Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KOMPONEN STRATEGI /METODE

Mata kuliah: Analisis dan Pengembangan Kurikulum


Dosen: Aningsih, M.Pd.

Disusun Oleh:

Wulandari (41182109160118) Azzahra Nabilah (41182109170035)

Diah Rahmawati (41182109170005) Gita Sri Rahayu (41182109170032)

Mira Neldawati (41182109170007) Siti Latifah N. M. (41182109170031)

Ayu Soraya (41182109170013) Regita Aryanta A. (41182109170026)

Rosma Rahayu (41182109170022) Mayda Intara Yosa (41182109170036)

Kelas 3A/ kelompok 3

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI

2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Analisis dan
Pengembangan Kurikulum yang berjudul “Makalah Komponen Strategi” serta tidak lupa juga
shalawat serta salam kepada junjungan Nabi kita Muhammad saw. Yang telah memberikan
kesehatan untuk mengerjakan tugas hingga selesai.

Makalah ini di persiapkan dan di susun untuk memenuhi tugas, serta menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan, di dalam makalah ini penulis menyadari bahwa penulisannya masih
sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan. Namun, besar harapan penulis semoga makalah
yang disusun ini bisa bermanfaat.

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Bekasi, 4 Oktober 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
B. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 5
C. Manfaat Penulisan ................................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 6
A. Pengertian Kurikulum .......................................................................................................... 6
B. Pengertian Komponen Strategi ............................................................................................ 6
C. Strategi / Metode Pembelajaran ........................................................................................... 7
D. Pendekatan Menurut Beberapa Ahli .................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan memilliki peranan strategis dalam mencerdaskan generasi muda
sebagai harapan masa depan bangsa, akan tetapi pendidikan di negara kita ini sangatlah
memprihatinkan jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang sudah mengalami
kemajuan yang sangat pesat pada bidang pendidikan. Dalam pendidikan, suatu program
yang terencana dan proses pembelajaran sangatlah diperlukan agar dapat mencapai tujuan
yang diharapkan. Suatu proses, pelaksanaan, sampai penilaian dikenal dengan istilah
kurikulum.
Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang mula-mula
digunakan dalam bidang olahraga, yaitu kata curir yang berarti pelari. Dalam kegiatan
berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start sampai dengan finish.
Jarak antara start dan finish ini yang disebut curere yang berarti tempat berpacu. Atas
dasar tersebut pengertian kurikulum diterapkan dalam bidang pendidikan.
Kurikulum dapat juga diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi
tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar, strategi dan cara
yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi
tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam
bentuk nyata.
Kurikulum memiliki peranan yang sangat penting di dalam dunia pendidikan
karena kurikulum merupakan salah satu komponen pokok dalam pendidikan itu sendiri,
bahkan pendidikan tidak akan mungkin berjalan dengan baik atau tidak akan mencapai
tujuan jika tidak dijalankan sesuai dengan kurikulum.

4
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini diantaranya adalah:
1. Menjelaskan Komponen Strategi atau metode kurikulum.
2. Menjelaskan Strategi / Metode Pembelajaran
3. Menjelaskan Pendekatan Menurut Beberapa Ahli
4. Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis dan Pengembangan Kurikulum

C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini diantaranya adalah:
1. Pembaca akan mendapat pengetahuan baru.
2. Pembaca akan mengerti tentang komponen strategi kurikulum.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan kebudayaan, sosial, olahraga,
dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dan di luar
sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi
dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan (Dr.
Addamardasyi dan Dr. Munir Kamil).
Arti kurikulum dapat didasarkan pada tiga teori pula, yaitu:
1. Kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran.
2. Kurikulum diartikan sebagai pengalam belajar siswa dari sekolah.
3. Kurikulum diartikan sebagai rencana belajar siswa.

