Theyo, satu kata yang membuat ku terngiang setiap malam. Entah siapa
pemilik nama itu. Aku tak mengenalnya, aku tak tahu tentangnya, bahkan aku
hari pertama ospek di Universitas Indonesia lima hari lalu, pesawat kertas itu
hanya bertuliskan nama itu di dalamnya. Aku tak mengerti, angin apakah yang
membawanya terbang dan mendarat tepat depan wajahku. Apakah ini sebuah
kesengajaan? Bila anginlah sang penghadir pesawat kertas ini, aku harap suatu
dalam hati di tengah-tengah perasaan benci ku pada seorang lelaki. Aku masih
membenci mereka, tapi tidak untuknya. Untuk nama yang tertulis di pesawat
kertas ini. Apa rencana selanjutnya dari mu ya Rabb? Ku pasrahkan padamu sang
Maha Pencipta.
Aku.. Aku adalah Lia, gadis yang baru menginjak masa-masa mendekati
dewasa. Aku adalah seorang yang masih terjebak kenangan masa lalu, kenangan
pahit yang mungkin tak bisa terlupakan. Amat menyakitkan sehingga membuat
keadaan dan dalang dibalik semuanya. Dalang yang tak berprikemanusiaan, yang
tak bertanggung jawab atas segalanya. Dua tahun aku tersesat dalam perasaan ini,
perasaan yang membuatku terlihat bodoh, hingga aku membenci semua laki-laki
Aku selalu berkata “semua laki-laki di dunia ini sama, tanpa terkecuali”.
Aku merasa terkhianati oleh kepercayaan yang ku buat, sebuah kepercayaan untuk
laki-laki yang saat itu menjadi kekasihku. Satu tahun kita telah bersama. Perlahan
ia menjauh, meninggalkanku tanpa alasan yang jelas. Enam bulan terakhir aku
kebodohan. Aku lebih dari sekadar jemuran yang digantung dibawah terik
matahari. Tidak pernah mendapat kepastian yang jelas sampai akhirnya mataku
sendiri yang memberi kepastian. Kepastian ini justru membuat hujan turun dari
mata. Kekasihku pergi untuk orang lain, ia mendapatkan wanita yang mungkin
menurut semua orang aku kejam, anak durhaka. Tapi ini nyata bukan hanya fiktif
belaka. Aku melihat tubuh ibu terluka, wajahnya memar, bengkak tidak karuan.
Siapa penjahat yang melakukan ini padanya? Aku tahu! Sangat tahu! Ayah
kandungku sang pelaku, ia tega memukuli istri nya sendiri. Ibu bertahan dibalik
rasa sakitnya, rasa sakit yang tak terkalahkan. Fisiknya tersiksa, batinnya tertekan.
Salahkah aku bila menganggap semua lelaki sama? Inilah alasan yang sebenarnya,
alasan mengapa aku membenci semua lelaki, mengapa aku tak percaya lelaki.
Tetapi, siapa itu Aryaw? Mengapa aku selalu memikirkannya? Mengapa
aku tertarik dengannya? Dari nama yang tertulis, jelas itu adalah lelaki. Aaaaah..
...
terlamun. Lamunan itu terhentikan karena aku tak sengaja menabrak seorang
“Cewek, bisa gak ya kalau jalan itu lihat ada orang atau enggak di depan
lo. Kaya gak bisa lihat aja!” lelaki itu berkata dengan ketus padaku. Aku sama
“Nah gue dicuekin. Bilang maaf kek atau apa?!” sambungnya. Aku masih
selain lo gak bisa lihat lo juga gak bisa denger ya? Sampai ucapan gue sama sekali
gak lo tanggap?”
“Dasar jadi cewek belagu!”. Aku mencoba untuk tetap tidak menjawab
perkataannya. Perkataan yang hanya aku anggap sebagai gas karbon dioksida tak
berguna.
