Anda di halaman 1dari 9

SINOPSIS NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA”

Novel Hafalan Shalat Delisa ini ditulis oleh seorang pengarang ternama yang bernama Tere
Liye. Hafalan shalat delisa adalah suatu cerita yang menggambarkan suatu keluarga yang harmonis
dan kental akan keagamaannya. Keluarga itu terdiri dari Abi, Ummi, Fatimah, Zahra, Aisyah dan
Delisa. Abi (ayah Delisa) bekerja di salah satu kapal tanker luar negeri dan pulang kerumah nya tiga
bulan sekali.Ummi (ibu Delisa) adalah seorang ibu rumah tangga yang berhasil membimbing anak-
anaknya untuk menjadi anak yang sholehah. Fatimah adalah seorang gadis remaja berusia 16 tahun
yang sedang gemar membaca bacaan sastra. Zahra dan Aisyah adalah anak kembar, tetapi sifat
mereka bagai bumi dengan langit. Jika Zahra mempunyai sifat yang pendiam sedangkan Aisyah
sebaliknya, dan dia suka sekali mengganggu Delisa. Delisa adalah anak kecil berusia 6 tahun. Delisa
berbeda dengan kakak-kakaknya, karena ia seperti anak keturunan. Ia mempunyai mata yang hijau,
ramput yang pirang dan wajahnya seperti keturunan orang Arab. Kehidupan mereka memang
sederhana namun bahagia.
Mereka selalu taat beribadah kepada sang pencipta. Mereka selalu shalat berjamaah, dan
kebiasaan setiap menjelang shalat shubuh adalah membangunkan Delisa yang memang sangat susah
untuk dibangunkan. Aisyah dan Fatimah lah yang lebih sering membangunkan Delisa dan itu sudah
menjadi kegiatan rutin setiap harinya. Setiap shalat, Aisyah harus membaca bacaan shalat dengan
keras karena Delisa belum hafal dengan bacaan shalat.
Selama ini delisa memang sudah menghafal bacaan shalat nya, tetapi dia masih sering lupa
dan terbolak-balik. Beberapa hari yang akan datang, Delisa akan menjalani tes praktek shalat yang
diadakan disekolahan. Oleh karena itu, Delisa sangat bersungguh-sungguh untuk menhafalnya. Ummi
juga berjanji akan memberikan hadiah berupa kalung sedangkan Abi berjanji akan membelikan
sepeda untuknya. Sehingga Delisa sangat bersemangat sekali untuk lulus ujian praktek shalat.
Saat itu tiba, saat dimana Delisa menjalani praktek hafalan shalatnya. Saat dimana kejadian
tsunami itu menyapu seluruh isi kota Lhok Nga dan sekitarnya. Semua manusia, pepohonan, hewan-
hewan, gedung-gedung bercampur menjadi satu disapu oleh dahsyatnya tsunami. Ummi menghilang
entah dimana, delisa terpental jauh diatas bukit bebatuan, sedangkan Fatimah, Zahra, Aisyah
ditemukan sudah tidak bernyawa. Mereka dikuburkan dipemakaman masal dengan korban-korban
tsunami lainnya.
Delisa yang terkapar di bukit, akhirnya baru ditemukan hampir 1 minggu setelah bencana itu
datang. Delisa ditemukan dengan kondisi yang sangat mengenaskan dengan luka lebam dimana-mana,
sampai salah satu kakinya harus diamputasi karena sudah membusuk dan dipenuhi nanah. Delisa
sangat tegar menhadapi ini semua, bahkan dia tidak sedih saat melihat kakinya hanya tinggal satu.
Satu minggu setelah Delisa dirawat dirumah sakit, akhirnya Abi datang bertemu dengannya
setelah sekian lama mencari keberadaan Delisa. Mulai dari situlah, mereka menjalani kehidupan yang
baru tanpa Ummi, Fatimah, Zahra dan Aisyah. Abi memutuskan untuk berhenti bekerja di kapal
tanker luar negeri sedangkan Delisa menjalani aktivitas biasa seperti bersekolah, mengaji bahkan ikut
main bola dengan teman-temannya seperti dulu. Selain itu, Delisa juga sudah mulai menghafal
kembali bacaan shalat yang sempat hilang dan akhirnya untuk pertama kalinya Delisa berhasil
menjalankan shalat pertamanya dengan sempurna dan khusyuk, menjalani karena ingin beribadah
kepada Allah SWT, bukan menjalani karena menginginkan hadiah dari Abi dan Ummi.
Delisa mengajarkan arti ketegaran dan kesabaran dalam menjalani suatu kehidupan. Ia
mampu dan mau dengan ikhlas menerima semua cobaan yang diberikan kepadanya. Ia tegar karena
tidak ngin menunjukkan kesedihannya, ia tidak ingin meneteskan air mata nya didepan Abi nya. Ia
