Anda di halaman 1dari 11

PROBLEMATIS DARI IMPLEMENTASI HAK MENYATAKAN

PENDAPAT DI INDONESIA

(TUGAS MATA KULIAH TEORI KONSTITUSI)

DISUSUN OLEH:

DONNY CHRISTIAN PRADANA FRANS

170512716

DOSEN PENGAMPU:

Y. HARTONO, S.H.,M.Hum.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

SEMESTER GENAP 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara hukum pernyataan ini jelas dinyatakan

dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. 1Negara hukum dapat dijabarkan sebagai suatu

negara yang menjalankan pemerintahannya dan kehidupan rakyatnya

didasarkan dari suatu peraturan, tentu hal tersebut dilakukan dengan

harapan dalam suatu kehidupan bernegara penguasa tidak berbuat dengan

sewenang-wenang dan rakyat tidak berbuat dengan kehendaknya sendiri.

Kehidupan dalam berbangsa dan bernegara suatu negara juga merupakan

unsur-unsur dari suatu negara dapat dikatakan sebagai negara hukum,

unsur yang dimaksud adalah pengakuan akan HAM, pembagian

kekuasaan, adanya Undang-undang bagi tindakan pemerintah dan

peradilan administrasi yang berdiri sendiri, unsur ini harus juga diatur

dalam peraturan/Undang-undang agar terpenuhinya konsep negara hukum

secara penuh.

Indonesia sebagai negara hukum tentu harus memenuhi seluruh

unsur tersebut tanpa terkecuali. Salah satu unsur yang harus dipenuhi ialah

pengakuan tentang Hak Asasi Manusia (HAM). 2Widiada Gunakaya dalam

1
Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, 2016, Ilmu Negara Cetakan ke delapan, Gaya Media
Pratama, Jakarta , hlm. 91.
2
A. Widiada Gunakawa, 2017, Hukum Hak Asasi Manusia, Penerbit Andi, Yogyakarta, hlm. 56.

1
bukunya menerangkan bahwa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia

adalah seperangkat hak yang sifatnya hakiki yang melekat pada setiap

hakikat diri manusia sebagai makhluk cipataan Tuhan yang merupakan

anugrah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara oleh negara, hukum,

pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat

dan martabat manusia. 3Hak Asasi itu sendiri dibagi menjadi tiga jenis

yaitu hak sipil dan politik, hak ekonomi dan hak sosial dan budaya.

Indonesia sendiri selaku negara hukum sudah melakukan

perlindungan kepada HAM masyarakat baik yang dituangkan dalam

Kontitusi UUD 1945 maupun dalam bentuk UU. Pasal 27 sampai Pasal 34

UUD 1945 merupakan bentuk implementasi dari perlindungan Ham yang

dituangkan dalam konstitusi. Pasal 28 UUD 1945 yang secara garis besar

berisi tentang bahwa hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan

berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, dan

sebagainya, syarat-syarat akan diatur dalam undang-undang, merupakan

salah satu bentuk dari jenis Hak Asasi Manusia yaitu Hak Sipil Politik.

Implementasi dari Pasal tersebut di Indonesia sering mengalami kendala

yang bahkan sering kali menggoncang kesatuan negeri ini. Hal tersebut

juga dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

Berangkat dari problematis tersebut maka penulis tertarik menulis paper

3
Einar M. Sitompul, 2005, Agama-agama dan Perjuangan Hak-hak Sipil, Bidang Marturia PGI,
Jakarta, hlm. 125.

2
dengan judul “ Problematis Implementasi Hak Menyatakan Pendapat

Di Indonesia”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah bentuk nyata perlindungan hukum terhadap hak

menyatakan pendapat di Indonesia ?

2. Apasaja problematis dalam implementasi hak menyatakan pendapat

tersebut ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Bentuk Nyata Perlindungan Hukum Terhadap Hak Menyatakan

Pendapat di Indonesia.

Hak menyatakan pendapat merupakan salah satu Hak Asasi

Manusia yang jenisnya adalah hak sipil politik. Hak menyatakan

pendapat dalam istilah awam atau bahasa sehari-hari sering diartikan

sebagai kebebasan berpendapat di muka umum. Hak ini terus mengalami

banyak perubahan di Indonesia, pada masa orde baru sering dikatakan

bahwa dulu masyarakat seperti tidak punya hak menyatakan pendapat

bahkan hanya untuk bercanda saja masyarakat seperti diliputi ancaman

dari pihak tertentu. Puncaknya kemarahan masyarakat pada saat itu sudah

sampai memuncak yang kemudian gerakan masyarakat tersebut didukung

oleh mahasiswa yang melakukan aksi guna menghapuskan rezim yang

merenggut kebebasan berpendapat masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut maka hak menyatakan pendapat ini perlu

dilindungi oleh konstitusi maupun oleh UU agar tidak terjadi kekacauan

serupa. Dalam konstitusi indonesia sendiri Perlindungan Hak Asasi

Manusia khususunya tentang kebebasan menyatakan pendapat tercantum

pada Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945. Sementara dalam bentuk

