Anda di halaman 1dari 8

MEMBANGUN CIVIC ENGAGEMENT MELALUI MODEL SERVICE

LEARNING UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER WARGA NEGARA

Eli Karliani
Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Palangkaraya
Jl. Yos Sudarso Tanjung Nyahoo Palangka Raya
email:karlias2@yahoo.com

Abstract: Rapid social changes as the result of knowledge and technology progress have been
shifted good values to the new ones which are scraping the good values. Citizenship education
should be the education of a thinking process. It also should be the education of values, characters,
and attitudes. It is due to the fact that education of values, characters, and attitudes does support
the building of a nation’s characters. In achieving the goal of education of values, characters, and
attitudes, habituation efforts are needed. It can be done through internalization and application of
civic knowledge, civic values, and civic skills. Students not only have to learn from classes, but also
apply those three competence in problem solving in their real lives. Those three competence will be
achieved if every individuals have civic engagement in their community life. Service learning method
is considered as a good way to internalize values and applying the competence of the students.
Furthermore, this method will help students in giving meaning to their mastery in the learning
process.

Abstrak: Perubahan sosial yang begitu cepat akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
mengubah nilai-nilai yang baik dalam tatanan masyarakat dengan nilai-nilai baru yang mengikis nilai-
nilai yang baik tersebut. Pendidikan kewarganegaraan seyogyanya bukan hanya sebagai proses
pendidikan berpikir tetapi juga pendidikan nilai dan watak serta perilaku karena pendidikan nilai,
watak serta perilaku sangat menunjang dalam membentuk karakter bangsa. Dalam mencapai tujuan
pendidikan watak dan perilaku tersebut diperlukan upaya pembiasaan melalui internalisasi dan aplikasi
dari civic knowledge, civic values maupun civic skill. Siswa dituntut untuk belajar tidak hanya
dikelas tetapi dituntut untuk bisa menerapkan ketiga kompetensi yang diperolehnya melalui
pengalaman nyata yang ia praktekkan daam memecahkan berbagai permasalahan yang ada di
lingkungannya. Ketiga kompetensi tersebut akan sinergis dapat dicapai apabila setiap individu
sebagai warga negara sudah memiliki civic engagement yang tercermin dalam kehidupan
komunitasnya. Salah satu upaya untuk menginternalisasi nilai dan menerapkan kompetensi yang
dimiliki siswa, model service learning dianggap sebagai model yang akan membantu siswa dalam
memberi makna terhadap penguasaan kompetensi yang dimiliki siswa dalam proses belajarnya

Kata Kunci : Service Learning, Civic Engagement, Karakter Warga Negara

Tulisan ini disusun sebagai bentuk refleksi mengikis nilai-nilai yang baik tersebut. Hal ini
penulis ter hadap output pendidikan yang dapat dilihat pada berbagai contoh karakter
seharusnya dapat membuat peribadi individu generasi muda jaman sekarang seperti kurang
menjadi lebih baik dan memiliki karakter yang peduli (respect) terhadap sesama, kurang
baik, pada kenyataannya justru merubah nilai- mencintai sesama, tidak memiliki sikap empati
nilai yang baik yang seharusnya menjadi tujuan kepada sesama, dan lebih cenderung egois dan
pendidikan justr u banyak ditinggalkan. individualis. Banyak kasus tawuran antar pelajar,
Perubahan sosial yang begitu cepat akibat kekerasan dalam sekolah yang dilakukan oleh
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah senior, kekerasan yang dilakukan anak-anak
mengubah nilai-nilai yang baik dalam tatanan kepada orang tua, dan kurangnya kepedulian
masyarakat dengan nilai-nilai baru yang pada permasalahan yang ada di lingkungannya.

71
72 Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 27, Nomor 2, Agustus 2014

