Anda di halaman 1dari 4

Kedudukan Presiden

1) Memegang kekuasaan tertinggi atas angkatan darat, laut, dan udara (Pasal 10)
2) Menyatakan perang, membuat perdamaian, danperjanjian dengan negara lain dengan
persetujuan DPR (Pasal 11)
3) Menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12)
4) Mengangkat dan menerima duta dan konsul dengan memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal
13)
5) Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA (Pasal 14 ayat (1) )

Kedudukan Wakil Presiden


1. Sebagai wakil yang mewakili presiden
2. Sebagai pengganti yang menggantikan pesiden
3. Sebagai pembantu yang membantu presiden
4. Sebagai pendamping yang mendampingi presiden
5. Sebagai wakil presiden yang bersifat mandiri

Kewenangan presiden sebagai kepala negara


1. Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara.
2. Dengan adanya persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untuk menyatakan perang, membuat
perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.
3. Presiden menyatakan negara dalam keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya negara dalam
keadaan bahaya yang ditetapkan dalam undang-undang.
4. Memberikan grasi (potongan masa tahanan) dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung (MA).
5. Presiden berwenang memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur
undang-undang.

Wewenangan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan:


1. Presiden memegang kekuasaan pemerintahan tertinggi menurut UUD.
2. Presiden mempunyai hak untuk mengangkat dan memberhentikan menteri.
3. Presiden menetapkan peraturan pemerintah.
4. Presiden menetapkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (dalam kepentingan
yang memaksa).
5. Presiden berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) kepada Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR). Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama
DPR serta mengesahkan RUU menjadi UU.

Wewenang Wakil Presiden


1. Membantu Presiden dalam melakukan kewajibannya
2. Menggantikan Presiden sampai habis waktunya jika Presiden meninggal dunia, berhenti atau
tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatan yang telah ditentukan
3. Memperhatikan secara khusus, menampung masalah-masalah yang perlu penanganan
menyangkut bidang tugas kesejahteraan rakyat
4. Pengawasan operasional pembangunan, dengan bantuan departemen-departemen, lembaga-
lembaga non departemen , dalam hal ini inspektur jenderal dari departemen yang bersangkutan
atau depti pengawasan dari lembaga non departemen yang bersangkutan

Konstruksi Pasal 8 ayat (3) memuat beberapa ketentuan utama, secara lengkap dapat di
sistematisasikan sebagai berikut :
1. Dalam hal jabatan Presiden dan Wakil Presiden Kosong (berhalangan tetap) maka
Pelaksanaan Tugas Kepresidenan dilaksanakan oleh 3 (tiga) Menteri yakni Menteri dalam
Negeri, Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan secara bersama-sama
2. MPR selambat-lambatnya tiga puluh hari menyelenggarakan sidang untuk memilih Presiden
dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh Partai Politik atau gabungan Partai politik
3. Proses Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden ini dilaksanakan dengan mekanisme
suara terbanyak dan dilakukan oleh lembaga Legislatif. Dasar pengisian jabatan bila Presiden
dan Wakil Presiden berhalangan tetap ialah jika keduanya mangkat, berhenti, diberhentikan, atau
tidak dapat melakukan kewajibannya secara bersamaan.

Presiden atau wakil Presiden berhenti dalam jabatannya bisa karena desakan dari rakyat
Indonesia sendiri, atau mengundurkan diri seperti halnya Presiden Soeharto atau juga karena
melakukan suatu pelanggaran sehingga diberhentikan oleh lembaga pengawasan dan Eksekutif.

Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan 6 sebab yang dapat menurunkannya dari jabatan
tersebut.
 Pengkhianatan terhadap negara
 Korupsi
 Penyuapan
 Tindak pidana berat lainnya
 Perbuatan tercela
 Tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden atau wakil presiden

Prosedur Pemberhentian
Harus kita ketahui sebelumnya bahwa pada saat Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti
melakukan salah satu dari keenam pelanggaran diatas, maka DPR dalam rangka sebagai fungsi
pengawasan akan mengajukan usulan pemberhentian kepada Mahkamah Konstitusi atau disebut
Impeachment. apa itu impeachment? Impeachment adalah proses badan legislatif untuk
menjatuhkan dakwaan kepada pejabat tinggi negara (seperti Presiden dan/atau Wakil Presiden)
karena suatu pelanggaran kepada Mahkamah Konstitusi.

Impeachment yang di ajukan oleh DPR tidak serta merta dapat memberhentikan Presiden
dan/atau Wakil Presiden. Impeachment hanya sebuah sarana untuk memberhentikan Presiden
dan/atau wakilnya dalam melakukan pelanggaran tersebut karena mahkamah Konstitusi berhak
untuk menolak atau menyetujui usulan tersebut.

Pengajuan permintaan DPR kepada MK hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR yang hadir dalam sidang paripurna dan sidang tersebut
sekurang-kurangnya dihadiri 2/3 oleh anggota DPR.

Setelah mengajukan impeachment, Mahkamah Konstitusi (MK) akan melakukan persidangan


untuk memeriksa, mengadili dan memutuskan usulan pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
Presiden yang telah diajukan oleh DPR tersebut layak disetujui atau ditolak. Dalam pengkajian
ini paling lama 90 hari sejak MK menerima usulan dari DPR.  Setelah itu keputusannya akan
diserahkan kepada MPR untuk dipersidangkan dalam sidang paripurna MPR yaitu untuk
memutuskan apa yang telah di putuskan oleh Mahkamah Konstitusi paling lambat 30 hari dari
masa sejak MPR menerima putusan tersebut.

Berikut ini Prosedur atau Tata Cara Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden
Pertama,
Setelah usulan pemberhentian yang diajukan DPR kepada MK telah dikaji dan terbukti
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden, maka
Mahkamah konstitusi berhak untuk menyetujui usulan pemberhentian tersebut.
Kedua,
DPR menyelenggarakan sidang paripurna yang bertujuan untuk mengajukan usulan yang telan
disetujui oleh Mahkamah Konstitusi kepada MPR agar segera dipersidangkan.

Ketiga,
MPR berkewajiban melaksanakan persidangan untuk memutuskan usulan DPR tersebut
mengenai pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden paling lama 30 hari semenjak MPR
menerima usulan tersebut.

Keempat,
Dalam sidang paripurna, MPR kemudian mengundang Presiden dan/atau Wakil Presiden
mengikuti persidangan untuk menyampaikan usulan pemberhentiannya yang telah disetujui oleh
Mahkamah Konstitusi. Jika Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak datang ke persidangan, maka
MPR akan tetap melanjutkan persidangan untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil
Presiden.

Kelima,
Persidangan paripurna MPR mengenai pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden hanya
dapat dilakukan jika dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan sekurang-
kurangnya disetujui 2/3 dari jumlah anggota yang hadir.

Anda mungkin juga menyukai