B. Pengertian Komponen Strategi


Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak terpisahkan dari
suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai peranan dalam
pembentukan sistem kurikulum. Menurut salah satu ahli Aminuddin (2008) disebutkan
bahwa komponen adalah keseluruhan makna yang terdiri dari sejumlah elemen, di mana
antara elemen yang satu dengan yang lainnya memilki ciri khusus yang berbeda-beda.

Komponen metode dan strategi merupakan komponen yang memiliki peran yang
penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Karena bagus dan idealnya
tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka tujuan itu
tidak mungkin dapat dicapai. Strategi meluputi rencana, metode dan perangkat kegiatan
yang durencanakan untuk mecapai tujuan tertentu.

Dari pernyataan diatas terdapat beberapa hal yang harus kita pehatikan. Pertama,
strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan(rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Artinya

6
dalam hal ini penyusunan strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja
belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.

Terdapat empat unsur strategi jika diterapkan dalam pembelajaran:

1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan


profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang
dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah prosedur, metode dan
teknik pembelajaran,
4. Menetapkan norma norma dan batas minimum ukuran atau kriteria dan ukuran
baku keberhasilan.

C. Strategi / Metode Pembelajaran

Metode adalah upaya untuk mengimplemntasikan / merealisasikan /melaksanakan


rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat
tercapai secara optimal. Artinya, dalam satu strategi terdapat beberapa metode. Namun
metode yang digunakan harus disesuaikan dengan strategi yang digunakan pula.
Contohnya untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa dugunakaan metode ceramah
sekaligus metode Tanya jawab atau diskusi dengan memanfaatkan sumber yang tersedia
termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh karena itu strategi dan metode adalah
suatu hal yang berbeda. Jika strategi adalah a plan of operation achieving something,
sedangkan metode adalah a way in achieving something.

Istilah lain yang sering disamakan dengan strategi adalah pendekatan. Namun
pendekatan dan strategi adalah hal yang berbeda. Dalam buku Kurikulum dan
Pembelajaran (2013), pendekatan adalah suatu pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum.

Menurut T. Rakjoni strategi pembelajaran merupakan pola dan urutan umum


perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.

7
Dari dua pengertian diatas ada dua hal yang pelu diamati, yaitu:
1. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian tindakan)
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan sebagai sumber daya/kekuatan
dalam pembelajaran. Alasan-alasan perlunya perencanaan strategi mengajar:
a. Agar kurikulum yang direncanakan dapat mencapai tujuan
b. Agar pelajaran yang sama yang diberikan oleh pendidik dilakukan secara
konsisten sehingga tidak merugikan kelas tertentu.
c. Membantu guru memberi pelajaran yang efektif serta menarik dengan
menyediakan sumber belajar yang memadahi.
2. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Metode adalah upaya
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Metode juga digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Dalam satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Strategi berbeda
dengan metode. Strategi menunjuk pada a plan of operation achieving something,
sedangkan metode adalah a way in achieving something. Istilah lain yang juga
memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan ( approach ). Sebenarnya
pendekatan berbeda dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran.

Menurut Rowntree (1974) strategi pembelajaran dapat dibagi atas empat yakni:

1. Exposition Learning, bahan ajar sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga siswa tinggal
menguasainya saja, oleh karena itu metode yang sering digunakan adalah metode
ceramah. Strategi ini lebih berorientasi pada penguasaan isi pelajaran (content oriented).

2. Discovery learning, bahan ajar dalam bentuk yang sudah jadi, tapi siswa diharapkan
dapat beraktivitas secara penuh dan mengumpulkan informasi, membandingkan dan
menganalisis, oleh sebab itu metode yang sering digunakan adalah metode pemecahan
masalah. Metode ini menuntut siswa untuk menggunakan potensi berfikirnya untuk
memecahkan suatu persoalan. Strategi ini berorientasi pada proses belajar (process
oriented)

8
3. Groups learning, dalam strategi ini siswa belajara secara berkelompok dan mempelajari
bahan yang sama dan oleh guru yang sama, tanpa memperhatikan perbedaan minat,
bakat, dan kemampuan yang dimiliki siswa. Strategi ini pula dikenal dengan sistem
klasikal. Jadi dalam strategi ini siswa yang cepat akan belajar bersama dengan siswa
yang lambat, sehingga waktu penyelesaian program belajara akan selesai bersamaan.

