Anda di halaman 1dari 9

MENGANALISIS, MEREKONTRUKSI, DAN MEMODIFIKASI

KURIKULUM (CAPAIAN PEMBELAJARAN)


DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah


Strategi dan Asesmen Pembelajaran
Dosen Pengampu :
Naniek S. Wardani, S.Pd., M.Si.

Disusun oleh kelompok 4 :


1. Ruth Nethania Maharani (292022103)
2. Yohanna Dwi Apriliani (292022106)
3. Normadyah Khusnisyadza (292022114)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2024
A. MENGANALISIS, MEREKONTRUKSI, DAN MEMODIFIKASI KURIKULUM
(CAPAIAN PEMBELAJARAN)

I. Kajian Kurikulum
 Mauritz Johnson (1967)
Mendefinisikan kurikulum sebagai seperangkat tujuan belajar yang terstruktur sehingga
dalam arti tersebut kurikulum berkenaan dengan tujuan bukan dengan kegiatan. Adapun
unsur kurikulum di antaranya struktur output pembelajaran, aspek formulasi, struktur
karakteristik, instruksi, evaluasi, dan kriteria instruksi evaluasi kurikulum.
 Menurut J Galen Saylor & William M Alexander (1956)
Pengertian kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta
didik. Karena, kurikulum menjadi upaya sekolah untuk mempengaruhi pembelajaran baik
di ruang kelas, taman bermain, atau luar sekolah.
 Menurut Harold Alberty (1965)
Pengertian kurikulum merujuk pada semua kegiatan yang disediakan sekolah bagi
siswanya. Dalam hal ini kurikulum tidak hanya sebatas mata pelajaran, tetapi juga
berbagai kegiatan lain yang diselenggarakan oleh sekolah.
Menurut Hilda Taba (1962) pengertian kurikulum adalah suatu rencana pembelajaran.
Oleh karena itu, apa yang diketahui tentang proses pembelajaran dan perkembangan
individu mempengaruhi pembentukan kurikulum.

Dari pengertian kurikulum menurut para ahli dapat diaimpulkan bahwa kurikulum
adalah seperangkat tujuan belajar yang terstruktur (Mauritz Johnson), sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik (J Galen Saylor & William M
Alexander), semua kegiatan yang disediakan oleh sekolah bagi siswanya (Harold
Alberty), dan suatu rencana pembelajaran yang dipengaruhi oleh proses pembelajaran
dan perkembangan individu (Hilda Taba).

II. Kajian Capaian Pembelajaran


 Capaian pembelajaran kurikulum merdeka merupakan keterampilan belajar yang dimiliki
oleh siswa dan harus diselesaikan setiap tahap. Kurikulum ini dicanangkan untuk
mengatur kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat student centered learning atau
berpusat pada siswa.
 Menurut Kemendikbudristek (2022) capaian pembelajaran (CP) merupakan kompetensi
pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada setiap fase perkembangan. Capaian
Pembelajaran mencakup sekumpulan kompetensi dan lingkup materi, yang disusun
secara komprehensif dalam bentuk narasi.
Dalam Capaian Pembelajaran terdapat empat komponen, diantaranya ;
1. Rasional Mata Pelajaran: Memuat alasan pentingnya mempelajari mata pelajaran
tersebut dan keterkaitan antara mata pelajaran dengan salah satu (atau lebih) Profil
Pelajar Pancasila.
2. Tujuan Mata Pelajaran: Kemampuan atau kompetensi yang perlu dicapai peserta didik
setelah mempelajari mata pelajaran tersebut.
3. Karakteristik Mata Pelajaran: Deskripsi umum tentang apa yang dipelajari dalam mata
pelajaran serta elemen-elemen mata pelajaran, yang didalamnya terdapat kompetensi -
kompetensi yang ingin dicapai .
4. Capaian Pembelajaran Setiap Fase: Deskripsi yang mencakup pengetahuan,
keterampilan, serta kompetensi umum. Selanjutnya diturunkan menjadi capaian
pembelajaran menurut elemen yang dipetakan menurut perkembangan siswa.