Setengah jam dari insiden tersebut, ternyata lelaki itu duduk disampingku.
“Eh ternyata gue sekelas sama lo. Gak nyangka ya!” Katanya sinis. Aku masih tak
mempedulikannya dan fokus memperhatikan dosen. “Lia, Lia. Belagu amat sih
jadi cewek. Sok jutek” Sambungnya berbisik. Aku bingung, entah darimana dia
tahu namaku. Bahkan kami baru satu kali bertemu dan aku pun belum mengetahui
Jam pelajaran usai. Akhirnya bisa terbebas dari laki-laki menyebalkan itu.
Aku muak bersamanya, satu jam terasa seperti satu tahun yang penuh ejekan
darinya. Aku meninggalkannya yang masih saja sibuk dengan ejekan bak karbon
dioksida. Seperti biasa, aku duduk tepat diantara pohon cemara di taman kampus.
Aku membuka tas, terlihat sebuah perahu kertas biru dimana aku tak pernah lupa
siapa ia sebenarnya.
“Cie Lia lirik-lirikan sama Arya! Suka ya lo?” Kata Dinda yang tiba-tiba
duduk disampingku. Dia adalah teman baikku sejak SMA. “Arya? Siapa itu?”
“Itu yang tadi sekelas sama lo. Yang ganteng itu lho. Masak lo gak tau?”
Lagipula Arya ganteng, pinter, kaya dan katanya dia itu SMA di New York! Lo
gak tertarik?” Dinda mencoba memberiku informasi tentang lelaki itu. Aku hanya
“Dan satu lagi, gue tahu lo suka cowok yang jago musik. Lo harus
percaya, dia jago banget, Li!” Lagi-lagi Dinda mencoba meyakinkan ku.
“Dinda, please. Cukup, gue gak suka!” Aku tak sengaja membentaknya.
“Duh duh ada cewek yang lagi marah-marah! Udah belagu, jutek, sensitif
juga ya ternyata! Hahaha” Suara itu terdegar dekat di belakangku. Ejekan tepat
dengan orang yang sama, yap! Arya! Belum lama aku bertemu dengannya, tapi
entah mengapa hidupku penuh dengan ejekan darinya. Ini membuatku lebih
beranjak pergi meninggalkan Dinda dan Arya. Semakin lama perkataan Arya
terutama aku.
...
Satu bulan berlalu. Aku masih belum bertemu dengan Aryaw, pemilik
pesawat kertas biru ini. Dan Arya masih belum bisa berhenti mengejekku. Nama
yang hampir sama, Aryaw dan Arya. Aku semakin tak mengerti apa yang ada
dibalik semua ini. Aku merasakan hal yang sangat berbeda. Di satu sisi aku masih
membenci laki-laki termasuk Arya. Tetapi aku tidak merasakan itu pada Aryaw.
taman kampus sambil memandangi pesawat kertas biru. “Hai cewek jutek!” Suara
itu seperti tertuju padaku yang datang dari arah belakang. Aku sudah sangat
paham bahwa itu adalah Arya. Aku masih tak peduli dengannya dan tetap
“Pesawat kertas? Setiap hari lo pandang pesawat kertas. Apa yang bagus
sih dari pesawat kertas ini? Jelek!” Ucapnya mendekatiku. Aku hanya meliriknya
dan beranjak dari kursi itu, meninggalkannya. Entah sampai kapan Arya akan
bertahan untuk mengejekku. Dan, entah sampai kapan aku bertahan dengan
...
Aku adalah Aryaw. Sang pemuja rahasia seorang wanita. Wanita yang tak
mengenalnya, bahkan baru kali ini melihatnya. Aku belum sempat bertatap muka
Pesawat kertas biru ini yang membawa ku kepada wanita itu, yang
Aku bukan tipe lelaki pemuja banyak wanita meskipun pada kenyataannya banyak
wanita yang mendekatiku. Aku tak mengerti mengapa bisa terjadi secepat ini? Oh
aku justru tertarik dengan wanita sederhana yang sama sekali tidak mengejarku
mendekatinya dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Dengan cara yang
Tidak seperti yang sudah berlalu. Aku belum pernah merasakan ini
sebelumnya. Apakah ini yang disebut jatuh cinta? Jatuh cinta yang sebenarnya.