4. Individual, pembelajaran ini didesign dengan memperhatikan kemampuan dasar, minat


dan bakat dari siswa secara penuh . dalam strategi pembelajaran ini siswa dapat maju
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya masing-masing. Dalam strategi ini siswa
yang cepat belajar akan menyelesaikan study nya dengan cepat, dan siswa yang lambat
belajar akan lambat pula menyelesaikan study nya. Dengan demikian siswa yang lambat
tidak akan merasa tergusur oleh siswa yang cepat.

Terdapat perbedaan dalam menentukan tujuan dan materi pembelajaran, hal ini
tentunya memiliki konsekuensi pula terhadap penentuan strategi pembelajaran yang
hendak dikembangkan. Apabila yang menjadi tujuan dalam pembelajaran adalah
penguasaan informasi-intelektual,–sebagaimana yang banyak dikembangkan oleh
kalangan pendukung filsafat klasik dalam rangka pewarisan budaya ataupun keabadian,
maka strategi pembelajaran yang dikembangkan akan lebih berpusat kepada guru. Guru
merupakan tokoh sentral di dalam proses pembelajaran dan dipandang sebagai pusat
informasi dan pengetahuan. Sedangkan peserta didik hanya dianggap sebagai obyek
yang secara pasif menerima sejumlah informasi dari guru.Metode dan teknik
pembelajaran yang digunakan pada umumnya bersifat penyajian (ekspositorik) secara
massal, seperti ceramah atau seminar.Selain itu, pembelajaran cenderung lebih bersifat
tekstual.

Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat reaksi dari
kalangan progresivisme. Menurut kalangan progresivisme, yang seharusnya aktif dalam
suatu proses pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik secara aktif
menentukan materi dan tujuan belajarnya sesuai dengan minat dan kebutuhannya,
sekaligus menentukan bagaimana cara-cara yang paling sesuai untuk memperoleh materi
dan mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik

9
mendapat dukungan dari kalangan rekonstruktivisme yang menekankan pentingnya
proses pembelajaran melalui dinamika kelompok.

Pembelajaran cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik pembelajaran


yang digunakan tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru tetapi lebih bersifat
individual, langsung, dan memanfaatkan proses dinamika kelompok (kooperatif),
seperti: pembelajaran moduler, obeservasi, simulasi atau role playing, diskusi, dan
sejenisnya.

Dalam hal ini, guru tidak banyak melakukan intervensi.Peran guru hanya
sebagai fasilitator, motivator dan guider.Sebagai fasilitator, guru berusaha menciptakan
dan menyediakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Sebagai
motivator, guru berupaya untuk mendorong dan menstimulasi peserta didiknya agar
dapat melakukan perbuatan belajar.Sedangkan sebagai guider, guru melakukan
pembimbingan dengan berusaha mengenal para peserta didiknya secara personal.

Selanjutnya, dengan munculnya pembelajaran berbasis teknologi yang


menekankan pentingnya penguasaan kompetensi membawa implikasi tersendiri dalam
penentuan strategi pembelajaran. Meski masih bersifat penguasaan materi atau
kompetensi seperti dalam pendekatan klasik, tetapi dalam pembelajaran teknologis
masih dimungkinkan bagi peserta didik untuk belajar secara individual. Dalam
pembelajaran teknologis dimungkinkan peserta didik untuk belajar tanpa tatap muka
langsung dengan guru, seperti melalui internet atau media elektronik lainnya. Peran guru
dalam pembelajaran teknologis lebih cenderung sebagai director of learning, yang
berupaya mengarahkan dan mengatur peserta didik untuk melakukan perbuatan-
perbuatan belajar sesuai dengan apa yang telah didesain sebelumnya.