III. Analisis Kurikulum (Capaian Pembelajaran)


Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai
peserta didik pada setiap fase perkembangan. Capaian Pembelajaran mencakup
sekumpulan kompetensi dan lingkup materi, yang disusun secara komprehensif dalam
bentuk narasi.

“Prinsip Pembelajaran” pada Kurikulum yang Terdiversifikasi


Ada 3 prinsip dalam merumuskan capaian pembelajaran ketika menyusun perangkat ajar
Kurikulum Merdeka Belajar, yaitu:
Terukur dan spesifik
Capaian pembelajaran memiliki struktur hierarki tahap konseptual, maka hasil belajar
harus terukur secara spesifik. Sehingga bisa memberikan gambaran mengenai kompetensi
siswa.
Penulisan CP juga mengikuti taksonomi Bloom, karena bisa membantu guru dalam
mengembangkan tujuan pengajaran terhadap siswa.
Adapun konsep taksonomo bloom, secara sederhadan dapat sobat lihat berikut ini:
• Ingat dengan baik, jika belum memahami konsepnya
• Sebelum menerapkan, pahami dahulu
• Melakukan penilaian dengan analisis yang tepat
Sedangkan untuk menerapkan prinsip terukur dan spesifik dalam merumuskan capaian
pembelajaran.
1. Pemahaman dan Pengetahuan
Pengetahuan terkait dengan informasi yang secara sadar siswa memperolehnya melalui
pengalaman tau pendidikan,. Sedangkan pemahaman mengacu pada mengetahui atau
mengenali arti atau alasan sesuatu. Pemahaman dan pengetahuan sama-sama penting,
yang satu tidak lengkap tanpa yang lain. Sebagai siswa, jika memahami konsep yang
guru jelaskan, tetapi tidak mendapatkan pengetahuan. Maka siswa tidak akan berhasil.
Demikian juga, pengetahuan (fakta) yang tidak siswa pahami hanya berasal dari ingatan
yang baik.
2. PraktisBiasa untuk kegiatan belajar demonstrasi, praktek, atau eksperimen.
Penulisannya menggunakan kata-kata menunjukkan, menerapkan dan lain sebagainya.
3. Keterampilan Generik
Berisi keterampilan umum seperti memecahkan masalah. Penulisan menggunakan kata-
kata menganalisis, membandingkan, dan lain-lain.
Fleksibel (sesuai dengan proses dan tahapan belajar siswa) Secara umum, belajar
dipandang sebagai suatu kompetisi daripada suatu proses.
Struktur pengajaran bisa mengisi siswa dengan berbagai materi, dan hasil akhir
berorientasi pada "tahu saja" daripada memahami atau menguasai, dan siswa
membutuhkan waktu dan tahapan untuk mengeksplorasi konsep. Oleh karena itu, CP
telah membawa perubahan pendekatan mengajar di kelas, yang awalnya berpusat pada
guru menjadi berpusat pada siswa.
a. Fase capaian pembelajaran
Fase atau tingkatan perkembangan adalah capaian pembelajaran yang harus dicapai
murid, yang disesuaikan dengan karakteristik, potensi, serta kebutuhannya.
Fase terbagi menjadi enam etape yaitu Fase A (kelas 1 dan 2 SD), Fase B (Kelas 3
dan 4 SD), Fase C (kelas 5 dan 6 SD), Fase D (kelas 7,8 dan 9 SMP), Fase E (kelas
10 SMA), Fase F (kelas 11 dan 12 SMA).
b. Komponen capaian pembelajaran
Adapun 5 komponen Capaian Pembelajaran tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Rasional Mata Pelajaran, terdiri dari:


· Alasan mempelajari mata pelajaran tersebut.
· Keterkaitan antara mata pelajaran dengan salah satu (atau lebih) Profil Pelajar Pancasila
2. Tujuan Mata Pelajaran, yaitu kemampuan yang perlu dicapai peserta didik setelah
mempelajari mata pelajaran tersebut.
3. Karakteristik Mata Pelajaran, terdiri dari:
· Deskripsi umum tentang apa yang dipelajari dalam mata pelajaran.
· Elemen-elemen (strands) atau domain mata pelajaran serta deskripsinya.
4. Capaian dalam Setiap Fase secara Keseluruhan, yaitu kompetensi pembelajaran yang
harus dicapai peserta didik pada setiap fase. Dibuat dalam bentuk pernyataan yang
disajikan dalam paragraf yang utuh.
5. Capaian dalam Setiap Fase menurut Elemen, yaitu dibuat dalam bentuk matriks. Setiap
elemen dipetakan menurut perkembangan peserta didik.

