Anda di halaman 1dari 53

2

Metode Bermain Sambil Belajar


Angraeni Latif
UPT-SPF SD INP. Hartaco Indah

Bismillahirrohmanirrohim...

Sebelum membahas tentang metode bermain sambil


belajar, kita prakata dulu gaesss...hehehe...Supaya kelihatan
ilmiah.

Bermain adalah pekerjaan yang menyenangkan buat anak.


Setiap hari anak anak bermain tanpa ada jadwal bermain,
istilahnya bermain suka sukanya. Anak menganggap bahwa
bermain sama halnya dengan melaksanakan tugasnya. Ehmm…
saat berada di sekolah pada pagi hari nungguin siswa hebatku,
saya mengamati beberapa anak sedang asyik bermain dengan
teman temannya. Mereka tak memperdulikan pakaian mereka
yang sebentar lagi basah kena keringat mereka sendiri. Ups atau
pakaian bisa kotor apabila terpeleset atau jatuh di halaman
sekolah. Tapi mereka tetap enjoy dengan bermain sambil
menunggu jam belajar masuk kelas. Tapi itulah kehidupan anak,
yang tanpa memikirkan masalah yang pelik atau yang
menyusahkan pikiran mereka. Tertawa, marah ataupun saling
menyalahkan cenderung muncul saat mereka bermain.

Akhirnya saya berpikir, agar siswa datang pagi hari


mending saya bermain bersama mereka sambil belajar.
Tujuannya mereka datang cepat dan tak ada kata terlambat
untuk masuk kelas setiap pagi. Tujuan yang kedua mereka akan
berusaha belajar tanpa disuruh hanya untuk menebak kuis pada

2
metode bermain sambil belajar. Jadi intinya,guru banyak
tersenyum dan jarang marah,serta pembelajaran jadi
menyenangkan.

Quote: disiplin datang dari kesadaran mereka, bukan karena


paksaan dari gurunya dan orang tuanya

Gambar 1. Anak-anak bermain sambil belajar

Masuk di inti ya...


Metode bermain sambil belajar saya laksanakan pagi hari
di halaman sekolah sekitar 30 menit sebelum baris berbaris.
Caranya semua anak yang telah hadir membentuk lingkaran
penuh (tentunya siswa saya sendiri). Siswa lain jadi penonton.
Nah permainan dimulai dengan memberi instruksi bahwa kita
akan membentuk kelompok kelipatan (angka). Semua siswa
bersiap. Permainan dimulai dengan bernyanyi sambil berputar.
Lagunya seperti ini:

Ayo kawan kawan berjalan di lingkaran


Sambil tepuk tangan suasana riang
Awas hati hati lingkaran mau berubah
Siapa ketinggalan tidak dapat teman

2
Lingkaran mau berubah
berubah jadi????....(3x2)
Guru menginstruksikan di akhir lagu

Anak anak mencari 6 orang berpasangan sampai jumlah


kelompok mereka 6 Jadi kalau ada siswa yang tidak mencukupi
6 berarti mereka kalah dan tak bisa ikut permainan selanjutnya.
Ada teriakan bahagia, ada juga celotehan. Lanjut ke perkalian
berikutnya, melingkar dan bernyanyi... dan seterusnya... dan
seterusnya.... Sampai gurunya ngos ngosan hehehe. Nah dari
permainan ini, kita juga bisa mengajarkan mereka sportivitas
dan kebersamaan serta kecepatan berpikir. Dan melanjutkan
permainan kembali, bisa menebak perkalian pembagian,
pengurangan dan penambahan. Disaat jam 7 teng waktu
berbaris kadang mereka tak mau berhenti. Karena mereka
menganggap ini lebih fresh. Ada unsur olahraga pagi juga
gaesss. Beri penjelasan kepada siswa bahwa besok kita
lanjutkan ke perkalian 4 misalnya. Besoknya anak anak akan
berteriak sambil berkata,"ibu guru kuhapalmi perkalian 4, jadi
bisaka menang sebentar". Tanpa saya meminta mereka untuk
menghafalkan perkalian mereka akan inisiatif belajar sendiri di
rumah. Bahagia melihat mereka antusias belajar sambil bermain
di pagi hari. Senyum, tawa dan suasana riang yang menyatukan
kebersamaanku dengan mereka. Muncul rasa haru saat mereka
berkata "ibu guru bahagiaku bisa main sama kita".

Akhirnya saya hanya memberikan pelukan bahagia buat


anak anak hebatku yang tak menuntut diberi hadiah saat
mereka menang. Alhamdulillah... mereka cerdas dan kreatif saja
sudah tergores kebahagiaan di hati ini. Dengan tampang lugu
dan senyum manisnya memulai jam pelajaran di sekolah.
Semoga cerita ini dapat menginspirasi pembacanya. Wassalam.

2
Guru Dan Sekitarnya
Yusmira
SD Negeri Paccinang

Chalk n’ Duster sebuah film Bollywood bertema pendidikan


yang dibintangi Juhi Cawla dan rilis tahun 2016. Film ini bercerita
tentang perjuangan dua orang guru senior yang menempatkan
dirinya sebagai seorang ibu dan mengajarkan murid-muridnya
dengan sentuhan kasih sayang dan ikatan emosional yang kuat.
Kegalauan muncul ketika sekolah, tempat mereka bekerja
dipimpin oleh kepala sekolah yang otoriter dan berusaha
dengan segala cara agar guru-guru tersebut keluar dengan
paksa.

Keadaan tersebut, mungkin, pernah dan sedang kita alami


di sekolah masing-masing, perasaan nyaman yang telah hadir di
hati kini telah dikeruhkan hadirnya pemimpin atau kepala
sekolah yang terkesan otoriter meskipun alasan mendisiplinkan
murid dan guru menjadi alasan paling populer.

Bercermin dari film tersebut, cara termudah menarik


simpatik seseorang adalah dengan cara berlemah lembut. Lalu
pertanyaannya, mengapa masih ada diantara kita masih
mempertahankan gaya kepemimpinan konvensional seperti itu?,
Belum lagi jika berhadapan dengan teman seprofesi yang
seolah-olah menempatkan dirinya sebagai wakil kepala sekolah.

Gaya mengajar guru yang lemah lembut, humoris dan


perhatian adalah gaya mengajar yang sebaiknya kita biasakan.
Kita dapat belajar dari Juli Cawla, bagaimana ia menjadi guru
yang mengajar dengan pendekatan humanis kepada murid,
paham karakteristik peserta didik dan membawakan materi

2
pelajarannya dengan kreatif, bahkan diselingi dengan beberapa
lagu penyemangat agar memantik daya ingat murid-muridnya.

Saya begitu yakin beberapa guru ingin sekali menjadi guru


yang sangat dicintai murid-muridnya. Tetapi perasaan malu
untuk berubah lebih mendominasi. “Ini bukan karakter saya,
murid-murid akan memandang enteng jika saya seperti itu,
gengsi saya sebagai guru yang dihormati dan disegani akan
runtuh.” Mungkin seperti itulah bisikan hati beberapa guru tadi.

Cara termudah menarik simpatik seseorang


adalah dengan cara berlemah lembut.

Saya teringat dengan salah satu murid ABK di kelas saya


beberapa tahun lalu di kelas 5. Umur 13 tahun tetapi
kemampuan belajarnya masih setara dengan anak yang berumur
9 -10 tahun. Kusebut saja dengan panggilan Budi. Setiap hari
saya ijinkan ibunya menemaninya di kelas, duduk bersama dan
membantunya belajar. Saya tidak menolak, setelah
mendengarkan penjelasan ibunya, saya paham mengapa sang
ibu harus menemaninya di kelas dan belajar. Ibunya hanya ingin
memastikan ia tak jajan sembarangan di sekolah.

Budi adalah anak autis dan tulisannya bagus, rapi, dan


sangat suka pelajaran matematika. Kebiasaannya yang
terkadang mengamuk dan moodnya yang berubah-ubah
membuat saya paham bahwa ada beberapa makanan tertentu
yang harus dihindari, utamanya makanan berbahan dasar coklat
dan tepung terigu. Pernah sekali, karena mamanya ada
kesibukan lain terpaksa tak menemani Budi di kelas, Budi
menangis dan mengamuk, kata-kata yang keluar dari mulut akan
terdengar tidak jelas, suaranya yang mulai menandakan
pubertas terdengar ngebas sampai terdengar ke kantor kepala

2
sekolah. Saya kaget dan gugup dan berusaha menenangkannya
dengan bantuan teman-temannya.

Kejadian tersebut terulang kembali, sampai suatu hari


ibunya menelpon ke saya dengan isak tangis bahwa kepala
sekolah memberikan saran untuk memindahkan saja anaknya
dengan alasan dapat mengganggu murid lain yang sedang
belajar. Meskipun orang tua Budi memberi alasan logis, sisa
setahun akan tamat di sekolah dasar tetapi kepala sekolah tetap
memiliki keputusan yang lain dengan beberapa pertimbangan.
Yang kusayangkan, keputusan ini pun tidak didiskusikan dengan
saya sebelumnya.

Tak ada yang bertanya, mampukah saya menjadi guru bagi


murid ABK seperti Budi? Apakah saya merasa nyaman? Apakah
Budi merasa nyaman? Apakah saya ikhlas mengajari dia?

Sama sekali tidak!


Saya bukanlah guru terbaik di tempat saya mengajar tetapi
saya dapat menjadi teman baik bagi Budi dan bagi murid-murid
saya sendiri. Semester berikutnya, Budi pindah. Bisakah kita
membayangkan jika memiliki anak seperti Budi dan mendapat
perlakuan seperti itu di sekolah? Bukan oleh teman-temannya
tetapi oleh pemimpin yang seharusnya menjadi orang pertama
yang memenuhi kebutuhan hak dasar anak yaitu hak akan
tumbuh kembang, perasaan nyaman dan diterima oleh orang
sekeliling.