Berdasarkan pengalaman penulis ketika karakter, integritas, dan kompetensi yang


berkunjung ke salah satu tempat, penulis bermakna dalam kehidupan.Namun yang terjadi
mempunyai simpati ketika seorang pejabat dan selama ini pendidikan masih terjebak pada
sekaligus seorang dosen yang ada di salah satu pandangan dan praktek yang tidak membangun
universitas yang memiliki kerendahan hati untuk ruang pembelajaran yang bisa memperkaya nilai-
membukakan pintu bagi mahasiswanya yang nilai kemanusiaan, keluhuran, kejujuran, dan
datang bersamaan dengan dirinya, tetapi beliaulah keadaban.Dengan demikian, sistem dan praktek
yang membukakan pintu terlebih dahulu dan tetap pendidikan di negeri kita untuk mencerdaskan
membuka pintu sebelum mahasiswanya melewati kehidupan bangsa kurang mendapatkan hasil yang
pintu tersebut. Pemandangan tersebut sangat optimal dalam membangun karakter bangsa dan
berbeda dengan realitas sosial di Indonesia, penulis kemuliaan hidup.
melihat bahwa memberi pelayanan bagi orang lain Pendidikan harus mempunyai daya dan tata
seolah-olah hanya dimiliki oleh masyarakat dengan kelola untuk memperkaya kehidupan yang lebih
posisi sebagai bawahan. Stratifikasi itu terlihat beradab. Pengembangan nilai-nilai kepedulian
apabila ada rombongan pejabat yang datang ke terhadap sesama di sekolah juga perlu diterapkan
suatu daerah, pelayanan yang kadangkala di luar untuk menghadapi era globalisasi yang kini diyakini
batas kewajaran selalu diberikan oleh bawahan akan menghadirkan banyak perubahan global
kepada pejabat. Padahal seharusnya karakter seiring dengan akselerasi keluar masuknya
untuk memiliki kepedulian dengan adanya berbagai kultur dan peradaban baru dari berbagai
keinginan untuk bisa memberikan pelayanan yang bangsa di dunia. Itu artinya, dunia pendidikan
baik kepada semua orang adalah menjadi tanggung dalam mencetak sumberdaya manusia yang
jawab semua orang, dan akan menjadi dasar bagi bermutu dan profesional harus menyiapkan
terbentuknya budaya birokrasi yang tulus, generasi yang peduli, sehingga memiliki daya tahan
pengabdian yang tanpa pamrih, atupun hormat (resistence) yang kokoh di tengah-tengah konflik
kepada sesama dengan tidak membedakan status peradaban.
sosialnya. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai satu
Pendidikan adalah salah satu media untuk mata pelajaran di sekolah saat ini harus lebih
menanamkan nilai dan merubah nilai yang ada di menekankan kepada pembentukan karakter,
dalam masyarakat (change of value). Sebagai dimana substansi pembelajarannya mulai
wahana perubahan nilai melalui program mengarah pada bagaimana menjadikan warga
pendidikan formal, nonformal dan informal, negara yang mampu berpartisipasi secara efektif,
pendidikan memerlukan perangkat pengalaman cerdas, demokratis dan bertanggung jawab.
belajar (learning experiences), seperti kurikulum/ Pendidikan Kewarganegaraan diarahkan untuk
program belajar dan pembelajaran yang secara mencapai dua sasaran pokok yang seimbang.
programatik dapat memandu terjadinya proses Pertama meningkatkan pengetahuan dan
pengembangan cita-cita, nilai, konsep dan prinsip keterampilan peserta didik tentang etika, moral,
belajar memberi pelayanan. Untuk itu diperlukan dan asas-asas dalam hidup berbangsa dan
upaya sistematis dan sistemik untuk merancang bernegara. Kedua, membentuk sikap, perilaku,
kurikulum dan pembelajaran yang secara dan kepribadian sesuai dengan nilai-nilai luhur
konseptual menjadi wahana pendidikan dalam bangsa Indonesia. Kedua sasaran ini hendaknya
konteks pembangunan masyarakat yang dapat dicapai secara holistik agar peserta didik
bekarakter. Oleh karena itu diperlukan proses tidak hanya sekedar memahami konsep dan
rekonseptualisasi pendidikan kewarganegaraan prinsip keilmuan belaka, tetapi juga agar peserta
dalam konteks pendidikan yang berkarakter di didik memiliki kemampuan berbuat sesuatu
Indonesia. dengan menggunakan konsep dan pr insip
Asumsi tentang pendidikan sebagai sarana keilmuan yang telah dikuasainya dalam kehidupan
dan instrumen untuk mengalihkan atau mentransfer sehari-hari.
ilmu pengetahuan bukan hanya telah mereduksi Pendidikan Kewarganegaraan selayaknya
makna hakiki dan fungsi pendidikan, tetapi juga dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan
telah membuat siswa kehilangan daya kritisnya. keterampilan intelektual yang memadai, yang
Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas
mengembangkan potensi manusia agar memiliki dan bertanggungjawab dalam berbagai dimensi
Karliani, Membangun Civic Engagement melalui Model Service Learning untuk Memperkuat Karakter Warga Negara 73