IV. Merekontruksi Kurikulum (Capaian Pembelajaran)


Kata Rekonstruksi berasal dari bahasa Inggris ”reconstruct”, yang berarti menyusun
kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekonstruksi merupakan suatu aliran
yang berusaha merombak tata susunan lama dengan membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang bercorak modern. Jadi rekonstruksi kurikulum merupakan proses
untuk merancang ulang kurikulum karena tuntutan kebutuhan untuk
merubah secara pasti.
Merekonstruksi kurikulum melibatkan proses pengembangan kembali kurikulum
pendidikan untuk memastikan relevansi, efektivitas, dan keberlanjutan dalam memenuhi
kebutuhan peserta didik serta tuntutan perkembangan masyarakat dan dunia kerja. Proses
ini mencakup beberapa langkah, termasuk merumuskan capaian pembelajaran.
Langkah-langkah melakukan rekonstruksi kurikulum

1. PERSIAPAN :
Hal-hal penting yang perlu diingat dalam konstruksi / rekonstruksi kurikulum :
a. Kurikulum hendaknya mempunyai suatu “ built in feedback system” yang akan
mempermudah proses modifikasi dan penyesuaian dalam proses pembenahan kurikulum.
b. Setiap upaya merekonstruksi/merformasi kurikulum dapat diduga selalu akan
mengalami pola resistensi.
c. Komitmen dan concencus yang luas diantara civitas academica adalah krusial bagi
suksesnya implementasi rekonstruksi kurikulum.
d. Dukungan Dekan dan Mahasiswa memiliki dampak yang amat berharga dalam
proses merekonstruksi kurikulum.
2. PELAKSANAAN:
Langkah 1 : Identifikasi misi institusi dan kebutuhan stakeholders
Langkah 1 seringkali krusial karena misi institusi yang sudah ada jarang di update. Sering
pula misi institusi telah ditentukan menurut kebutuhan dan prioritas nasional. Walaupun
demikian karena kemampuan antar intitusi pasti berbeda maka institusi dapat menetapkan
misinya sendiri dengan memperhatikan banyaknya stakeholders yang cukup berpengaruh
dalam menetapkan profil lulusan. Stakeholders dapat terdiri dari mahasiswa, dosen,
administrator perguruan tinggi, lembaga-lembaga reguler maupun professional, dunia
usaha dan industri serta pemerintah. Tim rekonstruksi kurikulum harus menghayati benar
diversifikasi stakeholders ini dan sensitive terhadap kebutuhan dan rekomendasinya.
Langkah 2 : perlu penilaian mahasiswa
Dilakukan analisis kebutuhan berdasarkan kekuatan dan kelemahan mahasiswa dalam
upaya mengembangkan metoda instruksional yang lebih. Data untuk analisis kebutuhan
mahasiswa yang perlu diperoleh antara lain :
• Tingkat kemampuan awal
• Riwayat pendidikan sebelumnya
• Pernah dan sukses atau belum pernah belajar mandiri atau dalam kelompok
• Kemampuan untuk memcapai standar minimal institusi
• Tujuan dan prioritas perorangan
• Latar belakang pribadi termasuk alasan memilih institusi
• Sikap kedisiplinan • Asumsi dan harapan mereka terhadap program studi yang diikuti.
Langkah 3 : Penetapan goals dan objectives kurikulum
Goals dan objectives sangat menentukan filosofi pembelajaran dan memberi arah dalam