Saya menuliskan pengalaman ini agar saya mengingatkan


diri sendiri bahwa ketika kita menjadi guru apalagi pemimpin,
cobalah melihat suatu hal dari segala sudut pandang.
Dengarkanlah banyak pendapat dan masukan dari orang lain lalu
memutuskan sesuatu. Jangan terlalu percaya diri bahwa apa

2
yang kita ketahui dapat menjadi satu-satunya solusi bagi
kehidupan orang lain apalagi murid kita sendiri.

Tahukan film Taare Zameen Par? Iya, film tema pendidikan


yang diproduseri dan diperankan oleh Amir Khan. Film ini
menceritakan tentang seorang anak yang duduk di kelas tiga
sekolah dasar bernama Ishaan. Ia berbeda dengan teman
lainnya, dijuluki sebagai anak yang bodoh dan tidak disiplin. Guru
kelas yang tak paham keadaan Ishaan bahkan selalu menegur
Ishaan dan memberi nilai nol pada pelajaran matematika.

Anak istimewa ini mengalami kesulitan menulis dan


membaca, setiap kali ia menulis, kesulitan itu diilustrasikan
dengan bertebarannya huruf-huruf di kepala Ishaan sampai
membuatnya frustasi dan putus asa. Sampai akhirnya ia
dipertemukan dengan guru seni yang diperankan Amir Khan, ia
pun mendapat bimbingan intens dari sang guru.

Guru ini paham kondisi Ishaan akhirnya menempuh banyak


cara agar Ishaan kembali lagi bersemangat dan tidak frustasi.
Dan diakhir cerita ia menjadi juara melukis di sekolahnya. Ishaan
pun menemukan kembali rasa percaya diri yang hilang.

Semangat kepedulian Amir Khan di film tersebut dapat kita


internalisasi dalam kehidupan kita sebagai guru, bukan hanya
pada murid kita yang memiliki kebutuhan khusus tetapi kepada
semua murid-murid kita yang memiliki latar belakang keluarga
dan pendidikan yang berbeda.

Murid yang terlihat baik-baik saja dan memiliki fisik dan


kecerdasan yang baik di kelas terkadang memiliki kehidupan
keluarga yang juga butuh perhatian dan semangat dari gurunya.
Belum lagi murid yang harus menerima bahwa kedua orang

2
tuanya bercerai, tinggal bersama orang lain dan menjadi bahan
bullyan oleh teman-teman di kelas.

Hal-hal seperti inilah, yang membuat saya mencintai


profesi ini. Jika kita ingin menengok lebih dalam apa yang
dirasakan dan dipikirkan oleh murid-murid kita tentang
kehidupannya sendiri, orang tuanya dan orang-orang sekitarnya,
niscaya dari banyak cerita yang kita dengar dan lihat semua ini
dapat menjadi jalan melembutkan hati guru dan pemimpin kita.

Tak ada lagi murid yang merasa terusir dari sekolahnya


sendiri, tak ada lagi pertengkaran-pertengkaran kecil yang
melebar sampai ke kantor polisi. Harapan ini dapat terwujud jika
guru, orang tua dan pemimpin sama-sama memahami bahwa
dunia pendidikan adalah dunia yang begitu unik dan
memerlukan sabar lebih banyak.

Dunia pendidikan adalah dunia yang begitu unik


dan memerlukan sabar lebih banyak.

Problematika yang dihadirkan pada kedua film tersebut


adalah kehidupan yang tak beda jauh dengan apa yang dialami
guru dalam kehidupan sehari-hari. Tempat kerja yang penuh
tekanan, persaingan negatif antar teman sejawat, atasan yang
otoriter serta orang tua murid yang keras terhadap anak-
anaknya dan menuntut banyak. Semua ini adalah energi negatif
yang harus segera diatasi.

Selain itu, guru juga dihadapkan pada masalah bagaimana


cara memotivasi murid yang memiliki karakter yang berbeda-
beda. Beberapa murid senang dipuji agar termotivasi belajar,
dan beberapa murid lagi hanya dengan teguran disiplinlah yang
membuat mereka mau mengerjakan tugas.

2
Setiap tahun ajaran baru, saya menghadapi karakter murid-
murid seperti ini, senang dipuji dan ada yang harus diberi
warning dulu lalu mengerjakan tugas-tugasnya. Guru harus
memiliki banyak stok motivasi, ibarat celengan, ini harus terus
terisi sampai penuh agar dapat membeli hadiah terindah buat
murid-muridnya di acara penerimaan rapor kenaikan kelas.

Memotivasi murid adalah tugas berat. Berkata yang baik-


baik, melakukan yang baik-baik dan memberi contoh teladan
adalah tugas utama bagi guru di sekolah. Sebelum memotivasi
para muridnya, guru terlebih dahulu mampu memotivasi dirinya
sendiri untuk terus belajar.

Jadi siapa bilang tugas guru hanya mengajar? Profesi guru


adalah profesi sempurna di mata hampir seluruh masyarakat.
Tetapi kita terkadang lupa, bahwa guru juga manusia biasa yang
hatinya bisa terluka meski tetap memberikan senyum terindah
di hadapan murid-muridnya.

Kita terkadang lupa, bahwa guru juga manusia biasa yang


hatinya bisa terluka meski tetap memberikan senyum terindah
di hadapan murid-muridnya.

Mengutip laman wolipop.detik.com (6/4/2020), seorang


guru laki-laki dari Kenya memenangkan uang hadiah senilai 13
Milyar Rupiah tepatnya dalam acara Teacher Global Price tahun
2019.

Ia adalah sosok guru yang mampu menembus


keterbatasan dengan motivasi yang luar biasa. Peter Tabichi ini
mengalahkan 10.000 guru dari 179 negara sebagai peserta
lomba. Laki-laki ini mengajarkan tentang sains di sebuah desa
kecil di mana dominan penduduknya hidup dalam kemiskinan.
Demi para murid-muridnya, ia mendedikasikan sebagian besar

2
penghasilannya untuk kebutuhan akademis para muridnya di
desa tersebut.

Saya belajar dari seorang Peter Tabichi bahwa


keterbatasan sarana prasarana di desa atau bahkan di
perkotaan, bukan lagi alasan utama bagi guru untuk tidak
melakukan kegiatan-kegiatan mengajar yang bermakna dan
menarik. tetapi keterbatasan itu adalah kekuatan besar agar kita
dapat berbuat lebih banyak.

Itulah mengapa pendekatan pembelajaran di abad 21 ini


ditekankan pada pembelajaran kontekstual, di mana lingkungan
dan segala apa yang ada di sekitar murid dan guru adalah media
pembelajaran tanpa batas.

Teringat kembali dengan cerita salah satu teman saya yang


menceritakan kisah tentang bapak Mujo yang ia bacanya di
internet. Pak Mujo seorang guru dari Pulau Bawean.

Pulau Bawean adalah salah satu pulau di sebelah utara


Jawa Timur, berjarak 80 mil dari Tulungagung. Pulau yang
menjadi saksi atas kesabaran dan ketangguhan bapak Mujo
dalam mendirikan sekolah darurat untuk pertama kalinya di
tahun 1982. Pak Mujo muda merasakan keresahan sebagai
pendidik yang diberi tugas untuk mendirikan sekolah di puncak
gunung sebuah desa terpencil. Berkat kesungguhannya, sekolah
itu dapat berdiri hingga sekarang dan diberi nama SD Negeri
Kebun Teluk Dalam.

Masihkah kita kurang stok motivasi?


Memang banyak hal-hal yang kembali harus dibangkitkan
dengan membaca kisah-kisah para perjuangan guru inspiratif di
mana pun berada. Ketika kita kehilangan semangat, mati ide,
malas-malasan dan orientasi dunia lebih mendominasi sampai

2
melalaikan kewajiban masuk kelas, semoga Tuhan cepat-cepat
menyadarkan kita dengan mempertemukan orang-orang yang
dapat menasihati atau bahkan menegur kita dengan caranya
sendiri.

Kita harus menjadi contoh dari perubahan yang ingin kita capai
di dunia. (Ghandi)

Menjadi guru yang ideal dan sejahtera memang harus


melewati proses yang panjang dan bertahap. Meskipun
sebenarnya kriteria ideal dan sejahtera akan lebih terasa
subjektif tetapi pemerintah telah melakukan upaya itu secara
terus menerus.

Dalam dunia belajar mengajar tidak sedikit interaksi yang


kurang harmonis terjadi antara guru dengan guru, guru dengan
murid, guru dengan kepala sekolah dan guru dengan orang tua
murid bahkan beberapa kasus berlanjut di kantor polisi karena
tak menemukan solusi terbaik.

Tekanan-tekanan hidup inilah yang mewajibkan kita


sebagai guru untuk terus belajar dan berbenah. Belajar
mengambil keputusan dengan bijak dan belajar menerima
dengan lapang dada jika sesuatu tidak berjalan sesuai harapan.

Setiap orang pasti memiliki masalah. Gesekan demi


gesekan dalam kehidupan pribadi dan dunia pendidikan tidak
akan pernah ada habisnya. Guru hanya perlu memiliki stok
motivasi yang banyak.

Awal tahun 2021 saya mengikuti Program Pendidikan Guru


Penggerak (PPGP). Di program ini saya dan teman-teman yang
mengikuti diklat selama Sembilan bulan telah diberi materi dan
pengalaman yang luar biasa. Materi yang diberikan adalah

2
materi yang mengantar dan mengubah mindset kita sebagai
guru. Materi tentang pemikiran Bapak Pendidikan Ki Hajar
Dewantara memberi penguatan kepada guru bahwa
perlakukanlah siswa sebagai tuan, atau dengan kata lain
menghamba pada anak. Pengertian tersebut bukan berarti guru
harus patuh atau sujud kepada siswa tetapi filosofi ini
mengantarkan kita bahwa guru seharusnya apapun yang
direncanakan dan dilakukan di kelas selalu berpihak pada siswa.