Undang-Undang hak tersebut diatur dan dilindungi melalui UU Nomor 9

Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka

4
Umum. Akan tetapi hal tersebut tidak mutlak namun harus

memperhatikan hal-hal lain, 4Abdussalam berpendapat bahwa dalam

menyampaikan pendapat di muka umum maka harus memperhatikan

beberapa hal, yaitu :

 Asas keseimbangan antara hak dan kewajiban

 Asas musyawarah dan mufakat

 Asas kepastian hukum dan keadilan

 Asas proporsionalitas

 Asas manfaat.

Tujuannya tidak lain adalah agar setiap hak dari masyarakat itu

tidak menyinggung hak orang lain dan tetap memperhatikan ketertiban

umum. Perlindungan hukum masyarakat juga tidak hanya dilindungi

melalui konstitusi maupun Undang-Undang melainkan juga ditambah


5
dengan dibentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

(KOMNASHAM), yang memiliki fungsi yaitu:

 melaksanakan pengkajian

 penelitian

 penyuluhan

 pemantauan

 perlindungan

4
Abdussalam, 2006, Kemerdekaan Menyatakan Pendapat Di Muka Umum, Restu Agung, Jakarta,
hlm. 76.
5
Aris Santoso, 2007, Menyelamatkan Ruang Publik, Melindungi Ruang Privat, Perhimpunan
Pgembangan Media Nusantara (PPN) dan KBR68H, Jakarta, hlm. 12.

5
 dan mediasi hak asasi manusia.

fungsi perlindungan yang berarti komisi tersebut dibentuk agar

jaminan perlindungan hukum terhadap masyarakat terkait hak asasi lebih

diperhatikan dan dilindungi. Dengan banyaknya perlindungan terhadap

hak asasi manusia ini tentu adanya jaminan kepastian hukum bagi

masyarakat dan juga mencerminkan bahwa negara indonesia adalah

negara demokrasi.

2. Problematis Hak Menyatakan Pendapat di Indonesia

Pelaksanaan hak menyatakan pendapat di Indonesia meskipun

sudah diberikan perlindungan hukum akan tetapi tidak menjamin

pelaksanaan tersebut bebas dari masalah. Problematis yang terjadi bisa

berasal dari masyarakat maupun perbuatan pejabat yang dinilai tidak

berpihak kepada masyarakat. Era yang serba digital juga mempengaruhi

akan hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan Hak Menyatakan

Pendapat ini. Hal tersebut dikarenakan pelaksanaan hak menyatakan

pendapat pada era modern ini kurang diimbangi dengan kebijaksaan dari

para pihak baik masyarakat maupun pemerintah.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi berpengaruh pada

implementasi hak menyatakan pendapat. Seperti yang diuraikan

sebelumnya bahwa pada era modern ini masyarakat dapat melaksanakan

menyatakan pendapat melalui berbagai macam cara bisa secara langsung

lewat lisan maupun melalui tulisan di jejaring media online. Hal tersebut

bukan tanpa antisipasi dari pihak pemerintah, dibuatnya UU tentang ITE

6
yang didalamnya menyatakan tentang hal apa saja yang menjadi larangan

dalam mengungkapkan pendapat di media umum. Akan tetapi peraturan

tersebut tidak diimbangi dengan sosialisasi maupun pendidikan etika

dalam mengungkapkan pendapat. Hal tersebut tentu bertentangan dengan

salah satu cita-cita bangsa Indonesia yaitu untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa Indonesia.