kehidupan sehingga dapat membentuk sikap peduli KAJIAN KONSEPTUAL DAN TEORITIS
(respect). Dengan pendidikan kewarganegaraan MODEL SERVICE LEARNING
diharapkan dapat membentuk budaya
kewarganegaraan yang lebih peduli (respect). Kaye (2010:8) mendefinisikan service learn-
Salah satu unsur dari budaya kewarganegaraan ing sebagai berikut.
adalah “civic virtue” atau kebajikan atau akhlak “Service learning can be defined as a re-
kewarganegaraan yang mencakup keterlibatan search-based teaching method where
aktif warganegara, hubungan kesejajaran/egaliter, guided or classroom learning is applied
saling percaya dan toleran, kehidupan yang through action that addresses an authen-
kooperatif, solidaritas, dan semangat kemasya- tic community need in a process that al-
rakatan. Semua unsur akhlak kewarganegaraan lows for youth initiative and provides struc-
itu diyakini akan berpengaruh dalam membentuk tured time for reflection on the service
warga negara yang baik (to be good citizenship), experience and demonstration of acquired
sehingga akan memupuk kehidupan “civic com- skills and knowledge. Service learning dif-
munity” atau “civil society” atau masyarakat fers from other form of community ser-
madani untuk Indonesia sesuai dengan cita-cita vice or volunteer work because the edu-
bangsa yang dilandasi oleh nilai-nilai pancasila sila cations of student and young people is al-
keempat yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh ways at its core. Student actively partici-
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan pate in the process of understanding, in-
perwakilan. tegrating, and applying knowledge from
Secara faktual justru terdapat paradox antara various subject areas as they work to im-
harapan yang ingin dicapai melalui pendidikan prove their communities.”
dengan kenyataan yang terjadi di dalam kehidupan
siswa dimana banyak perilaku siswa sebagai Dari penjelasan di atas mengenai belajar
warganegara yang tidak mencerinkan perilaku ia memberi pelayanan (service learning) dapat
sebagai manusia terdididk diantaranya adalah diartikan bahwa service learning dapat didefinisikan
kurangnya keterlibatan aktif warganegara, sebagai sebuah metode pengajaran berbasis riset di
kurangnya praktek dalam memahami hubungan mana senjata ampuh belajar di kelas dilakukan melalui
kesejajaran/egaliter, menurunnya sikap saling tindakan untuk mengatasi kebutuhan masyarakat
percaya dan toleran, kehidupan yang kurang pribumi dalam suatu proses yang memungkinkan bagi
kooperatif, tidak memiliki solidaritas, dan inisiatif para generasi muda dan struktur waktu untuk
kurangnya semangat kemasyarakatan seperti merefleksi pengalaman pelayanan dan menunjukan
contoh sikap individualistik yang dipraktekkan oleh pada pengalaman dan pengetahuan dan keterampilan
generasi muda sekarang ini. yang diperoleh dari aksi praktek langsung. Service
Pendidikan berkarakter dalam konteks learning juga berbeda dengan community servis
pendidikan formal maupun dalam konsteks dan kerja para sukarelawan karena service learn-
pendidikan masyarakat, salah satunya diupayakan ing didasarkan pada pemahaman, integrasi, dan
melalui mata pelajaran pendidikan kewargane- penerapan pengetahuan mereka didasarkan kepada
garaan di sekolah. Contoh mengenai sikap peduli isi dari materi yang dipelajari.
terhadap sesama dapat dilihat dalam kegiatan Selanjutnya Kaye (2010:9) memberikan
pembelajaran maupun kehidupan sehari-hari siswa penjelasan bahwa dengan service learning siswa
itu sendiri. Apakah mereka belajar penuh toleran, akan memiliki kemampuan untuk: (a) apply aca-
menghargai pluralisme, mau bekerjasama, saling demic, social, and personal skill to improve the
membantu, dan saling menghargai, tanggung community, (b) make decisions that have real, not
jawab, dan aktif dalam berorganisasi. Contoh hypothetical, results, (c) growhtas individuals,
lainnya mengenai sikap peduli di lingkungan gain respect for peers, and increase civic par-
sekolah juga dapat dilihat dalam kegiatan ticipation, (d) experience success no matter what
ektrakulikuler pramuka, mereka belajar penuh their ability level, (e) gain a deeper understand-
toleran, memiliki semangat gotong royong, ing of themselves, their community, and society,
bekerjasama, saling membantu, dan saling (f) develop as leaders who take initiative, solve
menghargai. problems, work as a team, and demonstrate their
abilities while and through helping others.
74 Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 27, Nomor 2, Agustus 2014

