Anda di halaman 1dari 15

UNIVERSITAS ANDALAS PADANG FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI DIPLOMA-III


Sekretariat : Kampus Limau Manih, Padang25163 Telp. (0751) 71088 Fax. (0751) 71089
E-mail : feua2000@yahoo.com

Mata Kuliah/ Kode : Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah/ EDK320


Jurusan : Keuangan Negara
Semester/Kelas : V (Lima) / KN. 1 dan KN. 2
Tahun Akademik : 2021 / 2022
Hari/ Jam : Senin/ 10.10-12.40 WIB dan Rabu/ 13.30-16.00 WIB
Sistem Perkuliahan : Kegiatan perkuliahan Jarak jauh (ilearn google classroom-
whatsApp and email)
Lokal : H 2.5 dan H 2.10/ (di Rumah masing-masing)
Dosen Pengasuh : Syafruddin Ras, SE, MM/ Zulkarnaini Ras, Drs., M.Si

Materi-7
SISTEM PEMERINTAHAN DAERAH

I. Latar Belakang
Indonesia sebuah negara kesatuan yang menerapkan otonomi kepada
daerah atau desentralisasi yang sedikit mirip dengan negara
serikat/federal.
Otonomi Daerah bisa diartikan sebagai kewajiban yang dikuasakan
kepada daerah otonom untuk mengatur & mengurus sendiri urusan
pemerintahan & kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi
masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan juga hasil guna dalam
rangka pelayanan terhadap masyarakat & pelaksanaan pembangunan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

II. Maksud Kewajiban


Maksud kewajiban adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah, berwenang mengatur pemerintahan dan
kepentingan masyarakatnya sesuai prakarsa sendiri berdasarkan
keinginan dan suara masyarakat.
Pelaksanaan otonomi daerah selain berdasarkan pada aturan hukum,
juga sebagai penerapan tuntutan globalisasi yang wajib diberdayakan
dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih
nyata & bertanggung jawab, utamanya dalam menggali, mengatur, dan
memanfaatkan potensi besar yang ada di masing-masing daerah.
Praktik penyelenggaraan pemerintahan dalam hubungan antar
pemerintah, dikenal dengan konsep sentralisasi dan desentralisasi.  
1
Pemahaman Konsep Sistem Sentralisasi dan Desentralisasi
1. Konsep sistem Sentralisasi
Konsep sistem sentralisasi menunjukkan karakteristik bahwa semua
kewenangan penyelenggaraan pemerintahan berada di pemerintah
pusat.

2. Konsep Sistem Desentralisasi


Sedangkan konsep sistem desentralisasi menunjukkan karakteristik
yakni sebagian kewenangan urusan pemerintahan yang menjadi
kewajiban pemerintah, diberikan kepada pemerintah daerah.
Sistem desentralisasi pemerintahan tidak pernah surut dalam teori
maupun praktik pemerintahan daerah dari waktu ke waktu.
Desentralisasi menjadi salah satu isu besar yakni to choose between a
dispension of power and unification of power. Dispension of power
adalah sejalan dengan teori pemisahan kekuasaan dari John Locke.

III. Tujuan Desentralisasi


1) Untuk mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan
tentang masalah-masalah kecil bidang pemerintahan di tingkat local.
2) Meningkatkan dukungan dan partisipasi masyarakat dalam
Penyelenggaraan kegiatan pemerintahan local.
3) Melatih masyarakat untuk dapat mengatur urusan rumah
tangganya sendiri, dan
4) Mempercepat bidang pelayanan umum pemerintahan kepada
masyarakat.

IV. Dasar Hukum Pembentukan Otonomi Daerah


1) UUD 1945, Pasal 18, 18A, dan 18B;
2) UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
3) UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Pemerintah Daerah;
4) Tap MPR No. XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi
Daerah, Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya
Nasional yang Berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah dalam Kerangka NKRI;
5) Tap MPR No. IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah.