Perbuatan pemerintah yang berupa kebijakan juga terkadang

menjadi kendala dan hambatan dalam implementasi hak menyatakan

pendapat. Pemutusan jaringan di Papua sebagai contoh konkrit hal ini,

dimana pemerintah mengambil kebijakan dengan memutus seluruh

informasi dan jaringan yang ada di Papua untuk beberapa saat

dikarenakan adanya kejadian luar biasa. 6Perlu diingat kembali bahwa

tujuan hukum adalah mencapai kemanfaatan bagi kehidupan masyarakat

maka apabila suatu produk hukum malah justru menimbulkan keresahan

pada masyarakat maka perlu ditinjau kembali terkait produk hukum

tersebut. Bukan hanya hal tersebut bahkan salah satu tokoh pemuda

papua yaitu mamat alkatiri mengatakan dalam forum Indonesia Lawyers

Club (ILC) bahwa sering terjadi ketika pemuda papua ingin berkumpul

untuk membahas kejadian yang terjadi di kampung halamannya mereka

langsung dituduh melakukan tindakan sparatis tanpa bukti yang jelas.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

dalam menyatakan pendapat di Indonesia sendiri kurang adanya prinsip


6
Arbi Sanit, 2005, Pemuda dan politik : pertanggungjawaban atas agenda reformasi, DPD KNPI
Propinsi Sulawesi Selatan bekerjasama dengan Badko HMI Sulsera dan PBHI Wilayah Sulsel,
Makassar, hlm. 199.

7
praduga tidak bersalah kepada setiap orang. Hal ini tentu sangat

berbahaya karena hal tersebut sebagaimana terjadi pada era orde baru

yang ujungnya menciptakan kekacauan dalam masyarakat. Prinsip non

diskriminasi yang kurang diperhatikan dalam implementasi hak

menyatakan pendapat juga sangat perlu diperhatikan dan bila perlu diatur

dengan tegas melalui suatu produk hukum. Hal tersebut diperlukan

mengingat bahwa Hak Menyatakan Pendapat merupakan suatu jenis dari

Hak Asasi Manusia yaitu hak sipil dan politik.

Hak menyatakan pendapat mendapatkan suatu hambatan bukan

hanya dari masyarakat atau pemerintah itu sendiri. Pers juga bisa menjadi

hambatan meskipun pada dasarnya sikap pers adalah berpihak untuk

menyuarakan pendapat rakyat. Namun seiring berkembangnya jaman

tidak jarang pers yang orientasinya berbelok sehingga hanya

mementingkan popularitas dan rating. Beberapa contoh kasus hoax yang

disebabkan oleh pers ialah kasus Ratna Sarumpaet, Kasus Gempa susulan

di Palu, kasus tersebut hanyalah segelintir contoh dari kesalahan pers

dalam menjalankan tugasnya. Masyarakat indonesia yang sangat plural

menyebabkan pelaksaan hak menyatakan pendapat ini sering mengalami

kendala.

8
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Hak menyatakan pendapat adalah salah satu jenis Hak Asasi Manusia yaitu hak

sipil dan politik. Indonesia sebagai negara hukum mengakui dan melindungi hak

tersebut melalu Pasal 27- Pasal 34 UUD 1945, UU. No. 39 Tahun 1999 tentang

Komnas Ham, UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan

Pendapat di Muka Umum. Pelaksanaan nya meskipun sudah diberikan

perlindungan hukum akan tetapi masih sangat riskan terjadi bentrokan maupun

hambatan. Hambatan itu bisa berasal dari masyarakat yang kurang bijak dalam

menyampaikan pendapat, pemerintah yang kurang memberikan sosialisasi

terhadap hak tersebut maupun pers yang sering menyeleweng dari fungsi dan

tugasnya.

Saran

Untuk masyarakat sebaiknya lebih bijak dalam menggunakan kata maupun

ungkapan atau tulisan agar tidak menjadi bentrok dan konflik di kemudian hari.

Untuk pemerintah diharapkan untuk tidak mendiskrimanasi bagian atau seseorang

untuk mengemukakan pendapat agar demokrasi di Indonesia dapat terus terjamin.

Untuk Pers sebaiknya dapat berjalan konsisten dalam menjalankan apa yang

menjadi tugas dan fungsinya bukan sekedar mementingkan rating.

9
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Budiarjo ,Miriam, 1986, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia.

Sitompul. M. Einar , 2005, Agama-agama dan Perjuangan Hak-hak Sipil, Bidang

Jakarta: Marturia PGI.

Sanit, Arbi, 2005, Pemuda dan politik : pertanggungjawaban atas agenda

reformasi, Makassar DPD KNPI Propinsi Sulawesi Selatan

bekerjasama dengan Badko HMI Sulsera dan PBHI Wilayah Sulsel.

Abdussalam, 2006, Kemerdekaan Menyatakan Pendapat Di Muka Umum,

Jakarta:

Restu Agung.

Aris Santoso, 2007, Menyelamatkan Ruang Publik, Melindungi Ruang Privat,

Jakarta: Perhimpunan Pgembangan Media Nusantara (PPN) dan

KBR68H.

Gunakawa, A. Widiada , 2017, Hukum Hak Asasi Manusia, Yogyakarta: Penerbit

Andi.

10

Anda mungkin juga menyukai