menetapkan model pembelajaran yang efektif, disain dan seleksi instrument peniliaian
prosedur peniiaian. Proses pembelajaran haruslah in line dengan misi institusi. Tujuan
kurikuler harus disusun dalam 3 domain pendidikan : knowledge, skills dan attitudes
(Hendri & lloyd, 1990). Rumusan tujuan kurikuler juga harus memperhatikan hal
kontekstual di lapangan, dan kecenderungan kecenderungan baru seperti pengurangan
informasi factual, activ learning, integrasi bahan ajar, keseimbangan teori dan praktek,
dan pemberian pengalaman belajar lapangan sedini mungkin.
Langkah 4 : Pemilihan strategi instruksional
Pemilihan strategi instruksional didasarkan pada 3 hal utama ; Pertama, strategi
instruksional harus memiliki kongruensi dengan Tujuan belajar; Kedua, menggunakan
multiple instructional strategies lebih dianjurkan daripada singgle method. Ketiga, harus
jelas kelayakan kurikulum dalam konteks ketersediaan sumber daya manusia dan sumber
dana.
Langkah 5 : Penilaian terhadap mahasiswa
Pendidikan adalah sebuah proses yang akan membuahkan perubahan dalam perilaku
mahasiswa. Jika perilaku yang diinginkan tidak diperoleh, ini akan menunjukkan
gagalnya sebuah kurikulum. Oleh karena itu student assessment merupakan ukuran-
ukuran perubahan perilaku yang diinginkan yang harus dicapai oleh sebuah kurikulum.
Oleh karena pentingnya hal ini, maka pengukuran harus benar-benar valid dan reliable.
Langkah 6 : Monitoring dan evaluasi kurikulum
Sekalipun evaluasi kurikulum merupakan langkah terakhir menurut pendekatan praktis
ini, menitoring dan evaluasi bukanlah merupakan kegiatan final. Data yang dievaluasi
dapat merupakan salah satu criteria untuk penyesuaian kurikulum terhadap tujuan
pendidikan dan misi institusi. Sekaligus data itu akan merupakan indikator sejauh mana
efektivitas kurikulum yang baru direkonstruksi itu. Sebuah pesan penting bahwa
kurikulum adalah sebuah proses dinamis. Kurikulum harus dievaluasi, diperbaiki,
dipantau dan dirancang melalui jenjang-jenjang inovasi dan penyesuaian berulang-ulang.
Tergantung kepada kesiapan dan komitmen civitas academica, tahap rekonstruksi
Langkah 7 : Strategi Implementasi Kurikulum hasil rekonstruksi
Sekalipun tahap rekonstruksi kurikulu m telah selesai pada tahap 6, tahap 7 masih
diperlukan untuk melihat kendala-kendala implementasinya. Sejarah menunjukkan,
bahwa setiap perubahan kurikulum dapat ditanggapi positif maupun negatif dan
berpeluang runtuh sebelum benar-benar terlaksana. Penolakan (resistensi) atas perubahan
merupakan hal yang paling sering terjadi. Buyarnya rancangan kurikulum seringkali
bukan karena kurang baiknya inovasi rancangan kurikulum melainkan lebih kepada
ketidakmampuan tim kurikulum mengantisipasi sumber resistensi itu. Resistensi atas
perubahan dapat bersumber darimana saja. Secara potensial, tiap stakeholders kurikulum
dapat menentang kutikulum baru dengan beberapa alasan.