Guru yang baik adalah guru yang meluangkan seluruh


pikiran dan tenaganya untuk meningkatkan pengetahuan siswa-
siswanya. Jika tak mengajar, rasa bersalah itu akan terus
membuntutinya.

Di modul-modul pembelajaran guru penggerak juga


mengajarkan kita pada pengambilan keputusan yang berpihak
pada siswa. Keputusan itu apakah termasuk bujukan moral atau
dilematika, semua diajarkan pada program guru penggerak.
Sebagai pemimpin pembelajaran, guru memang hadir sebagai
fasilitator pembelajaran yang terlebih dahulu harus
membelajarkan dirinya sebelum membelajarkan siswa-siswanya.

Sumber:
https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/gurupenggerak/
detil-program/
https://m.merdeka.com/mahatma-gandhi/profil/

2
Ironi Guru Honorer

Muh. Ichwan S. Cahidi


UPT SPF SDI Mandai

Dalam menyongsong Indonesia Emas di tahun 2045 atau


yang sering disebut dengan generasi emas Indonesia 2045 peran
pendidikan menjadi sangat penting. Tahun 2045 merupakan
momentum paling penting dalam perjalanan sejarah bangsa
Indonesia, di mana pada saat itu Indonesia genap menduduki
usia 100 tahun kemerdekaan Indonesia dan diharapkan
Indonesia akan diisi oleh generasi emas yang berkarakter yang
mampu membawa Indonesia pada perbaikan kehidupan bangsa
menjadi bangsa yang bermartabat, harmonis, dan berkualitas.
Dalam hal itu untuk membangun generasi emas yang
berkarakter diperlukan asuhan, pendidikan, dan latihan yang
efektif sejak dini agar kemampuan dan karakter mereka tumbuh
dan berkembang secara optimal agar terwujud impian bangsa
Indonesia, yaitu munculnya generasi emas yang berkarakter dan
mampu memberikan kebaikan dan kebesaran bangsa Indonesia
serta melahirkan peserta didik yang berkualitas sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.

Kita tidak dapat dipungkiri bahwa dalam mewujudkan visi


tersebut dibutuhkan peran guru dalam proses mengajarkan
pendidikan dan sekaligus sebagai pihak yang bertanggungjawab
dalam pelaksanaan proses pendidikan disekolah. Sangatlah
penting, namun Sejak tahun 2005 pemerintah sudah tidak lagi
mengangkat guru honorer menjadi guru tetap secara langsung,

2
namun untuk mendapatkan status sebagai guru tetap/PNS harus
melalui tes yang diadakan oleh pemerintah.

Hal inilah menjadi dasar bagi setiap sekolah di berbagai


daerah mengangkat guru honorer sebagai alternatif untuk
menutupi kekurangan tenaga pengajar di berbagai daerah.
Namun masalah yang mereka hadapi sebagai guru honorer
adalah belum adanya standar gaji yang jelas. Sejak lahirnya UU
Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen lahir belum juga
sejahtera. Melihat fakta yang ada dilapangan bahwa masih ada
guru honorer yang digaji Rp 200-300 ribu, bahkan terkadang gaji
tersebut diberikan secara rapel, 3 bulan sekali pada saat Dana
BOS dicairkan.

Melihat potret tersebut sangatlah miris mengingat dan tak


dapat kita pungkiri banyak guru-guru besar, dokter insinyur dan
profesi yang lainya lahir dari tangan seorang guru honorer. Inilah
yang menjadi salah satu penyebab bahwa minat seorang
peserta didik sangatlah minim. sesuai dengan angket
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) pada
tahun 2019 mencatat bahwa hanya 11 persen peserta didik dari
512.500 yang bercita-cita menjadi seorang guru dan mayoritas
adalah perempuan. dan uniknya lagi dari 11 persen tersebut yang
bercita-cita menjadi guru adalah mereka yang berada pada
kelompok nilai tidak maksimal.

Menurut Koordinator Nasional Jaringan Pemantau


Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji “hal ini dapat
dimaklumi apabila banyak generasi muda tidak mau bercita-cita
menjadi guru, sebab banyak faktor yang mengkondisikan
demikian, tak terkecuali perihal kesejahteraan. Pertama profesi
guru di Indonesia tidak menjanjikan secara ekonomi. Kedua,
beban akademik yang begitu berat. Penghargaan profesi guru

2
kurang. Keempat, tidak ada kepastian perlindungan hukum bagi
profesi guru. Sejalan dengan hal itu kepala badan penelitian dan
pengembangan (Balitbang) Totok Suprayitno “peserta didik itu
sangat rasional untuk memilih sebuah profesi yang menurut
persepsinya memiliki status sosial ekonomi yang tinggi,
gambaran status sosial ekonomi profesi guru di mata peserta
didik masih dibawah profesi lain seperti pengacara dan dokter”.
Walaupun kita melihat potret kelam guru honorer mulai dari
upah yang minim status kepegawaian yang belum pasti mereka
dapatkan namun masih banyak orang-orang yang memilih
mengabdikan hidupnya sebagai guru honorer berharap sebuah
harapan untuk masa tua dengan mendapatkan jaminan sebagai
pegawai negeri, dan juga status sosial yang mereka peroleh
sebagai guru dengan pandangan masyarakat sebagai orang
yang memiliki kewibawaan, dan mereka sebagai seseorang yang
menjadi contoh bagi masyarakat. Namun ada juga yang memilih
bertahan dengan mencari pekerjaan sampingan seperti
membuka counter hingga pemandu outbond. Bahkan terkadang
di mata masyarakat pekerjaan seorang guru sering dipandang
sebelah mata. Ini dibuktikan oleh beberapa guru jika ditanyai
tentang pekerjaan, dia menjawab dengan nada yang kurang
bersemangat dan mengatakan guru. Seolah-olah pekerjaan
tersebut adalah hal yang kurang menarik, tidak memiliki nilai jual
yang tinggi.

Hal inilah yang menjadi dasar negara kita untuk lebih


memperhatikan kesejahteraan guru honorer demi mencapai visi
Indonesia emas 2045. Agar guru-guru khususnya guru honorer
jika ditanyai tentang pekerjaan dia mampu menjawab dengan
penuh percaya diri dan rasa bangga bahwa saya guru. Inilah
yang diharapkan dari pemerintah memiliki perhatian khusus
dalam mensejahterakan tenaga pendidik seperti guru honorer.

2
Serta diberi kepastian perlindungan hukum, guna tidak ada lagi
seorang guru honorer dikabarkan dipenjara, ditampar oleh wali
dari peserta didik hanya karena mendisiplinkan peserta didiknya.

Kita tidak dapat dipungkiri bahwa guru honorer memiliki


kreatifitas dan inisiatif yang tinggi serta profesional dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini sangat
membantu guru-guru yang telah senior dalam mengemban
amanahnya dan menambah pengetahuan tentang pemanfaatan
tekhnologi dalam dunia pendidikan. Sehingga mampu mengikuti
perkembangan dalam dunia pendidikan. Sehingga bukan hal
yang mustahil untuk mencapai visi generasi emas 2045 jika
memperhatikan nasib atau kesejahteraan guru honorer.

2
Muhammad Sebagai Uswah Dalam
Kurikulum Pendidikan

Nur Awwalul Rahma


SDI Mariso III

Ketika seorang laki-laki dan perempuan sudah dalam


ikatan pernikahan yang sah maka akan lahirlah generasi dari
mereka. Anak-anak inilah yang kelak akan menjadi tombak
perjuangan bangsa dan Negara. Namun, itu akan tercapai jika
mereka memiliki akhlak yang baik, sebaliknya jika memiliki
akhlak yang buruk maka akan meruntuhkan bangsa. Fenomena
anak yang nakal, brutal dan tawuran serta memakai obat-obat
terlarang sangat merusak diri mereka, merugikan dan
meresahkan di lingkungan sekitar. Olehnya pendidikan yang baik
dan teladan yang baiklah yang akan membawa mereka ke jalan
yang benar.

Dunia pendidikan suatu struktur yang sangat vital dalam


sebuah negara. Di Indonesia sendiri pendidikan merupakan hal
pokok dalam pembelajaran di lembaga formal maupun non
formal. Menurut sisdiknas Dalam undang-undang sistem
pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 berbunyi “pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2
Sedangkan dalam pandangan Islam menurut Imam Al.
Gazali pendidikan islam yaitu pendidikan yang berupaya dalam
pembentukan insan paripurna baik di dunia maupun di akhirat.
Menurut Al Gazali pula manusia dapat mencapai kesempurnaan
apabila mau berusaha mencari ilmu dan selanjutnya
mengamalkan fadhila melalui ilmu pengetahuan yang
dipelajarinya. Fadhila ini selanjutnya dapat membawanya untuk
dekat kepada Allah dan akhirnya membahagiakannya hidup di
dunia dan akhirat. Dalam persoalan pendidikan ini sangat erat
kaitannya dengan akhlak. karena baik buruknya tergantung
bagaimana pendidikannya. Banyak kasus tentang minimnya
akhlak sebagian dari anak bangsa kita, salah satunya kurangnya
rasa hormat, saling menghargai antara yang muda dan yang tua,
salah dalam pergaulan. Sadar atau tidak sadar sungguh akhlak
anak-anak kita jauh dari tujuan dari pendidikan itu sendiri.

Berbicara tentang pendidikan tentu kita butuh sosok


seorang guru yang mengajar dan bisa dijadikan contoh dan
tauladan. Dan sosok in tentu ada pada diri rosululloh
Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam kurikulum
pendidikan kita butuh role model sifat dan akhlak yang
sempurna untuk kita ajarkan ke anak-anak dalam membentuk
siswa yang beriman dan berakhlak sehingga menjadi generasi
Rabbani untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sosok ini terdapa pada manusia mulia bernama
Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam.

