di
akhir obrolan kami.
Namun, sore itu, 24 Juli 2014, sebuah chat singkat dari
Teh Yanie melunglaikan lututku. “Teh Lien, Debay enggak bisa
bertahan.” Begitu kubaca chat Teh Yanie di smartphone-ku.
Debaynya meninggal dalam kandungan pada usia 5,5 bulan.
Bagian anggota tubuh sang Debay sudah lengkap, tapi ukuran
tubuhnya masih sangat kecil, hanya 275 gram; normalnya se-
kitar 500 gram. Menurut dokter, ada banyak penyebab yang
memungkinkannya meninggal, termasuk karena kekurangan
suplai oksigen.
Esok harinya, atas izin Allah, Debay keluar spontan, seperti
proses keguguran, di RS Hasan Sadikin, Bandung, tanpa induksi
ataupun sesar. “Lelaki kecil itu kami namai Muhammad Kahfi
Arief. Ia memang anak saleh. Bahkan saat keluar untuk mening-
galkan kami pun, ia tak mau menyusahkan bundanya,” tulis Teh
Yanie, masih di chat di smartphone-ku.
Sesaat setelah kehilangan sang Debay, Teh Yanie sering
menangis mengingat perjuangannya mempertahankan Debay.
Tapi akhirnya, ia berusaha untuk mengikhlaskan karena Teh
Yanie sadar bahwa Debaynya milik Allah dan bukan miliknya.
Teh Yanie dan keluarga hanya diberi kesempatan 5,5 bulan
untuk menyayanginya. Teh Yanie, dengan dukungan keluarga
dan perawat, terus berusaha meyakini yang terbaik dan terus
berbesar hati, yakin lelaki kecil itu akan menjadi tabungan akhi-
rat bagi ayah bundanya.
Perjuangan Teh Yanie membuka mataku bahwa tak ada yang
tak mungkin jika Allah sudah berkehendak. Kun Fayakun. Meski
pada akhirnya Debay harus menemui Rabb-nya lebih dahulu,

www.boxnovel.blogspot.com
Morning Sickness 75

kebersamaan mereka selama 5,5 bulan sudah mengingatkanku


bahwa tak ada lagi alasan untukku berputus asa dari rahmat
Allah. Jika kelak Allah memberiku kesempatan mendapat ha-
diah istimewa seperti yang pernah Teh Yanie rasakan, aku ha-
rus siap berjuang menggapainya. Tapi, jika Allah memiliki ren-
cana lain untukku, aku harus selalu yakin bahwa kehendak
Allah adalah kebaikan untukku.
Ah, kalau kupikir-pikir, bukankah kondisiku sembilan tahun
terakhir ini sama lemahnya dengan ibu hamil? Bukankah ka-
dang kakiku juga bengkak seperti ibu hamil? Bukankah aku juga
kadang merasakan mual muntah pada pagi hari seperti morning
sickness-nya ibu hamil? Bukankah tulangku juga kadang ngilu
seperti ibu hamil? Bukankah sebagian dari kami juga kadang
anemia seperti ibu hamil?
Maka, siang itu, sebuah doa terpanjat kepada Rabb-ku.
Semoga, sembilan tahun perjuanganku menahan keluhan-ke-
luhan di tubuhku bisa menyamai mulianya wanita yang sem-
bilan bulan berjuang dalam kehamilannya. Dan, semoga saja,
sakitnya ratusan kali tusukan jarum besar di tanganku bisa me-
nyamai kebaikan yang Allah berikan kepada perempuan yang
bertaruh nyawa melahirkan anaknya. Agar jika sampai akhir
usiaku aku tak pernah merasakan indahnya hamil dan melahir-
kan, paling tidak, aku memiliki kebaikan dan kemuliaan yang
sama dengan wanita-wanita lain yang pernah Allah titipi ruh
di rahimnya.
Dengan doa dan harapan itu, kini aku bisa berujar pada
dunia. Aku memang belum pernah hamil, tapi, paling tidak, aku
pernah merasakan morning sickness-nya, he ... he ... he.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Standing Applause

S aat mendengar seorang teman mengeluh sakit kepala,


kadang aku bergumam, “Andai dia tahu, betapa sering
kesakitan itu mampir di kepalaku.”
Saat mendengar seorang kawan mengeluh pipis terus, da-
lam senyum dikulum, aku kerap berujar, “Andai dia tahu, apa
rasanya menjadi aku yang sudah lupa bagaimana rasanya ingin
pipis.”
Saat mendengar seorang sahabat yang mengeluh bosan
sudah seminggu minum obat, sering aku bicara pada diriku,
“Andai dia tahu bagaimana rasanya minum obat seumur hidup
hingga tak lagi kurasa kebosanan itu.”
Saat melihat seorang teman menahan ngilu ditusuk jarum
kecil ketika diambil darah, aku kerap ingin menyampaikan ke-
padanya bagaimana perih dan ngilunya ditusuk jarum yang lu-
bangnya jauh lebih besar daripada itu, hampir 1.000 kali se-
lama sembilan tahun terakhir ini. Andai dia tahu bagaimana
kegelisahanku malam menjelang cuci darah pada 2005 karena
membayangkan “jarum kruistik” itu terbenam selama empat
jam di lengan kiri dan pangkal pahaku.
Saat melihat seorang teman menjerit histeris menyaksikan
tetesan darah dari tangannya karena tertusuk duri, aku hanya
bisa tersenyum simpul. Terkadang, ingin berbagi cerita kepa-
danya bagaimana rasanya menyaksikan darah kita mengalir ke-
luar masuk tubuh melalui selang bening itu, bagaimana amisnya

www.boxnovel.blogspot.com
Standing Applause 77

bau darah yang pernah muncrat ke wajahku, atau bagaimana


syoknya menyaksikan selang merah tiba-tiba melayang-layang
memuncratkan darah di atas tubuhku saat aku terbaring tak
berdaya.
Tentu, semua ini cuma sekadar terlintas di pikirku. Tak
pernah berani menyampaikannya kepada mereka. Aku hanya
berani berujar pada diriku sendiri. Sekadar ingin bercerita ke-
pada jiwaku sendiri. Untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa
ternyata, atas izin Allah, aku bisa lebih kuat daripada yang ku-
bayangkan.
Dari sana, aku belajar untuk mulai menghargai “perjuangan-
perjuangan kecil” dalam diriku. Memberikan standing applause
untuk diriku sendiri. Bukan untuk membuat diriku sombong
dan merasa paling tangguh, melainkan untuk menumbuhkan
semangat baru di tengah impitan yang kadang menyesakkan.
Kuberikan standing applause pada diriku saat aku bisa
menghabiskan semangkuk bubur ketika sedang mual muntah.
Atau, saat kuhabiskan nasi di piring saat sedang kehilangan se-
lera makan. Atau, saat aku bisa menuntaskan empat jam cu-
ci darahku meski ketidaknyamanan terus mengintaiku sejak
jam pertama. Atau, saat aku bisa menjalani puasa pada hari
aku menjalani cuci darah. Atau, saat aku sukses menaikkan ke-
cepatan putaran darahku sedikit demi sedikit. Kuberikan stan-
ding applause untuk prestasi-prestasi kecil yang membawa
perubahan baik pada kondisi fisik, psikis, dan ruhiyahku.
Standing applause adalah caraku untuk memberikan se-
mangat baru kepada diriku dalam melewati seberat apa pun
tekanan yang ada, meski tekanan itu terkadang tampak seperti

www.boxnovel.blogspot.com
78 Aku, Diriku, Rabbku

melewati batas kemampuan kita. Standing applause adalah ca-


raku untuk berbaik sangka kepada Allah bahwa di balik ujian-
Nya, Ia Yang Mahasegala telah menyiapkan diriku untuk bisa
melewati seberat apa pun tekanan yang ada selama aku masih
memiliki semangat baja untuk berjuang. Bahwa atas izin-Nya,
ternyata aku lebih kuat daripada yang kubayangkan. Segala puji
hanya milik-Mu, Rabb ....[]

www.boxnovel.blogspot.com
Aku Tak Punya Waktu
untuk Mengasihani Diri Sendiri

Jika engkau tidak menyibukkan dirimu dengan kebenaran,


maka engkau akan disibukkan dengan kebatilan.
—Imam Syafi‘i

S ­­

www.boxnovel.blogspot.com
80 Aku, Diriku, Rabbku

alami sendiri apa yang disebut depresi? Ya, saat itu, aku me-
rasa jadi manusia paling sial di dunia. Aku perempuan ham-
pir 26 tahun yang dinyatakan memiliki penyakit kronis, harus
menjalani cuci darah seumur hidupku, belum menikah, dan
tidak bekerja. Kesialan apa lagi yang kurang dariku? Andai saja
sore itu aku tahu akan mengalaminya di kemudian hari, pas-
ti sudah kusimpan baik-baik artikel majalah itu. Sayangnya, ti-
dak.
Namun, kemudian aku belajar mengobati diriku sendiri.
Mencari cara dan tips sendiri untuk mengatasi semua keluhku.
Browsing mencari tips n tricks mengatasi ketidakbersyukuran
dalam diriku. Mulai tertarik pada ilmu psikologi dan mempel-
ajarinya sendiri. Hingga akhirnya, sebuah skenario Allah mem-
pertemukanku dengan Nida, seorang psikolog di kotaku.
Kami masih ada ikatan saudara. Ia istri Rio, sahabat semasa
SMP-ku yang juga seorang dokter penyakit dalam. Dalam per-
jalananku kemudian, Rio dan Nida menjelma menjadi penasihat
fisik dan psikis untukku. Pasangan suami-istri ini menjadi orang
yang kerap kuganggu jika aku ada keluhan fisik dan psikisku.
Skenario Allah pulalah yang kemudian menggiringku untuk be-
kerja di biro psikologi milik Nida selama beberapa tahun, sebe-
lum akhirnya kuputuskan fokus mengurus biro statistik di rumah
sesuai bidang keahlianku. Selama bekerja di biro psikologi, aku
belajar banyak dari Nida, tentang tips-tips mengatasi depresi,
terutama untuk pasien penyakit menahun sepertiku.
Dari proses belajar dan diskusi itulah akhirnya aku mene-
mukan begitu banyak cara untuk mengatasi depresi. Yang paling
utama adalah sibukkan diri dengan hal-hal baik. Depresi kerap

www.boxnovel.blogspot.com
Aku Tak Punya Waktu untuk Mengasihani Diri Sendiri 81

muncul saat ada waktu luang, kala hati sedang tak bersyukur.
Jika waktu luang tidak dimanfaatkan dengan baik, akan banyak
melamunlah kita. Terpuruklah kita. Masuklah kita ke dalam
zona baru bernama zona mengasihani diri sendiri. Jika kita
sudah nyaman berada di zona mengasihani diri sendiri, maka
bersiap-siaplah berteman akrab dengan depresi!
Nah, sejak saat itu, setiap kali ketidakbersyukuran singgah
di hatiku, setiap kali keluh memeluk jiwaku, segera kusibukkan
diriku. Kadang menulis, menganalisis data, berjualan, ikut pe-
ngajian, atau sekadar membaca buku. Aku berharap, kesibuk-
anku dengan kebenaran akan menghindarkanku dari kebatilan.
Kesibukanku dengan hal-hal baik bisa menghindarkanku dari
depresi.
Sungguh, Teman ... depresi akan segan mampir ke jiwa kita
jika kita senantiasa bisa berkata tegas kepada diri kita, “Maaf,
aku sedang sibuk, tak punya waktu untuk mengasihani diri sen-
diri!” ^_^[]

www.boxnovel.blogspot.com
Menjadi Debu

Pagi masih teramat sepi


Ketika kau putuskan beranjak menemui Sang Penguasa Hidupmu
Berdiri engkau di hadapan-Nya dengan tegap
Dan mulai merasakan beban yang menyesakkan dadamu
menghampiri
Satu demi satu berkumpul dan bermain-main dalam hati dan
pikirmu.
Kemudian, berdirimu sudah tak lagi tegap
Kau menunduk dan terus menunduk
Hingga tersungkur dan semakin tersungkur
Beban itu terasa semakin menekan dan menyesakkan
Hingga membuat lidahmu kelu
Hingga membuat energimu beku.
Dan, kau pun merasa dirimu kecil dan teramat kecil
Kerdil dan teramat kerdil
Tak lebih dari setitik debu di padang pasir
Saat itulah kau katakan kepada Rabb-mu
“Allah, aku sudah tak sanggup.”
Maka, saat kau berada titik terendah dalam hidupmu
Saat kau lepaskan semua atribut keangkuhanmu di depan Rabb-mu
Saat itulah Dia angkat semua beban hidupmu
Dihapuskan-Nya seluruh luka hatimu

www.boxnovel.blogspot.com
Menjadi Debu 83

Hingga kau merasa begitu ringan


Dan mampu menegakkan wajahmu untuk hidup ke depan.
Maka saat itulah kau menyadari
Hanya pada-Nya akan kau labuhkan mimpimu
Karena kini kau semakin meyakini
Hanya Allahlah sebaik-baiknya tempat berbagi.

D alam perjalanan meneguhkan jiwa, kita sering dihadap-


kan pada tekanan yang begitu menyesakkan, hingga
membuat kita merasa terpuruk. Ketangguhan jiwa yang se-
dang kita bangun dengan perlahan, tiba-tiba jatuh pada titik
terendah. Titik ketika kita merasa jiwa kita begitu kerdil, titik
ketika kita merasa tak berharga, dan titik ketika kita merasa
sudah tak lagi sanggup berjuang.
Saat itulah kita akan menyadari bahwa tak ada lagi tempat
bergantung dan melabuhkan harapan selain Allah, Sang Kuasa
Pemilik jiwa kita. Dia yang akan mengangkat beban yang meng-
impit dada kita, Dia yang akan melonggarkan ikatan yang me-
nyesakkan kita, dan Dia yang akan melapangkan hati kita.
Hingga kita kembali merasa ringan dan bersiap melangkah me-
nyongsong tantangan di depan.
Dari sanalah aku belajar bahwa tubuh yang lemah harus
disokong oleh jiwa nan tangguh. Saat jiwa yang tangguh itu
tiba-tiba runtuh karena tekanan berat, maka satu-satunya yang
bisa menopang hanyalah hati yang bersih. Dan hati yang bersih
hanya akan terpancar dari pribadi-pribadi yang mencintai Rabb-
nya.

www.boxnovel.blogspot.com
84 Aku, Diriku, Rabbku

Nah, dalam upaya menjadi pribadi yang memiliki hati yang


bersih, sekuat tenaga aku belajar mencintai Rabb-ku, meski be-
rat dan tertatih. Godaan kemalasan, kelelahan, dan rasa sakit
kerap menghampiri saat aku mencoba mendekat kepada Rabb-
ku. Padahal, jika aku mampu menghalau godaan itu, maka akan
kurasakan nikmatnya menyendiri bersama Rabb-ku. Meski se-
saat, kebersamaan dengan Rabb-ku selalu saja memberikan
energi baru bagi tubuh, jiwa, dan hatiku.
Kisah “Memeluk Rabb-ku”, “Nikmatnya Puasa”, “Obat Hati
Nomor Wahid”, dan “Vitamin Hati Pagi Sore” adalah kisah yang
kualami dalam pencarianku akan cara terbaik mendekat kepada
Rabb-ku. Kisah-kisah itu mengajariku bagaimana kedekatan de-
ngan Sang Pemilik jiwa akan menumbuhkan benih-benih cinta
kita pada-Nya. Jika cinta sudah tumbuh di relung hati kita, ma-
ka kita akan dapat menikmati kehidupan di masa mana pun
kita ditempatkan, masa malam ataupun siang, entah saat ge-
lap ataupun terang, entah kala berat ataupun ringan. Jika cinta
sudah tumbuh di relung hati, akan kita dapati rindu yang meng-
gebu kepada Pemilik hati kita, rindu yang hanya akan tunai saat
kita bersama-Nya.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Memeluk Rabb-ku

Maka, tidak malukah kita mengeluh tentang kesendirian?


Tidak malukah kita menangisi kesepian?
Tidak malukah kita berujar pilu tentang rasa ganjil?
Sementara, mendekat pada Allah saja kita enggan ….
Bukankah Allah sebaik-baik Penggenap rasa?

“K ­

www.boxnovel.blogspot.com
86 Aku, Diriku, Rabbku

tatih. Episode kehilangan terbesar dalam hidupku sedang ber-


jalan.
Ketika kudengar panggilan Rabb-ku, aku tertegun. Bagaima-
na bisa aku melupakan-Nya? Bukankah semua adalah kehen-
dak-Nya? Mengapa aku tak bicara saja kepada-Nya?
Perlahan, tertatih kubasuhkan air wudhu. Kubayangkan itu
adalah wudhu dan shalat terakhir dalam hidupku. Aku berdiri
menghadap Rabb-ku, mengagungkan-Nya, bersyukur, tunduk,
sujud, dan memohon ampunan-Nya. Aku milik-Nya. Pada-Nya
kukembalikan seluruh hidupku.
Selepas shalat, mendadak aku merasa begitu sendiri, begitu
sepi dan hampa. Rabb, mengapa mesti aku? Mengapa bukan
orang lain saja yang lebih sanggup? Mengapa mesti aku, Rabb?
Pertanyaan itu menyeruak begitu saja dari hatiku.
Kupejamkan mata, kurasakan tubuhku berat dan semakin
berat, bagai beban puluhan kilogram sedang menekanku. Aku
tersungkur. Sujud.
“IKHLAS!!!” sebuah suara tiba-tiba terdengar jelas di te-
lingaku. Aku terbangun dari sujudku, mencari asal suara itu.
Tak seorang pun di sana. Suara siapa itu? Suara nuranikukah?
Aku terdiam, lantas beristighfar. Kutegakkan tubuhku. Ku-
katakan kepada Rabb-ku, “Rabb, apa pun yang terjadi, apa pun
yang harus hamba jalani setelah ini, hamba ikhlas.”
Seketika, ada kekuatan besar yang menahan laju air ma-
taku. Aku berhenti menangis. Beban berat yang sebelumnya
menekan berat dadaku seperti terangkat perlahan, tertarik ke
atas. Pelan tapi pasti, kurasakan tubuhku ringan dan nyaman.
Senyum tipis terulas di bibirku. Allah menjawab tanyaku.

www.boxnovel.blogspot.com
Memeluk Rabbku 87

Di tengah kesendirianku, kurasakan pelukan Rabb-ku. Di


tengah kesendirianku, kurasakan dekapan Rabb-ku hingga lepas
semua sesak yang semula menekan dadaku.
***

D alam perjalanan setelah itu, ujian datang dari berbagai


arah. Aku kembali terpuruk, aku kembali jatuh. Tapi,
selalu pada akhirnya pelukan Rabb-kulah yang mengangkatku
dari keterpurukan. Pelukan Rabb yang kudapati dalam shalat
wajibku dan dekapan hangat Rabb-ku yang kudapati dalam
shalat sunnahku.
Ya, shalat adalah tempatku menyerahkan diri pada dekapan
Rabb-ku. Shalat yang dulu hanya kuanggap sebagai kewajiban
yang mesti tertunaikan, kemudian berubah menjadi momen
yang kubutuhkan. Setiap kali aku merasa sendiri, kurengkuh
dekapan Rabb-ku dalam shalatku. Setiap kali aku bicara, curhat,
dan menangis di depan Rabb-ku, saat itulah kudapati kekuatan
baru dalam hidupku.
Betapa luar biasanya pelukan. Bahkan saat dini hari, kala
orang lain terlelap dalam tidurnya, aku kerap menangis sen-
dirian. Kadang, hanya ingin bicara dengan diriku sendiri. Tapi,
tak pernah kutemukan solusi. Namun, ketika aku beranjak me-
nemui Rabb-ku, kusampaikan semua sesak di dadaku. Aku me-
nangis bagai bayi yang sedang bermanja pada bundanya. Aku
meraung, menjerit, tertatih merengkuh pelukan Rabb-ku. Dan
kurasakan saat itu, Rabb-ku memelukku erat, dalam dekap
yang hangat, menarik semua beban yang menyesakkan dada.
Hingga lepaslah semua.

www.boxnovel.blogspot.com
88 Aku, Diriku, Rabbku

Dengan dekapan-Nya, Rabb-ku memberiku jalan. Kadang


sekadar meringankan bebanku. Tak jarang, memberiku kekuat-
an baru untuk melewati jalan terjal yang kuhadapi.
Dalam pelukan-Nya, Rabb-ku mengelusku mesra, memintaku
sabar dan bertahan menunggu kebaikan yang sedang disiapkan-
Nya untukku. Dalam rengkuhan-Nya, aku merasa genap dalam
kesendirianku. Dalam dekapan-Nya, aku merasa, tunai sudah
rinduku.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Nikmatnya Puasa

Puasa sangat baik untuk mengobati berbagai penyakit kronis.


—Ibnu Sina

“S ok atuh dinikmati hidangannya …,” ujar lelaki di sam-


pingku Senin pagi itu. Kami sedang menghadiri pelan-
tikan pengurus baru Himpunan Mahasiswa Program Studi Pen-
didikan Agama Islam. Dan, lelaki yang duduk di sampingku ada-
lah Kepala Program Studinya.
“Oh iya, Pak, hatur nuhun.”
“Hmmm. Lagi puasa, Teh?” tanyanya
“Insya Allah.”
“Eh, pasien cuci darah bukannya enggak boleh puasa?”
ujarnya sambil tersenyum, nada bicaranya dipenuhi keraguan.
Aku hanya tersenyum. Terlalu panjang untuk kujelaskan
bahwa puasa menjadi salah satu terapi yang kini kujalani untuk
mengantisipasi berbagai keluhan tubuhku. Seandainya ada
waktu, ingin aku berbicara panjang dengannya. Apalagi bapak
sepuh yang masih terlihat awet muda ini adalah guru agamaku
semasa SMA. Penampilan fisik dan gaya bicaranya masih per-
sis dengan 15 tahun yang lalu saat ia mengajarku. Pagi itu,
ia, dengan suara lantangnya, berorasi di depan puluhan anak
didiknya pada pembukaan acara. Semangatnya masih mem-
bara.

www.boxnovel.blogspot.com
90 Aku, Diriku, Rabbku

Sementara, aku hadir di sana sebagai pembicara dalam


seminar The Power of Mother dalam peringatan Hari Ibu yang
dilaksanakan selepas pelantikan. Tanpa kuduga, aku bertemu
dengan beliau. Rupanya, sekarang beliau mengabdikan ilmunya
di STAI. Pembicaraan singkat kami tentang puasa membuatku
merasa perlu meninjau perjalanan puasaku selama aku men-
jalani cuci darah. Ada banyak hikmah dan pelajaran yang
kudapat dari puasa terhadap kondisi tubuhku. Semoga, infor-
masi ini bisa bermanfaat bagi teman-teman semua.
Tahun pertama pada 2005, puasa hanya kulaksanakan pada
hari-hari Ramadhan di luar jadwal HD. Artinya, 8 hari HD dalam
Ramadhan itu aku tidak berpuasa. Ditambah dengan masa
menstruasi sekitar 1 minggu, artinya hampir 15 hari puasaku
batal. Aku menggantinya dengan membayar fidyah saat itu ka-
rena belum berani berpuasa sendirian di luar Ramadhan.
Pada 2006 dan 2007, aku mulai menemukan nikmatnya
puasa. Entah mengapa, aku merasa kondisiku jauh lebih stabil
saat Ramadhan. Mungkin, karena makan dan minum obat lebih
teratur. Aku mulai belajar menjalani puasa saat jadwal HD-ku.
Alhamdulillah, lulus. Dalam dua tahun itu, aku hanya batal se-
kitar 7-8 hari karena menstruasi dan mulai kubayar dengan qa-
dha pada bulan-bulan selanjutnya.
Pada 2008, karena suatu masalah, kondisi psikologisku
drop. Entah mengapa, tiba-tiba berpuasa menjadi hal yang be-
rat untukku. Tertatih aku menjalaninya. Sempat merasa tak kuat
lagi puasa saat jadwal HD. Akhirnya, kejadian 2005 terulang
kembali pada dua tahun itu, aku bolong banyak dan kubayar
dengan qadha dan fidyah. Tahun 2009, kondisi psikologisku

www.boxnovel.blogspot.com
Nikmatnya Puasa 91

mulai membaik, tapi kondisi fisik yang tak mendukung akhirnya


memaksaku untuk tidak puasa saat jadwal HD. Kembali, kuganti
dengan qadha.
Dari pengalaman lima tahun itulah, maka pada Ramadhan
2010, aku mulai mempelajari polanya. Aku mulai belajar me-
nyiapkan diri untuk menghadapi Ramadhan tahun-tahun beri-
kutnya.
Tahun-tahun selanjutnya, aku semakin merasakan nikmat-
nya puasa. Perlahan, aku mulai belajar untuk berpuasa sunnah
di luar Ramadhan. Aku belajar puasa Senin-Kamis dan puasa
Syawwal. Secara kebetulan, jadwal HD-ku Selasa dan Jumat.
Jadi, puasa sunnah Senin-Kamis merupakan waktu yang tepat
bagiku. Selain untuk mengikuti Sunnah Rasulullah, aku juga
berpuasa Senin-Kamis untuk membantu pola diet minumku.
Satu hari berpuasa dalam 3 hari waktu free HD-ku cukup mem-
bantuku mengurangi penumpukan cairan sekitar 600-700 ml.
Lumayan, bukan?
Itulah nikmatnya puasa bagi pasien cuci darah sepertiku.
Selain untuk bukti cinta kepada Allah dan rasul-Nya, juga me-
ringankan beban kerja jantungku karena mengurangi beban
penumpukan cairan. Selain itu, puasa juga membuat tubuhku
beristirahat dari rutinitas pekerjaan mengolah makanan dan
minuman seperti biasanya. Energi yang biasanya digunakan
untuk mengolah makanan akan digunakan untuk perbaikan ke-
rusakan tubuh. Mungkin, itulah sebabnya puasa mampu meng-
obati berbagai penyakit kronis.
Bagiku, dalam praktiknya, puasa hanyalah sebuah aktivitas
sarapan lebih pagi agar tidak usah makan siang. Tapi, dengan

www.boxnovel.blogspot.com
92 Aku, Diriku, Rabbku

Persiapan Berpuasa Ramadhan


1. Menyiapkan fisik, mental, dan ruhiyah menjelang Ra madhan. Me­
mastikan HB, paling tidak, di atas 9; jiwa sedang dalam keadaan
stabil dan ruhiyah sedang optimal. Cara mengoptimalkan fisik dan
mental stabil adalah dengan melatih diri berpuasa sunnah sebelum
Ramadhan tiba. Sedangkan cara mengoptimalkan ru hiyah adalah
dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas tilawah Al­Quran dan
shalat sunnah beberapa waktu sebelum Ra ma dhan, serta miliki target
tilawah, hafalan, dan shalat te pat waktu saat Ramadhan. Dengan
memiliki target itu, aku jadi lebih fokus pada target dan bukan kondisi
fisikku.
2. Jika berniat puasa saat jadwal HD, tetap bawalah per bekalan seperti
biasa: makanan ringan, madu, dan teh manis panas. Fungsinya
adalah untuk antisipasi drop. Jika drop saat HD dan sudah merasa
tak mampu, jangan paksakan, berbukalah. Allah Mahatahu.

niat karena Allah, puasa akan menjadi sesuatu yang bermakna.


Semoga Allah mengampuniku karena kadang menyelipkan niat
diet minum dalam puasa Senin-Kamisku. Ibarat, sekali mereng-
kuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Itulah nikmatnya puasa
bagiku.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Nikmatnya Puasa 93

3. Dalam kondisi drop yang masih bisa diperbaiki tanpa berbuka, aku
biasanya menyediakan minyak angin dan minyak kayu putih saat puasa
di Ruang HD. Fungsinya adalah untuk menghangatkan bagian­bagian
tubuh yang perlu dihangatkan saat menjelang drop.
4. Tidak menggunakan injeksi vitamin/suplemen selama HD karena
khawatir membatalkan puasa.
5. Yang terpenting dari semuanya adalah luruskan niat. Puasa adalah
bentuk kecintaan kita kepada Allah. Jika pasien HD tidak berpuasa,
maka berarti seumur hidup tidak akan berpuasa karena HD dilak­
sanakan seumur hidup. Nah, jika merasa mampu, berpuasalah
sesuai kemampuan. Tapi, jangan paksakan diri. Kemampuan tiap
orang berbeda dan Allah Mahatahu jika memang kondisi kita tidak
memungkinkan untuk berpuasa.

www.boxnovel.blogspot.com
Obat Hati Nomor Wahid

Penjaga kekebalan iman adalah tilawah Al-Quran.


—Ali ibn Abi Thalib r.a.

“M ana si Elin, ... mana si Elin?”


Suara lantang lelaki lewat paruh baya terdengar
begitu jelas di telingaku. Sementara, aku, gadis kecil berusia
11 tahun, sembunyi di kamar sepupuku, menghindar dari
kemarahan lelaki itu. Saking paniknya, aku tak sempat mengunci
kamar tempatku sembunyi, maka jadilah lelaki itu mendapatiku
dengan cepat. Mata kami beradu, kutatap pohon singkong
yang dibawanya. Dalam hitungan detik, pohon singkong itu
mendarat dengan sukses di pahaku hingga memunculkan ga-
ris-garis merah di sana. Aku terdiam mendapati lelaki yang
biasanya begitu lembut kepadaku mendadak terlihat beringas
pagi itu. Pahaku sakit setengah mati. Aku menangis menjerit-
jerit. Namun, sesaat setelah lelaki itu mengucapkan kalimat
pendeknya, aku mendadak terdiam. Tak ada lagi air mata yang
mengalir di pipiku.
“Kalau Bapak ditanya di akhirat sama Allah kenapa kamu
enggak bisa ngaji, Bapak sudah punya jawabannya,” ujarnya
pelan sambil berlalu meninggalkanku. Aku tahu, ada yang me-
nyekat di dadanya. Aku tahu, ia kecewa padaku. Aku tahu, aku
yang salah. Aku yang berjanji akan ikut les mengaji, aku yang

www.boxnovel.blogspot.com
Obat Hati Nomor Wahid 95

menginginkannya, dan aku sendiri yang melanggarnya. Sudah


lebih dari lima kali aku menghindar dari les ngaji dan lebih me-
milih bermain bareng teman-temanku.
Lelaki lewat paruh baya itu adalah bapakku.
Sepuluh tahun kemudian, di usiaku yang ke-21, saat aku
sedang libur kuliah semester kedua, Bapak mengajakku bi-
cara, “Anaking, hampura Bapa, nya. Terus terang, saumur si-
laing hirup, Bapa mah can pernah ngarasa mere harta nu
cukup. Kabeh anak-anak Bapa euweuh nu dibere harta. Tapi,
Bapa yakin, bekel elmu jeung iman nu bakal manfaat keur si-
laing. Hampura, baheula Bapa ngarasa ngagebugan, tapi
alhamdulillah tetela aya hasilna. Neng hiji-hijina anak Bapa nu
pangrajinna ngaji Qur’an. Mudah-mudahan ke bisa nulungan
Bapa.”*
Aku terdiam mendengar kalimat panjangnya. Tak kusangka,
itu nasihat terakhirnya untukku. Tak sampai satu bulan sesudah
hari itu, Bapak pergi meninggalkan kami, selamanya. Ia pulang
menuju Rabb-nya.
Sejak hari itu, aku bertekad akan menunaikan amanahnya,
menjaga tilawah Al-Quranku. Itu amanah yang harus kujalankan
sampai tutup usiaku. Berusaha sekuat tenaga untuk terus me-
nata diri menjadi salehah adalah caraku mencintainya kini. Aku
tak lagi tahu bagaimana membalas cinta tulusnya. Aku tak tahu
bagaimana membalas kelembutan hatinya. Aku tak lagi punya
kesempatan membahagiakannya di dunia. Sementara, ia dulu
* “Anakku, maafkan Bapak. Sepanjang hidupmu, Bapak belum bisa memberikan harta yang
cukup. Semua anak Bapak tak ada yang dibekali harta. Tapi, Bapak yakin, bekal ilmu dan iman
akan bermanfaat untukmu. Maafkan, dulu Bapak pernah memukuli Neng. Tapi, ternyata ada
hasilnya. Sekarang, Neng adalah satu-satunya anak Bapak yang paling rajin membaca Al-Quran.
Semoga, nanti bisa menolong Bapak di akhirat.”

www.boxnovel.blogspot.com
96 Aku, Diriku, Rabbku

kerap berusaha membuatku tersenyum, mengajakku bercanda,


menyimpankan makanan kesukaanku, dan memasak untukku.
Satu-satunya cara untuk membahagiakannya sekarang ada-
lah berusaha menjadi salehah. Bukankah doa anak saleh dan
salehah adalah salah satu amalan yang pahalanya tak akan ter-
putus untuknya? Mudah-mudahan, sesedikit apa pun doa yang
kupanjatkan dan ayat Al-Quran yang kulantunkan, menjadi ka-
do terindah untuknya. Semoga, Engkau menempatkannya di
tempat yang terbaik di sisi-Mu, Rabb.
Dengan niat awal menjaga amanah Bapak, aku menjaga
tilawah Al-Quranku. Dan, ternyata ia benar. Amanahnya ber-
manfaat untukku. Bersyukur, Allah mengizinkanku bertemu de-
ngan teman-teman yang mendukungku. Selama hampir lima
belas tahun, aku tergabung dalam kelompok kecil yang biasa
kusebut Lingkaran Cahaya. Di kelompok yang berganti-ganti
personel ini, kami punya satu program membaca Al-Quran mi-
nimal sehari satu juz. Kerap aku tak mencapai target karena
kesibukan, kelelahan, dan kemalasanku hingga pada evaluasi
mingguan, aku kerap tak memenuhi target. Target biasanya
hanya bisa kupenuhi saat Ramadhan. Mungkin, karena suasa-
nanya mendukung, jadi lebih mudah menuntaskan bacaan Al-
Quran.
Alhamdulillah, atas izin Allah, pada awal 2014 ini, aku ter-
gabung di grup One Day One Juz, ODOJ 960. Di sana, kami, 30
orang yang berjuang untuk mengkhatamkan Al-Quran setiap
hari. Setiap orang punya kewajiban menuntaskan minimal satu
juz setiap hari. Dengan sistem ini, kami berharap bisa istiqamah
membaca surat cinta Rabb kami setiap hari. Semoga, kebiasaan

www.boxnovel.blogspot.com
Obat Hati Nomor Wahid 97

baru ini bisa melembutkan hati kami. Semoga, ikhtiar kami bisa
menjadi obat yang paten untuk mengikis sedikit demi sedikit
penyakit hati yang menggerogoti tubuh dan jiwa kami. Setelah
melewati hari demi hari bersama teman-teman di grup ODOJ
960, aku semakin tersadar bahwa jika kita hanya mencari waktu
luang dalam kesibukan kita untuk membaca Al-Quran, kita tak
akan pernah menemukannya. Oleh karena itu, temukanlah
keindahan Al-Quran dengan meluangkan waktu sejenak saja di
antara kesibukan kita yang tak pernah usai.
Begitulah, tilawah Al-Quran sudah menjadi obat hati nomor
wahid untukku. Obat untuk mengobati resah dan gelisahku.
Obat yang begitu mudah dan murah kudapat. Dengan hati yang
sehat, maka fisikku ikut terasa sehat kendati kadang berbagai
keluhan menderaku. Denyut demi denyut kesakitan akan terasa
menyenangkan ketika kita melewatinya bersama Al-Quran,
kumpulan surat cinta dari Rabb Pemilik Jiwa dan Raga kita.
Ah, bicara tentang obat hati nomor wahid selalu mengingat-
kanku pada cinta tulus bapakku. Bapak yang memintaku meng-
hafal Surah Al-Baqarah ayat 286 untuknya menjelang tutup
usianya. “Hafalkan dan bacakan untuk Bapak agar Allah tidak
membebani dengan kesakitan di luar kemampuan Bapak,” ujar-
nya suatu saat.
Maka, pagi hari itu, 25 Januari 2000, aku duduk di sam-
ping jenazahnya dengan lutut yang lunglai dan air mata meng-
genang. Perlahan, kuusap dagunya. Terbayang di mataku, dahulu,
sebelum tidur, aku dibuat tertawa geli oleh jenggot runcingnya.
Lantas, kulafalkan Surah Al-Baqarah ayat terakhir di samping
telinganya berkali-kali. Allah mengabulkan doamu, Pak. Allah

www.boxnovel.blogspot.com
98 Aku, Diriku, Rabbku

telah membebaskanmu dari penyakit dalam tubuhmu. Allah ti-


dak membebanimu di luar kemampuanmu. Allah lebih mencin-
taimu dan Dia akan menjagamu lebih daripada kami bisa men-
jagamu. Terima kasih untuk amanahmu yang luar biasa. Se-
lamat jalan Bapak tercinta. Semoga kita akan bertemu kembali
di surga-Nya. Allâhumma âmîn ....[]

www.boxnovel.blogspot.com
Vitamin Hati Pagi Sore

Zikir bagi hati itu seperti air bagi ikan.


Bagaimana kondisi ikan apabila ia harus berpisah dari air?
—Ibnu Taimiyah

P engujung 2005, aku terdiam dalam sepi. Merasa Allah


tak adil padaku. Rasanya, selama 25 tahun aku hidup,
aku tak pernah meminta macam-macam. Aku hanya meminta
hal-hal yang wajar saja dalam doa-doaku. Tapi, mengapa Allah
merenggut semuanya? Tapi, mengapa Allah putuskan semua
mimpiku?
Semua rencanaku tahun itu seperti dihempas badai. Epi-
sode kehilangan terbesar dalam hidupku sedang berjalan. Dan,
aku terdiam dalam kelam. Tak lagi ingin meminta kepada Rabb-
ku. Toh, semua doaku juga tak ada yang terjawab. Aku kerap
hanya menunaikan shalatku, tapi tak lagi memberi ruang untuk
berdoa dan zikir. Kuputuskan semua harapku.
Hingga tibalah malam itu ketika Allah menyentilku melalui
wanita lewat paruh baya yang senantiasa membuatku begitu
berharga. Dialah ibuku. Dalam tidur malam, aku mendengar ta-
ngisnya. Memohon kesembuhanku. Suaranya menyayat hati. Ia
mencintaiku lebih dari aku mencintai diriku sendiri.
Allahu Rabb, betapa sombongnya aku. Bahkan memohon
kebaikan untuk diriku sendiri saja aku tak mau. Dalam posisi

www.boxnovel.blogspot.com
100 Aku, Diriku, Rabbku

tidurku, aku menemani ibuku menangis malam itu. Mengamini


doanya.
Sejak saat itulah, vitamin hati kembali menjadi bagian dari
hidupku. Aku kembali mengonsumsinya setiap pagi selepas
Shalat Shubuh dan sore setelah Shalat 'Ashar. Vitamin ini men-
jadi suplemen hatiku agar terjaga sepanjang hari. Jika obat hati
menjadi menu wajibku setiap hari, maka vitamin hati menjadi
menu sunnah yang tak kalah pentingnya.
Tanpa kusadari, vitamin hati pagi sore ini sudah menjadi
candu untukku. Jika dalam beberapa hari tak mengonsumsinya,
maka hatiku melemah, jiwaku lemas tak berenergi. Bagai ikan
yang berpisah dari air tempatnya hidup.
Vitamin ini tersimpan dalam stoples kotak bertitel Al-Ma'-
tsurat. Komposisinya adalah Surah Al-Fâtihah, Al-Baqarah 1-5,
Al-Baqarah 255-257, Al-Baqarah 284-286, Al-Ikhlâsh, Al-Falaq,
An-Nâs, zikir, dan doa-doa. Dari sekian banyak doa dalam vita-
min hati ini, ada salah satu doa favoritku, doa yang kuharapkan
bisa menjagaku dari kegelisahan dan keresahan jiwa.

“Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari rasa sesak dan gelisah.
Aku berlindung pada-Mu dari kelemahan dan kemalasan.
Aku berlindung pada-Mu dari sifat pengecut dan kikir.
Aku berlindung pada-Mu dari dilingkupi utang
dan dominasi manusia.”