gadis yang sangat baik hati, suka berbagi kepada siapa saja. Ia juga sosok yang ramah, lucu,
menggemaskan dan banyak bertanya. Oleh karena itu, banyak yang menyukai dan menyayanginya.
Setelah beberapa minggu setelah tsunami di Aceh, Delisa menemukan mayat umi Salamah
yang telah menjadi kerangka dan menggenggam hadiah yang Delisa inginkan. Saat itu, Delisa tersadar
bahwa keikhlasan lah yang mampu membuat Delisa mampu menghafal bacaan shalat. Bukan untuk
kalung tersebut namun untuk mendoakan umi Salamah, kak Fatimah, kak Zahra & kak Aisyah di
surga.
1. UNSUR INTRINSIK
a. Tema : Perjuangan Seorang Anak Kecil dalam Menghafal Bacaan Shalat.
b. Alur : Maju
Hal ini dibuktikan oleh beberapa tahapan sebagai berikut :
 Pengenalan/ awal cerita
Awal cerita dalam novel ini didahului oleh sebuah keluarga yang memiliki seorang
anak bernama Delisa. Delisa adalah anak kecil berumur 6 tahun yang sedang berusaha
menghafal bacaan shalatnya. Delisa selalu susah untuk menghafal bacaan shalatnya. Setiap
shalat Kak Aisyah membaca keras-keras bacaan shalatnya agar Delisa lebih mudah untuk
menghafal bacaan shalatnya. Kak Aisyah selalu menjahili Delisa. Abi Delisa bekerja di
pertambangan minyak sehingga Abi Delisa pulang 1 bulan sekali.
 Timbulnya konflik / titik awal pertikaian
Awal pertikaian ditunjukan ketika delisa akan dibelika kalung oleh ibu sebagai hadiah
telah menghafal bacaan shalatnya. Namun kalung yang delisa beli berbeda dengan kalung
yang dibelikan ibu kepada kakak-kakaknya. Hal tersebut membuat Kak Aisyah merasa
cemburu atau iri terhadap kalung yang dibelikan ibu kepada Delisa
 Puncak konflik/titik puncak cerita
Titik puncak certita adalah ketika Delisa sedang menjalani tes hafalan bacaan shalat
oleh Ibu Guru Nur. Ketika itu tiba-tiba saja kota Aceh dilanda gempa yang sangat kuat.
Gempa itu berskala 9.1 SR. Delisa yang sedang tes tetap melanjutkannya, tidak peduli kondisi
sekitar seperti apa. Padahal semua murid yang sedang menunggu giliran sudah berhamburan
keluar sekolah. Namun Ibu Guru Nur tetap setia menemani Delisa. Setelah gempa mereda, air
laut seketika naik sangat tinggi, menyebabkan para nelayan berlari kesana-kesini. Ternyata
gempa itu disertai dengan tsunami. Air dengan arus yang sangat dahsyat menerjang tubuh
mungil Delisa yang sedang menjalani tes. Abi yang tau berita ini lewat televisi, langsung
meminta cuti ke bosnya untuk kembali ke aceh dan segera mengetahui kondisi keluarganya.
Namun ketika Abi sampai di Aceh, dia mendapat berita yang menyedihkan. Abi di beritahu
oleh Koh Acan bahwa semua anggota keluarganya telah meninggal. Hanya tinggal Delisa
sajalah yang sampai saat ini belum ditemukan juga.
 Antiklimaks
Antiklimaks dalam novel ini ketika Delisa telah merelakan kepergian seluruh anggota
keluarganya kecuali Abi. Delisa tidak akan pernah membahas Ummi didepan Abi. Delisa
tidak ingin membuat Abi sedih. Dan semenjak kejadian itu Delisa lupa akan semua hafalan
shalat yang pernah ia hafal. Delisa berusaha untuk menghafalnya lagi namun hal terserbut
malah semakin sulit untuk dihafal.
 Penyelesaian Masalah
Pada akhirnya, Delisa tersadar hal apa yang dapat membuat lupa akan hafalan
shalatnya itu. Hal itu adalah Delisa menghafal bacaan shalatnya hanya demi mendapat kalung
dari Ummi. Delisa menghafal bacaan shalatnya agar mendapat imbalan dari Ummi. Dan
sekarang Delisa sudah dapat mengingat seluruh hafalan shalatnya karena Delisa memiliki satu
niat, yaitu ikhlas dalam melakukan apapun dan jangan mengharapkan suatu imbalan.
c. Penokohan :
 Delisa : Gadis kecil yang ceria, lugu, polos, cantik, memiliki semangat yang tinggi untuk
menjalani hidupnya.
 Pantang Menyerah ( Badannya terus terseret. Ya Allah, Delisa ditengan sadar dan
tidaknya ingin sujud... Ya Allah, Delisa ingin sujud dengan sempurna. Delisa sekarang
hafal bacaannya... Delisa tidak lupa seperti tadi shubuh (Hafalan Shalat Delisa, hal. 71))

