Anda di halaman 1dari 12

KOMPONEN DAN KARAKTERISTIK KURIKULUM

Dosen Pengampu:
Eko Sri Wahyuni, M.Pd

Anggota Kelompok:
Tiara Tis’atun Hasanah (F1072211001)
Septiani Widya Wahyuni (F1072211003)
Nia Amalia Pradana (F1072211006)
Fransiska Yulia Menge (F1072211010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum sebagai sebuah rancangan pendidikan mempunyai kedudukan
yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat
pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan
kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan
tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.
Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para
penyusun kurikulum atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai
kurikulum ideal, akan tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar
pertimbangan oleh para pelaksana kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan
para guru serta pihak-pihak lain yang terkait dengan tugas-tugas pengelolaan
pendidikan, sebagai bahan untuk dijadikan instrumen dalam melakukan
pembinaan terhadap implementasi kurikulum di setiap jenjang pendidikan.
Penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan secara
sembarangan. Dibutuhkan berbagai landasan yang kuat agar mampu dijadikan
dasar pijakan dalam melakukan proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga
dapat memfasilitasi tercapainya sasaran pendidikan dan pembelajaran secara lebih
efektif dan efisien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen – komponen yang terdapat dalam kurikulum?
2. Bagaimana identifikasi Komponen Kurikulum dalam perencanaan
program pembelajaran dan pendidikan?
3. Bagaimana karakteristik Kurikulum?

C. Tujuan Pembelajaraan
1. Dapat memahami tentang komponen – komponen kurikulum
2. Dapat mengidentifikasi komponen – komponen kurikulum dalam
perencanaan program pembelajaran dan pendidikan
3. Dapat mengetahui karakteristik yang ada dalam kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komponen - Komponen Pengembangan Kurikulum