V. Pengertian Otonomi Daerah


Menurut Suparmoko (2002:61)
2
Mendefinisikan otonomi daerah : sebagai kewenangan daerah otonom
untuk mengatur dan juga mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Sesuai Penjelasan UU No. 32 Tahun 2004, bahwa pemberian kewenangan
otonomi daerah dan kabupaten / kota didasarkan kepada desentralisasi
dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.
Menurut UU No. 32/2004 psl-1 ayat (5)
Otonomi daerah, adalah hak ,wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Sesuai penjelasan UU No. 32 Tahun 2004, bahwa pemberian
kewenangan otonomi daerah dan kabupaten / kota didasarkan kepada
desentralisasi dalam wujud otonomi yg luas, nyata dan bertanggung
jawab.
a. Kewenangan Otonomi Luas
Berarti keleluasaan daerah untuk melaksanakan pemerintahan yang
meliputi semua aspek pemerintahan kecuali bidang pertahanan
keamanan, politik luar negeri, peradilan, agama, moneter & fiscal
serta kewenangan pada aspek lainnya ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan.
Disisi lain keleluasaan otonomi meliputi juga kewenangan yang utuh
& bulat dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pengendalian hingga evaluasi.
b. Otonomi Nyata
Otonomi nyata berarti keleluasaan daerah untuk menjalankan
kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata ada &
diperlukan serta tumbuh hidup & berkembang di daerah.
c. Otonomi yang bertanggungjawab
Berarti berwujud pertanggungjawaban sebagai konsekuensi
pemberian hak serta kewenangan kepada daerah dalam mencapai
tujuan pemberian otonomi daerah berupa; pengembangan
kehidupan demokrasi, peningkatan kesejahteraan masyarakat yang
semakin tinggi, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan
hubungan yang sehat antara pusat & daerah dan antar daerah
dalam usaha menjaga Keutuhan NKRI.

3
Ada 3 Konsep Hubungan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah
Sesuai UU No. 32/2004 psl-1 ayat (7, 8, 9)

1) Desentralisasi, adalah :
Penyerahan wewenang pemerintah pusat kepada daerah otonom
untuk mengatur & mengurus urusan pemerintah dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Dekonsentrasi, adalah :
Pelimpahan wewenang pemerintah kepada Gubernur sebagai
wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah
tertentu.
3) Tugas Perbantuan, adalah :
Penugasan dari pemerintah kepada daerah & atau desa atau
sebutan lain dengan kewajiban melaporkan & mempertang-gung
jawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

VI. Hakekat, Tujuan dan Prinsip Otonomi Daerah


1. Hakekat Otonomi Daerah
Pada hakekatnya merupakan upaya dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan cara melaksanakan pembangunan
sesuai dengan kehendak dan kepentingan masyarakat.

2. Tujuan Otonomi Daerah


Membebaskan pemerintah pusat dari urusan yang tidak seharus-
nya menjadi pikiran pemerintah pusat. Dengan demikian pusat
berkesempatan mempelajari, memahami, merespon berbagai
kecenderungan global dan mengambil manfaat daripadanya.
Pada dasarnya terdapat tiga misi utama pelaksanaan otonomi
daerah & desentralisasi fiskal, yaitu :
1) Meningkatkan kualitas & kuantitas pelayanan publik &
kesejahteraan masyarakat.
2) Memberdayakan & menciptakan ruang bagi masyarakat
(publik) untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.
3) Menciptakan efisiensi & efektivitas pengelolaan sumber daya
daerah.