 Penyayang ("Delisa.... D-e-l-i-s-a cinta Ummi... Delisa c-i-n-t-a Ummi karena Allah
(Hafalan Shalat Delisa, hal. 53))

 Ummi Salamah : Sosok ibu yang memberi teladan dan penuh kelembutan.
 Rendah Hati ("ah nggak usah. Biar saya bayar penuh Koh Acan!" (Hafalan Shalat Delisa,
hal. 19))

 Sabar ("Bukan, sayang... Kan kita udah janji, kamu nggak akan pegang kalungnya
sebelum kamu hafalan seluruh bacaan shalat! sebelum lulus dari ujian Ibu Guru Nur
(Hafalan Shalat Delisa, hal. 22))

 Perhatian ("Kamu kenapa, sayang?" ; "Kamu sakit?" (Hafalan Shalat Delisa, hal. 27))

 Abi Usman : Ayah Delisa yang selalu setia mendampingi Delisa yang berjuang
menggantikan peran ibu dan kakak bagi Delisa.
 Pengertian ("Tentu saja Delisa bisa menghafalnya kembali. Insya Allah jauh lebih cepat
sekarang... Kan, Delisa pernah menghafal sebelumnya (Hafalan Shalat Delisa, hal.151))

 Perhatian ("Bagaimana sayang, apakah Delisa sudah merasa baikan?" (Hafalan Shalat
Delisa, hal. 226))

 Kak Fatimah : Kakak pertama Delisa yang bercita-cita menjadi seorang penyair.
 Tegas (" Ais, kamu memangnya nggak bisa bangunin delisa nggak pakai teriak-teriak
apa?" (Hafalan Shalat Delisa, hal.2))

 Sabar (" Delisa bangun, sayang... Shubuh!" (Hafalan Shalat Delisa, hal 2))

 Kak Aisyah dan kak Zahra : Kembar yang jauh sekali sifat nya, tapi selalu memberikan
kejutan untuk Delisa dan keluarga mereka.
Kak Aisyah
 Keras Kepala (" Yee, Delisa jangankan digerak-gerakkan kencang-kencang, speaker
meunasah ditaruh di kupingnya saja, ia nggak bakal bangun-bangun juga." (Hafalan
Shalat Delisa, hal. 2)