Itulah vitamin pagi dan soreku. Vitamin yang kuharapkan


bisa menjadi penjaga hatiku agar tak melemah, penjaga jiwaku
agar tetap tangguh, dan semoga berimbas pada tetap terjaganya

www.boxnovel.blogspot.com
Vitamin Hati Pagi Sore 101

kondisi fisikku. Bukankah fisik yang sehat, jiwa yang tangguh,


dan hati yang teguh adalah tiga fondasi bagi terbentuknya ke-
teguhan diri dalam situasi sesulit apa pun?[]

www.boxnovel.blogspot.com
Siang dan Malam

T eman, pernahkah engkau terbangun di malam hari dan


mendengar detak jarum jam yang begitu nyaring?
Mengapa detak jam itu tak terdengar jelas di siang hari,
meski tak beranjak dari tempatnya?
Mengapa detak jam terdengar begitu jelas di malam hari,
padahal kita tak memperbesar volumenya?
Karena, saat siang kita terbuai dalam pikuknya kehidupan
dunia.
Karena, saat siang kita terlena dalam ramainya alam raya.
Mungkin, itulah salah satu alasan Allah menciptakan ma-
lam.
Untuk mengenalkan suatu masa bernama sunyi dan gelap
kepada kita.
Masa yang membuat detak jarum jam terdengar begitu
nyata di telinga kita.
Masa yang membuat kita belajar untuk melihat bagian ter-
dalam diri kita.
Masa yang membuat kita merasa begitu dekat dengan Sang
Pemilik jiwa raga kita.
Dari pergantian siang dan malamlah kita belajar.
Untuk menghargai suatu masa sebelum kita kehilangan-
nya.
Agar kita tak mengeluh lelah saat pagi merekah.
Agar kita tak merengek sibuk saat petang menjelang.

www.boxnovel.blogspot.com
Siang dan Malam 103

Bukankah pergantian masa adalah keniscayaan yang nya-


ta?

Dari pergantian siang dan malamlah kita belajar.


Untuk menikmati kehidupan di masa mana pun kita ditem-
patkan.
Jangan menangis karena berharap malam segera berganti.
Jangan mengeluh ketika siang mesti berurai peluh.
Bukankah setiap masa memiliki peruntukannya sendiri-
sendiri?

Dari pergantian siang dan malamlah kita belajar.


Untuk mensyukuri siang dan bersabar di waktu malam.
Mensyukuri muda dan bersabar di masa tua.
Mensyukuri sehat dan bersabar di saat sakit.
Mensyukuri kaya dan bersabar di saat miskin.
Mensyukuri luang dan bersabar di saat sempit.
Mensyukuri nyaman dan bersabar di saat tak nyaman.
Dan mensyukuri lebih dan bersabar di saat kurang.

Bukankah hidup itu hanyalah sebuah persinggahan untuk


mencari bekal, Teman?[]

www.boxnovel.blogspot.com
Rindu
Tanya:
Terbuat dari apakah sebenarnya rindu itu?
Dari asam jawa dengan kadar keasaman terbanyakkah?
Dari cuka dengan konsentrasi tertinggikah?
Atau, dari pisau dengan ketajaman optimalkah?
Mengapa begitu perih?
Mengapa begitu getir?
Mengapa begitu menusuk?

Dari bahan apa sebenarnya rindu itu dibuat?


Dari batu pegunungan terpadatkah?
Dari gas terkotorkah?
Atau, dari bawang merah yang mengandung sulfur terbanyak-
kah?
Mengapa begitu berat?
Mengapa begitu sesak?
Mengapa selalu ampuh membuat air mata berderai?

Jawab:
Kamu salah, Sayang.
Rindu itu terbuat dari madu terbaik.
Rindu itu terbuat dari gula termanis.
Rindu itu terbuat dari kapas terlembut.
Dan rindu itu terbuat dari bunga terharum.
Rindu itu hadiah terbaik untukmu.

www.boxnovel.blogspot.com
Rindu 105

Tanya : Tidak, saya tidak salah.


Jawab : Ya, kamu salah.
Tanya : Saya tidak salah, itu yang saya rasakan.
Jawab : Siapa yang kamu rindukan? Apa yang kamu rindukan?
Tanya : Saya merindukan semua yang saya inginkan.
Jawab : Apa yang kamu inginkan?
Tanya : Terlalu banyak, tak bisa saya jelaskan dalam satu kali-
mat.
Jawab : Itu yang membuat rindumu terasa perih.
Tanya : Saya tak mengerti.
Jawab : Kamu tak tahu apa yang kamu rindukan.
Tanya : Saya masih tak mengerti.
Jawab : Kamu tak perlu menyampaikannya dalam satu kalimat,
kamu seharusnya bisa menyampaikan semua yang
kamu inginkan dalam satu kata.
Tanya : Satu kata?
Jawab : Ya, hanya satu kata.
Tanya : Saya semakin tak mengerti.
Jawab : Aku tahu yang kamu inginkan. Aku bisa mendefini-
sikannya dalam satu kata.
Tanya : Apa? Siapa?
Jawab : AKU.
Tanya : KAU?
Jawab : Ya, AKU.
Tanya : *Terdiam, lalu tersenyum.*

Begitulah dialog seorang hamba dengan Pemilik hatinya, suatu


masa.

www.boxnovel.blogspot.com
106 Aku, Diriku, Rabbku

Kemudian, hamba itu tersenyum dan selalu tersenyum.


Rindu berubah dari buah asam jawa menjadi gula.
Dari cuka menjadi madu terbaik.
Dari bawang merah yang getir menjadi bunga indah yang
harum menggoda.
Dari batu yang keras menjadi kapas yang begitu lembut.

Tersenyum dan selalu tersenyum.


Karena ia tahu sekarang.
Siapa dan Apa yang sesungguhnya dia rindukan.
Sang Kuasa Penggenggam jiwanya.
Rindu itu lepas sudah ….
Karena, ia mendapati dirinya dalam Pelukan-NYA.[]

www.boxnovel.blogspot.com
II
Tersenyumlah
dan Bekerjalah

www.boxnovel.blogspot.com
Pernahkah engkau terbangun di pagi hari dan merasa begitu takut
menghadapi dunia?
Pernahkah engkau terjaga dan bertanya pada dirimu sendiri,
“Mampukah aku melewati hari ini dengan baik?”
Aku pernah.
Dan kukatakan pada diriku saat itu, “Tersenyumlah dan
bekerjalah.”
Ya, tersenyumlah, maka dunia akan tersenyum padamu.
Dan, bekerjalah, maka Allah, Rasul, dan orang-orang
Mukmin akan melihat hasil pekerjaanmu.
Jika engkau merasa tak cukup mampu untuk terus melakukannya
di sepanjang usiamu, paling tidak, tersenyum dan bekerjalah untuk
hari ini saja.
Apabila esok engkau terbangun dengan pertanyaan yang sama,
jawablah dengan jawaban yang sama.

www.boxnovel.blogspot.com
Konser Tunggal

S abtu pagi yang tak biasa. Aku menjalani cuci darah mes-
ki bukan jadwal rutinku. Bukan karena emergency, me-
lainkan karena “kepentok” libur pemilu. Oleh karena bukan jad-
wal rutin, hampir sebagian besar pasien lain yang bersamaku
pagi itu tak cukup kukenal dengan baik, termasuk bagaimana
kebiasaan mereka saat cuci darah berlangsung.
Baru beberapa saat cuci darahku dimulai, tiba-tiba ter-
dengarlah alunan suara merdu laki-laki menyanyikan lagu-lagu
populer yang rasanya cukup sering kudengar. Suaranya begitu
nyaring sambil sesekali diiringi siulan lembut. Aku mencari
sumber suara. Kupikir, suara itu berasal dari televisi. Ternyata,
bukan. Aku semakin penasaran, terpaku mendengar bait-bait
syair lagu itu. Begitu banyak lagu yang dinyanyikannya, persis
seperti konser tunggal, mulai dari lagu-lagu Naff, Samson, Alda,
hingga Bunga Citra Lestari
“Kirim aku malaikatmu ....” Begitu suara lantang itu se-
makin jelas kudengar, aku semakin penasaran. Akhirnya, aku
tersenyum sangat lebar saat menyadari, ternyata yang sedang
bernyanyi dengan begitu santainya adalah bapak-bapak pasien
cuci darah yang sedang terbaring satu deret dengan ranjangku.
Kami terhalang dua ranjang pasien lain. Aku tidak bisa melihat
wajahnya dengan jelas, hanya kulihat headset yang terpasang
di telinganya.

www.boxnovel.blogspot.com
110 Tersenyumlah dan Bekerjalah

Bapak itu terus menikmati konsernya sampai tuntas, sam-


pai ia puas, dan akhirnya tertidur pulas. Aku tersenyum, be-
berapa perawat juga. Sementara, pasien lain tampak begitu
lelap tertidur. Kami begitu menikmati konser tunggal gratis
pagi itu. Dan rasanya, aku perlu berterima kasih kepada sang
bapak yang tak kukenal namanya itu karena, bagaimanapun, ia
telah menghadirkan satu keceriaan baru di hatiku.
Konser tunggal saat cuci darah? Boleh juga ... he ... he ...
he.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Kipas Kardus

S iang itu, aku terbaring di ranjang rumah sakit, berselimut


kain belang-belang abu dengan tubuh bersimbah
keringat. Ingin rasanya berlari ke luar mencari udara segar.
Namun, di lenganku sudah tertanam indah dua jarum besar
yang menjadi perantara keluar masuknya cairan merah dari
tubuhku. Tak ada pilihan lain selain pasrah dengan keadaan,
mendapati udara Kota Cirebon yang bersekutu dengan panas
yang dihasilkan mesin HD. AC Ruang HD sedang bermasalah
hari itu.
Teringat aku pada hihid, kipas bambu yang biasa dipakai
tukang sate. Hihid biasa kupakai untuk mengipasi tubuhku
kala kegerahan tahun 2005. Hihid mungil berwarna-warni itu
bahkan menjadi barang dagangan di depan rumah sakit saat
itu. Memasuki akhir 2007, entah mengapa, fenomena hihid
mulai beralih pada kipas-kipas cantik suvenir pernikahan.
Menggunakan kipas cantik suvenir pernikahan memang lebih
anggun, bagaikan ibu-ibu pejabat yang sedang menghadiri un-
dangan resmi. Hi ... hi ... hi.
Belakangan, berkali-kali kipas cantikku tertinggal di rumah.
Tak hilang akal, aku pun mengipasi tubuhku menggunakan buku
bacaan yang kubawa. Tapi, buku-buku tebal itu ternyata bukan
penghasil angin yang baik, yang kurasakan bukannya kesejukan
sepoian angin, justru tanganku yang pegal bukan kepalang.

www.boxnovel.blogspot.com
112 Tersenyumlah dan Bekerjalah

Hingga suatu saat, lahirlah ide cemerlang dari Teh Ida yang
menungguiku HD hari itu. Atas izin perawat, ia mengambil se-
potong kecil dus pembatas bungkus bicnat. Potongan segiempat
berukuran sekitar 20 x 30 cm itu pun dipakai mengipasiku.
Menjadi pengganti kipas cantikku sore itu.
Dan setelah itu, aku tak lagi membawa kipas cantikku saat
HD karena aku punya kipas baru yang lebih menyegarkan. Kipas
kardus kini menjadi senjata andalanku saat tubuhku bersimbah
keringat. Jika kipas cantik hanya menghasilkan angin setara AC
alias angin sepoi-sepoi, maka kipas kardus bisa menghasilkan
angin yang lebih berkualitas. Angin yang dapat meredakan
gerah dalam sekejap dan bisa mengipasi dua pasien di dua
ranjang sekaligus. Angin yang dihasilkan kipas kardus adalah
AG alias angin gelebug, wessssssssssss ... wesssssssssssssss ...
wesssssssssssssssssssssss.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Trio HD

S elasa siang itu, aku memasuki Ruang HD dengan lunglai.


Sesak menderaku sejak malam. Sepertinya, kelebihan
cairan. Setelah menimbang berat badan yang naik lebih dari
3 kg, aku segera menuju ranjang dengan map bertuliskan na-
maku.
Tiba-tiba, seorang perawat berkata, “Istirahat dulu ya, tidak
akan langsung ditusuk. Soalnya, tidak ada air.”
Deg, jantungku berdetak kencang. Ya Allah, jangan sampai
kami disuruh pulang lagi karena tak ada air seperti dahulu.
Tak sanggup rasanya harus membawa kembali 3 kg cairan di
tubuhku ini kembali ke rumah dan menikmati malam dengan
sesak yang terus mendera.
Sepuluh menit kemudian, 14 pasien di ruangan putih itu
sudah berada di ranjangnya masing-masing. Air belum juga
menyala. Dan, pada akhirnya, kami harus memilih. Menunggu
air yang sedang ditampung sekitar 1-2 jam atau pulang dan be-
sok datang lagi.
Aku dan sebagian besar pasien memilih opsi pertama.
Kondisi fisik yang sudah lemah dan jauhnya jarak rumahku
yang hampir 1,5 jam perjalanan menjadi alasan utama. Risi-
konya, kami harus sabar menunggu sampai penampung airnya
penuh.
Beberapa pasien menunggu sambil tertidur pulas di ran-
jangnya. Ada yang memutuskan duduk di lantai karena merasa

www.boxnovel.blogspot.com
114 Tersenyumlah dan Bekerjalah

kegerahan, ada pula yang main ke luar ruangan. Sementara, aku


dan dua pasien lain, Teh Uum dan Bu Iim, memilih ngerumpi
bertiga. Usia kami yang tidak terpaut jauh akhirnya menyatukan
kami dalam sebuah rumpian seru siang itu. Sesuatu yang sangat
jarang terjadi bisa ngobrol bertiga seseru itu. Saat HD, meskipun
kami ngobrol, tak bisa sebebas itu karena jarak antarranjang
yang agak berjauhan, harus agak teriak jika mau bercerita.
Rumpian bermula dari acara televisi.
“Lien, kalau kita ikut acara T*** m* out, kayaknya yang
milihnya juga pasien HD lagi, ya? Ha ... ha ... ha,” Teh Uum
berujar sambil tertawa.
“He ... he …. Eh, kalau kita bikin trio, kayaknya seru, ya,”
timpalku.
“Hah, trio, buat apa, De?” Bu Iim dengan suaranya yang
lembut menimpali.
“Ya, apa aja. Ikut acara apa, gitu. Ada ide?”
“Nyanyi?” serempak dua teman lawan bicaraku bertanya.
“Penontonnya pasti langsung pada kabur, ha ... ha ... ha,”
hampir serempak kami tergelak.
“Ssssttttttt, pada ribut aja nih, bertiga,” seorang perawat
menegur sambil tersenyum.
“Hmmm, kalau ikut kuis, gimana?” tanyaku.
“He ... he ... he, kayak cerdas cermat, ya? Nanti, nama
trionya apa?” tanya Bu Iim, dahinya berkerut.
“Trio HD!”
“Ha ... ha ... ha … Trio HD, boleh juga, tuh.”
Satu jam berlalu, kami masih hanyut dalam rumpian kami.

www.boxnovel.blogspot.com
Trio HD 115

“Airnya sudah penuh! Silakan menempati ranjang masing-


masing, saatnya ditusuk!” seorang perawat memberi kabar
gembira.
“Alhamdulillah,” ujar kami serempak.
Dan siang itu, aku mengawali HD dengan senyum lebar,
membayangkan Trio HD beraksi. Hmmm, boleh juga ya, Trio HD
ikutan acara kuis yang mengasah otak. Tenang, meskipun da-
rah kami kadang penuh racun, otak kami dijamin 100% bebas
racun. He ... he ... he.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Si Puma

K ­

www.boxnovel.blogspot.com
Si Puma 117

syukur, saat itu aku sudah menemukan penggantinya. Penam-


pilannya hampir mirip dengan si Hitam. Namanya Puma.
Puma jauh lebih kuat dibandingkan dengan si Hitam dan
si Oranye. Ia bisa membawa barang yang berat tanpa membe-
baniku. Postur tubuhnya yang ramping tapi tegap membuatku
nyaman bersamanya.
Kendati demikian, si Hitam dan si Oranye tetap ada di ha-
tiku. Jasa keduanya tak akan pernah kulupa. Meski aku kini ber-
sama si Puma, cintaku pada keduanya tak akan sirna.
Hitam, Oranye, dan Puma, terima kasihku untuk mereka.
Mereka sudah meringankan pundakku, sudah membawakan
barang-barangku. Mereka, tas kesayanganku, yang takkan ku-
lupa jasanya sepanjang masa.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Mak Comblang

A ­

www.boxnovel.blogspot.com
Mak Comblang 119

nunggunya. Kehadiran Nia selalu membawa keceriaan bagiku.


Sekitar pukul setengah tiga, pintu Ruang HD terbuka. Nia me-
lambaikan tangannya kepadaku. Ia tampak cantik dan rapi se-
kali sore itu. Tapi, tunggu, ada yang tak biasa. Seorang laki-laki
mengikuti Nia dari belakang. Siapakah dia? Hei, itu Hasan. Aku
tertegun. Hmmmm, ada sesuatu nih …. 
Tatapan heranku rupanya membuat mereka berdua salah
tingkah.
“Eh, … tadi ketemu di parkiran,” ujar Nia tanpa kutanya.
Aku tersenyum, mencium ada sesuatu yang tak dapat di-
sembunyikan dari dua orang teman baikku itu.
Saat Hasan minta izin keluar Ruang HD, aku menatap Nia
sambil tersenyum penuh.
“Ayo dong bilang, …,” desakku.
“Bilang apa?” jawab Nia, salah tingkah.
Mataku membulat. Aku memelototi Nia.
Nia tertawa lebar. Ia tampak menghubungi Hasan lewat
ponselnya.
“Kata Hasan, bismillâh,” bisik Nia sambil tersenyum penuh arti.
Tak berapa lama, Hasan kembali masuk ke Ruang HD. Aku
mengacungkan jempol tangan kananku kepadanya. Hasan ter-
tawa.
“Iya, bismillâh aja. Doain, ya.”
Aku tersenyum lebih lebar dari sebelumnya. Entah meng-
apa, saat itu aku merasa menjadi Mak Comblang paling suk-
ses sedunia, he ... he ... he. Bukankah Allah memberikan ke-
baikan besar kepada seseorang yang menjadi perantara se-
buah pernikahan yang sakînah mawaddah wa rahmah? Doaku
selalu untuk Hasan dan Nia.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Eh, Copot, Copot, …

“E h, copot … copoooot … copoooot ….” Suara latah Bu


Iyem memecah kesunyian di Ruang HD yang sepi. Ia yang
baru masuk ke Ruang HD langsung latah ketika dikagetkan oleh
perawat. Bu Iyem dengan latahnya memang tak terpisahkan,
selalu ada tawa mengiringinya setiap kali ia masuk Ruang HD.
Beberapa perawat yang sebelumnya tampak jenuh, berubah
ceria seiring kehadiran Bu Iyem.
“Bu Iyem, mau diapain?” tanya seorang perawat, sambil
memegang suntikan.
“Ditusuk … eh, tusuk … tusuk,” timpal Bu Iyem sambil me-
nutup mulutnya.
Latahnya Bu Iyem senantiasa mengingatkanku pada Teh
Ida Rosida. Aku mengenalnya hampir sembilan tahun lalu,
beberapa bulan setelah aku menjalani cuci darah di RS Gunung
Jati, Cirebon. Ia adalah keluarga Teh Dede, teman HD-ku kala
itu. Oleh karena jadwal HD-ku dan Teh Dede selalu bareng se-
lama lebih dari empat tahun, maka Teh Ida dan Teh Dede men-
jadi bagian dari keluargaku di Ruang HD. Hingga empat tahun
yang lalu, setelah aku belajar mandiri dan tak lagi diantar ke-
luargaku ke dalam Ruang HD, Teh Idalah yang menemaniku.
Bahkan, setelah Teh Dede pergi menemui Rabb-nya, Teh Ida
memutuskan untuk tetap menemaniku cuci darah. Sayang, saat
ini Teh Ida tak lagi menemaniku karena memutuskan merantau
ke Jakarta.

www.boxnovel.blogspot.com
Eh, Copot, Copot, … 121

Pembawaan Teh Ida yang ceria membuatnya mudah dekat


dengan siapa saja termasuk dengan perawat-perawat di Ruang
HD. Keceriaan itu ditambah pula dengan latah yang mem-
buatnya semakin mudah dikenali. Jika latahnya sedang kam-
buh, tak jarang ia menjadi bulan-bulanan di Ruang HD.
Keceriaan semakin mewarnai hari HD-ku jika kebetulan
aku satu jadwal dengan Bu Iyem. Saat ranjangnya berdekatan
dengan ranjangku, aku merasa sedang menyaksikan siaran
langsung tayangan komedi. Pipi kerap pegal karena tawa tanpa
henti melihat aksi latah duet Bu Iyem dan Teh Ida. Gaya tentara,
gaya Cherrybelle, gaya Mpok Ati, hingga kalimat-kalimat ber-
sensor, keluar semua tanpa rem dari keduanya.
Jika Teh Ida sudah latah, maka hampir semua orang meng-
godanya. Beberapa pasien, terutama bapak-bapak, menga-
getkannya dengan pura-pura kesakitan untuk membuat Teh
Ida syok. Beberapa perawat tak mau kalah, dari mulai sekadar
mencolek sampai melempar botol kosong bekas infus. Bahkan,
ada salah seorang perawat yang senang menggoda Teh Ida
dengan menyemprotkan alkohol ke tangan atau kaki Teh Ida
dari arah belakang. Kalau sudah begitu, meluncurlah kata-kata
bersensor dari mulut Teh Ida.
Meskipun kadang aku kasihan melihat Teh Ida yang tampak
kelelahan sendiri, tak kumungkiri, aku juga menikmati hiburan
gratis di Ruang HD itu. Apalagi saat kondisiku sedang nyaman,
biasanya kelatahan Teh Ida selalu mampu memancing tawaku
dan menjadikan cuci darahku tak lagi membosankan. Ah, Teh
Ida, Bu Iyem, dan eh-copot-copot-nya adalah salah satu anu-
gerah yang Allah berikan untukku, kami, para pasien yang ka-
dang jenuh di Ruang HD.[]

www.boxnovel.blogspot.com
SMS Cinta

L elaki itu kerap kutemui duduk manis di samping ATM de-


pan Ruang HD. Jika aku melintas di depannya, sesekali
ia sekadar tersenyum padaku dan kadang pula menyapaku.
“Jam berapa?” tanyanya.
“Nanti di-SMS, ya,” ujarku menjawab pertanyaannya.
Begitulah, ia kerap bertanya jam berapa ia harus masuk ke
Ruang HD menemuiku. Kadang, kujawab langsung pertanya-
annya. Kadang, kutunda dan jawabannya kusampaikan lewat
SMS cinta yang kusimpan di ponselku.
Jika aku menjawab langsung, maka ia akan masuk mene-
muiku di Ruang HD tepat di jam yang kusebutkan. Dan jika aku
menjawabnya melalui SMS, maka ia akan datang beberapa me-
nit kemudian setelah kukirimkan SMS kepadanya.
Tak lama ia menemuiku, hanya satu atau dua menit, seka-
dar menyerahkan titipanku, lantas berlalu. Titipannya itu yang
selalu membuatku tergoda. Garing dan renyah di luar, tapi lem-
but di dalam. Ah, aromanya selalu menggoda.
Meski aku kerap mengirimkan SMS cinta kepadanya, sung-
guh, aku tak pernah cemburu jika melihat dia masuk Ruang HD
bukan untuk menemuiku. Kadang, ia datang menemui perawat
atau teman-temanku sesama pasien.
Setelah aku mengirimkan SMS cinta, akan kutunggu balas-
an darinya. Jika ia tak juga membalas, aku hanya bisa pasrah

www.boxnovel.blogspot.com
SMS Cinta 123

menunggu kedatangannya. Dan, saat ia datang, aku pun ter-


senyum riang. Hatiku senang, perutku juga, he ... he ... he.
Lelaki yang kukirimi SMS cinta itu adalah Mang Nana, pe-
dagang batagor di depan Ruang HD. Dan inilah bunyi template
SMS cintaku kepadanya.
“Mang, batagornya buat Lien, siomay dan tahu digoreng
kering. Bumbunya di pinggir, kecapnya yang banyak.”
Adakah yang mau kukirimi SMS cinta seperti Mang Nana?
He ... he ... he ….[]

www.boxnovel.blogspot.com
Serasa di Pantai

H al pertama yang kulakukan saat terbaring di ranjang


rumah sakit adalah menutupi tiga perempat tubuhku
dengan selimut belang-belang abu. Tak peduli bagaimanapun
kondisi Ruang HD saat itu. Entah sedang dingin yang mencipta
gigil atau panas yang terasa membakar, selimut tetap jadi sa-
habat baikku. Aku tak pernah bisa nyaman terbaring tanpa se-
limut, sementara di depanku orang berlalu lalang setiap saat.
Jadi, meskipun udara panas sukses membuat tubuhku basah
kuyup, selimut belang rumah sakit itu akan tetap bertahan
menjalankan fungsinya atas tubuhku.
Seperti Jumat siang yang sangat membakar itu, aku sedang
asyik berselimut sambil sesekali mengipasi keringat yang mem-
banjir. Pandanganku mulai tertuju pada pasien lelaki muda di
seberang ranjangku. Ia tertidur santai tanpa selimut. Tangan
kirinya terdiam pasrah ditusuk dua jarum besar, sementara
tangan kanannya sibuk mengipasi tubuhnya yang juga banjir
keringat. Kaki kirinya lurus ke depan dengan lutut sedikit dite-
kuk dan kaki kanannya menumpang di atas kaki kiri dengan
santainya. Persis turis yang sedang tiduran di bangku-bangku
panjang berpayung di pinggir pantai. Dan hei lihat, lelaki muda
itu juga mengenakan celana pendek sepaha, seperti celana
pantai yang biasa dipakai para turis itu berlibur.
Tak berapa lama, Ibu Kepala Ruang HD masuk dan meng-
hampiri pasien lelaki muda itu. Sambil tersenyum, ibu cantik

www.boxnovel.blogspot.com
Serasa di Pantai 125

yang selalu ceria itu berujar pendek, “Duh, enaknya, … santai


serasa di pantai.”
Ah, ternyata, untuk bersantai seperti di pantai tak harus
jauh-jauh ke Pantai Kelabuhan Kejawan, Cirebon. Cukup di sini,
di ruangan kecil dan sepi bertitel Ruang Hemodialisis. Ruangan
yang terletak di samudra luas tak berbatas bernama samudra
kesabaran. 

Berbagi itu menyembuhkan ….


Membahagiakan orang lain adalah obat untuk segala jenis
kesakitan di dunia.

www.boxnovel.blogspot.com
Menulis bagai Melahirkan

“U ­

www.boxnovel.blogspot.com
Menulis bagai Melahirkan 127

an menghadapi sakitnya. Dan, mengingatkan orang-orang yang


sehat untuk menjaga dan mensyukuri kesehatannya.
Selepas menuntaskan naskah dalam satu bulan, aku lang-
sung berangkat ke Bandung. Membawa naskahku ke salah sa-
tu penerbit di Kota Kembang itu. Alhamdulillah, proses me-
masukkan naskah ke penerbit berjalan mulus. Naskahku lang-
sung diterima. Kupikir, selesailah tugasku saat itu. Ternyata, ti-
dak. Itulah awal perjuanganku berikutnya. Saat proses editing,
editor meminta aku menambah bahan tulisan dari pasien lain
dan perawat di rumah sakit. Selama dua minggu, aku bolak-ba-
lik Kuningan-Cirebon untuk wawancara. Menunggu pasien yang
sedang tidur, memberanikan diri mewancarai orang-orang yang
tidak kukenal. Dari sanalah aku belajar bahwa proses menulis
tidak semudah yang kubayangkan.
Beberapa bulan kemudian, terbitlah buku pertamaku, ber-
judul Tuhan, Aku Divonis Cuci Darah. Senangnya bukan main
saat itu. Buku yang berkisah tentang sabar yang tak berbatas
dan syukur yang tak berujung itu kutulis berdasarkan peng-
alaman dua tahun cuci darahku saat itu. Begitu banyak orang
yang mengucapkan selamat. Ah, aku bagai ibu yang baru saja
melahirkan bayi cantik. Aku mendapat ucapan selamat dari
orang-orang di sekitarku.
Namun, rupanya Allah punya rencana lain untukku. Aku
tidak dibiarkan mengucapkan sabar dan syukur dengan begitu
mudah tanpa ujian. Apalagi selepas keluar buku pertama, aku
mulai diundang untuk acara talk show tentang sabar dan syu-
kur di beberapa tempat. Di perjalanan, kemudian Allah mem-
berikan ujian sabar dan syukur melalui komplikasi sakitku.

www.boxnovel.blogspot.com
128 Tersenyumlah dan Bekerjalah

Keluhan-keluhan baru di tubuhku menguji kesabaranku. Bagai


melahirkan anak dengan segala euforianya dan setelahnya harus
siap begadang menghadapi kerewelan buah hati. Begitulah
kisahku dengan bukuku. Di perjalanan setelah launching yang
membahagiakan, aku harus bersiap menghadapi ujian-ujian
kehidupan atas apa yang pernah kutuliskan.
Ujian kesabaran pertama bisa kulewati. Tubuhku mulai
nyaman dan bisa beradaptasi dengan berbagai keluhan. Aku
masuk pada masa penerimaan. Mulai bekerja kembali. Allah
mulai mengujiku dengan cara lain. Kali ini, ujian hati.
Seiring berjalannya waktu, Allah hadirkan seseorang da-
lam hidupku. Melalui pertemuan dan perpisahan dengan lelaki
itu, Allah mengajariku tentang cinta. Dan, kehilangan. Di si-
nilah ujian hati mulai berjalan. Aku berjuang bisa melewati se-
muanya dengan baik. Namun, ternyata tidak semudah yang ku-
bayangkan. Selama beberapa bulan, aku menemui keanehan-
keanehan pada diriku. Aku menjadi sangat pemarah, murung,
selalu berpikir negatif. Aku memasuki tahap depresi.
Saat itulah kuputuskan untuk kembali menulis. Agar aku
tak lagi punya waktu untuk mengasihani diri sendiri. Tujuan
menulisku kali ini bertambah, selain untuk membiarkan orang
lain belajar dari yang kualami, juga sebagai media katarsis ba-
giku dan menjadi media untuk menasihati diri sendiri. Katarsis
adalah bagian selfhelp sebagai upaya mengeluarkan sisi-sisi
buruk kita. Niat lain yang terus kuupayakan bisa tumbuh dalam
diriku adalah mencari ridha Allah.
Keterlibatanku di komunitas menulis, Forum Lingkar Pena
Cabang Kuningan, sejak Mei 2007, menyadarkanku pentingnya

www.boxnovel.blogspot.com
Menulis bagai Melahirkan 129

meluruskan niat. Mencari ridha Allah adalah niat yang se-


mestinya ada dalam setiap langkah kita. Pun dalam menulis.
Meski sulit, terus kuusahakan. Agar jika sampai detik terakhir
nanti aku tak mendapat apa-apa dari aktivitas menulisku, maka
ridha Allah saja itu sudah cukup bagiku.
Berbekal empat niat itulah lahir buku keduaku yang di-
luncurkan 14 Juni 2009. Sebuah novel berjudul Pinangan Ca-
haya. Berkisah tentang cinta karena Allah sebagai solusi untuk
masalah hati akibat kehilangan. Seperti halnya buku pertama,
peluncurannya diiringi euforia. Ucapan selamat menghampi-
riku dari setiap sudut. Kali ini, aku mulai berjaga, tak mau ter-
lalu melambung karena semua yang kutuliskan harus kuper-
tanggungjawabkan pada akhirnya. Sesuai dugaanku, selepas
acara peluncuran, aku seperti dimintai pertanggungjawaban
atas konsep mencintai karena Allah, yang kutawarkan di novel
Pinangan Cahaya, dalam hidupku. Tertatih aku melewatinya.
Di sela-sela waktu senggang, kurintis penulisan buletin
Hikmah Sehati. Buletin tentang cuci darah yang kubagikan ke-
pada teman-temanku sesama pasien cuci darah di Ruang He-
modialisis RS Gunung Jati Cirebon. Waktu yang lain kuisi de-
ngan wawancara ke sana kemari, mencari bahan untuk naskah
bukuku berikutnya. Salah satu hasil wawancaraku masuk dalam
kriteria lomba tulisan tentang ibu. Maka, tulisanku yang ber-
judul “Hukma Shabiyya” itu menjadi salah satu judul di buku
ketigaku, sebuah antologi tentang ibu berjudul Kisah Kasih Ibu
yang mulai beredar Mei 2011.
Bersamaan dengan itu, terbit pula buku keempatku, sebuah
buku statistika untuk mahasiswa, berjudul Regresi dan Korelasi

www.boxnovel.blogspot.com
130 Tersenyumlah dan Bekerjalah

dalam Genggaman Anda. Tak terbayang sebelumnya bakal


bisa menuntaskan buku itu ketika beberapa bulan sebelumnya,
Kang Sofyan, kakak kelas semasa kuliahku mengajak menulis
buku statistik. Entah tinggal berapa persen statistik yang masih
tersisa di otakku. Ilmu yang hampir lima tahun kupelajari itu
seolah menguap begitu saja termakan waktu dan keluhan sa-
kitku. Sempat beberapa kali menolak, akhirnya Kang Sofyan
bisa meyakinkanku untuk mulai menulis. Kubongkar kembali
buku-buku kuliahku zaman dulu. Kucari metode yang paling
tepat dan mudah dipahami pembaca. Setelah berbulan-bulan,
bertiga dengan Kang Sofyan Yamin dan Heri Kurniawan, ku-
tuntaskan buku itu.
Selepas dua buku terakhir hadir, aku kembali diuji dengan
apa yang kusampaikan di buku itu. Pada tahun yang sama, aku
kembali tinggal satu rumah dengan Mimih, ibuku, setelah ber-
tahun-tahun terpisah. Sebelumnya, aku tinggal dengan kakak
tertuaku. Di sanalah Allah seolah bertanya bagaimana aku
mempertanggungjawabkan baktiku pada Mimih. Bagaimana
caraku membuktikan cintaku pada Mimih?
Pada tahun yang sama, Allah membukakan jalan untukku
mulai fokus pada biro konsultasi statistikku. Dan lagi-lagi, aku
bagai diuji tentang ilmu statistik yang kutuangkan di buku
keempatku. Begitu banyak yang berkonsultasi padaku meminta
penjelasan mengenai regresi korelasi yang kubahas di buku
keempatku, baik online maupun offline.
Skenario Allah terus berjalan atasku. Tanpa kuduga, se-
muanya mengalir begitu saja. Dari niat awalku menulis untuk
mencari ridha Allah, menasihati diri sendiri, membiarkan orang

www.boxnovel.blogspot.com
­

www.boxnovel.blogspot.com
132 Tersenyumlah dan Bekerjalah

gung jawab atas apa yang dituliskan. Bukankah anak-anak yang


baik adalah anak-anak hasil ikhtiar, doa, dan didikan orang-
tuanya? Seperti halnya tulisan yang baik adalah tulisan yang
didasari oleh niat baik, ikhtiar, dan doa yang optimal dari penu-
lisnya sehingga akan memberi manfaat dan inspirasi bagi pem-
bacanya.

Wallâhu a‘lam bish-shawâb

www.boxnovel.blogspot.com
Dosen Terselubung

“J urusan yang enggak banyak rumus matematikanya,”


salah satu kunci pencarian jurusan kuliahku semasa
SMA. Aku ingin kuliah di jurusan yang mata kuliah matema-
tikanya sedikit. Entah mengapa, di kelas tiga SMA, aku meng-
alami kebosanan parah pada mata pelajaran ini. Padahal,
semasa SMP hingga kelas 2 SMA, aku termasuk pencinta
matematika. Lomba-lomba yang kerap kuikuti pun tak jauh dari
cerdas cermat matematika. Aku sendiri pun tak tahu persis apa
pemicu kebosanan yang melandaku.
Dan akhirnya, Mei 1998, aku mengikuti UMPTN jalur IPC.
Pilihan pertama: Akuntansi UGM, pilihan kedua: Farmasi UI,
dan pilihan ketiga: Statistika Unpad. Hah Statistika? Okelah ju-
rusan pertama dan kedua tak akan sering bertemu rumus-ru-
mus matematika. Tapi, statistika, bukankah itu tak jauh beda-
nya dengan jurusan Matematika?
Dan itulah jalan Allah, tak ada yang bisa menghalangi.
Aku menentukan pilihan ketigaku pagi menjelang tes. Itu pun
dengan satu alasan, ada kakak kelasku yang kuliah di sana dan
dia bisa lulus cum laude. Aku ingin mengikuti jejaknya. Tanpa
kutahu apa itu statistika. Aku memasuki jurusan yang tak ku-
kenal!
“A, alhamdulillah, Neng lulus Jurusan Statistika Unpad,” ka-
taku kepada kakakku melalui telepon, selepas membaca peng-
umuman kelulusan UMPTN kala itu.

www.boxnovel.blogspot.com
134 Tersenyumlah dan Bekerjalah

“Naon statistika teh?”


“Hmmm, gak tahu. Bisnis kayaknya mah,” jawabku. Sok tahu.
Dan setengah tahun kemudian, baru aku tersadar bahwa
statistik nggak jauh beda dengan matematika. Bakal ada pel-
ajaran penurunan rumus juga. Haduuuuhhhh.
Bukannya mundur dan mencari jurusan baru, aku malah
tertantang melawan kebosananku akan matematika. Targetku
satu, mengikuti jejak Teh Else, kakak kelas SMA-ku yang bisa
lulus cum laude di Jurusan Statistika. Lima tahun kemudian, se-
telah melalui perjuangan yang tidak ringan, alhamdulillah, aku
lulus cum laude dengan IPK 3,64.
Selepas itu, aku mencoba berjuang menggapai cita-citaku
menjadi dosen. Pernah dua kali ikut tes dosen di almamaterku,
tapi gagal. Rupanya, ada skenario Allah di balik kegagalan itu.
Pada 2005, ketika ujian sakit menghampiri, aku memutuskan
untuk pulang ke Kuningan. Kota kelahiran yang dahulu kupikir
hanya akan jadi tempat berliburku. Kota impianku untuk me-
netap saat itu adalah Bandung. Namun, begitulah rencana
Allah berjalan. Pada akhirnya, saat ini aku begitu bersyukur “di-
kembalikan” ke pangkuan ibuku. Skenario Allah memang selalu
indah.
Di Kuningan, mimpiku untuk menjadi dosen tak pernah
padam. Berbekal ijazah statistika, aku melamar ke beberapa
kampus di kotaku. Namun, belum ada satu pun yang berjodoh.
Di kemudian hari, aku tahu bahwa Allah akan memberiku peran
di tempat yang lain. Serupa tapi tak sama.
Semua bermula sejak pertengahan 2010. Saat itu, Kang
Sofyan, salah seorang seniorku di Jurusan Statistika Unpad

www.boxnovel.blogspot.com
www.boxnovel.blogspot.com
Saat menjalani hemodialisis.
Mimih, ketangguhannya
membuatku bertahan.

Bapak dan Mimih. Satu-


satunya cara untuk
membahagiakan mereka
adalah berusaha menjadi
salehah.

www.boxnovel.blogspot.com
www.boxnovel.blogspot.com
Kakak-kakak, yang senantiasa ada di sampingku.
Umrah, kupenuhi panggilan-Mu ke Tanah Suci.