Menurut UU No. 32/2004, Prinsip Otonomi Daerah :


4
1) Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan
aspek keadilan, demokrasi, pemerataan serta potensi & keaneka
ragaman daerah.
2) Pelaksanaan otonomi daerah dilandasi pada otonomi luas, nyata &
bertanggung jawab.
3) Pelaksanaan otonomi daerah yang luas & utuh diletakkan pada
daerah & daerah kota, sedangkan otonomi provinsi merupakan
otonomi yang terbatas.
4) Pelaksanaan otonomi harus selaras konstitusi negara sehingga
tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat & daerah.
5) Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan
kemandirian daerah kabupaten & derah kota tidak lagi wilayah
administrasi. Begitu juga di kawasan-kawasan khusus yang dibina
oleh pemerintah.
6) Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan
& fungsi badan legislatif daerah baik sebagai fungsi
pengawasan, fungsi legislatif, mempunyai fungsi anggaran atas
penyelenggaraan otonomi daerah
7) Pelaksanaan dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalam
kedudukan sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan
kewenangan pemerintah tertentu dilimpahkan kepada gubernur
sebagai wakil pemerintah.
8) Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya di
pemerintah daerah dan daerah kepada desa yang disertai
pembiayaan, sarana dan pra sarana serta sumber daya manusia
dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung
jawabkan kepada yang menugaskan.
Hak-hak dan Kewajiban Daerah
Dalam menjalankan Otonomi, daerah mempunyai hak :
1) mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;
2) memilih pimpinan daerah;
3) mengelola aparatur daerah;
4) mengelola kekayaan daerah;
5) memungut pajak daerah dan retribusi daerah;
6) mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya yang berada di daerah;
7) mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan
8) mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam Peraturan perundang-
undangan.

Dalam menjalankan Otonomi, daerah mempunyai kewajiban :


5
1) melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan
kerukunan nasional, serta keutuhan NKRI;
2) meningkatkan kualitas kehidupan, masyarakat;
3) mengembangkan kehidupan demokrasi;
4) mewujudkan keadilan dan pemerataan;
5) meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;
6) menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;
7) menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;
8) mengembangkan sistem jaminan sosial;
9) menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;
10) mengembangkan sumber daya produktif di daerah;
11) melestarikan lingkungan hidup;
12) mengelola administrasi kependudukan;
13) melestarikan nilai sosial budaya;
14) membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan
sesuai dengan kewenangannya; dan
15) kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.

Ketentuan mengenai Pemerintah Daerah


(BAB VI Pemerintah Daerah, UUD Negara RI Tahun 1945)

Psl-18

1) Kesatuan RI dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah


provinsi itu dibagi atas kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan
daerah, yang diatur dengan UU.
2) Pemerintah daerah provinsi, daerah Kabupaten/ Kota mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan.
3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten/ kota memiliki
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya
dipilih melalui pemilihan umum.
4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala
pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara
demokratis.
5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh UU ditentukan sebagai
urusan Pemerintahan Pusat.
6
6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan.
7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah
diatur dalam UU.

Ketentuan mengenai Pemerintah Daerah


(BAB VI Pemerintah Daerah, UUD Negara RI Tahun 1945)

Psl-18 A

1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan


daerah provinsi, kabupaten/ kota, atau provinsi dan kabupaten/
kota, diatur dengan UU dengan memperhati-kan kekhususan dan
keragaman daerah.
2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya
alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras
berdasarkan Undang-undang.

Psl-18 B

1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah-an


daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur
dengan Undang-undang.
2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup
dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI,
yang diatur dalam Undang-undang.

A. PEMERINTAH PUSAT
1. Pendahuluan
7
Falsafah Negara
 Setiap Negara menganut sistem pemerintahan yang sesuai dengan
falsafah Negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945.
 Oleh karena itu Indonesia menganut sistem pemerintahan yang
sesuai dengan falsafah Negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945.

