Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara hukum pernyataan ini jelas dinyatakan dalam


Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. 1Negara hukum dapat dijabarkan sebagai suatu negara yang
menjalankan pemerintahannya dan kehidupan rakyatnya didasarkan dari suatu
peraturan, tentu hal tersebut dilakukan dengan harapan dalam suatu kehidupan
bernegara penguasa tidak berbuat dengan sewenang-wenang dan rakyat tidak
berbuat dengan kehendaknya sendiri. Kehidupan dalam berbangsa dan
bernegara suatu negara juga merupakan unsur-unsur dari suatu negara dapat
dikatakan sebagai negara hukum, unsur yang dimaksud adalah pengakuan
akan HAM, pembagian kekuasaan, adanya Undang-undang bagi tindakan
pemerintah dan peradilan administrasi yang berdiri sendiri, unsur ini harus
juga diatur dalam peraturan/Undang-undang agar terpenuhinya konsep negara
hukum secara penuh.

2
Utrecht berpendapat bahwa yang dimaksud hukum administrasi
negara adalah suatu peraturan yang mengkaji suatu hubungan hukum
istimewa yang melekat pada pejabat negara dalam menjalankan tugasnya yang
bersifat khusus. Pengertian tentang tata usaha negara terdapat dalam Pasal 1
angka 7 UU No. 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang
menjelaskan bahwa tata usaha negara merupakan organ administrasi negara
yang menjalankan fungsi pemerintah baik ditingkat pusat maupun daerah.
1
Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara Cetakan ke delapan (Jakarta:Gaya Media
Pratama, 2016), hlm. 91.
2
Dina Susiani, Hukum Administrasi Negara (Jember: CV. Pustaka Abadi, 2019), hlm. 7.
Peradilan tata usaha negara sendiri adalah pengadilan baik dalam tingkat
pertama maupun pengadilan tingkat, pengadilan tata usaha negara sendiri
berkedudukan di setiap ibu kota provinsi. Pengadilan tata usaha negara
berwenang mengadili sengketa tata usaha negara, pengertian dari sengketa
tata usaha negara berdasarkan Pasal 1 angka 10 UU No. 51 Tahun 2009
adalah sengketa yang timbul antara orang atau badan hukum perdata dengan
badan atau pejabat tata usaha negara baik di pusat maupun di daerah, sebagai
akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara, termasuk sengketa
kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal
yang tertera memang sudah jelas untuk mendiskripsikan apa itu Pengadilan
Tata Usaha Negara, namun jika berbicara efektivitas maka harus meninjau
dari asas-asas dan juga penerapannya dalam suatu sengketa. Berdasarkan
problematika tersebut maka penulis tertarik untuk menulis karya tulis ilmiah
dengan judul “EFEKTIVITAS TUGAS DAN PERAN PTUN DALAM
MENYELESAIKAN SENGKETA (STUDI KASUS: Saryoto S.Pd
melawan Bupati Kabupaten Gunung Kidul)”

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja asas-asas yang diterapkan dalam Pengadilan Tata Usaha Negara
dalam menangani sengketa ?
2. Bagaimanakah peran PTUN dalam kasus Saryoto melawan Bupati
Gunung Kidul ?
BAB II
ANALISIS

1. Asas-asas dalam Pengadilan Tata Usaha Negara


3
Asas hukum adalah aturan hakiki hukum yang masih
berbentuk abstrak yang melatar belakangi terbentuknya suatu
peraturan konkret dan juga pelaksanaannya. Pengadilan Tata Usaha
Negara memiliki beberapa asas dalam menjalankan peran dan
tugasnya agar tercapai tujuan dari pengadilan tata usaha negara itu.
4
Asas dalam Pengadilan Tata Usaha Negara dapat dilihat dari UU No.
5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang kemudian
dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Asas negara hukum Indonesia
Asas ini memiliki korelasi erat dengan Peradilan Tata
Usaha Negara karena salah satu unsur negara hukum
adalah adanya Pengadilan Administrasi.
b) Asas kesatuan beracara
Asas ini bertujuan untuk menciptakan keseragaman
prosedur dalam pelaksanaan fungsi peradilan tata usaha
negara di Indonesia
c) Asas pembuktian bebas
Dengan diterapkan asas ini maka hakim tidak menjadi
terikat kembali dengan bukti-bukti yang diajukan
selama persidangan, maka peran hakim menjadi
semakin luas bahkan dia dapat menguji hal-hal diluar