Rak etalase, pintu rezekiku.

www.boxnovel.blogspot.com
Dosen Terselubung 139

mengajakku menulis buku statistika. Aku berpikir agak lama


untuk mengiyakan ajakannya. Cukup siapkah aku menuliskan-
nya? Padahal, sudah bertahun-tahun tak kusentuh buku-buku
kuliahku. Kalaupun pernah, aku ikut proyek-proyek konsultan
dan membantu analisis statistika untuk teman yang sedang
skripsi. Itu pun sekadar untuk mengerjakan data yang ada saja.
Tidak pernah terpikir untuk mendalaminya lagi secara teori.
Setelah didesak oleh Kang Sofyan, akhirnya aku pun mengiyakan
dengan harapan buku yang kami susun bisa memberikan
manfaat dan kemudahan bagi adik-adik mahasiswa memahami
statistika secara praktis.
Atas izin Allah, 14 Juni 2011, lahirlah buku statistika perta-
maku. Judulnya Regresi dan Korelasi dalam Genggaman Anda,
terbitan salah satu penerbit buku ilmiah di Jakarta. Buku yang
ditulis bersama Kang Sofyan Yamin dan Kang Heri Kurniawan
itu berisi contoh-contoh kasus dalam regresi korelasi dan cara
penyelesaiannya. Pada waktu bersamaan, telah kusiapkan kon-
sep Bumi Statistika, biro konsultasi dan analisis olah data yang
kukelola bersama teman-teman. Ada Kang Sofyan, Kang Hery,
dan Desy Arisandy, sahabatku, yang ikut bergabung di Bumi
Statistika.
Selepas Bumi Statistika hadir, aku mulai fokus untuk belajar
dan terus belajar perkembangan ilmu statistika. Tak jarang,
ada mahasiswa S1 dan S2, bahkan S3, yang mengonsultasikan
datanya ke biro kami, baik yang langsung datang ke rumah
maupun via online. Dari sanalah aku belajar dan terus belajar
menajamkan pemahaman statistikaku.

www.boxnovel.blogspot.com
140 Tersenyumlah dan Bekerjalah

Adakalanya, aku harus begadang untuk menuntaskan ana-


lisis data. Tak jarang juga, ada beberapa sahabat atau sau-
dara yang sedang menuntaskan tesisnya meminta tolong aku
menganalisis data. Jika sudah begitu, aku kerap tidak bisa me-
nolak meski kondisi fisikku sedang tidak fit. Mendapati mereka
memohon kerap meluluhkan hatiku. Aku membantu mereka
sekadar untuk urusan analisis data, tidak lebih dari itu.
Dari beberapa orang yang berkonsultasi statistik, ada yang
kadang memintaku mengecek kesiapan presentasinya. Kerap,
mereka memintaku berpura-pura jadi dosen penguji saat ber-
latih presentasi untuk sidang. Berbekal sedikit ilmu public
speaking yang pernah kuterima di Seminar dan Workshop
Nasional Menulis Kreatif—Entrepreneurship Creative Writing,
aku kerap memberikan masukan kepada mereka cara berbicara
di depan dosen. Bahagia rasanya ketika salah seorang klien
yang berlatih presentasi bersamaku bisa mendapatkan nilai A+
di sidang magisternya. Alhamdulillah ....
Begitulah Teman. Tampaknya, Allah ingin aku berperan
di tempat yang lain. Meski bukan di kampus, aku masih bisa
jadi dosen sesuai cita-citaku, meski hanya sekadar dosen ter-
selubung, he ... he ... he. Semoga, menjadi dosen terselubung
bisa mengantarku pada keberkahan yang sama dengan jika aku
menjadi dosen sesungguhnya. Semoga, sedikit ilmu yang kuba-
gi kepada mahasiswa yang berkonsultasi statistik padaku bisa
menjadi penolongku di akhirat nanti, jika Allah bertanya untuk
apa aku habiskan masa mudaku.

Allâhumma âmîn

www.boxnovel.blogspot.com
Asisten Psikolog

“I bu kuliahnya di psikologi mana?” tanya seorang


manajer bank perkreditan rakyat di kotaku pagi itu.
Aku baru saja menuntaskan pekerjaanku sebagai tester untuk
puluhan calon pegawai baru di kantornya.
“Hmm ... saya dari Unpad, Pak. Saya di sini hanya membantu
saja, psikolognya Ibu Nida,” jawabku pelan.
“Oh iya, terima kasih banyak, ya, Bu. Saya tunggu hasilnya,”
ujarnya lagi.
Aku tersenyum menatap kepergiannya, sambil memberes-
kan berkas jawaban peserta tes yang menumpuk di atas meja-
ku.
Kadang, bingung menjawab pertanyaan tentang asal ku-
liahku. Sebagian orang mengira aku lulusan psikologi karena
kerap membantu Nida, sahabatku, menjadi tester psikotes,
baik untuk karyawan maupun pelajar. Mereka biasanya akan
terbengong-bengong saat kukatakan aku lulusan statistika, bu-
kan psikologi.
Begitulah suatu masa pada 2008-2010 saat Allah izinkan
aku tersesat di rimba bernama psikologi. Rimba yang kemudian
memberikan jawaban atas pertanyaanku bertahun-tahun sebe-
lumnya. Mengapa harus ada ilmu psikologi? Bukankah setiap
masalah jiwa dan hati semestinya bisa diselesaikan jika ruhiyah
kita baik?

www.boxnovel.blogspot.com
142 Tersenyumlah dan Bekerjalah

Semua bermula pada awal 2008, saat aku mendatangi Nida


untuk berkonsultasi masalahku. Pada saat bersamaan, Nida
sedang mempersiapkan pembukaan biro psikologi miliknya.
Dan, tanpa kuduga, Nida mengajakku bergabung merintis biro
yang dia namai Sancita itu. Menurut Nida, saat itu aku perlu
beraktivitas lebih banyak untuk melepaskan beban yang se-
dang menekanku. Aku memang sedang dalam kondisi hampir
depresi karena baru saja melewati persoalan hati yang cukup
berat. Akhirnya, kuiyakan ajakannya dengan keyakinan bahwa
Nida akan membimbingku melewati dunia psikologi yang asing
bagiku. Dan, alhamdulillah, di perjalanan, aku menjadi saksi
betapa sahabatku itu bukan orang yang pelit ilmu. Berhari-hari
ia membagikan ilmunya kepadaku. Ia tak sungkan mengajariku
bahkan sampai hal-hal terdalam.
­

www.boxnovel.blogspot.com
Asisten Psikolog 143

rut beberapa teman dari jurusan psikologi dan beberapa ahli


terapi. Aku sendiri lebih fokus ke psikotes saat itu karena fisikku
tak cukup kuat menangani anak-anak yang berenergi luar biasa
itu.
Dan pada awal 2011, berbarengan dengan rampungnya
pembangunan Rumah Auliya, aku memutuskan untuk fokus
pada Bumi Statistika, sesuai dengan keilmuan yang kupunya.
Aku berpamitan pada Nida, berterima kasih atas semua ilmu
luar biasa yang telah dia tularkan padaku. Sejak hari itu, aku
hanya sesekali datang ke Sancita sebagai tenaga lepas jika Nida
membutuhkan tenagaku jadi tester. Meski demikian, keber-
samaan kami tak pernah usai. Kami tetap menjadi dua sahabat
yang tak terpisahkan.
Menjadi asisten psikolog adalah peran yang pernah kuja-
lani pada masa itu. Peran yang Allah berikan kepadaku untuk
menjawab pertanyaanku. Semua ilmu psikologi yang kudapat
saat itu menjadi bekal luar biasa untukku saat ini untuk
menjadi aktor yang baik dalam panggung kehidupan. Semua
ilmu yang kudapat saat itu coba kupraktikkan dalam upaya
menjalani peranku sebagai pasien seumur hidup. Bagaimana
mengatasi emosi yang labil? Bagaimana mengatasi kebosanan?
Bagaimana mengatasi keputusasaan? Bagaimana mengatasi
ketakutan? Kekhawatiran? Berbekal ilmu yang Allah titipkan
melalui tangan Nida untukku, Allah memberiku jawaban. Men-
jadi asisten psikolog adalah salah satu cara Sang Mahaguru
kehidupan mengajariku di Sekolah Kehidupan.
Wallâhu a‘lam bish-shawâb

www.boxnovel.blogspot.com
Microphone Addict

“S iang ini, akan kami tampilkan seorang penulis dari Ku-


ningan, Jawa Barat. Dia menuliskan kisahnya dalam
sebuah buku memoar berjudul Tuhan, Aku Divonis Cuci Darah.
Kita sambut Teh Lien Auliya Rachmach ….”
Suara A Ade Kadarisman, kakak kelasku semasa SMA meng-
gelegar di telingaku. Ia adalah Ketua Panitia Seminar dan
Workshop Nasional Menulis Kreatif-Entrepreneurship Creative
Writing yang diselenggarakan Unpad Press-LPPM Unpad, 24-
25 Januari 2009.
Dengan lutut lunglai aku berjalan menuju panggung. Ba-
danku gemetar, jantungku berdebar kencang. Aku menaiki
panggung tempat Andrea Hirata berdiri sehari sebelumnya.
Aku duduk di kursi tempat Bu Miranda Risang Ayu, Kang Irfan
Hidayatullah, Pak Aat Surya Syafaat, Pak Hernowo, dan Pak
Bambang Trim duduk dan menyampaikan ilmunya. Sementara,
di depanku, puluhan penulis dan calon penulis muda se-Jawa
Barat duduk dengan manisnya menatap ke arahku. Ingin rasa-
nya berlari keluar dari aula Hotel Grand Serella Bandung itu.
Bagaimana bisa aku dengan pengalaman menulisku yang tak
ada apa-apanya, harus berbicara di depan para penulis? Nge-
perrrrr tingkat dewa, Saudara-Saudara … 
Namun, tak satu pun yang mengerti rasaku saat itu. Saat
A Ade menyerahkan mikrofon kepadaku, memintaku bicara
panjang tentang proses kreatifku, aku merasa langit runtuh

www.boxnovel.blogspot.com
Microphone Addict 145

menimpaku. Tanganku, lututku, tubuhku, semuanya bergetar


hebat. Mikrofon di tanganku juga bergoyang hebat. Ingin ra-
sanya kulempar saja mikrofon hitam itu, ketakutanku belum
usai padanya.
Kejadian yang hampir sama terjadi dua tahun sebelumnya,
saat peluncuran buku pertamaku sekaligus bedah novel Ayat-
Ayat Cinta di Gelanggang Pemuda Kuningan. Saat itu, yang
membuatku minder adalah kehadiran Kang Abik atau Ha-
biburrahman El Shirazy di sampingku. Berbicara pertama kalinya
di depan orang banyak, ada penulis terkenal pula, membuatku
senewen sendiri.
Mengenang itu semua, mengingatkanku pada masa-ma-
sa kuliah. “Mamih Lien yang enggak jelas lagi ngomong apa
nangis,” begitu kenang seorang teman kuliah tentangku. Sua-
raku yang kecil dan mendayu memang kadang terdengar se-
perti orang menangis. Itu dalam keadaan normal, apalagi jika
aku sedang dalam keadaan gugup. Terbayang, bukan? Bahkan,
guru kesenianku dulu bilang, “Mani ngadegdeg kitu, jiga nu rek
dirapalan bae.”* Hi ... hi ... hi.
Oleh karena itulah aku selalu perlu waktu lama untuk me-
yakinkan diri bisa tampil di muka umum. Apalagi jika ditemani
si mikrofon. Saat cerdas cermat sih masih nyaman, soalnya mik-
rofonnya tak perlu dipegang. Tapi, jika harus berbicara sen-
diri, semua mata terarah padaku, dengan mikrofon di tangan,
dijamin, si mikrofon bakal goyang-goyang sendiri, he ... he.
Saking takutnya pada mikrofon, saat ikut seminar dan ingin

* “Sampai gemetar begitu, seperti yang sedang akad nikah saja.”

www.boxnovel.blogspot.com
146 Tersenyumlah dan Bekerjalah

bertanya pun, aku cek dulu, mesti pakai mikrofon atau nggak
nanyanya? Dipegang nggak mikrofonnya? Capeee, dehh.
Seiring waktu berjalan, Allah membukakan jalan bagi hu-
bungan baikku dengan mikrofon. Undangan talk show dan se-
minar yang kuterima dari beberapa kampus di beberapa kota
memaksaku untuk mulai bersahabat akrab dengannya. Dari
proses belajar itu, aku menemukan tiga kunci untuk bisa ber-
kawan akrab dengan mikrofon saat berbicara di depan orang
banyak, yaitu: pastikan kondisi fisik kita sedang fit, pastikan
kondisi ruhiyah/hati kita sedang bagus, dan pastikan kita me-
nguasai dengan baik apa yang kita sampaikan. Optimalnya ke-
tiga hal tersebut akan memupuk kepercayaan diri kita, sehingga
mikrofon akan menjadi sahabat karib yang membantu kita me-
nyampaikan pemikiran kita.
Sejak itulah, setiap kali harus berbicara di depan umum,
kini kupastikan untuk menyiapkan ketiga hal itu. Ibadah diop-
timalkan, makan dijaga, dan materi yang akan disampaikan di-
siapkan dengan baik.
Yang pertama kusiapkan biasanya adalah ibadah. Mengapa?
Ibadah yang optimal akan mengisi dan melembutkan hati kita.
Hati yang lembut akan lebih mudah menyampaikan sesuatu
ke dalam hati daripada hati yang keras. Sebaik apa pun materi
yang kita sampaikan, sebaik apa pun fisik kita, transfer ilmu,
pemikiran, dan pengalaman kita tak ada akan ada artinya jika
kita menyampaikannya dalam keadaan hati yang kosong dan
keras.

www.boxnovel.blogspot.com
Microphone Addict 147

Jika ketiganya sudah optimal, biasanya saat seminar, aku


tiba-tiba merasa jadi microphone addict ... tiap liat mikrofon,
bawaannya pengen nyamber aja dan langsung ngomong. He ...
he ... he.

Wallâhu a‘lam bish-shawâb

www.boxnovel.blogspot.com
Berbagi Inspirasi

P agi itu, aku duduk di elf jurusan Kuningan-Cirebon menuju


tempat charge tubuh di RS Gunung Jati Cirebon. Badanku
lowbatt, he ... he. Napas tersengal. Pegal di hampir semua sen-
di. Ketidaknyamanan menggunung di tubuhku. Menjelang ter-
minal elf Cirebon, hampir semua penumpang turun. Tinggal
aku dan seorang gadis muda berkuncir. Mukanya keruh dan
panik. Berkali-kali ia mencuri pandang ke arah aku. Tak berapa
lama, akhirnya ia membuka pembicaraan.
“Ibu, maaf, aku boleh minta tolong?” “Oh iya. Ada apa,
Neng?” “Saya mau minta uang dua ribu buat ongkos ke Kase-
puhan, dompet saya ketinggalan.” “Oh iya, mangga, Neng.
Mau dua ribu atau lima ribu juga ada.” “Enggak, Bu, dua ribu
juga cukup.”
Gadis muda itu tersenyum saat kukeluarkan uang dari saku
bajuku. Wajahnya cerah.
Hatiku mendadak ikut cerah.
Sejenak, sebelum turun, gadis muda itu menatap mataku.
“Ibu, makasih banyak, ya.” Aku membalas dengan senyum le-
bar.
Saat itu, tiba-tiba kusadari ketidaknyamanan di tubuhku
menghilang entah ke mana. Pegalnya lenyap. Napasku tak la-
gi tersengal. Pagi itu, aku kembali diingatkan bahwa berbagi
itu menyembuhkan. Pagi itu, aku kembali diingatkan bahwa

www.boxnovel.blogspot.com
Berbagi Inspirasi 149

membahagiakan orang lain adalah obat untuk segala jenis ke-


sakitan di dunia.
Pelajaran hidup tentang berbagi itu menyembuhkan ke-
rap kurasakan saat berbagi inspirasi. Sering, aku mendapat
undangan untuk mengisi talkshow, bedah buku, atau sekadar
ngobrol ringan untuk berbagi inspirasi justru saat kondisi hati-
ku sedang sangat drop. Tak bisa kumungkiri bahwa bertahun-
tahun berada dalam status “pasien” menjadikan suasana hatiku
cenderung labil. Cukup sering aku berada pada kondisi terpuruk,
merasa gagal, merasa tak berarti dan tak berharga. Pada saat-
saat itulah, Allah kerap membantuku melalui undangan mengisi
talk show atau seminar motivasi. Allah menamparku dengan
caranya. Allah yakinkan bahwa aku bermakna, dengan jalan
yang tak kuduga.
Kehadiranku di talk show, seminar, atau bedah buku kembali
menumbuhkan bunga-bunga harapan di hatiku. Melihat binar-
binar semangat dan di mata para peserta saat aku berbagi ki-
sah membuat semua lukaku sirna. Melihat senyum bahagia
mereka membuat jiwaku ikut berbunga.
Dari momen berbagi inspirasi itulah aku menemukan ber-
bagai makna hidup. Salah satunya, berkenalan dengan orang
baru dari berbagai kalangan. Tak hanya mereka yang belajar
hidup dari kisahku, aku pun belajar banyak hal dari mereka.
Sejak itulah aku semakin yakin, cuci darah bukanlah akhir hi-
dupku, melainkan awal kehidupan baru yang Allah titipkan
untukku. Sejak itulah aku semakin yakin dan percaya, semua
yang kujalani adalah kehendak-Nya. Dan, Allah tak akan mem-
biarkannya sia-sia.

www.boxnovel.blogspot.com
150 Tersenyumlah dan Bekerjalah

Dari momen berbagi inspirasi, aku juga belajar bahwa jika


kejenuhan, kelelahan, kelemahan, ketidakberdayaan membuat
kita merasa tak bermakna, janganlah diam, janganlah merutuk,
janganlah memaki diri, apalagi berpikir bunuh diri. Beranjaklah,
bekerjalah, carilah orang-orang yang membutuhkan bantuan
kita, berbagilah dengan mereka. Saat kita temui senyum baha-
gia di bibir mereka, saat kita temui binar di mata mereka, saat
itulah akan kita sadari betapa diri kita begitu berharga.

Wallâhu a‘lam bish-shawâb

www.boxnovel.blogspot.com
Tukang Katalog

A ku duduk di jok kursi tengah mobil Panther kakakku.


Sementara, A Marno, sepupuku yang membawa mo-
bil, asyik menyetir menatap jalanan dalam diam. Kursi sebelah
A Marno kosong. Sesekali, aku memang lebih memilih duduk di
jok tengah. Selain bisa terhindar dari sengatan matahari Cirebon
yang menyengat, juga karena ada yang harus kulakukan di per-
jalanan berangkat HD siang itu.
Tangan kiriku menggenggam nota barang berjilid kuning,
sementara tangan kananku sibuk mencatat dan mengecek per-
sediaan barang. Di depan tempat dudukku, dua kantong keresek
hitam besar berisi nugget tanpa pengawet siap dipasarkan. Ada
nugget wortel, brokoli, wortel, keju, original, dan bayam. Satu
keresek pesanan Bu Hari, keluarga pasien HD yang kukenal di
Ruang Cuci Darah. Dan, satu keresek lain pesanan Dokter Lucy,
Wakil Direktur RS Gunung Jati Cirebon kala itu.
Jika ada pesanan seperti ini, aku datang ke Ruang Cuci
Darah lebih cepat daripada biasanya. Aku harus mengantar
pesanan terlebih dahulu sebelum masuk Ruang HD. Hari lain,
di luar jadwal HD, aku biasa mengantar pesanan nugget ini ke
Bagian Gizi RS Djuanda untuk konsumsi pasien. Sayangnya,
karena hanya reseller dan produsennya berhenti produksi,
usailah sudah kisahku bersama si nugget sehat.
Kisah cintaku dengan si nugget sehat usai, aku pun CLBK
pada produk kerudung cantik. Beberapa tahun sebelumnya,

www.boxnovel.blogspot.com
152 Tersenyumlah dan Bekerjalah

aku mendaftar sebagai agen. Setelah sempat terhenti karena


fokus pada menulis, akhirnya mulai kutawarkan lagi katalog
yang lama tersimpan di kamarku. Bersyukur, aku punya bebe-
rapa teman yang mengajar di beberapa pondok pesantren di
kotaku. Kutawarkan kepada mereka untuk menjadi reseller.
Dan alhamdulillah, berjalan lancar hingga hari ini.
­

www.boxnovel.blogspot.com
Tukang Katalog 153

gencarkan. Alhamdulillah, penjualan lumayan bagus, meski se-


karang produksinya berhenti untuk menghabiskan stok.
Sejalan dengan pengalamanku berbisnis itu, akhirnya ku-
putuskan membeli rak etalase khusus daganganku. Sudah tak
tertampung jika semuanya disimpan di kamar. Rak etalase ber-
ukuran 100 x 60 cm itu berisi sampel produk kecantikan di baris
pertama, kaus dan kerudung di baris kedua dan ketiga, serta
lemari plastik gantung di baris keempat. Di bagian paling atas,
kusimpan katalog-katalog produk yang kujual. Inilah alasan
kunamai diriku si Tukang Katalog.
Sebelum ada rak etalase, hari Minggu pagi, adakalanya aku
berjualan di arena car free day di lapangan Stadion Mashud de-
kat rumahku. Bakda Shalat Shubuh, kumulai mengangkut meja,
kursi, dan seluruh perlengkapan yang dibutuhkan. Sejak pukul
setengah 6 hingga pukul 9 pagi, aku duduk manis di depan da-
ganganku sambil menawari calon pembeli yang datang. Aku
duduk tenang, menunggui daganganku, menikmati udara pagi
yang dingin, hingga akhirnya tersengat terik matahari atau ter-
guyur hujan. Tawar-menawar harga dengan pembeli yang ka-
dang bikin emosi kerap terjadi. Sungguh luar biasa perjuangan
para pedagang kaki lima. Dari mereka, aku belajar kesabaran
menanti pelanggan di tengah terik dan hujan. Dari mereka, aku
belajar berikhtiar, mencari rezeki dengan jalan halal. Semoga
Allah memuliakan niat dan perjuangan mereka.
Berbagai pengalaman seru kulewati sebagai tukang katalog,
selain pengalaman saat car free day, juga saat berjualan di Ru-
ang HD. Adakalanya, aku telat datang ke Ruang HD karena harus
mengantarkan paket orderan dahulu melalui kurir pengiriman.

www.boxnovel.blogspot.com
154 Tersenyumlah dan Bekerjalah

Sesampai di Ruang HD, otak bisnisku enggak kenal kapok,


langsung muter aja. Aku langsung menyimpan katalog di meja
perawat dan menawarkan katalog ke teman pasien di sebelah
yang sedang bengong. Walhasil, saat HD, aku sering senyum-
senyum melihat perawat dan teman pasien bongkar-bongkar
katalog barang daganganku, he ... he. Pulang HD, kadang aku
masih harus mampir ke rumah Diana di dekat RS Gunung Jati
untuk mengambil pesanan celana dan rok, yang juga kujual via
katalog.
Begitulah duniaku sebagai tukang katalog, penuh warna.
Memutar otak untuk promo agar produk laku adalah makananku
sehari-hari. Tak ada satu rupiah pun di dompet karena semua
uang berputar untuk modal adalah hal biasa bagiku. Belajar
menjadi debt collector yang santun saat ada konsumen yang
susah bayar adalah risiko yang harus kujalani. Mengambil untung
tidak terlalu banyak agar bisa berbagi rezeki dengan orang lain
adalah salah satu upayaku untuk mereguk keberkahan dari
jalan usaha ini. Bukankah kebahagiaan pedagang tak terletak
pada besarnya keuntungan yang didapat, tapi pada “rasa puas”
yang dirasakan saat produk kita diminati dan bermanfaat bagi
pembelinya?
Semakin lama menjadi tukang katalog, semakin banyak ku-
temukan bukti hadis Rasulullah Saw. tentang keutamaan ber-
dagang, “Sesungguhnya sebagian besar pintu rezeki ada pada
berdagang.” Berkali-kali, kurasakan rezeki tak terduga Allah
hadirkan melalui jalan berdagang. Meski aku juga sadar, tak
mudah bertahan dalam dunia dagang. Perlu kesabaran, kete-
kunan, dan kerja keras. Tentang hal ini, tentu saja aku belajar

www.boxnovel.blogspot.com
Tukang Katalog 155

dari Mimih yang sudah berdagang sejak 1960 hingga detik


ini. Beberapa prinsip Mimih adalah: menjual dengan untung
yang tidak besar, yang penting konsumen selalu bertambah
dan “betah” bertransaksi dengan kita, rajin menabung sedikit
demi sedikit dari keuntungan warungnya untuk memenuhi
kebutuhan, segerakan membayar utang saat ada rezeki, dan
sering-seringlah berbagi. Keempat prinsip inilah yang menja-
dikan Mimih mampu bertahan dengan warungnya hingga lebih
dari 50 tahun.
Aku juga belajar dari Pak Hudaya Prawira, seorang pengusa-
ha properti di Bandung yang kukenal pada pertengahan 2012.
Menurut beliau, konsep bisnis dalam Islam adalah memenuhi
kebutuhan konsumen dengan keuntungan yang sewajarnya,
agar barokah.
“Alhamdulillah, ternyata semua anak Mimih mewarisi bakat
dagang, tinggal si Bungsu aja yang belum kelihatan.” Itulah
kalimat yang Mimih lontarkan lima belas tahun lalu, saat aku
masih kuliah. Saat itu, ketiga kakakku, walaupun sudah punya
gaji tetap sebagai PNS, tetap mencoba berkecimpung di dunia
bisnis, meski kecil-kecilan. Sementara, aku saat itu bukannya
tak ingin ikut berbisnis, konsentrasiku masih terfokus pada
kuliah.
Namun, saat ini, seloroh Mimih tampaknya berubah men-
jadi, “Neng-lah yang paling mewarisi bakat Mimih.” Ah, tentu,
jika dibandingkan dengan Mimih, kemampuan dagangku masih
sangat jauh. Aku yang cepat bosan dan tak cukup sabar meng-
hadapi pembeli yang rewel masih harus belajar dari Mimih. Mi-
mih kerap tersenyum mendapati keempat anaknya mengikuti

www.boxnovel.blogspot.com
156 Tersenyumlah dan Bekerjalah

jejaknya menjadi pedagang. Tapi, dibandingkan dengan kakak-


kakakku, hanya aku yang berbeda. Akulah satu-satunya anak
Mimih yang bergelar si Tukang Katalog. Semoga saja menjadi
tukang katalog yang berkah ... allâhumma âmîn.[]

www.boxnovel.blogspot.com
III
Cinta Cahaya

www.boxnovel.blogspot.com
“Kelak di Arsy’
ada menara-menara dari cahaya yang di dalamnya
ada orang-orang yang wajahnya bercahaya
dan memakai baju yang bercahaya
sehingga para nabi dan syuhada iri kepada mereka.”
Ketika ditanya, Rasulullah Saw. menjawab, “Mereka adalah
orang-orang yang saling mencintai karena Allah.”
(HR Tirmidzi)

www.boxnovel.blogspot.com
Lingkaran Cahaya

Bismillâhirrahmânirrahîm

S ­

www.boxnovel.blogspot.com
160 Cinta Cahaya

ajariku tentang cinta yang lain. Cinta yang baru kukenal. Cinta
itu kunamai cahaya.
Seiring perjalanan waktu, saat rasa cintaku semakin kuat,
tiba-tiba saja dia berubah. Fisiknya berubah, karakternya juga
berubah. Tapi, aku tahu dengan pasti, dia masih sama seperti
yang kukenal sebelumnya. Aku berjuang sekuat tenaga untuk
kembali mengenalnya. Perlahan, hingga akhirnya aku mampu.
Aku belajar mencintainya lebih kuat daripada sebelumnya. Ia
benar-benar mengajariku tentang cinta yang lain. Berkali-kali
ia berubah karakter dan fisik, dan berkali-kali pula aku belajar
untuk terus bertahan bersamanya, mencintainya apa pun ia
adanya.
Begitulah cinta kami berjalan, tak semulus yang diharapkan,
tak selancar yang direncanakan. Di perjalanan kebersamaan
kami, berkali-kali aku mundur. Berkali-kali aku menyerah. Bu-
kan karena ia sudah tak menyenangkan, melainkan karena ji-
waku yang rasanya tak lagi cukup mampu menggapai cinta
cahaya yang ditawarkannya. Cinta cahaya yang sebenarnya be-
gitu indah.
Namun, rupanya Allah sayang banget sama aku. Setiap kali
aku memutuskan mundur, setiap kali itu pulalah Allah menuntun
tanganku untuk kembali dalam dekapannya. Pesonanya selalu
mendesakku untuk kembali padanya. Kenyamanan yang diberi-
kannya padaku memang luar biasa. Rasa yang dia beri setiap
kali kami berjumpa tak terganti. Setiap kali bertemu dengannya,
ragaku mungkin lelah, tapi jiwaku segar bugar bagai ponsel ba-
ru selesai di-charge baterainya.

www.boxnovel.blogspot.com
Lingkaran Cahaya 161

Ya, seperti itulah pesonanya. Meski berkali-kali aku mening-


galkannya, berkali-kali pula aku kembali padanya. Cinta lama
bersemi kembali itu selalu berulang dan terus berulang.
Ia pun menjadi teman setiaku saat aku terbaring tak ber-
daya. Meski berkali-kali aku mangkir hadir karena ada keluhan
di tubuhku, ia tetap bertahan bersamaku. Meski berkali ia
berubah rupa dan karakter, aku tetap bertahan bersamanya.
Karena, darinya kutemukan energi untuk berjuang, darinya
kutemukan spirit untuk bergerak.
Saat jiwaku sedang dekat dengan Rabb-ku, ia akan menjadi
peneguh. Di waktu lain saat aku lalai akan kewajiban-kewajiban
kepada Rabb-ku, ia hadir menjadi “penampar” jiwaku. Ia de-
ngan mata tajamnya akan menyentil hatiku yang sedang ko-
song. Ia kerap membuatku tertunduk malu. Lantas, di titik ujung,
selalu ia rengkuh tanganku dan mengajakku berjalan menuju
rengkuhan Rabb-ku.
Hari ini menjelang 16 tahun kebersamaanku dengannya,
meski tertatih, meski maju dan mundur silih berganti. Aku
bersyukur masih bersamanya, masih merasakan dekapannya.
Masih berjumpa seminggu sekali dengannya. Hati kami masih
menyatu dalam ikatan cahaya. Jika aku tidak bersamanya,
maka ia akan bersama yang lain. Ikatan cinta bercahaya yang
ia tawarkan terlalu menggiurkan untuk ditinggalkan begitu sa-
ja. Ia ada tak hanya untukku, tapi juga untuk Anda dan untuk
semua orang yang berjuang menggapai cinta cahaya. Ia adalah
lingkaran cahaya. Bersamanya, kurasakan cinta cahaya.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Hidup Ginjal Muda

P agi itu, salah satu grup yang kuikuti di Facebook heboh.


Mas Wawan, salah seorang anggotanya mengunggah foto.
Tampak seorang lelaki berkulit agak legam duduk berdampingan
dengan wanita cantik berjilbab di kursi kayu berkain merah.
Keduanya memakai busana senada berwarna krem. Ada ronce
melati melingkar di leher sang lelaki dan menggantung cantik
di kepala sang gadis. Pelaminan sederhana bernuansa cokelat
hijau menjadi hiasan di belakang mereka. Foto itu adalah fo-
to pernikahan Mas Wawan dengan Mbak Fitri sehari sebelum-
nya.
Semestinya, tak ada yang istimewa dari foto itu. Ada ba-
nyak orang yang biasa mengunggah foto pernikahannya. Yang
istimewa adalah karena Mas Wawan, atau yang nama leng-
kapnya Yuni Riwanto, adalah pasien gagal gijal kronis yang su-
dah lama menjalani cuci darah di RS Sardjito Yogyakarta. Allah
menghadirkan jodohnya, seorang gadis cantik bernama Fitri
setelah Mas Wawan menjalani hampir 13 tahun cuci darahnya.
Semoga, Mbak Fitri dan Mas Wawan sama-sama merengkuh
cinta cahaya, cinta yang didasari kecintaan mereka pada Pemilik
jiwanya.
Berbagai komentar menanggapi unggahan Mas Wawan,
mulai dari yang memberikan ucapan selamat, yang ngiri pengen
nyusul, sampai yang ngajak bercanda tentang malam pertama.
Begitulan keseruan kami di grup ini, grup yang diprakarsai oleh

www.boxnovel.blogspot.com
Hidup Ginjal Muda 163

Mas Yediya Thomas Pama’tan (alm.), seorang pasien cuci darah


dari Makassar sekitar tahun 2012. Grup ini dinamai Hidup
Ginjal Muda (HGM). Di sana, kami, para pasien dan keluarga
pasien gagal ginjal yang sebagian besar menjalani hemodialisis
berbagi cerita, berbagi semangat, berbagi harapan, berbagi re-
sep, berbagi kasih, berbagi cinta, berbagi senyum, berbagi ta-
wa, dan berbagi ilmu yang bermanfaat. Di grup yang memiliki
slogan “Together we can make a difference” ini kami diajak untuk
menjadi pasien gagal ginjal kronis yang anti-galau. He ... he ... he.
Seiring waktu berjalan, hadirlah teman-teman lain. Awal-
nya baru puluhan, hingga saat ini tercatat 337 anggota. Sejak
kepergian Mas Yediya dan Bu Tuti Arihadi menghadap Tuhannya,
grup ini sempat sepi. Hingga akhirnya mulai kembali bergaung
sejak kehadiran Mas Ivan Adiwijaya, seorang pasien hemodialisis
yang memasuki tahun ke-12 cuci darahnya di Surabaya. Ia yang
sebelumnya sudah lebih dahulu bergabung dengan beberapa
grup dialisis internasional, mulai berbagi info yang selama ini
tak banyak kami ketahui. Salah satunya tentang bahaya fosfor
sebagai pemicu keropos tulang. Infonya didukung oleh Kang
Dean Aldeansyah dari Ciwidey yang sudah hampir tujuh tahun
cuci darah di Ohio, Amerika Serikat. Jika ada salah satu anggota
yang mem-posting masalahnya, Mas Ivan kerap mencarikan
artikel atau sumber bacaan untuk mencari solusi atas masalah
kami. Biasanya, ia mendapatkannya dari grup internasional
yang diikutinya. Seringnya Mas Ivan posting info-info baru
tentang HD membuat sebagian besar kami menganggapnya
Bapak Dosen HGM, sebagian lagi memanggilnya Prof. Iv. He ...
he.

www.boxnovel.blogspot.com
164 Cinta Cahaya

Dari sanalah kisah di antara kami berlangsung semakin


seru. Selain Prof. Iv, ada Teh Rhyma (Tasik) dan Mbak Hasta
(Magelang) dengan celetukan-celetukan segarnya. Ada juga
pasien-pasien HD yang masih belia, seperti Neng Ratih (Ban-
dung), Neng Wina dan Neng Tia (Ciamis), Rizka dan Alif
(Ponorogo), Teh Yanie dan Yuni (Bandung), Okta (Palembang),
Mas Brate (Bali), Nuni, Widha, dan Oscar (Jakarta), Dian
(Malang), hingga M. Jordan yang masih SMA. Ada para wanita
luar biasa yang menemani suaminya HD dengan penuh
kesetiaan, seperti Mbak Rika (Jakarta), Bunda Upit (Jakarta), Bu
Deysi (Manado), Bu Ika (Jakarta), Bunda Nevi (Banjarnegara),
dan Bunda Raihan (Jakarta). Ada bapak-bapak yang berjuang
HD sambil terus mencari nafkah menjadi kepala keluarga,
ada Ayah Raihan (Jakarta), Mas Amron (Jakarta), Pak Irfan
(Manado), Pak Colly (Jakarta), Mas Arsa (Jakarta), Mas Kamsin
(Tangerang), dan Abah Anom (Bandung). Ada juga wanita
tangguh yang tetap aktif bekerja, seperti Mbak Filan (Jakarta),
Mbak Mira (Jakarta), dan Yuni (Bandung). Ada Bu Elfrinika
(Jakarta) dan Pak Antonius (Jakarta) yang senang travelling.
Selain Mas Ivan dan Mas Wawan, pasien senior yang juga tak
kalah aktifnya di HGM adalah Kang Evi yang sudah 23 tahun HD
(Bandung), Teh Sandra yang sudah 15 tahun HD (Bandung), dan
Bu Hanny yang sudah 10 tahun HD (Yogyakarta). Ada juga Mbak
Ary yang sudah menjadi pasien GGK sejak 18 tahun yang lalu,
sempat menjalani transplantasi sembilan tahun, dan akhirnya
kembali ke HD selama sembilan tahun. Dan tentu saja, ratusan
orang luar biasa yang terus berjuang mempertahankan kualitas
hidupnya.

www.boxnovel.blogspot.com
Hidup Ginjal Muda 165

Berkaca dari mereka, aku belajar untuk berhenti mengeluh


dan mulai menata diri. Memperbaiki kondisi fisik sambil terus
menjaga kekuatan jiwa dan hati. Melihat mereka, membuatku
terdiam menyadari apa yang kualami tak ada apa-apanya:
perjuangan mereka untuk bisa bertahan sebagai pasien gagal
ginjal yang menjalani hemodialisis. Ada yang berjuang mati-
matian karena tidak dapat asuransi kesehatan. Ada pula yang
terus-menerus dirawat karena berbagai komplikasi. Atau, bela-
kangan, ada beberapa teman di Jakarta yang tidak bisa HD
karena rumah sakitnya kebanjiran.
Dari para senior di HGM, aku juga belajar banyak tentang
cara mereka bertahan. Tak hanya aku yang bisa belajar dari
mereka, bahkan orang-orang di luar sana pun. Menurutku, ki-
sah-kisah hidup teman HGM bisa menjadi inspirasi dan pem-
bangkit semangat bagi semua orang.
Dari sinilah, terpikir olehku untuk mengajak teman-teman
HGM berbagi pengalaman dan perjuangan mereka. Orang per-
tama yang kuhubungi adalah Mas Amron, penulis skenario
sekaligus pemilik sebuah rumah produksi di Jakarta. Dengan
Mas Amronlah aku kerap berdiskusi untuk membuat program
menulis bagi teman-teman HGM. Setelah berdiskusi panjang,
kami sepakat untuk membuat buku antologi tentang perjuang-
an teman-teman HGM menjalani cuci darah. Kami berharap,
buku itu kelak bisa menjadi sumber motivasi bagi pasien HD
di seluruh Indonesia dan bisa jadi inspirasi bagi pembaca yang
masih sehat untuk semakin mensyukuri nikmat sehat yang
Allah berikan. Sampai tulisan ini tuntas, sudah ada 15 karya te-
man-teman yang selesai.

www.boxnovel.blogspot.com
166 Cinta Cahaya

Dalam grup terpisah yang dinamai Forum Penulis Hidup


Ginjal Muda, kami mengevaluasi kegiatan kepenulisan teman-
teman HGM. Di antaranya dengan mengadakan kelas menulis
seminggu sekali. Kelas menulis yang juga diadakan di FB ini
menghadirkan Mas Amron dan Bunda Pipiet Senja sebagai
dosen tamu. Aku berharap, melalui forum penulis ini, teman-
teman bisa berbagi kisah sekaligus memulai kegiatan kreatif-
nya. Semoga, dengan semakin giatnya teman-teman dalam ke-
penulisan, bisa menjadi terapi juga bagi semakin optimalnya
kondisi fisik dan psikisnya.
Mas Yediya sebagai penggagas Hidup Ginjal Muda memang
sudah tiada. Tapi, semangatnya untuk menghidupkan semangat
GGK berusia muda akan terus terpatri di hati kami. Semoga,
langkah kami untuk menuntaskan naskah buku Hidup Ginjal
Muda dimudahkan oleh Allah, sehingga melalui buku itu, de-
ngan segala keterbatasan yang kami miliki, bisa memberikan
manfaat bagi orang-orang di sekitar kami meski hanya dengan
sekadar membiarkan orang lain belajar dari apa yang kami ala-
mi.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Tempat Paling Nyata
Pembuktian Cinta

S esekali, cobalah berkunjung ke tempat ini. Tempat yang


dipenuhi ratusan orang tak berdaya, dipenuhi luka yang
menganga, dipenuhi literan air mata, dipenuhi jerit kesakitan
dan isak kepiluan. Lihatlah tempat ini, tempat tangisan menjadi
hal yang wajar, jeritan, teriakan, dan makian menjadi sesuatu
yang ditoleransi. Lihatlah tempat ini.
Sadarkah kita bahwa tempat ini adalah tempat paling nyata
untuk pembuktian cinta? Lihatlah anak-anak yang mengantar
orangtuanya, lihatlah ayah yang memeluk anaknya, lihatlah
lelaki muda yang menggandeng mesra istrinya yang terlihat
begitu lemah, lihatlah pasangan suami-istri berusia 70 tahunan
yang saling menemani, kakak yang mengantar adiknya, cucu
yang menuntun neneknya. Lihatlah tatapan teduh mereka, li-
hatlah pelukan mereka, lihatlah belaian lembut mereka, linang-
an air mata dan isak tangis mereka, tak cukupkah itu untuk
membuktikan cinta?
Memasuki tempat ini selalu memberi getar dalam hati. Se-
tiap orang datang dengan drama kehidupannya masing-masing
yang bermuara pada satu kata: cinta.
Cinta agung orangtua kepada anaknya. Cinta mulia anak
pada orangtuanya. Cinta hebat kerabat kepada saudaranya.

