Anda di halaman 1dari 14

TUGAS METODE PENELITIAN KUALITATIF

PROPOSAL PENELITIAN

Tentang

DINAMIKA PERUBAHAN PERILAKU KEAGAMAAN

PADA MAHASISWA PSIKOLOGI ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN

Oleh:

VALERIA PRAMITA

512.107

Dosen Pembimbing:

PISMAWENZI, M.Ag

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

IMAM BONJOL PADANG

1436 H / 2015 M
DINAMIKA PERUBAHAN PERILAKU KEAGAMAAN

PADA MAHASISWA PSIKOLOGI ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN

1.1.Latar Belakang
Salah satu kelebihan manusia sebagai hamba Allah Swt adalah manusia dianugerahi
fitrah (perasaan) untuk mengenal Allah dan melakukan ajaran-Nya. Dengan kata lain,
manusia dikaruniai insting religius (naluri beragama). Karena memiliki fitrah ini,
kemudian manusia dinamakan sebagai “Homo dilinans” dan “Homo Religius” yaitu
makhluk yang bertuhan atau beragama.
Fitrah beragama ini merupakan disposisi (kemampuan dasar) yang mengandung
kemungkinan atau berpeluang untuk berkembang. Namun mengenai arah dan kualitas
perkembangan beragama manusia sangat bergantung kepada proses pendidikan yang
diterimanya. Hal ini sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad
Saw yaiitu Riwayat Al-Bukhari :
‫ أَنَّ أَ َبا‬،‫الرحْ َم ِن‬َّ ‫ع ْب ِد‬ َ ُ‫سلَ َمةَ ْبن‬ َ ‫ أ َ ْخبَ َرنِي أَبُو‬:َ‫ قَال‬،ِ‫الز ْه ِري‬ ُّ ‫ ع َْن‬،‫س‬ ُ ُ‫ أَ ْخبَ َرنَا يُون‬،ِ‫َّللا‬ َ ‫ أ َ ْخبَ َرنَا‬، ُ‫ع ْبدَان‬
َّ ‫ع ْب ُد‬ َ ‫َح َّدثَنَا‬
،‫ َفأَبَ َواهُ يُه َِودَانِ ِه أ َ ْو يُنَ ِص َرانِ ِه‬،‫علَى ا ْل ِف ْط َر ِة‬
َ ‫ " َما ِم ْن َم ْولُو ٍد إِ ََّّل يُولَ ُد‬:ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫ قَال‬،ُ‫ع ْنه‬ َّ ‫ه َُري َْرةَ َر ِض َي‬
َ ُ‫َّللا‬
َ ‫َّللاِ ا َّلتِي فَ َط َر ال َّن‬
‫اس‬ ُّ ‫ َه ْل ت ُِح‬،‫سانِ ِه َك َما ت ُ ْنت َ ُج ا ْلبَ ِهي َمةُ بَ ِهي َمةً َج ْمعَا َء‬
َّ َ‫ ِف ْط َرة‬:ُ‫ ث ُ َّم يَقُول‬،‫سونَ فِيهَا ِم ْن َج ْدعَا َء‬ َ ‫أ َ ْو يُ َم ِج‬
ِ َ‫ق ال َّل ِهق َذ ِلك‬
‫الدينُ ا ْلقَ ِي ُم‬ ِ ‫ع َل ْيهَاف َّل تَ ْبدِي َل ِل َخ ْل‬ َ
Artinya : Abdan Menceritkan kepada kami (dengan berkata) Abdullah
memberitahukan kepada kami (yang berasal) dari al-Zukhri (yang menyatakan) Abu
salamah bin Abd al-Rahman memberitahukan kepadaku bahwa Abu Hurairah, ra.
Berkata : Rasulullah SAW bersabda “setiap anak lahir (dalam keadaan) Fitrah, kedua
orang tuanya (memiliki andil dalam) menjadikan anak beragama Yahudi, Nasrani, atau
bahkan beragama Majusi. sebagimana binatan ternak memperanakkan seekor binatang
(yang sempurnah Anggota tubuhnya). Apakah anda melihat anak binatang itu ada yang
cacak (putus telinganya atau anggota tubuhnya yang lain)kemudian beliau membaca,
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptkan menurut manusia fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus.
Fitrah beragama merupakan potensi yang mempunyai kecenderungan untuk
berkembang, namun perkembangan itu tidak akan terjadi mana kala tidak ada faktor luar
(eksternal) yang memberikan rangsangan atau stimulus yang memungkinkan fitrah
berkembang dengan sebaik-baiknya. Faktor eksternal itu tidak lain adalah lingkungan di
mana individu itu hidup, lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Dorongan beragama merupakan dorongan psikis yang mempunyai landasan alamiah
dalam watak kejadian manusia. Dalam relung jiwanya, manusia merasakan adanya suatu
dorongan yang mendorongnya untuk mencari dan memikirkan Sang Penciptanya dan
Penciptaan Alam Semesta. Adapun yang mendorongnya untuk menyembah-Nya,
memohon kepada-Nya dan meminta pertolongan kepada-Nya setiap kali ia tertimpa
malapetaka dan bencana hidup. Dalam perlindungan-Nya, ia merasa tenang dan tentram.
Yang demikian ini bisa ditemukan dalam tingkah laku manusia dalam setiap masa dan
dalam berbagi masyarakat.
Dalam perkembangannya, fitrah beragama ini ada yang berjalan secara alamiah
seperti kepercayaan, dan ada juga yang mendapat bimbingan dari Rasul Allah Swt,