Ketika kita menyebut nama Muhamad apa yang terlintas


dalam pikiran kita? pasti Tentang akhlaknya. Dalam {QS. Al
Ahsab:21} yang berbunyi “laqode kaana lakum fi rosulillahi
uswatun hasanatun” yang artinya “sungguh telah ada pada {diri}
rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu”. Kita ketahui
bahwa sebaik-baik teladan yang baik dalam akhlak adalah

2
rosululloh Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam. Bgitupun
dengan anak-anak kita sekarang sebaik-baik teladan akhlak
adalah meniru beliau Muhammad sang penyempurna akhlak.
Sebagaimana anak-anak kita sebagian besar tidak hormat
kepada gurunya, tidak saling menghargai antara yang muda dan
yang tua dan salah dalam pergaulan. Sadar atau tidak sadar
sungguh akhlak anak-anak kita jauh dari meneladani rosululloh.
Jika kita kembali membuka, membaca dan memahami siroh
rosululloh kita akan takjub dengan akhlak beliau.

Salah satu kisahnya yaitu dalam sebuah kisah ketika


rosululloh mengajarkan adab kepada anak yang berusia 9 tahun
ketika dalam berkendaraan dalam hadist yang diriwayatkan “ya
Ghulam, maukah kau mendengar beberapa kalimat yang sangat
berguna? Tanya rosululloh suatu ketika pada seorang pemuda
cilik, ”jagalah ajaran-ajaran Allah, niscaya engkau akan
mendapatknNya selalu menjagamu. Jagalah larangan-larangan
Allah maka engkau akan mendapatinya selalu dekat
dihadapanmu”. Pemuda cilik yang beruntung itu adalah
Abdullah bin abbas. keakrabannya dengan rosululloh sejak kecil
membuat ibnu abbas tumbuh menjadi seorang lelaki
berkepribadian luar biasa. Hidup bersama dengan rosululloh
benar-benar telah membentuk karakter dan sifatnya. Sebuah
kisah menarik melukiskan bagaimana Ibnu Abbas ingin selalu
dekat dan belajar dari rosululloh.

Pengaruh akhlak memang sangat urgent di dunia


pendidikan maupun dalam bermasyarakat. Rosululloh manusia
yang sederhana namun karena akhlaknya mampu menggugah
yang biasa-biasa menjadi luar biasa dalam setiap pribadi yang
dekat dengan beliau, yang keras menjadi lembut. Dalam
pembelajaran dibutuhkan kurikulum khusus untuk untuk lebih
mengenal sosok nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam

2
sebagai uswah untuk diajarkan kepada anak didik sebagai
bentuk implementasi dari visi dan misi pendidikan di Indonesia

Referensi :

https://m.eramuslim.com/profil/Abdullah-bin-abbas-muda-
usianya-luas ilmunya.htm. di akses tanggal 1 juli 2021, pukul 22.00
Wita.

https://www.bkkbn.go.id/detailpost/laju-pertumbuhan-
penduduk-turun-jajaran-bkkbn-diminta-jangan-euforia. Diakses
tanggal 1 juli 2021 pukul 09;40 Wita

https://referensi.elsam.or.id/2014/11/uu-nomor-20-tahun-2003-
tentang-sistem-pendidikan-nasional/. Diakses tanggal 30 juli 2021
pukul 22.00 Wita

Ihsan, Hamdani, dan Ihsan, Fuad.2007. filsafat pendidikan Islam.


Bandung: CV Pustaka Setia.

2
Ceritaku

Agustiati
SDN Balang Boddong

Sejak ditinggal ibunya (meninggal) hidupnya yang dulu


senang serta semua berkecukupan kini ia dan keempat
saudaranya mulai merasakan penderitaan yang luar biasa. Ketika
ayahnya menikah lagi penderitaannya pun bertambah akibat
seorang ibu sambung yang cukup kejam, di dalam benaknya
tidak pernah terpikirkan bahwa keadaannya akan seperti ini. Di
Usianya yang masih sangat muda yaitu berumur 11 tahun harus
menanggung beban yang sangat berat, yaitu membiayai
hidupnya sendiri dan keempat saudaranya dengan
mengandalkan hidup sebagai buruh pabrik yang upahnya pada
saat itu hanya 3000 rupiah yang harus menghabiskan bahan kue
sekitar 25 kg tepung terigu atau 1 karung terigu.

Hari-hari dilaluinya dengan penuh penderitaan, namun


mereka selalu bersemangat dan berpikir positif bahwa nasib
mereka suatu saat nanti akan berubah dengan usaha yang
sungguh-sungguh dan berdoa dengan penuh semangat. Suatu
hari saat mulai memasuki usia SMU sang kakak mengadu nasib
di tanah rantau dengan harapan nasibnya suatu saat akan
berubah, namun tuhan berkata lain penderitaan pun makin
bertambah, dalam kesehariannya dipenuhi dengan pekerjaan
yang tidak ada habisnya, sampai-sampai tidur pun tidak lebih
dari dua jam setiap harinya.

Hampir semua pekerjaan dilakukannya demi meraih


kehidupannya yang lebih baik, mulai dari menjadi pekerja di

2
konveksi, penjawa WARTEL (warung telepon) sampai
berdagang keliling dilakukannya dengan penuh keikhlasan dan
kesabaran.

Suatu hari karena sang kakak sangat ikhlas dalam bekerja


akhirnya ia pun dikuliahkan dengan harapan suatu saat nanti
apabila telah lulus kuliah dapat bekerja yang lebih baik lagi,
akhirnya ia pun dikuliahkan disalah satu perguruan tinggi di kota
itu, semua tugas baik tugas rumah maupun tugas kampusnya ia
selesaikan dengan baik hingga ia akhirnya dapat meraih gelar
sarjana.

Penderitaan adalah suatu hal yang dialami dengan penuh


kesedihan dan cobaan yang tidak mengenakkan.

Penderitaan berasal dari kata derita yang artinya


menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak
menyenangkan.

Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia.


Penderitaan ada yang ringan dan ada yang berat.

Penderitaan bagi seseorang belum tentu merupakan


penderitaan bagi orang lain.

2
Pembelajaran Menyenangkan Dengan
Quantum Teaching

Henny Sugiarty
SD Negeri Pongtiku 2

Metode-metode untuk pembelajaran pada saat ini sangat


banyak jenisnya. Sebagai guru, kita dapat dengan bebas memilih
metode apa saja yang ingin kita gunakan. Namun untuk memilih
metode yang tepat untuk menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan agak sedikit rumit. Apakah bapak dan ibu
guru mengalami hal yang sama? Kalau iya, bapak dan ibu guru
bisa mencoba pembelajaran menyenangkan dengan metode
Quantum Teaching.

Menurut Gagne (1977) pengertian pembelajaran adalah


peristiwa yang sengaja diciptakan untuk mendukung proses
pembelajaran yang bersifat internal yang bertujuan untuk
menghasilkan perilaku belajar. Peristiwa-peristiwa tersebut
dapat berupa penciptaan situasi yang dapat membuat proses
pembelajaran menjadi aktif dan kondusif sepanjang proses
pembelajaran.

Berdasarkan teori behavioristik, belajar adalah terjadinya


perubahan perilaku yang merupakan hasil dari hal-hal yang telah
dialami. Perilaku belajar tercipta karena adanya interaksi antara
rangsangan dan tanggapan. Indikator seseorang belajar ketika
terjadi perubahan perilaku setelah mendapatkan pengalaman.

Berdasarkan teori tersebut diatas, maka metode Quantum


Teaching ini layak untuk rekan-rekan guru gunakan.Menurut

2
Bobbi Deporter dkk (2010:33) Quantum Teaching adalah
pembelajaran yang bertujuan menciptakan lingkungan belajar
yang menyenangkan. Di dalam Quantum Teaching memuat
petunjuk secara spesifik bagaimana cara menciptakan
lingkungan belajar sehingga menjadi efektif, membuat
rancangan kurikulum, menyampaikan pembelajaran, membuat
proses belajar menjadi lebih mudah. Quantum Teaching
menggunakan konsep yang memaknai segala sesuatu, baik itu
kata maupun pikiran untuk dijadikan sebagai panduan agar
dapat mengakomodir bakat siswa dimana seorang guru mampu
memahami dan melakukan berbagai gaya belajar siswa seolah-
olah seperti konduktor pada sebuah konser. Dengan terciptanya
suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan maka
pembelajaran akan berjalan dengan baik. Quantum Teaching
memanfaatkan unsur yang terdapat pada siswa dan lingkungan
belajar yang dihasilkan dari proses interaksi yang terjadi di dalam
kelas, dengan kata lain interaksi –interaksi tersebut akan
mengubah energi menjadi cahaya. Dengan pembelajaran yang
menyenangkan menghasilkan kesuksesan belajar.

Quantum Teaching metode ciptaan Bobbi DePorter ini


adalah Penciptaan belajar yang meriah dengan segala
nuansanya. Fokus dari Quantum Teaching ini adalah terciptanya
hubungan dinamis dalam lingkungan kelas. Adapun asas dari
metode Quantum Teaching adalah bawalah dunia mereka ke
dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Dari asas
tersebut dapat kita simpulkan bahwa gurulah yang harus
memasuki dunia siswa terlebih dahulu. Dengan kata lain guru
harus membangun relasi dengan siswa sebelum mengawali
proses belajar mengajar.

2
Relasi dengan siswa dapat tercipta dengan mengenali
pribadi siswa, menunjukkan sikap yang ramah, dan
memperhatikan hal-hal yang dapat menarik perhatian siswa.