TUJUAN

EVALUASI ISI

METODE

Bagan diatas ini menggambarkan bahwa sistem kurikulum terbentuk oleh 4


komponen yaitu, komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi,
pencapaian tujuan dan komponen evaluasi. Sebagai suatu system,setiap komponen
harus saling
berkaitan satu sama lain. Secara umum komponen kurikulum terdiri dari empat
komponen utama, diantaranya yaitu:
1. Tujuan – yaitu tujuan dari pendidikan nasional, tujuan pendidikan lembaga,
tujuan mata pelajaran, dan tujuan instruksional.
2. Bahan, materi atau pengalaman belajar – mencakup ruang lingkup isi dari
kurikulum yang telah disesuaikan dengan jenis, jenjang kelas dan sekolah yang
kemudian harus disajikan kepada siswa untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
3. Organisasi yaitu merupakan susunan dan urutan dari isi materi dalam
kurikulum 4. Evaluasi – yaitu sebuah penilaian terhadap hasil dan proses belajar
mengajar atau implementasi kurikulum.
Hal ini senada dengan pendapat yang disampaikan oleh S. Nasution (1987),
proses pengembangan kurikulum dimulai dari perumusan tujuan, diikuti oleh
penentuan atau pemilihan bahan pelajaran, proses belajar-mengajar, dan alat
penilaian. Proses pengengembangan kurikulum tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
A. Komponen Tujuan
Kurikulum adalah suatu program yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Dari tujuan ini bisa dijadikan arahan atau acuan segala kegiatan
pendidikan yang dijalankan. Dalam setiap lembaga pendidikan, pasti dicantumkan
tujuan-tujuan pendidikan yang harus dicapai oleh lembaga pendidikan yang
bersangkutan.
Meskipun rumusan pendidikan dari suatu negara dengan negara lain, tapi
sebenarnya memiliki esensi yang sama secara umum. Tujuan pendidikan secara
universal akan menjangkau tiga jenis nilai utama yaitu: (1) otonomi yang
memberikan setiap individu dan kelompok untuk memiliki pengetahuan dan
kemampuan yang memungkinkan mereka mengelola kehidupan mereka sendiri;
(2) equity (kesetaraan) dalam kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan budaya
maupun ekonomi dengan jalan memberikan kepada mereka dasar-dasar
pendidikan yang setara; (3) survival, memberi izin kepada semua bangsa untuk
menularkan dan memperkaya warisan budaya kepada semua generasi dengan
memberikan panduan pendidikan untuk saling memahami (Sadulloh,1994).
Adapun Hirarki tujuan pendidikan dan pembelajaran dapat kita lihat sebagai
berikut:
a. Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat nasional yang pencapaiannya
berwujud sebagai warga negara berkepribadian nasional yang bertanggung jawab
atas kesejahteraan masyarakat, bangsa, dan tanah air. Tujuan pendidikan nasional
merupakan tujuan pendidikan umum jangka panjang, tujuan ideal pendidikan
bangsa Indonesia. Secara makro tujuan pendidikan nasional bertujuan membentuk
organisasi pendidikan bersifat otonom sehingga mampu melaksanakan inovasi
untuk menuju lembaga yang beretika, menggunakan nalar, sosial yang positif dan
Sumber Daya Manusia yang tangguh.
b. Tujuan Institusional
Tujuan institusional yang mengacu pada tujuan institusi (sekolah) merupakan
sasaran pendidikan sesuatu lembaga pendidikan. Dengan kata lain, tujuan
institusional merupakan tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan. Tujuan institusional merupakan kualifikasi yang harus dimiliki oleh
setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan program di
suatu lembaga pendidikan tertentu.
c. Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu program studi
atau oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Tujuan ini dapat didefinisikan
sebagai kualifikasi yang harus dimiliki peserta didik setelah mereka
menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam institusi pendidikan tertentu.
Tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan
institusional
d. Tujuan Pembelajaran Instruksional (Tujuan Khusus)
Tujuan ini lebih diutamakan karena lebih jelas dan mudah pencapaiannya. Dalam
tujuan ini, guru mempersiapkan pelajaran, guru menjabarkan tujuan mengajarnya
dalam bentuk tujuan-tujuan khusus atau objectives yang bersifat operasional.
Tujuan ini dapat memberikan gambaran yang lebih konkrit, dan menekankan pada
perilaku siswa.Tujuan-tujuan mengajar dibedakan menjadi beberapa kategori,
sesuai dengan perilaku yang menjadi sasarannya.
Menurut Bloom, dengan bukunya Taxonomy of Educational Objectives terbitan
1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan
kedalam 3 domain, yaitu;
1. Domain Kognitif
Kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan
intelektual seperti mengingat dan memecahkan masalah. Domain kognitif terbagi
menjadi 6 tingkatan yaitu; pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehension), penerapan (application), analisa, sintesis dan evaluasi.
2. Domain Afektif
Afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai dan afresiasi. Domain ini memiliki
tingkatan, yaitu; penerimaan, merespon, menghargai, mengorganisasi dan
karakterisasi nilai. Ranah afektif dibagi menjadi lima tingkatan yang bergerak dari
kesadaran yang sederhana menuju kekondisi di mana perasaan memegang peranan
penting dalam mengontrol tingkah laku: 1) Menerima 2) Responsif 3) Menghargai
4) Organisasi 5) Karakteristik
3. Domain Psikomotor
Psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan
atau skill seseorang. Tingkatan domain psikomotor yaitu; persepsi (perception),
kesiapan(set), meniru (imitation), membiasakan (habitual), menyesuaikan
(adaption) dan menciptakan (organization).
B. Komponen Isi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak
didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi
kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program tiap-
tiap bidang studi tersebut. Kriteria yang dapat dijadikan pertimbangan, antara lain
sebagai berikut.
1) signifikasi yaitu konten sebaiknya penting bagi suatu disiplin ilmu atau tema
studi,
2) validitas yaitu konten sebaiknya otentik dan akurat,
3) relevansi sosial yaitu konten sebaiknya sesuai dengan nilai moral, cita-cita,
permasalahan sosial, isu kontroversial, dan sebagainya untuk membantu siswa
menjadi anggota masyarakat,
4) kegunaan yaitu konten sebaiknya berguna untuk mempersiapkan siswa menuju
kehidupan dewasa,
5) kemampuan, yaitu konten sebaiknya sesuai dengan tingkat kemampuan siswa,
6) minat, yaitu konten sebaiknya berkaitan dengan minat siswa.
Dalam merangkai dan mengaitkan sebuah konten (sekuen) kurikulum
dibutuhkan keahlian dan pengalaman tersendiri. Namun ada beberapa cara yang
dapat dijadikan panduan dalam menyusun sebuh konten/sekuen kurikulum. Materi
pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk:
1) Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri
dari terminologi, orang, dan tempat serta kejadian
2) Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-
kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
Dengan perkataan lain, konsep merupakan abstraksi dari sekumpulan
fakta/informasi/stimulus yang memiliki ciri sama. Setiap konsep memiliki
nama, definisi, contoh, atribut, dan nilai.
3) Teori; merupakan penjelasan mengenai hubungan antara suatu konsep dengan
konsep lain. Teori merupakan seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau
preposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik
tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan – hubungan antara variabel-
variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
4) Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber
dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
5) Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
6) Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran
yang harus dilakukan peserta didik.
7) Hukum, merupakan teori yang teruji kebenarannya.
8) Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan
dalam materi.
9) Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk
memperjelas suatu uraian atau pendapat.
10) Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata
dalam garis besarnya.
11) Postulat, adalah anggapan dasar yang kebenarannya tidak perlu dibuktikan.
Dalam biologi postulat yang terkenal adalah postulat Koch tentang kuman
penyebab penyakit.