Strategi pembelajaran sangat penting dikaji dalam studi tentang kurikulum baik
secara makro maupun mikro. Strategi pembelajaran ini berkaitan dengan masalah cara
atau sistem penyampaian isi kurikulum (delivery system) dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah dirumuskan. 1.28 Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran di SD.
Pengertian strategi pembelajaran dalam hal ini, meliputi pendekatan, prosedur, metode,
model, dan teknik yang dipergunakan dalam menyajikan bahan/isi kurikulum. Nana

10
Sudjana (1988) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran pada hakikatnya adalah
tindakan nyata dari guru atau praktik guru melaksanakan pengajaran melalui cara
tertentu yang dinilai lebih efektif dan lebih efisien. Dengan kata lain, strategi ini
berhubungan dengan politik atau taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan
kurikulum secara sistemik dan sistematik. Sistemik mengandung arti adanya saling
keterkaitan di antara komponen kurikulum sehingga terorganisasikan secara terpadu
dalam mencapai tujuan, sedangkan sistematik mengandung pengertian bahwa langkah-
langkah yang dilakukan guru secara berurutan sehingga mendukung tercapainya tujuan.

Perbedaan Teacher Center Learning dan Student Center Learning


TEACHER CENTER LEARNING (TCL) STUDENT CENTER LEARNING (SCL)

Berfokus pada guru Berfokus pada siswa

One Way Traffic Two Way Traffic

Guru sebagai sumber ilmu utama Dosen sebagai fasilitator dan mitra pembelajaran

Siswa diberi materi pelajaran oleh guru Siswa bertanggung jawab atas pembelajarannya
dan menciptakan kemitraan antara siswa dan
guru

Kelebihan dan Kekurangan Teacher Center Learning dan Student Center Learning
TEACHER CENTER LEARNING(TCL) STUDENT CENTER LEARNING (SCL)

Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan

Sejumlah besar Pengajar Siswa atau peserta Sulit


informasi dapat mengendalikan didik akan dapat diimplementasikan
diberikan dalam waktu pengetahuan merasakan bahwa pada kelas besar
singkat sepenuhnya, pembelajaran
tidak ada menjadi miliknya
partisipasi dari sendiri karena
pembelajar mahasiswa diberi
kesempatan yang luas
untuk berpartisipasi;

11
Informasi dapat Terjadi Siswa memiliki Memerlukan waktu
diberikan ke sejumlah komunikasi satu motivasi yang kuat lebih banyak
besar siswa arah, tidak untuk mengikuti
merangsang kegiatan
siswa untuk pembelajaran;
mengemukakan
pendapatnya

Pengajar mengendalikan Tidak kondusif Tumbuhnya suasana Tidak efektif untuk


sepenuhnya organisasi, terjadinya critical demokratis dalam semua jenis kurikulum
bahan ajar, dan irama thinking pembelajara sehingga
pembelajaran akan terjadi dialog
dan diskusi untuk
saling belajar-
membelajarkan di
antara siswa;

Merupakan mimbar Mendorong Dapat menambah Tidak cocok untuk


utama bagi pengajar pembelajaran wawasan pikiran dan siswa yang tidak
dengan kualifikasi pakar pasif pengetahuan bagi terbiasa aktif, mandiri,
guru atau pendidik dan demokratis
karena sesuatu yang
dialami dan
disampaikan siswa
mungkin belum
diketahui sebelumnya
oleh guru.