www.boxnovel.blogspot.com
168 Cinta Cahaya

Cinta tulus karib pada sahabatnya. Dan, tentu saja cinta penuh
getar seorang pencinta sejati kepada pasangannya.
Di tempat paling nyata pembuktian cinta, Allah izinkan aku
untuk terus belajar. Belajar hidup dari lelaki lewat paruh baya
dengan tongkat di tangannya yang gemetar. Belajar hidup dari
ibu sepuh berwajah lelah yang duduk pasrah di kursi roda yang
didorong anaknya. Belajar hidup dari kaki yang sudah tak lagi
tegap berjalan, dari tubuh yang semakin renta dimakan usia.
Mereka dipapah lelaki dan perempuan muda yang mencintai-
nya.
Allah, betapa tak ada yang mampu kami sombongkan di
hadapan-Mu. Kulit indah kami beranjak keriput. Kaki tegap
kami beranjak rapuh, tubuh kekar kami beranjak menyusut.
Dan, mata bening kami beranjak keruh. Satu-satunya yang
membuat kami berharga di hadapan-Mu hanyalah hati bening
yang kami bawa saat menghadap-Mu. Izinkan kami menjaga
kebeningannya, Rabb, meski sungguh teramat sangat berat ra-
sanya.
Hari ini, aku duduk di sini, di bangku panjang ruang tunggu
tempat ini. Menatap bukti-bukti cinta yang bertebaran begitu
nyata. Mencium aroma kasih yang menyelusup setiap sudut
tanpa sisa. Tempat ini adalah rumah sakit, tempat ratusan
orang terluka terbaring tak berdaya. Hari ini, sedikit demi sedikit
kupahami mengapa Allah menciptakan luka. Karena tempat ini,
rumah sakit, adalah tempat paling nyata pembuktian cinta.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Wanita yang Menyebut Namaku
di Tanah Suci

“N eng, gimana kabarnya pagi ini? Neng meni cantik,


ih.” Sapaan lembut wanita berseragam putih-putih
mengagetkan lamunanku pagi itu. Tatapan matanya selembut
suaranya. Senyum tulus menghiasi wajah cantiknya. Kujawab
pertanyaannya dengan seulas senyum sambil kutatap perut be-
sarnya. Ia sedang hamil sembilan bulan rupanya. Sapaan lem-
butnya menyejukkan kegelisahan yang sedang menderaku pagi
itu, 26 April 2005. Hari pertama aku menjalani cuci darah di RS
Gunung Jati Cirebon, setelah sebelumnya kuhabiskan hari-ha-
riku di RS Holistik Purwakarta dan RS Al-Islam Bandung.
Selepas pertemuan itu, lama aku tak lagi menjumpainya.
Ia cuti melahirkan. Hingga beberapa bulan kemudian, ia hadir
dengan amanah baru sebagai Kepala Ruangan Hemodialisis
RSGJ, Cirebon. Dalam kebersamaan kami kemudian, aku me-
ngenalnya sebagai sosok yang berhati lembut. Di tengah kesi-
bukannya, ia kerap meluangkan waktu untuk menyapa kami,
para pasien, sambil sesekali menghibur kami dengan berden-
dang lagu-lagu lawas di samping ranjang tempat kami ter-
baring.
Ia, wanita bersuara merdu itu, namanya Ibu Suprapti. Di
Ruang Hemodialisis biasa dipanggil Bu Etis. Aku sendiri lebih

www.boxnovel.blogspot.com
170 Cinta Cahaya

senang menyapanya Ibu. Selepas kepergiannya ke Tanah Suci


menunaikan Rukun Islam yang ke-5 pada 2009, Ibu kembali
mendapat panggilan Allah ke Tanah Suci, Februari 2012, untuk
menunaikan ibadah umrah.
Dan suatu pagi Maret 2012, sepulang Ibu dari Tanah Suci,
kisah kami bermula.
Selasa pagi itu, aku sedang berbaring di salah satu ranjang
Ruang HD ketika Ibu melewati ranjangku. Dan, sebuah perbin-
cangan hangat menjadi awal mula perjalanan indah yang kami
lewati bersama.
“Ibu, pulang umrah makin cantik aja,” sapaku pagi itu, sam-
bil tersenyum.
Ibu menghampiriku sambil berujar, “Neng, tahu gak, di sa-
na Ibu berdoa apa?”
Aku menggeleng, menunggu kelanjutan kalimatnya.
“Ya Allah, izinkan hamba kembali lagi ke sini bareng Neng
Lien.”
Deg ... serasa ada yang menampar lembut pipiku saat itu.
Allah, Ibu memikirkan sesuatu yang bahkan aku sendiri tidak
pernah memikirkannya. Sungguh tak terpikir untuk berangkat
ke Tanah Suci dalam kondisiku sebagai pasien HD saat itu.
“Allâhumma âmîn ….” Cuma kalimat pendek itu yang ke-
luar dari mulutku saat itu. Aku masih terperangah.
“Yuk, Neng, kita sama-sama berdoa, semoga Allah mende-
ngar doa kita. Kira-kira, kapan, ya, kita ke sana bareng?” ujar-
nya lagi, senyum tulus kembali terukir di bibirnya.
“Insya Allah Maret 2013, ya, Bu, ... âmîn.” Aku tertegun
menyadari ucapanku yang tanpa kuduga mengalir begitu saja

www.boxnovel.blogspot.com
Wanita yang Menyebut Namaku di Tanah Suci 171

dari mulutku, seolah ada yang menggerakkan mulutku untuk


berujar begitu.
Dan satu tahun kemudian, tepatnya 14 Maret 2013, atas
izin Allah, aku dan Ibu duduk satu kursi di bus yang membawa
kami dari Cirebon ke Jakarta. Bagai mimpi, akhirnya aku meng-
injakkan kaki di Bandara Udara Soekarno-Hatta. Bagai mimpi,
akhirnya untuk pertama kalinya aku naik pesawat bersamanya.
Dan bagai mimpi pula, akhirnya aku menapakkan kakiku di Mak-
kah Al-Mukarramah dan Madinah Al-Munawwarah. Menjadi
tamu Allah bersama Ibu, wanita yang menyebut namaku di Ta-
nah Suci.
Dalam perjalanan itu, aku menjadi bagian dari keluarganya.
Aku yang pergi sendiri bermuhrim kepada Bapak, suami Ibu.
Ibu dan Bapak siaga mengawalku setiap saat. Ibu membawa
alat-alat kesehatan untuk menjaga kemungkinan aku drop di
sana. Ibu hadir menjadi orang yang paling mengerti aku di sa-
na. She know me so well ^_^
Tak akan kulupa bagaimana kepanikan Bapak dan Ibu
melihat aku berjalan tertatih saat turun dari pesawat di Bandara
Abu Dhabi. Dingin pesawat telah membuat kakiku kram hebat.
Bapak dengan segera mencari porter pembawa kursi roda.
Ibu membantu membalurkan kayu putih ke tubuhku. Mereka
menemaniku selalu sepanjang perjalanan dengan kursi roda.
Sejak Bandara Abu Dhabi, turun di Bandara Jeddah, hingga
naik bus menuju Madinah, perhatian mereka tak lepas dariku.
Kekhawatiran mereka adalah kekhawatiran orangtua kepada
anaknya.

www.boxnovel.blogspot.com
172 Cinta Cahaya

Di tengah kelelahannya, Ibu dan Bapak temani aku HD di


Kidney Center RS King Abdul Azis, Madinah. Ada butiran bening
menggantung di pelupuk mataku saat kulihat Ibu dan Bapak
terlelap di kursi tunggu rumah sakit selepas aku HD. Kemudian,
kami berjalan bertiga, menyusuri pekat malam mencari taksi
di daerah yang sama sekali tidak kami kenal. Bermodal sedikit
kemampuan bahasa Inggris kami dan keberanian Bapak men-
duga-duga bahasa Arab sopir taksi, akhirnya sampai juga kami
ke Hotel Dallah Taibah malam itu, hampir tengah malam.
Saat kami berpisah di lift hotel, semakin kurasakan betapa
tulusnya cinta mereka. Aku merasa pergi bersama Mimih dan
Bapakku. Ya, Ibu dan Bapak adalah Mimih dan Bapakku selama
di Tanah Suci.
Kisahku dan Ibu di Tanah Suci terus berlanjut saat kami
menuju Raudhah. Saat itu, kami janjian bertemu bakda Shalat
Shubuh di Masjid Nabawi. Namun, hingga dua jam berputar-
putar, aku tak kunjung bisa menemuinya. Seperti ada sekat di
antara kami. Sulit sekali rasanya saat itu kami bisa bertemu di
antara ribuan jamaah yang hilir mudik keluar masuk. Saat ha-
rapan semakin menipis, aku terduduk pasrah di pintu masuk
Masjid Nabawi, tak cukup berani berangkat sendiri ke Raudhah
dalam kondisiku saat itu.
Hingga akhirnya, sebuah SMS dari Ibu masuk di ponselku,
“Neng, zikir terus Allâhuma yassir wa lâ tu‘assir, ya. Mudah-
mudahan, Allah memudahkan pertemuan kita.”
Sesaat kemudian, aku mulai berzikir sambil terus bermohon
kepada Allah. Dan, seperti ada yang menggerakkanku untuk
berjalan ke bagian tengah dan mulai melihat kumpulan orang-

www.boxnovel.blogspot.com
­

www.boxnovel.blogspot.com
174 Cinta Cahaya

humma labbaik. Labbaika lâ syarîka laka labbaik ... kami datang


memenuhi panggilanmu, ya Allah ....
Kisah cinta kami di Tanah Suci pun diakhiri dengan “nga-
bolang” di Bandara Changi Singapura. Menikmati sekotak fried
chicken “supermahal” berempat sambil ngampar di lantai
bandara. Berbagi kursi sebagai tempat terlelap hingga waktu
subuh menjelang. Di perjalanan pulang dalam bus yang meng-
antar kami dari Jakarta ke Cirebon, Ibu masih sempat memi-
kirkan jadwal HD-ku berikutnya.
Ibu, wanita yang telah menyebut namaku di Tanah Suci,
adalah salah satu lingkaran cinta yang Allah sematkan di hidup-
ku yang indah. Bersamanya, aku memenuhi undangan Allah. Ia
menghadiahiku mukena dan Al-Quran cantik yang kini kupakai
sehari-hari. Dengan kelembutan hatinya, ia telah membuatku
merasa menjadi orang yang sangat dicintai.
Ibu, wanita yang telah menyebut namaku di Tanah Suci.
Terima kasihku untuknya. Semoga, Allah menyatukan hati kami
dalam cinta-Nya, senantiasa. Aku mencintainya karena Allah.
Semoga Allah mencintainya karena ia telah mencintaiku ka-
rena-Nya.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Malaikat Tanpa Sayap

M enginjak usia ke-20, dalam idealisme yang sedang


membubung tinggi, pernah tebersit satu pertanyaan
di benakku, mengapa harus ada perawat? Bukankah sudah ada
dokter yang dengan keilmuannya semestinya bisa mengatasi
berbagai kasus kesehatan di dunia medis modern? Mengapa
jumlah perawat di rumah sakit mesti begitu banyak? Meng-
apa sekolah-sekolah keperawatan begitu menjamur? Sebagi-
an besar meluluskan perawat diploma dan beberapa univer-
sitas bahkan mulai membuka jurusan atau fakultas ilmu ke-
perawatan. Sepenting apakah sebenarnya peran perawat bagi
dunia kedokteran modern?
Pertanyaan yang kerap muncul itu lahir dari pengalaman
minimku tentang dunia medis. Saat itu, aku memang hampir
tidak pernah berinteraksi dengan rumah sakit. Alhamdulillah,
aku hanya pernah sakit beberapa kali sejak kecil, itu pun cukup
dibawa ke dokter umum langgananku.
Dan, pertanyaan itu tersimpan rapi di dalam dadaku, tak
berani kusampaikan kepada siapa pun. Tidak juga kepada bebe-
rapa sahabatku yang saat itu sedang menempuh pendidikan
keperawatan. Namun, meski tak pernah terucap, rupanya Zat
Mahatahu mencatatnya sebagai pertanyaan yang perlu dijawab.
Dan sejak 2005, Allah langsung menjawab sedikit demi sedikit
pertanyaanku, dengan memperkenalkan aku kepada para gadis
dan lelaki muda yang dengan senyum tulusnya menemaniku

www.boxnovel.blogspot.com
176 Cinta Cahaya

selama dirawat di RS Holistik Purwakarta. Di Ruang HD Rumah


Sakit Al-Islam Bandung; Allah memperkenalkanku kepada Pak
Munir yang begitu tenang, Teh Sari yang cantik dengan tausiah-
tausiahnya yang menyejukkan, Kang Yopi yang pendiam dan
superserius, juga Kang Henry yang penolong dan selalu ceria.
Tidak cukup itu saja, Allah memberikan jawaban-Nya, ham-
pir sembilan tahun terakhir; ini pun di Ruang HD RS Gunung
Jati. Allah kenalkan aku kepada mereka.
Bu Nina yang selalu ceria menyapa pasien, kerap hadir de-
ngan kacamata minusnya yang “nangkring” di atas kepala. Kulit
putih dan mata cokelatnya membuatnya kerap disapa Sofia Lat-
juba, he ... he. Sesekali, kelatahannya membuatku terpingkal.
Kehadirannya selalu membawa keceriaan di Ruang HD.
Bu Euis yang moody. Kalau sedang pendiam, ia akan diam
seharian, hanya sesekali tersenyum saat ada yang menyapa.
Tapi, saat iseng, ia jagonya. Berbagai cara ia lakukan. Senjata
andalannya adalah tutup suntikan dan botol isi NaCl alias cairan
infus. Jika Anda latah, berhati-hatilah berada dekat dengan Bu
Euis. Meleng sedikit, siap-siaplah menerima lemparan tutup
suntikan atau dikejar botol NaCl yang menggelepar di lantai.
Dijamin, kelatahan Anda akan tersalurkan, he ... he ... he.
Solmetnya Bu Euis bernama Teh Yeyet. Ia sama isengnya
dengan Bu Euis, paling hobi melatahkan orang. Tapi, Teh Yeyet
cenderung lebih serius daripada Bu Euis. Ia pendengar yang
baik. Sangat serius mencarikan solusi saat ada pasien curhat.
Teh Yeyet sudah bertugas di Ruang HD sejak pertama kali ada di
RS Gunung Jati. Jadi, jika perlu aneka tips seputar HD, sesekali
ngobrollah dengannya.

www.boxnovel.blogspot.com
­

www.boxnovel.blogspot.com
178 Cinta Cahaya

lem, tapi cukup menyenangkan diajak ngobrol dan diskusi ten-


tang HD.
Pak Iman yang juga seru diajak sharing. Ia selalu semangat
jika sudah berbagi hal-hal detail tentang HD. Belakangan, ia juga
kerap menjadi “dosen HD” bagi para mahasiswa keperawatan
yang tengah melaksanakan praktik di Ruang HD.
Pak Romdhon adalah salah seorang gadget mania di Ruang
HD. Ia kerap melengkapi dirinya dengan fasilitas online selama
bertugas. Paling seru ngobrol dengannya tentang obat-obatan.
Pengalamannya sebagai perawat di RS Harapan Kita, membuat
ia asyik diajak diskusi tentang masalah jantung.
Pak Iri adalah perawat paling junior di Ruang HD. Ia baru
beberapa bulan pindah tugas dari ICCU. Pembawaannya ceria
dengan gaya bicara ceplas-ceplos. Celetukannya kerap mem-
buat kami menahan tawa. Meski kerap bercanda, ia seorang
pembelajar yang baik. Sangat mudah bersosialisasi dengan
lingkungan barunya.
Selain mereka, ada juga Pak Agus di Bagian Administrasi,
seorang pekerja keras yang tenang. Tanpa banyak bicara, Pak
Agus tuntaskan kerjanya. Ada juga Bu Sarti yang sejak keha-
dirannya, Ruang HD jadi tampak lebih resik dan rapi, tentu di-
bantu oleh beberapa petugas cleaning service yang belum ku-
kenal namanya.
Ada nama lain yang sempat hadir dan menemaniku di Ru-
ang HD. Pak Haji Suwardi yang serius tapi santai, Teh Etik yang
tetanggaku di Kuningan, Pak Haji Isro yang baik hati, Pak Dedy
yang riweuh, ia pensiun dan digantikan Pak Agus. Ada juga Bu

www.boxnovel.blogspot.com
Malaikat Tanpa Sayap 179

Dedeh yang superheboh tapi tetap cantik di usia senjanya, ia


pensiun dan digantikan Bu Sri, dan kemudian Bu Sarti.
The last but not least tentu saja Ibu Kepala Ruangan HD,
namanya Ibu Suprapti atau biasa dipanggil Bu Etis atau kadang
Ibu. Seorang pemimpin yang berhati lembut. Aku punya kisah
perjalanan indah dengannya. Ialah seseorang yang menyebut
namaku di Tanah Suci.
Itulah mereka. Aku menyebut mereka malaikat tanpa sayap.
Mereka mengabdikan diri untuk membantu orang lain, menge-
rahkan tenaga untuk kebaikan orang lain. Mereka menghabiskan
sebagian hidup mereka bersama pasien. Kadang, tak mengenal
siang ataupun malam. Kadang, tak mengenal tanggal hitam
ataupun merah. Kadang, tak mengenal mereka sedang fit atau
tidak. Sungguh mulialah mereka, terlebih apabila mereka se-
nantiasa menjaga niatnya untuk menjadikan pekerjaannya se-
bagai sarana ibadah kepada Rabb mereka.
Ya, malaikat tanpa sayap itu adalah para perawat. Profesi
yang sempat kupertanyakan keberadaannya. Merekalah orang-
orang luar biasa yang dituntut untuk selalu punya persediaan
kesabaran dan ketulusan ekstra. Tugas utama mereka adalah
merawat sesuai dengan prosedur perawatan atas dasar kebi-
jakan dokter. Tetapi dalam pelaksanaannya, mereka juga harus
siap menemani, menanggapi keluhan, dan menghibur pasien.
Merekalah para perawat. Lewat mereka Allah menjawab
tuntas pertanyaanku. Mengapa harus ada perawat di dunia
medis modern? Karena perawat memiliki tugasnya sendiri,
memiliki manfaatnya sendiri, dan memiliki fungsinya sendiri.

www.boxnovel.blogspot.com
180 Cinta Cahaya

Dan di mata Allah, insya Allah, mereka memiliki kemuliaannya


sendiri.
Salam hormatku untuk dokter, perawat, dan semua orang
yang mengabdikan dirinya di rumah sakit, tempat paling nyata
pembuktian cinta.
Semoga Allah memuliakan mereka ... senantiasa.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Dokter juga Manusia

Neng dokter : Cuci darah keberapa, Mbak?


Aku : Hmmm, … gak tahu ya, lupa lagi.
Neng dokter : Bentar, saya liat …. Wah, 656, ya, Mbak. Emang,
udah berapa lama?
Aku : Tujuh tahun, Dok.

S eorang dokter muda, cantik, dan modis menghampiriku


pagi itu. Ia menyapaku dengan senyuman supermanisnya.
Ia membawa buku pertamaku, memintaku menandatangani
bukunya dan berfoto denganku. Setelah bertukar nomor pon-
sel, ia pun berlalu meninggalkanku. Tanpa kuduga, dua minggu
kemudian, ia datang ke rumahku bersama calon suaminya. Kami
berbicara banyak selayaknya teman yang lama tak berjumpa.
Namanya dr. Mitha.
Beberapa tahun sebelumnya, dua orang dokter juga meng-
hampiriku saat aku terbaring cuci darah. Yang satu, lelaki gagah
dan tinggi, sedangkan satu lagi wanita cantik, menarik, dan
superramah. Mereka berdua mengajakku berbicara panjang.
Hangat dan akrab. Aku tak menyangka, ternyata lelaki gagah
dan wanita cantik itu adalah Dr. Yono dan Dr. Lucy, Direktur dan
Wakil Direktur RS Gunung Jati saat itu.
Tak pernah kubayangkan juga, beberapa hari kemudian aku
diundang ke ruangan Dr. Lucy untuk sekadar ngobrol. Sesekali,
aku juga datang ke ruang itu untuk mengantarkan pesanan Dr.

www.boxnovel.blogspot.com
182 Cinta Cahaya

Lucy, ia kerap mempromosikan barang daganganku kepada


staf-stafnya. Entah bagaimana aku berterima kasih padanya.
Semenjak menjalani peran sebagai pasien rutin rumah sa-
kit, aku memang banyak dikenalkan Allah dengan para dokter.
Beda-beda karakter, pastinya. Dari mulai dokter yang kutemui
hanya dalam hitungan jari, seperti dr. Salmiyati. Seorang ibu
dokter di Dago, Bandung yang baik hati. Konon, sejak lama ia
tak pernah menerima bayaran dari pasien kurang mampu atau-
pun pasien mahasiswa. Aku termasuk yang digratiskannya saat
itu. Ada Prof. Dr. Hendro yang menangani operasi AV shunt-
ku*. Tak akan kulupa bagaimana selama dua jam operasi, be-
liau terus mengingatkanku untuk tetap sabar dan tawakal pada
Allah. Ada pula Prof. Dr. Rahmat Sulaeman dan putranya Dr.
Rudi, yang menjadi dokter langgananku saat didiagnosis infeksi
saluran kecil, dua tahun sebelum gagal ginjal menjadi bagian
dari hidupku. Ada Dr. Fani Fatihah, dokter Rumah Sakit Ho-
listik, Purwakarta yang pernah menasihatiku untuk tak takut
kematian. “Biar Allah yang mengatur kapan napasmu akan ter-
henti,” begitu ujarnya saat itu, ketika aku sedang begitu takut
tak bisa bernapas lagi.
Ada juga dokter-dokter yang menjadi “sahabat akrabku”
karena sering berjumpa. Ada dr. Zaenal Arifin yang masih ada
ikatan saudara denganku. Ada dr. Rio, sahabatku sejak SMP yang
detail banget saat mendiagnosis. Ada dr. Dhadi yang suaminya
sahabatku, Diana. Di RS Gunung Jati, ada dr. Zul, dokter Ruang
HD yang kerap berdiskusi tentang masalah-masalah keagamaan

* AV shunt (Arteriovenus Fistula atau Cimino Fistula) adalah penyambungan pem-


buluh arteri dan vena dengan tujuan memperbesar aliran darah supaya dapat digu-
nakan untuk keperluan hemodialisis.

www.boxnovel.blogspot.com
Dokter juga Manusia 183

dan ruhiyah denganku. Ada dr. Teguh yang hobi menulis, ada dr.
Wizhar dan dr. Azhari yang sering menasihati dan memberiku
semangat. Ada dr. Siska dan dr. Dian, keduanya tak pernah ku-
temui langsung, tapi Allah telah menggerakkan keduanya un-
tuk membantuku mengurusi masalah biaya cuci darahku saat
Jamkesmasku bermasalah, April-Juni 2013. Dan, tentu saja dok-
ter-dokter lain yang tak bisa kusebutkan satu per satu. Masing-
masing dari mereka menorehkan kisah di hidupku.
Di perjalanan, aku juga pernah menemui dokter-dokter
yang sikapnya menyesakkan hati. Salah satunya adalah dokter
yang pertama kali menyatakan aku harus cuci darah pada 2005.
Aku sempat cukup kecewa dengan caranya menyampaikan,
dahulu. Tapi, makin ke sini, aku mulai belajar memahami,
mungkin, itu ekspresi kekagetannya mendapati aku yang ma-
sih berusia muda terkena penyakit kronis seumur hidup. Ada
pula dokter yang pernah mengatakan bahwa gagal ginjal de-
ngan cuci darah termasuk penyakit MPP alias mati pelan-pe-
lan. Semestinya, seseorang dengan pendidikan tinggi tidak
mengeluarkan pernyataan seperti itu. Tapi, terlepas dari itu
semua, tampaknya kita harus mulai memahami bahwa bukan
profesi dokternya yang menjadikan mereka begitu, melainkan
karakter pribadinya.
Begitulah Teman, mengenal begitu banyak dokter dengan
kebaikan yang mengharukan juga dengan pernyataan yang
mengagetkan, membuat kita semestinya belajar. Bahwa, dokter
juga manusia. Terlepas dari profesinya, mereka adalah manusia
biasa dengan kekurangan, kelebihan, dan karakter pribadinya
masing-masing. Seperti kepada profesi lain, rasanya kita juga

www.boxnovel.blogspot.com
184 Cinta Cahaya

tidak harus memperlakukan dokter sebagai manusia tanpa cela


dan menuntutnya untuk selalu sempurna.
Dokter adalah profesi yang sama seperti profesi lain. Yang
menjadikannya mulia adalah kebersihan hatinya, ruhiyah yang
selalu terjaga, dan niat luhur untuk membantu sesama sebagai
bagian dari ibadah kepada-Nya.
Dokter juga manusia. Punya rasa punya hati. Kadang me-
reka galak, kadang mereka keras. Namun, tak jarang juga ber-
hati lembut dan penuh perhatian.
Terima kasihku untuk seluruh dokter di mana pun berada.
Yang selalu menjaga kebersihan hatinya, selalu menggapai ke-
ridhaan Rabb-nya, membantu sesama dengan niat beribadah
kepada-Nya. Semoga, setiap tetes keringatnya, setiap helaan
napas lelahnya, setiap lantunan doa harap untuk kesembuhan
pasiennya, menjadikan mereka manusia-manusia luar biasa
dengan profesi yang diberkahi-Nya.
Allâhumma âmîn.

www.boxnovel.blogspot.com
Bertahan Bersama

“N eng, hari Selasa siang itu, Bapak baru selesai cuci


darah. Kami berdua duduk bangku di tengah. Se-
mentara, bangku depan, di samping kiri Mang Ojak, kosong. Di
depan RS Ciremai, Bapak minta makan. Ibu langsung menyiap-
kan makanan dan menyuapi Bapak. Ketika melewati jalan tol,
sepintas Ibu lihat ada mobil truk pengangkut batu-batu besar
ngebut, menyalip dari kanan mobil. Entah gimana ceritanya,
Ibu tak mengerti, tiba-tiba sebuah batu melayang kencang dari
belakang truk menabrak kaca depan mobil kami dan berbelok
ke arah Bapak yang duduk di belakang Mang Ojak. Ya Allah, batu
itu menghantam wajah Bapak yang sedang makan! Seketika,
Ibu merasa kosong dan terkesima melihat wajah Bapak yang
bersimbah darah. Remah-remah nasi bercampur darah di sana-
sini. Ibu cuma bisa menjerit-jerit, Neng. Sementara, Bapak ha-
nya terdiam. Alhamdulillah, saat itu banyak yang menolong dan
posisi dekat puskesmas, jadi Bapak langung dibawa ambulans
ke UGD RS Gunung Jati. Duh, baru aja mau pulang, udah balik
lagi.” Ibu sepuh itu bercerita padaku dengan air mata yang meng-
genang.
“Terus, gimana, Bu?”
“Di UGD, hingga dibawa ke ruangan, darah dari wajah Ba-
pak terus-terusan mengalir sampai ke lantai, Neng. Baju Bapak
merah dan basah oleh darah hingga digunting oleh dokter. Pun
sarung yang Ibu pake buat lap, semuanya merah dan basah.

www.boxnovel.blogspot.com
186 Cinta Cahaya

Saking banyaknya, darahnya sampe menggumpal. Bapak lang-


sung dirawat, transfusi 6 labu saat itu. Duh, Neng, tak akan Ibu
lupa saat itu. Satu ember darah dari baju dan sarung Bapak, Ibu
buang di WC ruangan. Ibu masih terkesima saat mencuci baju
dan sarung itu. Tak ada perasaan jijik, tak tercium bau anyir.
Salutnya Ibu sama Bapak, padahal dijahit beberapa jahitan di
wajah, Bapak diam saja, tidak mengeluh sedikit pun.”
“Ya, Allah, Bapak emang pendiam dan sabar, ya, Bu. Emang,
selama sakit, juga begitu, ya, Bu?”
“Iya, Neng, Bapak memang jarang sekali mengeluh. Suatu
saat, Ibu pernah tanya, apa doa Bapak selama ini? Bapak men-
jawab, selalu berdoa, ‘Ya Allah, teu langkung Anjeun, bade ku-
maha bae, abdi mah mung nyuhunkeun hiji, ulah dipasihan ka-
nyeri.’”*
“Masya Allah …, mungkin itu, ya, Bu, yang membuat Ba-
pak bisa begitu tenang dalam kondisi seberat apa pun, Allah
membebaskan Bapak dari rasa sakit. Allah berkuasa atas segala
sesuatu, ya, Bu,” ujarku. Ibu mengangguk.
Itulah obrolan ringanku dan Bu Suhri suatu hari di Ruang
HD. Pak Suhri adalah salah seorang pasien yang bertahan dan
kondisinya membaik dari tahun ke tahun. Datang pertama de-
ngan menggunakan ranjang rumah sakit dengan kondisi yang
lumayan parah. Kemudian, menggunakan kursi roda, dan seka-
rang selalu berjalan sendiri ditemani istri tercintanya. Berkah
kesabaran Bapak, setelah ujian tertimpa batu itu, Pak Suhri
tampak semakin sehat dan bugar. Bapak kini malah sudah bisa
bercanda dan tertawa-tawa.
* Ya Allah, terserah Engkau, hamba pasrah, hamba hanya minta satu hal, jangan dikasih rasa sakit
dalam situasi seberat apa pun.

www.boxnovel.blogspot.com
Belajar Hidup dari MLM Online 187

Selain Pak Suhri, ada banyak orang yang masih bertahan


dan terus berjuang bersamaku di Ruang HD RS Gunung Jati
Cirebon. Yang paling lama bersamaku, ada Pak Juhaeni, pega-
wai sebuah BUMN di Kuningan yang memulai HD setelah HD-
ku berjalan tujuh bulan. Ada juga Pak Karto, Pak Ustad yang
sering menyetel murotal Al-Quran saat HD. Ada juga Pak Su-
bandi, ayah Dian, salah seorang teman baikku. Pun, ada Pak
Elon, yang tetap menjalankan aktivitasnya sebagai PNS di sela-
sela jadwal HD-nya. Juga, tentu saja, Teh Uum, ibu guru TK yang
hanya terpaut usia beberapa tahun dariku. Ia mulai HD pada
2006.
Sementara, pasien yang satu jadwal denganku silih berganti
dari hari ke hari, hilang satu dan datang berganti yang baru.
Saat aku menuntaskan tulisan ini, ada Neng Herni yang sudah
sekitar tiga tahun menjalani HD. Divonis gagal ginjal saat sedang
menyelesaikan skripsinya di sebuah perguruan tinggi di Jakarta.
Pemicunya sama persis denganku, infeksi saluran kencing. Aku
sudah menganggap Neng Herni sebagai adik. Mamah dan ba-
paknya kerap membantuku selama HD jika kebetulan aku sen-
dirian. Ada juga Dede Isti, sekitar empat tahun sebelumnya, ia
datang dengan CDL* di lehernya. Sebelumnya, ia adalah TKW di
Malaysia dan dinyatakan harus HD di sana. Ada pula anak-anak
muda seperti Teh Tita, Eko, Yudi, dan Nathanael; usia mereka
beberapa tahun di bawahku. Juga, ada Pak Agus yang berbadan
tinggi besar. Ada Bu Endas yang tetanggaku di Kuningan. Ada
pula Bu Sunarti yang tubuhnya imut seperti anak SD, Pak Ade

* CDL (Cateter Double Lumen), yaitu sebuah alat terbuat dari plastik PVC yang memiliki dua se-
lang-selang biru (arteri) dan selang merah (vena).

www.boxnovel.blogspot.com
188 Cinta Cahaya

dari Majalengka, dan banyak lagi yang datang dan pergi silih
berganti.
Ruang Tunggu sudah kami jadikan sebagai ruang keluarga
di rumah kebersamaan kami. Di sana, kami tertawa kala ada
keceriaan. Di sana pula kami kerap menitikkan air mata saat
berita duka menyapa. Beberapa keluarga pasien kemudian
menjadi kawan-kawan akrabku. Ada Dian, anak Pak Subandi
yang pernah beberapa kali main ke rumahku. Ada Adya dan
Adit, anak Bu Heri (almh.), yang pernah membantuku membuat
buletin Hikmah Sehati dan mendesain sampul novel Pinangan
Cahaya-ku. Ada juga Mala, keponakan Bu Iim (almh.) yang ma-
sih kerap menyapaku via online. Tentu saja, ada juga Temy dan
Diana, anak Pak Hari yang sudah jadi seperti adikku. Di sana,
kami saling mengingatkan dan saling memberi semangat. Per-
lahan tapi pasti, Allah mengikatkan hati-hati dalam ikatan ke-
keluargaan yang nyata.
Di Ruang Hemodialisis, kami bertahan bersama. Menjalani
peran kehidupan yang harus kami lakoni. Berjumpa seminggu
dua kali untuk saling berbagi. Hanya sejumput doa yang kami
panjatkan dalam setiap helaan napas kami. Semoga, Allah
memberi kami semua kekuatan untuk bisa menuntaskan per-
juangan kami dengan baik, hingga kami bisa mengisi sisa usia
yang Allah anugerahkan kepada kami dengan kebaikan yang
bermakna bagi kehidupan sesudah kematian kami.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Belajar Hidup
dari MLM Online

D ­

www.boxnovel.blogspot.com
190 Cinta Cahaya

bil keputusan. Hingga siang itu, ketika si penelepon akhir-


nya menjelaskan konsep jaringan yang dimaksud. Dari pen-
jelasannya, aku menyimpulkan bahwa jaringan bisnis online itu
beraroma MLM. Sampailah aku pada keputusan yang mutlak:
tidak. Aku tidak pernah bisa mengerti konsep MLM.
­

www.boxnovel.blogspot.com
Belajar Hidup dari MLM Online 191

luarkan untuk bisa memuluskan langkahku? Berapa lama aku


harus kuat menahan keinginan seandainya mau bertahan di
sana? Semua perhitungan itu masuk di perhitungan rasionalku.
Dan, jadilah aku mengambil keputusan untuk bertahan.
Di perjalanan, aku kemudian mendapat pelajaran berharga
bahwa untuk sukses di jaringan itu, tak hanya harus bertahan,
tapi aku juga harus berjuang. Berjuang mendapatkan teman-
teman baru yang kemudian disebut sebagai downline, berjuang
meluangkan waktu untuk menunaikan kewajiban, berjuang me-
nyelesaikan masalah yang muncul di perjalanan, hingga berjuang
melawan penghambat yang muncul dari dalam diriku sendiri:
malu, gengsi, dan malas, yang kadang tak kenal kompromi.
Semakin hari, semakin kusadari bahwa keputusanku ber-
tahan di bisnis ini membawa energi baru bagi hidupku. Ukhuwah
yang menguatkan, sikap kewirausahaan yang semakin terasah,
dan semangat menggapai mimpi yang semakin membara. Dan,
hey, ada satu hal yang masih membuatku terbengong-bengong:
sekarang, aku jadi punya ilmu kebal, kebal ditolak, he ... he ...
he.
Dan di bisnis ini aku belajar bahwa hidup tak sekadar
bertahan, juga harus berjuang. Bahwa hidup tak sekadar pasrah,
tapi harus ikhtiar. Bahwa hidup tidak bisa sendiri, tapi harus
berbagi. Dan, bahwa hidup harus terencana dan terarah.
Bukankah begitu seharusnya hidup, Teman?

Wallâhu a‘lam bish-shawâb

www.boxnovel.blogspot.com
Pelangi di Hatiku

S elasa siang itu, 6 September 2011, seorang wania muda


berjilbab krem mengunjungiku di Ruang HD. Wajahnya
berseri. Kedua tangannya disembunyikan di belakang pung-
gungnya. Aku menyambutnya dengan senyuman, sesaat sete-
lah ia mendekat.
“Tarrraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, happy birthday, Lien!” seru-
nya sambil tertawa. Sebuah kue tar cokelat supermini di tangan
kanannya dan sebuah bingkisan berbentuk tas di tangan kiri-
nya sukses mengagetkanku yang terbaring. Dalam hitungan
detik, ia letakkan kue tar mini di atas dadaku, menyalakan
korek api, dan memintaku meniup lilin mungil di atas tar imut
itu. Kontan, beberapa perawat dan keluarga pasien langsung
mengerubungiku. Tak berapa lama, lagu “Selamat Ulang Tahun”
menggema di Ruang HD. Aku menutup muka. Malu, haru, dan
bahagia campur aduk dalam hatiku.
Setelah lingkaran yang mengerubungiku bubar jalan, Nia,
wanita muda pembawa kue tar itu mendekat padaku.
“Ini hadiah dari G2K-ers untuk Miss Cireng,” katanya sam-
bil menyerahkan bingkisan berbentuk tas kepadaku. Aku mem-
bukanya, isinya buku-buku bacaan yang sedang kuinginkan
saat itu. Aku tersenyum, Nia ikut tersenyum. Ada rasa yang
membuncah di dadaku, rasa syukur tak terkira atas nikmat
Allah untukku. Atas kebaikan Rabb-ku, Allah bahkan izinkan
aku merasakan ukhuwah di komunitas G2K. Komunitas yang

www.boxnovel.blogspot.com
Pelangi di Hatiku 193

telah banyak menorehkan senyum ceria dan bunga bahagia di


hatiku. Komunitas yang mulai terbentuk akhir Ramadhan, se-
tahun sebelumnya.
Bersama teman-teman G2K, aku mendapat semangat baru.
Awalnya, kegiatan kami hanyalah seru-seruan melepas penat
setelah bekerja. Kami bekerja dalam bidang yang berbeda: Nia
arsitek, Diana apoteker, Nida psikolog, Ifan dan Antony pegawai
bank, Adang pegawai BUMN, dan Rio berprofesi sebagai dokter.
Dengan mobil Nida yang biasa kami panggil Ujang Balen, kami
melewati sore menjelang malam untuk sekadar berwisata ku-
liner. Biasanya, kami berkumpul malam Selasa atau malam
Jumat, malam menjelang aku cuci darahku. “Biar Miss Cireng
bebas makan enak,” begitu ujar teman-temanku. Aku memang
biasa dipanggil Miss Cireng karena Mimihku kerap membuatkan
kami cireng untuk bekal jalan-jalan kami. Sementara, “Bang
Ridlo” Antony dan Pak Dok Rio hanya memantau kegiatan kami
dari Jakarta. Keduanya hanya sesekali bergabung, jika kebetulan
mudik ke Kuningan.
Tentu, ada banyak memori tercipta dari kebersamaan kami.
Ada banyak kisah yang menuai tawa, seperti Kisah Duren 23000,
Ontohod Berbuah Magnum, Testpack Story, Tragedi Metro Mini
Bang Ridlo, Dualas Lima, Wa Kevin, hingga Hipokeupia. Dan,
satu hal yang teramat kami syukuri adalah kami bisa menjadi
saksi bersatunya dua insan dalam ikatan pernikahan, Nia dan
Hasan. Kamilah orang pertama yang menjadi saksi kebersaman
mereka.
Tidak ingin kebersamaan kami sia-sia, akhirnya kami sepakat
untuk mulai membuat Divisi Sosial G2K. Bermula dari Qurban

www.boxnovel.blogspot.com
194 Cinta Cahaya

Bersama saat Idul Adha 1432 Hijriah. Kami akhirnya mulai me-
nyisihkan sebagian rezeki untuk difokuskan pada pendidikan
anak-anak. Melalui Divisi Sosial G2K inilah kami akhirnya mulai
berbagi rezeki dengan beberapa Taman Pendidikan Al-Quran.
G2K hanyalah satu dari sekian banyak pelangi yang Allah
lukis di hatiku yang kadang abu. Selain mereka, ada juga sa-
habat-sahabat semasa SMP, SMA, dan teman-teman kuliahku
yang masih bersilaturahim hingga saat ini. Ada teman-teman
Forum Lingkar Pena yang dengan semangatnya selalu sukses
menyentil kemalasanku menulis. Ada Kang Anies Baswedan,
Kang Ade Kadarisman, Pak Endoen Abdul Haq, dan teman-te-
man di Kuningan Knowledge Center yang selalu memompa se-
mangatku untuk melanjutkan pendidikan formalku.
Senyum, tawa, dan air mata yang tercipta dari kebersamaan-
ku dengan teman-teman di berbagai komunitas yang kuikuti
telah membuka mataku bahwa hidup ini penuh warna. Ya, hi-
dupku bukan hanya tentang warna abu. Terima kasihku untuk
Rabb-ku yang telah menghadirkan pelangi-pelangi indah di
hatiku, karena mereka, hidupku semakin berwarna dan ber-
makna.[]

www.boxnovel.blogspot.com
IV
Batas Hidup dan Mati Itu
Teramat Tipis

www.boxnovel.blogspot.com
Dan (Allah) yang menciptakan kehidupan dan kematian
untuk menguji siapa yang paling baik amalnya.
QS Al Mulk (67): 2

www.boxnovel.blogspot.com
Inikah Akhir Hidupku?