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan Service learning dipandang sebagai


bahwa service learning diharapkan dapat melatih pendekatan pendidikan yang memungkinkan
siswa untuk: (a) mengaplikasikan keterampilan peserta didik untuk berpikir, menilai, peduli atau
akademik, sosial, dan personalnya untuk melakukan sesuatu dan mempersiapkan untuk
mengembangkan komunitas, (b) membuat keputusan menghadapi tantangan sosial di masa depan.
nyata bukan hipotesis maupun kesimpulan, (c) tumbuh Sebagai upaya pembentukan social responsibil-
sebagai individu, mendapatkan rasa hormat bagi ity, peseta didik diharapkan mengetahui bahwa
rekan-rekan, dan meningkatkan partisipasinya, (d) ada ketergantungan antara sesama, masyarakat
memperoleh pengalaman yang sukses yang mungkin dan lingkungan. Peserta didik diajak untuk
tidak sesuai dengan kemampuan mereka, (e) berpikir terbuka dan secara aktif berusaha untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih dalam diri memahami orang lain, norma-norma budaya,
mereka, komunitas mereka, dan masyarakat, (f) serta memanfaatkan pengetahuan untuk
mengembangkan pemimpin yang mampu mengambil berinteraksi, berkomunikasi dan bekerja secara
inisiatif, memecahkan masalah, bekerja sebagai efektif dengan orang lain, bahkan ketika berada
sebuah tim, dan menunjukkan kemampuan di luar lingkungan mereka. Peserta didik juga
membantu orang lain. diajak untuk peka mengenali masalah dan
Service learning adalah kegiatan pembela- merespon melalui tindakan seperti menjadi
jaran yang dirancang dengan mempertimbangkan sukarelawan, mengikuti perkembangan aktivitas
kebutuhan masyarakat yang akan dilayani, dan politik dan berpartisipasi dalam komunitas
peserta didik terlibat secara aktif di dalam masyarakat masyarakat.
untuk melaksanakan kegiatan pelayanan tersebut Service learning dibagi menjadi empat tipe,
(Goldzweig, Levine, Schlundt, Bradley, Jones, Zoorob, yaitu: (1) direct service learning, dilaksanakan
dan Ekundayo, 2013). Selama pelaksanaan kegiatan secara tatap muka antar orang dengan orang,
pembelajaran, peserta didik menerapkan teori dan proyek yang dilaksanakan berimplikasi dengan
konsep yang dipelajari di dalam kelas ke dalam individu yang menerima bantuan langsung dari
kegiatan praktik, kemudian melakukan refleksi siswa, (2) indirect service learning, proyek
terhadap pelayanan yang dilakukan dan membuat dengan keuntungan untuk masyarakat, misalnya
laporan pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan service tentang lingkungan, sejarah kota, makanan dan
learning telah mengalami perkembangan melalui 3 pakaian, (3) advocacy service learning,
tahapan. Tahapan pertama adalah pelaksanaan ser- memberikan layanan advokasi (konsultasi), dan
vice learning yang menekankan pada aktivitas (4) research service learning, minisurvei,
sukarela untuk melayani (voluntary service), yang mempelajari, mengevaluasi, menguji coba,
kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan mengumpulkan data, mewawancar ai, dll,
pengabdian kepada masyarakat (community ser- tujuannya untuk menemukan, mengkompilasi,
vice), dan tahap service learning. atau melaporkan topic informasi tentang
Giles, Chloe (2011) menjelaskan bahwa Ser- kepentingan umum.
vice learning is pedagogy that combines aca- The National Youth Leader ship
demic studies with community services, and the mencetuskan K-12 tentang standar kualitas
learning is enhanced by international and praktis dalam pelaksanaan service learning, yaitu:
regular reflection, yang secara sederhana kebermaknaan layanan (meaningful service),
digambarkan dalam gambar 1. keterkaitan dengan kurikulum (link to curricu-
lum), refleksi (reflection), keragaman (diversity),
Academic suara orang muda (youth voice), kemitraan
Content (partnership), memantau kemajuan (progress
monitoring), dan waktu dan intensitas (duration
Service and intensity). Adapun proses service learn-
Reflection Activity ing dapat dilakukan dengan investigasi, persiapan
dan perencanaan, tindakan, refleksi, dan
Gambar 1. Kegiatan service learning yang terdiri demonstrasi. Selain itu yang perlu diperhatikan
dari materi pelajaran, aktivitas layanan adalah keterkaitan dengan masyarakat dan as-
dan refleksi (Sumber: Giles 2011 sessment (penilaian).
dalam SLSI 2013, Student Hand Book
201)
Karliani, Membangun Civic Engagement melalui Model Service Learning untuk Memperkuat Karakter Warga Negara 75

