Oleh:
Nama : Dhinda Salsabil Maharani
NIM : P17211193092
Laporan pendahuluan Partus Spontan Ny. S P3003 AB000 Usia 42 Tahun di Ruang
Kaber RSUD Kanjuruhan Malang. periode 18 Oktober 2021 s/d 22 Oktober 2021 Tahun
Ajaran 2021/2021
Malang, Malang,
_________________________
NIP. NIP.
___________________________
NIP.
AtasanLangsung
Ttd&stempel
___________________________
NIP.
FORMATLAPORAN PENDAHULUAN
B. Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janinturun ke
jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketubandidorong keluar
melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalahproses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsungdalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin(Prawirohardjo, 2010).
Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran obat-obatan
(Prawirohardjo,2008).
Persalinan spontan adalah proses persalinan lewat vagina yang berlangsung
tanpa menggunakan alat maupun obat tertentu, baik itu induksi, vakum, atau
metode lainnya. Jadi, persalinan ini benar-benar hanya mengandalkan tenaga dan
usaha ibu untuk mendorong keluarnya bayi.
Persalinan spontan adalah proses persalinan lewat vagina yang berlangsung
tanpa menggunakan alat maupun obat tertentu, baik itu induksi, vakum, atau
metode lainnya untuk mendorong persalinan sehingga bayi bisa dilahirkan secara
normal.
C. Patofisiologi
Pada kasus post partus spontan akan terjadi perubahan fisiologis dan
psikologis. Pada perubahan fisiologis terjadi involusi, menyebabkan terjadinya
peningkatan ocytosis. Peningkatan kontraksi uterus sehinga dapat menimbulkan
masalah nyeri akut.
Ibu akan merasa lelah, suhu naik dan tampak gejala infeksi intra uterin lebih
dahulu sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalita dan
morbiditas perinatal. Setelah ½ jam ketuban pecah tidak terjadi persalinan
spontan (partus lama) maka persalinan diinduksi.
Persalinan dibagi menjai 4 kala yaitu
1 Kala I dimulai dari pada saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Proses ini terbagi dalam 2 fase. Fase laten (8 jam) servik membuka sampai 5
cm dan fase aktif (7 jam) servik membuka diri 3 sampai 10 cm kontraksi lebih
kuat dan sering selama fase aktif.
2 Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir, proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
3 Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit
4 Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama pos partum.
Perubahan pada vagina dan perineum terjadi rupture jaringan yang
menyebabkan trauma mekanis. Personal hygine yang kurang baik, pembuluh
darah rusak menyebabkan genetalia menjadi kotor dan terjadi juga perdarahan
sehingga dapat menimbulkan masalah resiko infeksi.
Pada perubahan psikologis akan muncul taking in (ketergantungan), taking
hold (ketergantungan kemandirian), letting go (kemandirian). Pada perubahan
taking in pasien akan membutuhkan perlindungan dan pelayanan, ibu akan
cenderung berfokus pada diri sendiri dan lemas. Taking hold pasien akan belajar
mengenai perawatan diri dan bayi, cenderung akan menerima informasi tanpa
disaring karena mengalami perubahan kondisi tubuh. Letting go ibu akan
mengalami perubahan peran.
Proses persalinan
F. Penatalaksanaan medis
1. Pemberian obat penghilang rasa sakit, misalnya :
a) Pethidin.
Biasanya disuntikan dibagian paha atau pantat. Obat ini akan membuat
tenang, rileks, malas bergerak dan terasa agak mengantuk tetapi tetap
sadar. Obat ini akan bereaksi 20menit setelah disuntikan, kemudian akan
bekerja selama 2 – 3 jam danbiasanya diberikan pada kala 1. Obat ini
diberikan pada keadaan kontraksi rahim yang kuat.
b) Anastesi epidural.
Metode ini paling sering digunakan, karena memungkinkan pasien untuk
tidakmerasakan sakit tanpa tidur. Obat ini disuntikan pada rongga kosong
tipis diantaratulang punggung bagian bawah. Selanjutnya akan dipasang
kateter (selang kecil) untuk mengalirkan obat yang mengakibatkan saraf
tubuh bagian bawah mati rasa selama 2jam sehingga rasa sakit tidak
terasa. Pemberian obat ini harus diperhitungkan agar tidak berpengaruh
pada kala 2 persalinan, jika tidak ibu harus mengejan lebih lama.
c) Etonox.