Aku pesimis untuk bisa bersamanya. Entah, mungkin karena dia benar-benar
berbeda. Wajahnya natural, tapi kenaturalannya lah yang membuat terlihat cantik,
terlihat manis. Sikapnya cuek terhadap kaum adam, ini yang buat ku tertarik
...
“yes! Nilai yang gak terlalu buruk” ucapku saat melihat hasil ujian tertulis
bahasa inggris. Arya melihat nilai itu dari arah belakang. “hahaha! Itu nilai lo?”
tanyanya dengan suara mengejek. Aku hanya mengabaikannya dan menutup hasil
“kenapa sih lo? Sirik aja bisanya sama gue. Ini nilai hampir sempurna,
“hah? Gue sirik sama lo? Gak banget deh. Nih lihat nilai gue!” Jawabnya
dengan sombong. Di hasil ujiannya terlihat angka 100. Aku terkejut, tidak yakin
itu adalah hasil ujiannya. “udah lihat? Nilai gue bukan sekadar hampir sempurna.
Bahkan nilai gue emang sempurna! Biasalah, itu kan bahasa sehari-hari gue di
nilai yang sempurna. Dan aku lebih tidak suka ia menyombongkan dirinya yang
pernah tinggal di luar negeri. “Dasar. Cowok sombong!” ucapku dalam hati.
dikenal yang hanya bertuliskan satu kata, lima huruf yaitu Aryaw. Kini bukan
kencang, darah mengalir cepat. Oh Tuhan apa yang aku rasakan sekarang? Aku
tak mengenal siapa pengirim pesan itu. Apakah itu adalah seorang pemilik dari
iseng menekan nomor dengan asal? Tapi mengapa pesan ini mendarat di
pesan itu. Entah berapa lama waktu yang ku butuhkan untuk membalasnya. Bukan
hiperbola, tapi inilah wanita yang sedang jatuh cinta. Wanita yang mulai berusaha
Ini aneh, aku hanya menjawabnya dengan dua kata,”Aryaw siapa?”. Detik
demi detik terlewati, menit demi menit bahkan jam demi jam pun telah berlalu.
Namun pesan yang ku tunggu tak kunjung datang. Nomor tanpa nama itu tidak
membalas pesanku. Aku sedih, aku kecewa dengannya yang tak membalas
pesanku. Aku pun menyesal hanya menjawab sesingkat itu. Sebenarnya aku tak
berhak sedih atau kecewa, karena disini tidak ada yang salah. Mungkin aku
hanyalah terlalu berharap, bukan berharap darinya, tetapi berharap banyak atas
...
masuk. Pesan dari nomor-nomor yang tak ku kenal, namun isi pesan itu sama,
hanya bertuliskan “Aryaw”. Sudah sebulan ini terjadi, setiap hari hadir pesan
singkat yang sama dan waktu yang sama tanpa terlewat sehari pun.Yang
membuatnya aneh adalah nomor pengirim pesan itu selalu berbeda. Hingga kini
sudah ada 30 nomor tak dikenal yang mengirimnya. Aku bingung, entah apa
maksud dibalik semua ini. Aku merasa ada seorang yang menerorku. Tetapi aku
merasa baik-baik saja dan tidak benci karena kehadiran pesan-pesan itu, justru aku
merasa semakin penasaran dengannya. Dengan alasan yang sama, mungkin ini
karena nama yang tertulis dalam pesan singkat itu, nama “Aryaw”.
kali, aku tenggelam dalam lamunan tentangnya yang membawa alam bawah
diantara pohon cemara taman kampus. Tawa itu bersumber dari mulut Arya yang
Tuhaaaan, aku merasa urat malu pada diriku telah putus. Dimana aku bisa
sembunyikan rasa malu ini? Aku mencoba untuk tetap tenang seolah tidak terjadi
sesuatu sebelumnya.