Tujuan untuk membangun relasi bersama siswa adalah


agar siswa mengizinkan guru untuk membimbing, memimpin,
dan memudahkan proses belajarnya. Jika siswa telah
mengizinkan guru untuk membimbing, memimpin, dan
memudahkan proses belajarnya, maka guru dengan akan mudah
mengantarkan ilmu yang dimilikinya kepada siswa sehingga
akan diterima dengan baik oleh siswa.

Segala aspek kepribadian manusia dan lingkungan sekitar


harus diperhatikan dalam menjalin hubungan karena hal ini
mempengaruhi proses belajar. Aspek-aspek yang harus
diperhatikan adalah aspek pikiran, perasaan, bahasa tubuh
sampai keadaan lingkungan kelas.Perbedaan yang dimiliki setiap
siswa harus disikapi dengan positif.

Terdapat lima prinsip dari dari metode QuantumTeaching,


yaitu segala berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman
sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, jika layak dipelajari
maka layak untuk dirayakan.

a. Prinsip segala berbicara maksudnya adalah segala sesuatu


yang terjadi di dalam proses pembelajaran adalah
informasi penting.

b. Prinsip segala bertujuan maksudnya adalah dalam proses


belajar apapun yang dilakukan oleh guru tujuannya harus
untuk siswa.

c. Prinsip pengalaman sebelum pemberian nama


maksudnya guru memberikan informasi tentang materi

2
untuk merangsang rasa ingin tahu siswa, yang kemudian
mereka mencari tahu lalu menemukan informasinya dan
memberi penamaan materi.

d. Prinsip akui setiap usaha maksudnya keaktifan siswa


dalam proses belajar patut diakui sehingga meningkatkan
rasa percaya diri siswa terhadap kemampuannya
sehingga menimbulkan minat belajar yang lebih besar.

e. Prinsip jika layak dipelajari maka layak untuk dirayakan


maksudnya perayaan dengan memberikan apresiasi baik
berupa pujian atau tindakan-tindakan yang membuat
siswa merasa dihargai usahanya.

Ada 6 (enam) langkah-langkah dalam pembelajaran


Quantum teaching, yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan yang biasa diakronimkan
menjadi TANDUR.

1. Tumbuhkan, yaitu sebelum memulai kelas bapak dan ibu


guru harus membuat relasi bersama siswa lalu
menumbuhkan rasa tertarik siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran

2. Alami, yaitu guru memberikan pengalaman dengan


memperlihatkan maupun memaparkan contoh peristiwa
yang sekiranya dapat mengantarkan pemahaman siswa
terhadap materi yang akan mereka pelajari.

3. Namai, yaitu setelah siswa memperoleh pengalaman dari


peristiwa yang dicontohkan, guru kemudian mengaitkan
dengan materi yang akan mereka pelajari. Pastikan kata
yang digunakan dapat dimengerti, konsep juga harus
jelas, dan memberikan strategi-strategi yang dapat siswa

2
lakukan dalam proses menamai.

4. Demonstrasikan, yaitu guru mendemonstrasi materi yang


dipelajari baik dengan cara menggunakan alat peraga,
melakukan simulasi, melakukan sandiwara, maupun
permainan agar siswa dapat mengingat materi yang
diajarkan.

5. Ulangi, Yaitu guru harus membiasakan untuk mengulangi


materi pada pembelajaran saat itu dan memastikan siswa
telah memahami materi dengan meminta siswa
memberikan rangkuman materi yang telah dipelajari pada
hari tersebut.

6. Rayakan, setelah penyampaian materi guru dapat


merayakan dengan memberikan pujian, tepukan atau
tindakan-tindakan lain yang membuat siswa merasa
dihargai usahanya, ketekunan nya, dan kesuksesan siswa
dalam proses belajar.

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai metode


pembelajaran Quantum Teaching. Rekan-rekan guru dapat
mencoba untuk menerapkannya dalam proses belajar di kelas.
Penerapan metode Quantum Teaching ini dapat mengeratkan
hubungan emosional sebagai guru dan siswa sehingga tercipta
situasi belajar yang menyenangkan dan interaksi-interaksi
positif.

2
2
DARING = DUSTA

Munawar Abd. Hamid


UPT SPF SD Inpres Paccerakkang

Proses pembelajaran secara Daring memiliki efek yang


negatif bagi pendidikan anak bangsa. Mengapa demikian?
Pandemi Covid 19 yang merajalela di semua Negara termasuk
Indonesia telah merubah banyak pola kehidupan manusia, salah
satunya dalam hal pendidikan. Peserta Didik diwajibkan belajar
dari rumah secara online atau akrab kita kenal dengan sebutan
belajar Daring (dalam jaringan).

Namun proses pembelajaran secara Daring seperti saat ini,


menimbulkan banyak kebohongan. Mulai dari alasan peserta
didik yang tidak mengikuti pembelajaran Daring dengan alasan
tidak punya kuota tetapi tetap aktif bermain game online dan
setiap hari memasang status di whatsapp, kemudian saat tes
secara virtual via zoom meeting, google meet atau video call
peserta didik menyediakan contekan di sekitar smart phonenya,
hingga saat ujian secara online dibantu oleh orang tua bahkan
ada yang orang tuanya langsung yang mengerjakan soal
ujiannya. Dan masih banyak lagi kebohongan-kebohongan yang
terjadi dalam proses pembelajaran Daring seperti saat ini.

Seorang Praktisi psikolog (Elizabeth T. Santosa 2018)


menjelaskan seseorang biasanya berbohong sebagai bentuk
perlindungan diri untuk menghindari masalah. "Manusia biasa
berbohong untuk menghindari masalah. Ini bentuk
perlindungan diri atau self defence saat merasa terancam.
'Daripada jujur, mending bohong', misalnya seperti itu,"

2
Penjelasan Elizabeth ini diperkuat oleh penelitian yang
dilakukan psikolog Bella DePaolo, seperti dilaporkan Psychology
Today. DePaolo menanyai 147 partisipan untuk membuat diari
mengenai kebohongan mereka selama satu pekan. Hasilnya, dia
menemukan rata-rata seseorang berbohong satu atau dua kali
dalam sehari dan itu dilakukan untuk melindungi diri dalam
menyembunyikan kekurangan. Inilah yang peserta didik lakukan,
berbohong atau berlaku tidak jujur dalam proses pembelajaran
Daring.

Dikutip dari Southern Living, seseorang memilih melakukan


'kebohongan baik; untuk membuat orang lain terlihat baik,
terhindar dari rasa malu, hukuman, atau perasaan terluka. Hal ini
pula yang dilakukan oleh orang tua peserta didik dalam
membantu anaknya mengerjakan tugas atau soal ulangan,
orang tua selalu ingin anaknya terlihat baik dan tentunya
mendapatkan nilai baik.

Pendidikan karakter yang berfungsi untuk


mengembangkan potensi dasar seorang anak agar berhati baik,
berperilaku baik, serta berpikiran yang baik. Dengan fungsi
besarnya untuk memperkuat serta membangun perilaku anak
bangsa yang multikultur. Dalam proses pembelajaran daring,
kini pendidikan karakter tersebut agak melenceng akibat
ketidakjujuran yang terjadi.

Namun sebagai seorang guru, tidak boleh sepenuhnya


menyalahkan peserta didik maupun orang tuanya atas hal ini.
Perlu kita mengamati lebih dalam apa penyebab kedustaan
dalam proses pembelajaran daring tersebut bisa terjadi. Bisa jadi
karena pengajaran yang dilakukan oleh guru yang
membosankan atau kurang menyenangkan, sehingga peserta
didik tidak mengikuti pembelajaran daring meskipun memiliki

2
kuota. Ataukah karena sangat ingin mendapatkan nilai yang baik
sehingga saat ujian menyontek atau dibantu oleh orang tua.
Semuanya perlu dipahami sehingga dengan demikian kita bisa
mencari solusi dari tiap masalah yang terjadi.

Seorang guru harus berusaha untuk tetap bisa


menanamkan pendidikan karakter meskipun dalam proses
pembelajaran daring. Bekerjasama dengan orang tua,
memberikan contoh yang baik kepada peserta didik untuk bisa
bersikap dan berkata jujur. Sembari guru meningkatkan
kompetensinya dalam memberikan pelajaran yang bervariasi
dan lebih menyenangkan agar peserta didik juga antusias
mengikuti pembelajaran daring.

Ada sedikit tips dari saya bagaimana agar proses


pembelajaran Daring bisa berjalan baik dan efektif tanpa harus
terjadi dusta di antara kita: Pertama, kenali karakter setiap
peserta didik kita agar kita mampu memilah dan menentukan
proses pembelajaran seperti apa yang bisa kita lakukan agar
setiap peserta didik bisa terlibat dan secara antusias mengikuti
proses pembelajaran yang kita laksanakan. Kedua, saat
memberikan tugas hafalan, misalnya perkalian atau hafalan ayat-
ayat al-Qur’an secara daring dengan video call atau mengirim
video via whatsapp maka pastikan peserta didik menghafalnya
dalam keadaan memejamkan mata atau menggunakan penutup
mata, agar tidak ada peluang mereka untuk melihat contekan.
Dengan demikian peserta didik akan berusaha untuk benar-
benar menghafalkan tugasnya.

2
Pembelajaran Daring Pada Masa
Pandemi Covid-19
Liati
UPT SPF SDI Pagandongan 1

Wabah virus corona atau yang lebih dikenal dengan nama


covid-19 pertama kali muncul pada akhir tahun 2019, tepatnya di
kota Wuhan China bagian tengah. Munculnya wabah tersebut
sangat meresahkan masyarakat China karena hanya dalam
waktu singkat ribuan warga China di kota Wuhan meninggal
dunia akibat terserang covid-19. Berbagai upaya dilakukan oleh
pemerintah China untuk mengatasi penyebaran virus tersebut,
Isolasi warga Wuhan menjadi salah satu pilihan, namun tidak
sepenuhnya berhasil. Virus ini tetap menyebar dengan sangat
cepat di China, dan pada awal tahun 2020 mulai menyebar
hampir ke seluruh dunia termasuk Indonesia.