KAJIAN KONSEPTUAL DAN TEORITIS pemikir politik, seperti Jefferson dan Dewey. Jika
CIVIC ENGAGEMENT dimaknai lebih luas, maka sesungguhnya konsep
civic engagement tersebut terkait erat dengan
Civic Engagement terdiri atas dua kata warganegara sebagai insan politik atau sebagai
yakni civic dan engagement. Pada hakekatnya makhluk yang senantiasa bermasyarakat atau
dalam berbagai referensi, civic dimaknai sebagai berkawan dengan menggunakan berbagai
warganegara atau kewarganegaraan. Sedangkan pengaruh yang dimiliki terhadap warga yang lain.
engagement dimaknai sebagai “….tipacally, en- Civic engagement sering disebut dengan istilah
gagement is understood as discipline-based civic participation, yaitu segala sesuatu yang
work (a course assignment, a research project, berhubungan dengan tindakan warga negara baik
an internship, fieldwork, a clinical placement individu maupun bersama-sama untuk berpartisipasi
and so on) that occur in non academic com- dalam pembuatan kebijakan pemerintahan dan
munity (local, national, global) (Saltmarsh & berbagai kegiatan dalam lingkungan masyarakat. The
Zlotkowski, 2011). Sementara itu, American Psy- New York Time (2013) menjelaskan bahwa civic
chologist Association (2012) mendefinisikan engagement adalah mengerjakan sesuatu untuk
civic engagement sebagai “Individual and col- membuat sesuatu yang berbeda dalam hidup warga
lective actions designed to identify and address negara bagi suatu komunitas dan mengembangkan
issues of public concern.” kombinasi pengetahuan, keterampilan, nilai, dan
Berdasarkan pengertian di atas, civic en- motivasi untuk membuat sesuatu yang berbeda.
gagement diartikan sebagai tindakan kolektif dan Menurut Keeter (2002) terdapat 19 indikator
individual yang dilakukan untuk mengidentifikasi civic engagemen yang dibagi dalam tiga indikator
dan menunjukkan ketertarikan isu-isu umum. besar, yaitu civic indicator, electoral indicators,
Merujuk pada pengertian tersebut, konsep civic dan indicator of political voice. Civic indikator
engagement (selanjutnya disebut CE) mempunyai meliputi: (1) pemecahan masalah masyarakat, (2)
kaitan erat dengan pemerintahan demokratis relawan untuk organisasi non pemilu, (3) aktif dalam
(democratic government). keanggotaan organisasi, (4) berpartisipasi dalam
Dalam pandangan Dudley & Gitelson (2003) pengumpulan dana lari jalan atau bersepeda, (5)
bahwa “political knowledge is a necessary pengumpulan dana lain untuk amal.Electoral indi-
precondisition to civic engagement, but infor- cator meliputi: (1) voting pada umumnya, (2)
mation per se in unlike to be a sufficient pre- membujuk yang lainnya, (3) menampilkan stiker,
condition to civic engagement”. Berdasarkan gambar, atau symbol, (4) berkontribusi terhadap
peryataan tersebut, dapat dipahami bahwa kampanye, (5) relawan untuk kandidat atau
terdapat prakondisi untuk mewujudkan civic en- organisasi politik. Indicators of political voice
gagement yakni pengetahuan politik dan jauh lebih meliputi: (1) menghubungi pejabat, (2) menghubungi
penting lagi adalah berkenaan dengan informasi. media cetak, (3) menghubungi siaran media, (4)
Jadi, sebenarnya, untuk mengembangkan civic en- protes, (5) petisi melalui email, (6) petisi tertulis, (7)
gagement maka diperlukan syarat penting yakni memboikot, (8) menggambar.
berkenaan dengan informasi dan pengetahuan White (2012) memberikan gambaran
politik. Oleh karena pengetahuan politik merupakan pentingnya civic engagement dalam membangun
prakondisi untuk mengembangkan civic engage- keterlibatan demokrasi adalah seperti dijelaskan
ment maka menurut para pemikir politik mulai dari pada gambar di bawah ini :
Jefferson sampai Dewey berasumsi bahwa
Key Terms
pendidikan yang lebih baik merupakan solusi.
Lebih lanjut Dudley & Gitelson (2003) DEMOCRATIC
ENGAGEMENT
mengatakan “furthermore, the long-standing
empirical observation that years of formal edu-
DEMOCRATIC DEMOCRATIC
cation are higly correlated with political AWARENESS PARTICIPATION
knowledge seems to support this solution.
Pendapat di atas, secara eksplisit menegaskan
POLITICAL CIVIC
bahwa peranan pendidikan dalam mengembangan ENGAGEMENT ENGAGEMENT