Pancasila dan UUD 1945


Dalam pembukaan UUD 1945 dikatakan bahwa :
“…maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara RI, yang berkedaulatan rakyat, …”.
 Dalam pasal 1 ayat (2), UUD 1945 ditegaskan bahwa
“Kedaulatan adalah ditangan rakyat dilakukan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat.”
 Ini berarti bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat, yang
merupakan lembaga perwakilan rakyat di Indonesia, memegang
kedaulatan tertinggi.
 Oleh karena itu, sistem Negara yang terbentuk dalam Undang-
undang Dasar harus berdasarkan kedaulatan rakyat dan
berdasarkan permusyawaratan perwakilan.

2. Lembaga-lembaga Negara Tingkat Pusat


1) MPR (Lembaga Tertinggi Negara);
2) Presiden;
3) DPR;
4) Mahkama Agung (MA); Lembaga Tinggi
5) Dewan Pertimbangan Agung (DPA); Negara
6) BPK (Badan Pemeriksaan Keuangan);

Mahkamah Agung (MA)


MA adalah badan pelaksana kekuasaan kehakiman yang dalam
melaksanakan tugasnya lepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah
dan pengaruh lainnya (Independence).
MA dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan di bidang
hukum, baik diminta maupun tidak diminta , kepada lembaga-
lembaga tinggi Negara. MA juga memberikan nasihat hukum
kepada Presiden agar memberi atau menolak grasi.

B. PEMERINTAH DAERAH
8
UUD 1945, Pasal 18, menyatakan :
Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan
bentuk susunan pemerintahannya :
1) ditetapkan dengan undang-undang;
2) mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan
negara;
3) hak-hak asal usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa;
4) Daerah di Indonesia dibagi menjadi daerah provinsi dan daerah
provinsi dibagi pula menjadi daerah yang lebih kecil.
5) Daerah-daerah itu bersifat otonom atau bersifat administratif.
6) Di daerah-daerah yang bersifat otonom diadakan Badan
Perwakilan Daerah (BPD);
7) Karena di daerahpun pemerintahan akan bersendikan dasar
permusyawaratan;
8) Kesemuanya itu akan ditetapkan menurut peraturan dan per
Undang-undangan.

Dasar Hukum Pembentuk-an Susunan PemerintahDaerah :


Pemerintah bersama-sama DPR telah menetapkan :
1) UU No. 5 Tahun 1974, tentang Pokok-pokok Pemerintahan di
daerah.
2) Dilaksanakan dengan Instruksi Mendagri No. 26 Tahun 1974.

Selain itu juga di di atur pokok-pokok penyelenggaraan urusan


pemerintahan berdasarkan :
1) asas desentralisasi;
2) asas dekonsentrasi; dan
3) asas tugas perbantuan.

Undang-undang itu mengatur pokok-pokok penyelenggaraan


pemerintahan yang menjadi tugas pemerintahan pusat di daerah.

1. Asas Desentralisasi
Asas Desentralisasi adalah Asas yang menyatakan penyerahan
sejumlah urusan pemerintahan dari pemerintah pusat atau dari
pemerintah daerah tingkat yang lebih tinggi kepada pemerintah
daerah tingkat yang lebih rendah sehingga menjadi urusan rumah
tangga daerah itu.
9
Dengan demikian, prakarsa, wewenang, dan tanggung jawab mengenai
urusan-urusan yang diserahkan tadi sepenuhnya menjadi tanggung
jawab daerah itu, baik mengenai politik kebijaksanaan, perencanaan,
dan pelaksanaannya adalah perangkat daerah sendiri.

2. Asas Dekonsentrasi
Asas yang menyatakan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat,
kepala wilayah, atau kepala instansi vertikal tingkat yang lebih tinggi
kepada pejabat-pejabat di daerah.
Tanggung jawab tetap ada pada pemerintah pusat. Baik perencanaan
dan pelaksanaannya maupun pembiayaannya tetap menjadi tanggung
jawab pemerintah pusat.
Unsur pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala daerah dalam
kedudukannya selaku wakil pemerintah pusat. Latar belakang
diadakannya sistem dekonsentrasi ialah bahwa tidak semua urusan
pemerintah pusat dapat diserahkan kepada pemerintah daerah
menurut asas desentralisasi.