Pemerintah Indonesia berupaya keras mencegah


masuknya penyebaran covid-19 di Indonesia, dengan
memperketat pemeriksaan bagi warga negara Asing (WNA)
maupun warga negara Indonesia (WNI) yang berasal dari luar
negeri terutama yang berasal dari negara dengan tingkat
penyebaran covid-19 cukup tinggi. Namun covid-19 tetap
menyebar di Indonesia sehingga ribuan warga Indonesia
menjadi korban wabah yang mematikan tersebut, meskipun
pada awalnya hanya ada dua kasus positif covid-19 yang
diumumkan secara resmi oleh bapak Presiden pada bulan Maret
2020.

2
Bertambahnya kasus positif covid-19 dari hari ke hari di
Indonesia mengharuskan Pemerintah segera mengambil
kebijakan untuk segera memutus rantai penyebaran covid-19
termasuk kebijakan dalam dunia pendidikan. Khusus dalam
dunia pendidikan pemerintah mengambil langkah menutup
semua sekolah mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan yang sederajat bahkan
sampai ke Perguruan Tinggi (PT). Penutupan semua jenjang
sekolah bukan berarti tidak ada kegiatan pembelajaran. Namun
kegiatan pembelajaran diharapkan tetap berlangsung selama
pandemi. Oleh sebab itu Pemerintah menerapkan pembelajaran
dari rumah (BDR) atau yang lebih dikenal dengan istilah
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau yang lebih familiar lagi
dengan istilah pembelajaran daring.

Kebijakan BDR menjadi tantangan tersendiri bagi guru.


Guru mulai berusaha menggunakan aplikasi dalam
pembelajaran, ada yang menggunakan Google Classroom, Zoom,
Animaker, WhatsApp dan lain lain, Aplikasi apapun yang mereka
gunakan dalam pembelajaran daring, semua menyimpan
harapan dan tujuan agar materi pembelajaran dapat
tersampaikan dan diterima dengan baik oleh peserta didik. Oleh
sebab itu guru harus memilih aplikasi yang mudah dipahami dan
sesuai dengan kondisi peserta didik, agar tercipta suasana
belajar yang tetap menyenangkan dan tidak membosankan.

Selama pembelajaran daring, seorang guru harus


memastikan bahwa semua peserta didik tetap belajar dan
menerima pelajaran dengan baik, salah satu cara yang dilakukan
adalah memperhatikan respon dari peserta didik selama belajar.
Respon yang baik menandakan bahwa peserta didik belajar.
Pendapat tersebut dikemukakan oleh Skinner dalam Dimyati &
Mudjiono (2010:9) yang mendefinisikan belajar sebagai suatu

2
perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih
baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.

Respon dari peserta didik harus dibangun oleh guru. Guru


harus berupaya semaksimal mungkin agar peserta didik mampu
memberi respon Salah satu cara yang dilakukan adalah tanya
jawab melalui video call whatsapp, zoom atau menelpon
langsung. Melalui Tanya jawab guru dapat mengetahui respon
dari peserta didik mulai dari hal hal yang menyenangkan, sampai
kepada hal- hal yang sulit termasuk apakah materi pembelajaran
sudah tersampaikan dan diterima dengan baik, oleh peserta
didik atau sebaliknya Jika materi, pembelajaran tidak
tersampaikan dengan baik maka peserta didik akan mengalami
kesulitan belajar. “Kesulitan belajar seorang peserta didik
biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau
hasil belajarnya sehingga prestasi hasil belajar yang dicapai
berada di bawah semestinya “(Muhibbin, 2003:173).

Peran guru untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami


peserta didik selama pembelajaran daring kurang maksimal,
siswa yang mengalami kesulitan belajar tidak bisa bertanya
langsung kepada guru, sehingga kesulitan belajar tersebut tidak
bisa teratasi, dan pada akhirnya materi pelajaran tidak dapat
dipahami dengan baik. Keluhan-keluhan dari peserta didik pun
mulai bermunculan, Mereka mulai malas dan bosan mengikuti
pembelajaran daring, mereka sering bertanya kapan
pembelajaran daring berakhir dan kapan belajar tatap muka
dimulai. Keluhan BDR bukan hanya dari peserta didik tetapi juga
dari orang tua. Mereka yang pada awal pembelajaran daring
sangat aktif mendampingi anak-anak mereka belajar mulai
mengeluh. Keluhan orang tua pada umumnya sudah merasa
capek menjadi guru pendamping di rumah, terutama yang
memiliki lebih dari satu orang anak dan hanya mampu

2
menyediakan satu HP yang digunakan secara bergantian, hal
tersebut sangat menyulitkan bagi orang tua untuk memilih siapa
diantara anak-anaknya lebih dulu menggunakan, HP dan harus
didampingi karena semua belajar di hari dan waktu yang
bersamaan. Dan demi mendampingi anak belajar, banyak orang
tua yang mengabaikan tugas atau pekerjaan lainnya di rumah.
sehingga tidak sedikit orang tua yang stres.

Masalah lain yang dihadapi oleh peserta didik dan orang


tua selama pembelajaran daring adalah persoalan kuota. Banyak
orang tua yang mengeluh karena harus menyisihkan uang
belanja kebutuhan harian di rumah untuk membeli kuota agar
anaknya dapat mengikuti pelajaran dengan baik, Meskipun
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah
memberikan bantuan kuota internet, namun tidak semua
peserta didik beruntung mendapatkan kuota tersebut, sehingga
keluhan akan kehabisan kuota selalu menjadi alasan bagi siswa
untuk tidak ikut belajar, oleh sebab itu guru harus mencari
alternatif lain agar peserta didik tersebut tetap mengikuti
pembelajaran, misalnya memanggil siswa tersebut ke sekolah
untuk diberikan pelajaran secara singkat dan tentunya dengan
memperhatikan protokol kesehatan dengan ketat agar
kesehatan guru dan peserta didik tetap terjaga dan terhindar
dari penularan wabah covid-19.

Kita semua berharap covid -19 segera berlalu agar


pembelajaran tatap muka dapat dilaksanakan kembali karena
secanggih apapun aplikasi yang kita gunakan dalam proses
pembelajaran daring, peserta didik tetap membutuhkan sosok
guru di depannya yang siap mendengar keluh kesahnya, yang
siap menjawab pertanyaan pertanyaan seputar materi yang
belum dipahami dan yang menjadi panutannya dalam segala

2
tindakannya. Karena Guru bagi mereka adalah sosok yang tak
tergantikan.

Literasi Sains Dengan Pembelajaran


Menyenangkan Di Masa Pandemi

Juniawati
SDN Sudirman IV

Sudah setahun lebih, kita dalam masa pandemi Virus


Korona. Banyak hal berubah dalam kehidupan sehari-hari, baik di
sektor perekonomian, maupun dalam dunia pendidikan. Selama
masa pandemi ini, kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di
rumah atau pembelajaran jarak jauh (PJJ). Banyak kendala yang
guru hadapi selama pandemi ini, diantaranya adalah:

1. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) tidak efektif


2. Tidak semua siswa memiliki telepon seluler
3. Tidak memiliki jangkauan jaringan internet
4. Kurangnya minat siswa dalam berliterasi terutama pada
pembelajaran Sains
5. Sebagian siswa malas mengerjakan tugas dari guru,
karena pembelajaran tidak menyenangkan.

Mungkin sebagian guru mengalami kendala yang sama


seperti saya hadapi di Sekolah SDN Sudirman IV Kota Makassar.
Tetapi upaya yang saya lakukan untuk menumbuhkan minat
belajar siswa terutama pada pembelajaran IPA agar lebih
menyenangkan yaitu dengan melaksanakan Experiment yang
dapat membangun literasi Sains di masa pembelajaran jarak jauh
(PJJ).

2
Di masa pandemi ini, pembelajaran jarak jauh bukan hanya
dilakukan secara daring, luring dan gabungan dari keduanya
(blended learning). Melalui ketiga cara tersebut, diharapkan
pembelajaran pada situasi pandemi dapat memberikan
pembelajaran yang lebih bermakna terhadap siswa. Sehingga
guru dapat mengelola pembelajaran secara efektif, memberikan
pembelajaran yang menyenangkan, menggunakan sumber
belajar dari sekitar, tidak membosankan dan dapat memicu
siswa tetap aktif dalam mengikuti pembelajaran walaupun
berada di rumah. Sehingga proses belajar mengajar dapat
terlaksana dengan baik.

Seorang guru harus mampu merancang proses


pembelajaran bermakna melalui pembelajaran jarak jauh yaitu
dengan mengedepankan pada aktivitas seluruh panca indera
siswa melalui proses mengamati, mencoba dan menganalisis.
Sehingga siswa dapat membangun kemampuan rasa ingin tahu,
menghubungkan informasi yang satu dengan yang lainnya, dan
mampu menarik sebuah pernyataan tentang proses analisis
tersebut.

1. Metode Eksperimen

Menurut Lubis et, al (2017) kegiatan percobaan


(experiment) yang dilakukan dalam proses pembelajaran dapat
memberikan pengalaman saintifik secara langsung bagi siswa.
Metode eksperimen menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah cara
penyajian pelajaran, dimana peserta didik melakukan percobaan
dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajari.

Kesimpulannya bahwa metode eksperimen merupakan


cara pembelajaran, dimana peserta didik melakukan percobaan
dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang

2
dipelajari sehingga peserta didik dapat mengembangkan
kemampuan berpikir dan kreativitas secara optimal.