 Egois ("Makanya kamu cepetan menghafal bacaannya.... bikin repot saja!" (Hafalan
Shalat Delisa, hal. 8))

 Iri ("Kenapa Delisa dapat kalung yang lebih bagus! kenapa kalung Delisa lebih bagus
dibandingkan dengan kalung Aisyah... lebih bagus dari kalung Zahra... kalung Kak
Fatimah." (Hafalan Shalat Delisa, hal.32))

Kak Zahra

 Sabar ("Iya! Tapi kamu nyarinyakan bisa lebih pelan sedikit? Nggak mesti merusak
lipatan pakaian yang lainkan?" (Hafalan Shalat Delisa, hal.49))

 Ustad Rahman : Guru mengaji Delisa yang selalu sabar menghadapi berbagai macam
pertanyaan Delisa.
 Pengetian ("Biar nggak kebolak-balik kamu mesti menghafalnya berkali-kali... Baca
berkali-kali... nanti nggak lagi! Nanti pasti terbiasa." (Hafalan Shalat Delisa, hal.38))
 Umam dan Tiur : Sahabat Delisa.
 Suster Shopi : baik hati, perhatian, peduli\
 Prajurit Smith : baik hati, perhatian
 Koh Achan : baik hati, menghargai perbedaan agama
d. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel tersebut, yaitu sudut pandang
orang ketiga serba tahu. Hal ini dibuktikan oleh pengarang yang selalu menyebut nama tokoh-
tokoh pemeran dalam novel tersebut, dimana seakan-akan pengarang begitu mengerti perasaan
yang dialami tokoh dalam cerita. "Ummi Salamah terpana. Ya Allah, kalimat itu sungguh indah.
Ya Allah... kalimat itu membuat hatinya meleleh seketika" (Hafalan Shalat Delisa, hal.53)

e. Setting :
Latar Waktu:
 Pagi hari
Adzan shubuh dari meunasah terdengar syahdu (Hafalan Shalat Delisa, hal.1)
Cahaya matahari menyemburat dari balik bukit yang memagari kota (Hafalan Shalat Delisa,
hal.5)
 Siang hari
Sinar terik matahari mengembalikan panca-indranya (Hafalan Shalat Delisa, hal.92)
 Sore hari
bergerak menghujam bumi semakin rendah. Jingga memenuhi langit (Hafalan Shalat Delisa,
hal.46)
 Dini Hari
 Malam ketiga ketika Delisa terbaring tak berdaya. Pukul 02.45 (Hafalan Shalat Delisa,
hal.112)
Latar Tempat :

 Lhok Nga
menggetarkan langit-langit Lhok Nga yang masih gelap (Hafalan Shalat Delisa, hal.1)

 Kamar Rawat
Shopi melangkah keluar kamar, entah mengambil apa (Hafalan Shalat Delisa, hal.132)

 Hutan
Sersan Ahmed berlari menuju semak belukar tersebut. (Hafalan Shalat Delisa, hal.109)

 Tenda darurat
Delisa menatap tenda-tenda yang berjejer rapi tersebut (Hafalan Shalat Delisa, hal.156)

Latar Suasana
 Ramai
Pasar Lhok Nga ramai sekali. Hari Ahad begini. Semua seperti sibuk berbelanja (Hafalan
Shalat Delisa, hal.19)

 Senang
"Delisa boleh pilih kalungnya sendiri, kan? Seperti punya Kak Fatimah, punya Kak Zahra
atau, seperti punya Kak Aisyah!" (Hafalan Shalat Delisa, hal.17)