sehingga fitrahnya itu berkembang sesuai dengan kehendak Allah Swt.
Dalam kehidupan manusia sehari - hari yang sangat dipengaruhi oleh segala macam
kegiatan yang secara tidak langsung telah membuat mereka lupa atau lalai dari mengingat
Tuhan dan mengesakan-Nya. Sehingga agar ingatan dan kelalaian mereka itu untuk
mengingat Allah Swt dapat kembali bersemi di hati mereka harus dilakukan dengan
interaksi manusia dengan alam semesta, yaitu misalnya manusia berusaha berbuat baik
dengan alam dan tidak merusaknya, yang selanjutnya yaitu melalui perenungan terhadap
keajaiban ciptaan Allah dalam dirinya sendiri serta mensyukurinya.
Semua makhluk Allah dan seluruh alam semesta telah terdapat kesiapan alamiah
untuk mengenal Allah dan mengesakan-Nya. Pengakuan terhadap kedudukan Allah
sebagai Tuhan tertanam kuat dalam fitrahnya dan ada dalam jiwanya sejak zaman azali.
Manusia dengan tuntutan kehidupannya di dunia dalam rangka memakmurkan bumi,
telah membuat pengetahuannya akan kedudukan Allah sebagai Tuhan dan kesiapan
hatinya untuk mengesakan-Nya mengalami kemunduran bahkan hilang sama sekali.
Maka manusia pun menjadi perlu akan mengingat kembali tentang jati dirinya dan
tentang keesaan Tuhan (Utsman Najati, 1985 : 39-40).
Agar fitrah atau anugrah kepercayaan kepada Tuhan tetap terjaga dan terpelihara,
maka diperlukan faktor yang dapat mendorong atau memotivasi fitrah tersebut. Motivasi
memiliki peran dalam kehidupan manusia setidaknya ada empat peran motivasi, yaitu :
1. Motivasi berfungsi sebagai pendorong manusia dalam berbuat sesuatu
sehingga menjadi unsur penting dari tingkah laku atau tindakan manusia.
2. Motivasi berfungsi untuk menentukan arah dan tujuan.
3. Motivasi berfungsi sebagai penyeleksi atas perbuatan yang akan dilakukan
oleh manusia baik dan buruk, sehingga tindakannya selektif.
4. Motivasi berfungsi benar atau salah, sehingga bisa dilihat kebenaran atau
kesalahan yang bersifat emosional dan subjektif seperti “kehadiran Tuhan”.
Itulah sebabnya mengapa orang akhirnya memiliki kecenderungan terhadap agama
yang kemudian melahirkan tingkah laku beragama (Sururin,2004 : 61). Dalam kaitannya
tingkah laku keagamaan manusia, motivasi tersebut dibicarakan dalam rangka
mengetahui apa yang sebenarnya latar belakang suatu tingkah laku keagamaan yang
dikerjakan seseorang. Di sini peranan motivasi itu sangat besar artinya dalam
membimbing dan mengarahkan seseorang terhadap tingkah laku keagamaan. Namun
demikian, ada motivasi tertentu yang sebenarnya timbul dalam diri manusia karena
terbukanya hati manusia terhadap Hidayah Allah.
Tingkah laku beragama setiap manusia berbeda-beda sesuai dngan tahapan dari
pertumbuhan manusia, karena semakin bertambah usia manusia, maka akan bertambah
pula pemahaman mereka tentang agama. Salah satu tahapan dari pertumbuhan manusia
adalah tahap remaja akhir atau dewasa muda.
Pada hakekatnya mahasiswa dikategorikan manusia muda, yang masih dalam
pertumbuhan, yaitu mereka yang berada pada umur pembinaan terakhir, berkisar pada
umur (18-24 tahun). Pemuda/pemudi dalam umur tersebut dapat digolongkan remaja dan
dewasa muda. Mereka bukan lagi anak-anak, yang dapat kita nasihati, didik dan ajar
dengan mudah dan bukan pula orang dewasa yang dapat kita lepaskan untuk bertanggung
jawab sendiri atas pembinaan pribadi nya, tapi mereka adalah orang-orang yang sedang
berjuang untuk mencapai kedudukan sosial yang mereka inginkan, dan bertarung dengan
bermacam-macam problem hidup untuk memeastikan diri serta mencapai pegangan untuk
menenteramkan batin dalam perjuangan hidup yang tidak ringan itu. (Zakiah
Daradjat,2005 : 147-148).
Perubahan perilaku keberagamaan itu dapat terjadi pada siapa saja, baik anak yang
baru tumbuh atau beranjak remaja ataupun dewasa awal sekalipun seperti kita seorang