T erpaku aku menatap bangunan megah di depanku siang


terik itu, Senin 28 Februari 2005. Aku berjalan memasuki
ruangan lapang mirip aula hotel. Di depanku, berjajar resepsio-
nis cantik berjilbab di balik meja tinggi melingkar. Seperti akan
booking hotel saja rasanya.
Setelah bertemu dengan orang yang kucari, aku dan dua
kakak lelakiku berjalan perlahan menuju ruangan yang tertata
rapi. Tak pernah kuduga bahwa ruangan yang kumasuki saat itu
adalah ruang tunggu periksa dokter. Seperti halnya aku juga tak
menduga bahwa aula megah yang tadi kumasuki adalah ruang
front office rumah sakit. Aku datang ke sana bukan booking ka-
mar hotel dalam rangka berlibur, tapi aku booking kamar pe-
rawatan untuk memperbaiki kondisi fisikku di RS Holistik Pur-
wakarta.
Selepas bertemu Dr. Husein, berbicara panjang lebar de-
ngan lelaki berwajah lembut yang merupakan direktur se-
kaligus pemilik rumah sakit itu, aku langsung menjalani bebe-
rapa terapi. Mulai dari akupunktur, refleksi, sauna, bio-energi,
dan berbagai terapi lain yang baru kukenal. Selepas itu, aku
masuk ke kamar booking-anku, kamar sekelas hotel melati ber-
ukuran 3 x 4 m dengan kamar mandi di dalam. Di kamar itu
terdapat sebuah ranjang pasien dengan sebuah televisi 14 inci
tergantung di depannya. Tanpa tiang infus.

www.boxnovel.blogspot.com
198 Batas Hidup dan Mati Itu Teramat Tipis

Dua hari pertama, aku begitu menikmati keberadaanku di


sana, seolah terlupa dengan vonis cuci darah yang kuterima
berhari-hari sebelumnya. Berbeda dengan rumah sakit lain, di
sini, aku terhindar dari hiruk pikuk kepanikan, semuanya aman
dan nyaman.
Tanpa infus. Sekali lagi, itu yang kusuka dari rumah sakit
ini. Tak ada satu pun pasien yang berkeliaran dengan infus.
Kecuali, pasien-pasien dalam kondisi kritis. Rumah sakit ini
memang menggunakan pengobatan alternatif herbal berbasis
medis. Kendati pengobatannya menggunakan herbal dan diet
makanan, di sana tetap disediakan perlengkapan medis untuk
menghadapi kondisi darurat.
Aku sendiri biasa berjalan-jalan di sepanjang lorong, kadang
berkunjung ke kamar lain. Aku kerap dikira penunggu pasien
karena kondisiku yang masih cukup fit saat itu.
Hal lain yang kusuka dari rumah sakit ini adalah adalah semi-
nar kesehatan yang dihadiri oleh sebagian besar pasien. Semi-
nar ini berlangsung pada malam-malam tertentu. Pembicaranya
adalah Dr. Husein dan beberapa dokter lain. Secara kebetulan,
seminar yang kuhadiri malam itu adalah seminar tentang ginjal.
Dari sanalah pendidikan ginjal pertamaku bermula. Di seminar
itu pula aku bertemu dengan berapa pasien yang kondisinya
sama denganku. Memperpanjang waktu untuk menghindar
dari cuci darah.
Memasuki hari ketiga, tensiku semakin meninggi. Akhirnya,
dietku semakin diperketat oleh tim gizi. Makan pagiku tetap
sayuran wortel dan labu rebus. Menjelang zuhur, aku yang bia-
sanya mendapat nasi dan tumis jamur gurih, tiba-tiba harus

www.boxnovel.blogspot.com
Inikah Akhir Hidupku? 199

mendapati tumis jamur tanpa garam. Begitu aroma jamur dan


nasi menguar, langsung membuat enek lambung. Selama be-
berapa hari, mulutku pahit karena tak masuk makanan. Semua
makanan cuma tercium baunya saja. Mual mulai menderaku.
Sesendok makanan yang masuk ke mulutku hampir dapat
dipastikan kumuntahkan lagi. Begitu pula obat-obatan herbal
yang ditujukan untuk mengeluarkan racun dari tubuh, tak ada
yang bertahan di lambungku.
Pada hari kelima, tubuhku lunglai. Berdiri agak lama, lu-
tutku bergetar hebat, jantungku berdebar kencang, napasku
tersengal. Aku harus membawa kursi ke kamar mandi karena
tak lagi kuat mandi sambil berdiri. Besoknya, hasil pemeriksaan
darah menunjukkan Hb-ku sekitar 5 gr/dl. Pada hari keenam,
aku pun menjalani transfusi darah pertamaku dengan hidung
berselang oksigen. Ah, masih terbayang hari itu teman-teman
alumni Statistika Unpad 98 menengokku. Mereka memintaku
berfoto bersama. Aku pun berfoto dengan melepas selang
oksigenku terlebih dahulu. Masih kusimpan foto bergaya se-
nyum lebar itu. Hi hi, dalam kondisi darurat, masih terselip ke-
ceriaan.
Hari-hari selanjutnya, mulai kurasakan ketidaknyamanan.
Selepas transfusi, jantungku tak lagi berdebar, tubuhku tak
lunglai, tapi mulai berganti keluhan lain. Napasku semakin
berat, rasanya seperti kiloan lendir menumpuk di dadaku. Be-
berapa kali aku diterapi dengan nebulizer, terasa sedikit nya-
man. Namun, itu tak berlangsung lama. Napasku semakin berat
saja dari hari ke hari. Sampai, aku sudah tidak lagi mampu tidur

www.boxnovel.blogspot.com
200 Batas Hidup dan Mati Itu Teramat Tipis

berbaring. Aku kerap tidur dengan posisi sujud setiap malam.


Hanya di posisi itulah aku merasa nyaman.
Hingga puncaknya, Jumat 11 Maret 2005, atau hari kese-
belas aku di RS Holistik Purwakarta, aku dinyatakan harus cuci
darah hari itu juga. Kadar racunku sudah menjulang tinggi dan
tak ada lagi toleransi. Tapi, Mimih belum mengizinkan aku men-
jalani cuci darah. Mimih berkeras melarang karena masalah
biaya dan ketidaktahuannya akan pentingnya cuci darah untuk
menyelamatkanku saat itu. Dr. Dhadi, salah seorang dokter di
RS Holistik yang juga suami sahabatku, Diana, membujuk Mimih
agar mengizinkanku cuci darah. Akhirnya, setelah segala jurus
dikeluarkan, Mimih menyerah dengan kalimat pendeknya, “Bo-
leh, tapi kali ini saja.”
Dan, dengan berkendara kursi roda, kumasuki ruangan itu.
Ruangan berukuran 5 x 8 dengan dua mesin kukuh dan dua ran-
jang di dalamnya. Akhirnya, aku berkenalan dengan ruangan
bertitel Ruang Hemodialisis itu. Itulah cuci darah pertamaku.
Di sanalah pertama kali aku merasakan jarum besar bersarang
selama lima jam di bawah permukaan kulitku. Alhamdulillah,
tak ada kesakitan berarti yang kurasakan di momen hemodialisis
pertama dalam hidupku. Cuci darah ternyata tak seseram yang
kubayangkan.
Keluar dari Ruang Hemodialisis atau ruangan cuci darah,
aku disambut isak tangis keluargaku. Semua kakakku sudah
berkumpul, juga sepupu dari Depok. Setelah hampir dua minggu
aku hanya bersama Mimih, akhirnya hari itu aku bertemu de-
ngan orang-orang yang mencintaiku. Semuanya bermata sem-
bap. Akhirnya, ketakutan mereka harus terjadi juga. Cuci darah

www.boxnovel.blogspot.com
Inikah Akhir Hidupku? 201

yang selama dua minggu kuhindari mati-matian akhirnya harus


kujalani.
Sementara semua orang tergugu dalam diam yang kelabu,
aku malah tersenyum manis Jumat siang itu. Setelah keluar dari
Ruang Hemodialisis napasku kembali ringan. Tak ada lagi sesak
di dada dan kesakitan di hampir semua sendiku. Ditambah de-
ngan ceplok telor istimewa yang tersaji di piring. Ahhhh, akhir-
nya, setelah hampir dua minggu aku bergaul dengan tumis ja-
mur tanpa rasa, hari itu aku mencumbu telor ceplok favoritku!
Nikmaaattttt ….
Ada rasa lain yang kurasakan sekembalinya aku ke ruang-
an melatiku. Haus ... ah, superhaus tepatnya. Rasanya, teng-
gorokanku yang sebelum cuci darah basah oleh lendir, setelah
cuci darah justru terasa kering kerontang. Tanpa rasa bersalah,
kuhabiskan teguk demi teguk air di tempat minum plastik hi-
jauku. Saat itu, aku belum terlalu sadar bahwa pasien GGK (ga-
gal ginjal kronis) dengan cuci darah sepertiku harus menjaga
minum. Dan, sepanjang sisa hari itu, kupuaskan rasa dahagaku
dengan air putih yang selalu tersedia di samping tempat tidur-
ku.
Keesokan hari, karena merasa kondisi lebih fit, kami memin-
ta izin pulang. Setelah melalui lobi yang lumayan alot, akhirnya
dokter mengizinkan aku pulang esok harinya, Minggu 13 Maret
2005. Aku tersenyum riang, Mimih langsung semangat mem-
bereskan baju-bajuku. Sepupuku di Bandung sudah siap men-
jemput esok paginya. Bagai pesta kebahagiaan sepanjang hari
itu, kembali aku memuaskan dahagaku dengan teguk demi te-
guk air putih.

www.boxnovel.blogspot.com
202 Batas Hidup dan Mati Itu Teramat Tipis

Menjelang tidur, sekejap aku merasa panik. Napas beratku


kembali datang menghampiri. Aku terdiam, berharap itu hanya
perasaanku saja. Malam itu, aku tidur sambil duduk karena tak
cukup nyaman berbaring.
Minggu pagi, di antara kebahagiaan yang membuncah,
terselip kekhawatiran di pikirku. Napas beratku semakin terasa.
Ditambah gerah luar biasa yang tak terkira. Rasa panas bagai
terbakar menjalari seluruh permukaan tubuhku. Sementara di
kamarku, seluruh baju sudah rapi tersusun di tas ransel coke-
latku. Mimih sudah hampir rapi. Aku baru selesai mandi dan
siap mengenakan baju putihku.
Entah mengapa, mendadak kerah baju yang superlonggar
itu terasa mencekik leherku. Keringat dingin bercucuran. Panas
yang sedari tadi menjalar, semakin menyengat, bagai bara api
menjalari kulit tubuhku. Aku menjerit, sesak makin menekan
dadaku. Perawat berlarian mencari oksigen. Sejenak, suasana
gaduh. Tak lama, instruktur yoga yang biasanya mampu mene-
nangkan pasien, datang. Ia memintaku untuk tidak panik. Se-
jenak, aku bisa tenang.
Tapi, tak lama kemudian, leherku semakin tersekat, bagai
ada ikatan kuat yang mencekikku. Aku kembali panik. Dokter
datang, memeriksaku, menekan punggungku. Tak lama, ia ber-
diskusi dengan dokter lain dan pernyataannya mengagetkanku
dan keluarga. Jantungku bengkak, paru-paru terendam air.
Satu-satunya jalan adalah cuci darah! Aku menangis, semakin
ingin pulang.
Beberapa saat kemudian, dokter meninggalkanku, memas-
tikan langkah yang tepat untukku. Sementara itu, napasku

www.boxnovel.blogspot.com
Inikah Akhir Hidupku? 203

semakin sesak. Tiba-tiba, aku merasa tak ada lagi udara yang
masuk ke hidungku.
“Mana udara, mana udara, ... nggak bisa napas!” jeritku
sambil berurai air mata.
Mimih mengusap-usap punggungku diiringi suara bacaan
tilawah Al-Quran dari ibu-ibu pengantar pasien sebelah kamar-
ku. Kamarku dikerubungi banyak orang. Trainer yoga tetap sa-
bar mengajariku cara bernapas.
“Tarik lewat hidung, keluarkan lewat mulut,” begitu petun-
juknya.
“Nggak ada udaranyaaaaa …,” aku menjerit, tangisku makin
pecah.
Mendadak, aku merasa itulah akhir usiaku. Kutatap orang-
orang di sekitarku, betapa mudahnya udara keluar masuk hidung
mereka. Mengapa sulit sekali bagiku menghirup udara itu?
Inikah akhir hidupku? Kutatap jam di dinding depan ranjangku,
jarum menunjuk ke angka 5. Aku berujar dalam hatiku, “Jam 5
sore, aku siap Rabb, jika ini memang waktunya.”
Aku pun terkulai, mataku menutup.
Mimih menjerit, suara tilawah Al-Quran semakin nyaring.
Tak lama, antara sadar dan tidak, kudengar suara orang
berlarian. Seseorang membuka kerudungku, aku sudah tak
berdaya untuk melawan. Kurasakan ranjangku bergerak maju.
Kubuka mata perlahan, aku didorong di atas ranjangku oleh se-
kitar 4 atau 5 orang berbaju putih. Sementara, di sampingku
berjajar orang-orang berwajah panik menatap iba kepadaku.
Aku terkulai, entah ke mana aku dibawa, pasrah, tanpa daya.

www.boxnovel.blogspot.com
204 Batas Hidup dan Mati Itu Teramat Tipis

Dan, Ruang Hemodialisis itu kembali menjadi saksi hadir-


nya udara di hidungku. Beberapa menit setelah dua jarum ber-
ada di permukaan kulitku, darah keluar masuk tubuhku dari
selang itu, aku kembali sadar dan bisa bernapas lega. Seluruh
orang di sekitarku semringah. Melalui tangan mereka, Allah
kembali izinkan aku menghirup udara dunia. Allah memberiku
kesempatan hidup kedua.
Jika sekarang aku ditanya apa motivasiku bertahan hingga
sembilan tahun setelah itu, salah satu jawabannya adalah men-
cari alasan mengapa Allah masih memberikan kesempatan hi-
dup padaku. Ada sesuatu yang masih harus kulakukan di alam
fana ini, entah apa. Jika tidak, mungkin Allah sudah mengajakku
pulang sejak Minggu, 13 Maret 2005, jam 5 sore itu.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Arisan

“T eh, katanya, Yuli udah nggak ada, ya?” sebuah pesan


pendek dari Neng Sukma mengagetkanku, Minggu
pagi itu, Juli 2013.
“Hah, Yuli siapa, Neng?”
“Yuli temen Sukma, yang cuci darah bareng Teteh.”
“Ya Allah, masa sih, Neng? Kok nggak ada yang kasih kabar,
ya?”
“Coba cek aja di Facebooknya, Teh.”
Selepas melihat Facebooknya, tubuhku pun lunglai. Innâ
lillâhi wa innâ ilaihi râji‘ûn. Yuli sudah mendahuluiku mengha-
dap Rabb-nya.
Rasanya, baru kemarin kami menangis berdua ketika tiba-
tiba Jamkesmas kami dicabut tanpa kabar. Rasanya, baru ke-
marin ia berurai air mata menceritakan bahwa ia terpaksa men-
jual gelang peninggalan almarhum ibunya, untuk biaya cuci
darah April hingga Juli yang harus ia tanggung sendiri, akibat
Jamkesmas kami dinyatakan tak lagi berlaku. Rasanya, baru
kemarin kami berjuang bolak-balik ke Dinas Kesehatan untuk
memperjuangkan Jamkesmas susulan kami. Di ponselku, masih
tersimpan SMS panjang berisi curhatan-curhatan kami.
Masih terkenang tawa riangnya dan semangatnya berbagi
cerita saat ia bermain di kamarku dengan putrinya. Ibu muda
yang penuh semangat itu dalam beberapa kesempatan kerap
berujar tentang sebuah asa, ingin melihat dan menemani gadis

www.boxnovel.blogspot.com
206 Batas Hidup dan Mati Itu Teramat Tipis

kecilnya tumbuh dewasa. Ia kini telah pergi menuju Kekasih


Abadinya, meninggalkan suami dan anak semata wayangnya,
Nida.
Pagi itu, saat aku mendatangi rumah Yuli, melihatnya untuk
terakhir kalinya, berbincang dengannya dalam doa dan linangan
air mata, tiba-tiba terkenang saat-saat kepergian teman-teman
HD-ku yang lain. Sejak aku HD pada 2005, sudah puluhan orang
teman HD yang meninggalkanku menuju Rabb-nya. Yang paling
kuingat, tentu Teh Dede. Teman HD seangkatanku yang pernah
kutulis kisahnya di buku pertamaku. Ia meninggal dirawat di
rumah sakit pada Selasa, 2009, saat aku sedang HD. Selepas
HD, aku mengunjungi rumahnya dalam kondisi kleyengan. Be-
berapa jam kemudian, aku melihat Teh Dede dikafani, menya-
latinya, dan menunggu sampai diberangkatkan ke pemakaman.
Sesampainya di rumah, aku sakit. Ternyata, aku tak sekuat yang
kubayangkan.
Bagaimanapun, Teh Dede hampir lima tahun bersamaku
cuci darah. Ia kerap meneleponku menjelang tidur untuk seka-
dar curhat tentang perkembangan Arif, anak satu-satunya. Teh
Dede memiliki penyakit yang sama denganku. Dan hari itu,
aku melihatnya terbujur kaku. Suatu saat, aku pun akan me-
nyusulnya. Bukan kematian yang membuatku takut. Aku takut
menghadap Rabb-ku tanpa bekal. Allah, aku belum punya bekal
apa-apa untuk menemui-Mu.
Satu orang lagi yang kutemui selepas kepergiannya adalah
Pak Hari. Lelaki humoris bertubuh tinggi besar itu satu jadwal
HD denganku setiap Selasa. Biasanya, sepulang HD, Bapak dan
Ibu Hari suka mengajakku makan dahulu di beberapa tempat

www.boxnovel.blogspot.com
Arisan 207

makan di Cirebon. Aku juga pernah menginap di rumahnya.


Pernah pula mengisi bedah buku di tempat pengajian teman-
teman Bu Hari. Aku juga berteman baik dengan Temy dan
Diana, anak dan menantu Bapak dan Ibu Hari. Temy dan Diana
menikah beberapa bulan sebelum kepergian Pak Hari.
Pagi itu, aku dan Bu Hari menangis berpelukan di samping
jasad Pak Hari. Terkenang bagaimana canda Bapak, terkenang
bagaimana perhatiannya. Selepas kepergian Bapak, hubungan
silaturahim aku dengan Bu Hari, Temy, Diana, dan putri cantik-
nya, Aisyah, tetap berjalan baik. Bahkan, Bu Hari kerap berujar,
sekarang punya dua anak, aku anak sulungnya dan Temy anak
keduanya. Semoga Allah mengukuhkan ukhuwah ini ....
Selain ketiganya, ada banyak teman HD-ku yang sejadwal
sudah mendahuluiku menemui Rabb-nya. Bu Suharti, Mas
Endi, Bu Lilik, Aliyah, Fery, Bu Iim, Bu Heri, Pak Atay, Pak Toto,
Bu Katimah, Pak Lili, Pak Ade, Bu Iyem, dan puluhan lainnya.
Begitulah, kematian, menjadi hal yang tak terpisahkan dari
kebersamaan di ruang cuci darah. Satu demi satu teman-teman
pasien pergi mendahului kami menemui Rabb-nya. Kematian
bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja. Ada pasien yang
meninggal di Ruang HD, ada yang pagi harinya HD, siangnya
meninggal. Ada pula yang sorenya HD, malamnya meninggal.
Kapan pun dan di mana pun, kematian selalu menorehkan luka
bagi yang ditinggalkan, tak terkecuali bagi kami, para pasien
dan perawat yang sudah seperti keluarga.
***

H al pertama yang kulakukan setiap kali memulai HD ada-


lah memastikan semua teman satu jadwalku hadir. Jika

www.boxnovel.blogspot.com
208 Batas Hidup dan Mati Itu Teramat Tipis

ada salah satu tidak hadir, biasanya aku bertanya kepada sesama
pasien atau perawat. Aku tersenyum lega jika mengetahui te-
manku yang tidak datang sedang pindah hari, HD di luar kota,
atau pindah jadwal. Itu artinya, aku masih bisa menemuinya di
lain hari. Namun, jantungku mendadak akan berdebar kencang
saat aku bertanya kepada perawat tentang ketidakhadiran
pasien, dan air muka perawat langsung berubah mendung. Se-
perti yang terjadi suatu pagi saat aku bertanya kepada Teh Ye-
yet, perawat HD, tentang ketidakhadiran salah seorang rekan
HD-ku.
­

www.boxnovel.blogspot.com
Arisan 209

siapan dan persediaan memulai kehidupan baru selepas “pesta


kemenangan” arisan kami. Semoga, kita semua termasuk pe-
menang kocokan arisan yang akan meninggalkan kelompok
arisannya dengan senyum terindah sepanjang hayat kita.

Wallâhu a‘lam bish-shawâb

www.boxnovel.blogspot.com
Kematian yang Indah

P agi ini, kembali terpekur, mendapati berita duka dari se-


orang teman, sepupunya meninggal tadi malam akibat
kecelakaan. Aku tak kenal sepupunya, tapi saat membaca
kronologis kepergiannya, aku terpekur. Akankah kematianku
seindah itu? Meninggal setelah menuntaskan bacaan juz 30
di grup One Day One Juznya, sempat memimpin bacaan doa
khatam Al-Quran. Setelah itu, meminta tolong suaminya
mengantar ke tempat fotokopi untuk memperbanyak tulisan
untuk kebutuhan pengajian minggu depan. Ia meninggal da-
lam kecelakaan saat menuju tempat fotokopi. Allahu Rabb ...
bolehkah aku iri padanya? Akankah kematianku berada di pun-
cak amalku? ... semoga saja.
Beberapa bulan lalu, aku pun terpekur, mencoba belajar
hidup dari dua kematian yang indah. Malamnya, aku baru sa-
ja mengantar gadis kecil berusia 2 tahun menuju tempat per-
istirahatan terakhirnya. Ia meninggal tenggelam di kolam depan
rumah. Bukan caranya yang kusebut indah, melainkan hakikat
kematiannya. Gadis kecil itu pergi menemui Rabb-nya sebagai
kertas putih yang masih bersih, tanpa noda. Ia pergi menuju
tempat bermain abadinya di surga.
Dan pagi harinya, aku mendengar berita kematian seorang
ibu berusia 52 tahun. Kali ini, caranya yang kusebut indah. Ia
meninggal saat membaca Al-Quran. Adakah kematian yang
lebih indah dari itu?

www.boxnovel.blogspot.com
Arisan 211

Ah, entah, beribu kisah kutemui tentang kematian yang


indah. Allahu Rabb, aku menginginkannya, teramat mengingin-
kannya. Rabb, berilah kami kematian yang indah. Izinkan kami
menemui-Mu dengan senyuman indah seorang kekasih yang
merindukan Kekasih Abadinya.
Maka, apalah arti dunia, jika kematian yang indah sudah
menyapa ....

Wallâhu a‘lam bish-shawâb

www.boxnovel.blogspot.com
MPP

­ kesan sampai saat ini. Setelah divonis untuk cuci darah,


saya penasaran, lalu berkonsultasi kepada dokter internis lain
mencari second opinion. Ternyata, kesimpulan yang sama bahwa
suami sudah harus cuci darah. Dokter itu berseloroh ringan,
‘Sakit GGK dengan cuci darah itu adalah penyakit MPP.’ Lalu,
saya tanya, ‘Apa MPP itu, Dok?’ Ia menjawab dengan kalem,
‘Mati pelan-pelan.’ Masya Allah, dokter ini tidak punya nurani
sedikit pun! Apa tidak ada bahasa lain yang lebih manusiawi?
Mengapa harus dikatakan di depan pasien? Hati saya marah
bukan main, dia bukan Tuhan. Semua orang pasti akan mati,
kan? Tapi, tolong, jangan dikaitkan dengan sakit GGK. Umur ma-
nusia adalah urusan Tuhan, biar kita serahkan kepada-Nya!”
Tiba-tiba, ada yang membara di dadaku membaca para-
graf kalimat tersebut. Paragraf yang kutemui di tulisan Bunda
Puspita Wasita Atmadja yang berjudul “Hidup Suamiku Ter-
pasung Mesin”. Bunda Upit adalah salah seorang anggota Hi-
dup Ginjal Muda yang bersedia mengikuti grup Penulis Buku
HGM. Rencana pertama kami adalah membuat buku antologi
tentang perjuangan menjalani cuci darah. Dan, tulisan Bunda
Upit menjadi salah satu tulisan yang akan diikutsertakan pada
naskah buku antologi ini.
***

www.boxnovel.blogspot.com
MPP 213

M PP, mati pelan-pelan, begitu kalimat seloroh Pak


Dokter yang membuat hati meradang. Bukan hanya
hati Bunda Upit yang sakit, pasti juga hati seluruh pasien dan
keluarga pasien di mana pun berada. Kami bertahan hidup
sekarang bukanlah untuk menunggu kematian yang pelan-
pelan. Kami melakukan yang terbaik untuk kehidupan sesudah
mati kami. Cuci darah bukanlah pemutus usia kami pelan-pelan,
justru itu adalah anugerah yang Allah berikan kepada kami untuk
mengisi sisa hidup kami sebaik-baiknya. Andai saja Pak Dokter itu
ada di depanku sekarang, ingin rasanya aku berujar kepadanya,
“Pak, benar memang, apa kata Bapak bahwa GGK dengan cuci
darah adalah penyakit MPP, tapi tolong diingat bahwa MPP itu
bukan mati pelan-pelan, tapi meninggal penuh persiapan.”
Begitulah Teman, jika Allah memberi kita dunia baru ber-
nama hemodialisis, bukanlah berarti untuk melihat kita mati
pelan-pelan. Tapi, Ia ingin kita mempersiapkan diri secara op-
timal untuk menghampiri kematian kita dalam kondisi terbaik.
Ini adalah bukti Allah menyayangi kita. Betapa banyak kita
saksikan kematian tak terduga di sekitar kita. Bahkan, adaka-
lanya teman, sahabat, dan saudara yang biasa mengantar kita
HD, pulang menemui Rabb-nya mendahului kita.
Semoga, kita semua termasuk orang-orang yang melakukan
yang terbaik di sisa usia kita, agar kita bisa menyongsong saat
terakhir kita di alam fana ini dengan senyuman terindah. Kema-
tian bukanlah akhir hidup kita, tetapi awal kehidupan abadi kita.
Bermohonlah dan berikhtiarlah senantiasa agar hemodialisis
mengantar kita menjadi pribadi-pribadi yang MPP, meninggal
dengan penuh persiapan. Allâhumma âmîn.
Wallâhu a‘lam bish-shawâb

www.boxnovel.blogspot.com
Batas Hidup
dan Mati Teramat Tipis

M emulai cuci darah dengan tensi 110/70 mmHg, Hb


8,2 gr/dl dan penarikan cairan 3.500 ml, tentu bukan
hal yang ideal. Sejak mulai berbaring Jumat siang itu, aku sudah
mulai bersiap dengan risiko drop yang mungkin terjadi. Peluang
turunnya tekanan darah dan kadar mineral tubuh sangat besar
saat itu.
Namun, alhamdulillah, di jam pertama, ternyata kondisiku
stabil. Aku masih menghabiskan sepiring nasi campur, ngemil
kue, masih sempat baca dan buka Facebook, juga masih sem-
pat berkomunikasi dengan teman-teman untuk membahas
rencana Kemah Sastra FLP Kuningan bersama Bang Aswi, se-
orang penulis dari Bandung. Memasuki jam kedua, seorang
teman datang menengok, hanyutlah aku dalam pembicaraan
kami, tak lagi peduli dengan kondisi tubuhku yang semestinya
diajak istirahat.
Selepas temanku pulang, aku kembali bercengkerama de-
ngan Bu Iim, teman HD di sebelah ranjangku. Teh Ida yang biasa
menemaniku, kala itu sedang kuminta membelikan ubi dan
singkong rebus di depan Ruang HD. Menjelang pukul tiga sore
kala itu, ketika sesuatu terjadi begitu cepat, tanpa kuduga.

www.boxnovel.blogspot.com
­

* Kekurangan cairan dalam tubuh.

www.boxnovel.blogspot.com
216 Batas Hidup dan Mati Itu Teramat Tipis

tunkan. Kupaksakan minum segelas teh manis hangat meski


mataku sudah tak mampu membuka. Bibirku sudah putih dan
kelopak mataku sudah menghitam. Aku berada di jembatan
antara hidup dan mati. Allah, betapa batas hidup dan mati ter-
nyata teramat tipis. Jika saat itu akhir hidupku, semoga saja
bisa menjadi akhir yang baik.
Setelah semua upaya dijalankan, tekanan darahku mulai
terbaca: 50 mmHg untuk tekanan sistolik*. Masih sangat rendah
jika dibandingkan angka idealnya 120 mm Hg. Namun, semakin
lama, semakin merangkak naik, hingga terhenti di angka 110
mm Hg.
Pandanganku sedikit terang. Detak jantungku kembali
normal. Alhamdulillah, aku hidup dan bertahan. Sore itu, aku
bisa pulang ke rumah. Kubatalkan seluruh agendaku minggu
itu, termasuk Kemah Sastra FLP Kuningan bersama Bang Aswi.
Kuputuskan istirahat total.
Sore ini, ketika kulangkahkan kakiku memasuki rumahku,
kuingatkan diriku, Allah kembali memberiku kesempatan hi-
dup, semoga aku bisa memanfaatkannya dengan baik. Aku me-
rasa baru saja melewati jembatan pembatas kehidupan dan
kematian. Terima kasih untuk para perawat yang begitu sigap,
juga teman-teman cuci darahku atas dukungan dan doa yang
luar biasa.
Allah telah mengajakku bicara tentang sesuatu yang ham-
pir kulupakan: kematian. Sungguh, batas hidup dan mati itu
ternyata teramat tipis.
Wallâhu a‘lam bish-shawâb

* Tekanan yang dihasilkan saat jantung memompa darah.

www.boxnovel.blogspot.com
V
Allah Baik Banget
sama Aku

www.boxnovel.blogspot.com
Teman, kapan terakhir kali kita merasa malu hati kepada Allah?
Sebulan yang lalu? Seminggu yang lalu? Kemarin?
Atau tadi malam?
Aku sering mengalaminya ….
Malu hati kepada Allah adalah rasa
saat Allah memberi lebih dari yang kita minta
Malu hati pada Allah adalah rasa yang lahir
dari kebahagiaan karena kejutan dari-Nya
Malu hati pada Allah adalah rasa
ketika kita menyadari sepenuhnya betapa baiknya
Allah pada kita
Mungkin, sesekali kita perlu mendokumentasikan rasa ini
di jiwa kita
Hingga jika suatu masa kita terluka
Jika suatu masa kita merasa hampa
Jika suatu masa kita merasa Allah tak adil pada kita
Maka saat itulah munculkan dokumentasi rasa malu
hati pada Allah dalam diri kita
Agar kita selalu yakin dan percaya
bahwa Allah itu teramat baik pada kita

www.boxnovel.blogspot.com
Mimih, Aku Bertahan
berkat Ketangguhanmu

P agi itu, 11 Maret 2005, seorang perempuan berusia le-


bih dari setengah abad duduk bersimpuh di masjid se-
buah rumah sakit swasta di Kota Bandung. Matanya sembap.
Mukena putihnya basah. Air mukanya keruh. Dunianya sedang
hilang. Gadis bungsunya terbaring lemah di ranjang Ruang
Hemodialisis rumah sakit itu. Menjalani cuci darah ketiganya.
“Allah, kenapa cuci darah harus seumur hidup? Kenapa
harus gadis bungsuku? Kenapa bukan aku saja?” Perempuan
berkulit putih itu meraung semakin keras, melepas sesak yang
menekan dalam dadanya. Seharian ia habiskan waktunya ber-
sama Pemilik jiwanya. Tak cukup sanggup ia memasuki ruangan
tempat gadis 25 tahunnya berjuang mempertahankan hidup.
Ia rapuh. Tak lagi sanggup menanggung beban itu, sendiri.
Itulah kali pertama kudengar kisah kerapuhannya, setelah
25 tahun aku mengenalnya sebagai perempuan tangguh tan-
pa cela. Aku tak melihatnya dengan mata kepalaku sendiri ka-
rena saat itu aku sedang terbaring tak berdaya. Di tubuhku
sedang tertusuk dua jarum superbesar berselang bening yang
dialiri cairan merah dari tubuhku. Ya, akulah gadis bungsu 25
tahunnya. Dan perempuan itu adalah Mimih, ibuku.

www.boxnovel.blogspot.com
220 Allah Baik Banget sama Aku

Mimih, perempuan yang telah mempertaruhkan nyawanya


untuk napas pertamaku di dunia. Perempuan yang doa-doa-
nya senantiasa mengiringi hidupku. Perempuan yang telah
membuatku merasa jadi orang paling layak untuk dicintai. En-
tah bagaimana, harus kuungkapkan rasaku padanya.
Sejak kepergian Bapak menghadap Rabb-nya pada 2000,
Mimih berjuang mencukupi kebutuhan sehari-hari dari hasil
usaha warung kecil yang dirintisnya sejak 1960. Di desa kecil
kami, di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Mimih berjuang. Ia
bahkan tak mau melepas usahanya kendati keempat anaknya
saat itu semuanya sudah mandiri. Ketiga kakakku sudah meni-
kah, dan aku sudah bekerja dan membiayai diri sendiri. Saat
kami memintanya untuk berhenti berjualan, Mimih menolak
dengan alasan tak ingin membebani anak-anaknya. Dengan
usaha warung ini pulalah Mimih mengumpulkan keping demi
keping rupiah untuk mewujudkan mimpinya pergi haji. Hingga
akhirnya pada akhir 2004, Mimih menjadi tamu Allah di Bai-
tullah. Sebuah rezeki yang tak terduga dan pencapaian yang
begitu besar untuk Mimih yang memulai segalanya dari nol. Al-
hamdulillah.
Selama 13 tahun, Mimih mendirikan warungnya di atas ta-
nah orang lain, hingga pada 1973, Allah memberi kami reze-
ki yang tak kami sangka. Sepetak tanah di samping balai desa.
Mimih memindahkan warungnya ke sana. Atas izin Allah pula-
lah, warung kecil itu kini berkembang menjadi warung paling
besar di desa kami.
Tentu bukan dengan diam Mimih mendapatkan semua itu.
Ia mengelola warung dengan sepenuh jiwanya. Ia memastikan

www.boxnovel.blogspot.com
­

www.boxnovel.blogspot.com
222 Allah Baik Banget sama Aku

ngan syarat aku harus cuci darah di rumah sakit terdekat dari
kotaku, Kuningan, Jawa Barat. Dan, dengan segala kemudahan
yang Allah berikan, akhirnya aku bisa cuci darah di Rumah
Sakit Gunung Jati Cirebon, dengan menggunakan program
Gakin yang kemudian berubah nama menjadi Askeskin dan
Jamkesmas. Dengan program itu, aku bisa menjalani cuci da-
rah dengan biaya ditanggung pemerintah. Kami hanya perlu
menambah untuk membeli obat, biaya periksa lab dan keper-
luan lain selama cuci darah berlangsung. Tak ada kata yang
layak terucap selain ucapan syukur atas semua nikmat dan ke-
mudahan yang Allah berikan.
Namun, di perjalanan hidupku kemudian, kondisi psiko-
logisku mulai labil. Aku yang sebelumnya terbiasa mandiri dan
bekerja penuh, tiba-tiba harus berada di rumah 24 jam tanpa
melakukan apa pun. Hanya menunggu kematian. Hampir seta-
hun kutangisi hidupku tanpa henti. Aku menyalahkan diriku,
menyalahkan nasibku, dan menyalahkan Rabb-ku. Ya, aku me-
nyalahkan Rabb-ku. Aku tak pernah mau berdoa setelah shalat.
Kupikir saat itu, buat apa berdoa, bukankah Allah tak pernah
mendengar doaku?
Mimih mengingatkan kekeliruanku. Aku marah kepadanya.
Hingga suatu malam, dalam tidurku yang tak lelap, kudengar
tangisan Mimih. Ia mengadu kepada Rabb-nya, memohon ke-
sembuhanku. Aku menangis dalam tidurku, menyadari betapa
angkuhnya aku selama ini.
Setelah itu, duniaku menjadi lebih indah bersama doa dan
harapan. Mimih memotivasiku setiap saat. Ia bahkan menco-
ba semua terapi yang bisa kulakukan, berapa pun biayanya.

www.boxnovel.blogspot.com
Mimih, Aku Bertahan berkat Ketangguhanmu 223

“Jangan pikirkan uang, Allah memberi rezeki lewat warung ini.”


Di usianya yang sudah lebih dari 60, Mimih masih berjuang
menjaga warungnya. Ia begitu mandiri, tak pernah mau ber-
gantung pada anak-anaknya.
Menyadari kemandirian Mimih, tiba-tiba aku merasa malu.
Sejak sakit, aku menjadi sangat bergantung kepada orang-orang
di sekitarku dan mesin cuci darah itu. Maka perlahan, sedikit
demi sedikit, aku mulai mencari penghasilan sendiri. Mulai dari
menjadi konsultan statistik sebagai bidang ilmu yang kukuasai,
sampai bekerja freelance di biro psikologi. Dan kemudian,
Allah membukakan jalanku untuk menulis. Buku pertama yang
kutulis adalah buku memoarku tentang cuci darah. Tujuan
awalku menulis hanyalah untuk berbagi dengan orang-orang
yang senasib denganku. Tanpa diduga, buku itu membuka jalan
bagiku untuk terus menulis dan berkeliling ke beberapa kota,
sendirian. Sesuatu yang tak pernah terpikirkan saat vonis cuci
darah menghampiriku pada 2005. Begitulah, skenario Allah
memang selalu indah.
Dan hari ini, tanpa terasa, sudah hampir sepuluh tahun
Mimih menemaniku cuci darah. Ia menghapus air mataku.
Menggosok punggungku saat napasku sesak. Memijit kakiku
meski aku tak memintanya. Berat badan Mimih berkurang
seiring berkurangnya berat badanku. Dan mata Mimih cekung
seiring cekungnya mataku. Hanya satu yang tak pernah hilang
darinya: semangat.
Ya, semangat Mimih untuk terus mengupayakan kesem-
buhanku tak pernah berhenti. Bahkan hingga hari ini, ia me-
motivasiku untuk terus bangkit. Ia mengajariku untuk sabar dan

www.boxnovel.blogspot.com
224 Allah Baik Banget sama Aku

pantang menyerah. Bukan dengan ucapan Mimih mengajariku,


melainkan dengan sikapnya. Mimih mengajariku untuk terus
semangat mengejar cita-cita. Bahwa menjadi pribadi mandiri
itu jauh lebih baik. Tidak dengan perkataan, tapi dengan per-
buatannya. Dan aku berusaha meneladaninya.
Perlahan-lahan, aku bangkit dari titik nadir kehidupanku.
Merangkak sedikit demi sedikit, menyusun kembali puing-puing
hidupku yang sudah berserakan. Aku mencoba meyakinkan di-
riku bahwa hidup bukanlah untuk menunggu kematian. Hidup
adalah untuk melakukan yang terbaik untuk kehidupan sesudah
mati. Dari Mimih, aku belajar kesabaran, kemandirian, dan
ketangguhan. Ah, perempuan menjelang 70 tahun itu selalu
membuatku bangga.
Jika ada yang bertanya bagaimana caranya aku bisa berta-
han menjalani hampir sepuluh tahun cuci darahku, tanyalah
kepada Mimih. Dialah guruku. Ketangguhannya telah menga-
jariku untuk bertahan.
Allah, aku mencintai Mimihku, sangat ….