V. Memodifikasi Kurikulum (Capaian Pembelajaran)


Memodifikasi kurikulum dalam capaian pembelajaran dapat dilakukan dengan
mengurangi cakupan materi dan fokus terhadap materi esensial.
Kurikulum nasional dan muatan lokal yang dimodifikasi dengan penekanan
materi esensial dan dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat
memacu dan mewadahi integritas antara pengembangan spiritual, logika, etika,
dan estetika, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir logistik, kreatif,
sistematis, linier, dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini dan masa
mendatang.
Kurikulum merdeka dalam Nadiem Makarim, (2022) merupakan struktur
kurikulum yang disusun untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran paradigma
baru. Dalam kurikulum merdeka pembelajaran berfokus pada materi yang esensial
dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya. Baik peserta didik,
pendidik, maupun satuan pendidikan memiliki kemerdekaan untuk menentukan
dan mengelola proses pembelajarannya. Peserta didik memiliki kesempatan untuk
mengeksplorasi isu-isu aktual untuk mendukung pengembangan karakter dan
kompetensi profil pelajar pancasila.
Menurut kemendikbud Materi Esensial adalah materi atau mata pelajaran penting
yang harus dikuasai dan dipahami oleh siswa dan materi yang berkelanjutan yang
ada pada semua jenjang kelas atau fase pendidikan. Peran guru penting dalam
menentukan materi esensial dalam memilih mana pembelajaran yang penting dan
mengecek apakah ini termasuk pada kompetensi dasar yaitu literasi dan numerasi.
Karakteristik ini berfokus pada kualitas pembelajaran yang berkesinambungan
bagi siswa karena berorientasi pada kompetensi dasar yang harus benar dipahami,
pada kurikulum merdeka telah dirancang dimana guru telah mendesain capain
pembelajaran, struktur kurikulum, alur pembelajaran dan projek penguatan profil
pelajar pancasila dimana program ini didesain agar siswa memahami konsep suatu
pelajaran yang mendalam hingga implementasi dalam kehidupan nyata. materi
esensial yang dianggap penting untuk diketahui oleh siswa di setiap jenjang
pendidikan. Berikut adalah beberapa konsep umum yang sering menjadi fokus
dalam kurikulum:
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK): Pemahaman dasar tentang teknologi
informasi dan komunikasi dapat disertakan di berbagai tingkatan pendidikan.
Pendidikan Karakter: Penguatan nilai-nilai karakter seperti kejujuran, disiplin,
dan tanggung jawab.

B. MENGANALISIS, MEREKONTRUKSI, DAN MEMODIFIKASI PENDEKATAN


PEMBELAJARAN
I. Kajian Pendekatan Pembelajaran
 Gulo Pendekatan pembelajaran menurut Gulo (dalam Suprihatingrum, 2013, hlm.
146) adalah sudut pandang kita dalam memandang seluruh masalah yang ada dalam
kegiatan belajar-mengajar (pembelajaran).
 Menurut Syaiful (2003) dalam (Sira Saleh, 2023) pendekatan pembelajaran
merupakan suatu pandangan guru terhadap siswa dalam menilai, menentukan sikap
dan perbuatan yang dihadapi dengan harapan dapat memecahkan masalah dalam
mengelola kelas yang nyaman dan menyenangkan dalam proses pembelajaran.
 Sanjaya Sementara itu, Sanjaya (dalam Suprihatiningrum, 2013, hlm. 146)
berpendapat bahwa pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.

Hasil kajian dari pendekatan pembelajaran

II. Jenis Pendekatan Pembelajaran


Dilihat dari jenis pendekatannya, menurut Roy Kellen (1998) dalam (Festiawan,
2020) pembelajaran dibedakan menjadi dua jenis pendekatan, yaitu:
Pendekatan Pembelajaran yang Berpusat pada Guru (Teacher Centered Approach)
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru yaitu pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai objek dalam belajar dan kegiatan belajar bersifat
klasik. Dalam pendekatan ini guru menempatkan diri sebagai orang yang serba
tahu dan sebagai satu-satunya sumber belajar.
Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung
(direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori
III. Tipe Pendekatan Pembelajaran
Ada beberapa tipe pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan guru pada kegiatan
belajar mengajar, yaitu:

1. Pendekatan kontekstual

Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran di mana guru berinisiatif


sendiri untuk mengembangkan pembelajaran dengan cara menghubungkannya dengan
lingkungan sehari-hari siswa. Guru juga dapat mendorong siswa untuk menghubungkan
dan mempraktekkan pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, untuk menggunakan pendekatan kontekstual ini, guru perlu mengajarkan
kegunaan, hakikat belajar, dan cara untuk mencapai sebuah tujuan. Hal ini bertujuan agar
siswa memahami apa yang dipelajarinya serta manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari.
2. Pendekatan konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan yang fokus pada keikutsertaan dan


pengalaman langsung dalam aktivitas belajar. Pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan ini akan membuat siswa lebih aktif karena siswa pendekatan konstruktivisme
lebih menekankan pada proses pencapaian pengetahuan tersebut bukan hasilnya.