“kok berhenti ngelamunnya? Kok gak panggil Aryaw lagi? Hahaha” Arya
mulai untuk mengejekku lagi. “ternyata cewek jutek kayak lo bisa juga ya
mengubah segalanya? Tidak hanya sekali atau dua kali ini terjadi, bahkan ini
sudah kesekian kalinya. “nyebeliiiiin!” ucapku kesal dan tak sengaja meremas
pesawat kertas biru yang ku pegang. Sisi kanan pesawatnya rusak, harus ada
pertolongan pertama untuk pesawat kertas biru. Aku segera pulang untuk
memperbaikinya.
Jarum jam menunjukkan pukul 17.00 WIB, hingga kini aku tidak bisa
memperbaikinya. Pesawat kertas biru ini sudah terlanjur rusak. Dan aku baru
menyadari bahwa tidak ada pesan masuk sejak pukul 13.00 WIB. Tidak seperti
biasanya, pesan teror dari Aryaw itu tidak ada lagi. Aku menanti-nanti
kedatangannya.
Hari demi hari berlalu. Ada sesuatu yang berubah dengan hari-hariku. Kini
tiada lagi kehadiran pesan teror dari nomor tak dikenal. Aku berfikir apakah ini
ada kaitannya dengan pesawat kertas biru yang rusak? Sejak kerusakan itu, semua
berubah. Bukan hanya pesan teror yang hilang, tapi ejekan dari Arya pun lenyap
...
Berbeda dari hari sebelumnya, hari ini aku tidak duduk diantara pohon
“Ayo dong, Din bantu gue. Sampai kapan gue harus sembunyi dibalik
“Apa lo udah yakin mau ngaku sama dia kalau ternyata lo adalah Aryaw?
Lo udah yakin mau ngomong sama dia kalau Arya yang Lia benci adalah seorang
“Gue udah gak bisa jadi Arya yang selalu ngejek dia setiap hari, dan gue
juga udah gak bisa jadi Aryaw yang cuma bisa sembunyi dari identitas gue...”
Aku tak bisa berkata-kata, aku bingung apa yang harus aku lakukan. Aku
hanya bisa menampakkan diri di depan mereka dan memandangnya dengan tajam. Arya
langsung menggenggam tanganku, tetapi aku melepaskannya dengan kasar. Aku benci
Aku enggan membalas pesan singkat dari mereka, aku pun tak ingin menjawab
panggilan masuk di handphone dari mereka. Selama satu bulan aku menjauh darinya,
berusaha melupakan segalanya. Sangat kecewa, ternyata orang yang ku benci adalah
orang yang selama ini ku cari dan hampir ku sayangi. Sangat kecewa, ternyata sahabat
yang selama ini ku percaya adalah orang yang menyembunyikan sesuatu yang jelas ia
kampus. Namun kali ini berbeda, taman kampus terdengar lebih berisik dari seblumnya.
Cewek-cewek canti kampus sibuk bergosip. Tapi, aku sempat mendengar beberapa
kalimat dari mereka. “si cogan (cowok ganteng) Arya dua hari ini gak masuk. Denger-
denger sih lagi prepare mau pergi ke New York. Kalau gak salah sih siang ini dia
berangkat”.