C. Komponen Metode / strategi


Komponen strategi merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat
penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Beberapa istilah
yang perlu difahami berkaitan dengan komponen ini adalah pendekatan, strategi,
model dan metode dalam pembelajaran. Adapun istilah yang perlu dipahami
mengenai komponen ini ialah pendekatan, strategi, model dan metode dalam
pembelajaran.
1) Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran adalah upaya untuk mendekati makna belajar
dari sudut pandang tertentu. Atau penerapan perspektif dan pandangan
tertentu dalam memahami pentingnya belajar.
Pendekatan filsafat dikaitkan dengan beberapa aliran filsafat pendidikan
seperti idealisme, realisme, pragmatisme, eksistensialisme dan
konstruktivisme. Pendekatan psikologi terkait dengan beberapa aliran
psikologi, termasuk behaviorisme, psikologi kognitif, dan humanisme.
Pendekatan sistematis memandang pembelajaran sebagai suatu kesatuan yang
utuh yang terdiri dari berbagai komponen yang secara fungsional saling
berinteraksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Aliran filsafat dan psikologi yang berbeda memiliki perspektif yang
berbeda tentang pembelajaran. Dalam pembelajaran, idealisme melibatkan
penggunaan strategi tanya jawab (dialektika) dan penalaran deduktif
(penemuan). Pembelajaran berpusat pada guru, tetapi siswa harus
menemukan diri mereka dalam memproses pesan (heuristik). Kurikulum
Pendidikan idealis adalah berbasis mata pelajaran dan berpusat pada mata
pelajaran (subject-centred), sehingga pengajaran bersifat hands-on dan mata
pelajaran dipelajari secara terpisah berdasarkan mata pelajaran.
Realisme mensyaratkan bahwa pendidikan dan pengelolaan kelas harus
berpusat pada guru (education is teacher-centered). Siswa diharapkan belajar
dari pengalaman (langsung atau tidak langsung) melalui inkuiri, penemuan,
pengenalan, dan strategi penalaran induktif.
Pragmatisme membutuhkan pembelajaran yang berpusat pada siswa
(siswa/anak), berpusat pada masalah, berpusat pada aktivitas, interdisipliner
atau integratif. Pragmatisme mengusulkan pemecahan masalah, penemuan
dan penyelidikan, belajar dengan strategi heuristik, dan mendukung strategi
penalaran induktif deduktif.
Konstruktivisme memandang belajar sebagai aktivitas yang
memungkinkan siswa membangun pengetahuannya. Konstruktivisme
membutuhkan pembelajaran yang berpusat pada siswa, berpusat pada
masalah, berpusat pada aktivitas, interdisipliner (integratif) dan kontekstual.
Eksistensialisme memandang belajar sebagai kegiatan guru, berdasarkan
minat, bakat, dan kebutuhan siswa, untuk membantu mereka mencapai
kesadaran diri dan mengembangkan komitmen yang berhasil untuk sesuatu
yang penting.
Behaviorisme memandang belajar sebagai aktivitas guru, menciptakan
kondisi lingkungan sebagai bentuk tugas, disiplin, dan lain-lain yang
diharapkan dapat ditanggapi oleh siswa. Hal ini dilakukan dalam bentuk
pembiasaan atau pelatihan secara bertahap.

D. Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian
terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian
tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang
bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh Wright dalam (Sudrajat, 2010)
bahwa: “curriculum evaluation may be defined as the estimation of growth and
progress of students toward objectives or values of the curriculum”. Sementara
itu, dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan sebagai
evaluasi program, untuk mengakses kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau
dari berbagai kriteria.Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu
dievaluasi adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa.
Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi yang
akan dievaluasi. Dimensi yang sering mendapat sorotan adalah dimensi kuantitas
dan kualitas. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif
berbeda dengan dimensi kualitatif. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi
dimensi kuantitatif, seperti tes standar, tes prestasi belajar, dan lain lain.
Sementara itu, instrumen untuk mengevaluasi dimensi kualitatif dapat digunakan,
questionnare, inventori, interview, dan catatan anekdot.
Sukmadinata (1997) mengemukakan tiga pendekatan dalam evaluasi
kurikulum, yaitu: (1) pendekatan penelitian (analisis komparatif); (2) pendekatan
obyektif; dan (3) pendekatan campuran multivariasi. Di samping itu, terdapat
beberapa model evaluasi kurikulum, diantaranya adalah Model CIPP (Context,
Input, Process, dan Product) yang bertitik tolak pada pandangan bahwa
keberhasilan program pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti:
karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang
digunakan prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. Evaluasi
model ini bermaksud membandingkan kinerja (performance) dari berbagai
dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada
deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program yang
dievaluasi sebagai berikut.
1) Context: yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan
dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang
bersangkutan, seperti: kebijakan departemen atau unit kerja yang bersangkutan,
sasaran yang ingin dicapai oleh unit kerja dalam kurun waktu tertentu, masalah
ketenagaan yang dihadapi dalam unit kerja yang bersangkutan, dan sebagainya.
2) Input: bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan pendidikan,
seperti: dokumen kurikulum, dan materi pembelajaran yang dikembangkan, staf
pengajar, sarana, dan prasarana, media pendidikan yang digunakan dan
sebagainya.
3) Process: pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut, meliputi :
pelaksanaan proses belajar mengajar, pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh
para pengajar, pengelolaan program, dan lain-lain.
4) Product: keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan, mencakup:
jangka pendek dan jangka lebih panjang.