Wallâhu a‘lam bish-shawâb

www.boxnovel.blogspot.com
Perpanjangan Tangan Allah

B ­

www.boxnovel.blogspot.com
226 Allah Baik Banget sama Aku

usaha menutupi sesak di dadaku dengan senyuman, meski ma-


taku sudah sangat panas. Ada genangan bening di sana.
Diar memelukku, kami bicara tanpa kata. Hanya mata kami
saja yang sama-sama basah.
Jamkesmas, jaminan kesehatan yang dibiayai pemerintah
itu merupakan perpanjangan tangan Allah untuk biaya cuci da-
rahku delapan tahun terakhir. Aku memakainya sejak masih
bernama Gakin, kemudian berubah Askeskin, dan menjadi Jam-
kesmas. Namun, pertengahan Februari, bagai disambar petir
saat aku mendengar kabar sudah ada daftar kartu Jamkesmas
baru dan namaku tidak tercatat di dalamnya. Belum usai ke-
kagetanku, esoknya aku mendengar kabar Jamkesmas lama
hanya berlaku hingga 28 Februari 2013. Artinya, mulai 1 Maret
2013, aku harus HD dengan status pasien umum!
Allahu Rabb, kepalaku serasa berputar. Dari mana kudapat
dana 4,8 juta rupiah per bulan untuk mempertahankan kualitas
hidupku itu?
Siang itu, aku pun pulang dengan lutut lunglai. Diar mele-
pasku dengan memasukkan amplop putih ke tasku. “Titipan
dari teman-teman buat biaya HD besok,” ujarnya.
Aku menolak, tapi Diar segera berlari menjauhiku. Aku
terdiam, ada yang menyesak di dadaku. Sesampai di rumah,
kubuka amplop putih itu. Ada uang 400 ribu rupiah di sana,
tertulis nama 4 sahabat SMA-ku. Mataku basah. Tak berapa
lama, seorang sahabat lain yang tinggal di Jakarta meneleponku,
meminta nomor rekening, mentransfer untuk bantu biaya HD-
ku. Allahu Rabb. Berapa menit kemudian, kakak-kakakku me-
nelepon, menenangkanku, memastikan bahwa aku tak akan

www.boxnovel.blogspot.com
Perpanjangan Tangan Allah 227

berhenti HD meskipun harus bayar full. “Jangan khawatir, insya


Allah, nanti juga ada rezekinya.” Duh, Rabb, nikmat Engkau
yang mana lagi yang akan hamba dustakan?
Siang itu, kucoba menempuh usaha terakhirku, menulis
surat pembaca untuk Ibu Menteri Kesehatan. Surat ini renca-
nanya akan kukirimkan ke beberapa surat kabar, berharap bisa
terbaca oleh Ibu Menkes. Namun, pukul 3 sore, sebuah pesan
pendek dari Rizka, seorang teman pasien HD dari Ponorogo,
mendadak membuat mataku berbinar.
“Teh, alhamdulillah, masa berlaku Jamkesmas lama diper-
panjang sampai akhir Maret.”
“Ah masa, De? Dapat kabar dari mana?” Setangkai bunga
bagai mekar di hatiku yang kering.
“Dari temanku di Askes Jawa Timur, Teh. Coba cek ke Askes
di Jawa Barat, Teh.”
Seketika itu, aku menghubungi Teh Wiwin, seorang kenalan
di Jamkesmas Provinsi Jawa Barat. Dan, jawaban Teh Wiwin
pun menerangi hatiku yang sedang gulita.
“Iya Teh, saya baru terima suratnya dari pusat, Jamkesmas
lama diperpanjang sampai akhir Maret. Segera bikin susulan,
Teh, biar bisa masuk yang baru. Mulai tanggal 1 April, yang ti-
dak masuk Jamkesmas akan ditanggung oleh Jamkesda.”
Ternyata, bukan hanya aku yang mengalami hal itu. Beberapa
teman di Ruang HD mengalami hal yang sama. Salah satunya
adalah Yuli, pasien HD muda yang juga berasal dari Kuningan.
Kami pun sepakat untuk memperjuangkan Jamkesmas kami ber-
sama-sama.
Beberapa kali kami mendatangi Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan. Mendapat jawaban yang sama bahwa data kami

www.boxnovel.blogspot.com
228 Allah Baik Banget sama Aku

sudah dimasukkan untuk Jamkesmas susulan. Satu-satunya


harapan kami, yaitu dana Jamkesda, ternyata juga tidak bisa
diharapkan. Kuningan tidak bisa memberikan dana Jamkesda
karena tidak ada anggaran.
Berbagai ikhtiar kulakukan bersama Yuli, dari mencoba ber-
bagai jalur melalui Dinas Kesehatan hingga mencari info ke Dinas
Sosial. Perjuangan itu kami lakukan untuk bertahan hidup!
Dan, datanglah hari itu, 2 April 2013, hari pertama aku cuci
darah dengan biaya sendiri. Setelah delapan tahun sebelumnya
Allah menghadirkan pemerintah sebagai perpanjangan tangan-
Nya untuk membantuku. Mulai hari itu, setiap menjelang
Selasa dan Jumat, aku mengumpulkan uang sedikit demi se-
dikit, patungan dengan kakak-kakakku untuk biaya cuci darah-
ku. Seperti halnya aku, Yuli juga mengalami hal yang sama. Ia
bahkan harus menjual cincin pemberian almarhumah ibunya.
Ah, masih kuingat bagaimana air matanya menggenang saat
bercerita kepadaku. Siapa sangka, itu adalah tangisan terakhir-
nya di depanku. Bulan Juli, menjelang hari ulang tahunnya, Yuli
pergi menghadap Rabb-nya.
Seminggu, dua minggu, aku masih bisa membiayai cuci da-
rah bareng kakak-kakakku. Minggu ketiga, aku mulai kebingung-
an. Hingga akhirnya, Allah memberi jalan dari arah yang tidak
disangka-sangka. Aku curhat masalahku kepada Desy, saha-
batku, sekaligus upline bisnisku. Rupanya, Desy bercerita kepa-
da Mbak Dek, dan akhirnya sampai pula beritanya kepada Teh
Eka dan Mbak Dian, dua kakak beradik yang sukses di bisnis
MLM online. Tanpa kuduga, minggu kedua April, aku menerima
transferan uang dari Teh Eka Satriana, Mbak Dian Endriyana,
dan teman-teman Berbagi Itu Indah (BII). Aku terdiam, uang

www.boxnovel.blogspot.com
Perpanjangan Tangan Allah 229

yang mereka kirimkan lebih dari cukup untuk membiayai dua


bulan cuci darahku. Aku malu hati kepada Allah ....
Pertengahan Mei, tanpa kuduga Allah memperkenalkanku
dengan dr. Siska dan dr. Dian, meski hanya lewat telepon dan
SMS. Mereka berdua adalah Manajemen RS Gunung Jati tem-
patku HD. Dokter Siska sempat menitipkan uang pribadinya
untuk membantu biaya HD-ku. Ia dan dr. Dian juga bahkan
berusaha menguruskan Jamkesdaku sampai ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Kuningan. Biaya HD-ku sementara dijadikan piutang
oleh pihak RS Gunung Jati. Berharap nanti bisa terganti dari
Jamkesda Kuningan. Namun, sampai dua bulan kemudian, tak
ada kabar berarti dari Jamkesda Kuningan. Akhirnya, aku diha-
ruskan membayar sendiri utangku selama lebih dari dua bulan
HD. Itu pun dengan batasan yang sangat longgar. Aku boleh
mencicil semampuku.
Alhamdulillah, uang dari BII, Teh Eka, dan Mbak Dian Endri-
yana masih tersisa dan bisa kupakai untuk melunasi separuhnya.
Pertengahan Juli itu, Teh Eka dan Mbak Dian Rahmarina, dua
upline-ku di bisnis MLM online kembali menyampaikan titipan
dari teman-teman MLM online untuk melunasi utangku. Alham-
dulillah, semakin malu hati aku kepada Allah.
Dan atas izin Allah, sejak pertengahan Januari 2014, aku
sudah mulai cuci darah dengan biaya jaminan kesehatan nasio-
nal BPJS. Begitu besar harapanku dan teman-teman sesama
pasien, semoga program ini benar-benar berpihak pada rakyat.
Semoga, jadi jalan keberkahan juga bagi pemerintah dan negara
kita tercinta ini.
***

www.boxnovel.blogspot.com
230 Allah Baik Banget sama Aku

D ari perjalanan inilah aku belajar, betapa Allah Mahakaya.


Ia begitu mudah memberikan rezeki dari arah yang ti-
dak disangka-sangka. Biaya cuci darah memang berat dan su-
permahal. Tetapi, ternyata terpenuhi juga ketika Tangan Allah
sudah bekerja. Di awal-awal cuci darah dahulu, saat aku ma-
sih menjadi pasien umum, ada keluarga, paman dan bibiku,
sepupu, teman-teman kuliahku, teman-teman kerjaku di Ru-
mah Zakat, hingga adik-adik mentorku yang menitipkan rezeki-
nya padaku. Dalam perjalanan kemudian, Jamkesmas, teman-
teman di bisnis MLM online, hingga teman-teman SMA-ku
menjadi perpanjangan Tangan Allah untuk sampainya rezeki
tak terduga-Nya padaku. Hingga, bisa kujalani sembilan tahun
perjuanganku.
Dan begitulah cara Allah memberikan ujian. Terkadang,
tampak seperti melewati batas kemampuan kita. Terkadang,
tampak seperti kita sudah jatuh, tersungkur, tak sanggup ba-
ngun, kemudian tertimpa tangga pula hingga nyaris kehilangan
kesadaran, hingga sampai pada titik terendah, titik nadir, ti-
tik ketika kita tak lagi punya tempat bergantung kecuali Dia
Yang Mahakuasa. Maka, saat itulah Allah tunjukkan Jalan-Nya.
Jalan yang bahkan tak pernah kita duga. Jalan yang pada akhir-
nya membuat kita mesti mengiyakan bahwa Allah tak pernah
memberikan ujian, cobaan, musibah, atau apa pun itu nama-
nya, di luar kemampuan kita.
Masihkah kita punya alasan untuk tak berbaik sangka ke-
pada-Nya?[]

www.boxnovel.blogspot.com
Menulis untuk Berbagi

“W ah, ada Neng Lien di koran pagi ini!” Kehebohan men-


dadak melanda ruang HD RS Gunung Jati, Selasa pagi
12 Mei 2009. Ada dua koran yang memuat berita tentangku
pagi itu, Pikiran Rakyat dan Seputar Indonesia Jawa Barat. Ke-
duanya menampilkan foto dengan fokus yang sama: aku dan
Pak Dede Yusuf yang saat itu menjabat Wakil Gubernur Jawa
Barat. Dan keduanya juga menampilkan judul artikel yang ham-
pir sama: Lien Aulia, “Menulis untuk Berbagi”.
Tak pernah terbayangkan sebelumnya, undangan dari A Ade
Kadarisman, kakak kelasku semasa SMA, akan mengantarkanku
pada pengalaman baru, mengikuti lomba menulis dan menjadi
juara. Saat aku memutuskan hadir dalam Seminar dan Work-
shop Nasional Menulis Kreatif-Entrepreneurship Creative Wri-
ting yang diselenggarakan Unpad Press–LPPM Unpad 24-25
Januari 2009, tak pernah tebersit niat apa pun di benakku, selain
untuk mencari ilmu dan belajar banyak tentang kepenulisan.
Pun, saat Wakil Gubernur Jawa Barat, Pak Dede Yusuf, dalam
sambutannya, menuturkan niatnya untuk mengadakan lomba
karya tulis bertema Harapan Masyarakat terhadap Pemerintah
Jawa Barat, kuputuskan mengikuti lomba itu sekadar untuk
berpartisipasi.
Dan pagi itu, 8 Mei 2009, aku dan kedua kakakku hadir
di Gedung LPPM Unpad. Berbincang hangat dengan Pak De-
de Yusuf. Sebuah kejutan Allah hadir untukku pagi itu, aku

www.boxnovel.blogspot.com
232 Allah Baik Banget sama Aku

dinobatkan sebagai Penulis Karya Tulis Unggulan I. Tulisanku


yang berjudul “Andai Lebih Dekat, Andai Ada Tempat” dinya-
takan sebagai pemenang pertama lomba karya tulis LPPM Un-
pad. Di tulisan itu, aku membahas harapan-harapan pasien
gagal ginjal yang menjalani hemodialisis terhadap pemerintah
Jawa Barat. Ada beberapa wartawan yang meliput pagi itu, dan
beberapa hari kemudian, muncullah namaku di halaman depan
kedua koran Jawa Barat tersebut.
Menulis memang hobiku sejak kecil, tapi dahulu aku menulis
hanya untuk memenuhi catatan harianku. Tak cukup percaya
diri aku memublikasikan tulisanku saat itu. Namun, skenario
Allah akhirnya menggiringku untuk memublikasikan tulisanku
justru setelah aku sakit dan menjadi pasien hemodialisis.
Buku pertamaku yang berjudul Tuhan, Aku Divonis Cuci Da-
rah* hadir sebagai upayaku untuk berbagi agar orang lain tak
mesti mengalami kepedihan yang pernah kualami. Novel Pi-
nangan Cahaya** kutulis sebagai media katarsis bagiku yang
sempat mengalami permasalahan hati. Buku ketigaku adalah
buku antologi berjudul Kisah Kasih Ibu***. Di sana, aku menulis
satu kisah berjudul “Hukma Shabiyya”, kisah tentang sahabat
lamaku yang berubah karena kepergian lelaki kecilnya. Pada
tahun yang sama, buku keempatku terbit, buku statistika ber-
judul Regresi dan Korelasi dalam Genggaman Anda****. Buku ke-
empat ini kutulis bersama Sofyan Yamin dan Heri Kurniawan,
dua teman kuliahku.

* Penerbit Femmeline Syaamil, Bandung, September 2007.


** Penerbit Silalatu, Kuningan, Mei 2009.
*** Penerbit Mizan, Bandung, Mei 2011.
**** Penerbit Salemba Empat, Mei 2011.

www.boxnovel.blogspot.com
Menulis untuk Berbagi 233

Niat awalku menulis buku pertama adalah untuk berbagi


rasaku kepada orang-orang di sekitarku agar mereka tak mesti
mengalami apa yang aku alami. Agar mereka sudah memiliki
penopang saat hal tak menyenangkan terjadi pada mereka. Ti-
dak seperti aku yang mesti tersungkur dalam gelap dahulu.
Aku menulis untuk berbagi. Jika kemudian selepas itu ba-
nyak undangan bedah buku dan training motivasi datang pa-
daku …, jika selepas itu beberapa kali namaku muncul di ko-
ran ..., jika setelah itu orang mulai mengenal wajahku saat
berpapasan di jalan ..., jika selepas itu begitu banyak orang
orang yang menyapaku …, kuanggap itu sebagai hadiah Allah
untukku.
Buku-bukuku adalah hadiah Allah untukku melalui skenario-
Nya yang indah. Tulisan-tulisanku adalah hadiah dari Allah me-
lalui tarbiah hidup yang luar biasa. Menjadi juara lomba karya
tulis, menjadi guru di kelas menulis, menjadi motivator, men-
jadi juri lomba menulis, mendapat royalti dari buku adalah
bonus yang Allah berikan untukku.
Aku menulis untuk berbagi. Kalaupun ada kebaikan lain
mengiringi di samping tujuan utamaku, maka itu adalah hadiah
Allah untukku. Hadiah yang Allah berikan begitu saja tanpa
kuminta. Ah, Allah memang baik banget sama aku. Alhamdu-
lillâhi rabbil ‘âlamîn.[]

www.boxnovel.blogspot.com
25 vs. 9

Apabila Allah mengambil, betapa, dalam jangka waktu lama,


Ia telah memberi.
Aku berharap, bisa berkumpul di surga kelak dengan titipan-titipan
yang telah Allah ambil dariku
—Urwah bin Zubair

S elama 25 tahun, Allah memberiku napas yang lapang, tu-


buh yang tegap, kulit yang bersinar, tekanan darah yang
normal, kadar sel darah merah yang stabil, dan tulang yang
kuat. Dan baru 9 tahun Allah mentarbiahku dengan napas yang
kerap sesak dan tersengal, tubuh yang kadang layu, mata yang
menguning, kulit yang melegam, tekanan darah yang naik tu-
run, kadar sel darah merah yang maju mundur, hingga tulang
yang berisiko keropos lebih cepat. Sudah cukup layakkah aku
mengaduh?
Selama 25 tahun Allah memberiku kebebasan. Bebas makan
apa saja, bebas minum sebanyak mungkin, bebas beraktivitas
apa pun, bebas dari rasa sakit, dan bebas dari obat-obatan. Dan
baru 9 tahun Allah membatasi kebebasanku dengan aturan ba-
ru. Makan bebas, tapi terbatas. Minum teramat terbatas. Ber-
kawan akrab dengan obat, hingga bersahabat lekat dengan ra-
sa sakit dan perih. Sudah cukup pantaskah aku mengeluh?

www.boxnovel.blogspot.com
25 vs. 9 235

Selama 25 tahun Allah memberiku kesehatan, dan baru


9 tahun aku kerap terbaring di ranjang rumah sakit sebagai
pasien. Cukup patutkah jika kukatakan Allah tak adil padaku?
Tidak.
Hanya 9 tahun sepi, tak ada apa-apanya dibandingkan de-
ngan 25 tahun ramai. Baru 9 tahun lara, tak ada apa-apanya
dibandingkan dengan 25 tahun suka. Selama 9 tahun berurai
air mata, tak ada apa-apanya dibandingkan dengan 25 tahun
tawa.
Allah memang menutup satu pintu bahagiaku. Pintu kese-
hatan. Tapi, sungguh, Allah membuka lebar pintu kebahagiaanku
yang lain. Bahkan, Ia menyiapkan karpet merah di pintu-pintu
lain, tempat aku melangkah.
Masih cukup pantaskah aku berujar, Allah tak adil padaku?
Tidak, sekali lagi, kupastikan tidak.
Allah Mahaadil, teramat adil.
Allah Mahabaik, sangat baik.
Hingga, tak ada kata yang layak kusampaikan kepada-Nya
selain segala puji bagi-Nya.
Alhamdulillah, masih bisa berjalan.
Alhamdulillah, masih bisa melihat.
Alhamdulillah, masih bisa mendengar.
Alhamdulillah, meski aku gagal ginjal, tak gagal akal.
Alhamdulillah, meski aku gagal ginjal, insya Allah tak gagal
iman.
Alhamdulillah, untuk 9 tahun luar biasa ini, Rabb.
Sungguh, Allah baik banget padaku.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Membirukan Langit

Hidup adalah sesuatu yang terberi


Apa pun bentuknya, demikian ia milik kita
Sang Pemberi menginginkan kita menerima
Agar kita tak sekadar menatap langit
Namun, dapat membirukannya.
—Monalisa Idylla, “Membirukan Langit”

I tulah puisi yang menjadi pembuka film pendek yang men-


ceritakan perjalanan menulisku. Film ini kerap diputar
pada acara-acara peluncuran atau bedah bukuku. Film ini ada-
lah salah satu hadiah Allah untukku.
Masih terbayang hari itu, Jumat siang 22 Mei 2009. Aku
kedatangan dua orang tamu dari Jakarta. Dua-duanya seusiaku.
Seorang lelaki, teman SMA-ku, namanya Indrana. Yang satu lagi,
wanita, aku baru mengenalnya hari itu. Namanya Monalisa.
Mereka berdua masuk ke Ruang HD menemuiku sekitar pukul
13.00. Mona langsung mengajakku ngobrol, sementara Indra
sibuk mengambil gambar dengan kameranya. Sepanjang siang
hingga sore itu, Indra memintaku berakting beberapa adegan.
Mulai dari adegan membaca, tidur, hingga adegan bercanda
dan ngobrol dengan pasien sebelah. Indra dan Mona juga me-
wawancarai beberapa teman pasien dan perawat di Ruang
HD. Saat perjalanan pulang ke Kuningan, mereka berdua sibuk

www.boxnovel.blogspot.com
Membirukan Langit 237

mengatur beberapa adegan dan memintaku berakting drop di


dalam mobil.
Besok harinya, bertempat di rumahku, aku diwawancarai
Mona. Sementara, Indra tetap sibuk menyorotku dengan ka-
meranya. Bagai artis yang sedang syuting, aku dipasangi clip-
on, disorot lampu dan kamera. Dilanjut syuting adegan shalat,
drop, hingga seluruh keluargaku berakting akan mengantarku
cuci darah. Selepas itu, kami pergi menuju pemakaman, ada
adegan yang harus diambil di sana. Dan, proses syuting hari
itu ditutup menjelang magrib di lapang basket dekat rumahku.
Esok harinya, dilanjutkan dengan wawancara dengan beberapa
orang dari penerbit buku keduaku.
Tiga hari itu menjadi tiga hari yang luar biasa bagiku. Aku
belajar seluk-beluk syuting. Bagaimana rumitnya jika cuaca ti-
dak sesuai dengan harapan. Sudah jauh-jauh mencari tempat,
keburu hujan, sehingga kami kesulitan mendapatkan gambar
langit biru seperti yang diharapkan. Ada juga masalah teknis,
baju syutingku tercuci gara-gara basah kena hujan. Jadilah aku
syuting dengan baju basah demi mendapatkan gambar yang
kontinu.
Selama tiga hari itu juga, aku merasakan kedekatan hati an-
tara aku, Mona, dan Indra. Bagaimana kami tertawa bersama
saat aktingku tak sesuai dengan yang diharapkan. Atau, bahkan
kami menangis bersama saat adegan aku membaca Al-Quran.
Awalnya, aku yang menangis. Tiba-tiba, Mona yang sedang
mengarahkan adegan, ikut menangis, dan Indra yang tengah
memegang kamera pun berurai air mata. Selepasnya, kami sa-
ling curhat-curhatan atas apa yang kami rasakan.

www.boxnovel.blogspot.com
238 Allah Baik Banget sama Aku

Dan, keindahan tiga hari itu takkan pernah kulupa. Meski


sudah bertahun-tahun kami tak berjumpa, karya mereka tetap
tersimpan apik di laptopku. Film berdurasi 24 menit berjudul
Membirukan Langit itu adalah karya Indra dan Mona. Indra
sebagai sutradara dan editornya, serta Mona sebagai penulis
skenario dan manajer produksinya. Film itu begitu sering dipu-
tar di acara bedah bukuku dan selalu mampu membuat penon-
tonnya berurai air mata.
Mengapa film Membirukan Langit kusebut sebagai hadiah
Allah untukku? Bagaimana tidak, Indra dan Mona berlelah-
lelah menghabiskan waktu mengerjakan film itu tanpa kubayar
satu rupiah pun! Padahal, mereka biasa dibayar hingga jutaan
rupiah untuk jenis film yang sama. Aku yakin, Allahlah yang
membisiki hati mereka untuk melakukan itu semua, padahal
di waktu yang sama, bisa saja mereka memilih mengerjakan
pekerjaan lain yang lebih jelas sisi ekonomisnya.
Allah mengikatkan hati kami bertiga, untuk sebuah tujuan,
memberikan rezeki kepadaku melalui tangan Indra dan Mona.
Syukurku pada Rabb-ku yang telah menggerakkan hati me-
reka berdua. Semoga, kebaikan dan keberkahan selalu bersama
Indra dan Mona. Terima kasihku untuk mereka berdua.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Rumah Auliya

K uningan menjelang malam kala itu. Langit semakin ke-


lam. Puluhan orang duduk berdiri bersaf di sebuah ru-
angan berukuran 5 x 6 meter bercat hijau cerah. Tak lama, se-
seorang mengumandangkan azan dan ikamah, mengajak me-
nunaikan Shalat Maghrib berjamaah. Aku ikut bermakmum di
samping ruangan itu, di depan kamar berukuran 3 x 3. Tepat
di atas kepalaku, sebuah spanduk tertempel di bangunan baru
itu, bertuliskan Rumah Auliya.
Itulah malam peresmian Rumah Auliya, sebuah tempat kos
berkamar 8 berukuran 3 x 3 meter berfasilitas televisi, tempat
tidur, lemari, dan kamar mandi di dalam. Rasanya, tak percaya
mendapati bangunan berwarna hijau cerah itu adalah milik ke-
luargaku yang diberi nama sesuai namaku. Ya, akulah ibu kos di
Rumah Auliya. Akulah yang diberi kepercayaan oleh keluarga
untuk mengatur semua urusan di sana.
Sejak saat itu, aku tinggal di sana, menempati salah satu
kamar, bertanggung jawab atas semua urusan di sana. Kupikir,
awalnya mudah saja menjadi ibu kos. Ternyata, tak semudah
yang kubayangkan.
***

“L ien, di kamar sebelahku itu bapak-bapak, kan? Kok


ada suara perempuan?” Sebuah pesan pendek dari
salah satu penghuni kos Rumah Auliya masuk ke ponselku. Jam

www.boxnovel.blogspot.com
240 Allah Baik Banget sama Aku

di kamarku menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Aku


tersentak. Kantukku mendadak hilang. Jantungku berdebar
kencang. Segera kutulis SMS panjang kepada perempuan ham-
pir 40 yang kemarin siang datang kepadaku minta satu kamar
untuk satu bulan ke depan. Kamar itu akan diisi oleh seorang
lelaki pegawai Kedutaan Besar Indonesia di luar negeri, yang
konon adalah teman si ibu.
“Ibu, maaf, kalau bapak yang teman Ibu itu bawa istri? Kok
ada perempuan di kamarnya?” tanpa basa-basi aku bertanya.
“Oh, itu saya, Teh,” tanpa perasaan bersalah, wanita cantik
itu menjawab SMS-ku.
“Ibu, maaf, kalau Ibu memang ada yang mau dibicarakan di
dalam kamar, mohon pintu kamarnya dibuka, ya, Bu. Kecuali,
kalau suami-istri.”
Tak ada jawaban. Yang kudengar hanya suara pintu yang
dibanting keras, suara rolling door ruang tamu yang berdecit
nyaring. Dan, tak lama kemudian, suara raungan motor yang
tak kalah keras. Dari balik gorden kamarku, kulihat perempuan
berambut panjang, memakai masker, keluar bergegas dengan
motornya. Perempuan itulah wanita hampir 40-an yang ku-
SMS beberapa menit sebelumnya.
Esoknya, kuminta KTP si bapak yang mengaku pegawai di
Kedutaan Indonesia itu. Ia pun menyerahkan fotokopi pas-
pornya. Beberapa hari kemudian, tanpa pamit, si bapak keluar
dari tempat kos. Padahal, jatahnya masih satu bulan ke depan.
Kudengar, ia pindah menginap di salah satu hotel di kotaku.
Wallâhu a‘lam.[]
***

www.boxnovel.blogspot.com
Rumah Auliya 241

A wal 2013. Satu setengah tahun sebelumnya, saat Ru-


mah Auliya baru saja diresmikan, ada dua kamar yang
diisi oleh anak-anak muda. Seorang mengaku bekerja sebagai
SPG perusahaan rokok, seorang lagi PNS. Keduanya perempuan.
Berhari-hari, kulihat beberapa teman lelakinya datang, masuk
kamar. Sampai ada yang tak keluar hingga malam. Hal ini memak-
saku untuk beraksi, menyelamatkan rumahku, menyelamatkan
tempat yang Allah amanahkan kepadaku.

“MENERIMA TAMU DI RUANG BAWAH TANGGA”


“HARAP TIDAK MENERIMA TAMU DI DALAM KAMAR”

Pada akhirnya, dua tulisan besar itu kutempel di ruang


tamu. Dan seperti sudah kuduga, keesokan harinya, salah
seorang mengangkut barang-barangnya. Ia pamitan lewat
pesan pendeknya, “Saya pindah. Saya mencari tempat kos
yang bebas.” Allahu Rabb, entah apa arti kebebasan baginya.
Sementara temannya, pergi meninggalkan Rumah Auliya de-
ngan meninggalkan barang-barangnya, tanpa membayar sisa
tagihan uang kos.
***

I tulah sekelumit problematika yang harus kuhadapi pada


tiga tahun pertamaku berperan sebagai ibu kos. Sejak hari
itu, aku terus berusaha memberbaiki sistem di Rumah Auliya.
Memastikan data lengkap penghuni kamar, meminta fotokopi
KTP, hingga mengenal keluarganya. Karena, aku tak ingin ba-
gai semut kecil yang mati dalam stoples gula, terkungkung

www.boxnovel.blogspot.com
242 Allah Baik Banget sama Aku

dalam ketidaknyamanan di rumah sendiri yang semestinya jadi


sumber kenyamanan.
Pelajaran lain yang kudapat saat jadi ibu kos adalah aku
mesti tetap siaga dalam segala situasi. Meski dalam kondisi drop
kala pulang HD, aku harus tetap siaga jika ada “anak kos” yang
komplain listrik, air, atau kondisi kamarnya. Saat tiba-tiba ada
calon penghuni baru yang ingin melihat kamar kos, aku harus
“mendadak sehat” meski saat itu kepalaku sedang kleyengan,
dadaku sedang sesak, atau mual tengah menderaku.
Begitulah Teman, Mei 2011, aku mensyukuri kehadiran
Rumah Auliya sebagai amanah Allah untukku dan keluargaku.
Aku memiliki tempat berteduh yang nyaman, tempat menjamu
teman-temanku, tempat berikhtiar mencari rezeki-Nya untuk
melunasi kewajiban-kewajiban kami, tempat Mimihku bisa
berjualan mengisi waktu, dan, tentu saja, tempat berukhuwah
dengan saudara-saudara baru dari berbagai kota yang menem-
pati kamar-kamar kecil di Rumah Auliya.
Dan hari ini, menjelang tiga tahun setelah Rumah Auliya
berdiri, aku bersyukur atas tarbiah-tarbiah Allah yang diberi-
kan-Nya untukku.
Segala puji bagi Allah yang telah mengondisikan aku da-
lam keadaan yang kadang memaksaku harus sehat meski da-
lam kondisi sedang drop. Dari sanalah aku belajar tentang
ketangguhan. Segala puji bagi Allah yang telah memberiku
peran sebagai ibu kos, peran yang membuatku belajar untuk
menuntaskan aneka persoalan kehidupan yang terkadang ru-
mit dalam lingkup yang lebih kecil. Mahasuci Allah yang telah
mengamanahiku menjadi “ibu” bagi penghuni 7 kamar lain,

www.boxnovel.blogspot.com
Rumah Auliya 243

tempat mereka berkeluh kesah, tempat mereka meminta fasi-


litas, hingga tempat mereka membayar uang bulanan, he ... he
... he.
Rumah Auliya adalah salah satu anugerah Allah untukku. Di
sini, Allah memberiku kenyamanan untuk beristirahat, untuk
bekerja, dan untuk berukhuwah. Rumah Auliya hadir melalui
skenario-Nya yang begitu indah. Inilah salah satu pintu baha-
gia yang Allah buka untukku, pintu yang bahkan dialasi karpet
merah tempatku melangkah. Allah baik banget sama aku,
bukan?[]

www.boxnovel.blogspot.com
Cinta Tanpa Kata

A ku tahu, ada sesak di dada mereka saat menatapku.


Aku tahu, ada harap besar di hati mereka untukku.
Aku tahu, ada namaku disebut dalam doa-doa mereka. Aku ta-
hu, namaku selalu terpatri di hati mereka.
Hanya terima kasih tak terucap yang kupunya. Untuk se-
mua kepercayaan mereka kepadaku. Untuk semua dukungan
mereka. Untuk waktu yang mereka habiskan mendengar keluh-
ku. Untuk semua tatap teduh mereka. Untuk semua senyum
dan tawa mereka saat membersamaiku. Untuk air mata dan
keringat yang menetes agar menguatkanku. Untuk semua cinta
mereka yang tulus.
Ada darah mereka mengalir di tubuhku. Ada kepingan jiwa
mereka dalam jiwaku. Ada rasa mereka dalam rasaku. Ada cinta
mereka dalam hari-hariku.
Cinta yang mengalir begitu deras. Dalam sapa, dalam tawa,
dalam canda, dalam kemarahan, dan dalam air mata. Cinta
yang kerap tak terucap, tapi tergambar begitu nyata.
Sejumput doa untuk mereka, semoga Allah senantiasa me-
muliakan mereka. Semoga Allah merengkuh mereka dalam pe-
lukan hangat-Nya. Semoga Allah membalas cinta tanpa kata
mereka dengan cinta-Nya yang tanpa batas. Semoga Allah me-
nuntun mereka menuju jannah-Nya. Sungguh, hanya terima
kasih tak terucap yang mampu kusampaikan untuk cinta tanpa
kata yang mereka yang luar biasa.

www.boxnovel.blogspot.com
Cinta Tanpa Kata 245

Merekalah anugerah Allah untukku. Merekalah orangtuaku,


kakak-kakakku, keponakan-keponakanku, paman bibiku, uwa-
uwaku, sepupu-sepupuku. Untuk mereka, terima kasihku yang
tak berhingga. Untuk cinta tanpa kata mereka di sepanjang
usiaku.
Karena mereka, aku bertahan.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Mencumbu Tanah Suci

“N eng, jadi gimana rencana umrahnya? Kapan mau


ke travelnya?“ Pertanyaan Bu Etis, Kepala Ruangan
Hemodialisis RS Gunung Jati, yang biasa kupanggil Ibu, bagai
petir di siang bolong bagiku. Siang itu, Selasa 15 Januari 2013,
aku bagai diminta pertanggungjawaban atas ucapanku bulan-
bulan sebelumnya.
“Hmmm, ... sekarang deh, Bu, saya telepon ke travelnya. Saya
boleh minta nomor kontaknya, ya, Bu?” jawabku agak ragu.
Siang itu, proses cuci darahku baru saja akan dimulai.
Ibu langsung memberiku nomor Ustad Dede, direktur se-
buah biro perjalanan umrah di Cirebon. Seketika itu pun aku
menelepon untuk minta brosur. Sorenya, seseorang yang ke-
mudian kuketahui bernama Ustad Basir datang menemuiku
dan menyerahkan brosur. Ia tampak kaget, dikiranya aku pera-
wat HD dan bukan pasien. Selesai menyerahkan brosur, ia pun
langsung berlalu.
Aku membolak-balik isi map besar berisi brosur itu. Tertera
angka 19 ribu US dolar atau sekitar 19 juta rupiah. Allahu Rabb,
dari mana uang sebanyak itu bisa kudapat dalam dua bulan?
Sementara, aku belum punya sedikit pun tabungan. Semua
uangku kupakai modal usaha. Aku cuma punya pegangan uang
arisan yang akan kudapat pada Februari.
Aku pun terdiam. Otakku berputar. Aku punya 3 juta rupiah
uang arisan. Piutangku di luar sekitar 3 juta rupiah. Berarti, ada

www.boxnovel.blogspot.com
Mencumbu Tanah Suci 247

6 juta. Hmmm, insya Allah, dalam dua bulan, aku bisa dapat
sekitar 4 juta rupiah kalau mau kerja keras. OK, ada 10 juta.
Lantas, dari mana akan kudapat 9-10 juta rupiah sisanya.
Mesti pinjamkah? Pinjam ke mana? Ya Rabb, tampaknya harus
kuundurkan keinginan kuatku berangkat umrah bareng Ibu
pada Maret 2013 itu.
Pulang ke rumah, kutunjukkan brosur dari biro perjalanan
tadi kepada kakak dan Mimihku. Kakakku menguatkanku untuk
tak berhenti berharap. “Insya Allah aya rizkina,” begitu ujar-
nya.
Sementara, Mimihku dengan tatapan teduhnya menenang-
kanku. “Kalau nanti sampai Maret enggak ada uang, Mimih
ada piutang di luar lumayan besar, kalau orangnya bayar. Insya
Allah, cukup buat nambahin Neng berangkat,” Mimih berujar
dengan lembut.
Aku terdiam. Allahu Rabb, mohon jalan ….
Esoknya, Rabu 16 Januari 2013, aku sedang menulis di atas
kasur seusai Shalat Dhuha, sebuah panggilan dari nomor tak
dikenal membunyikan ponselku.
“Assalamu ‘alaikum, Neng, ini Teteh.” Suara Teh Dewi, kakak
kelasku semasa SMA terdengar jelas di telingaku.
Tiba-tiba, pikiranku melayang ke bulan Maret 2012 ketika
Teh Dewi datang ke Ruang HD sehari setelah ia dan suaminya
pulang umrah. Ia memberiku gamis putih yang dipakainya um-
rah. “Neng harus berangkat. Neng harus merasakan nikmatnya
shalat di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Teteh pengen
ngasih gamis ini ke Neng. Nanti, Neng pakai, ya, kalau suatu
saat berangkat ke sana,” begitu ujarnya saat itu.

www.boxnovel.blogspot.com
248 Allah Baik Banget sama Aku

“Neng, …?” suara Teh Dewi dari ujung telepon mengaget-


kanku yang sedang melamun.
“Tetehhhhh, apa kabar?” seruku.
“Baik, alhamdulillah, Neng. Teteh mau cerita. Tadi kan Te-
teh lagi Shalat Dhuha. Tiba-tiba, tergambar wajah Neng je-
laaasss banget. Teteh tersentak, teringat pernah punya niat
memberangkatkan Neng umrah. Tapi, Teteh belum ada rezeki.
Akhirnya, Teteh kontak Pak Basir, pembimbing umrah Teteh
tahun kemarin,” suara Teh Dewi tersekat.
Aku terdiam. Mendadak merinding! Ustad Basir adalah
orang yang kemarin mengantarkan brosur umrah kepadaku.
Allah, kejutan-Mu-kah ini?
“Terus, Teh?” tanyaku.
“Terus, Teteh tanya ke Pak Basir, kalau travelnya bisa ngu-
rusin pasien cuci darah nggak pas umrah. Tanpa Teteh duga,
ternyata ia malah balik tanya ke Teteh, Bu Dewi mau nge-
berangkatin Bu Lien Auliya? Teteh kagetlah, Neng! Kok, Pak
Basir kenal Neng? Dia jelasin kalau Neng kemarin minta brosur.
Langsung lemeslah Teteh. Ini pasti jalan Allah, Neng harus be-
rangkat!” ujar Teh Dewi mantap.
Aku melongo. Bagai kaurugan madu karuntuhan menyan
putih*, begitu istilah Sundanya. Aku menangis sesenggukan di
telepon. Tak tahu harus berkata apa.
“Sekarang, gini aja. Neng punya uang berapa?”
“Hmmm, kalau sama yang di luar, mungkin sekitar 10 juta,”
kataku pelan, menyampaikan hasil hitunganku kemarin.