Aku gelisah mendengarnya. Tak bisa bohongi perasaan bahwa aku benar-benar
menyayanginya, aku tak bisa jauh darinya. Selalu terselip perasaan kecil dimana aku
ingin bersamanya. Benci yang ku rasa adalah perasaan yang timbul akibat ledakan emosi
saat ku terkejut atas semua kenyataan yang ada membuatku tak mau bertemu
dengannya, melupakannya bahkan tak ingin mengenalnya lagi. Tapi aku salah, aku
menyesal telah melakukannya. Aku segera mencari Dinda dan meminta maaf padanya
setulus hati. Kemudian aku menceritakan padanya tentang Arya yang pergi ke New York,
meninggalkanku.
tak peduli orang menganggapku apa. Arya melihatku dari kejauhan, aku berlari
kearahnya dan langsung memeluknya. “Arya, aku minta maaf banget. Aku sadar aku
salah, gak seharusnya aku bersikap seolah-olah aku benci kamu. Aku gak peduli kamu itu
Arya atau Aryaw, yang jelas aku sayang sama kamu. Aku berharap di New York nanti
kamu gak lupa sama aku dan aku berharap ini bukan pertemuan terakhir kita. Aku...”
tanpa keraguan. “Lia ngomong apasih? Yang mau pergi ke New York itu orang tuaku. Aku
gak akan pergi ke New York apalagi pergi menjauh darimu. Aku berusaha untuk selalu
hatiku luluh bahkan menitikkan air mata. Aku tak bisa menjawab perkataannya, hanya
“ini buat kamu” ia memberiku pesawat kertas biru rusak yang telah ia perbaiki.
Aku semakin bingung darimana ia mendapatkan pesawat kertas birunya, aku tak pernah
memberikannya. “Lia jangan bingung, Dinda yang memberinya padaku. Dia bilang kamu
sangat sedih karena pesawatnya rusak, karena itu aku memperbaikinya hanya untukmu.
Aku tersipu malu, hanya sebatas senyuman dan sepatah kata terima kasih yang
dalam. Nama Aryaw yang terdapat dalam pesawat kertas biru ini adalah nama panggilan
dari orang terdekatnya. “Kalau Lia gak keberatan, Lia bisa panggil dengan nama yang
dan berkata,”maafin aku ya, aku sayang kamu”. Aku merasa nyaman dalam dekapannya,
dekapan seorang lelaki setelah dua tahun lamanya aku tenggelam dalam kebodohan
yang tidak percaya dengan semua lelaki. Tuhan masih sangat menyayangiku, ia hadirkan
kembali rasa dalam hati yang telah pudar. Sungguh indah karunia-mu sang Maha
Pencipta. Kau hadirkan cahaya dalam kehidupan gelapku, cahaya yang membuat
hidupku menjadi berwarna. Cahaya itu datang dari pemilik peswat kertas biru yang
Aku adalah gadis remaja bernama Nurul Amalia Sari, orang-orang biasa
memanggilku Lia. Aku adalah anak terakhir dari tiga bersaudara yang dilahirkan 16 tahun
lalu tepatnya di Metro pada tanggal 27 April 1997. Kini aku duduk di bangku kelas XI
Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1 Metro. Aku tinggal di sebuah rumah yang
bertempat di Jl. Stadion Gg. Selada No. 18 24A Kec. Metro Timur, Metro, Lampung.
Cerpen adalah salah satu wujud dari kegemaranku. Menulis dan mendengarkan
musik adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan, aku selalu melakukannya secara
Untuk berkenalan dengan ku lebih jauh, bisa kunjungi aku di facebook : Nurul
handphone: 08991422227.
Biodata II
M. Arya Erlangga, that’s my name, or the owner of the name Aryaw in my real
life. I,m the first in my family and I have a sister. I was born on 6 th of April 1997. I live at
Prasanti Block D-4/16 Metro, Lampung and studying at Senior High School 1 Metro.
Playing music and some sports are my hobby that can’t be separated.If you
wanna be my friends, you can add my facebook account : Arya Erlangga. And follow me :
@Arya_Syn69, email : m.aryaerlangga@yahoo.co.id, phone number : 081927943369