B. Karakteristik Kurikulum
1) Kurikulum harus mencerminkan jiwa mukadimah UU dan isi UUD 1945 dalam
pelaksanaannya melalui pendidikan.
2) Kurikulum harus diintegrasikan dalam National and Character Building.
Sebagai alat pembinaan Pancasila dan tenaga pembanguna yang bertakwa
kepada Allah swt.
3) Kurikulum memberikan kemungkinan perkembangan maksimal: cipta, rasa,
karsa, dan karya anak yang sedang berkembang menjadi manusia yang
bermental moral/budi pekerti luhur dan kuat keyakinan agamanya, tinggi
kecerdasannya dan terampil dalam pembangunan dan memiliki fisik kuat dan
sehat.
4) Kurikulum mempersiapkan anak didik untuk dapat berdiri sendiri dalam
masyarakat.
5) Kurikulum harus memadukan teori dan praktik pengetahuan yang diperoleh di
sekolah dihubungkan dengan kehidupan konkret dalam masyarakat.
6) Kurikulum harus selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern.
7) Kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan integrasi
antara lembaga pendidikan dan lembaga masyarakat.
8) Kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan kegiatan
ekstrakurikuler yang dilakukan lembaga pendidikan lainnya seperti pramuka
dan organisasi pendidikan lainnya.
9) Kurikulum harus merupakan rangkaian harmonis yang memungkinkan
kontinuitas antara lembaga pendidikan yang satu dengan yang lainnya.
10) Kurikulum harus fleksibel, dapat disesuaikan dengan kondisi-kondisi
setempat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum sebagai sebuah rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang
sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Landasan
pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para penyusun kurikulum
atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai kurikulum ideal, akan
tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para
pelaksana kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan para guru serta pihak-
pihak lain yang terkait dengan tugas-tugas pengelolaan pendidikan, sebagai bahan
untuk dijadikan instrumen dalam melakukan pembinaan terhadap implementasi
kurikulum di setiap jenjang pendidikan. Dalam komponen - komponen
pengembangan kurikulum terdapat 4 yaitu komponen yaitu, komponen tujuan, isi
kurikulum, metode atau strategi, pencapaian tujuan dan komponen evaluasi. Pada
Proses pengengembangan kurikulum tersebut dapat digambarkan sebagai berikut
yaitu, komponen tujuan didalam komponen tujuan terdapat hiraki tujuan
pendidikan dan pembelajaran seperti tujuan pendidikan nasional, tujuan
institusional, tujuan kurikuler dan tujuan pembelajaran instruksional (tujuan
khusus). Dalam komponen isi terdapat kriteria yang dapat dijadikan pertimbangan
salah satu nya yaitu relevansi sosial yaitu konten sebaiknya sesuai dengan nilai
moral, cita-cita, permasalahan sosial, isu kontroversial, dan sebagainya untuk
membantu siswa menjadi anggota masyarakat. Selanjutnya komponen
metode/strategi adapun istilah yang perlu dipahami mengenai komponen ini ialah
ependekatan, strategi, model dan metode dalam pembelajara, pendekatan
pembelajaran. Dalam komponen evaluasi terdapat deskripsi dan judgment
mengenai kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi yaitu context, input,
processs dan product. Dalam kurikulum terdapat karakteristik salah satu nya
adalah Kurikulum memberikan kemungkinan perkembangan maksimal: cipta,
rasa, karsa, dan karya anak yang sedang berkembang menjadi manusia yang
bermental moral/budi pekerti luhur dan kuat keyakinan agamanya, tinggi
kecerdasannya dan terampil dalam pembangunan dan memiliki fisik kuat dan
sehat.

Bloom, B.S. (ed) 1964). Taxonomy of Education Objective Cognitive Domain.
New York: David Mc.Kay Company Inc.
Nasution, S (1993). Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Sudjana, Nana. 1996. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah.
Bandung : Sinar Baru Algerindo.

Anda mungkin juga menyukai