3
Dewa Gede Sudika Mangku, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: Penerbit Lakeisha,2020), hlm. 57.

4
Farah Syah Rezah, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (Makassar: CV. Social Politic Genius
(SIGn), 2018), hlm. 11-20.
pokok sengketa yang sekiranya berkaitan dengan
sengketa tersebut.
d) Asas Presumtio Justea Causa
Arti penting dari asas ini adalah bahwa kepastian
hukum, dimana suatu keputusan TUN harus dianggap
benar menurut hukum, sebelum adanya putusan TUN
maka keputusan TUN yang digugat dianggap melawan
hukum.
e) Asas pengujian ex-tunc
Asas ini menimbulkan arti bahwa hakim hanya
melakukan pengujian terbatas fakta dan keadaan hukum
saat keputusan TUN yang disengketakan itu keluar,
perkembangan fakta dan keadaan hukum tidak menjadi
pertimbangan hakim dalam memeriksa dan mengadili.
f) Asas kompensasi
Bahwa jika keputusan TUN diputuskan melawan
hukum dan digugurkan maka pihak tergugat harus
memberikan ganti rugi kepada penggugat atas
keputusan TUN yang merugikan penggugat apabila
dibidang kepegawaian maka tergugat harus
merehabilitasi dalam harkat dan martabat sebagaimana
kedudukannya semula
2. Peran PTUN Dalam Kasus Saryoto Melawan Bupati Gunung
Kidul

2.1. Kasus Posisi

Saryoto, S.Pd. merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS)


di wilayah Kabupaten Gunung Kidul dengan pangkat Pembina, IV/a..
Saryoto terbukti melakukan tindak pidana korupsi setelah saryoto
dijatuhi hukuman pidana oleh pengadilan negeri TIPIKOR maka
dijatuhkan sanksi administratif yaitu berupa penurunan pangkat dan
dimutasi tempat kerjanya pada tahun 2014. Saryoto sudah selesai
menjalani sanksi administratif tersebut akan tetapi pada tahun 2018
Bupati Gunung Kidul mengeluarkan SK yang berisi tentang
pemberhentian secara tidak hormat kepada saryoto dengan alasan
yang sama yaitu melakukan tindak pidana korupsi. Maka pada
tanggal 11 februari 2019 Saryoto resmi mengajukan gugatan ke
PTUN Yogyakarta atas keputusan TUN berupa SK yang dikeluarkan
oleh Bupati Gunung Kidul yang memberhentikannya dengan tidak
hormat.

2.B. Analisis Kasus

Saryoto, S.Pd. memang telah terbukti melakukan tindak pidana


korupsi dan dia sudah dijatuhi sanksi baik berupa pidana maupun
berupa sanksi administratif, akan tetapi penjatuhan sanksi berupa
pemberhentian secara tidak hormat ini merupakan pelanggaran
terhadap 5asas nebis in idem yang memiliki arti bahwa seseorang
tidak dapat diadili ataupun dihukum dua kali dalam satu perkara yang
sama, hal tersebut tidak hanya berlaku pada ranah hukum pidana atau
perdata saja melainkan juga dalam hukum acara tata usaha negara.
Berdasarkan asas tersebut maka dapat dikatakan bahwa keputusan
TUN berupa SK Bupati Gunung Kidul tentang pemberhentian
Saryoto, S.Pd. dinyatakan melawan hukum dan oleh karenanya harus
diterapkan juga asas kompensasi, dimana bupati gunung kidul harus
mengembalikan lagi jabatan dari Saryoto, S.Pd. sesuai pangkatnya.

BAB III
5
Asep N. Mulayana, Deferred Prosecution Agreement Dalam Kejahatan Bisnis (Jakarta: PT Grasindo,
2019), hlm. 89.
REKOMENDASI

Sebaiknya dalam UU Tentang Pengadilan Tata Usaha Negara diatur juga


ketentuan seperti hukum acara pidana dan hukum acara perdata, hal itu
dikarenakan tidak memungkiri bahwa setiap sengketa yang diajukan kepada
TUN memiliki pokok permasalahan yang sebetulnya sederhana akan tetapi
belum diatur secara tegas dalam UU Tentang Pengadilan Tata Usaha Negara
sehingga dapat menghambat proses penyelesaian sengketa.

Anda mungkin juga menyukai