3. Pendekatan deduktif
Pendekatan deduktif adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas
berpikir dengan menggunakan logika agar dapat menyelesaikan masalah dan menarik
kesimpulannya.

Untuk menggunakan pendekatan ini, Bapak dan Ibu guru harus memilih konsep, prinsip,
dan aturan lengkap dengan definisi beserta contohnya yang akan digunakan bersama
pendekatan deduktif. Guru juga harus menampilkan bukti-bukti yang dapat menolak atau
menunjang kesimpulan.

4. Pendekatan induktif

Selain pendekatan deduktif, guru juga bisa menerapkan pendekatan induktif sebagai
pendekatan pembelajaran di kelas. Pendekatan ini merupakan kebalikan dari pendekatan
deduktif.

Jika pendekatan deduktif dimulai dengan mengutarakan konsep terlebih dahulu, lalu
menarik kesimpulan, pendekatan induktif justru dimulai dari proses pengamatan lalu
mengambil kesimpulan dari pengamatan tersebut.

Untuk menerapkan pendekatan induktif ini, guru harus menyiapkan contoh-contoh yang
khusus atau spesifik untuk selanjutnya disimpulkan ke dalam suatu fakta, aturan, atau
hukum.

5. Pendekatan saintifik Pendekatan saintifik merupakan aktivitas pembelajaran yang


disiapkan agar siswa dapat dengan aktif membangun keterampilan dan pengetahuan
melalui kegiatan pengamatan, bertanya, bernalar, mengumpulkan data, meneliti, dan
menyimpulkan. Pendekatan pembelajaran ini diterapkan dalam proses pembelajaran pada
Kurikulum 2013.

6. Pendekatan sains, teknologi, dan masyarakat (STM)

Pendekatan ini merupakan kombinasi dari keterampilan proses, pendekatan konsep,


inquiry, pendekatan lingkungan, dan discovery. Adapun tujuan dari pendekatan ini adalah
agar siswa memiliki pengetahuan yang jelas sehingga dapat membuat keputusan yang
tepat ketika terjadi masalah di masyarakat di lingkunganya.
7. Pendekatan open-ended

Pendekatan open-ended adalah pendekatan belajar yang menyajikan suatu masalah yang
dirancang agar memiliki beberapa jawaban yang benar. Tujuan utama dari pendekatan ini
bukan untuk memperoleh jawaban, melainkan cara agar sampai pada jawaban.

8. Pendekatan realistik

Pendekatan pembelajaran berikutnya adalah pendekatan realistik. Pendekatan ini


berfokus pada permasalahan yang nyata atau realistik untuk siswa.

Untuk menerapkan pendekatan ini, harus menggunakan konsep atau situasi,


model “model of” dan “model for”, dan hasil pemikiran siswa sendiri. Pada saat
diterapkan, guru akan berperan sebagai pembimbing, sedangkan siswa akan
melakukan pembelajaran secara mandiri dan aktif agar dapat berdiskusi dan
mengelompokkan jawaban yang benar, serta memahami berbagai sudut pandang
dari siswa lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6964874/12-pengertian-kurikulum-menurut-para-ahli-
ayo-pelajari/amp
https://gurubinar.id/blog/capaian-pembelajaran-kurikulum-merdeka?blog_id=99
https://drive.google.com/drive/folders/13Eqx3qWBk4-eHUw-uR09MlKsoJn4LTmj
https://gurusekali.com/pedagogik/capaian-pembelajaran-pengertian-prinsip-dan-tujuan/
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/8-macam-pendekatan-pembelajaran/
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/fase-kurikulum-merdeka
https://scienceandri.blogspot.com/2012/11/rekonstruksi-kurikulum.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai