1
Di kekinian, komparasi murid zaman
old dan murid zaman now lumrah
kita jumpai. Bahkan tak jarang
keluar dari mulut guru itu sendiri,
“Dulu sewaktu jadi murid saya lebih
mudah diajar, murid sekarang
susahnya minta ampun.” Konon
katanya, itu disebabkan karena guru
dilarang melakukan kekerasan
terhadap murid. Akhirnya, murid
menjadi nakal dan patoa-toai.
Apakah benar demikian? Atau itulah
jebakan romantisisme masa lalu?
2
pengetahuan terus diperbaharui,
cara dulu tinggalkanlah dahulu.
3
bertahan tiga hari. Ibu yang melihat
itu sedikit kecewa. Saya pun tak
tahu, relasi antara hajaran di betis
dengan masbuk. Toh, ada yang
beberapa kali dihajar, tapi tetap
masbuk juga. Artinya cara-cara
seperti itu tidak efektif. Guru saya
saat itu juga tak mau mendengar
penjelasan, masbuk ya masbuk saja.
Saya tak diajak berkomunikasi,
merefleksikan kesalahan juga tidak.
Saya pasrah saja, mungkin begitulah
namanya dididik.
4
kayu di tangan, kata-katanya pedas,
dan raut muka ganas, benar-benar
kombinasi maut yang membikin
saya takut. Sialnya, saya ini tipe
murid yang buntu di pelajaran
Matematika. Beberapa kali saya
harus menghafal jawaban untuk
berjaga-jaga, saat tiba-tiba
telunjuknya menikam saya,
menyuruh maju ke depan
mengerjakan soal. Suasana benar-
benar mencekam. Padahal kelas
bukan penjara, dan guru bukan sipir.
Tapi saya terima saja, mungkin
itulah rupanya diajar.
5
menimbulkan kebencian terhadap
sekolah. “ Jangan salahkan anak jika
dia takut sekolah,” ujar Kak Seto.
Bisa jadi karena sekolah begitu
menakutkan baginya.
6
Penelitian Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI), menyebut
banyak dampak kekerasan pada
anak, seperti anak yang mendapat
kekerasan, bisa berubah menjadi
pelaku kekerasan, perasaaan tidak
berguna, sehingga bersikap murung
dan sulit memercayai orang lain.
Anak juga menjadi depresif, sulit
mengendalikan emosi, dan susah
berkonsentrasi. Akhirnya,
kesehatannya terganggu,
kecerdasannya pun sulit
berkembang.
7
bukanlah barak miiter. Dan saya tak
berniat menjadi tentara. Sungguh
cara-cara demikian tak membuat
murid merasa lebih baik.. Guru
bukan dewa yang selalu benar, dan
murid bukan kerbau, cakap Soe Hok
Gie.
8
penulis Amerika, William Arthur
Ward, the mediocre teacher tells.
The good teacher explain. The
superior teacher demonstrates. The
great teacher inspires.
9
Mari kembali ke paragraf awal.
Membandingkan murid dulu dan
kini tentu tidaklah adil. Tiap
generasi, punya masa dan
tantangannya, tapi tak menjadikan
satu lebih unggul dari yang lain.
Mengatai murid sekarang lebih
lemah, hanya karena tak tahan
dihantam tentu tuduhan yang
melukai.
10
Kalau orang tua murid keberatan
anaknya dihajar, itu bukanlah tanda
kelemahan. Mereka menyadari
bahwa cara-cara seperti itu tak
patut lagi, sebab penelitian
membuktikan cara seperti itu lebih
banyak mudaratnya, tinimbang
manfaatnya.
11
memperlakukannya di sekolah. Jadi,
jika Anda adalah guru, ingin
dikenang apa Anda di kening murid?
12