Bila kuliah diberikan Suasana tidak Mengaktifkan siswa


dengan baik, optimal untuk
menimbulkan inspirasi pembelajaran
dan stimulasi bagi siswa secara aktif dan
mandiri

Metode assessment cepat Mendorong siswa


dan mudah menguasai
pengetahuan

Mengenalkan
hubungan antara
pengetahuan dan
dunia nyata

Mendorong
pembelajaran secara

12
aktif dan berpikir
kritis

Mengenalkan
berbagai macam gaya
belajar

Memperhatikan
kebutuhan dan latar
belakang pembelajar

Memberi kesempatan
pengembangan
berbagai strategi
assessment

D. Pendekatan Menurut Beberapa Ahli

1. Richard Anderson (1959) mengajukan dua pendekatan:


a) Pendekatan teacher centered : Pendekatan yang berorientasi pada guru, di
mana aktivitas guru dalam suatu proses pembelajaran lebih dominan
dibandingkan siswa. Pendekatan yang terbilang ‘kaku’ karena siswa
cenderung menjadi receiver daripada seorang transformer/ explorer.
Pendekatan ini digunakan sangat tergantung kepada tujuan dari tiap tiap
kurikulum
b) Pendekatan student centered : Pendekatan yang memberikan kesempatan
pada peserta didik menyesuaikan kemampuannya dalam menerima
pembelajaran

2. Massialas (1975) mengajukan dua pendekatan:


a) Pendekatan Ekspositeri: Pendekatan yang menekankan pada interaksi guru
dengan siswa pendekatan pembelajaran ekspositori lebih menggunakan
pendekatan teacher center
b) Pendekatan Inkuiri: Pendekatan yang mempersiapkan peserta didik pada
situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa
yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan
jawaban yang satu dengan yang lain, membandingkan apa yang
ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik yang lain.

13
3. Nana Syaodih Sukmadinata (1988) mengutip pendapat beberapa ahli, di antaranya
a) Rowntree
 Pendekatan Exposition (penyajian) versus Discovery(menemukan
sendiri):
Pendekatan Exposition, keseluruhan isi kurikulum disampaikan
kepada peserta didik dalam bentuk akhir,
Pendekatan Discovery, bahan/isi tidak disajikan dalam bentuk
akhir, para peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai
aktivitas
 Pendekatan Groups versus Individuals,
Pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan
rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Sedangkan,
Pendekatan individual sangat diperlukan bagi strategi
pembelajaran karena setiap siswa mempunyai gaya belajar yang
berbeda – beda, prilaku mereka juga bermacam – macam seperti
cara mengemukakan pendapat, cara berpakaian, daya serap tingkat
kecerdasaanya dan sebagaiya, selalu ada variasinya.
b) Ausubel dan Robinson dengan kombinasi
 Strategi Reception versus Discovery Learning
Reception Learning, Siswa tidak selalu mengetahui apa yang
penting atau relevan dan beberapa siswa membutuhkan motivasi
eksternal untuk mempelajari apa yang diajarkan disekolah
Discovery learning, Siswa didorong untuk belajar dengan diri
mereka sendiri siswa belajar aktif melalui aktif dengan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk
mempunyai pengalaman-pengalaman dan menghubungkan
pengalaman-pengalaman tersebut untuk menemukan prinsip-
prinsip bagi diri mereka sendiri
 Rote versus Meaningful Learning.
Rote learning, bahan disajikan tanpa memperhatikan maknanya
bagi peserta didik
Meaningful learning, penyampaian bahan mengutamakan
maknanya

4. Mary Alice Guntur (Nana Sudjana, 1991) mengajukan lima kelompok model atau
pendekatan, yaitu
a) Direct instructional model: Model pengajaran langsung
b) Concept attainment: Pembelajaran pencapaian konsep
c) The concept development model: Pengembangan konsep
d) Synectic model: Model pembelajaran yang menggunakan analogi untuk
mengembangkan kemampuan berfikir dari berbagai sudut pandangan

14
e) Inquiry model atau problem solving model: pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan

5. Nana Sudjana (1990) menghasilkan lima macam model berkadar CBSA


a) Model delikan (dengar-lihat-kerjakan): Model ini diangkat dan
dikembangkan atas dasar pengalaman empiris di lapangan,artinya
merupakan pengkajian dari hasil pengamatan terhadap praktek mengajar
para guru di sekolah, terutama kaitannya dengan upaya untuk
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
b) Model pemecahan masalah: cara penyajian bahan pelajaran dengan
menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan
disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh
siswa.
c) Model induktif: sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat
efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis
d) Model deduktif : belajar dengan materi atau bahan pelajaran diolah dari
mulai yang umum, generalisasi atau rumusan, ke yang bersifat khusus atau
bagian-bagian.
e) Model deduktif-induktif: Model penggabungan antara deduktif dan
deduktif.