 Sedih
Sungguh semua hancur. Sungguh semuanya musnah. Ya Allah, kami belum pernah melihat
kehancuran seperti ini. Kota ini tak bersisa, kota ini luluh lantak hanya meninggalkan
berbilang kubah masjid, kota itu menjadi cokelat, kota ini tak berpenghuni lagi. Kota ini! Kota
itu! (Hafalan Shalat Delisa, hal.81)
f. Gaya bahasa :
 Gaya Hiperbola
"Ya Allah... kalimat itu membuat hatinya meleleh seketika" (Hafalan Shalat Delisa, hal.53)
"Ya Allah, tubuh itu bercahaya. Tubuh yang ditatapnya bercahaya. Berkemilauan-
menakjubkan. Lihatlah! lebih indah dari tujuh pelangi dijadikan satu" (Hafalan Shalat Delisa,
hal.108)
 Gaya Personifikasi
"Gelombang tsunami sudah menghantam bibir pantai" (Hafalan Shalat Delisa, hal.70)
"Terlambat, gelombang itu menyapu lebih cepat" (Hafalan Shalat Delisa, hal.70)

 Gaya Metafora
"Pohon-pohon bertumbangan bagai kecambang tauge yang akarnya lemah menunjang"
(Hafalan Shalat Delisa, hal.70)
g. Amanat : Hadapi lah setiap cobaan dengan ikhlas dan berserah diri pada Tuhan, karena setiap
cobaan memiliki hikmah tersendiri tergantung cara kita menyikapi dan mengambil makna dari
kejadian tersebut. Dan apabila kita memiliki kemauan pasti ada jalannya. Kalau kita ingin
mencapai suatu harapan hanya untuk sebuah imbalan itu percuma, karena hal yang kita lakukan
tersebut tidak berasal dari hati kita sendiri tapi berasal dari nafsu kita untuk mendapat imbalan
tersebut. Sebaiknya kita melakukan apapun sesuai dengan hati kita, jangan pernah mengharapkan
suatu imbalan apapun terhadap perkejaan atau suatu harapan yang kita inginkan. Dan satu lagi
sebaiknya kita juga melakukan apapun dengan hati yang lapang dan ikhlas.

2. UNSUR EKSTRINSIK
Judul : Hafalan Shalat Delisa
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : Repubika
Tahun Terbit : 2008
Jumlah halaman : 270 halaman
a. Sisi agama : Penanaman nilai-nilai ibadah yang dimulai ketika masih kecil. Dan untuk bisa
menerima cobaan dengan lapang dada. Dalam novel ini nilai agama yang terkandung sangat kuat,
karena semua anak-anak Ummi Salamah diwajibkan menghafal bacaannya shalatnya dan
diwajibkan untuk shalat sesuai dengan waktunya. Semua anak Ummi Salamah belajar mengaji di
TPA bersama Ustadz Rahman. Hal ini dibuktikan dalam percakapan berikut : " Delisa bangun,
sayang... Shubuh!" (Hafalan Shalat Delisa, hal 2)
b. Sisi Moral : Mengajarkan untuk selalu berbuat baik kepada sesama. Kita harus senantiasa ikhlas,
sabar dan selalu tegar dalam menghadapi semua cobaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada
kita.
c. Sisi Sosial : Saling tolong menolong dalam kehidupan.
d. Sisi Pendidikan : Memberikan pelajaran agama,moral,akhlak,sosial bagi anak dimulai dari
lingkungan keluarga.
e. Sisi Budaya : Budaya yang ada di dalam novel ini adalah ketika semua anak Ummi Salamah
telah lulus dalam hafalan membaca shalatnya maka sebagai hadiahnya, Ummi membelikan
sebuah kalung sebagai hadiahnya. Hal ini dibuktikan dalam percakapan berikut : "Delisa boleh
pilih kalungnya sendiri, kan? Seperti punya Kak Fatimah, punya Kak Zahra atau, seperti punya
Kak Aisyah!" (Hafalan Shalat Delisa, hal.17)

BIOGRAFI TERE-LIYE

“Tere Liye” merupakan nama pena dari seorang novelis yang diambil dari bahasa India
dengan arti : untuk-Mu. Tampaknya Tere-Liye tidak ingin dikenal oleh pembacanya. Hal itu terlihat
dari sedikitnya informasi yang pembaca dapat melalui bagian “tentang penulis” yang terdapat pada
bagian belakang sebuah novel. Agak sulit ketika mencari tahu tentang Tere-Liye.