mahasiswa ini. Kalau kakak, berubah perilaku keberagamaan kakak ini mungkin adanya
faktor hidayah ya, soalnya waktu saya kerja di KFC di Kota Pekanbaru, saya waktu itu
tidak memaki jilbab, perangai saya pun bandel, malahan saya dicap oleh orang kampung
saya sebagai anak durhaka, dan alhamdulillah saat saya sedang bekerja di KFC tersebut,
saya melihat sebuah keluarga dengan pakaian yang serba Islami atau serba menutup
semua bagian tubuh, bahkan saya melihat anak-anak mereka pun berumur sekitar 5-6
tahun, sudah dipakaikan jilbab dan menutup aurat semua bagian tubuh anak tersebut.
Rasanya saya malu pada diri saya sendiri, toh anak kecil tersebut cantik apabila ia dibaluti
oleh semua pakaian longgar. Dan pada saat itu saya mulai mencoba untuk merubah
tigaratus enampuluh derjat penampilan saya ini, saya juga mendekatkan diri kapada
kakak-kakak yang memahami betul atentang agama dan perlahan namun pasti saya
mencoba untuk merubah perilaku saya selama ini yang jauh dari Sang Maha Kuasa
(EF,21Tahun,Masiswa Psikologi Islam semester lima, wawancara 02/12/2014). Sewaktu
libur pun, EF tak pernah lupa mengerjakan shalat Sunnah Dhuha dan saat bekerja, EF
juga akan menghentikan pekerjaannya terlebih dahulu yakni pekerjaan berjualan keliling
susu sapi segar dan menyegerakan untuk melaksanakan shalat dhuha dan juga shalat
fardhu lainnya, apabila saat EF bekerja waktu shalat fardhu telah masuk (Observasi,
perilaku berjualan EF,30/11/2014).
Perilaku keagamaan pada seorang mahasiswa dapat dikategorikan sebagai perilaku
keagamaan pada tahap perkembangan mulai memasuki dewasa awal. Perilaku keagamaan
yang ditampilkan pada dewasa awal pada umumnya lebih kepada kelanjutan perilaku
keagamaan remaja akhir, sehingga kebanyakan individu pada saat memasuki tahap
perkembangan dewasa awal, perilaku keagamaannya masih saja tidak berdasarkan
kesadaran diri, hati nurani bahkan akan memperparah pada masa selanjutnya apabila
tidak segera diatasi dengan kesadaran diri. Pada kenyataannya kebanyakan perilaku
keagamaan seorang individu masih berfluktuasi atau berubah – ubah sesuai dengan
keadaan yang terjadi pada saat itu, namun ada dari salah seorang yang dominan
merasakan perilaku keagamaan dari hati nuraninya sendiri atau dari kesadaran diri yang
muncul akibat respon dari stimulus yang datang dari lingkungan. Sehingga, stimulus yang
hanya sekali diberikan oleh lingkungan kepada si-mahasiswa tersebut, segera ditanggapi
dengan cepat dan akhirnya akibat respon dari stimulus yang ditanggapi maka mahasiswa
tersebut mengalami dinamika atau gejola-gejola jiwa yang menghantarkan mahasiswa
tersebut mampu berperilaku keagamaan layaknya atas kesadaran diri sendiri dan juga atas
faktor hidayah dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan tersebut.
Mengingat besarnya dampak dari dinamika perubahan perilaku keagamaan pada
mahasiswa itu sendiri dan juga pada orang-orang yang terdekatnya, maka perlu dilakukan
penelitian secara mendalam terhadap hal ini. Dengan mengetahui apa yang menjadi
penyebab atau apa yang mendorong individu tersebut berubah perilaku keagamaanya,
akan memudahkan pihak – pihak terkait memberikan pemahaman dan perlakuan
terhadap subjek (mahasiswa berdinamika atas perilaku keagamaannya) terkait dengan
besarnya dampak positif yang ditimbulkan manakala mahasiswa tersebut benar-benar
serius dan konsisten dalam menunjukkan perubahan perilaku keagamaan. Meski telah
banyak penelitian tentang perilaku keagamaan, akan tetapi belum terlihat penelitian
tentang apa yang menjadi penyebab atau apa yang mendorong individu tersebut
berdinamika terhadap perilaku keagamaanya.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis di sini ingin
menelitinya dan membahas permasalahan ini lebih lanjut dan secara khusus serta
menuangkannya dalam bentuk karya tulis ilmiah yaitu yang berjudul DINAMIKA
PERUBAHAN PERILAKU KEAGAMAAN PADA DEWASA AWAL.