3. Asas Tugas Perbantuan


Asas yang menyatakan tugas turut serta dalam pelaksanaan urusan
pemerintah yang ditugaskan kepada pemerintah daerah dengan
kewajiban mempertanggung-jawabkannya kepada yang memberi
tugas.
Misalnya kotamadya menarik pajak-pajak tertentu, seperti pajak
kendaraan, yang sebenarnya menjadi hak dan urusan pemerintah
pusat.
Berdasarkan prinsip-prinsip di atas, jelaslah bahwa wilayah Indonesia
dibagi menjadi daerah-daerah otonom dan wilayah administrasi.

Syarat-syarat dibentuknya suatu daerah, antara lain,


adalah :
1) Mampu membiayai kehidupannya (kemampuan ekonomi);
2) Jumlah penduduk yang ditentukan;
3) Luas daerah;
4) Memperhatikan pertahanan dan keamanan nasional;
5) Pembinaan kestabilan politik dan kesatuan bangsa;
6) Dapat melaksanakan pembangunan untuk daerahnya.
Kota Administratif
10
Kota administratif yang ada diseluruh Indonesia, antara lain, ialah :
1) Kota administratif Bitung di Sulawesi Utara.
2) Kota administratif Banjar Baru di Kalimantan Selatan.
3) Kota administratif Cimahi di Jawa Barat.
4) Kota administratif Jember di Jawa Timur.
5) Kota administratif Denpasar di Bali.
6) Kota administratif Mataram di Nusa Tenggara Barat.
7) Kota administratif Kupang di Nusa Tenggara Timur, dan
8) Kota administratif Palu di Sulawesi Tengah.

Bagan/Pola Organisasi
Pemerintahan Wilayah Kota Administratif
Berdasarkan UU Tahun 1974

HUBUNGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN


PEMERINTAH DAERAH
1. Prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah
GBHN (Tap MPR No. IV/MPR/1978)
Di dalam GBHN ditegaskan prinsip-prinsip pokok pelaksanaan
otonomi daerah.
Dalam rangka membina kesatuan bangsa, maka perlu dikembangkan
keutuhan negara kesatuan dan diarahkan pada pelaksanaan otonomi
daerah secara nyata, dinamis, dan bertanggung jawab yang dapat

11
mejamin perkembangan dan pembangunan daerah dan dilaksanakan
bersama-sama dengan dekonsentrasi.
Prinsip-prinsip pokok tentang pelaksanaan otonomi daerah itu
mengandung intisari yang dapat dipakai sebagai pedoman pelaksanaan
otonomi daerah.
2. Prinsip Otonomi Nyata dan Bertanggung Jawab
Prinsip otonomi yang berarti pemberian otonomi kepada daerah
hendaknya berdasarkan pertimbangan, perhitungan tindakan, dan
kebijaksanaan yang benar-benar dapat menjamin bahwa daerah yang
bersangkutan nyata-nyata mampu mengurus rumah tangganya sendiri.

Prinsip Otonomi Daerah yang bertanggung jawab


benar-benar sesuai dengan tujuannya, yaitu :
1) Lancar dan teraturnya pembangunan di seluruh wilayah negara;
2) Sesuai atau tidaknya pembangunan dengan pengarahan yang telah
diberikan;
3) Sesuai dengan pembinaan politik dan kesatuan bangsa;
4) Terjaminnya keserasian hubungan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah; dan
5) Terjaminnya pembangunan dan perkembangan daerah.
3. Tujuan Pemberian Otonomi
Tujuan pemberian otonomi kepada daerah berorientasi kepada
pembangunan, yaitu pembangunan dalam arti luas, yang meliputi
semua segi kehidupan dan penghidupan. Dengan demikian, otonomi
daerah lebih condong merupakan kewajiban dari pada hak.
Hal ini berarti bahwa daerah berkewajiban melancarkan jalannya
pembangunan dengan sungguh-sungguh dan penuh rasa tanggung
jawab sebagai sarana untuk mencapai cita-cita bangsa, yaitu
masyarakat yang adil dan makmur, baik material maupun spriritual.
4. Pengarahan-pengarahan
Pengarahan-pengarahan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab, ialah bahwa :
1) Otonomi daerah harus sesuai dengan pembinaan politik dan
kesatuan bangsa;
2) Keserasian hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah atas dasar keutuhan negara kesatuan harus terjamin; serta
3) Perkembangan dan pembangunan daerah harus terjamin.