civic engagement sangat penting dan merupakan


POLITICAL POLITICAL CIVIC CIVIC
solusi terbaik sebagaimana ungkapkan para AWARENESS PARTICIPATION AWARENESS PARTICIPATION
76 Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 27, Nomor 2, Agustus 2014

Dari kerangka konseptual yang dijelaskan terampil, dan berkarakter sesuai dengan Pancasila
dalam skema gambar di atas, dapat dijelaskan dan UUD 1945.
bahwa civic engagement akan dibentuk dari Dalam mewujudkan pembentukan warga
adanya kesadaran warganegara (civic aware- negara yang berkarakter tersebut, maka PKn
ness) dan partisipasi warga negara (civic par- sebagai suatu program pembelajaran telah
ticipation). Keterlibatan warga negara (civic dilakukan melalui pedagogycal development,
engagement) adalah didasari oleh kesadaran yang sosio-cultural development, dan political in-
bersifat inisiatif dan tulus tanpa paksaan dari or- tervention. Dalam pelaksanaan pembelajaran di
ang lain. Sehingga dalam praktek melibatkan diri sekolah, kualitas pembelajaran PKn harus sesuai
semuanya akan berdasar pada dorongan dari dapat mengembangkan civic knowledge, civic
dalam individu itu sendiri untuk melibatkan dirinya values, dan civic skill.
dalam pemecahan masalah yang ada di lingkungan Civic konowledge (pengetahuan kewarga-
komunitasnya. negaraan), mencakup bidang politik, hukum, dan
moral. Materi pengetahuan kewarganegaraan
KETERKAITAN MODEL SERVICE LEARN- terdiri dari pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan
ING, CIVIC ENGAGEMENT DALAM PKN proses demokrasi, lembaga pemerintahan dan non
SEBAGAI UPAYA MEMPERKUAT KA- pemerintahan, identitas nasional, pemerintahan
RAKTER WARGA NEGARA berdasarkan hukum (rule of law) dan peradilan
yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, sejarah
Konsep dasar pendidikan kewarganegaraan nasional, hak dan kewajiban warga negara, hak
sebagai pendidikan karakter dimulai dari asasi manusia, hak sipil dan hak politik.
bagaimana pendidikan nilai bisa diterapkan. Civics Values (nilai-nilai kewarganegaraan),
Mengenai pendidikan nilai, Hermann (dalam terdiri dari percaya diri, komitmen, penguasaan
Winataputra & Budimansyah:2007) menyebut- atas nilai religius, norma dan moral luhur, nilai
kan”…value is neither taught nor cought, it is keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan indi-
learned”, yang artinya bahwa substansi nilai vidual, kebebasan berbicara, kebebasan pers,
tidaklah semata mata ditangkap dan diajarkan kebebasan berserikat dan berkumpul, dan
tetapi lebih jauh, nilai dicerna dalam arti ditangkap, perlindungan terhadap minoritas.
diinternalisasi, dan dibakukan sebagai bagian yang Civics skill (keterampilan warga negara),
melekat dalam kualitas pribadi seseorang melalui mencakup keterampilan partisipasi dalam
proses belajar. Makna pernyataan tersebut kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya
mengandung arti bahwa proses belajar tidaklah berperan serta aktif mewujudkan masyarakat
terjadi dalam ruang bebas-budaya tetapi dalam madani (civil society), keterampilan mempenga-
masyarakat yang syarat-budaya karena kita hidup ruhi dan monitoring jalannya pemerintahan dan
dalam kehidupan masyarakat yang berkebu- proses pengambilan keputusan politik, keterampilan
dayaan. Oleh karena itu memang betul bahwa memecahkan masalah sosial, keterampilan
proses pendidikan pada dasarnya merupakan mengadakan koalisi, kerjasama, dan mengelola
proses pembudayaan atau enkulturasi untuk konflik.
menghasilkan manusia yang berkeadaban, Ketiga kompetensi yang harus dicapai
termasuk di dalamnya yang berbudaya. Karakter melalui PKn seperi tersebut di atas, tentunya
adalah watak, tabiat, ahlak, atau kepribadian memerlukan upaya komprehensip dalam
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi pencapaiannya. Selama ini pembelajaran PKn
berbagai nilai kebajikan (virtues) yang diyakini dan dalam prakteknya banyak mengarahkan siswa
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, hanya pada aspek civic knowledge saja, sehingga
berpikir, bersikap, dan bertindak. upaya pembentukan karakter siswa sebagai
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka warga negara kurang optimal. Padahal pendidikan
pendidikan kewarganegaraan seharusnya kewarganegaraan seyogyanya bukan hanya
dijadikan sebagai wahana untuk mengembangkan sebagai proses pendidikan berpikir tetapi juga
dan melestarikan nilai luhur dan moral dan karakter pendidikan nilai dan watak serta perilaku karena
siswa yang diwujudkan dalam perilaku kehidupan pendidikan nilai, watak serta perilaku sangat
sehari-hari. Perilaku tersebut diwujudkan sebagai menunjang dalam membentuk karakter bangsa.
cerminan warga negara Indonesia yang cerdas, Dalam mencapai tujuan pendidikan watak dan
Karliani, Membangun Civic Engagement melalui Model Service Learning untuk Memperkuat Karakter Warga Negara 77