Tere-Liye Lahir pada tanggal 21 Mei 1979 dan telah menghasilkan 14 buah novel. Sedikit
mengulas profil sang penulis, lelaki bernama Darwis (mungkin itu nama aslinya, dilihat dari e-
mailnya), yang beristrikan Riski Amelia, adalah seorang ayah dari Abdullah Pasai. Lahir dan besar di
pedalaman sumatera, berasal dari keluarga petani, anak keenam dari tujuh bersaudara.

Riwayat pendidikan :

 SDN 2 Kikim Timur Sumatra Selatan


 SMPN 2 Kikim Timur Sumatra Selatan
 SMUN 9 Bandar Lampung
 Fakultas Ekonomi UI

Karya-karya :

1. Daun yg Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka Umum, 2010)
2. Pukat (Penerbit Republika, 2010)
3. Burlian (Penerbit Republika, 2009)
4. Hafalan Shalat Delisa (Republika, 2005)
5. Moga Bunda Disayang Allah (Republika, 2007)
6. The Gogons Series: James & Incridible Incidents (Gramedia Pustaka Umum, 2006)
7. Bidadari-Bidadari Surga (Republika, 2008)
8. Sang Penandai (Serambi, 2007)
9. Rembulan Tenggelam Di Wajahmu (Grafindo, 2006; Republika 2009)
10. Mimpi-Mimpi Si Patah Hati (AddPrint, 2005)
11. Cintaku Antara Jakarta & Kuala Lumpur (AddPrint, 2006)
12. Senja Bersama Rosie (Grafindo, 2008)
13. ELIANA ,serial anak-anak mamak
Tere-liye tidak seperti penulis lain yang biasanya memasang foto, contact person, profil
lengkap pada setiap bukunya sehingga ketika buku/novel tersebut meledak biasanya langsung
membuat penulis tersebut terkenal dan diundang serta melanglangbuana kemana-mana. Padahal
novel-novel karya tere liye terbilang sukses di pasaran. Tere-liye ingin menyebarkan pemahaman
bahwa HIDUP INI SEDERHANA melalui tulisannya. Itu sedikit kutipan dari pojok “biografi” salah
satu novelnya, yang sangat berkesan.

Bekerja keras, namun selalu merasa cukup, mencintai berbuat baik dan berbagi, senantiasa
bersyukur dan berterima-kasih maka Tere-Liye percaya, sejatinya kita sudah menggenggam
kebahagiaan hidup ini. Sederhana memang, tapi sungguh pada pelaksanaannya tidaklah sesederhana
itu. Ternyata Kak Darwis berasal dari Sumatra Selatan, membanggakan memang, Indonesia
mempunyai penulis yang hebat, mungkin bukan hanya kak Darwis, masih banyak penulis-penulis lain
yang mungkin novelnya mencapai mancanegara.

Semua novel Tere- Liye memiliki cerita yang unik dengan mengutamakan pengetahuan,
moral, dan agama. Penyampaiannya tentang keluarga, moral, Islam, dakwah, sangat mengena tanpa
membuat pembacanya merasa digurui.

Dikutip jawaban Tere-Liye dari “frequently asked question” pada novel Hafalan sholat Delisa
edisi revisi, Tere mengungkapkan bahwa ia tak berniat menulis novel yang mengharukan. Ia hanya
berniat membuat novel yang sederhana, namun sederhana itu dekat sekali dengan kelutusan dan
ketulusan itu kunci utama untuk membuka pintu hati.Terlihat tekad Tere yang ingin membuat novel
yang sederhana dan menyentuh telah mendarat dengan sukses di setiap hati pembacanya. Bagaimana
caranya jika anda ingin lebih mengenalnya? Ada banyak cara,diantaranya
mengunjungi websitenya http://darwisdarwis.multiply.com Kalau ingin berbicara langsung, kirim
email aja ke darwisdarwis@yahoo.com (katanya cara terbaik menghubunginya, ya ,lewat email).

Anda mungkin juga menyukai