2. Literasi Sains

Menurut Wulandari dan Sholihin (2016) Literasi Sains


adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik dalam
menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan masalah.
Memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah
dan menarik kesimpulan berdasarkan isu ilmiah.

Literasi sains ini memiliki beberapa definisi yaitu


kemampuan menggunakan pengetahuan sains untuk
mengidentifikasi masalah dan menarik kesimpulan berdasarkan
bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan
tentang alam dan perubahannya yang dilakukan oleh aktivitas
manusia (Pisa, 2000). Menurut Gormaly et.al (2012) bahwa
literasi sains adalah kemampuan seseorang dalam membedakan
fakta-fakta sains dari berbagai macam informasi, mengenal dan
menganalisis penggunaan metode penyelidikan saintifik serta
kemampuan mengorganisasi, menganalisis,
menginterpretasikan data kuantitatif dan informasi sains. Jika
konsep literasi sains ini digunakan dalam proses pembelajaran
maka lebih spesifik lagi yaitu seperti yang diutarakan oleh
Toharudin et.al (2011) bahwa literasi sains adalah kemampuan
seseorang dalam memahami sains, mengkomunikasikan sains
baik dalam lisan maupun tulisan, menerapkan pengetahuan
sains untuk memecahkan masalah, dan mampu mengambil
keputusan berdasarkan pertimbangan sains.

Tujuan literasi sains apabila digunakan dalam proses


pembelajaran adalah agar peserta didik senantiasa selalu belajar
mengikuti perkembangan sains dan teknologi, dapat memiliki
kepekaan dalam menyelesaikan permasalahan global misalnya

2
pada lingkungan hidup, kesehatan, dan ekonomi. Melalui literasi
sains dalam pembelajaran maka diharapkan peserta didik
mampu memenuhi berbagai tuntutan zaman yaitu menjadi
problem solver dengan pribadi yang kompetitif, inovatif, kreatif,
kolaboratif, dan berkarakter. Keseluruhan kecakapan tersebut
dapat mendukung pengembangan dan penggunaan kompetensi
abad 21 (Pratiwi dan Aminah, 2019).

Berdasarkan beberapa pendapat tentang literasi sains


dalam pembelajaran maka dapat disimpulkan bahwa literasi
sains itu memfokuskan pada kegiatan untuk membangun
pengetahuan siswa dengan cara menggunakan konsep sains
secara bermakna, berfikir kritis, dan mampu membuat
keputusan yang relevan dengan kehidupan siswa. Kemampuan
literasi sains pada siswa dapat dibangun melalui kegiatan
percobaan (experiment), karena dalam kegiatan tersebut siswa
dilatih untuk berpikir secara ilmiah mulai dari mengidentifikasi,
merumuskan masalah, melakukan kegiatan percobaan
(experiment), menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan
data yang diperoleh untuk menjawab permasalahan. Melalui
kemampuan sains diharapkan siswa dapat menjadi problem
solver pada kehidupan nyata

3. Pembelajaran Jarak Jauh


Pendidikan jarak jauh (distance education) adalah
pendidikan formal yang berbasis lembaga yang peserta didik
dan instrukturnya berada di lokasi terpisah sehingga
memerlukan sistem telekomunikasi interaktif untuk
menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang
diperlukan di dalamnya. Pembelajaran jarak jauh adalah
pendidikan yang diajarkan dari jarak jauh, tanpa ruang kelas
secara fisik.

2
Melalui kegiatan experimen, dapat membangun literasi
sains di masa pembelajaran jarak jauh. Siswa terbiasa
membangun konsep pemikiran secara ilmiah, selanjutnya literasi
sains akan terbangun.

Membangun Disiplin Positif Siswa


Melalui Kesepakatan Kelas Selama
BDR

Ferlina Istiastuti
SD Negeri Kompleks IKIP

Adanya pandemi covid -19 telah banyak mengubah tatanan


kehidupan tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Berbagai
langkah telah dilakukan dalam memutus rantai penyebaran,
salah satunya yaitu dilaksanakannya BDR (Belajar Dari Rumah)
secara online untuk siswa dan guru. Susi Prasetyaningtyas (2019)
BDR merupakan sebuah proses pembelajaran yang dilaksanakan
oleh guru dan siswa di rumah masing-masing dan dengan
pendampingan dari orang tua.

Selama BDR siswa tetap dituntut untuk melaksanakan


aktivitas belajar. Pola pembelajaran pun selama BDR mengalami
perubahan. Jika dalam kegiatan belajar mengajar sebelumnya
dilakukan dengan tatap muka, kini telah menjadi pembelajaran
jarak jauh. Berbagai aplikasi pun digunakan sebagai media
belajar yang diharapkan dapat menunjang keterlaksanaan
proses pembelajaran seperti whatsapp, classroom, zoom, dll.

Hadirnya aplikasi-aplikasi tersebut diharapkan dapat


membantu proses belajar mengajar berlangsung secara efektif,

2
namun nyatanya tidak semua siswa aktif dalam mengikuti
pembelajaran. Banyak guru mengeluhkan siswanya tidak
mengikuti pembelajaran dengan baik. Tugas-tugas yang
diberikan melalui pembelajaran jarak jauh banyak yang tidak
dikerjakan ataupun siswa terkadang terlambat dalam hal
pengumpulan tugas. Hal ini menunjukkan disiplin siswa masih
perlu diperbaiki.

Titik Anggreni (2018: h109) mengatakan bahwa disiplin


merupakan proses pembentukan karakter agar seseorang
menjadi pribadi yang lebih baik. Mendisiplinkan siswa bukanlah
proses yang singkat. Pendidik secara konsisten dan berkala
diharapkan terlibat dalam pembentukan kedisiplinan. Sehingga
anak tersebut dapat mengontrol dirinya sendiri dalam
melakukan kegiatan yang diberikan. Salah satu cara untuk
melatih kedisiplinan anak yaitu dengan membangun budaya
disiplin positif walaupun pembelajaran dilakukan secara online
atau BDR (belajar dari rumah).

Hidayat (2016: h473) disiplin positif adalah proses


pendisiplinan melalui komunikasi yang jelas tentang harapan,
aturan dan batasan serta melalui sikap keramahan, empati, hak
asasi manusia, kesopanan. Menurut Nelson disiplin positif
merupakan suatu program yang didesain untuk mendidik anak
agar menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab,
santun, cerdas (Efi Eka Febriandari, 2017: h156). Berdasarkan
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin positif
merupakan bentuk pendisiplinan anak tanpa melibatkan
hukuman.

Salah satu upaya pendekatan yang dilakukan untuk


membangun disiplin positif terhadap siswa yaitu melalui
pembuatan kesepakatan kelas, yang bertujuan untuk

2
menumbuhkan tanggung jawab dan kepedulian siswa di kelas.
Kesepakatan kelas merupakan beberapa aturan untuk
membantu guru dan murid bekerja bersama membentuk
kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kesepakatan kelas tidak
hanya berisi harapan guru terhadap murid, tetapi juga harapan
murid terhadap guru. Kesepakatan disusun dan dikembangkan
bersama-sama antara murid dan guru. Adanya kesepakatan
kelas akan memandu siswa untuk senantiasa berkomitmen
terhadap kesepakatan yang telah disepakati bersama.

Pembuatan kesepakatan diawali dengan mengajak siswa


dan orang tua atau wali murid untuk menyampaikan usulan dan
gagasannya agar pembelajaran jarak jauh (PJJ) bisa berjalan
dengan baik melalui grup whatsapp, kemudian bertanya
pendapat siswa dan orang tua mengenai masalah dan harapan
mereka saat pembelajaran daring, tanyakan ide siswa untuk
mencapai kelas impiannya, lalu ambil kesimpulan dari ide-de
tersebut dan ubah menjadi kesepakatan kelas. Dari hasil diskusi
tersebut timbullah kesepakatan bersama antara orang tua
siswa, siswa dan guru yaitu:

1. Siswa mengikuti pembelajaran online tepat waktu


2. Siswa mengerjakan dan mengumpulkan tugas-tugas
di classroom tepat waktu
3. Siswa mengerjakan tugas individu secara mandiri
4. Menghargai guru dan teman
5. Saling menyayangi antara sesama teman
6. Tetap menjaga sopan santun
7. Selalu menjaga kekompakan dengan teman kelas

Dengan adanya kesepakatan tersebut diharapkan dapat


menumbuhkan sikap disiplin dan tanggung jawab karena siswa
terlibat aktif dalam mengatur kelasnya walaupun pembelajaran

2
dilakukan secara online serta membuat kesepakatan kelas akan
terus dilakukan dan akan selalu berkembang sesuai kondisi yang
dihadapi. Hendaknya guru dan siswa bisa lebih kreatif dan
inovatif dalam mendesainnya agar lebih menarik dan sesuai
dengan permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran.

Referensi:

Anggreni, Titik. (2018). Pengaruh Peraturan Kelas terhadap


kedisiplinan anak usia 5-6 tahun di KB TK PKP Jakarta Islamic
school ciracas Jakarta timur. Jurnal pendidikan Paud(3)1:109

Hidayat, dkk. (2016). Disiplin positif: membentuk karakter tanpa


hukuman. Artikel The progressive and fun education seminar.
universitas muhammadiyah Surakarta.