perilaku tersebut diperlukan upaya pembiasaan masalah pada realitas sosial yang dihadapinya dari
melalui internalisasi dan aplikasi dari civic knowl- lingkungan sekitar mereka.
edge, civic values maupun civic skill. Siswa
dituntut untuk belajar tidak hanya dikelas tetapi SIMPULAN
dituntut untuk bisa menerapkan ketiga kompetensi
yang diperolehnya melalui pengalaman nyata yang Service learning adalah kegiatan
dipraktekkan dalam memecahkan berbagai pembelajaran yang dirancang dengan memper-
permasalahan yang ada dilingkungannya. Ketiga timbangkan kebutuhan masyarakat yang akan
kompetensi tersebut akan sinergis dapat dicapai dilayani, dan peserta didik terlibat secara aktif di
apabila setiap individu sebagai warga negara sudah dalam masyarakat untuk melaksanakan kegiatan
memiliki civic engagement yang tercermin dalam pelayanan tersebut. Selama pelaksanaan kegiatan
kehidupan komunitasnya. pembelajaran, peserta didik menerapkan teori dan
Salah satu upaya untuk menginternalisasi nilai konsep yang dipelajari di dalam kelas ke dalam
dan menerapkan kompetensi yang dimiliki siswa, kegiatan praktik, kemudian melakukan refleksi
model service learning dianggap sebagai model terhadap pelayanan yang dilakukan dan membuat
yang akan membantu siswa dalam memberi makna laporan pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan ser-
terhadap penguasaan kompetensi yang dimiliki vice learning telah mengalami perkembangan
siswa dalam proses belajarnya. Proses melalui 3 tahapan. Tahapan pertama adalah
pembelajaran bukan berpusat pada guru tetapi pelaksanaan service learning yang menekankan
harus mampu mengembangkan keterampilan dan pada aktivitas sukarela untuk melayani (volun-
pengetahuan personal peserta didik melalui tary service), yang kemudian dilanjutkan dengan
pengalaman nyata dalam realitas sosial yang dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat
keterlibatannya dalam memecahkan masalah- (community service), dan tahap service learn-
masalah sosial dalam komunitasnya. Proses ing
pendidikan memerlukan suatu pengalaman sebagai Istilah engagement itu sangat luas karena
sebuah instrument yang nyata dari siswa untuk berhubungan dengan aktivitas warganegara dalam
bisa merubah tatanan nilai yang ada di dalam berbagai tingkat baik lokal, nasional, dan global.
dirinya, dan bisa mengubah kebiasaan-kebiasaan Sudah barang tentu civic engagement tersebut
jelek melalui stimulus pembiasaan lewat harus diaktualisasikan dalam kehidupan nyata.
pengalamannya sendiri. Pengalaman akan Dengan kata lain, setiap warganegara dituntut
terbentuk dari pengerahan seluruh pengetahuan untuk mampu mengaktualisasikan dimensi-dimensi
yang diperoleh secara kognitif, dengan realitas civic engagement tersebut dalam berbagai aspek
sosial yang membutuhkan upaya pemecahan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
masalah. Dengan model service learning siswa PKn mempunyai tugas untuk mengembang-
akan dibiasakan untuk merubah nilai-nilai yang kan kompetensi civic knowledge, civic values,
tidak baik yang mungkin tumbuh sebagai bawaan dan civic skill. Tujuan pembelajaran PKn untuk
alamiah itu sendiri maupun pembiasaan dari membentuk masyarakat yang baik (good citizen),
lingkungan sebelumnya, menjadi nilai-nilai yang Ketiga kompetensi tersebut akan sinergis dapat
baik yang merupakan kritik dalam upaya dicapai apabila setiap individu sebagai warga
pemecahan masalah dari realitas sosial di negara sudah memiliki civic engagement yang
sekitarnya. Dengan kurikulum yang dimodifikasi tercermin dalam kehidupan komunitasnya. Model
oleh guru melalui model service learning ini service learning dianggap sebagai model yang
diharapkan akan tumbuh upaya pembentukan in- akan membantu siswa dalam memberi makna
strument pengalaman siswa yang memadukan terhadap penguasaan kompetensi yang dimiliki
pengetahuannya dengan upaya pemecahan siswa melalui belajar