Menggunakan campuran oksigen dan nitrous oksida, efeknya lebih ringan
dari pada epidural.
d) TENS (Transcutaneus Electrical Nerves Stimulation).
Alat ini dipilih jika ingin rasa sakit hilang tanpa obat. Mesin ini
merupakan stesor elektronik yang membantu tubuh menahan rasa sakit
dengan mengirim arus listrik kepunggung yang aliranya bisa diatur.
e) Intrathecal Labour Analgesia (ILA).
Obat ini disuntikan diintathecal, suatu daerah diatas epidural. Kelebihan
ILA disbanding epidural adalah lebih aman karena dosis obat lebih
sedikit, lebih mudah digunakan, dan biayanya lebih murah.
2. Pemberian oksitosin.
Diberikan pada kala 3. Tujuan pemberian oksitosin adalah untuk
merangsanga rahim berkontraksi yang juga mempercepat lahirnya plasenta.
Oksitosin diberikan secara intramuskuler dalam 2 menit setelah bayi lahir denagn
dosis 10 IU (Endjun, 2004).
G. Pengkajian keperawatan
Pengkajian
1. Identitas pasien
Meliputi nama ibu, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan
diagnosa medis
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada saat akan terjadi proses persalinan
3. Riwayat kesehatan dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor prediposisi
4. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat data riwayat kesehatan menular/menurun.
5. Pemeriksaan fisik
Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah fetus,
letak janin, penurunan janin:usia kehamilan aterm 3 jari bawah prosesus
xypoideus. Usia kehamilan prematurpertengahan pusat dan prosesus
xypoideus, belum atau sudah kepala masuk PAP, adanya his yang mungkin
sering dan kuat.
a) Leopold I : untuk menentukan TFU dan bagian janin dalam fundus
b) Leopold II : untuk menentukan batas samping rahim kanan/kiri, letak
punggung janin
c) Leopold III : untuk menentukan bagian terbawah janin apakah sudah
masuk PAP
d) Leopold IV : untuk menentukan bagian terbawahjanin seberapa jauh
sudah masuk PAP ).
Palpasi abdomen dilakukan untuk memastikan bahwa posisi janin
sudah benar untuk persalinan yang normal. Posisi janin dianggap benar kalau
posisi kepala janin di bawah. Palpasi vagina, pemeriksaan vagina akan
memperlihatkan, keadaaan selaput ketuban apakah sudah ruptur atau belum,
penipisan dan dilatasi serviks. Pembukaan serviks, besarnya pembukaan
dalam cm dicatat kedaalam partograf dengan tanda X. Pemeriksaan dalam
dilakukan setiap 4 jam kecuali bila ada indikasi. Pada fase aktif kecepatan
pembukaan sekurangkurangnya1cm/jam.
Auskultasi : Ada tidak DJJ dan frekuensi normalnya 120–160x/menit
(Asuhan Persalinan Normal 2008).
H. Daftar diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d dilatasi serviks d.d mengeluh nyeri, tampak meringis,gelisah,
frekuensi nadi meningkat, perinium terasa tertekan, berposisimeringankan
nyeri
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas d.d pola napas
berubah
3. Risiko hipovelemia d.d kehilangan cairan secara aktif
4. Risiko infeksi d.d efek prosedur invasif
I. Intervensi keperawatan
1. Masalah keperawatan : Nyeri akut
Tujuan/kriteria hasil : setelah diberikan asuhan keperawatan 1x6 jam, maka
Tingkat nyeri (L.08066) dapat menurun, dengan kriteria hasil :
Keluhan nyeri menurun
Meringis menurun
Sikap protektif menurun
Gelisah menurun
Kesulitan tidur menurun
Menarik diri menurun
Berfokus pada diri sendiri menurun
Diaforesis menurun
Perasaan depresi (tertekan) menurun
Perasaan takut mengalami cidera berulang menurun
Anureksia menurun
Erenium terasa tertekan menurun
Uterus teraba membulat menurun
Ketegangan otot menurun
Upil dilatasi menurun
Mual menurun
Muntah menurun
Frekuensi nadi membaik
Pola nafas membaik
Tekanan darah membaik
Proses berfikir membaik
Fokus membaik
Fungsi berkemih membaik
Perilaku membaik
Nafsu makan membaik
Pola tidur membaik