* Mendapatkan durian runtuh. Mendapat kebahagiaan berlimpah.

www.boxnovel.blogspot.com
Mencumbu Tanah Suci 249

“Oke, sepuluh jutanya, biar Teteh yang pikirin. Neng jadi


berangkat, ya. Mau Februari atau Maret?”
“Eh, … Maret, Teh,” jawabku tergugu, masih dengan nada
tak percaya.
Allahu Rabb, inikah jalan-Mu? Engkau Pencipta kejutan ter-
baik. Engkau Maha Pemberi Rezeki dari arah yang tidak disangka-
sangka. Teh Dewi mengantarkan lebih dari seperempat biaya
umrah ke rumahku siang itu. Aku hanya bisa terdiam. Mahasuci
Allah yang telah menggerakkan hatinya.
Dan malam harinya, selepas Shalat Isya, atas izin Allah,
Teh Dewi dan Devie teman SMA-ku, menyampaikan bahwa
beberapa orang teman, menitipkan rezekinya untuk tambahan
biaya umrahku. Malam itu, genaplah biaya umrahku. Di BBM
Devie malam itu, ada nama Eman, Hasan, Indri, Cilly, Tia,
Antony, Andi, Leni, Sofi, Gono, Eva, Novi, Dela, Deasy, Ifan.
Esoknya, ada Nida, Bu Yayah, Diana, Diar, Teh Lily, Nia, Risa, Pi-
pih, Bu Ilah, yang juga menyuportku. Allahu Rabb, Engkau Ma-
hakaya. Begitu mudahnya Engkau bukakan pintu rezeki-Mu.
Bahkan, melalui tangan teman-teman dan sahabat yang tak
pernah kuduga!
***

A tas izin Allah, 14 Maret 2013 pukul 03.00 dini hari, aku
berangkat menuju Tanah Suci bersama keluarga Ibu.
Tanpa diduga, sebuah skenario Allah berjalan pada rom-
bongan kami pagi itu. Indramayu macet parah. Ada kecelakaan
dan perbaikan jalan. Kami tertahan dalam kemacetan total.
Berjam-jam, bus yang kami tumpangi tak bisa bergerak. Kami

www.boxnovel.blogspot.com
250 Allah Baik Banget sama Aku

yang dijadwalkan sampai Bandara Soekarno-Hatta pukul 11


siang hanya bisa terdiam tanpa daya.
Pukul 11 siang itu, kami baru saja terbebas dari kemacetan
yang menyesakkan. Bus pun meluncur dengan kecepatan su-
per. Sepanjang perjalanan, kami semua hanyut dalam zikir dan
doa, berharap Allah membukakan jalan. Melancarkan rencana
perjalanan kami. Pukul 14.00, bus kami masih berlari kencang
di jalanan Jakarta. Padahal, pada jam itu semestinya kami su-
dah mulai persiapan boarding. Dalam rangka ikhtiar, bus berlari
semakin kencang. Lututku lunglai, serasa jadi pemeran film
Speed kala itu.
Kami baru menginjakkan kaki di bandara pukul 15.00. Arti-
nya, dua belas jam perjalanan Cirebon–Jakarta. Pintu pesawat
sudah ditutup. Kami pun tak mampu berbuat banyak, rom-
bongan kami ketinggalan pesawat. Setelah lobi ke sana kemari,
akhirnya pihak travel memutuskan membagi kami menjadi tiga
rombongan. Rombongan pertama yang berasal dari Jakarta
berangkat sore itu. Rombongan kedua akan berangkat esok
paginya. Dan rombongan ketiga berangkat Sabtu atau Minggu.
Akibat kejadian ini, pihak travel mengalami kerugian hampir
200 juta rupiah. Semoga Allah mengganti setiap yang hilang
dengan keberkahan.
Aku sempat khawatir masuk rombongan ketiga karena
itu artinya Sabtu aku harus mencari tempat cuci darah di Ja-
karta. Alhamdulillah, atas izin Allah, aku masuk rombongan
kedua, berangkat Jumat, 15 Maret 2013 pukul 18.00 dengan
penerbangan Etihad Airways. Rute yang kami lalui adalah Ja-
karta-Abu Dhabi-Jeddah.

www.boxnovel.blogspot.com
Mencumbu Tanah Suci 251

Meski pengalaman pertama, alhamdulillah, aku begitu me-


nikmati perjalanan malamku. Bahkan, ketika pesawat kami ber-
ada di puncak ketinggian, pukul 12 malam dalam hujan deras
yang menakutkan, dengan suhu minus, aku masih tetap santai.
Hingga tiba-tiba, satu jam menjelang mendarat di Bandara Abu
Dhabi, aku merasa ada yang salah dengan tubuhku. Kakiku
kram hebat, tak bisa digerakkan! Saat itu, aku masih santai dan
berpikir itu terjadi akibat efek ketinggian.
Namun, saat mendarat, kakiku masih sekaku sebelumnya!
Aku mulai panik. Aku duduk diam di kursiku, sementara orang-
orang sudah bersiap keluar. Setelah suasana dalam pesawat agak
lengang, perlahan aku pun berjalan keluar. Allah, kakiku sulit
digerakkan, rasanya seperti terbelenggu tali superkencang.
Aku berjalan menyusuri lorong pesawat dengan kaki diseret.
Sampai akhirnya bertemu Ibu di Ruang Tunggu. Ibu tersentak
melihatku tertatih. Ibu dan Bapak segera mencari porter kursi
roda. Maka, aku pun berkursi roda dini hari itu, di Bandara Abu
Dhabi.
Selepas itu, kami melalui penerbangan kedua selama dua
jam menuju Jeddah. Kami sampai di Jeddah tepat saat azan su-
buh berkumandang. Di bandara ini pun aku masih harus pasrah
berkursi roda. Kramku belum usai hingga duduk manis di bus
yang membawa kami dari Jeddah menuju Madinah.
Dari balik kaca bus, aku menatap jalanan yang dikelilingi
gurun berdebu. Berkali-kali aku mencubit tanganku. Ini bukan
mimpi, kan, Rabb? Akhirnya, aku bisa menyaksikan sendiri gu-
run-gurun kering yang sebelumnya hanya kudengar dari sau-
dara-saudaraku yang baru pulang haji.

www.boxnovel.blogspot.com
252 Allah Baik Banget sama Aku

Menjelang tengah hari, bus mulai memasuki daerah kota,


kulihat mulai banyak pusat perbelanjaan dan hotel tinggi
menjulang. Ustad Dede sebagai pemimpin rombongan mulai
meminta kami bersiap-siap karena kami sudah memasuki Ma-
dinah. Allahu Rabb, inikah Madinah? Kota yang menjadi tempat
hijrah Rasulullah, kota tempat Rasul beristirahat untuk selama-
lamanya.
“Silakan jamaah semua menengok ke sebelah kanan. Mas-
jid besar itu adalah Masjid Nabawi, salah satu masjid yang
dibangun oleh Rasulullah saat hijrah, sekaligus tempat peris-
tirahatan terakhirnya. Di sana, kita akan shalat berjamaah se-
lama di Madinah. Shalat berjamaah di sana mendapat kebaikan
1.000 kali lipat dibandingkan shalat berjamaah di masjid lain.”
Aku terdiam mendengar penjelasan Ustad Dede. Kutatap
masjid megah itu dari balik kaca busku. Lekat dan semakin
lekat. Allahu Rabb, nikmat Engkau yang mana lagi yang akan
hamba dustakan? Atas izin-Mu, sekarang hamba merasa begitu
dekat dengan kekasih-Mu, Rasulullah Saw.
Tanpa mampu kutahan, aliran bening menganak-sungai
dari kedua mataku. Dadaku berdegup kencang. Pertemuan de-
ngan kekasih hati rasanya semakin dekat ….
Bersamaan dengan berkumandangnya azan zuhur dari
Masjid Nabawi, kami pun menginjakkan kaki di Hotel Dallah
Taibah, sekitar 300 meter dari Masjid Nabawi. Aku berjalan
digandeng Ibu karena kaki yang masih kaku. Setelah mendapat
kamar, kami pun langsung beristirahat. Seorang teman sekamar
yang biasa kupanggil Mamah Dedeh, langsung menuju Masjid
Nabawi, mengambil air zamzam, untuk dibalurkan ke kakiku.

www.boxnovel.blogspot.com
Mencumbu Tanah Suci 253

Dan atas izin Allah, aku kembali bisa berjalan normal. Segala
puji hanya milik-Mu, Rabb.
Sore harinya, selepas ashar, Ustad Basyuni yang menemani
kami selama di Madinah mengingatkanku untuk bersiap-siap
ke rumah sakit. Hari itu, Sabtu 16 Maret 2013, adalah jadwal
cuci darahku di Kidney Center RS King Abdul Azis. Sekitar pukul
4 sore, aku pun berangkat menuju rumah sakit ditemani Ustad
Basyuni, Ibu, dan Bapak dengan menumpang taksi.
Sesampainya di sana, Ustad Basyuni langsung mengurus
administrasiku, menyerahkan Surat Travelling Dialysis, hasil la-
boratorium, dan pasporku ke pihak Kidney Center. Tak sampai
satu jam, aku pun langsung masuk ruang cuci darah, ditangani
Miss Liu, seorang muslimah cantik berjilbab kuning. Dari ku-
lit putih dan mata sipit serta logat bahasa Inggrisnya yang
khas, aku menebak ia seorang muslimah berdarah Tiongkok.
Selama 3,5 jam, aku menjalani cuci darahku, tak seorang pun
yang menyapaku. Hanya Miss Liu yang sesekali menanya-
kan kondisiku. Dokter yang bertugas pun hanya lewat dan
tersenyum. Menjelang jam kedua, aku disuguhi menu nasi bri-
yani lengkap dengan lauk dan buah. Dan, menjelang HD ber-
akhir, ada OB menghampiriku menawarkan segelas teh atau
susu.
Sesaat sebelum HD-ku usai, seorang bapak yang kuduga
berasal dari Pakistan atau Afghanistan, lebih dahulu selesai di
samping ranjangku. Kuperhatikan langkahnya saat ia beranjak
keluar, barangkali ada pembayaran atau biaya administrasi yang
harus dituntaskan. Ternyata, tidak. Semuanya gratis, tanpa se-
peser pun biaya. Alhamdulillah.

www.boxnovel.blogspot.com
254 Allah Baik Banget sama Aku

Esok paginya, kami menyusuri jalanan Madinah, menapaki


jejak-jejak sejarah Rasulullah. Yang paling berkesan bagiku
adalah shalat dua rakaat di Masjid Quba. Masjid pertama yang
dibangun Rasulullah saat hijrah ke Madinah. Terdiam aku sesa-
at setelah shalat di sana, terbayang perjuangan Rasulullah dan
sahabat membangun masjid di kota yang baru mereka singgahi.
Mataku basah, terbayang kelelahan dan perjuangan mereka.
Hari ketiga, perjuangan memasuki Raudhah coba kulewati
bersama Ibu dan Neng Lucky, gadis sulung Ibu. Mengantre,
duduk, berdiri, kadang berdesakan dengan ribuan muslimah
bertubuh lebih besar dan lebih kuat dariku. Tanpa sarapan,
hanya ditemani segelas air zamzam. Mengantre sejak pukul 7
pagi hingga pukul 11 siang, akhirnya atas izin Allah, kuinjakkan
kakiku di karpet hijau, titik tengah antara mimbar dan makam
Rasulullah Saw. Rabb, akhirnya hamba berada di titik terdekat
dengan kekasih-Mu. Tak terbendung air mataku mengalir ber-
sama rintihan doa, memohon kebaikan dunia akhirat.
Malam dan esok paginya, kumanfaatkan dengan berlama-
lama di Masjid Nabawi. Melepas rinduku pada Rasulullah Saw.
di malam terakhirku di Madinah.
Esok harinya, kami diminta bersiap-siap memasuki acara
inti ibadah umrah: thawaf dan sa’i di Masjidil Haram, Makkah.
Kami diminta membersihkan diri dan memakai pakaian ihram.
Ustad Dede yang sedang berada di Makkah menelepon Ustad
Basyuni, mengingatkanku agar memakai kursi roda saat sa’i.
Namun, aku menolaknya. Aku ingin berusaha jalan sendiri,
begitu di perjalanan tidak kuat, baru memanfaatkan fasilitas
kursi roda.

www.boxnovel.blogspot.com
­

www.boxnovel.blogspot.com
256 Allah Baik Banget sama Aku

kir memuji Rabb-nya tanpa henti. Segala hal yang menyesak


di dada mendadak menguap bersama kalimat talbiyah yang
mengalun syahdu dari bibirku. Selepas 7 kali putaran berthawaf,
kami tegakkan shalat dua rakaat di dekat maqam Ibrahim, me-
nangis haru bersama-sama rombongan di sana.
Sesaat kemudian, kami berjalan melewati sumber mata air
zamzam, sejenak mengambil air minum di sana, dan langsung
menuju Bukit Shafa. Dari sana, kami berjalan beriringan, ka-
dang berdesakan, menuju Marwah, balik lagi ke Shafa, begitu
seterusnya hingga 7 kali bolak-balik. Segala puji hanya milik
Allah yang telah memberiku kekuatan menuntaskan sa’i tanpa
kursi roda. Meski lelah luar biasa menderaku, bekal air zamzam,
kurma, dan permen tak henti jadi dopingku selama perjalanan.
Alhamdulillah, tuntas juga kupenuhi rukun umrahku, ditutup
dengan tahalul berempat bersama Ibu, Neng Lucky, dan Ma-
mah Dedeh.
Tuntas semua rukun umrah, pukul 4 pagi kami kembali ke
hotel. Kelelahan memaksaku tidur di hotel selepas Shalat Shu-
buh.
Sementara rekan-rekan lain mendapat agenda bebas sa-
tu hari, aku sudah harus bersiap-siap menuju rumah sakit pu-
kul 5 sore. Kali ini, hanya Ustad Basyuni yang mengantarku
menggunakan taksi. Dalam kondisi drop, aku sampai di rumah
sakit. Faktor kelelahan dan pola makan yang kurang baik mem-
buat kondisi tubuhku mulai bermasalah. Aku juga terlalu me-
nikmati air zamzam yang supersegar sehingga cairan bertum-
puk di badanku. Dalam kelelahan yang teramat sangat dan
kepala yang puyeng minta ampun, aku diminta menunggu di

www.boxnovel.blogspot.com
Mencumbu Tanah Suci 257

Ruang Tunggu hingga pukul 9 malam. Rupanya, jadwal lumayan


penuh malam itu. Akhirnya, aku tertidur di bangku tunggu khu-
sus wanita.
Tepat pukul 21, aku masuk dan mulai proses HD. Kali ini,
perawat yang menjagaku adalah seorang lelaki Arab. Hmmm,
namanya aku lupa lagi. Tapi, begitu aku masuk, ia langsung ber-
tanya ramah, “Do you speak English?”
“Yeah,” jawabku.
“Oh, ... good!”
“What is your weight?” Ia menanyakan berat badanku.
“52,2 kg.”
“In Madinah?”
“50 kg.”
“Ok. I will take 2.700 ml.”
“3,000, please,” aku mulai menawar penarikan cairanku.
“No, sorry,”* ujarnya agak galak.
“I drank too much zamzam water. I feel something wrong
with my body. Give me 3.000, please ….” kali ini aku merengek.
“Hmmmm … OK, I’ll give you three. Just don’t tell anybody,
OK?“ Ia tersenyum padaku, matanya berjaga, tampak khawatir
ada yang melihat.
Aku tersenyum, mengangkat dua jariku, berjanji padanya.
Dan malam itu, aku menjalani HD selama hampir 3,5 jam
dengan penarikan cairan 3.000 ml. Berkaca saat di Madinah aku
mendapat konsumsi, malam itu aku tidak membawa makanan

* Peraturannya, penarikan cairan = kenaikan berat badan + 500 ml. Biasanya, penarikan cairan
pasien baru memang harus sesuai aturan. Penarikan cairan yang kurang mengakibatkan pe-
numpukan cairan di tubuh; sebaliknya, jika kelebihan, bisa menyebabkan dehidrasi. Perawat itu
tampaknya khawatir ditegur dokter karena penarikan 3.000 ml melebihi aturan seharusnya.

www.boxnovel.blogspot.com
258 Allah Baik Banget sama Aku

ataupun air minum di tasku. Ternyata, HD di Makkah aku tidak


mendapat jatah konsumsi. Menjelang jam ketiga, aku kehausan,
mulutku kering. Aku meminta tolong penunggu pasien sebelah
yang berasal dari Surabaya, ia tengah mengantar ibunya yang
cuci darah. Mereka juga jamaah umrah. Karena malam sudah
larut, tak ada yang berjualan. Akhirnya, lelaki seusiaku itu mem-
berikan air minum miliknya.
Malam itu, pukul satu dini hari, aku pulang ke hotel, di-
jemput Ustad Basyuni dan temannya. Entah karena kelelahan
atau kondisiku memang sedang tak nyaman, hingga esok pa-
ginya, aku masih belum merasa fit. Tampaknya, tensiku drop.
Saat mengikuti city tour hari itu, keringat dingin membanjiri
tubuhku, mataku berkunang-kunang, badanku tak nyaman
berasa hampir pingsan. Aku pun memutuskan tidak turun
dari bus, hanya menatap tempat-tempat bersejarah itu dari
dalam bus, termasuk tempat pertemuan Nabi Adam dan Siti
Hawa, Jabal Rahmah. Padahal, sungguh, aku teramat ingin ke
sana dan berdoa di sana. Mudah-mudahan, Allah memberikan
kesempatan yang lain.
Malam Jumat, kondisiku sudah mulai fit, kuhabiskan waktu
di Masjidil Haram sejak ashar hingga isya. Esok paginya, aku
datang qabla Shubuh. Tak lagi kebagian di lantai satu meski
aku datang lebih awal. Ternyata, orang lain jauh lebih rajin da-
riku. Kuhabiskan waktuku untuk i‘tikaf di sana, menuntaskan
bacaan Surah Al-Kahfi di Jumat pagi yang cerah itu. Berlama-
lama duduk di dekat pagar memandang Baitullah dari dekat.
Berharap, suatu saat, bisa datang kembali bersama Mimih dan

www.boxnovel.blogspot.com
­

www.boxnovel.blogspot.com
260 Allah Baik Banget sama Aku

nya menatap koyo putih itu bagai tengah antre di kakiku. Ibu
pun tertawa melihat tampilan kakiku malam itu, he ... he.
Dan, kembali kumulai perjalanan panjang. Menjelang pagi
dari Bandara Jeddah dengan maskapai Etihad sampai di Abu
Dhabi, transit sebentar, dilanjut dengan perjalanan lebih dari
sepuluh jam menuju Bandara Changi Singapura. Sampai di
Bandara Changi pukul 9 malam. Berhubung tak ada pesawat
dari Changi ke Jakarta malam itu, kami terpaksa menginap di
Bandara Changi. Ada banyak kisah seru di sana. Satu hikmah
seru yang kami dapat dari tragedi ketinggalan pesawat saat
berangkat itu adalah bermalam di Changi. Paling tidak, meski
tak direncanakan, akhirnya kami pernah juga singgah di Singa-
pura. Anggap saja bonus jalan-jalan dari Allah meski lelah me-
nyelisik di tubuh kami.
Esok paginya, dengan Lion Air kami menuju Jakarta. Dari
Soekarno-Hatta, kami langsung menyusuri jalanan Jakarta-Ci-
rebon. Tuntas sudah perjalanan panjang 9 hari kami. Tuntas su-
dah memenuhi undangan Pemilik jiwa raga kami. Meski lelah
menekan tubuh kami, jiwa yang terang bersinar di hati kami.
Perjalanan luar biasa yang memberi makna, menguji kesabaran,
menguras keringat dan air mata. Semoga, semua tarbiah Allah
yang kami jalani selama 9 hari itu akan membuat kami menjadi
manusia yang jauh lebih baik, jauh lebih bermakna.
***

P agi berikutnya, aku terbangun dengan kesadaran baru,


aku harus kembali ke rutinitasku. Banyak amanah yang
harus kutunaikan di sini. Rabb, sungguh, Tanah Suci-Mu begitu
memesona, terlalu indah untuk dilukiskan dengan kata-kata.

www.boxnovel.blogspot.com
Mencumbu Tanah Suci 261

Kenangannya selalu mampu mengikat hati, meski sudah sekian


lama raga ini berpisah jarak dengannya. Benarlah bahwa haji dan
umrah hanyalah sebuah persinggahan untuk mengistirahatkan
jiwa-jiwa yang lelah. Pertarungan hidup yang sesungguhnya
ada di sini, di tempat Engkau izinkan kami menetap.
Meski demikian, kedamaian Makkah dan Madinah tetaplah
menjadi candu bagi kami. Rindu kembali ke sana ... teramat
rindu ....[]

www.boxnovel.blogspot.com
Allah Baik Banget
sama Aku

A ku terdiam menatap serombongan murid taman ka-


nak-kanak yang bermain bersama di lapangan bola.
Tanpa dikomando, para lelaki dan gadis kecil itu berkumpul
melingkar di tengah lapangan. Ada yang duduk diam, ada yang
berdiri sambil menengadah, ada yang sujud tersungkur, ada yang
memohon, ada yang meraung, dan yang acuh tak acuh seperti
tak peduli pada lingkungan sekitar. Beberapa saat kemudian,
dari atas tampak turun balon-balon indah berwarna-warni, be-
terbangan menuju arah anak-anak itu. Suasana menjadi riuh
rendah. Semua berebut, ada yang berlari mengejar dan mem-
peroleh balon indah itu. Ada yang meloncat menggapai balon.
Ada yang tanpa bergerak, mampu meraih balon. Bahkan, ada
yang acuh tak acuh dihampiri begitu saja oleh balon. Semua
tampak bahagia mendapatkan balonnya masing-masing.
Tapi, hey, ada anak yang belum kebagian balon! Masih ada
3 balon yang melayang-layang tak jua mendekat. Dan tentu
saja, ada 3 anak yang terdiam tak kebagian. Anak pertama te-
tap ceria dan tak peduli pada balonnya yang belum tergapai
itu. Ia tampak bergabung dengan teman-temannya yang sudah
memiliki balon masing-masing. Anak kedua, awalnya terlihat
bersedih, kemudian ia tersenyum sambil mengeluarkan mainan

www.boxnovel.blogspot.com
Allah Baik Banget sama Aku 263

lain dari dalam tasnya dan mulai asyik bermain bersama teman-
temannya. Sementara, anak ketiga terus menangis. Ia menatap
balonnya yang masih melayang. Ah, tak tega rasanya melihat
gadis kecil itu menangis, memohon sambil kadang meloncat
berusaha menggapai balon yang tak juga mendekatinya.
Kudekati gadis kecil yang terus menangis itu, kutanya per-
lahan, “Kenapa, Nak? Kok menangis terus?”
“Aku mau balon itu. Allah tak adil padaku. Semua temanku
diberi balon, aku tidak.”
“Tapi, ada temanmu yang belum dapat, dan mereka tetap
ceria,” ujarku.
“Aku tak peduli! Pokoknya, aku mau balon itu!” sahut si
gadis kecil, merengek menunjuk balon warna kuning yang ma-
sih melayang.
Aku tersenyum sambil mengecup rambut berkuncir dua-
nya.
“Kenapa harus yang kuning? Tuh, liat kan, ada balon yang
lebih mudah dijangkau.”
“Tidak, aku mau yang kuning!” Gadis kecil itu masih terus
menangis.
Hingga kemudian, mendekatlah teman-temannya yang lain.
Ada yang mengajak bermain petak umpet, ada yang mengajak
bermain kejar-kejaran, ada yang mengajak main congkak, be-
kel, sampai ada yang mengajak corat-coret tembok pinggir
lapang. Gadis kecil itu kemudian memilih untuk mengikuti te-
mannya yang mengajaknya bersimpuh di tengah lapang, kem-
bali menengadah, dan berbicara sambil menatap langit. Sesaat
kemudian, tampak ia membuka tasnya dan tersenyum.

www.boxnovel.blogspot.com
264 Allah Baik Banget sama Aku

Tak berapa lama, gadis kecil itu kembali ke arahku. Sebuah


senyuman terus tersungging di bibir mungilnya. Air mukanya
sudah berubah lebih cerah. Aku senang melihatnya. Ia duduk
di depanku. Mengeluarkan mainan dari dalam tasnya. Hey,
ternyata ia punya banyak mainan lain yang tak dimiliki teman-
temannya!
Tiba-tiba, tanpa kutanya, gadis cilik itu bicara, “Aku tadi
mengadu kepada Allah. Kubilang, kenapa tak adil padaku?
Aku belum juga kebagian balon itu sampai sekarang. Kenapa
Allah memberikannya pada orang lain dan tidak padaku? Tak
ada jawaban apa pun dari Allah, kecuali kurasakan tasku te-
rasa berat dan semakin berat. Lalu, saat kubuka, kulihat begi-
tu banyak mainan di sana. Mainan-mainan ini sebenarnya
sudah kubawa dari rumah, tapi aku tak pernah menyadari be-
tapa berartinya mainan ini untukku. Aku tak pernah mau me-
rawatnya. Padahal, ini adalah mainan-mainan bagus yang tak
dimiliki teman-temanku.
“Mulai sekarang, akan kurawat baik-baik mainan-mainanku.
Aku ingin berterima kasih kepada Allah yang telah memberiku
banyak mainan, tapi aku juga masih menginginkan balon itu.
Biar Allah yang mengatur kapan akan mendekatkan balon itu
padaku. Bukankah Allah selalu tahu yang terbaik untukku? Ka-
rena, Allah sayang padaku dan semua makhluk-Nya.”
Aku hanya bisa tersenyum melihat gadis kecil yang tak lagi
menangis itu. Aku berbalik meninggalkan gadis kecil itu per-
lahan.
“Tunggu! Bolehkah aku menyampaikan sesuatu?” si gadis
cilik menahanku.

www.boxnovel.blogspot.com
Allah Baik Banget sama Aku 265

Aku mengangguk. “Apa yang ingin kau sampaikan, Nak?”


Gadis itu terdiam menatapku, wajah mungilnya dihiasi se-
nyuman terindah yang pernah kulihat. Matanya menerawang
dan berbinar, sebuah kalimat pendek mengalir dari bibir me-
rahnya. “Allah baik banget sama aku ….”
“Hmmmmmm, syukurlah, akhirnya kau menyadari itu, Nak
….”[]

www.boxnovel.blogspot.com
Karena Lelaki Cahaya
Hanya untuk Perempuan Cahaya

“S aya terima nikahnya Lien Auliya Rachmach binti Salim


kepada saya dengan maskawin seperangkat alat shalat
dibayar kontan ….”
Suara lelaki 37 tahun yang duduk di sampingku, 23 Agustus
2014 itu, langsung meluruhkan air mataku. Perjanjian kukuh
dengan Allah itu diucapkannya dengan suara bergetar, diiringi
isak tangis dari hampir 200 orang yang hadir di Aula Wisma
Permata pagi itu.
Aku tergugu mendapati peran baruku sebagai seorang istri.
Mampukah aku menjadi istri salehah untuknya? Mampukah
aku menjadi perhiasan dunia paling indah baginya?
Pikiranku melayang ke masa satu bulan sebelumnya, tepat-
nya 15 Juli 2014.
***

“T eteh, kalau kita mau ngejodohin Teteh, Teteh mau eng-


gak?” Sebuah BBM singkat pagi itu seperti membuka
asa yang sudah kukubur. Tawaran dari Neng Wina dan Neng Tia,
dua sahabatku dari grup Hidup Ginjal Muda, sukses membuatku
memutuskan kembali berikhtiar menjemput jodoh, setelah
enam bulan sebelumnya kuputuskan untuk menyerah.

www.boxnovel.blogspot.com
Karena Lelaki Cahaya Hanya untuk Perempuan Cahaya 267

Dan, lelaki yang Allah hadirkan saat itu adalah lelaki yang
kukenal di grup Hidup Ginjal Muda setahun sebelumnya. Tak
banyak yang kutahu tentangnya selain ia adalah seorang le-
laki Sunda yang bekerja belasan tahun di negeri Paman Sam.
Allah mengujinya dengan ujian yang sama denganku. Ia men-
jadi pasien hemodialisis di Good Samaritan dan Davita di Ohio,
Amerika Serikat, sejak delapan tahun lalu. Dan sejak 15 Juli
itu, melalui perantara Neng Wina dan Neng Tia, aku dan lelaki
itu memutuskan untuk menjalani proses ta’aruf; proses per-
kenalan untuk memasuki gerbang pernikahan.
Perlahan tapi pasti, kami berdua mencoba saling mengerti.
SMS dan telepon menjadi alat komunikasi kami. Diiringi isti-
kharah dan doa yang terus terlantun, kami berdua senantiasa
berupaya meluruskan niat untuk mencari ridha Allah. Berbekal
niat itulah kami berusaha saling menerima meski tak pernah
berjumpa; saling terbuka meski tak pernah bersua; saling me-
mahami meski tak pernah bertatap muka.
Dalam senyap, masing-masing kami saling bertanya, meng-
apa Allah menyatukan kami? Padahal, rasanya ada banyak cela
dalam jiwa kami. Ada banyak noda dalam perjalanan hidup kami.
Ada banyak dosa dalam tiap helaan napas kami. Mungkinkah
Allah ingin kami bersama agar bisa saling mengingatkan? Agar
bisa saling menyempurnakan?
Setengah bulan setelah itu, kami sama-sama terpana men-
dapati kuasa Allah bekerja sempurna pada hati kami berdua.
Semua keraguan sirna, sebuah keyakinan tumbuh di hati kami,
Sang Sutradara kehidupan sedang menyatukan hati kami. Sang

www.boxnovel.blogspot.com
268 Allah Baik Banget sama Aku

Pemilik jiwa sedang menyatukan jiwa-jiwa kami yang tak sem-


purna dalam satu ikatan hati.
Setengah bulan kemudian, 30 Juli 2014, untuk pertama ka-
linya Allah mempertemukan kami secara langsung. Ia dan ke-
luarganya datang menemui keluargaku. Bertanya, siapkah aku
menjalani hidup bersamanya? Siapkah aku menghabiskan sisa
usia berdua dengannya? Kujawab pelan saat itu, “Karena niat
kami sejak awal hanyalah untuk mencari ridha Allah, maka jika
memang Allah meridhai, insya Allah saya siap.”
Pagi itu, Sabtu 23 Agustus 2014, ia duduk di sampingku,
membuktikan janji-janjinya padaku dan pada Rabb-nya bahwa
apa pun kondisinya, ia tak akan mundur; bagaimanapun ke-
adaannya, ia tak akan menyerah. Ia terus berjuang demi keber-
samaan kami berdua. Ia ucapkan perjanjian kukuh di hadapan
Allah, perjanjian yang mengikat kami menjadi sepasang suami-
istri.
***

T eringat aku akan nasihat salah satu guruku suatu masa.


Rumah tangga itu seperti gunung, dari jauh terlihat be-
gitu indah, tapi saat kita berjuang mendakinya, kita akan te-
mui jalan-jalan terjal yang sangat mungkin menghancurkan
hidup kita. Namun, jika kita mampu bertahan dan terus
berjuang, maka akan kita temui keindahan di puncaknya. Da-
lam kebersamaan kami selama dua minggu terakhir ini, aku
belajar bahwa pernikahan bukan sekadar tentang tangan yang
bisa digenggam, bukan hanya tentang bahu tempat bersandar,
bukan hanya tentang tawa ceria saat bersama, bukan hanya
tentang bagaimana kita harus menjadi kuat saat pasangan kita

www.boxnovel.blogspot.com
Karena Lelaki Cahaya Hanya untuk Perempuan Cahaya 269

lemah. Pernikahan adalah juga tentang bagaimana kami ber-


juang untuk menjadi suami saleh dan istri salehah, agar ridha
Allah senantiasa mengiringi kebersamaan kami berdua.
Pagi ini, 4 September 2014, tepat 35 tahun Engkau izinkan
aku bernapas di dunia-Mu, Rabb. Tak ada kata yang layak ter-
ucap selain syukur pada-Mu. Segala puji hanya milik-Mu. Teri-
ma kasih sudah menghadirkannya untukku. Seorang imam te-
gas berhati lembut yang pernah kuminta pada-Mu. Seorang
lelaki yang terus berjuang mencintaiku karena-Mu. Seorang
lelaki yang terus berusaha menjadi lelaki cahaya. Bersamanya
membuatku terus belajar mencintai karena-Mu. Bersamanya
membuatku terus belajar menjadi perempuan cahaya. Karena
lelaki cahaya hanya untuk perempuan cahaya.
Pagi ini, izinkan kutuliskan kalimatku untuknya. Kalimat
yang tak cukup mampu kuucapkan langsung di hadapannya.
Kalimat yang semoga menjadi pengingat bagi kami berdua bah-
wa kami bersama karena Allah, semoga kebersamaan ini akan
kekal hingga di jannah-Nya. Allâhumma âmîn.

www.boxnovel.blogspot.com
270 Allah Baik Banget sama Aku

Saat mengenalmu setahun yang lalu


Tak terpikir untuk menjadi sedekat ini
Terlalu banyak beda di antara kita, rasanya.
Kemudian, skenario Allah berjalan atas hidup kita
Allah mengizinkan kita bicara berdua
Bukan tentang aku
Bukan tentang kau
Tapi tentang kita
Tentang komitmen untuk menghabiskan sisa usia kita, bersama.
Saat itu, kita saling bertanya mengapa Allah menyatukan kita?
Padahal, aku tak sempurna, ujarmu
Mungkin, karena aku juga tak sempurna, jawabku
Aku hanya lelaki penuh noda yang sedang berusaha
menjadi saleh, katamu
Pun, aku hanya perempuan penuh cela yang sedang berusaha
menjadi salehah, bisikku.
Kini, setelah kau eja namaku dalam perjanjian kukuh
di hadapan Allah
Mari kita yakinkan hati kita berdua
Bahwa kita akan saling mencinta karena-Nya
Bahwa kau akan terus berjuang menjadi lelaki cahaya
Seperti aku yang akan terus berusaha menjadi perempuan cahaya
Karena lelaki cahaya hanya untuk perempuan cahaya.
Diana Nurdiansyah,
Aku mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya
Semoga Allah menyatukan kita dalam Pinangan Cahaya,
senantiasa

www.boxnovel.blogspot.com
www.boxnovel.blogspot.com
Di antara hatimu hatiku terbentang
mesin yang tinggi ....

www.boxnovel.blogspot.com
Keping Keberkahan
Sebuah Penutup

Demikianlah, kita harus selalu memiliki harapan


karena harapan adalah sumber kekuatan, sumber motivasi,
pemberi makna atas semua amal dan penghibur dalam kesedihan.
Maka, apakah yang mampu membuat para pejuang
bersedih dan melemah
sementara Allah Swt. memberikan jaminan baginya?
—Anonim

T ak pernah terbayang apa pun di benakku saat suatu siang


2010 kulihat buku bersampul oranye berjudul Catatan
Cinta Istri di sebuah toko buku di Bandung. “Kisah Nyata Per-
juangan Seorang Istri Mendampingi Suami Gagal Ginjal dan
Cangkok Ginjal” di sampulnya menyedot perhatianku. Tak per-
nah kuduga jika empat tahun kemudian, aku bertemu dengan
sang penulis, di sebuah hotel di Bandung, tak jauh dari toko
buku tempatku menemukan buku itu. Ia seorang wanita Aceh
yang ramah, penuh semangat, dan jauh lebih cantik dari yang
kubayangkan.
Tak pernah terbayang apa pun pula saat kulihat promo
buku baru berjudul 4 Ginjal di Tubuhku empat bulan sebelum
saat ini. Buku tentang perjuangan bapak dua anak menjalani

www.boxnovel.blogspot.com
274 Perempuan Cahaya

dua kali cangkok ginjal itu membuatku penasaran. Tak kuduga


jika beberapa bulan kemudian, aku bersama-sama dengan sang
penulis, berjalan-jalan menikmati udara Lembang. Ia seorang
lelaki Batak sederhana yang lembut dan sangat Nyunda.
Senin, Juni 2014, adalah hari yang luar biasa bagiku. Aku
diundang Pak Basyrah Nasution dan Bu Sari Meutia datang ke
Bandung bersama Mimih. Bu Sari adalah penulis Catatan Cinta
Istri, sedangkan Pak Basyrah adalah lelaki yang dikisahkan
Bu Sari dalam bukunya dan sekaligus penulis buku 4 Ginjal
di Tubuhku. Mereka berdua meluangkan Senin pagi mereka
untukku dan Mimih. Mereka berdua meninggalkan seluruh
agenda padatnya sekadar untuk melihat senyum terukir di
bibirku dan bibir Mimih.
Dalam perjalanan menuju Lembang pagi itu, kami ber-
bincang hangat tentang banyak hal. Tentang Mimih yang tak
bisa meninggalkan warungnya terlalu lama, tentang caraku
bertahan cuci darah sembilan tahun, tentang pengalaman Pak
Basyrah cuci darah, tentang Husein dan Ravi, dua buah hati
mereka, tentang keluarga besar kami, dan tentang pentingnya
doa dalam hidup kami. Kami berbincang layaknya 4 orang sa-
habat yang sudah saling mengenal sejak lama. Padahal, seumur
hidup, baru hari itu kami bertatap muka.
“Alhamdulillah, Mimih nambah anak di Bandung,” seloroh
Mimih, diiringi senyum tulus Bu Sari dan Pak Basyrah. Hari itu,
Allah mengikat hati kami dalam ikatan ukhuwah.
“Mimih emut ka warung henteu?”* tanya Pak Basyrah lem-
but.

* Mimih, ingat warungnya, nggak?

www.boxnovel.blogspot.com
Keping Keberkahan 275

“Henteu. Asa nuju di Mekkah, teu emut nanaon,”* jawab


Mimih. Senyum mengembang di bibirnya. Kami pun tertawa
bersama.
Menjelang siang, kami berkeliling Floating Market, duduk
di meja pendek sambil menikmati ketan bakar dan colenak.
Di sana, kami bicara panjang lebar tentang pengalaman trans-
plantasi ginjal Pak Basyrah. Begitu detail dan lengkap, pasangan
suami istri itu menjelaskannya kepadaku dan Mimih. Rasanya,
semua informasi itu memenuhi satu ruang kosong di hatiku,
ruang yang tiba-tiba saja berenergi, ruang yang tiba-tiba saja
mengembuskan harapan baru. Kulirik Mimih yang duduk di
sampingku, matanya berbinar, ada harapan terpancar di sana.
“Sekarang, Lien cari aja dulu donornya, ya. Masalah dana,
nanti juga ada jalannya. Insya Allah akan dimudahkan kalau
sudah rezekinya.” Kalimat Bu Sari yang tegas dan selalu optimis-
tis menutup kebersamaan kami di Floating Market Lembang
siang itu.
Sore harinya, di kantor Mizan, selepas presentasiku tentang
gagal ginjal dan cuci darah, Bu Sari yang juga memegang ama-
nah sebagai CEO Mizan Pustaka menutup acara berbagi di Exe-
cutive Forum dengan kalimat panjang yang tak kan kulupa,
“Mohon doa dari semuanya, semoga Allah memudahkan. Saya
sedang berharap sebuah rencana baik untuk wanita muda di
samping saya ini. Saya berharap bisa menemaninya. Saya ingin
dia merasakan kebahagiaan seperti yang pernah saya rasakan
saat suami saya terbebas dari keluhan tubuhnya.”

* Enggak, serasa sedang di Makkah, nggak ingat apa-apa.

www.boxnovel.blogspot.com
276 Perempuan Cahaya

Aku terdiam tanpa kata. Tak menyangka, kalimat tulus de-


ngan deraian air mata itu akan keluar darinya, wanita yang baru
mengenalku beberapa hari. Ia bicara tentang keinginannya me-
nemaniku transplantasi ginjal. Harapan baru yang belum lama
bertunas, sore ini mendadak mekar.
Dalam diam, aku terhanyut dalam lamunanku tentang ma-
sa lalu. Teringat Monalysa, seorang teman yang melalui dia
Allah menghadiahiku film Membirukan Langit. Menjelang per-
pisahan kami suatu sore di pengujung Mei 2009, Mona berbisik
padaku, “Lien, aku yakin, suatu saat, kamu akan mengabariku
bahwa kamu baru transplantasi ginjal. Entah kapan dan dari
mana jalannya, tapi aku yakin akan ada jalan.”
Tiba-tiba teringat pula pada daftar mimpi dan harapan yang
kutuliskan ketika aku memutuskan mengikuti bisnis jaringan.
Aku menuliskan transplantasi ginjal di nomor 1, umrah di no-
mor 2, laptop baru di nomor 3. Beberapa bulan kemudian, se-
jak aku menuliskan mimpi itu, Allah memberiku rezeki untuk
membeli laptop baru. Setahun yang lalu, tepatnya Maret 2013,
Allah juga sudah menjawab mimpiku untuk berangkat umrah.
Akankah ini saatnya Allah menjawab mimpi pertamaku melalui
pertemuanku dengan Bu Sari dan Pak Basyrah? Akankah Allah
membukakan jalan melalui kebersamaan kami hari itu?
Sore itu menjadi saksi berseminya tunas harapan di hatiku.
Harapan yang dahulu kusimpan baik-baik kini ingin kubagi.
Harapan untuk mencipta senyum di hati orang-orang tercinta.
Harapan untuk kualitas hidup lebih baik dan lebih bermanfaat
bagi sesama.

www.boxnovel.blogspot.com
Keping Keberkahan 277

Jika kelak Allah mengizinkan harapan itu menjadi nyata,


maka semoga kehadiran ginjal baru bagi tubuhku bisa men-
jadi keping keberkahan bagi mozaik kehidupanku. Keping ke-
berkahan yang akan menjadikan hidupku lebih bermakna dan
berkah. Hingga kelak, jika aku sampai pada akhir usiaku, gin-
jal baruku akan menjadi saksi kebaikan dan pengantar bagi
mimpi terindahku: menemui Rabb-ku dalam keadaan husnul
khatimah.
Namun, jika ternyata Allah punya rencana lain untukku,
maka akan kuyakini sebagai kebaikan untukku. Bagiku, terlepas
dari apa pun skenario Allah kelak, pertemuanku dengan Bu
Sari dan Pak Basyrah Senin pagi itu sudah menjadi keping ke-
berkahan itu sendiri. Banyak hikmah dan pelajaran hidup yang
kudapat dari mereka berdua, meski hanya dalam hitungan jam
kami berjumpa.[]

www.boxnovel.blogspot.com
Sempurna Sudah ...

“S ekarang Mimih sudah punya anak di Bandung.”