Febriandari, Efi Ika. (2017). penerapan metode disiplin positif


sebagai bentuk pembinaan pendidikan karakter disiplin anak Sd.
Jurnal seminar nasional pendidikan pembelajaran:156

Bahyudin.202. kesepakatan kelas yang berpihak pada siswa.


https://www.bahyudinnor.com/2021/02/kesepakatan-kelas-yang-
berpihak-pada.html. diakses pada 24/07/2021

2
DOKUMENTASI KEGIATAN PKM

2
2
BIODATA PENYUSUN

Henny Sugiarty, Lahir di Makassar, 14


Januari 1982. Anak pertama dari keluarga
Safruddin Waddu & ST. Hasniah.
Menyelesaikan studi tingkat dasar di SD
Inpres Perumnas III Makassar, SLTP
Negeri 13 Makassar, SMK Negeri 2
Makassar. Melanjutkan studi Diploma III
(D3) Program Studi Teknik Elektro
Industri, Akademi Teknik Industri
Makassar, Melanjutkan studi strata satu
(S1) Program Studi Teknik Elektro ,
Fakultas Teknik, Universitas Muslim
Indonesia. Melanjutkan studi strata satu
(S1) Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Bekerja
sebagai guru kelas SD di SD Negeri Pongtiku 2.

ANGRAENI LATIF, S.Pd, Lahir di Ujung pandang 22 februari 1979.


Anak kelima dari lima bersaudara. Mengajar di UPT-SPF SD INP.

2
Hartaco Indah Kota Makassar sebagai wali kelas 3. Selain guru
saya juga salah seorang Instruktur K13 Kota Makassar, Trainer
Microsoft 365, Pembuat Modul Pembelajaran BDR 2020,
Penelaah Soal Ujian Akhir Sekolah Kota Makassar. Selain itu aktif
juga saya aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah sebagai
Founder INKADO Hartaco Karate Club dan Pimpinan Redaksi
Buletin Sekolah SD INP. Hartaco Indah, menjadi fasilitator
Indonesia Teaching Fellowship by Ruang Guru Indonesia tahun
2018 – 2019, Ketua ZIGER (Zona Integrasi Guru Edukatif dan
Reflektif) Calon Guru Penggerak Kota Makassar, Ketua KKG
Forum Kelompok Kerja Guru Kecamatan Tamalate dan Pengurus
FKKG kota Makassar.

Muh. Ichwan S. Cahidir, Lahir di makassar 14 juli 1996. Anak


kedua dari pasangan chaidir hamid dan adryati madjid. Muh.
Ichwan menyelesaikan studi tingkat dasar di SDN Pajjaiyang II
Makassar, SMPN 16 Makassar, dan SMK Yapmi makassar jurusan
Akuntansi. Melanjutkan studi strata satu (S1) Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Bilingual, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Makassar. Dan
menyelesaikannya di tahun 2018. Selama berkuliah belia aktif
dalam organisasi kemahasiswaan seperti HMPS PGSD Makassar,
Komunitas Laboratorium, LDF SCRN FIP UNM, Asisten Lab
Komputer PGSD FIP UNM, UKM PRAMUKA UNM hingga
MAPERWA UNM dan juga menjadi tenaga pengajar
ekstrakurikuler dan tutor. Setelah beliau lulus pada tahun 2018
beliau menjadi tenaga honorer di SDN LARIANG BANGGI III
menjadi guru kelas V dan pembina ekskul pramuka dan paskibra.
Setalah di SDN LARIANG BANGGI III beliau menjadi shadow
teacher di salah satu sekolah swasta di Makassar SD Kalam
Kudus. Dari sd kalam kudus kemudian pindah ke sekolah alam
bosowa menjadi guru kelas IV dan guru sentra sains. Dan

2
dipercayakan sebagai pembina ekskul
pramuka. Dan pada tahun 2021 hingga
sekarang beliau mengabdikan dirinya
di UPT SPF SDI MANDAI kota
Makassar menjadi guru kelas IV dan
Pembina ekskul pramuka. Kemudian
diberi amanah menjadi Ketua KKG Di
Gugus VII. Kec. Biringkanaya Kota
Makassar.

Juniawati, S/Pd.,MM lahir di Sulawesi Barat, 04 Mei


1975.Sekarang menetap di Kota Makassar dan mengajar di SDN
Sudirman IV Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Dia menempuh
pendidikan SD hingga SMA di Kota Polewali, Sulawesi Barat.
Setelah itu hijrah ke Kota Makassar. Kemudian melanjutkan
kuliahnya D‐2 PGSD di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Jenjang pendidikan S‐1 diperoleh di Universitas Terbuka
Makassar dan jenjang S2 di STIE YPUP Ujung Pandang. Karyanya
yang sudah diterbitkan antara lain: Buku Solo Berjudul: Cahaya,
dan buku antologi berjudul Kelucuan Mengajar Kala Pandemi,
Surat Kangen untuk Siswa, Anandaku Berkebutuhan Khusus,
Merajut Asa dalam Cinta, Samudera Janji, Baur Dalam Pesona
Aksara, Aksara Tanpa Suara, Sangkakala Alam, Memeluk
Semesta Dalam Doa, Kasam Berbingkai Asmara dan Pucuk-
Pucuk Bastari. Motto hidupnya tiada kata terlambat untuk
belajar dan teruslah belajar meskipun semua orang mencibirmu.
dapat dihubungi di nomor WA 085396210689,
IG@info_juniawati, Fb https://www.facebook.com/juni75wati
atau surel juniawaty04@gmail.com

2
Liati, S.Pd.,M.Pd. lahir di Enrekang pada tanggal 09 Agustus
1973, merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara, dan saat ini
berprofesi sebagai guru Sekolah Dasar (SD). Merupakan alumni
1995 PGSD DII IKIP Ujung Pandang dan Pascasarjana UNM 2016.
Kegiatan sehari hari penulis adalah aktif mengajar di UPT SPF
SDI Pagandongan 1 kelurahan. Bulurokeng, kecamatan
Biringkanaya kota Makassar. Sejak tahun 2003 penulis aktif
sebagai pengurus Kelompok Kerja Guru (KKG) gugus VIII
kecamatan Biringkanaya kota Makassar sebagai sekretaris, dan
pada tahun 2013 menjadi ketua KKG tersebut sampai sekarang.
Selain itu, penulis aktif sebagai anggota Kelompok Kerja Guru
(KKG) kecamatan, Biringkanaya sejak dibentuknya
kepengurusan KKG kecamatan Biringkanaya kota Makassar
beberapa bulan yang lalu.

Yusmira, S.Pd, M.Pd, Perempuan


kelahiran Ujung Pandang, 10 Oktober
adalah seorang guru SD. Alumni PGSD
DII UNM dan UNISMUH Makassar. Ia
menaruh minat yang besar dalam
dunia literasi sejak di kampus dan
menjadi anggota muda pada
komunitas Forum Lingkar Pena (FLP)
Sulawesi Selatan sejak 2006. Sangat
menikmati dunia mengajar dengan aktif
mengambil peran baik pada Kelompok
Kerja Guru (KKG) sebagai ketua Forum
KKG kota Makassar sampai 2023 dan
sebagai Pendamping di Komunitas Guru
Literat Kota Makassar (KGL). Penulis

2
sebagai penanggung jawab TBM Rumah Cahaya (Rumah Baca
dan Hasilkan Karya) Forum lingkar Pena Sulawesi Selatan
periode 2016-2021 . Anggota IIDN (Ibu-Ibu Doyan Menulis)
Makassar ini telah menyelesaikan program pascasarjana di STKIP
Pembangunan Indonesia Makassar jurusan Pendidikan Ekonomi
di akhir Desember tahun 2019. Sebagai Guru dan ibu dari 2 orang
anak perempuan, ia bercita-cita mendirikan sekolah Multitalenta
berbasis karakter sebagai bagian dari
pengabdian di bidang pendidikan. Karya
pertamanya berjudul Saya Suka Onde-Onde
buku kategori pra-membaca yang diikutkan
dalam lomba Gerakan Literasi Nasional yang
diadakan Perpustakaan Provinsi Sulawesi
Selatan tahun 2019 berhasil menjadi juara
empat, dan karya buku kedua dengan judul,
Motivasi Belajar Aco dan Aci, terbit di tahun
2020. Kegiatan sehari-hari penulis adalah mengajar di SD Negeri
Paccinang Kota Makassar hingga sekarang.
Penulis bisa di hubungi di facebook
@yusmirayunus.
Agustiati. lahir 26 juni di Timu 1983, anak
kedua dari lima bersaudara, menyelesaikan
studi tingkat dasar di SD Inpres Timu Bima,
SLTP Negeri 1 Bolo BIMA, SMU Negeri 1 Bolo
nusa Bima Nusa Tenggara Barat dan
melanjutkan studi strata satu program studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas
Muhammadiyah Makassar.

2
Munawar Abd. Hamid, biasa dipanggil Munawar. Lahir di
Kabupaten Maros, 12 November 1990.
Sekarang saya tinggal di Dusun Manjalling
Desa Bonto Bunga Kec. Moncongloe Kab.
Maros. Saat ini saya mengajar mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti di UPT SPF SD Inpres
Paccerakkang Kota Makassar. Saya suka
membaca, menonton dan olahraga.

Nur Awwalul Rahma, lahir di Sulawesi


selatan 07 Januari 1995, seorang guru, dan
ibu rumah tangga. Salah satu Impiannya
adalah menulis dan tulisannya dapat di
bukukan sehingga bermanfaat bagi para pembacanya sekaligus
menjadi nasihat untuk diri sendiri. Jejak Beliau bisa ditemukan di
IG (itsme_ awwalul_ummu_shafiyyah) dan FB (Rahma)

Ferlina Istiastuti, lahir di Tanete Harapan, Kecamatan Cina,


Kabupaten Bone pada tanggal 31 Mei 1981 dan sekarang
menetap di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Alumni S2
Administrasi Pendidikan, Kekhususan Pendidikan Dasar di
Universitas Negeri Makassar. Memiliki pengalaman mengajar
sebagai guru honorer di SD Islam Athirah tahun 2002-2003,
terangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil di SD Inpres Boddia

2
Kabupaten Takalar tahun 2003-2005, lalu pindah tugas di SD
Negeri Kompleks IKIP Makassar tahun 2005-Sekarang.

Anda mungkin juga menyukai