1.2.Fokus Penelitian
Berdasarkan pada masalah sebagaimana terdapat dalam latar belakang masalah di
atas, maka fokus penelitian ini adalah apa yang menjadi penyebab atau apa yang
mendorong individu tersebut berubah perilaku keagamaannya? Penelitian ini lebih
banyak mengungkapkan faktor pendorong perubahan perilaku keberagamaan pada
rentang usia dewasa awal sehingga diperoleh makna dibalik perilaku motivasi tersebut.

1.3.Signifikan dan Keunikan Penelitian


Penelitian ini sangat penting dilakukan mengingat begitu banyaknya masyarakat
mengalami dinamika perubahan perilaku keberagamaan pada individu yang sangat
memberikan dampak yang baik, terutama dirinya sendiri yang mendapatkan ketenangan
batin tersendiri, mudah-mudahan hasil penelitian ini bisa berfungsi positif bagi pihak-
pihak terkait dalam usaha perubahan perilaku keberagamaan.
Fitrah beragama merupakan potensi yang mempunyai kecenderungan untuk
berkembang, namun perkembangan itu tidak akan terjadi mana kala tidak ada faktor luar
(eksternal) yang memberikan rangsangan atau stimulus yang memungkinkan fitrah
berkembang dengan sebaik-baiknya.Hal unik inilah yang membuat peneliti tertarik untuk
meneliti masalah perilaku keberagamaan tersebut.

1.4.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :

1.1.1. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong terjadinya dinamika perubahan


perilaku keagamaan seseorang.
1.1.2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perubahan perilaku keagamaan seseorang.

1.1.3. Untuk mengetahui dampak perubahan perilaku keagamaan seseorang.


1.5.Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diteliti adalah sebagai berikut :

1.1.4. Bagi penulis dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu yang telah
didapat selama kuliah, sehingga tercipta wahana ilmiah.
1.1.5. Lebih lanjut dapat dijadikan pengetahuan tentang dinamika perubahan perilaku
keagamaan yang dikaji dalam penelitian ini.
1.1.6. Sebagai syarat akademis untuk memenuhi tugas akhir semester dari mata kuliah
Metode Penelitian Kualitatif.
1.1.7. Bagi lembaga yang terkait seperti lembaga keagamaan, pemerintah daerah, dinas
sosial, dan pendidikan dapat dijadikan patokan untuk memotivasi dinamika
perubahan perilaku keagamaan.
1.1.8. Bagi subjek penelitian dapat digunakan sebagai motivasi dalam dirinya dan juga
sarana dakwah kepada masyarakat.

1.6.Tipe Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari informan penelitian, dan perilaku
yang dapat diamati. Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan teknik
observasi, wawancara secara mendalam dan metode lainnya yang dapat
menghasilkan data yang bersifat deskriptif tentang hal yang ingin diteliti, misalnya
sebab terjadinya suatu peristiwa yang dialami subyek penelitian. (Lufri, 2005 : 57).