Terngiang kembali ucapan Mimih kala mengenang
pertemuan kami pada Mei 2014. Begitu bahagianya Mimih saat
saya mengundangnya dan Lien untuk datang ke Bandung dari
kota tempat tinggal mereka di Kuningan, pada Mei itu.
Sebelumnya, Lien berkenalan dengan saya lewat Facebook.
Lien bercerita bahwa dia sudah membaca buku saya berjudul
Catatan Cinta Istri dan buku suami saya, 4 Ginjal di Tubuhku.
Lien ingin, saya membaca naskah yang dia tulis tentang kisah
hidupnya. Terus terang, sudah lama saya tidak secara langsung
membaca naskah-naskah yang masuk karena ada tim redaksi
yang mengerjakannya. Tapi, saat menerima naskah Lien, saya
terhanyut. Saya langsung ingin bertemu dengan perempuan
luar biasa ini. Perempuan yang sudah menjalani hidup sebagai
pasien cuci darah selama sepuluh tahun.
Sepanjang perjalanan melancong ke kawasan wisata di Lem-
bang yang cerah pada Mei itu, kami berbicara akrab layaknya
sudah saling mengenal bertahun-tahun. Saya dan suami men-
dorong Lien untuk tetap semangat dan segera membangun
harapan untuk dapat menjalani cangkok ginjal. Saya memom-
pakan semangat ini karena saya tahu bahwa pasien gagal ginjal
dapat memanfaatkan layanan kesehatan BPJS untuk cangkok

www.boxnovel.blogspot.com
Sempurna Sudah ... 279

ginjal. Saya begitu bersemangat menumbuhkan asa pada wa-


nita muda yang tabah luar biasa ini. Penderitaannya bisa saya
rasakan karena saya menyaksikan hari-hari suami saya saat dia
menjadi pasien cuci darah.
Wajah Mimih berbinar dan sekali-sekali merespons dengan
bahasa Sunda. Mimih berusaha mencerna segala informasi da-
ri suami dan saya dengan harapan Lien bisa sehat seperti suami
saya. Lien bertindak sebagai penerjemah karena bahasa Sunda
saya sangat tidak bisa diandalkan.

***

Hari-hari menjalani cuci darah bukanlah hari yang mudah bagi


penderita gagal ginjal seperti Lien. Berbagai keluhan kerap
hinggap. Sesak napas karena kelebihan cairan, kram karena
kekurangan cairan, tensi meninggi, lemah karena Hb rendah,
dan kulit menghitam adalah sebagian kecil penderitaan pasien
gagal ginjal. Namun, bagi Lien, semua penderitaan ini tak
menghalanginya untuk berkarya.
Hobi menulis Lien membuat perhatiannya pada penderi-
taan sedikit terangkat. Lien adalah salah satu wanita penuh
optimisme yang saya kenal. Dari halaman-halaman buku ini,
pembaca bisa mengetahui banyaknya kegiatan yang dia laku-
kan selama menjalani hari-hari cuci darah. Menulis buku statis-
tik dia kerjakan, bekerja pada kantor konsultan psikologi ia la-
koni. Menulis dan memotivasi sesama pasien dia jalani. Lien
juga menjadi agen MLM hingga menjadi ibu kos. Padahal, jarak
tempuh dari rumah ke rumah sakit tempat cuci darah cukup
jauh, Kuningan ke Cirebon. Selain sikap optimistis, Lien juga ta-

www.boxnovel.blogspot.com
280 Perempuan Cahaya

bah dan tawakal. Orang yang bersama Lien akan menangkap


sikap-sikap positif ini.
Melihat riwayat pendidikannya, orang akan menilai Lien
wanita cerdas. Lien lulus cum laude dari Jurusan Statistik Uni-
versitas Padjadjaran. Satu kali, Mimih bercerita bahwa Lien se-
lalu berprestasi di sekolahnya, terbukti dengan banyaknya piala
yang pernah dia raih selama masa sekolah. Mendengar ini, Lien
tersipu dan seolah ingin meralat ucapan Mimih agar tidak di-
sampaikan kepada kami, perihal prestasi sekolahnya.
Sikap optimistis, tabah, dan tawakal digabungkan dengan
bekal pendidikan membuat Lien mewujud menjadi wanita
tangguh mandiri yang tidak menjadikan sakitnya sebagai alas-
an untuk dikasihani. Satu saja lagi cita-citanya yang belum ter-
wujud, yakni menyempurnakan agamanya dengan menikah.
Tuhan mengabulkan doa Lien. Dua bulan setelah pertemu-
an kami, Lien menyampaikan kabar gembira. Seorang lelaki
Sunda yang lama bermukim di Amerika Serikat melamar untuk
memperistri Lien. Lien hanya mengenal calon suami lewat dunia
maya. Itu pun perkenalan sesama pasien gagal ginjal. Namun,
Tuhan berkehendak mempersatukan mereka. “Insya Allah Bu,
bulan Agustus Lien mau menikah,” tulisnya lewat pesan pen-
dek. Saya yang sudah mengagendakan ingin bersilaturahmi ke
tempat Lien di Kuningan, segera mengatur waktu berkunjung
agar tepat pada hari pernikahannya.
Sabtu, 23 Agustus 2014, adalah hari besar buat Lien. Hari
yang ia idam-idamkan untuk menyempurnakan agamanya.
Saya tak kuat menahan haru menyaksikan akad pernikahan
Lien. Sepasang insan pasien gagal ginjal tengah mengikat janji

www.boxnovel.blogspot.com
Sempurna Sudah ... 281

www.boxnovel.blogspot.com
282 Perempuan Cahaya

dupan, tentang rasa syukur. Bagi saya pribadi, Lien adalah ins-
pirasi.
Sempurna sudah agamamu, sempurna sudah pencucian
segala khilafmu, sempurna sudah pelayananmu. Sang Maha-
kasih dan Sayang menjemputmu agar berada di haribaan-Nya.
Bersama-Nya, Lien tak akan pernah lagi merasakan derita seke-
cil apa pun. Sang Pengasih dan Penyayang akan mengasihi dan
menyayangimu. Insya Allah.

Sari Meutia, 13 Desember 2014

www.boxnovel.blogspot.com
Lampiran

Andai Lebih Dekat, Andai Ada Tempat*


(Secercah Asa Pasien Cuci Darah Terhadap Pemerintah Jawa Barat)

Sabar itu tak berbatas


Karena batas dari sabar adalah ketidaksabaran
Ikhlas itu tak berbatas
Karena batas dari ikhlas adalah ketidakikhlasan

I tulah sekelumit kata yang selalu menjadi bekal perja-


lananku sepanjang 35 km setiap hari selasa pagi dan
Jumat siang dari kota kelahiranku, sebuah kota kecil bernama
Kuningan yang sepi, menuju Kota Cirebon yang penuh hiruk
pikuk. Bukan untuk berlibur, bukan untuk menikmati nasi
jamblang dan empal gentong istimewa, dan bukan pula un-
tuk window shopping di mal-mal yang ramai, tapi menuju
sebuah ruangan kecil yang begitu senyap di salah satu sudut
rumah Sakit Gunung Jati Cirebon.
di ruangan itu, aku menghabiskan waktu lebih dari 8 jam
setiap minggu untuk mempertahankan kualitas hidupku,

* Tulisan ini pernah diikutsertakan dalam Lomba Karya Tulis Unpad Press LPPM Unpad, dan
alhamdulillah, mendapat apresiasi sebagai Karya Tulis Unggulan 1.

www.boxnovel.blogspot.com
284 Perempuan Cahaya

karena organ penting bernama ginjal di bagian dalam tu-


buhku tidak lagi berfungsi baik. ruangan yang rasanya
sudah menjadi rumah kedua bagiku. dua kali dalam satu
minggu aku selalu mengunjunginya 4 tahun terakhir ini.
Bertemu dengan para pengabdi masyarakat bertitel dokter
dan perawat kesehatan yang sudah kukenal dekat seperti
keluargaku sendiri.
sejenak kuhela napas agak panjang, terkadang kebosan-
an menyeruak dalam sanubariku saat kulihat pintu kokoh
putih bertuliskan “ruang hemodialisa” yang siap kumasuki.
Ya, disinilah kujalani proses hemodialisa atau lebih dikenal
dengan istilah cuci darah. memasuki pintu itu seperti me-
masuki rutinitas bagiku. menimbang berat badan, mere-
bahkan diri di atas tempat tidur pasien yang seolah satu
paket dengan mesin kokoh tempat bergantung selang-selang
yang siap menampung aliran darah yang keluar masuk tu-
buhku, mempersiapkan diri untuk merasakan perih saat
jarum besar memasuki tubuhku dan memastikan jarum
itu nyaman berada di bawah permukaan kulitku selama 4
jam, mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai drop
yang mungkin terjadi: mual muntah, dehidrasi, kram, sesak
atau bahkan kehilangan kesadaran, dan tentu saja mem-
persiapkan diri untuk merasakan ngilu saat jarum itu ditarik
keluar dari tubuhku yang menandakan berakhirnya proses
hemodialisa.
seperti layaknya rutinitas, kebosanan terkadang menjadi
bagian tak terpisahkan dari proses cuci darah yang harus
kujalani seumur hidupku. dan kebosanan yang bertumpuk

www.boxnovel.blogspot.com
Lampiran 285

kadang menjadikan aku seperti orang yang tak pernah me-


ngenal kata bernama syukur. Ketidakbersyukuran yang
membuatku merasa jadi orang paling tidak beruntung, ke-
tidakbersyukuran yang membuat seluruh harapanku ter-
hempas dan ketidakbersyukuran yang selalu berhasil me-
renggut seluruh mimpi dan harapan yang kubangun dengan
tertatih.
maka ketika kebosanan menderaku begitu berat, ketika
aku merasa bahwa hidupku hanyalah menjadi beban, bah-
wa dunia sedang tidak bepihak padaku dan bahwa aku
begitu kecil dan lemah dan tak berarti, saat itulah allah me-
nunjukkan padaku berbagai realitas yang membuatku ter-
tunduk malu.
Jumat sore itu, pukul 16.30, aku melangkahkan kakiku
keluar dari ruang hemodialisa ditemani keluargaku. Lang-
kahku terhenti karena hujan begitu deras mengguyur pe-
karangan rumah Sakit Gunung Jati. udara dingin meresap
memasuki pori-pori tubuhku. ah, Kota Cirebon yang biasa-
nya panas dan berdebu kali ini berubah dingin dan sepi. aku
memutuskan duduk di ruang tunggu menanti hujan sedikit
mereda.
Beberapa saat setelah aku duduk, pintu ruang hemo-
dialisa terbuka, seorang ibu berusia sekitar 40 tahun keluar
sendirian sambil memegangi tangan kirinya yang baru se-
lesai ditusuk jarum. ia adalah sesama pasien cuci darah yang
satu jadwal denganku. namanya Bu sunarti.
“Diantar siapa, Bu?” tanyaku.

www.boxnovel.blogspot.com
286 Perempuan Cahaya

“sendiri,” jawabnya dengan suara yang nyaris tak ter-


dengar, suara yang sangat kecil, sekecil tubuhnya yang be-
gitu mungil.
aku menatapnya tak percaya, membayangkan dia dengan
tubuh mungil dan ringkih berjalan sendiri menembus hujan
yang deras dalam kondisi badan yang mungkin tak stabil
seusai cuci darah. yang lebih membuatku semakin perih
adalah saat menyadari bahwa rumah Bu Sunarti tidaklah
berjarak satu atau dua kilometer dari rumah sakit gunung
jati, tapi puluhan kilometer di rajagaluh, Majalengka. tu-
buh mungil dan ringkih itu harus melaluinya dengan meng-
gunakan bus antar-kota selama lebih dari 2 jam tanpa ada
yang menemani. Bagaimana kalau tiba-tiba ia limbung dan
pingsan? Bagaimana kalau darah mengalir dari luka be-
kas tusukan jarumnya? Bagaimana kalau ia mual muntah
dan dehidrasi seperti yang kadang kualami sepulang cuci
darah?
realitas lain bercerita tentang Ibu Caryani. Keceriaan
yang tergambar di wajahnya selalu membuat orang di se-
kitarnya tersenyum. Bahkan aku yang baru satu bulan
mengenalnya sudah merasa begitu dekat dengannya. ya, se-
jak desember 2008, ibu berusia sekitar 40 tahun ini harus
mengantar suaminya cuci darah setiap hari Senin dan Ka-
mis dari rumahnya di daerah jatitujuh, Majalengka.
Sekelumit cerita pernah terlontar dari dirinya saat ka-
mi berbincang siang itu. “Kalau Bapak cuci darah, Ibu meng-
antarnya pake motor. Ibu yang memboncengkan. Sebenar-
nya, takut sih, neng. apalagi kalau harus menyalip mobil-

www.boxnovel.blogspot.com
Lampiran 287

mobil besar, serem banget rasanya. apalagi bawa Bapak


yang habis cuci darah. yang paling takut kalau cuci darahnya
jadwal sore, nyampe rumah kadang jam 7 atau jam 8 ma-
lam. Mana jalanan sepi lagi. ibu jadi selalu menjamak shalat
Maghribnya, nggak berani berhenti di jalan, takut ada yang
berniat jahat,” tutur Bu Caryani masih dengan wajah ce-
rianya, tapi aku menangkap ekspresi yang lain, sebuah eks-
presi kekhawatiran yang tak dapat disembunyikan.
ya, realitas itulah yang membuatku tertampar dengan
firman Rabb-ku, “Dan nikmat Allah yang mana lagi yang
akan kamu dustakan?” (QS ar-rahman [55]: 13). Bagaimana
bisa aku tidak bersyukur padahal aku bisa pulang pergi cuci
darah diantar keluargaku dengan mobil? Padahal, aku masih
bisa menempuh perjalanan satu jam karena jarak rumahku
ke rumah sakit gunung jati tidaklah sejauh jarak rumah
Bu Sunarti dan Bu Caryani. nikmat Rabb-ku yang mana lagi
yang akan aku dustakan?
Kebosanan tak hanya membuatku tak bersyukur, tapi
juga pernah membuatku kehilangan semangat dan asa di
masa-masa awal cuci darahku. adakalanya aku tertegun,
apa yang bisa kulakukan saat itu, di usiaku yang beranjak 25
tahun? di saat teman-temanku sedang merajut mimpi dan
asanya tentang masa depan? maka kemudian allah meng-
ajariku tentang harapan, tentang bagaimana kekuatan se-
mangat mampu menghalau segala rintangan, tentang be-
tapa aku tidak sendirian, dan betapa begitu banyak orang
lain yang seharusnya menangis lebih keras dari tangisku.

www.boxnovel.blogspot.com
288 Perempuan Cahaya

dan allah kembali mengajariku tentang realitas saat


mengenalkanku pada Lisa, anak SmP yang selalu membawa
tas Winnie the pooh saat menjalani 5 tahun cuci darahnya.
atau, nurazizah, anak SmP yang yang tatapan sendunya
selalu menyayat hatiku. ia harus terus menjalani cuci darah
dengan femoral* sampai akhir hayatnya karena tak punya
biaya untuk operasi AV shunt**. atau, aliyah gadis berusia
hampir 20 tahunan yang menjalani cuci darah pertamanya
di arab saudi saat sedang menjadi tKW. aliyah yang hanya
beberapa bulan menjalani cuci darahnya dan tak pernah
datang lagi kemudian, karena tak mampu membiayai ongkos
pulang pergi ke rumah sakit. atau, saat allah mengenalkanku
pada sosok arie ardian yang seusia denganku, walau hanya
melalui buletin dan surat kabar, yang sudah menjalani cuci
darahnya di rs habibie Bandung hampir 14 tahun sejak ke-
las 1 Sma.
menyaksikan semua realitas itu membuatku terpekur,
menyadari betapa aku tidak sendiri, entah berapa banyak
teman-teman seusiaku, adik-adik kecilku atau bahkan anak-
anak mungil yang terenggut kebebasannya karena harus
menjalani rutinitas cuci darah yang tak boleh dilanggar. per-
nahkah mereka juga bosan sepertiku? pernahkah mereka
kehilangan harapan sepertiku? ah, mengingat mereka mem-
buatku kembali menunduk malu. apa yang kurasakan mung-
kin tidaklah seberat yang mereka rasakan. mengingat me-
reka membuatku dipenuhi kesyukuran yang tak berujung,

* Satu jarum ditusukkan di paha.


** Hubungan antara arteri dan vena, biasanya di lengan bawah atau biasa disebut Arteriovenous
Fistula atau lebih populer disebut Cimino Fistula.

www.boxnovel.blogspot.com
Lampiran 289

menyadari bahwa di tengah jadwal cuci darahku allah masih


memberiku kesempatan banyak untuk berkreasi, bekerja
dan beraktivitas. Bagaimana dengan mereka?
Bicara tentang realitas, rasanya aku perlu sedikit berbi-
cara tentang teman-temanku, sesama pasien cuci darah di
ruang hemodialisa rumah Sakit Gunung Jati Cirebon. Pada
Desember 2008, tercatat ada 70 orang pasien lama yang
rutin melaksanakan cuci darah setiap minggunya. Dan aku
adalah salah satu di antaranya. Di antara mereka ada yang
sudah 4 tahun bersama-sama denganku, ada yang baru ku-
kenal 1 tahun terakhir bahkan ada yang baru kutemui be-
berapa kali. dan kebersamaan itu menjadikan kami seperti
keluarga. Kebersamaan yang menciptakan senyuman, tawa,
canda, dan air mata yang tak jarang harus berakhir dengan
kenangan. ya, hanya kenangan yang tersisa saat salah satu
di antara kami pergi lebih dulu menemui Rabb-nya.
dari kebersamaan itu pula aku belajar tentang banyak hal.
Tentang sabar, ikhlas, syukur, mimpi, cita-cita, dan harapan.
ya, diantara kesakitan yang kurasakan selalu terselip sebuah
keindahan bernama harapan. Dengan harapan aku bisa
bermimpi, dengan harapan aku bisa beranjak, dan dengan
harapan pulalah aku bisa bergerak. harapan yang selalu
mampu membuatku tersenyum kembali setelah terpuruk
dan selalu mampu menjadikan semangat hidupku melesat
bagai anak panah yang lepas dari busurnya. Karena aku per-
caya bahwa dengan kesungguhan, harapan adalah mimpi
saat ini tapi kenyataan di masa depan.

www.boxnovel.blogspot.com
290 Perempuan Cahaya

Berbagai permasalahan yang pelik dalam kehidupan


tak jarang mampu terpecahkan dengan solusi yang awalnya
hanyalah harapan. Seperti permasalahan hidup paling pe-
lik yang dihadapi keluarga pasien cuci darah, yaitu biaya.
Jika sekali cuci darah membutuhkan biaya rp500.000,00,
maka satu bulan paling tidak keluarga harus menyediakan
minimal rp4.000.000,00. tak heran jika dulu hanya pasien
dari keluarga berada yang bisa menjalani cuci darah.
tapi sejak 2002, sebuah harapan telah melahirkan so-
lusi. harapan akan kelayakan hidup sehat bagi semua la-
pisan masyarakat. Solusi itu lahir ketika pemerintah me-
nyatakan bahwa biaya cuci darah bagi keluarga yang tidak
mampu ditanggung oleh pemerintah. sebuah acungan jem-
pol rasanya perlu disampaikan pada pengambil kebijakan di
negeri ini. Solusi itu bernama Program Gakin yang kemudian
benama askeskin dan belakangan berubah kembali menjadi
Jamkesmas. apa pun namanya, yang pasti program ini telah
menjadi solusi bagi 53% pasien cuci darah lama pada de-
sember 2008 dan 42% pasien baru sepanjang 2008 di ru-
ang hemodialisa rumah Sakit Gunung Jati Cirebon (Tabel
1 dan 2 ). Dan sadarkah kita bahwa solusi itu berasal dari
sebuah harapan? Sadarkah kita bahwa sepuluh tahun yang
lalu solusi itu barangkali hanyalah sebuah mimpi?
Kesadaran itulah yang menuntunku kembali bermimpi
dan berharap. Berharap akan sebuah solusi di masa depan
atas permasalahan-permasalahan pelik yang terjadi saat ini.
Walaupun aku tak pernah tahu siapa yang akan mendapat
manfaat atas solusi itu, mungkin aku, keluargaku, teman-

www.boxnovel.blogspot.com
Lampiran 291

temanku, atau bahkan orang yang tak pernah kukenal. Bu-


kankah kadang kita mendapat manfaat dari sebuah solusi
yang diusahakan oleh orang-orang yang tidak pernah kita
kenal dan tak pernah mengenal kita?

Tabel 1
Persentase Jumlah Pasien Lama Berdasarkan Penanggung Jawab
per Bulan Desember 2008

Kontraktor
Umum, 3%
6,8 %

Askes, 25,
36%

Jamkesmas,
53 %

Tabel 2
Persentase Jumlah Pasien Baru Berdasarkan Penanggung Jawab
Januari-Desember 2008
Kontraktor
1%

Umum
Askes,
29%
28%

Jamkesmas 42%

www.boxnovel.blogspot.com
292 Perempuan Cahaya

Maka, saat aku melihat perjuangan Bu sunarti dan Bu


Caryani yang harus menempuh puluhan kilometer untuk
mempertahankan kualitas hidup di ruang hemodialisa, sa-
at aku menyadari bahwa ada puluhan, ratusan bahkan
mungkin ribuan orang lain di belahan negeri ini yang harus
memperjuangkan hal yang sama dengan mereka, ditambah
dengan kenyataan bahwa 77% pasien baru di ruang he-
modialisa rs gunung jati Cirebon sepanjang tahun 2008
bertempat tinggal di luar Kodya Cirebon yang berarti mereka
harus menempuh perjalanan yang cukup melelahkan un-
tuk bisa menjalani cuci darahnya berikutnya (tabel 3). saat
itulah sebuah mimpi menuntunku untuk berharap : sean-
dainya rumah sakit di kabupaten memiliki fasilitas cuci
darah tentu akan menjadi solusi bagi permasalahan pelik
keluarga pasien cuci darah baik permasalahan biaya trans-
portasi maupun efektivitas waktu.

Tabel 3
Persentase Pasien Baru Berdasarkan Tempat Tinggal
Januari-Desember 2008

Indramayu Lain-Lain Kodya Cirebon


13% 5% 23%

Majalengka
20%

Kuningan Kab. Cirebon


16% 23%

www.boxnovel.blogspot.com
Lampiran 293

Dan saat aku mengenal Lisa, nurazizah, aliyah, dan adik-


adik kecilku yang lain, saat aku mengetahui bahwa sepan-
jang 2008, terdapat 35% pasien baru di ruang hemodialisa
rumah Sakit Gunung Jati Cirebon yang berusia muda (20-40
tahun), saat aku membaca bahwa seorang arie ardian yang
telah bertahan lebih dari 14 tahun dengan cuci darahnya
mengatakan, “Sebenarnya saya ingin bekerja di perusahaan.
Ada tidak, ya, perusahaan yang mau mempekerjakan saya?
Saya tidak ingin memberatkan Mama yang sampai saat ini
membiayai seluruh kebutuhan saya”*, atau saat aku berse-
belahan cuci darah dengan seorang pasien baru berusia 25
tahun, yang tiba-tiba menangis sesenggukan karena merasa
sudah tidak bisa melakukan apa-apa dalam hidupnya, saat
itulah aku berangan: seandainya saja di sini ada wadah yang
bisa memberi kesempatan kepada pasien cuci darah berusia
muda untuk berkreasi dan melesatkan potensi diri yang
kadang tertutupi aroma keputusaan dan ketidakberdayaan,
mungkin akan begitu banyak kreativitas yang lahir dan
memberi kontribusi positif untuk kemajuan negeri ini.
Tapi, kepada siapakah harus kugantungkan harapan-
harapan itu? Ke manakah harus kulabuhkan mimpi-mim-
piku? Sebuah senyuman lebar kembali menghiasi bibirku
saat kuingat bahwa Wilayah III Cirebon berada di bawah
kebijakan pemerintah provinsi jawa Barat. senyuman itu
makin mengembang begitu kusadari bahwa saat ini Ja-
wa Barat dipimpin oleh pemimpin muda yang memiliki
semangat kreativitas tinggi. ah, aku seperti menemukan

* Dikutip dari “Tips Panjang Umur” Pikiran Rakyat Online.

www.boxnovel.blogspot.com
294 Perempuan Cahaya

jalan membentang untuk menggantungkan harapan dan


melabuhkan mimpi. harapan akan sebuah solusi atas per-
masalahan hidup yang sedang dihadapi satu bagian kecil
dari masyarakat Jawa Barat.
Andai lebih dekat, andai ada tempat, demikian kunamai
harapanku terhadap pemerintah jawa Barat. andai saja
tempat cuci darah bagi masyarakat di pelosok berjarak lebih
dekat tentu akan lebih banyak jiwa yang bisa terselamatkan.
dan andai saja ada tempat yang bisa menjadi wadah kreasi
dan aktivitas bagi pasien cuci darah berusia muda tentu aku
akan menjadi orang pertama yang tersenyum lega karena
itu berarti aku tak lagi punya alasan membiarkan diriku
terdiam tak berdaya saat menyaksikan tatapan kosong, kepu-
tusasaan, kehampaan, dan air mata yang mengalir dari mata
teman-teman dan adik-adik kecilku yang terus berjuang
mempertahankan kualitas hidup di ruang hemodialisa.
akankah harapan itu menjadi solusi di masa depan?
Semoga dan semoga.[]
.

www.boxnovel.blogspot.com
Surat Terbuka untuk Ibu Menteri Kesehatan

Kuningan, April 2013


Kepada: Yth. Ibu Menteri Kesehatan RI
di Jakarta

Bismillâhirrahmânirrahîm
Ibu, perkenalkan, saya adalah satu dari sekian banyak anak
muda indonesia yang masih sedang berjuang untuk berta-
han hidup saat teman-teman kami sedang berada pada ba-
gian paling menyenangkan dalam hidupnya.
Pada 26 Februari 2005, 8 tahun lalu, hidup saya seperti
diempas ke titik nadir kehidupan, ketika dokter menyatakan
saya harus menjalani cuci darah seumur hidup saya, tepat
saat saya sedang merancang impian masa depan saya. usia
saya 25 tahun saat itu.
rasanya, siapa pun tahu bahwa cuci darah atau hemo-
dialisis (hD) bukanlah sekadar tentang sakitnya ditusuk
jarum besar, bukan hanya tentang membiarkan dua jarum
besar bersarang di bawah kulit kita selama 4 jam setiap dua
kali seminggu seumur hidup. Bukan juga hanya tentang ber-
bagai komplikasi yang bisa berujung pada kematian. tapi,
juga tentang besarnya uang yang mesti dikeluarkan. angka
minimal untuk biaya hD adalah rp600 ribu untuk setiap
tindakan. maka, dalam satu bulan, paling tidak, keluarga
harus menyiapkan dana rp4.800.000 sebagai jalan ikhtiar
agar kami masih bisa bersama-sama mereka. Keluargalah

www.boxnovel.blogspot.com
296 Perempuan Cahaya

yang membiayai saya saat itu karena sakit telah memaksa


saya untuk memutuskan berhenti bekerja.
Dan kehadiran Jamkesmas yang saat itu bernama as-
keskin dan sempat berubah nama menjadi gakin se-
olah menjadi “malaikat penolong” hidup saya. selama 8
tahun, saya menjalani hd dengan biaya dari kebaikan hati
pemerintah pada kami. Selama 8 tahun itu pula saya bela-
jar hidup “normal” seperti teman-teman saya yang lain.
Kembali bekerja dengan berwirausaha. Kembali bermimpi
untuk masa depan saya. Sedikit demi sedikit, uang hasil ke-
ringat saya kumpulkan. Sebagian untuk membeli obat dan
pemeriksaan lab yang tak ter-cover Jamkesmas. Dan sisanya
untuk memenuhi kebutuhan harian. alhamdulillah, atas izin
allah, saya kembali bisa mandiri, membiayai kehidupan saya
sendiri. tak jarang, saya membawa pekerjaan saya ke ruang
hd. Bagi saya, hd sudah tidak lagi menjadi beban. Bagi saya,
hd sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan.
namun, dua bulan yang lalu, mendadak saya tersentak
oleh sebuah berita. Telah ada kartu Jamkesmas baru yang
sudah bisa digunakan mulai awal maret 2013. Lebih ter-
sentak lagi ketika saya tahu bahwa tak ada nama saya di
tumpukan kartu itu. Jauh lebih tersentak lagi ketika saya
tahu ada banyak teman saya sesama pasien hD yang sebe-
lumnya punya kartu jamkesmas juga kehilangan haknya.
Berita menyesakkan itu telah berhasil menyedot seluruh
energi kami. “Kartu Jamkesmas lama hanya berlaku sampai
tanggal 28 Februari 2013.” ah, kalimat itu begitu sakti

www.boxnovel.blogspot.com
Surat Terbuka untuk Ibu Menteri Kesehatan 297

hingga mampu melunglaikan lutut kami dan melumpuhkan


semangat hidup kami.
Dan Jumat 22 Februari 2013, sebuah berita di antara­
news.com berjudul “Menkes: Kartu jamkesmas Masih dapat
Digunakan hingga Juni” memberi angin segar bagi napas
kami yang sedang menyesak. Kami yang saat itu sedang me-
rasa tertekan seperti diangkat ke awang-awang. Bahagia
tiada terkira. ada kesempatan lumayan lama bagi kami un-
tuk memperjuangkan hidup kami.
namun, ketika kami menanyakan itu ke pihak-pihak
terkait di sekitar kami, baik itu kelurahan/desa, puskesmas,
rumah sakit tempat kami hD, maupun Dinas Kesehatan,
kami mendapat jawaban seragam: belum ada surat edaran
yang menyatakan Jamkesmas lama masih berlaku sampai
Juni. Berita di antaranews.com tidak bisa djadikan acuan
untuk mengambil keputusan di tingkat daerah.
Kembali lunglailah kami. Seperti diempas dari awang-
awang ke titik terendah. Perasaan kami bagai diaduk-aduk.
Sesak, berbunga, lalu kembali sesak, berbunga lagi, dan di
titik akhir teramat sesak. ya, teramat sesak karena di detik-
detik terakhir akhirnya kami harus kembali mendengar
kalimat sakti itu, “Kartu Jamkesmas lama hanya berlaku
sampai tanggal 28 Februari 2013.” Kalimat yang terbukti
mampu meluluhkan air mata kami.
sebagian besar dari kami pasti akan tetap berjuang un-
tuk terus hD. apa pun caranya, meski mungkin harus men-
cari pinjaman dana. tapi, bagaimana dengan sebagian dari
kami yang pada akhirnya harus memutuskan berhenti hD,

www.boxnovel.blogspot.com
298 Perempuan Cahaya

bukan karena putus harapan, melainkan karena tak tahu


dari mana harus membayar tagihan hemodialisis mereka?
Dan 28 Februari sore itu, setelah siang harinya air mata
saya sempat jatuh di puskesmas, akhirnya saya sampai pa-
da satu keyakinan baru, allah mahakaya, semoga ada re-
zeki bagi saya untuk terus mengupayakan dana itu demi
kelangsungan hidup saya. Jika bagi sebagian orang waktu
adalah uang, maka bagi saya dan pasien hemodialisis lain,
waktu adalah nyawa.
dalam kekalutan itulah, jiwa kami seperti kembali di-
angkat ke awan ketika kami mendapat berita bahwa ada Su-
rat edaran menteri Kesehatan yang menyatakan kartu Jam-
kesmas lama bisa digunakan sampai akhir maret dan ada
kesempatan bagi Dinas Kesehatan dan pemerintah daerah
untuk mengajukan nama-nama susulan untuk jamkesmas
baru. Syukur tiada terkara, ibarat saya diberi waktu satu
bulan untuk perpanjangan nyawa saya. segera saya ajukan
data saya ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan. ya, Ku-
ningan, kota tempat saya dilahirkan, kota yang teramat saya
cintai dan selalu saya banggakan.
hingga datanglah masa itu, april 2013, bulan saat dinya-
takan Jamkesmas lama sudah tidak berlaku lagi dan bagi
masyarakat yang sedang dalam proses pengajuan jamkesmas
baru yang belum usai untuk sementara menggunakan dana
Jamkesda.
namun, Jamkesda tampaknya tidak bisa seoptimal Jam-
kesmas dalam hal penyediaan dana. hanya beberapa daerah
yang bisa meng-cover biaya hD secara full, selebihnya ada

www.boxnovel.blogspot.com
Surat Terbuka untuk Ibu Menteri Kesehatan 299

daerah yang hanya bisa meng-cover 50% biaya hd, ada yang
diganti 75% dari jamkesda, ada pula yang hanya mendapat
jatah hd 5 hari sekali. Bahkan, ada daerah yang sama sekali
tidak bisa membantu biaya hD, seperti Kuningan, kota saya
tercinta. Ketiadaan biaya jamkesda menjadi alasan yang tak
terbantahkan, hingga detik ini.
Lalu, bagaimana nasib kami di Kuningan? Berkali-ka-
li kami mendatangi dinas Kesehatan, selalu mendapat ja-
waban yang sama. Bahkan, ada salah satu pasien hD di rS
Ciremai yang kebetulan mantan kepala desa sudah tiga kali
menemui Bupati, tapi selalu mendapat jawaban yang sama.
Kuningan tidak memiliki dana Jamkesda untuk membantu
biaya hD kami.
Mengalirlah cerita perjuangan kami setelah itu. ada
yang meminjam uang untuk memenuhi biaya hd-nya. ada
yang terus berjuang setiap ada kesempatan mendatangi di-
nas Kesehatan untuk memastikan kapan Jamkesmas baru-
nya keluar, ada pula yang mengubah jadwal hd-nya jadi
seminggu sekali kendati keluhan demi keluhan tubuh kerap
muncul.
saya sendiri terus berusaha bertahan dengan jadwal hd
seminggu dua kali setiap Selasa dan Jumat di rS Gunung
Jati Cirebon. Bagi saya, hidup dan kualitas kesehatan adalah
sesuatu yang harus diperjuangkan. sejak 2 april, saya ak-
hirnya hD dengan status pasien baru, yaitu pasien umum
setelah selama 8 tahun sebelumnya saya hD di rumah sakit
yang sama dengan status pasien Jamkesmas. Bukan hal
yang mudah tentunya melewati 3 minggu terakhir ini. Kini,

www.boxnovel.blogspot.com
300 Perempuan Cahaya

menjelang selasa dan jumat, saya harus memutar otak untuk


mengumpulkan, paling tidak, rp600 ribu agar saya masih
bisa mengikhtiarkan kesehatan tubuh saya. Bersyukur, saya
memiliki keluarga yang selalu support, mereka memastikan
saya bisa hD bagaimanapun caranya. alhamdulillah pula,
saya memiliki teman-teman luar biasa, satu per satu mereka
membantu biaya hD saya.
namun, meski sekuat tenaga saya berusaha untuk tidak
menjadikan kondisi ini beban pikiran saya, ternyata tetap
saja pada akhirnya saya menyerah. Meski pada awalnya
saya masih cukup mampu menghalau mimpi saya yang lain
karena semua dana yang saya punya difokuskan untuk biaya
hd, pada akhirnya saya menyerah juga. saya sampai pada
satu kondisi ketika saya sudah tak lagi mampu mengontrol
pikiran saya. yang ada kemudian hanya air mata yang meng-
alir deras di pipi saya. Sampai kapan saya akan bergantung
terus pada orang-orang di sekitar saya? Sampai kapan
orang-orang sekitar bertahan untuk membantu biaya hD
saya? Kemandirian yang saya perjuangkan 8 tahun terakhir
mendadak pupus 3 minggu terakhir ini 
Maka inilah saya sekarang di pengujung april 2013.
Beban pikiran yang menumpuk akhirnya berdampak pada
kondisi fisik saya. tensi darah saya yang sebelumnya selalu
stabil di angka 110-120 mmhg untuk tekanan sistolik, se-
karang mulai berada di angka 160 mmhg. Keluhan-keluhan
baru mulai muncul di lambung saya. mungkinkah ini yang
dinamakan penyakit psikosomatis?

www.boxnovel.blogspot.com
Surat Terbuka untuk Ibu Menteri Kesehatan 301

Saya menyadari sepenuhnya bahwa inilah kehidupan.


adakalanya allah mengambil, setelah sekian lama allah te-
lah memberi. ampuni kami Rabb, jika selama ini kami ku-
rang bersyukur.
hari ini, satu-satunya yang membuat saya bertahan
adalah harapan, semoga Jamkesmas baru saya dan teman-
teman lainnya segera usai. agar kelak di jadwal hd, kami su-
dah tinggal memikirkan bagaimana caranya meningkatkan
kualitas kesehatan kami. agar kami masih bisa bermakna
bagi keluarga dan negara kami seperti teman-teman yang
lain. Bukan lagi memikirkan dari mana kami mendapatkan
dana untuk cuci darah kami berikutnya.
Kalaupun sampai detik terakhir ikhtiar yang kami la-
kukan belum juga ada solusi baik dari pemerintah daerah
maupun pemerintah pusat, maka hanya sejumput doa
yang bisa kami panjatkan. semoga allah memudahkan re-
zeki kami. Karena kami yakin dan percaya bahwa allah ma-
hakaya dan Dia tak akan mencabut rezeki kami hingga na-
pas terakhir yang keluar dari tubuh kami.

hormat saya
Lien Auliya Rachmach

alhamdulillah sejak 17 januari 2014 saya sudah menjalani cuci darah


menggunakan biaya sendiri melalui program Jaminan Kesehatan
nasional Bpjs. semoga pemerintah ke depannya semakin bijak
mengatur kebijakan asuransi kesehatan. Karena bagi kami, sebagian
rakyatnya, asuransi kesehatan bukanlah sekadar formalitas, tetapi
menyangkut urusan hidup dan mati.

www.boxnovel.blogspot.com
www.boxnovel.blogspot.com
Tentang Penulis

Lien Auliya Rachmach, alumni Jurusan Sta-


tistika, Fakultas MIPA, Universitas Padjadja-
ran ini lahir di Kuningan, 4 September 1979.
Mantan Ketua Forum Lingkar Pena Cabang
Kuningan ini adalah penulis memoar Tuhan,
Aku Divonis Cuci Darah (2007), novel Pinang-
an Cahaya (2009), antologi Kisah Kasih Ibu
(2011), dan buku Regresi Korelasi dalam Genggaman Anda
(2011).[]

www.boxnovel.blogspot.com
14 x 20,5/bP 57 gram
ISbN: 978-602-1637-31-9
Rp49.000

Aku belum tahu, apa rahasia Tuhan di balik semua perjalanan sakitku
selama empat tahun terakhir. Apa rahasia dari darah yang menetes
setiap kali jarum ditusukkan atau dicabut, darah yang diambil setiap
minggu untuk tes laboratorium. Ataupun malam-malam tak bisa tidur
karena sesak dan gatal-gatal, serta demikian banyak uang dihabiskan.
Hanya Tuhan yang tahu seperti apa akhirnya nanti.
kini, ada 4 ginjal di tubuhku. Ini bagian dari takdirku. Aku hanya
berharap di sisa hidupku, ada manfaat yang dapat kubagikan kepada
orang lain.

www.boxnovel.blogspot.com
Pembaca Yth., Syarat:
Kami telah menetapkan standar produksi dengan pengawasan ketat, tetapi 1. Kirimkan buku yang cacat tersebut berikut catatan
dalam prosesnya mungkin saja terjadi ketidaksesuaian. Oleh karena itu, apa- kesalahannya dan lampiri bukti pembelian (selam-
bila Anda menemukan cacat produksi—berupa halaman terbalik, halaman bat-lambatnya 7 hari sejak tanggal pembelian);
tidak berurut, halaman tidak lengkap, halaman terlepas, tulisan tidak terbaca, 2. Buku yang dapat ditukar adalah buku yang terbit
atau kombinasi hal di atas—silakan kirimkan buku tersebut dengan disertai tidak lebih dari 1 tahun.
alamat lengkap Anda, kepada:
Penerbit Mizan akan menggantinya dengan buku baru
Communication & PR untuk judul yang sama selambat-lambatnya 7 hari sejak
Penerbit buku cacat yang Anda kirim kami terima.
Jl. Cinambo No. 135 (Cisaranten Wetan), Catatan:
Ujungberung, Bandung 40294 Mohon terlebih dahulu untuk berusaha menukarkan
Telp: 022-7834310, Fax: 022-7834311 ke toko buku tempat Anda membeli buku tersebut.
E-mail: Promosi@mizan.com
www.boxnovel.blogspot.com
www.boxnovel.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai