Anda di halaman 1dari 2

RESENSI NOVEL

HAFALAN SHOLAT DELISA


 Identitas Novel

Judul Buku : Hafalan Sholat Delisa


Jenis : Novel fiksi berbalut religi
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika (Jakarta)
Tahun Terbit : 1 Januari 2009
Ukuran Buku : 14x21 cm
Tebal Buku : 266 Halaman
ISBN : 9789793210605
Harga : Rp. 85.000,00
 Sinopsis
Novel ini menggambarkan tentang jalan hidup keluarga kecil yang bahagia di sebuah
daerah dekat Banda Aceh bernama Lhok Nga. Keluarga Abi Ustman dan Ummi Salamah
yang di karuniai empat bidadari. Cut Fatimah, Cut Zarah, Cut Aisyah dan si kecil Delisa.
Ayahnya yang biasa dipanggil Abi merupakan pekerja tambang minyak, sehingga untuk
berkumpul dengan keluarga hanya sekali enam bulan. Delisa gadis kecil berumur enam
tahun itu menghabiskan hari-harinya dengan bersekolah, bermain, belajar ngaji di
Meunasah. Delisa mendapatkan tugas hafalan bacaan shalat dari guru di sekolahnya.
Setiap hari dia selalu berusaha menghafal supaya bisa mendapatkan nilai terbaik.
Ditambah pula, sang umi yang menjanjikan hadiah kalung jika dia berhasil menghafal
dengan benar. Selama proses menghafal, Cut Aisyah di tugaskan ummi untuk
mengeraskan bacaannya ketika sholat agar Delisa bisa mendengar dan mengikutinya.
Tibalah waktu ujian hafalan sholat tepat pada tanggal 26 Desember 2004, Saat itu
Delisa di temani umi ke sekolah. Ketika Delisa mendapat giliran, Delisa membacakan
bacaan sholat dengan khusu’ seperti apa yang di katakan ustadz nya lewat sebuah kisah
para sahabat nabi yang melakukan sholat dengan khusu’. Delisa yang sedang menikmati
hafalan sholatnya, ternyata tsunami menyerang dan Delisa tersapu ombak besar tersebut.
Dalam kondisi setengah sadar Delisa masih melafalkan hafalan shalatnya hingga dunia
menjadi gelap. Dalam waktu singkat Lhok Nga sudah hancur. Umi dan ketiga kakak nya
hanyut di telan ombak. Delisa tersangkut di semak-semak, namun ia masih bisa bernafas
sampai prajurit Amerika yang bernama Smith menemukannya dengan luka robek dan
lembam di sekujur tubuh. Delisa mendapatkan perawatan namun kaki kanannya harus di
amputasi. Umi dan ketiga kaknya meninggal dunia. Dari kejadian tersebut prajurit
Amerika Smith menjadi mualaf setelah mengenal Delisa dan ketangguhannya.
Beberapa bulan setelah itu, Delisa dipertemukan dengan Abinya yang sudah berupaya
mencarinya dan anggota keluarga lain. Mereka diberikan kesempatan untuk berkumpul
bersama kembali, menata hidup yang sudah tidak lagi sama akibat kehilangan umi dan
saudara lainnya. Setelah beberapa saat memulai hidup baru, Delisa kembali ke sekolah
dan ingat kembali soal hafalannya yang belum selesai. Dia berupaya untuk mengingat
hafalan tersebut, agar bisa menuntaskannya. Di akhir cerita, Delisa sempat bermimpi
bertemu dengan uminya dan memintanya untuk menuntaska hafalan supaya bisa
mendapatkan hadiah berupa kalung. Diapun berupaya melakukannya dan berhasil.
Beberapa waktu setelah itu, Delisa menemuk an tangan manusia yang sedang
menggenggam kalung mirip dengan hadiah yang akan diberikan oleh sang umi. Ternyata
tubuh manusia yang sudah tinggal tulang belulang itu adalah uminya.

 Kelebihan
1. Novel ini di sajikan dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah di fahami
oleh pembaca.
2. Novel ini menggambarkan kejadian yang nyata sehingga pembaca bisa
berimajinasi lebih tinggi.
3. Mengajarkan kegigihan, kekuatan dan kesabaran dalam menjalani hidup.

 Kekurangan
1. Dalam Novel ini masih terdapat kata-kata yang kurang di mengerti oleh semua
kalangan. Misalnya : Tahyib, Meunasah, dll.
2. Masih terdapat kata-kata yang salah ketik.

Anda mungkin juga menyukai