12
5. Pemberian Otonomi Daerah kepada Daerah (Dilakukan Bersama-sama
dengan Dekonsentrasi)
Asas Dekonsentrasi dan Asas Desentralisasi
1) Dalam penyelenggaraan pemerintah di daerah kedua asas tersebut
sama pentingnya.
2) Apakah suatu urusan pemerintah di daerah akan tetap
diselenggarakan oleh perangkat pemerintah pusat (atas dasar asas
dekonsentrasi); atau
3) Diserahkan kepada daerah sehingga menjadi urusan otonomi (atas
dasar asas desentralisasi) terutama didasarkan pada daya guna dan
hasil guna penyelenggaraan urusan pemerintahan itu.

Karena Negara kita adalah Negara kesatuan, penyelenggaraan


pemerintahan di daerah dan pelaksanaan usaha-usaha serta kegiatan-
kegiatan apa pun dalam rangka kenegaraan harus tetap dalam ikatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
2) Bagan Jabatan Pemerintahan Negara RI
Berdasarkan UU Tahun 1974

BAGAN JABATA N PEMERIN TA HA N N EGARA RI


BERD ASARKAN U U TAH U N 1974

WALIKOTA
MPR
K e k u a s a a n -P e m e r i n

B a d a n K e h a k im a n

PRES IDEN
B a d a n K e h a k im a n
M en te ri N e g ara
M e n te ri N e g a ra

B PK DPR DPA MAHKAMA AGUNG


tah an N eg ara

WAKIL PRES IDEN ( MA )


K e h a k im a n
K e k u a sa a n

3) Bagan Jabatan-Jabatan Negara RI


Berdasarkan UU Tahun 1974

13
BAGAN JABATAN -JABATAN N EGARA
BERD ASARKAN U U TAHU N 1974

PRES WALIKOTA
IDEN/WAPRES
KEPALA NEGARA/WAKIL
KEPALA NEGARA

GUB/KDH/ MENTERI ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


WAKIL NEGARA BPK MPR/DPR DPA MA

BUPATI/ DUTA
WALIKOTA BES AR
MADYA LBBP

JABATAN
NEGARA
LAIN

4) Bagan Kabinet/Pemerintah Pusat Berdasarkan


Undang-Undang Tahun 1974

BAGAN KABIN ET / PEMERIN TAH PU SAT


BERDASARKAN U U TAHU N 1974

WALIKOTA
PRES IDEN

WAKIL
PRES IDEN

MENS ES NEG
PANGLIMA MENTERI MENKO MENNEG
GUBERNUR MENMUD JAGUNG
ABRI MENMUD MENMUD
BANK S EKKAB
S ENTRAL KANTOR
MENNEG/ KANTOR KANTOR
DEPAR-
Polri

MENKO
AL
AU

AD

MENNEG KEJ AGUNG


BANK TEMEN
S ETNEG
INDONES IA S ETKAB

14
REFERENSI
1) UUD 1945, Pasal 18, 18A, dan 18B;
2) UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
3) UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Pemerintah Daerah;
4) Tap MPR No. XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi
Daerah, Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya
Nasional yang Berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah dalam Kerangka NKRI;
5) Tap MPR No. IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah.

15

Anda mungkin juga menyukai