Menurut Poerwandari (2005 : 36) pendekatan kualitatif menghasilkan dan


mengolah data yang sifatnya deskriptif seperti transkrip wawancara, catatan
lapangan, gambar, foto, rekaman video, dan lain sebagainya. Selain itu penelitian
kualitatif mencoba menterjemahkan pandangan-pandangan dasar interpretatif dan
fenomenologis dan penjelasan itu dapat ditarik kesimpulan dan menafsirkan apa dan
bagaimana suatu pengertian dikembangkan oleh subjek penelitian.

Pada penelitian ini peneliti berusaha mendeskripsikan gejala, peristiwa, dan


kejadian yang peneliti temui di lapangan atau memuatkan pada permasalahan aktual
seperti apa adanya. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif karena persoalan
yang diteliti bersifat komplek, holistik, dan penuh makna serta berada pada situasi
sosial sehingga tidak bisa digunakan secara kuantitatif. Peneliti menggunakan
metode kualitatif ini agar peneliti bisa mendapatkan informasi secara mendalam
tentang apa yang menjadi faktor pendorong seseorang melakukan perubahan
perilaku keagamaannya.

1.7.Unit Analisis
Untuk lebih jelasnya unit analisis ini, penulis perlu menjelaskan secara konsepsional.
Penelitian tentang “Dinamika Perubahan Perilaku Keagamaan pada mahasiswa Psikologi
Islam Fakultas Ushuluddin” berusaha mengungkapkan faktor-faktor pendorong terjadinya
perubahan perilaku tersebut. Karenanya yang menjadi subjek atau informan penelitian ini
adalah mahasiswa Psikologi Islam yang baru mengalami perubahan perilaku keagamaan.
Pemilihan subjek ini didasarkan pada tingkat perubahan perilaku yang mereka alami
karena telah mengalami kejadian kenikmatan keberagamaan yang menyenangkan
terhadap ketenangan dan ketentraman bathin mereka. Motivasi beragama di sini diartikan
dengan dorongan psikis yang mempunyai landasan ilmiah dalam watak kejadian manusia.
Dalam relung jiwanya manusia merasakan adanya dorongan untuk mencari dan
memikirkan sang penciptanya dan pencipta alam semesta, dorongan untuk
menyembahnya, meminta pertolongan kepadanya setiap kali ia ditimpa malapetaka dan
bencana (Ramayulis,2002 : 101).
Perubahan perilaku kebegaramaan pada mahasiswa Psikologi Islam yang akan diteliti
memiliki rata-rata usia 20 tahun, 21tahun, dan 22 tahun, dan mereka semua adalah
mahasiswi Psikologi Islam dari semester tiga sampai saemester tujuh. Dengan kejadian
itu peneliti ingin mencari jawaban, apa yang sebenarnya yang menjadi faktor pendorong
dari perubahan perilaku keagamaan tersebut, kemudian apa saja bentuk perubahan
perilaku keberagamaan tersebut, serta dampak perubahan perilaku keberagamaan
tersebut.

1.8.Subjek Penelitian
Menurut Banister dkk (dalam Poerwandari, 2005 : 92 ), mengatakan, pada penelitian
kualitatif cenderung dilakukan dengan jumlah kasus sedikit. Suatu kasus tunggal pun
dapat dipakai, bila secara potensial memang sulit bagi peneliti memperoleh kasus lebih
banyak, dan bila dari kasus tunggal tersebut memang diperlukan sekaligus dapat diungkap
informasi yang sangat mendalam.
Adapun teknik yang digunakan dalam penentuan subjek penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik “purposive sampling” maksudnya adalah suatu teknik pengambilan
sampel subjek penelitian dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini,
misalnya orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan sehingga akan
memudahkan peneliti untuk menjelajahi obyek atau stuasi sosial yang ditelit (Sugiyono,
2011 : 218).
Penulis menetapkan beberapa mahasiswa Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin dari
semester lima. Mereka yang mengetahui tentang apa yang diharapkan dalam penelitian
ini. Dalam hal ini penulis menetapkan tiga orang yang tampak jelas Perubahan Perilaku
Keberagaamaan mahasiswi tersebut yang akan dijadika sebagai sumber data primer. Dan
teman-teman baik teman kampus ataupun teman kos dari subjek yang akan dijadikan
sumber data sekunder dari penelitian ini. Serta dokumen-dokumen berkaitan dengan
Perubahan perilaku keberagamaan sebagai sumber data tersier. Subjek pertama berinisial
EF, berusia 22 tahun. EF semester lima Psikologi Islam berasal dari Pariaman dan
berdomisili di pondok penampungan anak yatim di Ulak Karang.
Subjek kedua berinisial DR, berumur 21 tahun, DR adalah seorang mahasiswi
Psikologi Islam semester lima. DR berasal dari kota Payakumbuh dan saat sekarang DR
berdomisili di Rubin (Rumah Binaan) lubuk lintah, Padang. Dan subjek ketiga AI juga
berasal dari kota Payakumbuh berusia 20 Tahun dan berdomisili saat ini di Rubin (Rumah
Binaan).