DAFTAR RUJUKAN

Dudley & Gitelson. 2003. Political participation www.wikipedia.org/wiki/civic engagement(on


and civic Engagement to Democratic line)
Participation. Giles, Chloedalam Student Hand Book. 2013,
“Office of Service- Learning Lingnan Uni-
78 Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 27, Nomor 2, Agustus 2014

versity” 2013 Student HandBook’ Hong www.wikipedia.org/wiki/civic engagement(on


Kong. puslit2.petra.ac.id/ejournal/ line)
index.php/share/.../18559Journal of Ser- Saltmarsh & Zlotkowski. 2011. Civic Engage-
vice Learning), Vol. 1, No. 1, December ment and Political Participation.
2013, 44-52 ISSN 2338-7866 www.wikipedia.org/wiki/civic engagement (on
Goldzweig, Irwin A, Robert S Levine, David line)
Schlundt, Richard Bradley, dkk. 2012. Im- The New York Time, The definition of Civic En-
proving Seat Belt Use among Teen gagement . 2010. www.nytimes.com/ref/
Drivers:Funding From a Service Learn- colle
ing Approach. White, Charles. 2012. Democratic Engagement.
Journal Homepage: www.elsivier.com/locate/app Materi disampaikan pada pelatihan Civic
(online) Education November 2012. Jakarta: Dirjen
Kaye, Cathryn Berger. 2010. The complete Guide Dikti
to Service Learning: Proven, Practical Winataputra, Udin, & Budimansyah, D. 2007.
Ways to Engage Students in Civic Re- Civic Education. Konteks, bahan Ajar,
sponsibility, Academic Curriculum & landasan, Dan Kultur Kelas. Program
Social action. USA: Free Spirit Publish- Studi Pendidikan Kewarganegaraan,
ing Sekolah PascaSarjana, UPI Bandung
Keeter, S, Cliff Zukin, Molly Andolina, Krista Winataputra, Udin. 2008. Pendidikan Kewar-
Jenkins. 2002. The Civic and Political ganegaraan dalam Perspektif Perkem-
Health of the Nation: A Generational bangan Civic/ Citizenship Education Di
Portrait. (The center for information and Dunia. Bahan Ajar dalam Kuliah
research on civic learning and engage- PerbandinganCivic. Program Studi
ment Pendidikan Kewarganegaraan, Sekolah
Pasca Sarjana, UPI Bandung.

Anda mungkin juga menyukai