6. Bruce Joyce dan Marsha Weil (1980) dengan bukunya yang terkenal Models of
Teaching, dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum, mengemukakan
empat kelompok atau rumpun model, yaitu
a) Model pemrosesan informasi (information processing models),
Model pemrosesan informasi ditekankan pada pengambilan, penguasaan,
dan pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi
kognitif peserta didik. Model ini didasari oleh teori belajar kognitif
(Piaget) dan berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses
informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi
merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan,
mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep, dan
menggunakan simbol verbal dan visual.
b) Model personal
Model personal menekankan pada pengembangan konsep diri setiap
individu. Hal ini meliputi pengembangan proses individu dan membangun
serta mengorganisasikan dirinya sendiri. Model ini memfokuskan pada
konsep diri yang kuat dan realistis untuk membantu membangun
hubungan yang produktif dengan orang lain dan lingungannya.
c) Model interaksi sosial

15
Model interaksi sosial menekankan pada hubungan personal dan sosial
kemasyarakatan diantara peserta didik. Model tersebut berfokus pada
peningkatan kemampuan peserta didik untuk berhubungan dengan orang
lain, terlibat dalam proses-proses yang demokratis dan bekerja secara
produktif dalam masyarakat.
d) Model tingkah laku (behavioral models).
Model behavioral menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari
peserta didik sehingga konsisten dengan konsep dirinya. Sebagai bagian
dari teori stimulus-respon. Model behaviorial menekankan bahwa tugas-
tugas harus diberikan dalam suatu rangkaian yang kecil, berurutan dan
mengandung perilaku tertentu.
Apabila ditelaah lebih jauh, hakikat dan isi dari setiap strategi/ pendekatan/model
yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat dikelompokkan ke dalam dua kutub
strategi yang ekstrem, yaitu di satu pihak ada

 Strategi yang berorientasi kepada guru : Titik berat kegiatan banyak berpusat pada
guru (biasa disebut model ekspositori atau model informasi),
 Strategi yang berorientasi kepada siswa : Titik berat aktivitas pembelajaran ada
pada para siswa sehingga mereka lebih aktif melakukan kegiatan belajar (biasa
disebut model inkuiri atau problem solving).

DAFTAR PUSTAKA

Hernawan, Asep Herry,dkk. 2018. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran di SD.


Tanggerang Selatan:Universitas Terbuka.

Ruhimat, Toto. Dkk (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

M., Mufida. Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum. (Online)

https://www.academia.edu/7354774/KOMPONENKOMPONEN_PENGEMBANGAN_
KURIKULUM (Diakses pada 4 Oktober 2018)

Octaria, Dina. 2012. Metode Pembelajaran Ekspositori dan Inquiry. (Online)

https://dinaoctaria.wordpress.com/2012/10/15/metode-pembelajaran-ekspositori-
discovery-dan-inquir/ (Diakses pada 4 Oktober 2018)

Rosyidi, Bahrur. Model-Model Pembelajaran (Empat Model Joyce And Weil). (Online)

https://www.academia.edu/13180393/MODELMODEL_PEMBELAJARAN_EMPAT_M
ODEL_JOYCE_AND_WEIL_ (Diakses tanggal 4 Oktober 2018)

16
Rina. 2013. Sistem Kurikulum. (Online)

https://riedushine.wordpress.com/2013/05/05/sistem-kurikulum/ (Diakses pada 4 Oktober


2018)

Tresnasari, Nisa, dkk. Komponen Kurikulum. (Online)

https://www.academia.edu/31456365/KOMPONEN_KURIKULUM. (Diakses pada 4


Oktober 2018)

17

Anda mungkin juga menyukai