1.9. Teknik Penggalian Data


Adapun teknik pengumpulan data dari penelitian ini adalah :
1. Observasi
Menurut Banister dkk (dalam Poerwandari, 2005 : 116), istilah observasi
diturunkan dari bahasa Latin yang berarti “melihat” dan “memperhatikan”. Istilah
observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena
yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena
tersebut. Observasi adalah pengamatan secara langsung untuk mendapatkan data yang
berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.

Observasi dibagi menjadi dua (Sugiyono, 2011 : 145)


a. Observasi partisipan

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber
data, dan ikut merasakan suka dukanya.

b. Observasi non-partisipan

Dalam observasi ini peneliti tidak terlibat tapi hanya sebagai pengamat
independen. Dalam observasi ini, peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya
dapat membuat kesimpulan.

Menurut Patton (dalam Sugiyono, 2011 : 228-229), dinyatakan bahwa manfaat


observasi adalah sebagai berikut.

a. Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami


konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh
pandangan yang holistik atau menyeluruh.
b. Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak
diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu,
karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan
dalam wawancara.
c. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya
tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena
bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama
lembaga.
d. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar
persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih
komprehensif.
e. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan
data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan
merasakan suasana sosial yang diteliti.

Dalam hal ini, penulis melakukan observasi terhadap mahasiswa Psikologi Islam
Fakultas Ushuluddin, yakni untuk mengetahui dinamika perubahan perilaku keagamaan,
untuk mengetahui faktor – faktor pendorong terjadinya dinamika perubahan perilaku
keagamaan, untuk mengetahui bentuk – bentuk perubahan perilaku keagamaan seseorang
dan juga untuk mengetahui dampak perilaku keagamaan seseorang

2. Wawancara
Poerwandari (2005 : 127) mendefinisikan wawancara sebagai percakapan dan
tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif
dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-
makna subjektif dan sosial yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang
diteliti.
(Parker 2005 : 79-50) mengemukakan riset wawancara memberikan kesempatan
untuk mempersoalkan pemisahan indifidu dengan konteksnya, untuk membumikan
pengalaman dalam relasi sosial. Bentuk wawancara dalam psikologi kuantitatif arus
utama adalah wawancara terstruktur. Persoalan bagi psikolog yang mencoba
mengimplementasikan pradikma ini sebagai teknik pengumpulan data adalah bahwa
riset tersebut tidak terbukti benar-benar mampu mengendalikan apa yang dikatakan
subjek seperti halnya pendekatan lain dalam disiplin psikologi. Tak ada yang benar-
benar dapat disebut wawancara terstuktur karena orang sering berbicara melampaui
struktur, sebelum wawancara dimulai dan saat alat perekam sudah dimatikan. Jika kita
memaksa orang menjawab pertanyaan, wawancara itu tidak lebih menjadi sekedara
kuisioner.
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi
terstruktur atau bebas terstruktur. Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori
in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan
dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu
mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan
(Sugiyono, 2011 : 233).
Wawancara ini dilakukan dengan cara merekam suara subyek yang diwawancarai
dengan menggunakan tape recorder agar lebih mempermudah peneliti dalam
membuat transkrip wawancara. Adapun yang akan penulis wawancara dalam
penelitian ini adalah subyek itu sendiri, keluarga, teman sebayanya.
Dalam hal ini, han yang akan diwawancarai pada salah satu subjek penelitian
adalah berupa pembahasan mengenai proses perilaku keagamaanya menjadi
berdinamika, faktor-faktor pendorong terjadinya dinamika, bentuk – bentuk
perubahan perilaku keagamaan subjek dan dampak dari perubahan perilaku
keagamaan subjek.

3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk lisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen
yang berbentuk lisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories),
ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya
foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang bebentuk karya misalnya
karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif (Sugiyono, 2011 : 240). Dalam penelitian ini penulis hanya
menggunakan beberapa macam bahan dokumenter diantaranya, foto dan lain-lain.

1.10. Teknik Pengorganisasian dan Analisis Data


Analisis data yang digunakan adalah analisis tematik. Analisis tematik
merupakan proses mengkode informasi, yang dapat menghasilkan tema, model tema
atau indicator yang kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu, atau
hal-hal di antara atau gabungan dari yang telah disebutkan (Purwandari, 2005 : 152).
Analisis ini dilakukan/ dilaksanakan dengan cara transkrip verbatim (pengumpulan
data demi data). Setelah itu dibuat analisis pada data faktual untuk mendapatkan
tema-tema sementara yang akan dicek lagi kebenarannya untuk mendapatkan tema
yang kredibel (valid).
Menurut Poerwandari (2005 : 147-148) terdapat beberapa tahapan dalam
menganalisis data kualitatif yaitu:
a. Organisasi data
Pengolahan dan analisis data dimulai dengan mengorganisasikan data, data
kualitatif sangat beragam dan banyak. Peneliti berkewajiban untuk
mengorganisasikan datanya dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin. Hal-
hal yang penting untuk disimpan dan diorganisasikan meliputi:
a) Data mentah (catatan lapangan, kaset hasil rekaman ).
b) Data yang sudah diproses sebahagiannya (transkrip wawancara, catatan
penelitian).
c) Data yang sudah ditandai atau dibubuhi kode-kode spesifik.
d) Analisis (dokumentasi atau langkah-langkah dalam proses penelitian).
b. Koding dan analisis
Koding dimaksudkan untuk mengorganisasikan data secara lengkap dan
mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran mengenai fenomena
penelitian secara praktis dan efektif. Langkah awal koding dapat dilakukan
melalui:

a) Peneliti menyusun transkrip verbatim kata demi kata.


b) Memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode-kode tertentu.
c. Tahap Interpretasi
Peneliti harus melakukan interpretasi awal terhadap setiap kategori data.
Hasil interpretasi awal ini dapat kembali mengumpulkan data dan melakukan
kembali proses dari satu sampai dengan tiga. Hal ini merupakan keunikan dari
pendekatan kualitatif. Selalu terjadi proses bolak balik dari pengumpulan data
dan proses interpretasi atau analisis. Interpretasi mengacu pada upaya
memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam. Peneliti memiliki
perspektif menandai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasikan data
melalui prespektif tersebut. Selanjutnya penulis akan menuliskan hasil akhir
berupa kesimpulan yang berisi fakta-fakta yang telah diperoleh setelah
melakukan penelitian.

1.11. Teknik Pemantapan Kredebilitas Penelitian


Kredibilitas penelitian tentang dinamika perubahan perilaku keberagamaan pada
mahasiswa Psikologi Islam diperoleh dengan cara :
a. Perpanjangan pengamatan
Penulis melakukan perpanjangan pengamatan dengan mengecek kembali
apakah data yang diberikan selama ini data yang benar tentang perubahan
perilaku keberagamaan mahasiswa Psikologi Islam. Dalam hal ini menggunakan
metode triangulasi, Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan bebagai cara, dan
berbagai waktu. Terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan
data, dan waktu (Sugiyono, 2011 : 273)

b. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam
pengambilan data digunakan observasi dan wawancara, (Sugiyono, 2011 : 274).
untuk mengetahui bagaimana perubahan perilaku keberagamaan pada
mahasiswa Psikologi Islam. Pengumpulan dan pengujian data yang diperoleh
dilakukan melalui wawancara dan observasi terhadap orang-orang yang
bersangkutan. Kemudian hasil observasi dan wawancara dideskriptifkan,
dikategorikan (mana pandangan yang sama dan yang berbeda, serta yang
spesifik dari sumber tersebut).

c. Triangulasi teknik
Menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh
dari wawancara, lalu dicek dengan observasi, melihat apakah hasil dari
wawancara sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan (Sugiyono, 2011 :
274).

d. Triangulasi waktu
Melakukan pengecekan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam
waktu atau situasi yang berbeda. Jika hasil uji dilakukan menghasilkan data
yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga ditemukan
kepastian datanya. (Sugiyono, 2011 : 274).

Anda mungkin juga menyukai